13
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Hery (2012: 3-4) yang menyebutkan bahwa, “Laporan
keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berisi informasi
keuangan perusahaan atau organisasi”. 
Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu
laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Dari pemaparan pengertian laporan keuangan diatas, dapat
penulis
simpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan mengenai posisi dan
kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dan informasi
lainnya yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan tersebut.Setelah
transaksi-transaksi diidentifikasi, dicatat, dan diikhtisarkan, maka akan dibuat
empat laporan keuangan dari data akuntansi yang telah diringkas. Laporan
keuangan ini dimaksudkan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan
informasi mengenai posisi atau keadaan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
  
14
2.1.2
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 paragraf ke 7 (2009) tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan suatu entitas, kinerja
keuangan, dan juga arus kas entias yang bermanfaat bagi para pemakai
laporan keuangan tersebut untuk membuat suatu keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Tujuan
laporan keuangan nenurut PSAK No.1 paragraf ke 7
(2009)
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: 
a)
Asset
b)
Liabilitas
c)
Ekuitas
d)
Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
e)
Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik dan
f)
Arus kas
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
2.1.3
Pengguna Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi
keuangan suatu perusahaan atau organisasi.
Laporan keuangan dijadikan
dasar oleh para penggunanya sebagai alat untuk menilai dan mengukur
kinerja dan posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu.
Laporan
keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu
  
15
perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan
inilah yang digunakan
untuk menilai kinerja keuangan. Laporan keuangan juga dijadikan dasar oleh
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan ekonomis.
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan
keuangan sangat berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan yang hendak
diambil. Menurut Hery (2012:11) yang menyebutkan para pengguna
informasi akuntansi dan laporan keunagan ini dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu pemakai internal (internal users)
dan pemakai eksternal
(external users) :
Internal users, terdiri dari :
a)
Direktur dan manager keuangan. Untuk menentukan mampu tidaknya
perusahaan dalam melunasi utangnya secara tepat waktu kepada
kreditor (banker, supplier), maka mereka membutuhkan informasi
akuntansi mengenai besarnya uang kas yang tersedia di perusahaan
pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman/utang.
b)
Direktur operasional dan manager pemasaran. Untuk menentukan
efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun aktivitas
pemasaran yang telah dilakukan perusahaan, maka mereka
membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya penjualan
(trend penjualan).
c)
Manager dan supervisor produksi. Mereka membutuhkan informasi
akuntansi biaya untuk menentukan besarnya harga pokok produksi,
yang ada pada akhirnya juga sebagai dasar untuk menetapkan harga
jual produk per unit.
  
16
d)
Dan pemakai internal lainnya.
External users, terdiri dari :
a)
Pemegang saham (investor), laporan keuangan berguna untuk menilai
kinerja perusahaan selama periode tertentu, dan untuk keputusan
investasi. Laporan keuangan membantu investor memutuskan untuk
menjual,membeli, atau  menahan investasi mereka. Selain itu, laporan
keuangan juga memberikan informasi kepada investor yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan
membayar dividen.
b)
Kreditor atau pemberi pinjaman, menggunakan informasi akuntansi
debitor untuk mengevaluasi besarnya tingkat resiko dari pemberian
kredit atau pinjaman uang. 
c)
Pemerintah, laporan keuangan memberikan informasi untuk mengatur
aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
d)
Badan Pengawas Pasar Modal, mewajibkan public corporation
(emiten) untuk melampirkan laporan keuangan secara rutin kpada
BAPEPAM. Dalam hal ini, pihak BAPEPAM sangat berkepentingan
terhadap kinerja keuangan emiten dengan tujuan untuk melindungi
para investor.
e)
Bagi pelanggan, laporan keuangan memberikan informasi informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka
terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada
perusahaan.
  
17
f)
Bagi karyawan, laporan keuangan memberikan informasi mengenai
stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Laporan keuangan juga
memberikan 
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat
pensiun, dan kesempatan kerja.
g)
Bagi masyarakat, laporan keuangan memberikan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.1.4
Komponen Laporan Keuangan 
Menurut PSAK No.1 Paragraf 8 (2009) laporan keuangan yang
lengkap terdiri darikomponen-komponen berikut ini:
a)
Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
b)
Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c)
Laporan perubahan ekuitas selama periode;
d)
Laporan arus kas selama periode;
e)
Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan
f)
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporankeuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya.
2.1.4.1 Laporan Posisi Keuangan 
Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2012:30) neraca
adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total
ekuitas pemilik. Tujuan neraca adalah untuk menggambarkan posisi
keuangan perusahaan. Hubungan antara aktiva, kewajiban, dan
  
18
ekuitas dapat dirumuskan dalam sebuah persamaan akuntansi : Aktiva
= Kewajiban + Ekuitas.
Menurut PSAK No.1 Paragraf 52 (2009) laporan posisi
keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
a)
Aset tetap;
b)
Properti investasi;
c)
Aset tidak berwujud;
d)
Aset;
e)
Investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
f)
Aset biolojik;
g)
Persediaan;
h)
Piutang dagang dan piutang lainnya;
i)
Kas dan setara kas;
j)
Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan
PSAK 58;
k)
Utang dagang dan terutang lainnya;
l)
Kewajiban diestimasi;
m)
Laibilitas keuangan;
n)
Laibilitas dan aset untuk pajak kini ;
o)
Laibilitas dan aset pajak tangguhan;
p)
Laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesudai
dengan PSAK 58;
q)
Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari
ekuitas; dan
r)
Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk.
2.1.4.2 Laporan Laba Rugi
James C Van Horne dalam Kasmir (2012:45) mengatakan
bahwa, “Laporan laba rugi adalah ringkasan pendapatan dan biaya
perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi
pada periode tertentu”. Laporan laba rugi akhirnya memuat informasi
mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba/rugi bersih, yang
merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban.
Menurut PSAK
  
19
No.1 Paragraf 80 (2009),
Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-
kurangnya
mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut selama suatu
periode:
a)
Pendapatan;
b)
Biaya keuangan;
c)
Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures
yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;
d)
Beban pajak;
e)
Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
a.
Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan
b.
Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui
dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang
dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan;
f)
Laba rugi;
g)
Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain;
h)
Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan
        joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas;
i)
Total laba komprehensif.
2.1.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Hery (2012:6) mengatakan bahwa,
“Laporan perubahan
ekuitas adalah  sebuah laporan yang menyajikan ikhtisar perubahan
dalam pos-pos ekuitas suatu perusahaan untuk satu periode waktu
tertentu”. Menurut PSAK No.1 Paragraf 104 (2009),Entitas
menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a)
Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang
menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada
kepentingan non-pengendali;
b)
Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif
atau penyajian kembali secara
retrospektif yang diakui sesuai
dengan PSAK 25;
c)
Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah
tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah
mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari:
a.
Laba rugi;
  
20
b.
Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan
c.
Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, yang menunjukkan secara
terpisah kontribusi
dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan
perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang
tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Laporan perubahan modal atau laporan ekuitas pemilik
melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu.
Laporan terebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba
bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam
laporan ini.
Demikian juga dengan laporan perubahan modal ini.
Harus
dipersiapkan sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah modal
pada akhir periode harus dilaporkan di neraca.
Oleh karena itu,
laporan perubahan modal seringkali dipandang sebagai penghubung
antara laporan laba rugi dengan neraca.
2.1.4.4 Laporan Arus Kas
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel yang diterjemahkan
oleh Desi, A. Dan Vera, D. (2010:323) menyatakan bahwa laporan
arus kas (statement of cash flow) melaporkan penerimaan kas,
pembayaran kas, perubahan bersih pada kas yang dihasilkan dari
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama satu periode.
Informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk
  
21
menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
serta kepastian
perolehannya.
Jika digunakan dalam
kaitannya dengan laporan keuangan
lainnya, maka laporan arus kas dapat memberikan informasi yang
memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset
neto entitas, struktur keuangannya (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang
yang berubah.Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan
pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan
nilai kini arus kas masa depan dari berbagai entitas. Informasi tersebut
juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai
entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama
(PSAK No.2 Paragraf 3 2009).
Laporan arus kas dipengaruhi oleh tiga aktivitas menurut Fraser
dan Ormiston (2008:168), yaitu :
1.
Aktivitas operasi termasuk mengirim barang untuk dijual dan
memberikan jasa pelayanan, dan pengaruh kas oleh transaksi lain
ikut menentukan pendapatan.
  
22
2.
Aktivitas investasi termasuk memperoleh dan menjual surat
berharga yang tidak setara dengan kas, aktiva produktif yang
memberikan manfaat untuk periode jangka panjang dna
memberikan pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman.
3.
Aktivitas pendanaan termasuk pinjaman dari kreditur dan
pengmbalian pokok pinjaman dan memperoleh sumber dana dari
pemilik dan mengembalikan investasinya.
2.1.4.5 Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (2009) definisi dari catatan atas laporan
keuangan adalah salah satu unsur laporan keuangan yang menyajikan
informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, dan Laporan Arus Kas (LAK) dalam rangka pengungkapan
yang memadai. Catatan atas Laporan Keuangan membantu
menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta
memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan
perusahaan. Catatan atas Laporan Keuangan dapat mencakup
informasi tentang hutang
, kelangsungan usaha ,piutang , kewajiban
kontinjensi , atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angka-
angka keuangan (misalnya untuk menunjukkan gugatan).
Catatan atas laporan keuanganmenurut PSAK No.1 terdiri dari :
a)
Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu
diterapkan terhadap
peristiwa dan transaksi yang penting ;
b)
Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak
disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan; dan
  
23
c)
Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun
dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk
memahami laporan keuangan.
2.1.5
Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2008: 247) dalam bukunya yang berjudul “Analisis
Kritis atas Laporan Keuangan” yang menyebutkan keterbatasan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1.
Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak
dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan.
2.
Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
tekasiran dan berbagai pertimbangan.
4.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian
pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos
tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak
menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan
keuangan.
5.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan
yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih
alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang
paling kecil.
  
24
6.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
7.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah
teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan informasi yang dilaporkan.
8.
Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat
digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-
sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
9.
Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.2
Analisis Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2011:69) yang menyebutkan analisis laporan
keuangan terdiri dari dua kata  yaitu Analisis dan Laporan Keuangan. Kata
analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai
unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca (posisi keuangan),
laba/rugi, dan arus kas (dana). 
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan
data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentah menjadi informasi yang
lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu.
Hasil analisis laporan keuangan menurut Harahap (2011:92) akan bisa
membuka tabir berikut ini :
  
25
1.
Kesalahan proses akuntansi seperti : kesalahan pencatatan, kesalahan
pembukuan, kesalahan jumlah, kesalahan perkiraan, kesalahan posting,
kesalahan jurnal.
2.
Kesalahan lain yang disengaja. Misalnya tidak mencatat, pencatatan
harga yang tidak wajar, menghilangkan data, income smoothing, dan
lain sebagainya.
2.2.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Kegunaan
analisis laporan keuangan Menurut Harahap (2011:195) adalah sebagai
berikut :
1.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada
yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada
di balik
laporan keuangan (implicit).
3.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan.
4.
Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk
prediksi, pemeringkatan (rating).
5.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu
  
26
laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga
antara lain :
a)
Dapat menilai prestasi perusahaan.
b)
Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
c)
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa
sekarang dari aspek tertentu yaitu seperti posisi keuangan,
hasil usaha perusahaan, likuiditas, solvabilitas, aktivitas,
rentabilitas atu profitabilitas, dan indikator pasar modal.
6.
Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
7.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standard industry normal
atau standar ideal.
2.3
Teknik Analisis Laporan Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau financial ratio
ini sangat penting
gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi perusahaan.Bagi
investor jangka pendek dan menengah umumnya lebih banyak tertarik
kepada kondisi keuangan jangka pendek dan kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut dapat
diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung
rasio-rasio keuangan yang sesuai dengan
keinginan. Secara jangka
panjang, rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan
dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan.
  
27
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat analisis
keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Meskipun
perhitungan rasio hanyalah merupakan operasi aritmatika sederhana,
namun hasilnya memerlukan interprestasi yang tidak mudah. Analisis
rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari
laporan posisi keuangan (financial position statement), perhitungan
rugi  laba (income statement), dan laporan arus kas (cash flow
statement).Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika
dihubungkan antara lain dengan menggunakan pola historis
perusahaan tersebut, yang dilihat perhitungan pada sejumlah tahun
guna menentukan apakah perusahaan membaik atau memburuk, atau
melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam indutri yang
sama.
2.3.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2012:109) dalam bukunya yang berjudul
Analisis Kinerja Keuangan” menyebutkan manfaat yang bisa diambil
dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu :
a)
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan
sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan;
b)
Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak
manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan;
c)
Analisis rasio keuangan dapat dijadikan alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan;
  
28
d)
Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi kreditor untuk
memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan
pengembalian pokok pinjaman;
e)
Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi
pihak stakeholder organisasi.
2.3.3Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan
2.3.3.1 Rasio Likuiditas
Dermawan (2011:37) mengatakan bahwa, “Rasio likuiditas
(liquidity ratio) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya (utang lancar)
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar. Contohnya
dalah membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji
teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena ini rasio
likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Rasio likuiditas
secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio (acid test
ratio).
Current Ratio
Current ratio
adalah ukuran yang umum digunakan atas
solvensi jangka pendek. Rasio ini mengukur  kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang
ketika jatuh
tempo.
  
29
Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Quick ratio (Acid test ratio) adalah menunjukkan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Quick ratio
merupakan ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti
daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan
yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan
kemungkinan menjadi sumber kerugian.
2.3.3.2 Rasio Leverage
Menurut Fraser dan Orminston (2008:233) menyebutkan rasio
leverage
adalah mengukur sejauh mana perusahaan didanai dengan
hutang. Jumlah dan proporsi hutang di dalam struktur modal
perusahaan sangatlah penting untuk analisis keuangan karena harus
memilih antara risiko atau tingkat pengembalian. Penggunaan utang
yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan  karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage
(utang
ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi
dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil
dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar
utang tersebut. Rasio leverage secara umum ada 5 (lima) yaitu debt to
total assets, debt to equity ratio, times interest earned, fixed charge
coverage, dan cash flow coverage.
  
30
Debt to Total Assets
Debt to total assets
adalah menekankan pada pentingnya
pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva
perusahaan yang didukung oleh hutang.
Rasio ini juga menyediakan
informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi
kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi
pembayaran bunga pada kreditor.
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity adalah rasio yang menunjukkan perbandingan
antara hutang dengan modal sendiri. Dalam persoalan debt to equity
ratio ini yang perlu dipahami bahwa tidak ada batasan berapa debt to
equity ratio
yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk
konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat dari 66% atau 2/3
sudah dianggap beresiko.
Times Interest Earned
Times Interest Earned adalah rasio yang memberikan indikasi
kemampuan perusahaan untuk melunasi pembayaran bunga ketika
jatuh tempo. Atau untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat
  
31
turun tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena
perusahaan tidak mampu membayar bunga.
Fixed Charge Coverage 
Disebut juga dengan rasio menutup beban tetap. Rasio menutup beban
tetap adalah ukuran  yang lebih luas dari kemampuan perusahaan untuk
menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran bunga
karena termasuk pembayaran beban bunga tetap yang berkenaan dengan sewa
guna usaha. 
Cash Flow Coverage
2.3.3.3 Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2011:308) rasio aktivitas adalah rasio yang
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian
dan kegiatan lainnya. Rumus rasio aktivitas secara umum ada 4
(empat), yaitu inventory turnover
(perputaran persediaan), rata-rata
  
32
periode pengumpulan piutang,  fixed asset turnover (perputaran aktiva
tetap), dan total asset turnover (perputaran total asset).
Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
Inventory turnover
menunjukkan berapa cepat perputaran
persediaan dalam siklus produksi normal. Rasio
ini
mengukur
kemampuan perputaran inventory
atau persediaan untuk dijadikan
uang atau kas lagi. Atau mengukur berapa kali, secara rata-rata,
persediaan dapat dijual selama periode tertentu.
Receivable Turnover
Receivable turnover
merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu
periode. 
Day Sales Outstanding 
Rasio day sales outstanding
disebut juga dengan rata-rata
periode pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana
suatu perusahaan melihat periode pengumpulan piutang yang akan
terlihat.
  
33
Fixed Assets Turnover (Perputaran Aktiva Tetap)
Fixed assets turnover
disebut juga dengan perputaran aktiva
tetap. Rasio ini melihat sejauh mana aktiva tetap yang dimiliki oleh
suatu perusahaan memiliki tingkat perputaran secara efektif, dan
memberikan dampak pada keuangan perusahaan.
Total Assets Turnover (Perputaran Total Aset)
Total assets turnover
disebut juga dengan perputaran total
asset. Rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki
oleh perusahaan memiliki perputaran secara efektif.
2.3.3.4 Rasio Profitabilitas
Menurut Fahmi (2012:68) rasio profitabilitas adalah rasio yang
mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan
dengan besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan
tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas
  
34
secara umum ada 4 (empat), yaitu gross profit margin,
net profit
margin, return on investment (ROI), dan return on total equity (ROE).
Gross Profit Margin
Gross profit margin ratio adalah untuk mengukur presentase
setiap nilai penjualan yang menghasilkan laba kotor. Semakin besar
rasio ini, maka akan semakin baik.
Net Profit Margin
Net profit margin
adalah mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba bersih. Semakin besar Net Profit Margin ini,
maka akan semakin baik.
Return On Investment (ROI)
Return on investment
(ROI) atau pengembalian investasi,
bahwa beberapa referensi lainnya rasio ini juga ditulis dengan Return
on Total Asset
(ROA). Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang
telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya
sama dengan aset perusahaan yang ditanamakan atau ditempatkan.
  
35
Return On  Equity (ROE)
Return on total equity
(ROE) disebut juga dengan laba atas
ekuitas. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas.
2.3.3.5 Rasio Pertumbuhan
Menurut Fahmi (2012:69) rasio pertumbuhan yaitu rasio yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum.
Rasio  pertumbuhan ini yang
umum dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi sales
(penjualan),
earning after tax
(EAT), laba perlembar saham, dividen perlembar
saham, dan harga pasar pelembar saham.
2.3.3.6 Rasio Nilai Pasar
Menurut Fahmi (2012:70) rasio nilai pasar yaitu rasio yang
menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering
dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan kondisi
  
36
keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan, jika keputusan
menempatkan dana diperusahaan tersebut terutama untuk masa yang
akan datang.
Earning per Share (Pendapatan Perlembar Saham)
Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah
bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Price Earning Ratio (Rasio Harga Laba)
Price Earning Ratio adalah menunjukkan perbandingan antara
harga dari sebuah saham dengan tingkat pengembalian yang akan
diterima dari tiap saham yang dimiliki. Bagi para investor semakin
tinggi Price Earning Ratio
maka pertumbuhan laba yang diharapkan
juga akan mengalami kenaikan.
  
37
Book Value per Share
Book value per share
adalah menunjukkan nilai wajar dari
sebuah saham biasa yang beredar dari saham sebuah perusahaan.
Dividen Yield (Hasil Saham)
Dividen Payout Ratio
Rasio ini menunjukkan besar presentase laba per saham yang
dialokasikan oleh manajemen untuk dibagikan dalam bentuk
dividen.de
  
38
2.4
Perumusan Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kinerja keuangan perusahaan real estate dan properti sebelum dan sesudah
subprime mortgage
AS yang telah menjadi krisis keuangan global 2008.
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan real estate dan properti adalah quick ratio,
debt to equity ratio, 
inventory turnover, net profit margin, dan earning per share.
Krisis subprime mortgage
di Amerika Serikat yang telah merambat
menjadi krisis keuangan global telah menularkan efeknya ke negara-negara
lainnya termasuk Indonesia. Walaupun efek dari krisis keuangan AS ini tidak
sefatal efek krisis moneter terdahulu tetapi efek krisis ini memberikan efek
terhadap aktivitas perekonomian di Indonesia. Efek dari krisis keuangan
global yang dirasakan oleh Indonesia yaitu angka inflasi pada Januari-
September 2008 yang lebih tinggi dari yang diperkirakan pemerintah yaitu
mencapai 10,47%, hampir semua harga saham rontok melebihi 10%,
melemahnya nilai rupiah dimana pada oktober 2008 dolar sempat menembus
Rp 10.650,- , dan BI rate dinaikkan menjadi 9,5%.
Sektor real estate dan properti merupakan salah satu sektor bisnis
yang rentan terkena efek krisis ini secara langsung. Hal ini karena sebagian
besar sumber pembiayaan sektor ini berasal dari pinjaman ke perbankan
nasional dan lembaga keuangan luar negeri.
Dengan pertimbangan diatas, maka penelitian ini mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
  
39
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.
Krisis subprime mortgage AS yang merambat menjadi krisis keuangan global
2008 menyebabkan inflasi bagi perekonomian Indonesia  yaitu mencapai
10,47% pada tahun 2008 dan memungkinkan untuk menurunkan daya beli
masyarakat khususnya untuk sektor real estate
dan properti. Menurunnya
daya beli ini akan menyebabkan
terjadinya penurunan pendapatan dan
keuntungan bagi perusahaan dan akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penulis memilih
Quick Ratio
atau Acid Test Ratio
karena dinilai lebih teliti dibandingkan
dengan Current Ratio
karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang
dianggap aktiva lancar yang tidak likuid. Menurunnya daya beli masyarakat
terhadap real estate
dan properti ini akan menyebabkan persediaan pada
perusahaan ini menjadi tinggi. Oleh karena itu penulis memilih Quick Ratio.
Berdasarkan ulasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H1
: Berdasarkan Quick Ratio, kinerja keuangan perusahaan real
estate dan properti berbeda secara signifikan antara sebelum dan
sesudah krisis keuangan global.
Debt to
Equity
Ratio
merupakan rasio solvabilitas yang umumnya
digunakan untuk mengukur leverage suatu perusahaan. DER yang terlalu
tinggi juga tidak baik karena tingkat utang yang semakin tinggi akan
memperbesar kemungkinan risiko gagal bayar (risk of default) bunga
  
40
pinjaman maupun pokok utang yang akhirnya dapat mengakibatkan
kebangkrutan perusahaan. Perusahaan real estate dan properti mengandalkan
pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya sebagai sumber
pembiayaan disamping modal internalnya. Krisis subprime mortgage
AS
yang merambat menjadi krisis keuangan global 2008
akan menyebabkan
pendapatan perusahaan ini akan berkurang akibat inflasi dan menurunnya
daya beli masyarakat
sehingga menyebabkan perusahaan meminjam dana
kepada bank atau lembaga keuangan lain untuk membiayai kegiatan
perusahaan. Krisis pun membuat 
tingkat suku bunga  melonjak dan
menyebabkan bunga pinjaman pun semakin tinggi.  Berdasarkan ulasan
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 
:Berdasarkan Debt to Equity Ratio , kinerja keuangan perusahaan
real estate dan properti berbeda secara signifikan antara sebelum
dan sesudah krisis keuangan    global.
Inventory Turnover
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran persediaan untuk dijadikan uang lagi atau untuk mengukur
seberapa besar secara rata-rata, persediaan dapat dijual kembali. Krisis
subprime mortgage AS yang merambat menjadi krisis keuangan global 2008
menyebabkan nilai rupiah yang melemah, harga-harga barang baik dan 
menyebabkan inflasi, dan menurunkan daya beli. Dengan menurunnya daya
beli masyarakat akan menyebabkan kelebihan persediaan untuk properti dan
real estate untuk dijual. Berdasarkan ulasan tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
  
41
H3
: Berdasarkan Inventory Turnover Ratio, kinerja keuangan
perusahaan real estate
dan properti  berbeda
secara signifikan
antara sebelum dan sesudah krisis keuangan global.
Net Profit Margin
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih.Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
bersih atau keuntungan tinggi. Krisis subprime mortgage AS yang merambat
menjadi krisis keuangan global 2008 telah memberikan efeknya kepada
perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah tingkat inflasi pada Januari-
September 2008 yang lebih tinggi dari yang diperkirakan pemerintah yaitu
mencapai 10,47%. BI menyikapi inflasi ini dengan menaikkan suku bunga
menjadi 9,5%. Peningkatan BI rate ini berakibat pada melambungnya tingkat
suku bunga kredit yang telah mencapai 17%-18% per tahun. Kenaikan suku
bunga kredit ini akan memungkinkan masyarakat menunda untuk membeli
produk real estate dan properti yang berakibat pada menurunnya penjualan
dan keuntungan bagi perusahaan real estate dan properti ini. Berdasarkan
ulasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4
: Berdasarkan Net Profit Margin
, kinerja keuangan perusahaan
real estate dan properti berbeda secara signifikan antara sebelum
dan sesudah krisis keuangan global.
  
42
Earning Per Share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap
lembar saham yang dimiliki. Dengan melambungnya suku bunga pinjaman,
akan membuat daya beli masyarakat berkurang yang berakibat pada
menurunnya penjualan dan pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan real
estate
dan properti ini. Penurunan pendapatan ini akan mempengaruhi
pemberian keuntungan kepada para pemegang saham atas saham yang
dimiliki. Semakin besar pendapatan (income) akan semakin tinggi earning
per share, sebaliknya apabila pendapatan kecil maka akan membuat earning
per share
pun kecil. Berdasarkan ulasan tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H5
:Berdasarkan
Earning Per Share
, kinerja keuangan perusahan
real estate dan properti berbeda secara signifikan antara sebelum
dan sesudah krisis keuangan global.