12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Auditing
2.1.1
Pengertian Audit
Sebelum memahami audit operasional, terlebih dahulu diperlukan
pemahaman tentang auditing. Terdapat beberapa pengertian audit yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut:
1.
Larry E., Rittenberg, Karla J., Audrey A. G., Bradley S. (2010) menjelaskan
bahwa:
At a general level, auditing is a process of (1) gathering evidence to attest to
assertions (usually made by management, but also by other parties), (2)
evaluating those assertions agains objective criteria (e.g., standards for
internal control, GAAP, or IFRS), and (3) communicating the audit
conclusion to interested parties (usually outside parties such as users, but
also to management and regulators).”
2.
Alvin A. Arens, et al (2008:4) yang diterjemahkan oleh Gina Gania yaitu:
Auditing
adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dengan
kriteria yang telah ditetapkan.”
3.
James A. Hall, Tommie S. Yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D., Arnos, D.
K. (2007) yaitu: 
  
13
“Audit adalah proses sistematis mengenai mendapatkan dan mengevaluasi
secara objektif bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai
kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara
penilaian-penilaian tersebut dan membentuk kriteria serta menyampaikan
hasilnya ke para pengguna yang berkepentingan.”
4.
Mulyadi dan Puradireja (2002) menjelaskan bahwa:
Auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kejadian dan kegiatan ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.”
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah suatu kegiatan pemeriksaan secara sistematis yang dilakukan oleh pihak yang
kompeten dan independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti
untuk dapat membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk melaporkannya dan memberikan rekomendasi
kepada pihak yang berkepentingan. 
2.1.2
Tujuan Audit 
Menurut Arens dan Loebbecke, audit memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut:
  
14
1.
Eksistensi
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang dimasukkan dalam
laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan dan bagaimana auditor
untuk memenuhi asersi manajemen mengenai keberadaan atau keterjadian.
2.
Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya
dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap sesuai dengan asersi
manajemen.
3.
Akurasi
Tujuan ini mengacu pada jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang
benar. Asersi yang memenuhi adalah asersi penilaian atau alokasi.
4.
Klasifikasi
Merupakan tujuan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien
telah dimasukkan dalam akun yang telah diklasifikasikan dengan tepat.
5.
Penyajian dan Pengungkapan
Merupakan saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan
telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan. Tujuan ini merupakan
cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai penyajian dan
pengungkapan.
2.1.3
Jenis-Jenis Audit
Menurut Agoes, S. (2008:9), jenis-jenis audit bila ditinjau berdasarkan
luasnya pemeriksaan, terdiri dari:
  
15
1.
General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) independen dengan tujuan dapat
memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2.
Special Audit (Pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan. Pendapat yang diberikan terbatas hanya pada pos atau masalah
tertentu yang diperiksa karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Sedangkan bila ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit terdiri dari:
1.
Management Audit (Operasional Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
2.
Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebjakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris)
maupun pihak ekstern
(Pemerintah Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat
Jendral Pajak, dan lain-lain).
  
16
3.
Internal Auditing (Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik
terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan
pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
4.
Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan sistem EDP (Electronic Data
Processing).
2.2
Audit Operasional
2.2.1
Pengertian Audit Operasional
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008:13) “An operational audit evaluates
the efficiency and effectiveness of any part of an organization’s operating procedures
and method.” Dalam Bahasa Indonesia berarti “Audit operasional adalah audit yang
dapat mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari setiap bagian prosedur organisasi
dan metode-metode yang digunakan.”
Menurut Tunggal, A. W. (2008:11) menyatakan bahwa, “Audit operasional
merupakan audit atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen
untuk menilai ekonomi, efisiensi dan efektivitas dari setiap dan seluruh operasi,
terbatas hanya pada keinginan manajemen.”
Menurut pendapat Agoes, S (2008:9) Audit Operasional adalah:
“Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
  
17
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien,
dan ekonomis.”
Menurut Bayangkara, IBK (2008:2) Audit Operasional adalah:
“Rancangan yang disusun secara sistematis untuk mengaudit aktivitas-aktivitas,
program-program, yang diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang dapat
diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan
secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah
direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan
yang telah ditetapkan perusahaan.” 
Dari empat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional
merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara teratur dan sistematis untuk
menilai kegiatan operasional perusahaan apakah telah berjalan secara efektif, efisien
dan ekonomis dengan disertai pemberian rekomendasi untuk meningkatkan kegiatan
operasional perusahaan tersebut.
2.2.2
Ruang Lingkup Audit Operasional
Ruang lingkup audit operasional menurut Bayangkara, IBK (2008:4), yaitu
“Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen.
Ruang lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup
aktivitas yang dilakukan. Periode audit dapat bervariasi sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Sasaran dalam audit manajemen adalah kegiatan, aktivitas, program,
dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi masih
  
18
memerlukan perbaikan, peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan
efektivitas.”
Menurut Bayangkara, IBK (2008:24) secara
garis besar ruang lingkup audit
operasional terdiri atas:
1.
Bidang keuangan.
Ruang lingkup bidang keuangan ini mencakup:
a.
Pengendalian dan pertanggungjawaban dana dan kekayaan lain serta
kewajiban keuangan perusahaan.
b.
Pertanggungjawaban audit dari kegiatan yang dilakukan.
c.
Penyelenggaraan catatan akuntansi.
d.
Laporan keuangan.
e.
Pemanfaatan system akuntansi yang dimiliki perusahaan.
2.
Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan perusahaan.
Ruang lingkup ini termasuk di dalamnya:
1.
Kesesuaian pelaksanaan program dengan peraturan dan kebijakan
perusahaan berkaitan dengan program tersebut.
2.
Kesesuaian penerimaan dan penggunaan dana dengan peraturan dan
kebijakan perusahaan berkaitan dengan program tersebut.
  
19
3.
Ekonomisasi.
Ruang lingkup ekonomisasi menekankan pada bagaimana setiap aktivitas
atau kegiatan dalam objek audit mengelola dana yang dimiliki objek audit
dalam memperoleh hasil yang lebih besar, termasuk pencapaian alternatif
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dengan biaya yang lebih
rendah.
4.
Efisiensi.
Efisiensi menyangkut optimalisasi penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pada bagian ini auditor menekankan pada
bagaimana seharusnya proses berjalan sehingga tercapai tujuan dengan
pemanfaatan secara optimal sumber daya yang dimilikinya.
5.
Efektivitas.
Pada ruang lingkup ini, auditor menekankan perhatiannya pada:
a.
Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan.
b.
Pemanfaatan hasil program.
c.
Pengaruh pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap
pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang lingkup
audit operasional lebih luas daripada audit keuangan. Hal ini disebabkan karena audit
operasional tidak hanya menitik beratkan pada masalah keuangan saja, tetapi juga
mencakup masalah di luar keuangan. Pada audit keuangan, ruang lingkup auditnya
kisaran pada bukti-bukti transaksi dan proses akuntansi yang diterapkan pada objek
  
20
audit, sedangkan pada audit operasional ruang lingkup audit meliputi keseluruhan
fungsi manajemen dan unit-unit terkait yang ada di dalamnya.
2.2.3
Jenis-Jenis Audit Operasional
Menurut Tunggal,
A. W. (2008:28)
audit operasional dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Audit Fungsional
Audit operasional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu
organisasi, seperti fungsi penagihan, fungsi pemasaran atau fungsi produksi.
Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya spesialisasi oleh
auditor. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dievaluasinya
fungsi yang
saling berkaitan.
2.
Audit Organisasi
Suatu audit operasional dari suatu organisasi berkaitan dengan unit organisasi
secara keseluruhan. Penekanan dalam audit organisasi adalah seberapa efisien
dan efektif fungsi-fungsi yang saling berinteraksi.
3.
Penugasan Khusus
Dalam audit operasional, penugasan khusus muncul atas permintaan
manajemen.
Audit ini dapat terjadi sewaktu-waktu, dapat pula dalam suatu
pelaksanaan audit operasional secara fungsional maupun organisasional.
Sebagai contoh, pada saat audit operasional terhadap fungsi gudang,
persiapan pihak manajemen memberi penugasan khusus kepada pemeriksa
untuk menjadi pengawas langsung terhadap keryawan bagian gudang dalam
melakukan stock opname persediaan dan melakukan audit terhadap kuantitas
  
21
barang dagangan yang direkrut oleh pembelinya. Selain itu
jenis audit ini
mencakup penentuan penyebab dari sistem teknologi informasi yang tidak
efektif, menyelidiki kemungkinan dilakukannya kecurangan dalam suatu
divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya dari produk yang
diproses manufaktur.
2.2.4
Tujuan Audit Operasional
Tujuan audit operasional menurut Agoes, S.
(2008:175), yaitu sebagai
berikut:
1.
Untuk menilai kinerja (performance) dan manajemen dan berbagai fungsi
dalam perusahaan.
2.
Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta
lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan
ekonomis.
3.
Untuk menilai apakah efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan
(objectives) yang telah ditetapkan oleh top management.
4.
Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management
untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan
pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur
operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi dari kegiatan operasi perusahaan.
  
22
2.2.5
Manfaat Audit Operasional 
Manfaat yang dapat diperoleh dari audit operasional menurut Tunggal, A. W.
(2008:42) adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk
pengambilan keputusan.
2.
Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan-catatan, laporan-laporan
dan pengendalian.
3.
Memastikan ketaatan terhadap manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana,
prosedur dan persyaratan peraturan pemerintah.
4.
Mengidentifikasi area masalah potensial pada
tahap dini untuk menentukan
tindakan preventif yang akan diambil.
5.
Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk
memperkecil pemborosan.
6.
Mengetahui efektivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang
telah ditetapkan.
7.
Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi
perusahaan.
2.2.6
Karakteristik Audit Operasional
Setiap jenis audit, memiliki karakteristik yang berbeda. Demikian juga
dengan audit operasional yang memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Tunggal,
A. W. (2008:37) audit operasional memiliki beberapa karakteristik penting yang
meliputi:
  
23
1.
Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif.
2.
Audit operasional mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi.
3.
Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian
penjualan, bagian perencanaan produksi, dan sebagainya), atau suatu fungsi,
atau salah satu sub-klasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem
pelaporan, pembinaan pegawai dan sebagainya).
4.
Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan atau unit
atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, atau
tugasnya.
5.
Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar.
6.
Tujuan utama audit operasional adalah
memberikan informasi kepada
pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan suatu unit, atau suatu fungsi.
Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi
tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan.
2.2.7
Teknik-teknik Audit Operasional 
Untuk melaksanakan suatu pemeriksaan operasional, dibutuhkan pemahaman
dan penguasaan mengenai teknik-teknik pemeriksaan operasional agar pemeriksaan
yang dilakukan dapat memberikan rekomendasi yang tepat demi terciptanya kegiatan
operasional perusahaan yang lebih efektif, efisien dan ekonomis. Berdasarkan Arens,
Elder, & Beasley (2008), terdapat tujuh teknik audit operasional, antara lain:
1.
Physical examination
Physical examination merupakan suatu proses pemeriksaan atau inspeksi
yang dilakukan oleh auditor atas aset-aset yang berwujud. Teknik ini
  
24
digunakan untuk melakukan verifikasi apakah aset perusahaan benar-benar
ada. Selain untuk menghitung kuantitas dan mengetahui deskripsi dari aset
perusahaan, teknik ini juga berguna untuk mengevaluasi kondisi maupun
kualitas dari aset tersebut. 
2.
Confirmation
Confirmation adalah suatu aktivitas meminta respon atau meminta pendapat
dari pihak ketiga, baik secara tertulis maupun lisan, untuk melakukan
verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Permintaan
tersebut diajukan kepada klien, lalu klien meminta pihak ketiga untuk
langsung merespon kepada auditor. Walaupun teknik ini sangat baik dan
dapat diandalkan, tetapi cenderung berbiaya besar dan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan bagi klien.
3.
Documentation
Documentation merupakan suatu proses pemeriksaan atas dokumen-dokumen
dan catatan yang dimiliki
oleh klien, untuk meyakinkan apakah informasi
yang diperoleh harus dicantumkan dalam laporan keuangan atau tidak.
Teknik ini sering digunakan dalam audit karena auditor dapat dengan mudah
memperoleh dokumen-dokumen yang diperlukan dengan biaya yang relatif
rendah.
4.
Analytical Procedures
Analytical Procedures merupakan suatu teknik untuk menilai apakah saldo
akun atau data lain dalam laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Teknik ini makin sering digunakan karena adanya teknologi komputer yang
dapat membantu untuk melakukan perhitungan.
  
25
5.
Inquiries of The Client
Inquiries of The Client merupakan suatu teknik untuk memperoleh informasi
dari klien, baik secara lisan maupun tulisan, atas pertanyaan-pertanyaan uang
diajukan oleh auditor. Walaupun auditor telah mendapat informasi dari klien,
tetapi informasi tersebut tidak dianggap konklusif dan mungkin bersifat bias
karena tidak berasal dari pihak yang independen. Oleh karena itu, teknik ini
harus diikuti oleh teknik audit lainnya, seperti documentation maupun
observation.
6.
Reperformance
Reperformance diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan
pengecekan ulang atas informasi dan metode-metode yang digunakan oleh
klien selama periode audit.
7.
Observation
Observation diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan
pemeriksaan langsung ke perusahaan untuk memperoleh informasi umum
mengenai aktivitas klien. Teknik ini memiliki kelemahan, yaitu aktivitas yang
dilihat oleh auditor mungkin bukanlah kenyataan yang sebenarnya, karena
para karyawan di perusahaan mungkin saja sadar akan kehadiran auditor,
sehingga mereka bekerja lebih rajin dari biasanya.
2.2.8
Prosedur Audit Operasional
Audit operasional memiliki beberapa prosedur yang harus di jalankan. Agoes,
S. (2008:10), mengemukakan bahwa prosedur audit operasional yang dilakukan
mencakup:
  
26
1.
Analitical review procedures
Membandingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode yang
lalu, budget dengan realisasinya serta analysis ratio.
2.
Evaluasi atas management control system
yang terdapat diperusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian
manajemen dan pengendalian intern (internal control) yang memadai dalam
perusahaan, untuk menjamin keamanan harta perusahaan, dapat
dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan
kecurangan.
3.
Pengujian ketaatan (compliance test)
Dilakukan untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sistem
pengendalian manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling
atas bukti-bukti pembukuan, sehingga dapat diketahui apakah transaksi bisnis
perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.
2.2.9
Tahapan Audit Operasional 
Tahap-tahap audit operasional mengacu pada Bayangkara, IBK
(2008) yaitu
sebagai berikut:
1.
Preliminary Survey (Survei Pendahuluan)
Survei yang dilakukan untuk mendapatkan informasi umum dan latar
belakang mengenai objek yang diaudit. Pada tahap ini dilakukan penelaahan
terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan
aktivitas yang diaudit. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap berbagai
informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang
  
27
berpotensi mengandung kelemahan. Dari analisis tersebut, auditor dapat
menentukan tentative audit objective (tujuan audit sementara).
2.
Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan
Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen)
Pada tahap ini, auditor melakukan penelaahan dan pengujian terhadap sistem
pengendalian manajemen dari objek audit. Dari hasil pengujian ini, auditor
dapat lebih memahami pengendalian yang ada sehingga dapat melakukan
penilaian terhadap efektivitas
sistem pengendalian manajemen perusahaan
serta dapat mengetahui potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas
yang dilakukan. Hasil pengujian yang dilakukan oleh auditor akan digunakan
untuk mendukung tentative audit objective menjadi firm audit objective.
3.
Detailed Examination (Pengujian Terinci)
Pada tahap ini, auditor mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten
untuk mendukung firm audit objective. Selain itu juga dilakukan
pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan dengan tujuan audit.
Temuan-temuan tersebut nantinya akan disajukan dalam suatu Kertas Kerja
Audit (KKA) untuk mrndukung kesimpulan audit dan rekomendasi yang
diberikan.
4.
Report Development (Pelaporan)
Dalam tahap ini, auditor mengkomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada pihak yang berkepentingan. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit.
Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif, yaitu menyajikan temuan-
temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan
rekomendasi.
  
28
5.
Follow Up (Tindak Lanjut)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan audit operasional. Tahap
ini bertujuan untuk mendorong pihak manajemen untuk melakukan perbaikan
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Hasil audit menjadi kurang
bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh
pihak manajemen.
2.2.10
Temuan Audit Operasional 
Tunggal, A. W. (2008:186) menyatakan bahwa, “Suatu yang penting dalam
audit adalah pengembangan temuan-temuan untuk dikomunikasikan kepada pihak-
pihak lain.” Kata temuan atau finding dapat diartikan sebagai himpunan informasi-
informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal lain yang telah
dianalisa atau dinilai serta diperkirakan akan menarik atau berguna untuk pejabat
yang berwenang. Penyusunan temuan yang baik harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1.
Statement of Condition (Kondisi)
Kondisi merupakan keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di
perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap
perkerjaan lapangan (field work). Ketika temuan fakta digunakan untuk
menyatakan suatu kondisi, auditor perlu memeriksa dan menguji operasi dan
data terkait untuk membuat fakta lebih jelas. Pernyataan kondisi ini
memberikan titik referensi kepada temuan yang berkaitan dengan kriteria
yang ada.
  
29
2.
Criteria (Kriteria)
Kriteria merupakan ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang
seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian
dalam perusahaan, yang dapat
berupa kebijakan
yang telah ditetapkan
manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri dan
peraturan pemerintah.
3.
Cause (Sebab)
Sebab merupakan tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang
berlaku dan apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan serta
bagaimana terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara
penuh mengidentifikasikan penyebab atau alasan terjadinya penyimpangan
dari kriteria. Faktor paling utama dari temuan audit yaitu menentukan
penyebab kelemahan. Peyebab kelemahan ini adalah alasan mengapa operasi
menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis.
4.
Effect (Akibat)
Akibat merupakan dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit
operasional adalah mendorong manajemen operasional melakukan tindakan
positif untuk mengoreksi temuan atas kekurangan operasional yang
diidentifikasikan oleh tim audit.
5.
Recommendation (Rekomendasi)
Rekomendasi menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi
kelemahan masalah yang dikemukakan dalam temuan. Keberhasilan
penyempurnaan suatu temuan audit adalah pengembangan rekomendasi
sebagai suatu tindakan yang harus diambil untuk mengoreksi kondisi yang
  
30
tidak diinginkan saat ini. Rekomendasi harus masuk akal diikuti dengan
sebuah penjelasan mengapa kondisi ini terjadi, penyebabnya, dan apa yang
harus dilakukan untuk mencegah berulangnya hal itu.
2.2.11
Pengertian Efisien, Efektivitas,  dan Ekonomis
Menurut pendapat Bayangkara, IBK (2008:12), “Definisi efektif, efisien, dan
ekonomis adalah sebagai berikut:
1.
Efisien adalah bertindak dengan cara yang dapat meminimalisasi kerugian
atau pemborosan sumber daya dalam melaksanakan suatu kegiatan operasi
perusahaan atau menghasilkan suatu produk atau jasa.
2.
Efektifitas diartikan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah
mencapai
tujuannya baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun dari batas
waktu yang ditargetkan.
3.
Ekonomis berarti cara penggunaan suatu barang atau jasa secara berhati-hati
dan bijak agar diperoleh hasil terbaik atau memanfaatkan segala kekayaan
perusahaan secara baik, sehingga tidak terjadi pemborosan.” 
2.3
Pengendalian Internal
2.3.1
Pengertian Pengendalian Internal
Dalam buku Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo, M.S
(2008:132) mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut: 
“Pengendalian internal (internal control) sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh
dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
  
31
memberikan kepastian yang beralasan yang terkait dengan pencapaian sasaran
kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan
keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Sedangkan menurut Laporan COSO yang dikutip oleh Boynton, Johnson dan
Kell yang diterjemahkan oleh Paul, A. R. , Gina Gania, dan Ichsan, S. B. (2003:373)
mendefinisikan, “Pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu
entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut: keandalan pelaporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi
operasi.”
Menurut Gondodiyoto (2007:247) dalam bukunya yang berjudul Information
System Audit and Control Association (ISACA), pengendalian internal (internal
control) didefinisikan sebagai berikut:
The policies, procedures, practice and organizational structures, designed to
provide reasonable assurance that business objectives will be achieved and that
desired events will be prevented, or detected, and corrected.
Selain pengertian di atas, pengertian pengendalian internal menurut Sutabri
(2004:33) adalah sebagai berikut: 
“Pengawasan yang meliputi struktur organisasi dan semua cara serta alat-alat yang
dikoordinasikan dan digunakan dalam perusahaan dengan tujuan menjaga keamanan
harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
memajukan efisiensi didalam usaha, dan membantu mendorong dipatuhinya
kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.”
  
32
Menurut Bastian (2007:10), sistem pengendalian yang baik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Independen dalam prosedur pemrosesan.
2.
Hanya dapat dimanipulasi dengan kolusi.
3.
Terdapat personel dengan senioritas yang memadai.
4.
Dilakukan secara tepat waktu.
2.3.2
Komponen Pengendalian Internal 
Laporan COSO dan AU 319, Consideration of Internal Control in the
Financial Statement Audit (SAS 78) yang dikutip oleh Boynton, Johnson dan Kell
yang diterjemahkan oleh Rajoe, P. A., Gania, G., dan Budi, I. S. (2002:379),
mengidentifikasikan lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan
sebagai berikut:
1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen
pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur.
2.
Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Penilaian resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,
analisis, dan pengelolaan resiko suatu entitas yang relevan dengan
penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
  
33
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, yang memasukkan sistem akuntansi (accounting system),
terdiri
dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat,
dan melaporkan transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian-kejadian serta
kondisi-kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan
kewajiban-kewajiban yang berhubungan.
Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai
peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian intern
atas pelaporan keuangan.
4.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas
pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan
berkenaan dengan resiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas.
Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada
berbagai tingkatan organisasional dan fungsional. Aktivitas pengendalian
yang relevan dapat digolongkan ke dalam kelompok sebagai berikut:
a.
Pemisahan tugas
b.
Pengendalian pemrosesan informasi
Pengendalian umum, meliputi: organisasi pusat pengolahan
data, prosedur dan standar untuk perubahan program,
pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan
data.
  
34
Pengendalian aplikasi, dikelompokkan menjadi: prosedur
otorasi yang memadai, perancangan dan penggunaan dokumen
dan catatan yang cukup, dan pengecekan secara independen.
5.
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian
internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan
pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan. 
2.4
Fungsi Produksi
Fungsi produksi yang utama adalah menghasilkan barang atau jasa yang
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan antara lain tepat waktu, tepat mutu, tepat
jumlah dengan biaya yang efisien.
2.4.1 Pengertian Produksi dan Fungsi Produksi
2.4.1.1 Pengertian Produksi
Pengertian produksi menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Menurut Assauri (2008:17), “Pada umumnya produksi dapat diartikan
sebagai kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input)
menjadi hasil keluaran (output).
Sedangkan menurut Herjanto (2003:3) menyatakan, “Kegiatan
produksi dan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan
penciptaan atau pembuatan barang, jasa atau kombinasi, melalui proses
  
35
transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang
diinginkan.”
Sementara itu menurut Pardede (2003:24), definisi produksi yaitu
sebagai berikut: “Produksi adalah seluruh kegiatan yang meliputi
pemanfaatan berbagai jumlah dan jenis sumber daya untuk menghasilkan
barang-barang dan atau jasa-jasa.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa produksi
merupakan suatu kegiatan atau proses yang memanfaatkan berbagai jumlah
dan jenis sumber daya dengan cara mentransformasikan masukan (input)
menjadi hasil keluaran (output) yang berupa barang atau jasa.
2.4.1.2 Fungsi Produksi
Fungsi produksi yang utama adalah menghasilkan barang atau jasa
yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan antara lain tepat waktu, tepat
mutu, tepat jumlah dengan biaya yang efisien.
Menurut Assauri (2008), terdapat empat fungsi utama dari kegiatan
produksi dan operasi yaitu:
1.
Proses Produksi atau Operasi (dalam perusahaan manufaktur)
Proses produksi dan operasi merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan (mesin), sehingga masukan
atau input dapat diolah menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa
yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan.
  
36
2.
Jasa-Jasa Penunjang Pelayanan Produksi
Jasa-jasa penunjang pelayanan produksi merupakan suatu sarana yang
berupa pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk digunakan
dan diorganisir agar proses produksi dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Contoh dari jasa penunjang berupa: desain produk dan
teknologi yang digunakan.
3.
Perencanaan
Perencanaan merupakan keterkaitan dan pengorganisasian dari
kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar
waktu atau periode tertentu. Tujuannya adalah agar kegiatan dapat
terarah bagi pencapaian tujuan produksi dan operasi, serta fungsi
produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan yang
dilakukan dalam hubungannya dengan fungsi produksi yaitu:
a.
Perencanaan proses produksi.
b.
Perencanaan persediaan.
c.
Perencanaan waktu.
d.
Perencanaan penggunaan kapasitas mesin.
e.
Perencanaan pemanfaatan sumber daya manusia.
4.
Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menjamin agar kegiaan produksi dan operasi yang dilaksanakan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan apabila terjadi
penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi,
sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Pengendalian dan
  
37
pengawasan yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi produksi
adalah:
a.
Pengendalian produksi.
b.
Pengendalian dan pengawasan persediaan.
c.
Pengendalian dan pengawasan mutu.
d.
Pengendalian dan pengawasan biaya.
2.4.2
Jenis-jenis Proses Produksi
Sebelum membahas mengenai jenis-jenis proses produksi, akan dibahas
mengenai pengertian proses produksi terlebih dahulu. Menurut Assauri (2008:75)
definisi proses produksi adalah sebagai berikut: “Proses produksi merupakan cara,
metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau
jasa dengan menggunakan sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan
dana) yang ada.” 
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi merupakan
suatu proses atau kegiatan yang mengubah masukan (input) dan menggunakan
sumber daya yang ada kemudian diolah sehingga menghasilkan suatu keluaran
(output) yang berupa barang atau jasa.
Menurut Assauri (2008:105) proses produksi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a.
Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes)
Dalam proses ini terdapat waktu yang panjang tanpa
adanya perubahan-
perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya.
Biasanya terdapat pada pabrik yang menghasilkan produknya untuk pasar.
  
38
b.
Proses produksi yang terputus-putus
Dalam proses ini terdapat waktu yang pendek
(short run)
dalam persiapan
peralatan untuk perubahan yang cepat, guna dapat menghadapi variasi produk
yang berganti-ganti. Misalnya terlihat pada pabrik yang menghasilkan
produknya berdasarkan pesanan.
2.5
Audit Operasional atas Fungsi Produksi
2.5.1
Pengertian Audit Produksi
Menurut Bayangkara (2008:177) pengertian audit produksi yaitu “Audit
produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan
fungsi produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan
dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan efisien).”
2.5.2
Tujuan Audit atas Fungsi Produksi
Audit atas fungsi produksi memiliki beberapa tujuan. Mengacu pada
Bayangkara (2008:178) “Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan audit
produksi dan operasi adalah untuk mengetahui:
1.
Apakah produk yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan
(pasar).
2.
Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat
menghubungkan antara kebutuhan untuk memuaskan pelanggan dengan
ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan.
  
39
3.
Apakan strategi, rencana produksi dan operasi telah mempertimbangkan
kelemahan-kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang
yang dimiliki perusahaan.
4.
Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5.
Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung
berjalannya proses secara ekonomis, efektif dan efisien.
6.
Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam
mendukung
dihasilkannya produk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan waktu yang
telah ditetapkan.
7.
Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah
melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah
ditetapkan dalam perusahaan.”
2.5.3
Manfaat Audit atas Fungsi Produksi
Selain memiliki tujuan, audit atas fungsi produksi juga memiliki beberapa
manfaat. Manfaat audit atas fungsi produksi menurut Bayangkara (2008:178), yaitu
sebagai berikut:
1.
Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.
2.
Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi
dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang
dihadapi.
  
40
3.
Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai
tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.
4.
Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi serta
kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap
pencapaian tujuan perusahaan.
2.5.4
Ruang Lingkup Audit Operasional atas Fungsi Produksi
Menurut Assauri (2008:357), dilihat dari maksud dan tujuan pelaksanaan
audit operasional atas fungsi produksi, maka ruang lingkup audit operasional atas
fungsi produksi dapat ditentukan sebagai berikut:
1.
Pemeriksaan mengenai tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan produksi yang
ditetapkan perusahaan.
2.
Pemeriksaan mengenai rancangan sistem produksi yang dijalankan, yang
mencakup pemilihan lokasi, pengaturan tata letak, keadaan bangunan dan
sarana penunjang, teknologi yang digunakan, proses manufacturing
yang
dijalankan, keadaan mesin dan peralatan.
3.
Pemeriksaan mengenai penerapan sistem produksi yang mencakup
perencanaan program produksi, pembelian, pengadaan bahan, pelaksanaan
produksi persediaan dan pengiriman barang jadi serta pergudangan, biaya
seta pemeliharaan peralatan.
2.6
Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terkait yang telah dilakukan:
  
41
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Rr. Indah Mustikawati dan Randi Maipan
(2012) dengan judul Audit Manajemen Atas Fungsi Produksi Pada PTP.
Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi memiliki beberapa tujuan yaitu untuk
mengetahui aktivitas dan efektivitas fungsi produksi pada PTP. Nusantara VI
Kayu Aro, serta memberikan saran atau rekomendasi untuk peningkatan
efektivitas fungsi produksi pada PTP. Nusantara VI Kayu Aro di masa yang
akan datang. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dan menggunakan sumber data primer.  Hasil penelitian ini adalah:
a.
Aktivitas fungsi produksi mulai dari jadwal induk produksi, perolehan
bahan baku, tingkat produk cacat, perawatan peralatan dan fasilitas
produksi, pemgembangan angkatan kerja, pengendalian kualitas, dan
aktivitas pengepakan dan penyimpanan produk jadi secara umum telah
dilaksanakan dengan baik.
b.
Secara umum aktivitas fungsi produksi telah efektif namun masih terdapat
permasalahan pada aktivitas jadwal
induk produksi dan aktivitas
perolehan bahan baku yang disebabkan oleh ketidaktercapaian perolehan
bahan baku.
c.
Saran atau rekomendasi yang diberikan adalah pertimbangkan dengan
matang replanting dan pemangkasan dengan meminta pertimbangan dari
para ahli pertanian yang ada di perusahaan. Selain itu, pencapaian positif
yang dicapai perusahaan harus dipertahankan dan ditingkatkan.
2.
Penelitian kedua dilakukan oleh Niki Purwitasari (2010) dengan judul Audit
Operasional Atas Fungsi Produksi Pada PT Perkasa Primarindo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi pengendalian untuk produksi,
  
42
mengetahui audit operasional atas fungsi produksi pada perusahaan yang
menjadi objek audit. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dan menggunakan sumber data primer. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh bahwa pengendalian atas fungsi produksi yang
dilaksanakan oleh PT Perkasa Primarindo cukup efektif, walaupun masih
ditemukan beberapa kelemahan. Namun hal ini tidak mempengaruhi
pencapaian tujuan perusahaan. Dan audit operasional telah berperan dalam
mengendalikan kegiatan produksi pada PT Perkasa Primarindo. Hal ini dapat
dilihat pada pelaksanaannya yang dapat memberikan informasi kepada
perusahaan mengenai kelemahan yang terjadi pada proses produksinya.
3.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Suci Wulandari (2009) dengan judul Audit
Operasional Atas Fungsi Produksi Pada PT Dunia Daging Food Industries.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifkasi kelemahan-
kelemahan sistem pengendalian internal yang berkaitan dengan manajemen
produksi perusahaan, merumuskan rekomendasi perbaikan bagi manajemen
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, serta menyusun
prosedur audit untuk tahap audit rinci. Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan sumber data primer. Dari hasil
penelitian ini diperoleh bahwa perusahaan seringkali mengalami kesulitan
dan hambatan seperti terjadinya kekurangan bahan baku yang dibutuhkan
pada saat proses produksi. Hal ini disebabkan karena adanya tambahan
kuantitas pesanan dari pelanggan pada saat proses berlangsung. Terjadi
jumlah retur produk sosis retail yang tidak biasa karena kurangnya
pemantauan dan pengecekan terhadap kondisi produk retail tersebut sebelum
pengiriman. Terjadi penyimpangan prosedur pembelian yang dilakukan oleh
  
43
Bagian Produksi dengan melakukan pembelian sendiri serta penggunaan
drum untuk penyimpanan tidak dikomunikasikan oleh Bagian Produksi
kepada Bagian Gudang. Pemeliharaan terhadap beberapa mesin yang
digunakan untuk kegiatan operasional masih kurang memadai karena jadwal
pemeliharaan ditentukan berdasarkan jam kerja mesin yang terlalu lama,
mengingat mesin tersebut sudah tua. Maka dapat disimpulkn bahwa
perusahaan harus melakukan perbaikan pada perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian proses produksi. Perusahaan harus melakukan evaluasi berkala
antara Bagian Gudang, Bagian Produksi dan Bagian Purchasing
dalam
menentukan rencana produksi yang tepat. Ketersediaan persediaan pengaman
bahan baku perlu disiapkan. Pemantauan dan pengecekan yang ketat terhadap
kondisi setiap produk yang diproduksi sebelum barang dikirim harus lebih
diperhatikan. Seluruh unit, khususnya Bagian Produksi harus mematuhi
prosedur yang ada. Pemeliharaan mesin yang sudah tua harus dilakukan
secara ekstra dan perlu mempetimbangkan untuk melakukan peremajaan
mesin-mesin produksinya.
4.
Penelitian berikut dilakukan oleh Anatoliy G. Goncharuk. Penelitian ini
dikhususkan untuk menganalisis efisiensi perusahaan gula Ukraina dan cara
memperbaikinya.
Menentukan
penurunan
skala pengembalian
(return to
scale)
dan inefisiensi skala besar untuk sebagian perusahaan gula. Faktor
utama
dari inefisiensi
tanaman
gula
harus ditemukan.
Mengembangkan
benchmarking
telah mengungkapkan cadangan signifikan
mengenai
pengurangan input dasar dan pertumbuhan efisiensi
yang potensial.
Dibandingkan dengan perusahaan asing,
tanaman gula Ukraina memiliki
kapasitas bahan baku yang lebih kecil dari biaya produksi dan barang-barang,
  
44
serta rendahnya biaya tenaga kerja
dan produktivitas modal. Rekomendasi
untuk pemilik dan manajer dari perusahaan gula untuk membuat keputusan
pada peningkatan efisiensi yang dibuat.