12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengendalian Intern
2.1.1 Pengertian Pengendalian Intern
Bagi suatu manajemen, sistem pengendalian intern merupakan alat
manajemen untuk melaksanakan tanggung jawab utamanya, yaitu melaporkan
informasi keuangan dan operasional yang memadai dan cermat kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Sedangkan bagi auditor internal, sistem
pengendalian intern digunakan untuk mengetahui apakah prosedur dan
kebijakan yang telah ditetapkan manajemen perusahaan telah dilaksanakan
dengan sebagaimana mestinya dan jika terjadi kesalahan, akan dapat diketahui
dan diatasi dengan cepat.
Menurut Dasaratha V. Rama, Fredrick L. Jones yang diterjemahkan
oleh M. Slamet Wibowo (2008:132) pengendalian internal yaitu :
Suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan
personil lainnya yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan
terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut : efektivitas dan
efisiensi operasi; keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem Pengendalian Internal, menurut Mulyadi dalam bukunya yang
berjudul Sistem Akuntansi (2010) adalah sebagai berikut :
Sistem Pengendalian Internal Meliputi struktur Organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
|
13
Pengendalian Internal, menurut Boynton,
J.,
and
Kell
(2008)
adalah
sebagai berikut :
Internal control is a process affected by and entitys board of
directors, management, and other personnel assurance regarding the
achievement of objectives in the following categories : (a)realibility of
financial reporting. (b) effectiveness and efficiency of operations.
(c)complience with applicable laws and regulations.
Pengendalian Internal, menurut SPAP SA Seksi 319, sumber PSA 69
adalah sebagai berikut :
Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen, dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan
keuangan, (b) efektivitas dan efesiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar
berikut ini :
a.
Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan yang
bersifat persuasif
dan menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan, dan infrastruktur entitas.
b.
Pengendalian intern di jalankan oleh orang. Pegendalian intern bukan
hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun di jalankan
oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan
komisaris, manajemen, dan personal.
c.
Pengendalian intern dapat di harapkan mampu memberikan keyakinan
memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan
komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem
pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam
|
14
pencapaian tujuan pengendalian memnyebabkan pengendalian intern
tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
d.
Pengendalian intern juga ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan : pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
2.1.2 Tujuan Pengendalian Intern
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pengendalian
internal adalah relevan untuk keseluruhan entitas, atau unit operasinya, atau
fungsi bisnis.
Tujuan dari Pengendalian Internal yaitu :
1.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Pengendalian yang relevan dengan suatu audit adalah berkaitan dengan tujuan
entitas dalam membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan
secara wajar sesuai denga prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
2.
Tujuan Operasi dan Kepatuhan
Pengendalian yang
berkaitan dengan tujuan operasi dan kepatuhan mungkin
relevan dengan audit jika kedua tujuan tersebut berkaitan dengan data yang
dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit.
3.
Penjagaan Aktiva
Pengendalian terhadap penjagaan aktiva dari pemerolehan, penggunaan, atau
penjualan/penghentian pemakaian yang tidak diotorisasi mungkin mencakup
pengendalian yang berkaitan denga tujuan pelaporan keuangan dan operasi.
|
15
2.1.3 Komponen-Komponen Pengendalian Intern
Komponen-komponen Pengendalian Intern, menurut Alvin A.Arens,
Radal J.Elder, Mark S.Beasly dalam buku berjudul Auditing and Assurance
Services (2006) adalah sebagai berikut:
Suatu sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur
yang dirancang untuk memberikan manajemen jaminan yang wajar bahwa
perusahaan mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini
sering disebut pengendalian, dan secara kolektif mereka meringkas
pengendalian internal entitas itu.
Komponen pengendalian internal, menurut
pendapat
Committee
of Sponsoring
Organization
(COSO)
dalam buku Modern
Auditing
yang
dikutip
oleh
Boyton,
J.,
and
Kell
(2008)
adalah
sebagai
berikut:
komponen pengendalian internal terdiri dari:
a.
Lingkungan Pengendalian (Control Inveronments)
The control environment consists of the action, policies, and
procedures that reflect the overall attitudes of top management,
directors, and owners of an entity about internal control and its
importance to the entity. To understand and assess the control
environtment, auditors should consider the most important control
subcomponent.
Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisasi mempengaruhi
kesadaran pengedalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian intern,
menyediakan kedisiplinan dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal
berikut :
1.
Integritas dan nilai etika
2.
Komitmen terhadap kompetensi
3.
Filosofi dan gaya operasi perusahaan
4.
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
5.
Struktur organisasi dan pelimpahan wewenang
|
16
b.
Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Penilaian Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko yang harus dikelola.
Dan menurut COSO :
Risk assessment for financial reporting is managements
identification and analysis of risk relevant of financial statement in
conformity in GAAP.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan
keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data
keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Penilaian
risiko dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
a) Perumusan tujuan organisasi secara keseluruhan
b) Perumusan tujuan organisasi pada tingkat kegiatan
c) Identifikasi risiko
d) Analisis risiko
e) Mengelola risiko
c.
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam
pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan (Control activities are the policies and
procedures, in addition in the other for control components, that help ensure that
necessary actions are taken to address risks to achievement of the entitys objectives)
|
17
Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai
tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin
relevan dangan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
1.
Otorisasi
2.
Pemisahan tugas
3.
Dokumen dan catatan
4.
Pengendalian fisik atas asset dan catatan
d.
Informasi dan komunikasi (Information & communication)
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggung jawab mereka.
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa
maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas
yang bersangkutan. Kualitas informasi
yang dihasilkan dari sistem tersebut
berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya
dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang
andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan
tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan
keuangan.
|
18
e.
Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan menurut COSO adalah :
Managements on going and periodic assessment of the quality of internal
control performance to determine whether control are operating as intend and are
modified when needed.
Pemantauan adalah proses yang menentukkan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan
melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara
terpisah,atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor
intern atau personal yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam
memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan
informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan Costumers
dan
komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau
bidang yang memerlukan perbaikan.
2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern
Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap
pengendalian intern :
1.
Kesalahan dalam pertimbangan. Sering kali, manajemen dan personal lain
dapat salah dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau
dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2.
Gangguan. Gangguan dalam pengendaliannya yang telah ditetapkan dapat
terjadi karena adanya personal telah keliru memahami perintah atau
membuat kesalaham atau kelalaian, tidak adanya perhatian atau
|
19
kelelahan. Perubahan bersifat sementara atau permanen dalam personal
atau dalam sistem dan prosedur dan bila mengakibatkan gangguan.
3.
Kolusi. Tindakan bersama beberapa individual untuk tujuan kejahatan
disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan pengendalian intern
yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak
terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeksinya kecurangan oleh
pengendalian intern yang di rancang.
4.
Pengabaian
oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan
atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti
keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang
berlebihan, atau kepatuhan semu.
5.
Cost and benefit. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya
maupun manfaat biasanya tidak munkin untuk dilakukan, manajemen
harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan
kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian
intern.
Menurut Alvin A. Arens, Elder. R. J., Mark S. Besley (2008 :291) adalah
sebagai berikut :
Internal controls can never be completely effective, regardless of the
care followed in their design and implementation. Even if systems personnel
can design an ideal system, its effectiveness depends on the competency and
dependability of the people using it. Even if the count is correct, management
might override the procedure and instruct an employee to increase the count
to improve reported earnings.
|
20
2.2 Gaji dan Upah
Gaji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh
karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer. Sedangkan upah merupakan
pembayaran atas jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh). Umumnya
gaji dibayarkan secara tetap bulanan, sedangkan upah dibayarkan hari kerja, jam
kerja, atau jumlah satuan produk yang dihasilkan.
Menurut Sembiring (2008:23) :
Setiap karyawan berhak atas imbalan (remunerasi) sebagai imbalan jasa atas
pekerjaan yang dilakukan perusahaan. Atas jasa yang telah dilakukan oleh
karyawan perusahaan memberikan imbalan yang biasanya berupa gaji atau
upah.
Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2010 :494) adalah
Salaries are often expressed in term of specific amount per year or per month
rather than an hourly rate.
Sedangkan upah menurut Weygandt, Kieso dan Kimmel adalah
Wages are based on a rate per hour or on a piecework basis (such as per unit
of product).
Gaji merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk
mendorong para karyawan agar termotivasi untuk meningkatkan kinerja agar dapat
mencapai tujuan perusahaan.
2.3 Sistem Penggajian Tenaga Kerja
Sistem penggajian tenaga kerja mengandung arti suatu sistem yang dirancang
untuk melaksanakan perhitungan dan pembayaran gaji bagi karyawan yang dibayar
tetap bulanan. Sedangkan sistem pengupahan tenaga kerja digunakan untuk
melaksanakan penghitungan dan pembayaran upah bagi karyawan yang dibayar
berdasarkan hari, jam atau jumlah satuan produk yang dihasilkan.
|
21
Pada perusahaan manufaktur, sistem penggajian dan pengupahan tenaga kerja
melibatkan fungsi personalia, fungsi keuangan, dan fungsi akuntansi. Fungsi
personalia bertanggung jawab dalam pengangkatan karyawan, penetapan jabatan,
penetapan tarif
gaji dan upah, promosi dan penurunan pangkat, mutasi karyawan,
pemberhentian karyawan dari pekerjaannya, dan penetapan berbagai tunjangan
kesejahteraan karyawan dari pekerjaannya, serta penghitungan gaji dan upah
karyawan. Fungsi keuangan bertanggung jawab atas pelaksanaan pembayaran gaji
dan upah karyawan, serta berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan. Fungsi
akuntansi bertanggungb jawab atas pencatatan biaya tenaga kerja dan distribusi biaya
tenaga kerja untuk kepentingan perhitungan harga pokok produk dan penyediaan
informasi guna pengawasan biaya tenaga kerja.
Menurut Mulyadi (2008 : 382), prosedur pembayaran gaji terbagi dalam
beberapa cara, yaitu :
a)
Gaji dibayar dengan uang tunai
Jika gaji dibayarkan uang tunai maka daftar gaji serta catatan untuk karyawan
diserahkan kepada kasir. Kasir harus meneliti dan memastikan bahwa daftar
gaji sesuai dengan catatan karyawan. Kemudian kasir akan mengambil uang
dari rekening khusus gaji di bank, dan mengalokasikan uang tersebut sesuai
daftar gaji dan catatan pada karyawan. Kasir memasukkan uang gaji ke
amplop dan melekatkan masing-masing catatan ke amplop terkait lalu
membagikannya kepada masing-masing karyawan dan meminta tanda tangan
pada kolom yang telah disediakan.
b)
Gaji dibayar dengan cek atas nama karyawan yang bersangkutan
Jika gaji dibayarkan dengan cek maka bagian Pengolahan Data Elektronik
akan menyediakan cek untuk setiap karyawan. Cek dikeluarkan oleh bagian
|
22
Pengolahan Data Elektronik bersam-sam dengan pencetakan daftar gaji
catatan untuk karyawan. Daftar
gaji, kumpulan cek dan kumpulan catatan
karyawan akan diserahkan ke bagian Keuangan, kemudian bagian Keuangan
akan membandingkan daftar gaji dengan kumpulan cek. Jika tidak terdapat
kekeliruan maka bagian Keuangan akan menandatangani daftar gaji dan
membagikan cek kepada karyawan.
c)
Gaji disetorkan langsung ke rekening pegawai
Dalam hal gaji disetorkan langsung ke karyawan, bagian Pengolahan Data
Eletronik dapat membuat satu lembar dokumen permintaan pemindah bukuan
berikut daftar gaji tambahan yang akan diserahkan ke bank. Bagian Keuangan
akan menyampaikan slip gaji untuk masing-masing karyawan sebagai bukti
bahwa gaji karyawan yang bersangkutan sudah tersimpan di rekening yang
diinginkan. Kemudian bagian Keuangan akan menandatangani daftar gaji dan
membagikan slip gaji yang berarti bahwa uang karyawan yang terdapat di
rekening tabungan telah bertambah secara otomatis. Bank akan
menyampaikan
slip setoran ke satuan Pengawas Intern dan bank juga akan
menyerahkan rekening koran periodik atas rekening khusus gaji sebagai
bahan untuk menyusun rekonsiliasi. Setoran langsung ini adalah cara untuk
meningkatkan efesiensi dan mengurangi biaya pemrosesan.
2.4 Auditing
2.4.1 Pengertian Auditing
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan
perusahaan, karena akuntan publik
sebagai pihak yang ahli dan independen
pada akhir pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
|
23
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukaan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Auditing, menurut Arens, Elder, Beasley (2010:660)
adalah sebagai
berikut :
Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report or the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a competent,
independent person
2.4.2 Jenis-Jenis Auditing
Menurut William C. Boynton, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell (2008:983)
ada 3 jenis audit, yaitu :
1. Audit Operasional (Operational Auditing)
Operational auditing is the systematic process of evaluating an
organizations effectiveness, efficiency, and economy of operations under
managements control and reporting to appropriate persons the results of
the evaluation along with recommendations for improvements.
2. Audit Pemerintah (Governmental Auditing)
Governmental auditing includes all audit made by government audit agencies
and all audits of governmental organizations.
Audits of governmental
organizations include audits of state and local government units made by
federal government auditors and independent public accountants.Three types
of government audits are identified in government auditing standards :
(a)Financial audits, (b)Attestation engagements, and (c) Performance audits.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Auditing)
Internal auditing is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organizations
operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a
systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness
of risk management, control, and governance processes.
|
24
Menurut Konsorsium organisasi profesi Auditor Internal di Indonesia dalam
Amin Widjaja Tunggal (2012:1) :
Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah
dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.
Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (Audit findings)
mengenai
penyimpanan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan
pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya.
Menurut Sukrisno Agus (2004:9-11) jenis-jenis audit internal dibagi 3
macam yaitu :
1. Audit Operasional
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
tersebut sudah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis.
2. Audit Ketaatan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku
baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan
komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam LK, Bank
Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain).
3. Audit Keuangan
Pemeriksaan yang dilakukan bagian internal perusahaan terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan.
|