7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK 2012), pengertian laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisis keuangan
dan kinerja suatu entitas. laporan keuangan yang lengkap adalah laporan keuangan
yang meliputi laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode, laporan laba-rugi
koprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus
kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, laporan posisi keuangan pada
awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menrapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian antara informasi-
informasi keuangan yang ada dalam perusahaan kepada pihak -
pihak di luar
perusahaan, yang bertujuan untuk membantu para pengguna laporan keuangan dalam
membuat keputusan alokasi modal perusahaan.
Kasmir (2008) mengungkapkan bahwa
perusahaan baik bank maupun non-
bank pada suatu waktu atau periode tertentu akan melaporkan semua kegiatannya.
Kasmir juga menjelaskan secara sederhana bahwa laporan keuangan adalah laporan
yang menjelaskan keadaan keuangan perusahaan pada saat sekarang ini atau dalam
suatu periode tertentu.
2.1.1
Tujuan Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan menyatakan tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
  
8
“Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya” (IAI, 2009:3).
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan berisi posisi keuangan
perusahaan, kinerja keuangan dan arus kas perusahaan. Hasil yang ditunjukkan
laporan keuangan merupakan
hasil tanggungjawaban pihak manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.1.2
Karakteristik Laporan Keuangan
Terdapat empat
karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Gibson
(2009) yaitu understandability, relevant, reliability, comparability. Berikut
penjelasan dari masing – masing karakteristik laporan keuangan :
1.
Dapat dipahami (understandability)
Informasi dalam laporan keuangan akan memiliki manfaat apabila informasi
tersebut dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan, jika pengguna laporan
keuangan telah memahami istilah
-
istilah dan mempelajari informasi yang
terdapat di laporan keuangan maka laporan keuangan dapat dengan mudah
dipahami oleh pengguna.
2.
Relevan (relevant)
Informasi keuangan pada laporan perusahaan harus dapat membantu pengguna
untuk melihat atau memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang,
melihat ulang
kejadian
-
kejadian atau transaksi perusahaan di masa lalu, dan
harus disajikan secara tepat waktu agar dapat dijadikan sebagai pedoman yang
relevan dalam mengambil keputusan bisnis.
3.
Handal (reliability)
  
9
Informasi
yang ada pada laporan keuangan harus dapat diverifikasi dan
penyajiannya 
dilakukan secara jujur dan bebas dari bias/netral
sehingga laporan keuangan
dapat dipercaya dan dapat digunakan secara maksimal oleh pengguna laporan
keuangan..
4.
Dapat dibandingkan (comparability)
Laporan keuangan harus dapat dibandingkan antara satu periode dengan periode
lainnya untuk mengetahui perkembangan atau kinerja perusahaan dari tahun ke
tahun. Selain itu, laporan keuangan suatu perusahaan juga harus dapat
diperbandingkan antara perusahaan sejenis lainnya, yang bertujuan untuk
mengetahui di mana posisi perusahaan berada bila dibandingkan dengan
perusahaan sejenis lainnya yang bergerak dalam industri yang sama.
2.1.3
Jenis – jenis Laporan Keuangan
Terdapat lima
unsur dalam laporan keuangan dayaitu: Neraca (Statement of
Financial Position), Laporan Laba Rugi (Statement of Comprehensif Income),
Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Stockholders Equity), Laporan Arus Kas
(Statement of Cash Flow), dan Catatan Atas Laporan Keuangan Perusahaan (Notes
to Financial Statement) atas laporan keuangan
1.
Laporan posisi keuangan (Statement of Financial Position)
Neraca disebut juga sebagai laporan posisi keuangan, melaporkan aset,
kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal
tertentu.
Unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah aset, kewajiban, dan ekuitas, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
A.
Aset
  
10
Komponen aset pada neraca terdiri dari :
a.
Aset lancar ( Current Assets )
Menurut Munawir (2007) “aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva tetap
lainnya yang diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,
dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya paling lama lima tahun
dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.”
Standar Akuntansi Keuangan (2012) entitas mengklasifikasikan aset sebagai
aset lancar jika :
a.
entitas mengperkirakan akan merealisasikan aset atau
bermaksud untuk menjual atau menggunakannya dalam siklus operasi
normal
b.
entitas memiliki aset untuk tujuan perdagangan 
c.
entitas mengperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka
waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan
d.
kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran
atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang –
kurangnyaa dua belas bulan setelah periode pelaporan
b.
Aset tidak lancar ( Non-Current Assets )
Aset tidak lancar merupakan aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih
dari satu tahun dan tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan sehingga asset tidak lancar memiliki umur kegunaan relatif
permanen atau jangka panjang.
Standar Akuntansi Keuangan (2012) menjelaskan bahwa aset tetap adalah
aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
  
11
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk
tujuan administratif dan diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
B.
Kewajiban
Merupakan hutang yang dimiliki oleh perusahaan di masa sekarang sebagai
akibat dari peristiwa atau transaksi yang terjadi di masa lalu, yang
mengakibatkan terjadinya arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi. Sama halnya dengan aset perusahaan,
kewajiban perusahaan juga terbagi atas 2 macam yakni:
a.
Kewajiban jangka pendek (
Current Liabilities
) merupakan
kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan akibat transaksi yang terjadi di
masa lalu, yang harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun. Kewajiban jangka pendek terdiri atas: hutang usaha,
pendapatan/sewa diterima di muka, hutang wesel, dan hutang beban yang
masih harus dibayar.
b.
Kewajiban jangka panjang (
Non-Current Liabilities
)
merupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun. Kewajiban jangka panjang
digolongkan dalam 2 bentuk umum yakni yang berhubungan dengan
pembiayaan pengaturan aset meliputi pembayaran hutang obligasi
perusahaan dan pelunasan perjanjian kredit, dan yang berhubungan
dengan kewajiban operasional perusahaan yang meliputi kewajiban
pensiun, pajak tangguhan, dan layanan jaminan.
C.
Ekuitas 
  
12
Standar Akuntansi Keuangan (2012) memberikan pengertian ekuitas adalah
hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Dalam sebuah entitas bisnis, entitas merupakan kepentingan kepemilikan.
Ada tiga bagian dari ekuitas pemilik, yaitu :
1.
Modal saham. Nilai yang ditetapkan atas saham yang
diterbitkan.
2.
Modal disetor tambahan. Kelebihan jumlah yang dibayarkan di
atas nilai yang ditetapkan.
3.
Laba ditahan. Laba perusahaan yang tidak didistribusikan.
2.
Laporan Laba Rugi (Statement of Comprehensif Income)
Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan, yang mana di dalamnya
dijelaskan mengenai besarnya pendapatan dan beban yang terjadi dalam siklus
operasi perusahaan yang bertujuan untuk menghitung jumlah laba bersih yang
dihasilkan selama satu periode akuntansi.
Bentuk laporan laba rugi ada 2 macam yakni:
a.
Laporan laba rugi bentuk langsung (Single Step Income Statement)
Laporan laba rugi bentuk single step ini menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga
untuk menghitung rugi/laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu
mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
b.
Laporan laba rugi bertahap (Multiple Step Income Statement)
Dalam laporan bertahap ini dilakukan pengelompokan yang lebih teliti sesuai
dengan prinsip yang digunakan secara umum.
  
13
3.
Laporan Perubahan Ekuitas
Adalah suatu laporan yang menjelaskan tentang perubahan posisi ekuitas yang
terjadi dalam perusahaan, baik yang dikarenakan oleh adanya pembagian dividen
kepada pemegang saham maupun akibat kenaikan saldo laba yang dikaitkan
dengan laba bersih perusahaan.
4.
Laporan Arus Kas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012) Informasi arus kas memberikan
dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus
kas tersebut.
Entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan
dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya.
a.
Aktivitas operasi
Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
b.
Aktivitas investasi
Adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara arus kas.
c.
Aktivitas pendanaan
Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas.
5.
Catatan Atas Laporan Keuangan
  
14
Catatan ini menyajikan informasi tambahan atas item-item yang terdapat pada
laporan keuangan dengan tujuan agar pengguna laporan keuangan dapat
mengetahui prosedur/kebijakan dan metode yang digunakan oleh perusahaan
dalam menghitung item-item yang ada.
Standar Akuntansi Keuangan (2012) Catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan beberapa hal yakni:
(a) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu
(b) mengungkapkan informasi yang diwajibkan dalam SAK yang tidak disajikan
di bagian mana pun dalam laporan keuangan
(c) memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian mana pun dalam
laporan keuangan tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan
keuangan.
2.1.4
Pihak – pihak yang menggunakan Laporan Keuangan
Menurut
Kieso, Weygant, Warfield, (2009) terdapat dua pengguna informasi
keuangan yaitu pengguna internal dan pengguna eksternal.
A.
Pengguna internal menurut Kieso, Weygant, Warfield, (2009) terdiri dari :
1.
Human Resources
Sumber daya manusia menggunakan informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk memberikan
uang pension pada karyawan.
2.
Manajemen
Manajemen menggunakan informasi untuk membuat perencanaan jangka
pendek dan perencanaan jangka panjang,
untuk pengendalian rutin operasi
  
15
serta dalam membuat keputusan-keputusan
untuk memaksimalkan
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.
3.
Finance ( Keuangan )
Menggunakan informasi laporan keuangan untuk mengelola kas apakah 
memenuhi untuk membayar deviden maupun pembiayaan-pembiayan
lainnya.
4.
Marketing
Menggunakan informasi keuangan untuk memaksimalkan laba bersih dalam
menentukan harga barang yang akan dijual.
B.
Pihak Eksternal menurut Kusuma (2012) terdiri dari :
1.
Investor
Investor membutuhkan informasi yang ada pada laporan keuangan untuk
membantu mereka dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam
suatu perusahaan. Investor berpegang terhadap prospek keuntungan (rate of
return) yang baik di masa mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya untuk
mengetahui jaminan investasi mereka dan kondisi
keuangan jangka pendek perusahaan.
2.
Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
3.
Pemasok dan kreditur usaha lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya membutuhkan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo perusahaan.
  
16
4.
Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan
dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5.
Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan informasi untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistic
pendapatan nasional dll.
6.
Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta aktivitas yang menyertainya.
2.2
Analisis Strategi Bisnis
Strategi bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan
penilaian bisnis perusahaan. Dengan adanya analisis strategi bisnis ini dapat
melakukan penilaian yang dapat mempengaruhi perusahaan
serta mengetahui
resiko–resiko yang ada. Analisis strategi juga digunakan untuk membuktikan apakah
ekonomi perusahaan berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan dari kinerja
perusahaan.
2.2.1
Jenis–jenis Strategi
Menurut David (2010) mengelompokan jenis-jenis strategi menjadi  4 
kelompok strategi utama dengan 11 tipe turunannya. Kesebelas tipe strategi tersebut
adalah sebagai berikut 
  
17
1.
Strategi – Strategi Integrasi
Tiga jenis strategi, yaitu integrasi ke depan, backward, dan horizontal seringkali
disebut sebagai strategi-strategi vertical integration
a.
Integrasi ke Depan
Integrasi melibatkan upaya untuk memperoleh kepemilikan (saham
perusahaan) lebih besar atau meningkatkan kontrol terhadap para distributor
dan peritel. Salah satu bentuk/cara efektif untuk melakukan strategi ini
adalah waralaba (franchising). Begitu banyak perusahaan berminat di bidang
ini sebagai upaya untuk mendistribusikan produknya (barang maupun jasa).
Salah satu alasan terbesar hadirnya bentuk waralaba ini adalah realita bahwa
model ini sebetulnya merupakan upaya untuk membagi biaya dan peluang
kepada banyak pihak. 
b.
Integrasi ke Belakang
Integrasi ini merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan atau
meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan
karena baik produsen maupun peritel selalu membeli bahan baku dari
perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi menarik terutama ketika
perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat diandalkan, terlalu
mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. 
c.
Integrasi Horizontal 
Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang mengupayakan
kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing. Hal ini dilakukan
dalam bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan
pesaing. Salah satu kecenderungan paling signifikan dalam kompetisi
  
18
perusahaan saat ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan integrasi ke
samping sebagai suatu strategi pertumbuhan. 
2.
Strategi Intensif 
Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan
berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan
dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:
a.
Penetrasi Pasar 
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk
produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini
melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum
diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. 
b.
Pengembangan Pasar 
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk
atau layanan yang ada saat ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Hal
ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat pada
suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar yang
baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.
c.
Pengembangan Produk 
Strategi ini merupakan sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan
penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa
yang ada saat ini.
3.
Strategi Diversifikasi
a.
Diversifikasi Terkait 
Diversifikasi terkait merupakan suatu strategi yang menghasilkan produk
atau layanan baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada.
  
19
b.
Diversifikasi Tak Terkait
Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang
tidak terkait / berhubungan dengan yang sekarang ada,. Pada beberapa kasus
terjadi bahwa strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan melalui aktivitas memecah perusahaan yang telah dibeli atau
menjual kembali salah satu atau lebih devisinya. 
4.
Strategi Defensif 
Strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari
semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang
sulit (terkadang tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif
seringpula dikenal sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi dalam
suasana krisis ekonomi.
a.
Penciutan 
Strategi penciutan dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali
melalui reduksi biaya dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan
penjualan dan laba perusahaan. Strategi ini disebut juga
strategi turnaround atau reorganizational. Tujuan dari strategi ini adalah
untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan (distinctive
competences) yang dimiliki perusahaan.
b.
Divestasi
Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut
sebagai strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam
rangka memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akuisisi
strategik lebih lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif.
c.
Likuidasi 
  
20
Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan
seluruh asetnya secara bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai.
Likuidasi biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan
dan
cenderung —
secara emosional —
sulit dijalani. Namun demikian, bisa
dimengerti bahwa lebih baik menghentikan operasi daripada mengalami
kerugian yang lebih besar. 
2.2.2 
SWOT Analysis
Menurut David (2010) mendefinisikan SWOT (Strength-Weakness-
Opportunities-Treaths) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu
para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu :
1.
Strategi SO (kekuatan-peluang)
Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari
peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka
berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil
keuntungan dari berbagai trend dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi
akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi di mana
mereka dapat melaksanakan strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki
kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan
mengubahnya menjadi kekuatan.
2.
Strategi WO (kelemahan-peluang)
Strategi ini bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan internal dengan cara
mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang –
peluang
besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
  
21
menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut. Salah satu strategi WO yang
bisa ditempuh adalah dengan mengakuisisi teknologi ini melalui usaha patungan
(joint venture) dengan sebuah perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di
bidang ini. Alternatif lainnya dari Strategi WO adalah dengan merekrut dan
melatih orang agar memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan.
3.
Strategi ST (kekuatan-ancaman)
Strategi ini menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berati bahwa suatu
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam
lingkungan eksternal.
4.
Strategi WT (kelemahan-ancaman)
Merupakan taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan
internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang
menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar
dalam posisi yang membahayakan. Pada kenyataan, perusahaan  semacam itu
mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan,
menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
2.2.3 
Porter Analysis
Analisis Porter atau yang dikenal dengan model lima kekuatan Porter
(Porter’s five-forces model) adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk
mengembangkan strategi dalam banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan
suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan yaitu:
1.
Persaingan antar industri sejenis
  
22
Intensitas persaingan antar industri cenderung meningkat ketika jumlah pesaing
bertambah, pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kemampuan, permintaan
produk meningkat dan perusahaan pesaing memberikan potongan harga.
Persaingan industry dapat menyebabkan penurunan pada laba perusahaan.
2.
Potensi masuknya pesaing baru 
Hambatan bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup persyaratan modal
yang besar, lokasi yang tidak strategis, loyalitas konsumen terhadap suatu merek,
kebijakan regulatif pemerintah, kurangnya pengalaman dan lain sebagainya.
Terlepas dari hambatan itu, pesaing baru yang telah meminimalkan hambatan
yang ada dapat membahayakan perusahaanperusahaan yang telah ada karena
seringkali pesaing baru memiliki sumber daya dalam jumlah besar dan memiliki
kemauan kuat untuk memperoleh pangsa pasar.
3.
Potensi pengembangan produk-produk pengganti
Produk pengganti merupakan ancaman yang besar karena mampu menjadi
produk alternatif dari produk yang ada. Produk pengganti biasanya memiliki
harga yang murah dan memiliki teknologi baru sehingga perusahaan harus
cermat dalam mengamati perubahan harga yang ditawarkan.
4.
Daya tawar pemasok 
Daya tawar pemasok sangat berpengaruh terhadap proses produksi sebuah
industry.Pemasok akan memiliki kekuatan yang besar jika bahan baku yang
didistribusikan merupakan hal yang penting dan tidak banyak perusahaan yang
menyediakan.
5.
Daya tawar konsumen 
Daya tawar konsumen akan sangat berpengaruh karena konsumen selalu mencari 
  
23
produk dengan harga yang lebih murah namun memiliki kualitas dan pelayanan
yang lebih baik. Hal ini membuat perusahaan saling bersaing untuk memenuhi
keinginan konsumen tersebut.
2.2.4
Stake Holders Analysis / Mendelow Matrix analysis
Mengacu penjelasan Ahmad (2012) yang digunakan dalam analisis 
pemegang saham adalah siapa yang menjadi pemegang saham organisasi, apa
keinginan pemegang saham
dan bagaimana organisasi dapat memuaskan harapan
dan keinginan mereka.
Dalam suatu perusahaan, stakeholders
mempengaruhi kegiatan organisasi
tergantung pada bagaimana hubungan antara stakeholders
dan organisasi.
Mendelows matrix adalah alat untuk mengklasifikasikan stakeholders sesuai dengan
pentingnya stakeholders
tersebut bagi organisasi. Mendelow matrix menyediakan
cara pemetaan stakeholders
berdasarkan kekuatan untuk mempengaruhi organisasi
dan minat mereka pada perusahaan.
Kusuma (2012) menjelaskan bahwa pada tahun 1991, Mendelow
mengusulkan diagram untuk membantu menganalisis stakeholders. Teknik ini dapat
digunakan dalam dua situasi:
1.
Untuk melacak perubahan potensial yang berpengaruh terhadap kelompok
stakeholders yang berbeda.
2.
Untuk menilai dampak dari pembangunan strategis tertentu pada stakeholderss.
Terdapat 4 jenis pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) yang
memiliki
peran, tingkat kekuatan, dan kepentingan yang berbeda dalam proses
perencanaan,
pengembangan, dan pengoperasian produk perusahaan mulai dari tahap awal sampai
  
Low Power Low    high
24
pada tahap operasi akhir, yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya. Keempat
jenis stakeholders tersebut adalah:
Gambar 2.1
Mandelow matrix analysis
1.
Key player stakeholders (high level of power and interest)
Mereka adalah pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki peran penting
sebagai pemain kunci dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi
dan penyelesaian proyek suatu
perusahaan. Pemangku kepentingan ini terdiri dari
pekerja, perwakilan klien, konsultan, kontraktor, dan pemasok nasional yang
berhubungan secara langsung dengan perusahaan.
2.
Keep satisfied stakeholders (high level of power but low level of interest)
Kategori stakeholders ini termasuk dalam kategori dimana pihak
pemangku
kepentingan memiliki kekuatan yang besar, namun memiliki kepentingan yang
rendah terhadap perusahaan. 
3.
Keep informed stakeholders (high level of interest but low level of power)
Yang termasuk dalam kategori pemangku kepentingan ini adalah
penduduk lokal,
kelompok lingkungan, dan media masa lokal yang memiliki kepentingan yang tinggi
dan kekuatan terbatas dalam mengambil keputusan atas proyek perusahaan, namun
           A 
Minimal Effort 
Level of Interest
           C
Keep Satisfied
           D
   Key Players
           A
Minimal Effort
           B
Keep Informed
Low
High
  
25
mereka masih dapat mempengaruhi proyek perusahaan secara langsung dengan
melemahkan citra perusahaan.
4.
Minimal effort stakeholders (low level of interest and power)
Tipe dari pemangku kepentingan ini memiliki tingkat resiko yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan pihak lainnya, karena mereka memiliki tingkat kekuatan dan
kepentingan yang rendah terhadap perusahaan.
2.3
Analisis Laporan Keuangan
2.3.1
Analisis Horizontal & Analisis Vertikal
Munawir (2007) metode analisis yang dapat digunakan
oleh setiap
penganalisa laporan adalah: 
1.
Analisa Horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan
laporan
keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat. Sehingga akan diketahui
perkembangannya. Metode horizontal disebut juga sebagai metode analisis
dinamis.
2.
Analisa Vertikal adalah analisa terhadap laporan keuangan yang meliputi satu
periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang
satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan tersebut. Sehingga hanya
akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu juga.Metode
vertikal disebut juga dengan metode analisis statis.
2.3.2
Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2010) menyatakan “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”
  
26
Afriyeni & Wira (2008) dalam jurnal penilaian kinerja keuangan dengan
menggunakan ananalisis rasio keuangan yang ditulis oleh Afreyeni (2008)
mengungkapkan bahwa  “untuk analisis rasio keuangan hanya diperlukan dua jenis
laporan keuangan  yaitu neraca dan laporan laba rugi.”
Hasil rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Dapat juga
menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan
secara efektif. Jenis-jenis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
2.3.2.1 Analisis Rasio Modal Kerja ( Likuiditas )
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi atau pada saat ditagih.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu
memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan memiliki alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar (jangka
pendek). Perusahaan dalam keadaan illikuid berarti perusahaan tersebut tidak dapat
segera memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Rasio likuiditas terdiri dari:
1.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan asset lancar dengan utang lancar semakin
tinggi kemapuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
lancar yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan utang kas atau aktiva lancar
lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas
yang lebih rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.
  
27
2.
Rasio Cepat (Acid test atau Quick Ratio)
Rasio cepat merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan
persediaan. Karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk
direalisir menjadi uang kas. Rasio ini hanya membandingkan antara asset yang
sangat likuid dengan kewajiban jangka pendek. Apabila Current Ratio tinggi,
tetapi Quick Rationya rendah berarti menunjukkan adanya investasi yang sangat
besar dalam jumlah persediaan.
3.
Rasio kas (cash ratio)
Rasio kas adalah perbandingan antara dana tunai perusahaan beserta efek dan
hutang lancar. Rasio ini mengukut kemampuan perusahaab dalam melunasi
hutang lancar dengan menggunakan kas atau setara kas dengan efek.
2.3.2.2 Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas atau manajemen hutang dihitung untuk mengetahui
seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang. Semakin
Acid Test Ratio =
Cash equivalent + Marketable securities + Net
Receivable
Current Liabilities
    Current Ratio =
Current Assets
Current Liabilities
Cash Ratio =
Cash equivalent + Marketable securities
Current Liabilities
  
28
rendah rasio ini maka semakin baik pula posisi hutang perusahaan. Beberapa rasio
yang dapat dihitung antara lain:
a.
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Menurut penjelasan Gibson (2010) “rasio hutang adalah rasio yang mengindikasi
kemampuan perusahaan membayar utang jangka panjangnya. Rasio ini
mengukur seberapa besar dana yang dipinjam telah digunakan untuk membiayai
aset perusahaan.”
Rasio hutang yang tinggi berarti perusahaan menggunakan
hutang dengan jumlah yang besar untuk mendanai perusahaan.
b.
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
Rasio ini menunjukkan seberapa mudah suatu perusahaan dapat membayar
utangnya dengan menjual aset, karena ekuitas pemegang saham adalah aset
bersih.
c.
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap ekuitas
Rasio ini menggambarkan bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan
hutang jangka panjang. Keseimbangan antara utang dan ekuitas di dalam struktur
modal jangka panjang perusahaan.
Debt to total equity =
Total liabilities
Total Equity
Long term Debt to equity =
Long Term Debt
Total Equity
Debt to total aset =
Total liabilities
Total Assets
  
29
2.3.2.3 Rasio aktivitas
Kasmir (2008)  medefinisikan rasio aktivitas sebagai berikut: “rasio aktivitas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya atau unutuk mengukur efisiensi perusahaan
dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan.”
1.
Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan dalam
menggunakan asetnya dalam periode penagihan piutang. Semakin tinggi rasio ini
akan semakin baik bagi perusahaan, karena menunjukkan bahwa modal kerja
yang ditanamkan dalam piutang rendah. Sebaliknya, jika rasio ini semakin
rendah berarti ada over investment dalam jumlah piutang perusahaan sehingga
memerlukan analisis lebih lanjut.
2.
Jumlah Waktu Pengumpulan Piutang (Day’s Sales in Receivables
Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas. Semakin lama jumlah hari
yang dibutuhkan, maka akan semakin tidak baik bagi perusahaan karena
tingginya resiko akan tidak tertagihnya piutang tersebut. Oleh karena itu, pihak
perusahaan diharuskan untuk membuat akun cadangan piutang tak
tertagih/piutang ragu-ragu dengan tujuan agar laba perusahaan tidak overstated
nantinya.
Account Receivable Turnover  =
Net Sales
Average Gross Receivables
Account Receivable Turnover in Days  =
360
Account Receivable Turnover 
  
30
3.
Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti
dalam setahun atau seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi
normal. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap bahwa kegiatan
penjualan perusahaan berjalan dengan cepat dan semakin baik kontrol pihak
manajemen terhadap persediaan dalam meminimalkan jumlah persediaan usang.
4.
Jumlah Waktu Penjualan Persediaan (Day’s Sales in Inventory)
Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan. Semakin cepat
jumlah hari yang dibutuhkan berarti bahwa kegiatan penjualan perusahaan
berjalan dengan cepat dalam menghasilkan arus kas. Hal ini sangat bagus bagi
perusahaan.
2.3.2.4 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas atau yang dikenal juga dengan rasio rentabilitas. Rasio ini
untuk menilai kemapuan perusahaan dalam mencari keuntungan, rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Pengukuran
dapat dilakukan dengan beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat
perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau
kenaikan.
Inventory Turnover =
COGS
Average Inventory
Inventory Turnover in Days  =
360
Inventory Turnover
  
31
1.
Profit margin (profit margin on sales)
Merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan. Cara mengukur rasio ini dengan membandingkan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin,
yaitu:
a.
Margin laba kotor digunakan untuk penetapan harga pokok penjualan
b.
Margin laba bersih untuk menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas
penjualan
2.
Asset Turnover
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang
memadai untuk besar investasi aset nya. Dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
3.
Return to Equity (ROE)
Rasio ini mengukur hubungan keuntungan perusahaan yang diperoleh dari
operasinya dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
Gross Profit  Margin  =
Gross Profit  
Net Sales
Net Profit  Margin  =
Net Income
Sales
Asset Turnover  =
Sales
Total Assets
  
32
menghasilkan keuntungan tersebut. Ratio ini merupakan alat ukur bagi investor
untuk menilai saham perusahaan, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba, efisiensi perusahaan dalam mengelola aset dan hutang yang dipakai dalam
melakukan usaha. ROE dapat dihitung dengan rumus:
4.
Return on Asset (ROA)
Return on asset mengukur kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aset
nya untuk mendapatkan keuntungan. Return on asset merupakan rasio yang
menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh
perusahaan. Dapat dihitung dengan rumus:
2.4
Divestasi
2.4.1
Pengertian Divestasi
Menurut Abdul (2010) mengartikan divestasi sebagai penjualan saham atau 
asset, pemisahan atau penghapusan unit bisnis, lini produk atau penjualan 
perusahaan anak. Beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan divestasi adalah :
1.
Mempertahankan unit operasi yang tidak menguntungkan atau berpotensi untuk
mengambil keuntungan perusahaan dari bisnis usaha yang lain tentunya akan
berdampak negatif bagi perusahaan, maka lebih baik unit bisnis tersebut di jual
atau ditutup sama sekali sehingga sumber daya yang ada dapat di alihkan ke unit
bisnis lain yang lebih bermanfaat.
Return on Asset =
Net Income
Total Asset
Return on Equity =
Net Income
Total Equity
  
33
2.
Jika perusahaan dalam suatu industri berada pada posisi yang lemah tidak ada
harapan untuk melangsungkan hidupnya secara menguntungkan, dan pasar
dalam industri tersebut tidak lagi menjajikan, maka jalan yang ditempuh adalah
meninggalkan industry tersebut.
Julie Søgaard dan Dinna Louise Sønderstrup Nielsen (2011) mengungkapkan
bahwa sentral atau pusat untuk semua bentuk divestasi
adalah bahwa mereka
mengalihkan kekuasaan dari aset dari perusahaan induk ke pemilik baru, baik
sebagian atau seluruhnya. Begitu perusahaan telah memutuskan bahwa asset disukai
atau ingin dimiliki, manajer perlu mempertimbangkan alternatif mana divestasi akan
paling efisien dalam mendukung motivasi yang mendasarinya
Sebuah publikasi dari PWC dalam Deals practice : Strategies for managing a
successful divestiture Corporate development roundtable insights menjelaskan
bahwa “A key to success in any divestiture is planning and preparation investing
significant resources, time and effort up front before going to market.”
2.4.2
Motif Divestasi
Perusahaan melakukan divestasi karena didorong berbagai alasan (abdul,
2010):
1.
Kembali ke kompetensi inti (core competence)
Perusahaan terus menerus melakukan perkembangan usaha, salah satunya
melakukan berbagai ekspansi ke berbagai bidang usaha dan industri yang
berbeda dengan bidang usaha yang telah dilakukan awal perusahaan berdiri.
Kepemilikan berbagai jenis bidang usaha menjadi sangat beragam jika
perusahaan yang melakukan merger konglomerat. Semakin jauh ke bisnis inti
  
34
semakin kurang efektivitas pengendalian dan makin kurangnya kapabilitas
sumber daya yang diberikan kepada bisnis tersebut.
2.
Menghindari sinergi yang negatif
Divestasi dilakukan dalam rangka mencapai sinergi yang positif sebagaimana
dalam merger dan akuisisi. Perusahaan berharap divestasi akan meningkatkan
nilai perusahaan meskipun ukuran perusahaan semakin kecil. Jika divestasi tidak
dilakukan, akan terjadi sinergi negatif yaitu gabungan dari perusahaan atau unit-
unit bisnis bukannya memberikan hasil yang lebih besar justru memberikan hasil
yang lebih kecil.
3.
Kesulitan keuangan
Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Jika
kesulitan keuangan tidak dapat diatasi dengan segera maka perusahaan bisa
dituntut untuk dilikuidasi misalnya oleh pihak kreditor.
4.
Perubahan strategi perusahaan
Dari waktu ke waktu strategi perusahaan terus menerus dievaluasi untuk
mengantisipasi tekanan lingkungan internal dan eksternal. Dengan demikian
perubahan strategi ini bisa
mebawa efek pada unit bisnis yang selama ini
dimiliki. Jika perusahaan menganggap bahwa bidang bisnis tertentu dirasa tidak
cocok dengan strategi baru yang telah dirumuskan, maka perusahaan bisa
menjual bisnis tersebut.
5.
Memperoleh tambahan dana
Divestasi dilakukan untuk memperoleh tambahan dana yang bisa dimanfaatkan
antara lain untuk menambah modal kerja, membeli aktiva tetap, membayar
hutang, membiayai bidang bisnis lain yang lebih menguntungkan atau bahkan
membiayai akuisisi.
  
35
6.
Mendapatkan uang kas dengan segera dalam kasus LBO
LBO adalah akuisisi yang sebagian besar dananya berasal dari hutang yang
bunganya relatif tinggi. Karena dibiayai dengan hutang, maka perusahaan
secepatnya harus melunasi dana untuk LBO tersebut dengan cara menjual
(mendivestasi) asset-aset perusahaan yang baru diakuisisi
7.
Alasan individu pemegang saham
Pemegang saham perusahaan tertutup memiliki alas an lain yaitu untuk persiapan
hari tua. Mereka menjual perusahaan karena ingin memperoleh dana untuk
ditanamkan dalam bentuk lain seperti obligasi berpenghasilan tetap atau dana
pensiun. Disini artinya penjualan perusahaan buakan disebabkan oleh perusahaan
mengalami masalah keuangan, kinerja manajemen buruk tetapi lebih merupakan
alasan individual yaitu untuk masa depan pemegang saham.
8.
Permintaan pemerintah
Pemerintah bisa memaksa perusahaan untuk melakukan divestasi karena
perusahaan memiliki pangsa pasar sedeikian besar sehingga telah melebihi batas
yang diijinkan oleh undang-undang. Perusahaan seperti ini telah sampai pada
praktek monopoli yang menyebabkan perusahaan lain tidak bisa bersaing di
pasar produk yang sama.
9.
Permintaan kreditur
Apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tidak ada tanda-tanda
semakin membaiknya kondisi keuangan perusahaan dan kreditur tidak mau
membantu
melakukan restrukturisasi fianansial untuk menyelesaikan pinjaman
yang bermasalah maka kreditur bisa meminta perusahaan untuk melakukan
likuidasi. 
2.4.3
Pertimbangan Divestasi
  
36
William dan Paul (2008) yang diterjemahkan oleh Salim (2010)
mengemukakan tentang pertimbangan divestasi, sebagaimana disajikan berikut ini.
1.
Penjualan unit yang berjalan dengan baik, tetapi tidak strategis
2.
Penjualan unit yang tidak berjalan baik (underperforming) yang merusak
pertumbuhan yang terkonsolidasi dan profitabilitas
3.
Penjualan unit yang sehat atau dapat memberikan keuntungan (profitable) untuk
memperoleh uang tunai (cash)
4.
Penjualan unit yang diterima oleh pasar yang menyebabkan salah perkiraan
seluruh perusahaan penjual.
2.5
Analisa Indikator kebangkrutan
Analisis kebangkrutan pertama kali dikembangkan oleh Edward Altman pada
tahun 1968. Analisis Altman Z-score merupakan metode untuk mengetahui tingkat
kesehatan keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk menilai berhasil atau
tidaknya manajermen perusahaan dalam memperoleh, menggunakan dan mengelola
dana yang ada dalam perusahaan. Altman Z-score merupakan analisis diskriminan
yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan. Ramadhani, AS & Lukviarman, N.
(2009) berpendapat bahwa seiring
dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai jenis perusahaan.
Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua
perusahaan, sepeti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di
negara berkembang (emerging market). Perhitungannya adalah:
Z-score = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 +  1.05 X4
  
37
Dimana :
X¹ = Net working capital / total asset
X² = Retained earning/ total asset
X3 = Earning before interest and tax / total asset
X4 = Book value of equity / book value of debt
Penjelasannya sebagai berikut :
1.
Working Capital To Total Assets 
Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah rasio modal kerja
terhadap total aktiva, rasio ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar
perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah selisih antara
aktiva lancar dikurangi hutang lancar. 
2.
Retained Earning To Total Assets 
Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan pada
awalnya sebagai satu dari rasio baru. Rasio ini adalah ukuran retained earning 
terhadap total aktiva perusahaan.
3.
Earning Before Interest and Taxes To Total Assets
Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan dengan penghasilan
sebelum bunga dan potongan pajak dibagi dengan total aktiva. Pada pokoknya,
merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan yang sesungguhnya
terlepas dari pajak atau faktor leverage.
4.
Book Value Of Equity To Book Value Of Debt 
Book
value of equity
meliputi ekuitas perusahaan, sementara hutang meliputi
hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa
banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal
  
38
dilambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan perusahaan
menjadi bangkrut. 
Dalam Z-score
modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel
X5, berikut
pendapat Hayes, Hodge, Hudge (2010)
The variable of X
5
, found in the original Z-score for manufacturing firms, is
omitted in Z”. This variable represented sales/total assets, and Altman removed
this variable when calculating the score for non-manufacturers because this
turnover ratio is likely to be significantly higher for retail and service firms as
compared to manufacturing firms. In other words, if the original model was
employed to predict bankruptcy in non-manufacturing firms, the scores would
underpredict bankruptcy for these firms because of their lower capital intensity.
Dengan memasukkan rasio-rasio keuangan ke dalam rumus tersebut maka
dapat ditentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan dengan kriteria penilaian
sebagai berikut:
a.
Z > 2,6
menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai permasalahan atau
kesulitan keuangan.
b.
1,1
=
Z =
2,6
menunjukkan indikasi perusahaan dalam grey area apabila
perusahaan tidak melakukan perbaikan, perusahaan mungkin akan mengalami 
ancaman kebangkrutan.
c.
Z < 1,1
menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan
yang serius atau kondisi tingkat kesehatan keuangan yang sangat buruk.