9
BAB 2
A. Pengertian Audit
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens &Leobbecke ;
2010)
Definisi lain menurut J.B SUHARJO & B. CAHYONO, Audit merupakan
penilaian terhadap kinerja melalui perbandingan apa yang dilakukan dengan standar
yang seharusnya dilakukan.
Menurut Mulyadi & Kanaka Puradiredja (1998), auditing adalah proses
sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
|
10
Menurut Agoes (2004), Auditing adalah : Suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan
yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Konrath (2002) mendefinisikan auditing sebagai suatu objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian
ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Secara umum, pengertian audit adalah rangkaian praktek dan prosedur, untuk
mencari dan mengevaluasi bukti-bukti yang kemudian dibandingkan dengan criteria
yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dilakukan oleh pihak-pihak yang kompeten dan
independen.
B. Jenis-Jenis Audit
Menurut Boynton dan Kell (2005:6), terdapat tiga tipe audit, yaitu:
1.
Audit laporan keuangan (financial statement audit), berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan
maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
|
11
2.
Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan, atau peraturan tertentu.
3.
Audit operasional (operational audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
A. Pengertian Audit Operasional
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2005), Audit Operasional adalah audit
yang sistematis baik terhadap kegiatan, baik program maupun fungsi suatu organisasi
dengan tujuan untuk memulai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana yang
digunakan secara ekonomis dan efisien, apakah tujuan kegiatan, program, dan fungsi
yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu, Arens et al (2010) berpendapat :
An operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of any part of an
organizations operating procedures and methods. At the completion of an operational
audit, management normally expects recommendations for improving operations.
Menurut Bayangkara I.B.K (2008:2), audit operasional adalah rancangan secara
sistematis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas, program-program yang diselenggarakan,
|
12
atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah
sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program
dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan
aturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan, audit Operasional
adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan
suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, dan
keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manjemen serta
melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi tersebut beserta
rekomendasi untuk perbaikan.
B. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional
Menurut Tunggal, A.W (2012:40), Tujuan dari audit operasional antara lain:
1.
Mengungkapkan kekurangan dan ketidak-beresan dalam setiap unsur yang diuji
oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang
dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang
bersangkutan.
2.
Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.
3.
Untuk membantu mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk
mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan
tentang pengelolaan yang efisien.
4.
Untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.
|
13
5.
Untuk membantu manajemen, audit operasional berhubungan dengan setiap fase
dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen.
6.
Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif
dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
Manfaat dari audit operasional menurut Tunggal A.W. (2013:42) adalah:
1.
Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan.
2.
Membantu pihak manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan, dan
pengendalian.
3.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan rencana-
rencana, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah.
4.
Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan
tindakan preventif yang akan diambil.
5.
Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk
memperkecil pemborosan.
6.
Menilai efektifitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perubahan yang telah
ditetapkan.
7.
Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh tahap operasi
perusahaan.
C. Jenis-Jenis Audit Operasional
|
14
Tunggal A.W. (2013:28) mengklasifikasikan audit operasional menjadi 3 jenis,
yakni:
1.
Fungsional
Audit operasional berkaitan dengan sebuah atau lebih fungsi dalam sebuah
organisasi, misalnya
fungsi pemasaran, fungsi pembayaran, ataupun fungsi
penggajian sebuah divisi ataupun secara keseluruhan. Keunggulan dari audit
fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi auditor. Sedangkan
kekurang dari audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi-fungsi yang
saling berkaitan.
2.
Organisasi
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi
seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu audit
organisasi adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi yang saling
berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasi
aktivitas yang ada sangat penting dalam audit jenis ini.
3.
Penugasan Khusus
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Audit
ini dapat terjadi sewaktu-waktu, dapat pula dalam suatu pelaksanaan audit
operasional secara fungsional maupun organisasional, pemeriksa diminta untuk
melakukan audit operasional yang bersifat khusus.
D. Definisi Efektif, Efisien, dan Ekonomis
|
15
Definisi efektivitas menurut Arens et el (2008 : 842) adalah sebagai berikut :
In general, effectiveness refers to meeting objectives
Sedangkan menurut Bayangkara, IBK (2008 : 14), pengertian
efektivitasyaitu:Efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu
perusahaanuntuk mencapai tujuannya.
Sawyer, Lawrence B (2005 : 211), berpendapat pengertian efektifitas
yaitu:Efektivitas menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan
untuk menghasilkan dampak tertentu. Sesuatu bisa jadi efektif tetapi tidak efisiendan
ekonomis.
Efisiensi adalah perbandingan antara input (biaya) dan output (hasil) yang
diharapkan dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini efisiensi
menganggap tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari
cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.Efisiensi hanya dapat
dievaluasi dengan penilaiaan relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang
dapat diterima.Efisensi mengacu pada sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan (IBK Bayangkara, 2008: 13).Efisiensi berhubungan dengan metode kerja
(operasi). Efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan
output dalam operasional perusahaan.
Menurut Bayangkara, IBK (2008:12), Ekonomis adalahberhubungan dengan
bagaimana perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam
setiap aktivitas. Keekonomisan merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai
|
16
program yang dikelola. Ekonomis mengacu pada proses produksi yang dijalankan
dengan input yang membutuhkan biaya (cost) minim (lebih hemat).
E. Tahapan Audit Operasional
Menurut Bayangkara I.B.K (2008:10), tahapan dalam audit manajemen dapat
dikelompokan ke dalam lima garis besar, yaitu:
1.
Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek yang diaudit. Pada tahap audit ini juga dilakukan penelaahan
terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas
yang diaudit serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk
mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan perusahaan
yang diaudit.
2.
Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian
manajemen objek audit dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
3.
Audit Rinci / Lanjutan
Pengumpulan bukti dilakukan secara cukup dan kompeten untuk mendukung
tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan
temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan yang lain
dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit.
4.
Pelaporan
|
17
Bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk
meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan
mendorong pihak-pihak berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap
berbagai kelemahan yang ditemukan.
5.
Tindak Lanjut
Tahap akhir dari suatu proses audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut
(perbaikan) sesuai rekomendasi yang diberikan, serta melakukan monitoring
(pengawasan).
F. Tahapan Perencanaan Audit Operasional
Tahap dalam proses audit operasional menurut Tunggal, A.W. (2008:62) terdiri
dari:
1.
Menganalisis penugasan
Memahami penugasan dan mendefinisikan ruang lingkup audit.
2.
Mengumpulkan fakta-fakta
Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan, struktur
organisasi, sistem dan prosedur, laporan-laporan.
3.
Melakukan analisis resiko
|
18
Melakukan penilaian terhadap resiko yang dimiliki oleh perusahaan, sebagai
gmabaran akan kemampuan perusahaan untuk bersaing dan menjaga kualitas
produknya.
4.
Mengidentifikasi bukti-bukti audit
Jenis dan bentuk bukti audit akan mempengaruhi perencanaan. Jenis bukti yang
tersedia tergantung pada aplikasi komputer yang digunakan.
5.
Membuat tujuan audit secara rinci
Tujuan audit mendefinisikan sasaran yang akan dicapai oleh tim audit selama
penugasan audit. Sasaran harus dibuat cukup rinci sehingga mudah dimengerti
dan dapat diukur.
6.
Membuat audit program
Tujuan dari pembuatan audit program adalah untuk mengidentifikasi alat dan
teknik yang digunakan selama audit, untuk memilah dan membagi tujuan
menjadi beberapa bagian komponen yang logis dan untuk memperkirakan jumlah
sumber daya yang dibutuhkan guna menyelsaikan tugas audit.
7.
Menentukan jadwal dan staf audit
G. Karakteristik Audit Operasional
Menurut Tunggal A.W (2010;37), karakteristik dari
audit operasional adalah
sebagai berikut:
1.
Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigasi
2.
Mencakup semua aspek perusahaan
|
19
3.
Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian
penjualan, bagian perencanaan, produksi, dan sebagainya), atau suatu fungsi,
atau salah satu sub-klasifikasinya (pengendalian persedian, sistem pelaporan,
pembinaan pegawai, dan sebagainya)
4.
Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahan, unit, atau
fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, dan tugasnya
5.
Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar
6.
Tujuan utamanya adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang
efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi. Diagnosis tentang
permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah-langkah
korektifnya merupakan tujuan tambahan.
H. Teknik-Teknik Audit Operasional
Menurut Arens, Elder, & Beasley (2006), dapat disimpulkan bahwa ada tujuh
teknik dalam mengumpulkan data dalam proses audit operasional, yaitu:
1.
Physical Examination
Sebuah pemeriksaan atau inspeksi yang dilakukan auditor atas aset-aset tangible.
Teknik ini digunakan untuk melakukan verifikasi apakah aset perusahaan benar-
benar ada, deskripsinya, kondisi dan
kualitas dari aset tersebut, serta
kuantitasnya dilaporkan dengan benar.
2.
Confirmation
|
20
Menyocokan suatu data dengan meminta sebuah respon, jawaban, atau pendapat
dari pihak ketiga, baik secara tertulis maupun lisan, untuk melakukan verifikasi
atas keakuratan informasi yang diberikan oleh klien.
3.
Documentation
Proses pemeriksaan atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang dimiliki
oleh klien, kemudian membandingkan keberadaan informasi tersebut dalam
laporan keuangan. Biaya untuk melakukan audit ini, relative lebih rendah, maka
banyak menjadi pilihan dan sering digunakan.
4.
Analytical Procedures
Teknik untuk menilai apakah saldo akun atau data lain dalam laporan keuangan
telah disajikan secara wajar. Teknik ini popular di zaman komputerasi saat ini,
karena komputer membantu mempercepat proses penghitungan.
5.
Inquiries of the client
Memberikan sejumlah pertanyaan kepada klien, baik lisan maupun tulisan.
Teknik ini tidak dapat berdiri sendiri, karena jawaban dari klien sangat mungkin
bersifat bias karena berasal dari pihak yang tidak independen. Karenanya, teknik
audit ini biasanya diikuti oleh teknik audit lainnya, seperti documentation
maupun observation.
6.
Reperformance
Pengecekan kembali atas informasi dan data-data yang didapat dari klien dengan
menggunakan metoda yang selama ini dijalankan.
7.
Observation
Melakukan pemeriksaan dengan cara langsung datang ke perusahaan untuk
memperoleh informasi umum mengenai aktivitas klien.
|
21
I. Temuan Audit Operasional
Menurut Tunggal, A.W. (2008:186) menyatakan suatu yang penting dalam audit
adalah pengembangan temuan-temuan untuk dikomunikasukan kepada pihak-pihak lain.
Kata temuan atau findings diartikan sebagai himpunan informasi-informasi mengenai
kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal yang lain yang telah dianalisa atau dinilai serta
diperkirakan akan menarik atau berguna untuk pejabat berwenang. Penyusunan temuan
yang baik harus mencakup sebagai berikut :
1.
Kondisi (condition)
Kondisi adalah keadaan yang menggambarkan kenyataanyang terjadi di
perusahaan.Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam setiap
pekerjaan lapangan (field work).
2.
Kriteria (criteria)
Kriteria adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang
seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap
bagian dalam perusahaan, yang dapat berupa kebijakan yang telah ditetapkan
manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri dan
peraturan pemerintah.
3.
Sebab (cause)
Sebab adalah tindakan-tindakan yang menyimpang daristandar yang berlaku
dan apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan serta bagaimana
|
22
terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secarapenuh
mengidentifikasi penyebab atau alasan terjadinya penyimpangan dari kriteria.
Faktor penting dari temuan audit yaitu menentukan penyebab kelemahan.
4.
Akibat (effect)
Akibat adalah dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar
yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakanaudit operasional
adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk
mengoreksi temuan atas kekurangan yang diidentifikasi oleh tim audit.
5.
Rekomendasi (recommendation)
Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan masalah
yang dikemukakan dalam temuan. Keberhasilan penyempurnaan suatu
temuan audit adalah pengembangan rekomendasi sebagai suatu tindakan
yang harus diambil untuk mengoreksi kondisi yang tidak diinginkan saat ini.
A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo, M.S.(2008:132)
pengendalian internal adalah, suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas,
manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk memberikan kepastian yang
beralasan yang terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas
dam efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
|
23
Sedangkan menurut rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo,
M.S.(2008:132) pengendalian internal adalah, suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan
direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk memberikan
kepastian yang beralasan yang terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai
berikut: efektivitas dam efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
B. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Pengendalian intern dilakukan oleh suatu perusahaan, guna menjaga efektifitas
dan efisiensi dari kinerja dan sistem yang dimiliki oleh perusahaan.Tujuan pengendalian
intern perusahaan menurut Warren Reeve Fees (2006:236), pengendalian intern akan
memberikan jaminan yang wajar bahwa, aktiva dilindungi dan digunakan untuk
pencapaian tujuan usaha, informasi bersifat akurat, setiap anggota perusahaan mematuhi
peraturan dan ketentuan, dan kegiatan perusahaan sejalan dengan prosedur yang berlaku.
C. Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Terdapat 5 Komponen pengendalian internal Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO), menurut Sanyoto Gondodiyoto
(2009:268):
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
|
24
Lingkungan pengendalian intern terdiri dari tindakan, kebijaksanaan dan
prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap manajemen puncak, direktur
dan pemilik terhadap pengendalian.
2.
Penilaian resiko (Risk Assesment)
Penilaian risiko untuk pelaporan keuangan adalah identifikasi manajemen
dan analisis risiko yang relevan untuk penyusunan laporan keuangan sesuai
dengan GAAP.
3.
Aktivitas pengendalian (ControlActivities)
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan
bahwa perintah manajemen dilaksanakan.
4.
Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
Tujuan informasi akuntansi entitas dan komunikasi adalah untuk memulai
merekam, memproses, dan melaporkan transaksi entitys dan untuk
mempertahankan akuntabilitas atas aktiva yang bersangkutan.
5.
Pemantauan (Monitoring)
Kegiatan pemantauan menangani penilaian yang berkelanjutan atau berkala
terhadap kualitas kinerja pengendalian internal oleh manajemen untuk
determine bahwa kontrol operasi sebagaimana dimaksud dan bahwa mereka
yang diubah sesuai dengan perubahan kondisi. Informasi untuk penilaian dan
modifikasi berasal dari berbagai sumber, termasuk studi kontrol internal yang
telah ada, laporan auditor internal, kecuali melaporkan kegiatan
pengendalian, laporan oleh lembaga regulator seperti bank regulasi, umpan
balik dari personil operasi dan kepatuhan dari pelanggan tentang biaya
penagihan.
|
25
A. Pengertian Penjualan
Menurut Arens dan Loebbecke (2003:356) yang diterjemahkan oleh Amir Abadi
Jusuf, definisi dari penjualan adalah: Penjualan merupakan proses yang diperlukan
untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual
kepada pelanggan
Secara umum, penjualan dibagi menjadi:
1.
Penjualan Tunai
Penjualan tunai terjadi apabila penyerahan barang atau jasa segera diikuti
dengan pembayaran dari pembelian.
2.
Penjualan Kredit
Dalam penjualan kredit, setelah barang atau jasa diserahkan kepada pihak
konsumen, pihak penjual menerima
tanda bukti penerimaan barang dari
pihak pembeli, yang sekaligus merupakan pernyataan untuk melakukan
pembayaran di kemudian hari.Bukti inilah yang menjadi dasar pengakuan
piutang dari pihak penjual.
B.Piutang
Kiese et al
(2011) dalam bukunya yang berjudul Financial Accounting
menyatakan bahwa: Account Recievables are amount owned by customer on account
|
26
as result from the sales of goods and services. Account Recievables are the most
significant type of claim held by a company.
Piutang dapat digolongkan menjadi dua, yakni:
1.
Piutang Usaha
Piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan
normal perusahaan.
2.
Piutang Non-usaha (lain-lain)
Piutang yang timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak
luar, misalnya piutang kepada karyawan.
C. Tujuan Sistem Penjualan
Tujuan sistem penjualan adalah:
1.
Mencatat order penjualan dengan cepat dan akurat
2.
Memastikan bahwa perusahaan menjual kepada konsumen yang memang layak
menerima kredit (sehingga kalau boleh, tidak ada kredit macet)
3.
Memastikan bahwa konsumen menerima kiriman produk dan jasa tepat waktu,
sesuai yang dijanjikan
4.
Menagih tepat waktu dan akurat, sehingga perputaran kas lebih cepat.
5.
Mencatat dan mengelompokkan transaksi keuangan secara cepat dan akurat (ke
dalam jurnal maupun ke buku besar)
6.
Memastikan keamanan aset perusahaan (barang dagangan maupun kas dari
penjualan)
|
27
D. Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Penjualan
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf A.A (2003)
menyatakan bahwa tujuan dari audir operasional adalah:
1.
Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman actual yang dilakukan kepada
pelanggan non fiktif (keberadaan).
2.
Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan).
3.
Penjualan yang dicatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan ditagih
serta dicatat dengan benar (akurasi).
4.
Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi).
5.
Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat (tepat waktu).
6.
Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk dan
diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran).
|