9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1    Auditng
2.1.1  Pengertian Auditing
   Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely (2010:1) memberikan definisi auditing
sebagai berikut:
Auditing
adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan
atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan
hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing
harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Menurut Aren, Elder, dan Beasley (2010:4) menjelaskan bahwa:
Auditing is the accumulation and evaluation about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and established
criteria. Auditing should be done by competent, independent person.
        
Dari definisi di atas dalam terjemahannya sebagai berikut:
Audit adalah akumulasi dan evaluasi tentang informasi untuk menentukan dan  
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan. Audit harus dilakukan dengan kompeten, pihak independen.
      
       Sedangkan menurut Jennifer Burns & John Fogarty (2010) menjelaskan bahwa:
Audits are collection of judgements about many matters including management’s
application of accounting pronouncements,
adequacy of management’s
disclosure, scope of the audit, risks of misstatement, materiality, and suffiency of
audit evidence.
Dari definisi di atas dalam terjemahannya sebagai berikut:
Audit adalah kumpulan penilaian tentang banyak hal termasuk program
manajemen atas pernyataan akuntansi, kecukupan pengungkapan manajemen,
ruang lingkup audit, resiko dari salah saji, materialitas, dan kecukupan bukti
audit.
  
10
Dari pemaparan pengertian auditing
di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pengertian auditing
adalah suatu proses sistematis berupa
serangkaian langkah yang logis dan terstruktur bertujuan untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif suatu asersi tentang peristiwa kegiatan ekonomi
untuk melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria
yang telah ditetapkan, serta auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
2.1.2   Jenis-Jenis Audit
  Jenis audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan menurut Siti Kurnia
Rahayu dan Ely (2010:4) yaitu:
1.
Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk menentukan apakah keuangan
telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
2.
Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang berupa penentuan apakah pelaksanaan akuntansi telah
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, peninjauan upah
untuk menentukan kesesuaian peraturan UMR, pemeriksaan surat perjanjian
dengan kreditur dan memastikan bahwa perusahaan memenuhi ketentuan
hukum yang berlaku.
3.
Audit Operasional (Operational Audit)
Pemeriksaan audit yang bertujuan untuk membantu manajemen dalam
mengendalikan operasional perusahaan.
  
11
2.2     Audit Manajemen
2.2.1   Pengertian Audit Manajemen
      Menurut Agoes
(2007:175)
menjelaskan bahwa management audit, disebut
juga operational audit, functional audit, system audit
adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui
apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan
ekonomis.
 
Menurut Bayangkara (2008:2)
dalam bukunya menjelaskan bahwa audit
manajemen (management audit) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan
efektivitas operasi perusahaan.
    Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal
perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang
memiliki wewenang yang lebih tinggi. Audit manajemen dirancang secara sistematis
untuk
mengaudit aktivitas, program-program yang diselenggarakan, atau sebagian
dari
entitas yang bisa di
audit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya
dan dana
telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan
aktivitas yang telah
direncanakan
dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan
aturan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.
 
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:24) menjelaskan bahwa
audit manajemen merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi
dari suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subentitas yang dapat di
audit. Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi lebih besar, efektivitas, dan
ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain.
  
12
Berdasarkan definisi audit manajement di atas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa pengertian audit manajemen adalah suatu proses sistematis dan teratur yang
digunakan untuk menilai aktivitas organisasi atau perusahaan, apakah tujuan dari
program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar
ketentuan aturan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.
2.2.2  Tujuan Audit Manajemen
     Menurut Bayangkara (2008:4)
menjelaskan tujuan audit manajemen dibagi
menjadi 3 elemen pokok, yaitu:
1.
Kriteria (criteria)
Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu atau
kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.
2.
Penyebab (cause)
Penyebab merupakan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh setiap
individual atau kelompok di dalam perusahaan.
Penyebab dapat bersifat
positif, program atau aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan
efektivitas
yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negatif, program atau
aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah
dari standar yang telah ditetapkan.
3.
Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang
berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan
program atau aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih
rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukkan
  
13
bahwa
program. Aktivitas telah terselenggara secara baik dengan tingkat
pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.
2.2.3   Manfaat Audit Manajemen
     Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:28) dalam bukunya menyebutkan         
manfaat audit manajemen antara lain:
1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan
pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan,
rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan
tindakan preventif yang akan diambil.
5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk
memperkecil pemborosan.
6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh
fase operasi perusahaan.
2.2.4   Tahap-Tahap Audit Manajemen
      Menurut Bayangkara (2008:10)
menjelaskan tahap-tahap audit manajemen
adalah sebagai berikut:
1.
Audit Pendahuluan
  
14
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar
belakang
terhadap objek yang di audit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan
penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan
dengan aktivitas yang di audit, serta menganalisis berbagai informasi
yang
telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial
mengandung
kelemahan pada perusahaan yang di audit. Dari informasi latar belakang ini,
auditor dapat menentukan tujuan audit sementara (tentative audit objective).
Dalam tahap audit ini auditor dapat menentukan beberapa tujuan
audit
sementara.
2.
Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini auditor melakukan review
dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai
efektivitas
pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan.
Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami
pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah
dapat diketahui potensi-potensi
terjadinya kelemahan pada berbagai
aktivitas yang dilakukan. Jika
dihubungkan dengan tujuan audit sementara
yang telah dibuat pada audit
pendahuluan, hasil pengujian pengendalian
manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi
tujuan audit sesungguhnya (definitive audit objective), atau mungkin ada
beberapa tujuan audit sementara yang gugur,
karena tidak cukup (sulit
memperoleh) bukti-bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut.
3.
Audit Terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan
kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap
  
15
ini
juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara
satu
temuan dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang
berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten
dalam tahap
ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk
mendukung kesimpulan audit yang dibuat rekomendasi yang diberikan.
4.
Pelaporan
Tahap ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
Hal
ini penting untuk meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang
keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk
melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan
penting
hasil audit untuk
mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi).
Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang operasional dan mudah
dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjutkan.
5.
Tindak Lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan
untuk
mendorong pihak-pihak yang berwwenang untuk melaksanakan tindak
lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak
memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak
lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu,
rekomendasi
yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah
merupakan hasil diskusi
dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan tindakan perbaikan
tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak
disepakati oleh objek audit akan sangat
berpengaruh
pada pelaksanaan
  
16
tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi
yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang di audit.
2.3     Manajemen Sumber Daya Manusia
2.3.1  Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
     Menurut Edy
Sutrisno (2009:5) berpendapat bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah sebagai berikut:
Manajemen sumber daya manusia mempunyai definisi sebagai suatu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan
secara terpadu.
    Menurut Yuniarsih (2008:3) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
sebagai berikut: 
Serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan
kepada praktek dan kebijakan, serta fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai
tujuan organisasi.
Menurut Wilson Bangun (2012:6) mendefinisikan manajemen sumber daya
manusia sebagai berikut:
Suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakan,
dan pengawasan, terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan ternaga kerja untuk mencapai
tujuan organisasi.
    Dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu
proses pengelolaan individu-individu yang bekerja dalam organisasi berupa
hubungan antara pekerjaan dengan pekerja, terutama untuk menciptakan
pemanfaatan individu-individu secara produktif sebagai usaha mencapai tujuan
organisasi (perusahaan). Dengan kata lain, manusia memerlukan organisasi dan
  
17
sebaliknya organisasi memerlukan manusia. Manusia merupakan motor penggerak,
tanpa manusia organisasi (perusahaan) tidak akan berfungsi. Maksudnya adalah
manusia merupakan faktor utama
dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dapat
dikatakan bahwa eksistensi suatu organisasi (perusahaan) tergantung atau ditentukan
oleh manusia (pekerja) dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis sekarang dan
masa mendatang.
2.3.2   Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
      Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Wilson Bangun
(2012:7) sebagai berikut:
1.
Pengadaan Sumber Daya Manusia
Fungsi ini merupakan aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam
memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan (jumlah dan mutu) untuk
mencapai tujuan tertentu. Pengadaan sumber daya manusia diantaranya:
1)
Perencanaan sumber daya manusia
Merupakan proses secara sistematis untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan
dengan ketersediaan sumber daya manusia baik yang bersumber dari dalam
maupun luar organisasi diperkirakan pada suatu periode tertentu.
2)
Rekrutmen sumber daya manusia
Merupakan kegiatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya
manusia dalam mengisi kekosongan-kekosongan pada posisi-posisi tertentu
dalam organisasi.
3)
Seleksi
Merupakan kegiatan untuk memperoleh kualitas tenaga kerja yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
  
18
4)
Penempatan sumber daya manusia
Merupakan kegiatan menempatkan tenaga kerja sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
2.
Pengembangan
Merupakan proses untuk memperbaiki kapasitas produktif manusia agar lebih
kompetitif dan unggul. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur pengembangan karir
yang jelas (career path development), pelaksanaan pendidikan dan latihan
(training and educating) untuk lebih meningkatkan penguasaan wawasan, konsep,
dan keterampilan teknis. Dengan demikian para pegawai akan lebih siap dalam
melaksakan pekerjaannya, menghadapi berbagai tantangan, serta beradaptasi
dengan tuntutan perubahan lingkungan global, baik yang disebabkan oleh adanya
penugasan baru, pesatnya perkembangan teknologi, peningkatan tugas pekerjaan
yang semakin kompleks, ledakan informasi yang mendorong lahirnya e-
communication dan virtual communication, strategi bisnis yag baru, serta hal-hal
lain yang muncul seiring dengan perkembangan global. Proses pengembangan
diantaranya:
1)
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Merupakan proses peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan dan pelatihan.
          Selanjutnya Wilson Bangun (2012:210) juga menjelaskan metode-metode
pelatihan yang dilakukan untuk meningkatan prestasi kerja karyawan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
(1)Metode on the job training
Merupakan metode yang diberikan kepada karyawan dalam mempelajari
pekerjaannya sambil mengerjakannya secara langsung. Perusahaan
  
19
menggunakan orang dalam yang melakukan pelatihan terhadap sumber daya
manusianya, biasanya dilakukan oleh atasan perusahaan langsung. Dengan
menggunakan metode ini dapat lebih efektif dan efisien pelaksanaan
pelatihan, karena disamping biaya pelatihan yang lebih murah, tenaga kerja
yang dilatih lebih mengenal dengan baik siapa pelatihnya. Terdapat empat
metode yang digunakan, antara lain yaitu:
a.
Rotasi pekerjaan
Merupakan pemindahan pekerjaan dari satu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya dalam organisasi, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman kerja.
b.
Penugasan yang direncanakan
Merupakan menugaskan tenaga kerja untuk mengembangkan
kemampuan dan pengalamannya tentang pekerjaannya.
c.
Pembimbingan 
Merupakan pelatihan tenaga kerja langsung oleh atasannya. Metode ini
sangat efektif dilakukan karena atasan langsung sangat mengetahui
bagaimana keterampilan bawahannya, sehingga lebih tahu menerapkan
metode yang digunakan.
d.
Pelatihan posisi
Merupakan tenaga kerja yang dilatih untuk dapat menduduki suatu
posisi tertentu. Pelatihan seperti ini diberikan kepada tenaga kerja yang
mengalami pemindahan pekerjaan. Sebelum dipindahkan ke pekerjaan
baru terlebih dahulu diberikan pelatihan agar mereka dapat mengenal
lebih dalam pekerjaannya.
(2)
Metode off the job training
  
20
Merupakan pelatihan yang dilaksanakan dimana karyawan dalam keadaan
tidak bekerja dengan tujuan agar terpusat pada kegiatan pelatihan saja.
Pelatih didatangkan dari luar organisasi atau peserta mengikuti pelatihan di
luar organisasi. Hal ini dilakukan karena kurang atau tidak tersedianya
pelatih di dalam perusahaan. Keuntungan dari metode ini adalah para
peserta pelatihan tidak merasa jenuh dilatih oleh atasannya langsung.
Namun kekurangannya adalah biaya yang dikeluarkan relatif besar dan
pelatih belum mengenal secara lebih mendalam para peserta pelatihan
sehingga membutuhkan waktu lama dalam pelatihan. Metode ini dapat
dilakukan dengan beberapa teknik antara lain:
a.
Business games
Peserta dilatih dengan memecahkan suatu masalah, sehingga para
peserta dapat belajar dari masalah yang sudah pernah terjadi pada suatu
perusahaan tertentu. Metode ini bertujuan agar para peserta latihan
dapat dengan lebih baik dalam pengambilan keputusan dan cara
mengelola operasional perusahaan dengan baik.
b.
Vestibule school
Tenaga kerja dilatih dengan menggunakan peralatan yang sebenarnya
dan sistem pengaturan sesuai dengan yang sebenarnya tetapi
dilaksanakan diluar perusahaan. Tujuannya adalah untuk menghindari
tekanan dan pengaruh kondisi dalam perusahaan.
c.
Case study
Dimana peserta dilatih untuk mencari penyebab timbulnya suatu
masalah, kemudian dapat memecahkan masalah tersebut. Pemecahan
  
21
masalah dapat dilakukan secara individual atau kelompok atas masalah-
masalah yang ditentukan.
2)
Perencanaan karir (Career Planning)
Merupakan serangkaian pekerjaan yang akan dilakukan seseorang dalam
hidupnya untuk mencapai sasaran karir yang ingin dicapai. Seseorang akan
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menempati posisi
demi posisi yang berkaitan dengan pekerjaannya untuk mencapai karirnya.
3)
Pengembangan karir (Career Development)
Merupakan berbagai pendekatan yang dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kemampuan seseorang atas suatu pekerjaan sehingga
mempermudah seseorang untuk mencapai sasaran karir.
4)
Pengembangan organisasi (Organization Development)
Merupakan proses perubahan yang terencana dengan melakukan perubahan-
perubahan pada sistem dan struktur organisasi. Untuk mencapai hasil yang
efektif dan efisien, pengembangan organisasi dapat diterapkan pada berbagai
jenis bentuk dan jenis organisasi dan bagian dalam organisasi.
5)
Manajemen dan penilaian kinerja
Merupakan serangkaian dari evaluasi hasil kerja individu maupun organisasi
yang berasal dari berbagai aktivitas organisasi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas individu, dan
kelompok dalam organisasi.
  Selanjutnya Wilson Bangun (2012:249) juga menjelaskan cara yang dapat
memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi dalam penilaian kinerja dan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
  
22
(1)
Penilai diberikan deskripsi pekerjaan dan diinstrusikan mengidentifikasi
kriteria yang tepat untuk mengevaluasi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan
merupakan dasar untuk menetapkan standar pekerjaan. Penilai diberi latihan
untuk dapat mengidentifikasi pekerjaan agar dapat menentukan ukuran-
ukuran pekerjaan sehingga memudahkan untuk melakukan penilaian dan
hasilnya obyektif.
(2)
Penilai melihat informasi pekerjaan yang sudah dilakukan oleh karyawan.
Informasi dapat berupa keterangan secara tertulis maupun audio visual.
Penilai diberi latihan teknik dan analisis data yang diperoleh dari karyawan.
(3)
Penilai diberi latihan untuk menyampaikan hasil atau kinerja dan member
rekomendasi kepada karyawan yang dinilai.
3.
Pemberian Kompensasi
Merupakan imbalan yang diberikan kepada karyawan atas jasa-jasa yang telah
mereka sumbangkan kepada perusahaan. Sistem kompensasi yang baik berarti
memberikan penghargaan-penghargaan yang layak dan adil sebagaimana
kontribusi karyawan atas pekerjannya. Kompensasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Kompensasi finansial
Merupakan jasa-jasa yang disumbangkan kepada karyawan atas pekerjaannya
dihargai dalam bentuk uang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kompensasi finansial secara langsung adalah penghargaan yang dibayarkan
dalam bentuk gaji, upah, insentif, dan bonus. Sedangkan kompensasi finansial
secara tidak langsung adalah seperti jaminan sosial, pengobatan, asuransi,
liburan, pensiun, dan berbagai tunjangan lainnya.
2)
Kompensasi nonfinansial
  
23
Merupakan penghargaan yang diberikan bukan dalam bentuk uang, tetapi
seseorang akan memperoleh kepuasan dari pekerjaan, dan lingkungan
organisasinya.
4.
Pengintegrasian
Merupakan proses mencocokan keinginan karyawan dengan kebutuhan
organisasi. Proses ini dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran personil
bahwa mereka merupakan bagian penting dalam organisasi secara keseluruhan,
sehingga perlu diciptakan komitmen dan rasa memiliki (sense of belongingness)
yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan perasaan dam sikap karyawan dalam
menetapkan kebijakan organisasi. Pengintegrasian mencakup diantaranya:
1)
Motivasi kerja
Merupakan dorongan kepada karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Dengan motivasi kerja, karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
baik.
2)
Kepuasan kerja
Merupakan cara karyawan untuk merasakan pekerjaannya. Seseorang
karyawan dapat merasakan pekerjaannya menguntungkan atau merugikan bagi
dirinya, tergantung pada persepsi mereka apakah pekerjaannya memberikan
kepuasan atau ketidakpuasan.
3)
Kepemimpinan
Merupakan kemampuan untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk
mencapai sasaran. Kepeminpinan menyangkut penanganan dan pengelolaan
sumber daya di dalam organisasi secara tepat untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
  
24
5.
Pemeliharaan Sumber Daya Manusia
Merupakan mempertahankan karyawan untuk tetap berada pada organisasi
sebagai anggota yang memilki loyalitas dan kesetiaan tinggi. Karyawan yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan akan bertanggung jawab atas
pekerjaannya, biasanya memiliki kinerja yang baik. Yang menjadi faktor penting
dalam pemeliharaan sumber daya manusia sebagai berikut:
1)
Komunikasi kerja
Merupakan pemindahan informasi dari seseorang kepada orang lain agar suatu
pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas. Komunikasi merupakan salah satu
fungsi manajemen yang menjalankan tugas-tugas pengendalian, pengawasan,
pengungkapan emosi, dan informasi.
2)
Keselamatan dan kesehatan kerja
Merupakan sebuah wujud perhatian yang diberikan perusahaan yang mengacu
pada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis karyawan dalam melindungi
karyawan dari kecelakaan kerja, serta membuat kenyamanan karyawan dalam
bekerja di dalam lingkungan kerja yang kondusif.
2.3.3   Tahapan Proses Umpan Balik Sumber Daya Manusia
      Menurut Ilyas (2003:137)
menjelaskan umpan balik adalah suatu proses
pemberian informasi kepada anggota tim kerja untuk memotivasi (melalui pujian),
mengarahkan, atau mengubah perilaku kerja (melalui pembinaan) demi memperbaiki
prestasi kerja tim. Tujuannya adalah memberi kesempatan, kemudahan, dan
keterampilan untuk mencatat, mengumpulkan, menganalisis, dan mencari alternatif
solusi tentang masalah perilaku kerja yang akan didiskusikan dengan anggota tim.
  
25
   Menurut Ilyas (2003:138)
terdapat empat model tahapan proses umpan balik
adalah sebagai berikut:
Tahap 1:
Menjelaskan perilaku saat ini.
Menjelaskan perilaku yang ingin anda perkuat (dihargai atau dipuji)
atau luruskan (dikritik) untuk memperbaiki situasi, hal tersebut
bertujuan untuk mendapatkan informasi dari hasil pengamatan
langsung maupun informasi dari pihak lain.
Tahap 2:
Mengidentifikasi masalah atau prestasi kerja
Mengidentifikasi situasi spesifik ketika anda mengamati perilaku
tersebut.
Tahap 3:
Menjelaskan dampak dan konsekuensi
Menjelaskan dampak dan konsekuensi perilaku saat ini.
Tahap 4:
Mengidentifikasi perilaku alternatif
Mengidentifikasi perilaku alternatif dan tindakan yang harus
dilakukan oleh anda, karyawan, atau pihak lain untuk memperbaiki
situasi tersebut.
2.4.     Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
2.4.1   Definisi Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
      Menurut Bayangkara (2008:60) menjelaskan bahwa definisi audit manajemen
sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
Penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap program-program SDM.
Walaupun secara khusus audit ini dilakukan pada departemen SDM, tetapi
tidak terbatas hanya pada aktivitas yang terjadi pada departemen ini. Audit
termasuk studi terhadap fungsi manajemen SDM pada organisasi secara
keseluruhan termasuk yang dilaksanakan oleh manajer dan para supervisor.
  
26
     Menurut Rivai (2011:1038) menjelaskan bahwa audit manajemen sumber daya
manusia sebagai berikut:
Pemeriksaan kuaitas secara menyeluruh kegiatan SDM dalam suatu
departemen, divisi atau perusahaan, dalam arti mengevaluasi kegiatan-kegiatan
SDM dalam suatu perusahaan dengan menitik-beratkan pada peningkatan atau
perbaikan kegiatan.
Menurut Devarajan Dasa (2010) menjelaskan bahwa audit manajemen sumber
daya manusia sebagai berikut:
“A human resource audit is defined as an investigative, analytical and
comparative process that attempts to reflect the effectiveness of the human
resource functions.”
Dari definisi di atas dalam terjemahannya sebagai berikut:
Audit sumber daya manusia
didefinisikan sebagai
suatu proses investigasi,
analisis dan komparatif
yang mencoba untuk
mencerminkan efektivitas fungsi
sumber daya manusia.
Dari pemaparan pengertian audit manajemen sumber daya manusia di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa audit manajemen sumber daya manusia
merupakan audit yang bertujuan untuk menemukan permasalahan dan memastikan
kepatuhan terhadap berbagai peraturan perundang-undangan dan rencana-rencana
strategis perusahaan. Audit manajemen sumber daya manusia juga menciptakan citra
departemen sumber daya manusia yang profesional antara manajer dan spesialis
sumber daya manusia perusahaan. 
2.4.2  Tujuan Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
          Menurut Bayangkara (2008:61)
menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
ingin dicapai melalui audit manajemen sumber daya manusia yang merupakan tujuan
dari dilakukannya audit tersebut, antara lain:
  
27
1.
Menilai efektivitas dari fungsi SDM
2.
Menilai apakah program atau aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis,
efektif, dan efisien.
3.
Memastikan ketaatan berbagai program atau aktivitas SDM terhadap ketentuan
hukum peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
4.
Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas
SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan.
5.
Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai program atau aktivitas SDM.
2.4.3  Manfaat Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
    Menurut
Veithzal Rivai (2011:1055)
menjelaskan bahwa manfaat audit
manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentfikasi kontribusi-kontribusi departemen SDM terhadap perusahaan.
2.
Meningkatkan citra profesional Departemen SDM.
3.
Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan
departemen SDM.
4.
Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab Departemen SDM.
5.
Menstimulasi keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM.
6.
Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM.
7.
Menyelesaikan keluhan-keluhan dengan berpedoman pada aturan yang berlaku.
8.
Mengurangi biaya-biaya SDM melalui prosedur SDM yang tidak efektif.
9.
Meningkatkan kesediaan untuk mau menerima perubahan yang diperlukan di
dalam Departemen SDM.
10.
Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
  
28
2.4.4  Tahapan Audit  Manajemen Sumber Daya Manusia
     Menurut Bayangkara (2008:64)
menjelaskaan bahwa secara umum ada lima
tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen dan audit sumber daya
manusia mengacu pada tahapan ini dalam pelaksanaanya. Langkah (tahapan) tersebut
meliputi:
1.
Audit pendahuluan
Pada tahap ini, auditor menekankan auditnya pada pencarian informasi latar
belakang dan gambaran umum terhadap program atau aktivitas SDM yang di
audit. Informasi yang diperoleh pada tahap ini akan mengantarkan auditor pada
perumusan tujuan audit sementara (tentative audit objective). Tujuan audit
merupakan suatu hipotesis yang memerlukan pembuktian untuk menjawab
pertanyaan (kecurigaan) auditor. Untuk mendapatkan jawaban ini, auditor
menerapkan prosedur audit yang telah ditetapkan. Audit keuangan memiliki
tujuan auditnya sudah jelas, yaitu bukti-bukti transaksi dan laporan keuangan
yang dibuat auditee. Sedangkan tujuan dalam audit SDM harus dirumuskan
terlebih dahulu dan memerlukan survey
awal untuk memahami kondisi yang
terjadi berkaitan dengan program atau aktivitas yang di audit dan masih
memerlukan perbaikan untuk mendukung keberhasilan perusahaan di masa
depan. Tujuan audit merupakan hal yang sangat penting dalam audit SDM,
karena tujuan audit ini yang mengarahkan bagaimana audit dilaksanakan,
termasuk hasil apa yang diharapkan dari audit tersebut. Ketepatan perumusan
tujuan audit ini sangat menentukan keberhasilan audit mencapai tujuannya.
2.
Review terhadap sistem pengendalian manajemen.
Sistem pengendalian manajemen yang dimiliki perusahaan menjadi pedoman
yang digunakan oleh para manajer dan supervisor dalam mengendalikan proses
  
29
yang berjalan agar tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan. Di samping
itu, sistem pengendalian ini juga mengendalikan proses agar berjalan secara
ekonomis, efisien, dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Beberapa hal
yang berhubungan dengan sistem pengendalian
manajemen yang harus
dipererhatikan oleh auditor dalam audit SDM antara lain:
1) Tujuan dari program atau aktivitas SDM harus dinyatakan dengan jelas dan
tegas.
2) Kualitas dan kuantitas dari SDM yang melaksanakan program atau aktivitas
kualifikasi dari SDM yang terlibat (menjadi sasaran) dari program atau
aktivitas SDM yang dilaksanakan.
3) Anggaran program
4) Pedoman atau metode kerja, persyaratan kualifikasi.
5) Spesifikasi dan diskripsi pekerjaan.
6) Standar (ukuran) kinerja program.
3.
  Audit lanjutan.
Dari temuan yang diperoleh, auditor meringkas dan melakukan pengelompokan
terhadap temuan tersebut ke dalam kelompok kondisi, kriteria, penyebab, akibat.
Kondisi merupakan kenyataan riil yang ditemukan auditor berkaitan dengan
program-program SDM yang ditetapkan perusahaan.
Contoh kondisi dapat
berupa rendahnya keterampilan karyawan; produktivitas kerja yang rendah;
tidak adanya motivasi untuk berprestasi pada karyawan; tingkat absensi dan
perputaran karyawan yang tinggi dan sebagainya. Kriteria merupakan berbagai
aturan, norma, dan standar sebagai pedoman bertindak bagi seluruh pihak
berwenang dalam pengelolaan SDM. Contohnya, kriteria dapat berupa pedoman
pelaksanaan pelatihan karyawan; ketentuan pemberian insentif; aturan disiplin
  
30
kerja; kompensasi dan berbagai pedoman (norma) lainnya dalam pengelolaan
SDM. Penyebab adalah tindakan riil dari pihak-pihak yang berwenang dalam
menangani SDM, yang menyebabkan terjadinya kondisi yang ditemukan
auditor. Contohnya, penyebab dapat berupa penyimpangan dari pedoman
pelaksanaan pelatihan karyawan seperti tidak dilaksanakannya pelatihan sesuai
dengan rencana yang menyebabkan keterampilan karyawan rendah dan berbagai
penyebab lainnya. Sedangkan akibat adalah temuan berupa akibat yang harus
ditanggung perusahaan karena terjadinya perbedaan tindakan riil dengan yang
telah ditetapkan. Contoh temuan akibat dapat berupa banyaknya produk cacat;
karyawan kurang terampil dalam mengoperasikan mesin, dan berbagai bentuk
akibat lainnya. Berbagai kelompok temuan tersebut kemudian dianalisis untuk
memahami apakah permasalahan yang berdiri sendiri atau saling terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang lain. Berkaitan dengan hal ini auditor harus
mengembangkan temuan secara cermat sehingga dapat diketahui adanya
penyimpangan yang terjadi, apa penyebab
penyimpangan tersebut, apa akibat
yang harus ditanggung perusahaan berkaitan dengan terjadinya penyimpangan
tersebut. Dari berbagai kekurangan yang ditemukan kemuadian auditor
menyusun suatu rekomendasi untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi
agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
4.
Pelaporan.
Laporan harus di sajikan dalam bahasa yang mudah dipahami. Laporan audit
harus memuat tentang informasi latar belakang, kesimpulan audit, dan disertai
dengan temuan-temuan audit sebagai bukti pendukung kesimpulan tersebut.
Dalam laporan juga harus disajikan rekomendasi yang diusulkan auditor sebagai
alternatif perbaikan terhadap penyimpangan (kekurangan) yang masih terjadi.
  
31
Sebagai kelengkapannya laporan juga harus menyatakan ruang lingkup dari
audit yang dilakukan.
5.
Tindak lanjut.
Tindak lanjut merupakan implementasi dari rekomendasi yang di ajukan auditor.
Manajemen dan auditor harus sepakat dan secara bersama-sama dalam
melaksanakan tindak lanjut perbaikan tersebut. Pada dasarnya keputusan untuk
melakukan tindak lanjut sepenuhnya ada pada manajemen, tetapi dalam
pelaksanaanya auditor mendampingi agar tindak lanjut tersebut berjalan sesuai
dengan rekomendasi yang diajukan dan dapat mencapai tujuannya.
2.4.5  Lingkungan Pengendalian Audit Manajemen Sumber Daya Manusia
     Menurut Guy, Alderman, & Winters yang diterjemahkan oleh Yati. Sumiharti,
Paul.
A. Rajoe, & Ichsan Setyo, Budi.
(2003:229-232)
menyebutkan ada 7
lingkungan pengendalian audit manajemen sumber daya manusia, diantaranya
adalah:
1.
Integritas dan nilai-nilai etis
Merupakan dasar penilaian, preferensi dan gaya manajemen. Nilai-nilai
tersebut membentuk seperangkat standar moral dan perilaku yang merupakan
pegangan manajemen. Standar-standar itu mencakup tindakan manajemen
untuk menghilangkan atau
mengurangi insentif serta godaan yang dapat
menyebabkan seorang melakukan tindakan yang tidak jujur, illegal, atau tidak
etis.
2.
Komitmen terhadap kompetensi
Pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Komitmen terhadap kompetensi mengharuskan manajemen untuk
  
32
mempertimbangkan tingkat kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan tertentu dan menggunakan karyawan dengan keahlian serta
pengetahuan yang sesuai atas masing-masing pekerjaan.
3.
Dewan direksi dan komite audit
Bertugas mengarahkan dan mengawasi suatu entitas.
4.
Filosofi
Filosofi manajemen dan gaya operasional merupakan pendekatan umum dalam
menjalankan suatu entitas. Salah satu aspek dari faktor ini adalah metode
manajemen dalam mengambil atau memantau resiko bisnis.
5.
Struktur organisasi
Struktur organisasi suatu entitas adalah bentuk dan sifat dari sub unit-sub unit
yang dimilikinya serta fungsi manajemen dan hubungan pelaporan yang
berkaitan dengan sub unit tersebut.
6.
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
Struktur organisasi mempengaruhi pemberian wewenang dan tanggung jawab
dalam suatu entitas.
7.
Kebijakan dan praktik SDM
Kebijakan dan praktik SDM merupakan kemampuan entitas untuk
mempekerjakan personel yang mampu dan kompeten guna mencapai
tujuannya. Kebijakan dan praktik seperti itu berkaitan dengan mempekerjakan,
melatih, mengevaluasi, mempromosikan, dan mengkompensasikan karyawan
serta memberikan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
2.5    Penelitian Terdahulu
  
33
Dalam melakukan penelitian, penulis perlu mengadakan review hasil penelitian
terdahulu. Review
hasil penelitian terdahulu dilakukan untuk mengetahui masalah
apa saja yang dibahas pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema yang
diangkat oleh penulis. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan penulis yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Josephine Halim (2010) dimana di dalamnya dibahas
pentingnya mengaudit fungsi-fungsi manajemen SDM di dalam sebuah perusahaan
agar dapat memberikan evaluasi kegiatan operasi perusahaan dalam mengelola
sumber daya manusia. Penelitian tersebut dilakukan mulai pada tahap perekrutan
sampai dengan pemutusan hubungan kerja yang dapat membantu manajemen untuk
mengetahui ketimpangan yang terjadi di dalam sebuah organisasi.
Penulis menemukan fungsi-fungsi manajemen SDM yang kurang efektif
disebabkan karena PT Royalton Indonesia hanya memperhatikan karyawan tertentu
saja dan tidak ditindaklanjuti, selain itu rendahnya prestasi dan disiplin kerja
karyawan perusahaan. Padahal, sebagian besar karyawan merupakan orang yang
sudah cukup lama bekerja di perusahaan tersebut. Hasil temuan yang didapat dari
penelitian tersebut adalah penilaian prestasi kerja yang hanya ditujukan untuk orang-
orang tertentu saja dan tidak ada tindak lanjutnya menyebabkan karyawan tidak
merasa diperhatikan oleh perusahaan. Karyawan menjadi tidak bergairah untuk
berprestasi. Akibatnya, karyawan menjadi tidak disiplin sehingga pekerjaan pun
banyak yang terbengkalai. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk mengaudit
fungsi-fungsi manajemen SDM
untuk mengevaluasi kegiatan operasi perusahaan
guna meningkatkan efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya
manusianya.