9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Audit
2.1.1
Pengertian audit
Menurut Boynton & Johnson (2008) yaitu :
Auditing is a
systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertion about economic actions and
events to ascertain the
degree of correspondence between these assertions and established criteria and
communiting the result to interested users.
Auditing adalah suatu proses sistematis memperoleh dan
mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan peristiwa
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi dan menetapkan
kriteria-kriteria dan mengkomunikasikan hasil kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.2
Jenis-jenis audit
Menurut Arens & Loebbecke (2008) ada 3 jenis audit yang dapat dianggap
sebagai kelompok-kelompok jenis audit yang memiliki ciri tersendiri, yaitu:
1.
Audit laporan keuangan
Audit laporan keuangan merupakan proses audit yang bertujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan merupakan
informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan
|
10
kriteria-kriteria tertentu. Di indonesia kriteria umum yang dipakai adalah
prinsip atau standar akuntansi yang berlaku sekarang, yang dikenal dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2.
Audit operasional
Audit operasional adalah suatu tinjauan terhadap bagian dan prosedur serta
metode operasi suatu organisasi untuk menilai keefisienan dan keefektifan
aktivitas operasi perusahaan dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pada
umumnya, setelah audit operasional selesai auditor bersangkutan akan
mengajukan sejumlah saran kepada manajer untuk membenahi operasi di
dalam perusahaan. Oleh karena itu, audit ini sering
disebut dengan audit
manajemen.
3.
Audit ketaatan
Audit ketaatan merupakan proses audit yang tujuannya untuk
mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur atau peraturan
tertentu yang telah
ditetapkan oleh orang yang berwenang. Hasil audit
ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi kepada pihak
tertentu dalam organisasi yaitu pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi
adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan
peraturan yang telah ditetapkan.
2.1.3
Temuan audit
Temuan audit adalah suatu pernyataan berdasarkan fakta-fakta. Temuan
yang baik mencakup pertimbangan auditor menyangkut sebab dan akibat dari
kondisi kriteria tersebut. Menurut Bhayangkara (2008) terdapat lima kelompok
dalam membuat temuan sebagai berikut :
|
11
1.
Kondisi
Kondisi menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau fakta yang sedang
terjadi didalam perusahaan
2.
Kriteria
Kriteria merupakan keadaan yang seharusnya terjadi didalam perusahaan.
Contoh kriteria yang dapat digunakan untuk tujuan perbandingan antara lain :
a)
Persyaratan tertulis seperti undang-undang, peraturan, instruksi,
kebijakan dan manual, perintah, dan sebagainya
b)
Tujuan dan sasaran organisasi, departemen atau unit kerja
c)
Instruksi lisan
d)
Opini independen dari pakar
3.
Sebab
Sebab adalah alasan kenapa terjadi kelemahan dalam perusahaan sehingga
operasi menjadi tidak efektif, efisien, dan ekonomis
4.
Akibat
Akibat merupakan dampak yang timbul dari adanya kekurangan atau
kelemahan dalam kondisi operasional perusahaan yang sebenarnya
5.
Rekomendasi
Rekomendasi menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan manajemen
untuk dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam
perusahaan.
|
12
2.2
Definisi Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2008) pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan prosedur
yang dikoordinasikan dan diterapkan
dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik
perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansinya,
mendorong efisiensi, dan mendorong kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2.3
Audit operasional
2.3.1
Pengertian audit operasional
Menurut Arens & Loebbecke
(2008),
audit operasional merupakan
penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi
untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.
Menurut Boynton & Johnson (2008) menyatakan :
Audit operasional adalah audit yang sistematis baik terhadap kegiatan, baik
program maupun fungsi suatu organisasi dengan tujuan untuk memulai dan
melaporkan apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien,
apakah tujuan-tujuan kegiatan,
program dan fungsi yang telah direncanakan dapat
dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut Tunggal A.W (2008) mendefinisikan audit operasional adalah:
Suatu teknik untuk secara teratur dan sistematis menilai atau mengukur efektifitas
dan efisiensi atau pekerjaan dibandingkan dengan standar perusahaan dan dunia
usaha dengan mengerahkan tenaga yang bukan ahli dalam bidang yang diteliti
|
13
dengan tujuan untuk meyakinkan manajemen bahwa sasarannya dilaksanakan dan
menemukan keadaan yang dapat ditingkatkan atau diperbaiki.
2.3.2
Tujuan audit operasional
Menurut Agoes. S (2004),tujuan umum dari audit operasional antara lain:
1.
Untuk menilai kinerja (performance)
dari manajemen dan berbagai fungsi
yang ada dalam perusahaan.
2.
Untuk menilai apakah berbagai
sumber daya (manusia, mesin, dana, harta,
dan lain-lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan
ekonomis.
3.
Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang
telah ditetapkan oleh top manajemen
4.
Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top manajemen untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan
pengendalian internal, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur
operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, ekonomi, dan
efektifitas dari kegiatan operasional perusahaan.
Tujuan utama audit operasional adalah untuk membantu pihak manajemen
dalam menemukan dan memecahkan beragam masalah dengan cara
merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan
Menurut Tunggal A.W
(2008),beberapa tujuan audit operasional adalah
sebagai berikut :
1.
Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan
ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan
|
14
untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan
untuk memperoleh
hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan
2.
Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling
efisien
3.
Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk
mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan
tentang pengelolaan yang efisien
4.
Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan
5.
Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap
fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada
manajemen
6.
Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang
efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.
2.3.3
Jenis-jenis audit operasional
Menurut Arens & Loebbecke
(2008) terdapat 3 jenis audit operasional
yaitu:
1.
Audit fungsional (functional audit)
Audit operasional terhadap salah satu atau beberapa fungsi dalam organisasi.
Keuntungan dari audit operasional ini adalah seorang auditor dapat
mengembangkan keahliannya dan menggunakan seluruh waktuya khusus
untuk mengaudit fungsi tersebut.
|
15
2.
Audit organisasi (organizational audit)
Audit ini menekankan pada seberapa jauh fungsi-fungsi dalam organisasi
saling berinteraksi dengan efisiensi dan efektif
3.
Tugas khusus (special assignment)
Audit ini dilakukan atas permintaan manajemen misal :menentukan penyebab
terjadinya kecurangan dalam suatu divisi dan mengajukan rekomendasi untuk
mengurangi biaya produksi suatu produk.
2.3.4
Pelaksanaan audit operasional
Biasanya pelaksanaan audit operasional dilakukan oleh auditor internal
perusahaan itu sendiri, oleh karena itu seorang auditor internal harus memiliki sikap
sebagai berikut, yaitu :
A.
Independensi
Pemeriksaan operasional merupakan salah satu hal yang paling pokok umtuk
mencapai suatu keefektifan pemeriksaan operasional. Auditor operasional
dapat dikatakan independen bila auditor tersebut memiliki peranan penting
dalam melaksanakan tugasnya karena diharapkan akan memperoleh hasil
pemeriksaan yang efektif.
Menurut Hiro Tugiman (2002) independensi, yaitu :
Para auditor internal dianggap mandiri apabila melaksanakan pekerjaannya
secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat
memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana
sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal
|
16
ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para auditor
internal.
Independensi dalam audit operasional dapat diperoleh melalui 2 hal, yaitu:
1.
Status organisasi
Unit pemeriksaan haruslah memberikan keleluasaan untuk
menyelesaikan tanggung jawabnya dalam pemeriksaan yang diberikan.
Pemeriksaan operasional haruslah memperoleh dukungan dari
manajemen dan bagian-bagian yang terdapat dalam struktur organisasi
sesuai dengan audit yang akan dilaksanakan sehingga akan terjadi
kerjasama dari pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan pekerjaan
secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.
2.
Objektifitas
Objektifitas merupakan sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap
auditor operasional dalam melaksanakan tugasnya. Auditor harus
sungguh-sungguh, yakin atas hasil kerjanya dan tidak akan membuat
penilaian yang kualitasnya merupakan hasil dari kesepakatan yang
diragukan. Sikap objektif seorang auditor tidak akan dipengaruhi oleh
pihak-pihak manapun pada saat melaksanakan audit. Jadi pada dasarnya
independensi dalam audit operasional sangatlah diperlukan untuk
membuat laporan yang objektif dan tidak memihak pihak tertentu yang
diperlukan oleh manajaemen.
B.
Kompetensi
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat
memahami kriteria-kriteria yang digunakan dan memiliki kemampuan untuk
|
17
dapat mengetahui dengan pasti jenis dan jumlah fakta yang dibutuhkan, agar
pada akhirnya pemeriksaan dapat menarik kesimpulan yang tepat untuk
selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi manajemen dalam membenahi
kinerja perusahaan.
2.3.5
Standar audit operasional
Standar adalah alat ukur atau bahan pembanding yang merupakan nilai-nilai
yang ideal dari objek yang diauditnya. Standar yang berharga sekali dalam audit
operasional datangnya dari 2 sumber, yaitu :
1.
Perusahaan sendiri
2.
Bidang usaha perusahaan yang menjadi salah satu bagiannya.
Untuk menemukan standar perusahaan, ukuran-ukuran prestasi yang harus
dicapainya dapat ditemukan dalam :
1.
Tujuan-tujuan
2.
Anggaran belanja
3.
Catatan-catatan tentang prestasi yang telah dicapainya
4.
Kebijakan, pedoman, dan prosedur
Untuk standar-standar bidang usaha, audit operasional mengandalkan atas
pengetahuan umum tentang praktik dunia usaha yang sehat dan statistik ekonomi
bisa diperoleh dari asosiasi profesi dan pemerintah.
|
18
2.3.6
Tahap-tahap audit operasional
Menurut Arens et.al. tahapan audit operasional terdiri dari :
1.
Survei pendahuluan (preliminary survey)
Tujuan survei pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum
dan latar belakang dalam waktu relatif singkat, mengenai semua aspek
dari organisasi,
kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan
untuk diperiksa, agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang
memadai mengenai objek pemeriksaan.
2.
Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen
(review and testing of management control system)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai
tentative audit
objective
dengan melakukan pengujian terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem
pengendalian manajemen.
3.
Pengujian terinci (detail examination)
Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup,
kompeten,
material, dan relevan untuk dapat menentukan tindakan apa saja yang
dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan
penyimpangan-penyimpangan terhadap kriteria dalam firm audit
objective, dan bagaimana efek dari penyimpangan tersebut dan besar
kecilnya efek tersebut yang menimbulkan kerugian perusahaan.
|
19
4.
Pengembangan laporan (report development)
Penyusunan hasil pemeriksaan, termasuk rekomendasi. Temuan audit
harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran, serta harus di review
oleh manajer audit
2.3.7
Karakteristik audit operasional
Menurut Tunggal A.W (2008),yaitu sabagai berikut :
1.
Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif
2.
Mencakup semua aspek perusahaan
3.
Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian
penjualan, bagian perencanaan, produksi, dan lainnya), atau suatu fungsi, atau
salah satu subklasifikasinya (pengendalian persediaan, sistem pelaporan,
pembinaan pegawai, dan lainnya)
4.
Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan, unit,
atau fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab, dan
tugasnya
5.
Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti atau data dan standar
6.
Tujuan utama audit operasional adalah memberikann informasi kepada
pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan,suatu unit, atau suatu fungsi.
Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi
tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan.
|
20
2.3.8
Batas-batas audit operasional
Menurut Arens & Loebbecke et.al. batasan-batsannya yaitu :
1.
Persepsi manajemen terhadap audit operasional
Manajemen seringkali mempunyai persepsi bahwa yang menjadi sasaran
pemeriksaan adalah dirinya, bahwa kemampuan dalam mengelola perusahaan
seolah dirugikan, sehingga mereka merasa bahwa audit operasional
merupakan ancaman bagi posisi atau jabatannya dalam perusahaan
2.
Pengaruh kharisma manajemen terhadap auditor
Auditor akan merasakan adanya tekanan mental tersendiri pada saat dia
melakukan audit operasional, yaitu ketika harus menanyakan latar belakang
dikeluarkannya suatu kebijakan oleh seorang direktur atau bahkan direktur
utama yang dinilai menunjukkan indikasi
penyebab terjadinya ketidak
efisiensian
3.
Pengetahuan
Auditor yang dinilai tidak cukup mempunyai pengalaman dan pengetahuan
dalam pengelolaan bisnis tidak dapat melakukan analisis yang memadai atas
proses manajemen yang diperiksanya serta tidak akan mendapat respek dari
manajemen tersebut, karena rekomendasi yang diberikan dianggap tidak akan
cukup berarti untuk memperbaiki kinerja manajemen
4.
Waktu
Waktu adalah faktor yang amat membatasi, karena auditor harus memberikan
informasi dengan segera kepada manaajemen untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Oleh karena itu, audit operasional perlu dilakukan secara
|
21
teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak akan menjadi
kronis dalam perusahaan
5.
Biaya
Audit operasional selalu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam
pelaksanaan operasi perusahaan. Maka, biaya audit operasional harus lebih
kecil daripada biaya yang berhasil dihemat. Ini berarti bahwa auditor harus
mengabaikan situasi permasalahan yang lebih kecil yang mungkin dapat
memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut
2.3.9
Pelaksana audit operasional
Menurut Arens & loebbecke (2008) audit operasional dilakukan oleh salah
satu dari 3 kelompok, yaitu :
1.
Auditor internal
Auditor internal adalah auditor yang dimiliki perusahaan, biasanya auditor ini
diberikan tugas untuk melakukan kegiatan audit internal perusahaan itu
sendiri. Untuk memaksimalkan keefektifan dan keefisienan mereka, bagian
audit internal harus melaporkan kepada manajemen. Auditor internal dapat
mengembangkan pengetahuan tentang perusahaan itu dan segala masalah
yang
pernah diatasi dalam perusahaan. Hal ini sangat membantu
audit
operasional yang efektif.
2.
Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah salah satu badan dalam pemerintahan yang
bertugas untuk melakukan audit operasional, salah satu tugas dari auditor
milik pemerintah ini adalah untuk menemukan kemungkinan adanya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada BUMN (Badan Usaha Millik
|
22
Negara). Secara umum yang menjadi perhatian utama auditor pemerintah
dalam melakukan tugasnya sebagi auditor adalah:
1.
Keuangan dan ketaatan
2.
Efektifitas dan efisiensi
3.
Hasil-hasil dari program yang telah dicanangkan
3.
Kantor akuntan
Auditor yang menawarkan jasa audit kepada perusahaan mana saja yang
merasa
perlu menggunakan jasanya dalam mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Biasanya bagian yang diaudit terdiri dari pengidentifikasian
masalah-masalah operasional dan membuat rekomendasi yang dapat
bermanfaat dari klien yang diperiksa. Rekomendasi dapat disampaikan secara
lisan ataupun membuat management letter.
Auditor juga harus memiliki dasar pengetahuan tentang bisnis klien, karena
auditor yang memiliki latar belakang bisnis dan pengalaman yang luas
dengan perusahaan-perusahaan serupa akan cenderung lebih efektif dalam
memberikan rekomendasi operasional kepada klien.
2.4
Penjualan
2.4.1
Pengertian penjualan
Penjualan adalah terjadinya transaksi antara perusahaan dengan pihak lain
dengan cara penyerahan barang dan memperoleh laba yang setimpal dari barang
yang diberikan, dimana kegiatan ini sangat penting bagi kelangsungan perusahaan
tersebut dalam menjalankan operasional produksinya.
|
23
Setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari aktivitas penjualan barang
maupun jasa. Hasil dari penjualan tersebut akan menghasilkan keuntungan setelah
dikurangi dengan
biaya-biaya dalam memproduksi produk barang atau jasa
tersebut, hasil laba ini akan digunakan untuk perusahaan untuk kelangsungan
usahanya
Menurut Kotler (2009) penjualan adalah
Penjualan adalah transaksi bisnis yang melibatkan pengiriman komoditas,
sebagai barang penjualan. Dalam pertukaran untuk kas, janji membayar sesuai
dengan uang yang sepadan untuk dicatat dan dilaporkan
Penjualan merupakan pusat utama pada setiap perusahaan,
karena
keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola perusahaannya tersebut bergantung
pada besarnya penjualan yang telah dicapai selama periode tertentu
Perencanaan penjualan harus memperhatikan keadaan perusahaan,
misal:
kemampuan dana perusahaan untuk memproduksi dan memasarkan produk
tersebut,
yang artinya bagian penjualan
harus pandai dalam memperhatikan
keadaan ekonomi di masa mendatang, dimana keadaan ekonomi akan berpengaruh
terhadap daya konsumsi konsumen.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari penjualan yang telah
ditetapkan perusahaan, maka aktivitas penjualan harus direncanakan dengan
matang terlebih dahulu sebelum dijalankan.
2.4.2
Audit operasional penjualan
Menurut Arens & Loebbecke
(2008) audit operasional adalah : Audit
operasional adalah sebuah tinjauan beberapa bagian prosedur operasi dan metode
organisasi, untuk tujuan evaluasi efektivitas dan efisiensi.
|
24
Pendapat tersebut sesuai dengan dilakukannya audit operasional terhadap
penjualan,yaitu sebagai berikut:
1.
Menilai kegiatan penjualan
2.
Mendeteksi adanya kelemahan dalam kegiatan penjualan
3.
Mencari alternatif dalam usaha meningkatkan efektivitas penjualan
4.
Mengembangkan rekomendasi untuk penanggulangan kelemahan dan
peningkatan prestasi.
2.4.3
Klasifikasi penjualan
Ada 2 jenis penjualan dalam dunia bisnis sekarang, yaitu:
1.
Penjualan tunai
Penjualan dilakukan
dengan uang tunai yang mewajibkan penjual
menyerahkan barang kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang tunai
tersebut pada saat transaksi itu juga.
2.
Penjualan kredit
Penjualan dilakukan dengan penyerahan barang atau jasa, penjual menerima
tanda bukti penerimaan barang dari pembeli dan merupakan tanda bukti
sebagai alat penagihan di kemudian hari yang telah ditetapkan
2.4.4
Tujuan penjualan
Tujuan utama perusahaan dalam penjualan adalah pencapaiam laba
maksimal dengan mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan
melalui peningkatan jumlah unit penjualan.
|
25
Menurut La Midjan (2001) ,yaitu:
1.
Aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan perusahaan, sehingga
kurang dikelolanya aktivitas penjualan dengan baik, secara langsung akan
merugikan perusahaan disebabkan selain sasaran penjualan tidak tercapai,
juga pendapatan akan berkurang
2.
Pendapatan dari hasil penjualan merupakan sumber pembiayaan perusahaan
oleh karena itu perlu diamankan
3.
Akibat adanya penjualan akan merubah posisi harta yang menyangkut:
a)
Timbulnya piutang jika penjualan secara kredit atau masuknya uang
kontan jika penjualan secara tunai
b)
Kuantitas barang yang akan berkurang di gudang karena adanya
penjualan yang terjadi
Selain itu bagian penjualan juga dituntut untuk meningkatkan jumlah unit
penjualan. Hal ini memaksa pimpinan untuk lebih seksama dalam mengambil
keputusan-keputusan di bagian penjualan
2.5
Fungsi penjualan
2.5.1
Pengertian fungsi penjualan
Menurut Horngren & Harrison
yang diterjemahkan oleh Dewo, S.A &
Utomo,S (2002) menjelaskan bahwa:
Jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh seseorang pedagang dari penjualan
persediaannya disebut pendapatan penjualan, yang biasa disingkat menjadi
penjualan. Sedangkan penjualan bersih adalah pendapatan penjualan dikurangi
dengan berbagai pengurangan penjualan
|
26
Menurut Arens & Loebbecke
siklus penjualan kredit dengan penerimaan
kas adalah sebagai berikut:
a)
Pemrosesan pesanan pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan permintaan untuk membeli
barang dengan ketentuan tertentu. Permintaan pesanan pelanggan
menghasilkan pesanan penjualan.
b)
Persetujuan penjualan secara kredit
Sebelum barang dikirim, seorang yang berwenang dalam perusahaan harus
menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit
tersebut. Seleksi yang tidak ketat dalam persetujuan kredit seringkali
menyebabkan besarnya piutang tak tertagih.
c)
Pengiriman barang
Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan. Nota
pengiriman disiapkan pada saat pengiriman dan dokumen pengiriman
diperlukan untuk kepastian untuk penagihan atas pengiriman ke pelanggan.
d)
Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan
Aspek terpenting dalam penagihan adalah meyakinkan bahwa seluruh
pengiriman diperlukan untuk kepantasan penagihan atas pengiriman ke
pelanggan mencakup
pembuatan faktur penjualan rangkap dan secara
simultan memuktahirkan berkas transaksi penjualan dan berkas induk piutang
usaha.
|
27
e)
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas
Dalam pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, perhatian utama adalah
memungkinkan dicuri sebelum penerimaan kas dicatat. Pertimbangan utama
dalam penerapan penerimaan kas adalah seluruh kas disetor ke bank dalam
jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat di berkas termasuk
penerimaan kas, yang digunakan untuk membuat jurnal kas memperbaharui
berkas induk piutang usaha.
2.5.2
Kebijakan penjualan
Dalam setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan tersendiri terhadap
bagian penjualannya yang harus dijalankan oleh bagian penjualan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan perusahaan.
Kebijakan penjualan merupakan peraturan-peraturan umum yang digariskan
oleh pihak manajemen guna membantunya dalam hal merumuskan berbagai macam
masalah, diantaranya sebagai berikut :
1.
Strategi penjualan
2.
Menggariskan tugas penjualan
3.
Menugaskan tenaga penjualan
Kebijakan adalah seperangkat aturan yang menuntut dan mengarahkan
tindakan-tindakan dan aktivitas penjulaan yang dilakukan perusahaan. Kebijakan
ini merupakan peraturan untuk bertindak dengan cara dan keadaan tertentu dan
dapat dimanfaatkan sebagai pedoman, keharusan dan pembatas tindakan.
|
28
2.5.3
Tujuan audit operasional atas fungsi penjualan
Menurut Robertson & Louwers
(2002), tujuan audit operasional atas
penjualan, yaitu:
1.
Membuat evaluasi atas perencanaan penjualan dan manajemen penjualan
dalam menentukan rencana untuk mencapai sasaran penjualan.
2.
Mendapatkan keyakinan bahwa kebijakan yang ada,
menyediakan keyakinan
bahwa setiap penjualan yang dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan.
3.
Mendapatkan keyakinan bahwa terdapat tanda tangan atau otorisasi secara
manual untuk setiap dokumentasi
4.
Mendapatkan keyakinan bahwa terdapat suatu pembatasan akses ke tempat
penyimpanan persediaan atau area shipping dan akses ke bagian penagihan
dan formulir invoice
yang kosong untuk menghindari terjadinya penjualan
fiktif
5.
Mencari alternatif dalam usaha untuk meningkatkan efektivitas penjualan,
serta mendeteksi adanya kelemahan dan penyimpangan dalam proses
penjualan, piutang, dan kas serta pemecahan atas kelemahan tersebut.
Penyimpangan dan kelemahan tersebut dapat terjadi bila terdapat kondisi
sebagai berikut :
a.
Terjadinya penjualan fiktif atau penumpukan bahan baku dikarenakan
terlalu banyaknya jumlah persediaan akibat kesalahan perkiraan
penjualan dan penurunan tingkat presentasi penjualan
b.
Meningkatnya jumlah piutang usaha dikarenakan penjualan yang tidak
memperhatikan kemampuan pembayaran pelanggan atau dikarenakan
macetnya pembayaran piutang oleh pelanggan
|
29
c.
Kas yang diterima atas pelunasan piutang diterima oleh pihak yang
tidak berwenang atau kas yang tidak langsung disetor ke bank
6.
Meningkatkan rekomendasi bagi penanggulangan kelemahan dan
peningkatan presentasi
7.
Mendapatkan keyakinan atas kebenaran posisi saldo di laporan keuangan
8.
Mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi telah valid
serta transaksi
penerimaan
kas dibukukan pada periode yang tepat, dikelompokkan dengan
benar dan dicatat pada waktu yang tepat
9.
Mengetahui apakah pembukuan telah menerapkan prinsip akutansi secara
benar serta memastikan pengendalian internal yang diterapkan dengan
semestinya, misalnya: untuk setiap pesanan yang tertunda (pending order)
harus direview secara rutin untuk menghindari kesalahan penagihan dan
pencatatan pengiriman dan bank statement
harus direkonsiliasi secara detail
setiap bulan.
10.
Pencatatan transaksi harus dibawah otorisasi dimana akuntan yang mencatat
penjualan dan piutang harus didukung oleh dokumen-dokumen pengiriman
barang atau penyerahan jasa dan dokumen tertanggal diterimanya
pembayaran dari pelanggan
11.
Mendapatkan keyakinan bahwa
invoice telah sama dengan pesanan
pelanggan dan surat jalan untuk memastikan bahwa pelanggan menerima
pesanan sesuai dengan yang diminta, dengan harga dan kuantitas yang telah
disetujui serta ketepatan waktu diterimanya pesanan. Selain itu, mendapatkan
keyakinan bahwa kuantitas yang dicatat sama dengan kuantitas yang
diserahkan ke pelanggan.
|
30
2.6
Pengertian Penerimaan Kas
Menurut Kieso (2011), kas adalah aktiva yang paling likuid, merupakan
media pertukaran standar dan dasar pengukuran serta akuntansi untuk pos-pos
lainnya.
2..7
Pembelian
2.7.1
Pengertian pembelian
Menurut arens dan loebbecke (2008) :
Permintaan pembelian adalah permintaan akan barang dan jasa oleh
pegawai yang berwenang. Bentuknya dapat berupa permintaan perolehan untuk
bahan-bahan oleh mandor atau pengawas gudang, reparasi diluar oleh pegawai
kantor atau pabrik, atau asuransi oleh direktur perusahaan yang bertanggung jawab
atas properti dan peralatan.
2.7.2
Fungsi Pembelian
Menurut Boynton et al., fungsi-fungsi pembelian terdiri dari:
1
Fungsi gudang
Fungsi ini bertugas untuk mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan
posisi persediaan yang ada di gudang
2
Fungsi pembelian
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menentukan supplier
yang akan
digunakan dan kemudian membuat pesanan pembelian.
|
31
3
Fungsi penerimaan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima barang dari supplier
dan
melakukan pemeriksaan terhadap jenis, kualitas, dan kuantitas dari barang
yang diterima.
4
Fungsi akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat semua kewajiban yang harus
dipenuhi oleh perusahaan dalam rangka transaksi pembelian
2.7.3
Tujuan audit pembelian
Menurut Agoes, S (2004),yaitu :
1.
Menilai ketaatan kegiatan pembelian terhadap prosedur dan kebijakan
perusahaan yang berlaku
2.
Menilai efektivitas kegiatan pembelian dalam penyediaan bahan baku dan
bahan pembantu yang dibutuhkan
3.
Menilai efisiensi kegiatan pembelian yang dapat dilihat dari biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan dan memelihara bahan baku dan bahan
pembantu yang dibeli
4.
Memberikan saran-saran dan rekomendasi yang diperlukan.
2.7.4
Prosedur pembelian
Menurut Boynton & Johnson (2008) yaitu :
1.
Pengajuan pembelian
Bagian penyimpanan membuat surat pengajuan pembelian yang ditujukan
kepada bagian pembelian apabila persediaan telah mencapai titik pemesanan
kembali.
|
32
2.
Pembuatan pesanan pembelian
Setelah menerima surat pengajuan pembelian dari bagian penyimpanan,
bagian pembelian akan menerbitkan surat pesanan pembelian. Pesanan
pembelian ditandatangani oleh petugas bagian pembelian untuk memberikan
wewenang secara tertulis kepada supplier
untuk menyediakan sejumlah
barang tertentu yang dipesan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati
(jumlah, spesifikasi, jadwal pengiriman, dan harga). Pesanan pembelian juga
harus diberi nomor. Lembar yang asli dikirimkan kepada supplier dan
salinannya didistribusikan secara internal ke bagian penerimaan, bagian
hutang usaha, dan bagian penyimpanan.
3.
Penerimaan barang dan jasa
Bagian penerimaan akan menerima barang yang dikirimkan oleh supplier dan
membuat laporan penerimaan barang. Laporan penerimaan ini berisi tentang
nomor pesanan pembelian, nama supplier, perincian mengenai transportasi,
jumlah dan jenis barang yang diterima. Petugas bagian penerimaan harus
membandingkan barang yang diterima dengan uraian yang tercantum pada
pesanan pembelian, menghitung barang, dan memeriksa kemungkinan adanya
barang yang rusak.
4.
Pencatatan kewajiban
Penerimaan barang atau jasa biasanya menetapkan suatu kewajiban bagi
perusahaan untuk menyelesaikan transaksi. Pada umumnya faktur diterima
bersamaan dengan datangnya barang pesanan di bagian penerimaan. Faktur
tersebut lalu dikirimkan ke bagian akuntansi sebagai laporan penerimaan dan
pemeriksaan barang yang telah disetujui dengan menyiapkan bukti
|
33
pembukuan (voucher), yaitu suatu dokumen internal untuk mengakui
kewajiban dan kemudian mencatatnya dalam jurnal pembelian.
2.8
Pengeluaran Kas
Menurut Marshall B. Romney (2011), siklus pengeluaran adalah rangkaian
kegiatan bisnis dan pemrosesan data operasional terkait yang berhubungan dengan
pembelian serta pembayaran barang dan jasa.
Tujuan utama dalam sistem
pengeluaran kas adalah untuk meminimalkan biaya total, memperoleh dan
memelihara persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan yang dibutuhkan
organisasi.
|