10
Bab 2
Landasan Teori
Pada bab 2 landasan teori ini, penulis akan menjelaskan mengenai teori dan
konsep-konsep yang digunakan sebagai dasar untuk dianalisa pada bab selanjutnya.
2.1 Konsep Manajemen Jepang
Menurut Chen (2004, hal.151), Nihonteki Keiei, atau gaya manajemen Jepang
telah menjadi frase yang terkenal di dunia Barat. Itu merujuk pada apa yang dilihat
orang sebagai perbedaan pokok antara teknik manajemen Jepang dan dengan yang
dipraktekkan secara luas di Barat.
Seperti yang dijelaskan pula oleh Lazaridi (2012, hal.29) bahwa model
manajemen Jepang didasarkan pada filosofi bahwa kita adalah satu keluarga.
Setelah menetapkan semangat kelompok ini, manajemen memberi pengaruh terhadap
individu yang membentuk kelompok terutama psikologinya. Perusahaan yang
mendekati penerapan Jepang ini seringkali yang paling sukses.
2.1.1 Konsep Kaizen
Dalam bahasa Jepang, kaizen berarti perbaikan berkesinambungan. Istilah ini
mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang (baik manajer maupun
karyawan) dan melibatkan biaya dalam jumlah tak seberapa. Filsafat kaizen
berpandangan bahwa cara hidup kita (apakah itu kehidupan kerja atau kehidupan
|
11
sosial maupun kehidupan rumah tangga) hendaknya berfokus pada upaya perbaikan
terus menerus (Imai, 1997, hal.1).
Selain itu, Imai (1997, hal.3) juga menjelaskan bahwa kaizen bersifat
perbaikan kecil yang berlangsung oleh upaya berkesinambungan. Di sisi lain, kaizen
menekankan upaya manusia, moral, komunikasi, pelatihan, kerjasama,
pemberdayaan dan disiplin diri, yang merupakan pendekatan berdasarkan akal sehat,
berbiaya rendah.
Hal yang berkaitan mengenai kaizen juga disebutkan oleh Khan
(2011, hal.181), bahwa kaizen meningkatkan pemanfaatan ruang, kualitas produk,
penggunaan modal, komunikasi, kapasitas produksi dan retensi karyawan.
Kaizen
didasarkan pada keyakinan bahwa orang yang melakukan pekerjaan
tertentu akan menjadi lebih mengetahui banyak hal dari pada orang lain, termasuk
atasan mereka, bagaimana pekerjaan itu dapat ditingkatkan, dan bahwa mereka harus
bertanggung jawab untuk membuat perbaikan. Setiap departemen dalam perusahaan
dapat melakukan perbaikan terus menerus dalam operasinya dengan membuat
perubahan kecil setiap hari. Langkah pertama dalam proses ini adalah untuk
menghancurkan semua hambatan komunikasi antara berbagai unit dalam perusahaan
(Khan, 2011, hal.181-182).
2.2 Teori Komunikasi
2.2.1
Konsep Komunikasi
Menurut Himstreet dan Baty
dalam
Purwanto
(2006, hal.3), komunikasi
adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui
suatu sistem yang
biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau
tindakan. Pada umumnya, pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua
|
12
orang atau lebih, dan proses pemindahan pesannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang melalui
lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal (Purwanto, 2006, hal.3).
2.2.2
Konsep Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis
yang mencakup berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi verbal
maupun komunikasi nonverbal untuk
mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2006,
hal.4).
Selain itu, Satomi (2007, hal.12) menjelaskan mengenai pentingnya
komunikasi dalam bekerja sebagai berikut:
????????????????????????????
????????????????????????????
????????????????????????????
?????????????????????
Mungkin banyak orang yang terkejut bahwa untuk menjalin hubungan
baik dengan atasan maupun kerabat kerja diperlukan kemampuan
berkomunikasi yang baik sehingga bisa bekerjasama dan menjalin
harmoni, dari pada orang yang taat dalam hal bekerja.
2.2.3 Saluran Komunikasi Formal
Purwanto (2006, hal.40) menjelaskan bahwa di dalam struktur organisasi garis,
fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan
masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam
kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manager kepada bawahan
ataupun dari karyawan ke manager, pola transformasi informasinya dapat berbentuk
komunikasi dari atas ke bawah (top down
atau downward communications),
|
13
komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up
atau upward communications),
komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi diagonal
(diagonal communications).
1. Komunikasi dari Atas ke Bawah (top down/ downward communications)
Transformasi informasi dari manager dalam semua level ke bawahan
merupakan komunikasi dari atas ke bawah (top-down
atau downward
communications). Seorang yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki
tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasi, memotivasi,
memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah
```(Purwanto, 2006, hal.40).
2. Komunikasi dari Bawah ke Atas (bottom-up/ upward communications)
Dalam struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up
atau
upward communications) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah
(karyawan) menuju ke atas (manager). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula
berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi,
yaitu ke bagian pabrik, ke manager produksi, dan akhirnya ke manager umum
(Purwanto, 2006, hal.41).
3. Komunikasi Horizontal (horizontal communication)
Komunikasi horizontal (horizontal communications), atau sering disebut juga
dengan istilah komunikasi lateral (lateral communications), adalah komunikasi yang
terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/ sederajat dalam suatu
organisasi (Purwanto, 2006, hal.42).
|
14
4. Komunikasi Horizontal (diagonal communications)
Purwanto (2006, hal.43-44) menjelaskan bahwa komunikasi diagonal
(diagonal communication) melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level)
organisasi yang berbeda. Bentuk komunikasi jenis ini memang menyimpang dari
bentuk komunikasi tradisional yang ada seperti komunikasi dari atas ke bawah dan
komunikasi dari bawah ke atas.
2.2.4 Saluran Komunikasi Informal
Dalam jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi, tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan,
dapat berkomunikasi secara luas. Lebih lanjut, banyak orang yang lebih percaya
desas desus atau rumor yang didapat dari komunikasi informal sebagai sumber
informasi dalam suatu organisasi (Purwanto, 2006, hal.45-46).
2.3 Konsep Horenso (???)
Menurut Victoria Miroshnik (2009, hal.140) mengenai budaya kerja horenso
adalah sebagai berikut:
Hou-Ren-Sou, is the basic feature of the Japanese organizations.
Hou-Ren-Sou, is a combination of three different words in Japanese:
Houkoku i.e., to report, Renraku i.e., to inform and Soudan i.e., to
consult or pre-consult.
Hou-Ren-Sou, adalah fitur dasar dari organisasi Jepang. Hou-Ren-Sou,
adalah sebuah kombinasi dari tiga kata yang berbeda di Jepang:
Houkoku
adalah melaporkan, Renraku adalah menginformasikan dan
Soudan adalah konsultasi atau pra-konsultasi.
|
15
Berdasarkan dari unsur-unsur yang membentuk kata horenso
tersebut,
Yamaguchi (2008, hal.14) menjelaskan bahwa:
??·?·????????????????????????
????????????????????????????
????????????????????????????
?????????????????????·?·??????
????????????????????????????
Horenso
adalah dasar untuk memajukan pekerjaan dan setiap tempat
kerja membutuhkan kemampuan berkomunikasi.
Meskipun begitu,
banyak pekerja bisnis menyalahartikan bahwa semua berjalan dari
manajemen bawah ke manajemen atas. Tidak seperti itu. Horenso
adalah komunikasi dua arah yang dibutuhkan manajemen bawah,
manajemen atas, maupun sesama rekan kerja.
Penjelasan serupa mengenai prinsip budaya kerja horenso
yang dikemukakan
oleh Imai (2012, hal.2) adalah sebagai berikut:
????????????????????????????
????????????????????????????
???????????????????·??·?????
????????????????????????????
??????·?????????????????????
?????????????????????????????
Sebuah organisasi adalah sekumpulan dari beberapa orang. Yang
kemudian antara atasan dan bawahan melakukan pekerjaan dengan
bekerjasama satu sama lain mengaitkan antar departemen. Penerapan
dasar tersebut merupakan horenso. Bawahan mengerjakan perintah
dan petunjuk dari atasan, sedangkan atasan mengeluarkan instruksi
atau petunjuk selanjutnya berdasarkan situasi horenso dari bawahan.
Horenso
akan runtuh dan tidak berjalan sesuai dengan fungsinya
apabila organisasi tidak dilakukan dengan tepat dan sepatutnya.
Yamaguchi (2008, hal.14-15) menjelaskan bahwa, jika tidak menguasai
sistem horenso,
kemajuan bisnis akan memburuk. Ambisi pekerja bisnis di
perusahaan akan menurun, yang lebih buruk lagi, pekerjaan menjadi membosankan.
Jika sistem horenso di satu perusahaan tidak berfungsi, akan bertambahlah kesalahan
|
![]() 16
kecil dan masalah baru, hasil kinerjapun ikut menurun. Meski ada kekurangan pun,
komunikasi di dalam perusahaan menjadi buruk. Sebagai contoh, horenso
diartikan
seperti aliran darah. Misalnya, sebagai aliran nadi di luar tempat kerja. Jika tidak ada
nadi, aliran darah menjadi terhenti, seluruh tubuh tidak bisa digerakkan, kekuatan
perusahaan pun melemah.
Seperti pada gambar berikut, perusahaan yang menerapkan sistem horenso,
kinerja perusahaan dapat berkembang dan diperluas dengan mudah. Sebaliknya jika
latihan dengan baik, pekerjaan akan berjalan lancar, kemajuan diri juga semakin
berkembang.
Gambar 2.1 Alur Proses Horenso (Sumber : Yamaguchi , 2008, hal.15)
|
![]() 17
Gambar 2.2 Alur Proses Horenso (Terjemahan) (Sumber : Yamaguchi, 2008, hal.15)
Oleh karena itu, seperti yang dijelaskan dalam horenso
bahwa perlu
membicarakan terlebih dahulu perintah dan petunjuk sebagai tahap awal. Kemudian
dari perintah dan petunjuk tersebut akan berjalan sampai ke laporan, untuk lebih
mudah memahami ditunjukkan dengan siklus PDCA (Yamaguchi, 2008, hal. 22).
2.3.1 Real Horenso (?·???)
Pada masa sekarang ini, horenso lebih dikenal dengan real horenso atau?·
???
(shin horenso). Seperti yang dijelaskan oleh Itofuji (2005, hal.2), bahwa:
|
![]() 18
?·????????????(???)??????????
????????????????????????????
??????????????3????
1)?3??????2)?3??????3)?5????????
Yang dimaksud Shin
dari Shin Horenso
mempunyai arti sebenarnya
(real). Maksudnya adalah horenso
yang sebenarnya terlihat jelas,
apabila kita mengobservasi kenyataan dengan sungguh-sungguh. Inti
yang terlihat tersebut terdiri dari 3 point berikut.
1) 3 sudut pandang, 2) 3 kedalaman, 3) 5 level horenso
Gambar 2.3 Real Horenso (Sumber: Itofuji, 2005, hal.43)
Gambar 2.4 Real Horenso (Terjemahan) (Sumber: Itofuji, 2005, hal.43)
2.3.1.1 Meningkatkan Kualitas Horenso (tiga sudut pandang)
Dalam meningkatkan kualitas horenso, ada tiga
sudut pandang yang harus
diperhatikan (Itofuji: 2005, hal.24-32), antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pihak lain/yang bersangkutan (??), yaitu adalah orang-orang yang berada dalam
lingkungan kerja. Jadi, dalam melakukan horenso
harus mempertimbangkan
kondisi pihak lain, karakteristik, tuntutan pihak lain dan waktu orang tersebut.
5 Level Horenso
3 Sudut Pandang
3 tingkat kedalaman
|
![]() ![]() 19
2. Tujuan (??), yaitu mengetahui dan memahami horenso dilakukan.
3. Diri sendiri (??), yaitu mengambil tindakan dengan intropeksi diri. Misalnya
laporan yang disampaikan seseuai dengan keadaan, kenyataan atau secara
objektif.
Berdasarkan tiga
sudut pandang untuk meningkatkan kualitas horenso,
sebelum melakukan horenso harus mempertimbangkan sudut pandang tersebut.
Gambar 2.5 Tiga Sudut Pandang Horenso (Sumber: Itofuji, 2005, hal.25)
Gambar 2.6 Tiga Sudut Pandang Horenso (Terjemahan)
(Sumber: Itofuji, 2005, hal.25)
3 Sudut Pandang untuk Meningkatkan
Kualitas Horenso yang efektif
Tujuan
Metode (Horenso)
Lingkungan
(pihak lain)
Diri
Sendiri
|
![]() 20
2.3.1.2 Berbagi Informasi (tiga kedalaman)
Dalam berbagi informasi di perusahaan, ada tiga
tahap kedalaman
(Itofuji,
2005, hal.33-41), yaitu:
1. Berdasarkan fakta (mengetahui), maksudnya sebagai elemen dalam perusahaan
harus saling berbagi informasi mengenai target dari diri sendiri maupun setiap
divisi, prinsip manajemen, informasi klien, data mengenai kualitas barang dan
biaya, jadwal, serta berbagai pedoman kerja lainnya. Data tersebut biasa berwujud
angka dan kata-kata.
2. Berdasarkan data fakta tersebut (makna), yaitu harus dipahami maknanya, bukan
hanya berupa data, tetapi makna dari data tersebut.
3. Berdasarkan cara berpikir (saling memahami), pada dua
tahap sebelumnya (fakta
dan makna), mungkin dapat kita terima secara logika, tetapi belum tentu semua
orang berpikir demikian. Oleh sebab itu, perlu adanya persamaan persepsi, maka
harus menyampaikan secara pribadi apa yang dipikirkan guna menghindari
permasalahan secara langsung atau tanpa perantara.
Tabel 2.1 Kedalaman Berbagi Informasi (Sumber: Itofuji, 2005, hal.34)
|
![]() 21
Tabel 2.2 Kedalaman Berbagi Informasi (Terjemahan)
(Sumber: Itofuji, 2005, hal.34)
2.3.1.3 Lima (5) Level Horenso
Pada tabel 2.3 menjelaskan tentang lima (5)
level pada horenso, dimana pada
level 1 merupakan tahap pemula (introductory) dalam menerapkan horenso,
kemudian pada level 2 adalah tahap dari pemula menuju ke tahap menengah
(intermediate). Sedangkan pada level 3, merupakan tahap menengah (intermediate),
dimana penerapan horenso sudah mulai dipahami tujuannya, kemudian pada level 4
adalah tahap
menengah menuju tahap horenso yang disebut tahap mahir (advanced).
Pada level 5 merupakan tahap mahir horenso, dimana orang-orang yang menerapkan
horenso sudah terbiasa dan memahami benar mengenai horenso.
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Berdasarkan Fakta
Berdasarkan Makna
Berdasarkan cara berpikir
Mengetahui (melihat, mendengar,
membaca)
Memahami (makna)
Menyatukan pemikiran (empati,
kesan, motivasi)
Kedalaman berbagi informasi
|
![]() 22
Tabel 2.3 Lima (5) Level Horenso (Sumber: Itofuji, 2005)
|
![]() 23
Laporan (Kewajiban)
Berkomunikasi (Berbagi informasi)
Konsultasi (Kinerja)
Advanced
Level 5
Anda melaporkan dengan jujur.
Ketika pihak lain/ partner Anda
kurang memuaskan dalam
menerapkan horenso, Anda tahu
bahwa Anda juga ikut bertanggung
jawab.
Anda memberikan laporan yang
dapat memuaskan kedua belah
pihak, baik diri sendiri maupun
pihak lain (Anda memahami
tujuannya, baik dari diri sendiri
maupun pihak lain).
Anda menerapkan horenso yang
tepat sesuai dengan keinginan pihak
lain.
Anda menerapkan horenso dengan
senang hati.
Semakin buruk informasi
(kabar/berita) Anda semakin cepat
melakukan renraku
(menginformasikannya).
Anda menerapkan manajemen
melalui informasi.
Anda memahami bahwa yang
mengartikan maksud informasi adalah
diri Anda sendiri.
Anda dapat mengumpulkan informasi
dan menambah jaringan dengan
banyak orang dengan menukar
informasi.
Anda terlibat dalam membuat
jaringan untuk memperdalam berbagi
informasi bersama.
Terhadap orang yang kurang bisa
berdiskusi, Anda tetap menerimanya
dengan sabar dan membantunya
(Soudan untuk membantu).
Saat berkonsultasi, Anda membantu
orang yang berkonsultasi dengan
murah hati tanpa mengharapkan
imbalan.
Dengan berkonsultasi, maka Anda
melibatkan orang lain sehingga dapat
menangani pekerjaan yang besar yang
tidak dapat dilakukan sendiri (saling
menguntungkan).
Level 4
Anda tidak hanya melaporkan hasil
dan statusnya, tetapi Anda juga
menyatakan pendapat Anda dan
member usulan.
Anda tidak hanya membuat laporan
yang baru, tetapi juga melaporkan
analisa dan tanggapan mengenai
penyebab juga usulan tindakan
untuk menyelesaikan masalah.
Situasi penting, situasi yang
mendesak (urgent), dan tujuan Anda
menginformasikannya dengan
penilaian yang telah ditinjau lebih
jauh.
Anda memikirkan isi dari informasi,
cara menginformasikan dan informasi
tersebut bersifat luas atau tidak
terlebih dahulu.
Selain mementingkan diri sendiri,
Anda juga mementingkan orang lain,
dan dapat menjelaskan keinginan
sendiri dengan jujur dan terus terang,
serta dapat bertindak dengan
fleksibel.
Anda mengizinkan orang lain dari
dalam dan luar perusahaan serta
pelanggan dan atasan untuk
berkonsultasi dengan Anda.
|
![]() 24
Level 4
Apabila diberikan kewenangan,
Anda melakukannya sesuai dengan
horenso.
Anda memberikan laporan terkait
tidak hanya kepada atasan, tetapi
juga kepada bawahan dan
departemen terkait.
Anda dapat menginformasikan proses
informasi (kabar/ berita), maupun
menambahkan informasi baru.
Dengan pertanyaan yang efisien,
menjadikan pertanyaan tersebut
sebagai informasi bersama.
Tidak hanya mendiskusikan masalah
untuk saat ini saja, tetapi juga
mendiskusikan persoalan kedepannya.
Intermediate
Level 3
Anda melaporkan (informasi dan
konsultasi) dengan menjelaskan
tujuannya.
Memberi laporan sementara ketika
ada perubahan situasi/ kondisi atau
dalam pekerjaan yang membutuhkan
waktu yang lama, maupun pekerjaan
yang akan selesai.
Anda memahami pentingnya laporan
sementara dan melaksanakannya.
Anda memahami metode 3 kategori
divisi dan menggunakannya secara
luas.
Anda memahami bahwa renraku
adalah memiliki infomasi bersama
dan mendalami informasi tersebut
secara bersama.
Anda mendukung atasan dengan
memberi informasi yang aktif.
Anda mengajukan surat ucapan terima
kasih dengan segera. Kemudian
menelepon untuk berterima kasih
(pada saat perlu dilakukan).
Memastikan maksud atasan
misalnya penyampaian pendapat
dan informasi dengan nama
konsultasi dan bentuk konsultasi.
Dalam berkonsultasi perlu melakukan
nemawashi (usaha yang dilakukan
diluar tempat bekerja).
Memiliki sifat pendengar yang aktif
dan berkonsultasi dengan berbagi
informasi bersama.
Memiliki pribadi yang dapat
berkonsultasi secara terbuka dan tanpa
menutupi apapun.
|
![]() 25
Level 2
Melaporkan (informasi dan
konsultasi) dengan
mempertimbangkan cost.
Kesempatan laporan, yaitu
merupakan peluang untuk
mengetahui pemikiran/ rencana
atasan selanjutnya dan keputusan
perintah/ petunjuk berikutnya.
Meminta maaf atas kesalahan dalam
laporan (informasi) dengan jujur, dan
mengatasinya dengan cermat dan
hati-hati.
Melapor dengan memikirkan waktu,
tempat dan kondisi (situasi partner).
Terhadap hal yang kemungkinan
terjadi kesalahan, dan hal yang perlu
ketelitian, maka informasikan dengan
tertulis (memo).
Mengenai informasi yang penting,
perlu konfirmasi apakah benar-benar
sampai ke partner/ pihak yang
bersangkutan atau tidak (pengiriman
surat
? informasi).
Anda terampil menggunakan alat
komunikasi, dan juga dapat
mengekspresikan diri dengan jelas
dalam pesan verbal.
Berkonsultasi dengan menyiapkan
pemikiran sendiri, seperti bagaimana
jika begini?.
Dalam berkonsultasi menyampaikan
permohonan dan pemecahan
masalah.
Berkonsultasi dengan bijaksana dan
serius, menjelaskan sesuatu dengan
mudah dimengerti agar partner/ lawan
bicara dapat mudah mengerti.
Anda tidak mengabaikan untuk
melaporkan hasilnya kepada pihak lain
yang terlibat dalam konsultasi.
|
![]() 26
Introductory
Level 1
Anda mengetahui prinsip-prinsip
dasar melapor dengan jujur.
Setelah menyelesaikan pekerjaan,
segera melapor ke pemberi instruksi/
petunjuk.
Apabila mendapatkan perintah
melalui perantara (bukan dari atasan),
segera melapor ke atasan.
Melapor secara ringkas dengan
penjelasan hasil terlebih dahulu,
kemudian proses.
Menjelaskan laporan dengan cara
yang mudah dimengerti (5W2H).
Setiap kali Anda merasa perlu, Anda
selalu memberikan data mentah.
(Timing dan kebaruan informasi
sangat penting).
Anda tahu prinsip mengenai
pentingnya melaporkan keadaan yang
buruk (informasi negatif) dengan
sangat cepat, walau kadang- ragu
untuk mempraktekkannya.
Menyapa/ memberi salam dengan jelas
kepada partner/ lawan bicara.
Anda berkonsultasi dengan atasan
Anda bila diperlukan untuk
mengetahui tindakan apa yang harus
diambil.
Pada waktu bingung dan ragu, selalu
melakukan konsultasi.
Mengetahui dapat melakukan horenso
yang benar, yaitu hubungan sosial
yang baik dengan sesama, maka
dengan hubungan sosial yang baik
dapat mewujudkan horenso yang baik.
Tabel 2.4 Lima (5) Level Horenso (Terjemahan) (Sumber: Itofuji, 2005)
|
27
2.3.2
Konsep Houkoku (??)
Menurut Yamaguchi (2008, hal.18), konsep houkoku
adalah kegiatan yang
menguraikan tentang proses dan hasil pekerjaan yang telah diberikan. Dalam banyak
situasi, pelaporan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pemberitahuan
hal-hal
seperti situasi perkembangan (progress)
dari pekerjaan yang diberikan oleh
atasan
dan bagaimana hasil yang dicapai.
Pada tahap houkoku,
ada dua jenis tipe dalam
pelaporan, yaitu:
1. Tipe dasar (basic type), yaitu
tipe pelaporan yang dapat ditugaskan kepada
pegawai junior
untuk melakukan 3 jenis laporan yaitu, laporan hasil (????),
laporan interim (????), dan laporan permasalahan (??????).
2. Tipe aplikasi (application type), yaitu tipe pelaporan setelah adanya peningkatan
selama proses kerja meliputi 2 jenis laporan yaitu, laporan perubahan (????)
dan laporan informasi (
????
).
Jenis-jenis laporan yang diterapkan sebagai tipe dasar (basic type) dari
tipe
laporan awal seperti yang dijelaskan oleh Yamaguchi (2008, hal.34-64) yaitu sebagai
berikut:
1.a Laporan Hasil (????)
Laporan hasil merupakan laporan awal yang ditugaskan kepada pegawai
junior yaitu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diterapkan, yaitu:
a) Laporan harus diserahkan kepada orang yang ditunjuk,
b) Laporan harus mengutamakan kesimpulan dan progress dijalankan setelahnya,
|
28
c) Menyusun point-point yang ada, dan dibuat sesingkat mungkin,
d) Laporan dibuat dengan benar.
1.b Laporan Interim (????)
Laporan interim merupakan laporan sementara atau dapat disebut juga middle
progress report. Laporan interim dilakukan dengan ketentuan-ketentuan berikut:
a) Untuk pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama, harus melaporkan
perkembangannya disela-sela pekerjaan tersebut,
b) Apabila pekerjaan tersebut terhambat, harus melaporkan situasi yang terjadi,
c) Meskipun tidak ada waktu, tetap menyampaikan hal-hal yang penting untuk
dilaporkan.
1.c Laporan Permasalahan (??????)
Laporan permasalahan merupakan laporan yang dibuat saat terjadi suatu
masalah. Laporan permasalahan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a) Semakin buruk keadaan, harus semakin cepat melaporkannya,
b) Pada saat darurat, harus segera melaporkannya tanpa
mempertimbangkan waktu
dan tempat,
c) Semakin buruk laporan yang disampaikan, semakin harus mempersiapkan
jawaban untuk pertanyaan yang akan ditanyakan.
|
29
Jenis-jenis laporan yang merupakan tipe aplikasi (application type), yaitu
adalah tipe pelaporan setelah adanya peningkatan selama proses kerja. Tipe laporan
tersebut meliputi:
2.a Laporan Perubahan (????)
Laporan perubahan dibuat dan diserahkan kepada pihak terkait apabila
adanya rencana perubahan dalam pekerjaan. Kententuan-ketentuan untuk membuat
laporan tersebut menurut Yamaguchi (2008, hal.68-86) yaitu sebagai berikut:
a) Dengan menggunakan penyampaian yang tepat, apabila ada point
yang telah
diubahpun dapat mudah dipahami,
b) Menyampaikan sesuatu dengan mudah atau dengan menggunakan gambar/ visual,
c) Selain laporan, sampaikan juga ide dari diri sendiri.
2.b Laporan Informasi (????)
Laporan informasi merupakan laporan akhir dari semua laporan dan berisi
tentang informasi yang akan disampaikan.
Berikut adalah ketentuan-ketentuan
didalam laporan informasi:
a) Melaporkan semua apa adanya, tidak mengurangi atau melebihkan,
b) Membedakan antara laporan berdasarkan kenyataan dan laporan yang berdasarkan
perkiraan
c) Bila ada sesuatu yang baru disadari, laporkan sebagai personal opinion.
|
30
2.3.3
Konsep Renraku (??)
Menurut Yamaguchi (2008, hal.18-19), konsep renraku
(menginformasikan)
adalah kegiatan menyampaikan fakta dan informasi sederhana mengenai hal-hal/
masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan kepada pihak terkait. Yang
terpenting dalam hal ini adalah benar-benar menyampaikan fakta dan informasi yang
ada. Pada saat menginformasikan, ada yang disebut dengan kerjasama vertikal
antar atasan dan bawahan, dan kerjasama horizontal
antar sesama divisi/
departemen.
Berikut ini adalah penjelasan yang sebaiknya dilakukan dalam bekerjasama
dengan orang dalam dan klien
yang dikemukakan oleh Yamaguchi (2008, hal.96-
111):
1. Hubungan dengan Orang Dalam
Orang-orang yang berada pada perusahaan yang sama, dan saling berkaitan
satu sama lain, juga berada pada manajemen yang sama
pasti saling berhubungan
dalam pekerjaan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kerjasama yang sebaiknya
dilakukan oleh sesama departemen:
a) Berkomunikasi kepada orang yang berhubungan dan mengusahakan tidak tersebar
ke pihak lain,
b) Kepada orang yang tidak hadir, berkomunikasi/ menyampaikannya dengan memo,
dan mengusahakan agar tidak tersebar ke pihak lain,
c) Melakukan komunikasi dengan secepat mungkin,
|
31
d) Komunikasi yang cepat dilakukan dengan memikirkan/ mempertimbangkan
partner/ lawan bicara,
e) Berkomunikasi secara aktif bila ada sesuatu yang baru disadari.
2. Hubungan dengan Klien
Pada saat sedang bertemu dengan klien dan mulai berkomunikasi, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Yamaguchi (2008, hal.114-125), hal-
hal tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Menyampaikan sesuatu dengan mudah, dan memikirkan kondisi lawan bicara,
b) Menyimpan segala macam bentuk komunikasi sebagai bukti (mail, fax, dan lain-
lain),
c) Melakukan follow up setelah kiat berkomunikasi (setelah berkomunikasi langsung
memastikan lagi dengan fax atau mail),
d) Berhati-hati dengan tipuan melalui mail.
2.3.4
Konsep Soudan (??)
Soudan (konsultasi) dilakukan pada saat diri sendiri dalam keadaan bingung
dalam memutuskan bagaimana harus melakukan sesuatu/ tindakan apa yang harus
dilakukan mengenai masalah pekerjaan, menerima pendapat, masukan, petunjuk dan
saran dari atasan ataupun senior.
Jika sudah benar-benar melakukan kegiatan
houkoku, maka kegiatan renraku
dan soudan
dapat diteruskan. Selanjutnya,
|
32
konsultasi yang baik dapat mendorong perkembangan diri dan membuat seseorang
dapat bekerja dengan lebih semangat/ cekatan (Yamaguchi, 2008, hal.19).
1.
Point Penting dalam Berkonsultasi
Ada point penting dalam berkonsultasi dengan pihak yang terkait, point-point
tersebut disebutkan oleh Yamaguchi (2008, hal.130-139) sebagai berikut:
a) Menentukan waktu yang tepat untuk berkonsultasi,
b) Melakukan konsultasi sebelum terbelit masalah,
c) Dapat membedakan antara konsultasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan
yang bersifat pribadi.
2. Persiapan Sebelum Konsultasi
Sebelum berkonsultasi, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan menurut
penjelasan dari Yamaguchi (2008, hal.140-148) adalah sebagai berikut:
a) Mempersiapkan terlebih dahulu pendapat dari diri sendiri,
b) Melengkapi data-data yang berhubungan dengan isi dari apa yang ingin
dikonsultasikan,
c) Tidak masalah apabila ingin ditinjau kembali hal yang ingin dikonsultasikan
3. Manfaat dari Konsultasi
Menurut Yamaguchi (2008, hal.149-158), dengan melakukan konsultasi,
tentunya ada manfaat yang didapatkan. Manfaat-manfaat yang didapat dalam
berkonsuktasi yaitu sebagai berikut:
|
33
a) Dengan berkonsultasi, dapat menghindari kesalahan dan dapat bekerja dengan
maksimal,
b) Atasan akan menunggu para bawahan untuk berkonsultasi,
c) Berkonsultasi merupakan kesempatan untuk mengalami kemajuan dalam bekerja.
2.3.5 Teknik Penerapan Horenso
2.3.5.1 Siklus PDCA
Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan-do-
check-act) sebagai sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizen
guna mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki/ meningkatkan
standar. Siklus ini merupakan konsep yang terpenting dari proses kaizen (Imai, 1997,
hal.4).
Menurut Yamaguchi (2008, hal.22-23), dasar komunikasi adalah kerjasama
antara pembisnis yang berkumpul pada suatu organisasi dan perusahaan. Yang
tugasnya melakukan kontribusi di perusahaan, kemudian memberikan pelayanan dan
barang produksi yang dibutuhkan oleh pasar (market).
Bersama dengan organisasi, perusahaan melaksanakan pekerjaan dalam
berbagai situasi, atasan memberi perintah dan petunjuk, lalu bawahan menjalankan
pekerjaan tersebut, melaporkan hasilnya dan melaporkan proses berjalannya situasi
tersebut. Singkat kata, pekerjaan di perusahaan yang awalnya diberi petunjuk dan
perintah oleh atasan, akan diselesaikan dengan laporan.
Berikut adalah gambar yang menjelaskan tentang siklus PDCA.
|
![]() 34
Gambar 2.7 PDCA (Sumber : Yamaguchi, 2008, hal.23)
|
![]() 35
Gambar 2.8 PDCA (Terjemahan) (Sumber : Yamaguchi, 2008, hal.23)
|
![]() 36
2.3.5.2 Prinsip 5W2H
Yamaguchi (2008, hal.26-27) menjelaskan bahwa perintah dan petunjuk
mengenai pekerjaan dari atasan, tidak hanya dengan dokumen tetapi melalui perintah
lisanpun banyak terjadi kesalahan dalam mendengarkan. Dengan begitu, ketika
menerima petunjuk (instruksi) secara lisan dari atasan, agar tidak terjadi kesalahan
maka tulislah dengan memo. Meskipun orang tersebut mempunyai ingatan yang baik,
tetapi tanpa memo tertulis, setelah mendapatkan instruksi dan akan berbagi
informasi dengan rekan kerja yang lain, dikhawatirkan seiring dengan proses waktu
yang berjalan, perintah atau petunjuk tersebut dapat terlupakan. Kemudian, tidak
hanya pada saat berbicara, tetapi saat menjawab teleponpun kemungkinan ada hal yg
terlupakan, jd tulislah di memo.
Pada saat menerima perintah, catatlah perintah
tersebut dengan menerapkan prinsip 5W dan 2H dan segera konfirmasi poin-poin
yang tidak jelas.
Gambar 2.9 5W2H (Sumber: Yamaguchi, 2008, hal.27)
|
![]() 37
Gambar 2.10 5W2H (Terjemahan) (Sumber: Yamaguchi, 2008, hal.27)
2.4 Kendala dalam Pelaksanaan Horenso
2.4.1 Kendala Houkoku
Menurut Komata (2008, hal.100-101), seseorang yang
tidak dapat
menerapkan pelaporan memiliki alasan, dan berikut merupakan alasan tersebut:
????????????????????????????
????????????????????????????
????????????????????????????
Ada beberapa alasan seseorang tidak dapat menerapkan pelaporan,
antara lain yaitu
pada saat merasa kesal ketika dimarahi oleh atasan,
pada saat meyakini secara sepihak bahwa pelaporan itu tidak perlu
diterapkan, dan pada situasi dimana tidak memahami makna dari
penerapan pelaporan.
|
38
2.4.2 Kendala Renraku
Komata (2008, hal.101) juga menjelaskan tentang kendala dalam renraku,
menurut Komata, kendala dalam renraku
sering dialami oleh organisasi seperti
penjelasan berikut:
????????????????????????????
????????????????????????????
????????????????????????????
????????????????????
Organisasi adalah perkumpulan dimana setiap orang yang
berorganisasi tersebut memiliki tujuan dan permasalahan yang sama,
jadi mereka menyelesaikan masalah sambil bekerjasama, tetapi
manajer yang memiliki sifat individual, berpikir bahwa masalah
apapun diselesaikan sendiri dan bila dibicarakan dengan anggota yang
lain, tidak ada artinya, sehingga ia melalaikan penerapan renraku.
2.4.3 Kendala Soudan
Kendala dalam melakukan konsultasi (soudan) yang sering ditemukan pada
saat berkonsultasi berdasarkan pendapat Komata (2008, hal.102) adalah sebagai
berikut:
????????????????????????????
????????????????????????????
????????????
Pada saat konsultasi, secara tidak sadar membicarakan hal yang lain,
sehingga dikhawatirkan hanya akan membuang waktu. Ketika
berkonsultasi, isi dari apa yang akan dikonsultasi terlupakan, dan
setelah membicarakan hal lain baru teringat kembali.
|