8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Penggajian
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan secara
teratur kepada seorang atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji sering juga disebut sebagai
upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi. Perbedaan gaji dan
upah hanya terletak pada kuatnya ikatan kontrak kerja dan jangka waktu
penerimaannya. Seorang menerima gaji pada umumnya diberikan pada setiap akhir
bulan dan jumlahnya tetap (Haryono, 2003 dalam Rahayu, 2012).
Menurut Sembiring (2008:23) menambahkan bahwa setiap karyawan berhak
atas imbalan (remunerasi) sebagai imbalan jasa atas pekerjaan yang dilakukan
perusahaan. Atas jasa yang telah dilakukan oleh karyawan perusahaan memberikan
imbalan yang biasanya berupa gaji atau upah.
Karena gaji merupakan unsur yang penting bagi perusahaan, maka diperlukan
suatu sistem yang dapat mengelola gaji secara baik. Sistem penggajian merupakan
suatu jaringan prosedur yang dibuat secara terpadu untuk menghasilkan informasi
mengenai gaji pegawai secara akurat dan memadai sehingga informasi tersebut dapat
berguna bagi piha-pihak yang memerlukan.
2.1.1 Kegiatan Siklus Penggajian
Dalam kegiatan siklus penggajian, ada beberapa langkah dasar yang biasa
diterapkan oleh setiap penggajian yang membayarkan gaji kepada karyawannya,
melalui sistem penggajian (Mardi, 2011:107), berikut dijelaskan tahap-tahap yang
dilakukan :
|
9
1.
Melakukan Up-Date File Induk Penggajian
Ada bebeberapa aktivitas yang penting dalam pembaruan data file
penggajian yaitu diantaranya penerimaan tenaga kerja pelaksana,
pemberhentian karyawan, perubahan tingkat gaji karyawan, dan
penyesuaian gaji karyawan.
Perubahan data penggajian ini diajukan tepat waktu dan secara tepat
ditampilkan dalam periode pembayaran gaji berikutnya. Catatan pegawai
yang berhenti tidak boleh langsung dihapus, karena beberapa laporan akhir
tahun membutuhkan data mengenai semua pegawai yang pernah bekerja
untuk perusahaan selama periode tahun akuntansi tersebut.
2.
Perubahan Tarif dan Pajak
Bagian penggajian akan melakukan perubahan penyesuaian tarif bilama
terjadi perubahan. Namun aktivitas ini jarang terjadi selama belum ada
pengumuman yang resmi dari pemerintah yang menyebutkan adanya
perubahan tarif pajak yang berlaku.
3.
Keabsahan Waktu dan Data Kehadiran
Informasi datang dalam
berbagai bentuk, tergantung bagaimana bentuk
pembayaram dilakukan kepada pegawai tertentu, bentuk pembayaran yang
dimaksud, yaitu sebagai berikut :
a.
Skema spermbayaran
Bagi karyawan yang mendapatkan oembayaran gaji sesuai dengan jam
kerjanya, maka perusahaan akan menggunkan kartu waktu untuk
mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar. Berdasarkan
kartu ini diperoleh informasi mengenai jumlah jam kerja yang telah
dilakukan pegawai tersebut. Kegiatan ini biasanya diperlakukan hanya
|
10
untuk karyawa yang tidak tetap. Pada dasarnya pencatatan kehadiran
karyawan dilakukan secara real time untuk mengetahui kehadiran
mereka.
b.
Peluang untuk menggunakan teknologi informasi
Mengimplementasikan teknologi informasi, untuk lebih efisien proses
pencatatan gaji karyawan, diantaranya mengumpulkan data kehadiran
selama jam kerja sebaiknya dilakukan dengan pendekatan teknologi
informasi sebagai pengganti dokumen kertas. Hal tersebut dapat
mencegah potensi kesalahan yang berhubungan dengan pencatatan,
erivikasi, dan pmasukan data waktu serta ehadiran pegawai yang
dilakukan manual.
4.
Menyiapkan Daftar Gaji
Setiap bagian memberikan infromsai yang terkait dengan data gaji masing-
masing karyawan, dari mulai daftar kehadiran dan informasi kepegawain
yang telah diperbaharui (bila ada perubahan). Data tersebut kemudian
dicocokan dan diotorisasi oleh pejabat yang berwenang pada unit kegiatan
untuk diserahkan ke departmen penggajian guna mempersiapkan daftar gaji
karyawan yang bersangkutan.
5.
Pembayaran Daftar Gaji
Pembayaran gaji yang efektif adalah dengan cara memindah buukan ke
rekening karyawan bersangkutan. Hal ini dapat mengurangi pemotongan
gaji yang tidak legal dilakukan, dan karyawan akan merasa lebih aman
setiap periode gaji bahwa dananya direkening sudah ada.
|
11
6.
Kalkulasi Kompensasi dan Pajak
Perusahaan melakukan pemotongan pajak penghasilan karyawan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, hasil pemotongan tersebut
akan diserahkan kekantor pajak atas nama karyawan yang bersangkutan.
Berbagai pemotongan yang dilakukan oleh perusahaan secara legal untuk
memudahkan karyawan dari kewajiban terhadap negara.
2.1.2 Prosedur Penggajian
Menurut Mulyadi (2001:385) jaringan prosedur peggajian terdiri dari:
1.
Prosedur Pencatatan waktu hadir
Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan
waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan
daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi. Pencatatan waktu hadir dapat
menggunakan daftar hadir biasa, karyawan harus menandatanganinya setiap hadir
dan pulang dari perusahan atau dapat menggunakan kartu hadir berupa clock card
yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time
recorder mechine). Bagi karyawan yang digaji bulanan, daftar hadir digunakan untuk
menentukan apakah karyawan dapat memperoleh gaji penuh, atau harus dipotong
akibat ketidak hadirannya. Daftar hadir ini juga digunakan untuk menentukan apakah
karyawan bekerja di perusahaan dalam jam biasa atau jam lembur (overtime),
sehingga dapat digunakan untuk menentukan apakah karyawan akan menerima gaji
saja atau menerima tunjangan lembur.
2.
Prosedur pembuatan daftar gaji
Dalam prosedur ini fungsi pembuat daftar gaji membuat daftar gaji karyawan.
Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan
|
12
mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan,
penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya dan daftar hadir. Jika gaji
karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai potongan PPh
pasal 21 dihitung oleh fungsi pembuat daftar gaji atas dasar data yang tercantum
dalam kartu penghasilan karyawan. Potongan PPh pasal 21 ini dicantumkan dalam
daftar gaji.
3.
Prosedur distribusi biaya gaji
Dalam prosedur ini, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-
departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja. Distribusi tenaga kerja ini
dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan perhitungan atas waktu kerja yang sesuai
dengan pelaksanannya.
4.
Prosedur Pembayaran Gaji
Prosedur ini melibatkan fungsi akuntansi dan keuangan. Fungsi akuntansi
membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan untuk menuliskan cek
guna pembayaran gaji dan upah. Selain itu bagian akuntasnsi melakukan pencatatan
atas trasnsaksi dan mendokumentasikan dengan baik.
2.1.3 Dokumen Terkait dengan Penggajian
Dokumen yang dipakai dalam proses pembayaran gaji (Diana, 2011:182)
antara lain:
1.
Kartu Waktu
Kartu waktu berguna untuk merekam berapa jam hadir karyawan setiap hari
dengan melakukan absen sewaktu datang dan pulang kantor. Sehingga dapat
terdeteksi karyawan mana yang datang tepat waktu dan yang terlambat.
|
13
2.
Daftar Gaji
Daftar gaji berisi seluruh gaji karyawan yang terdaftar dalam perusahaan,
berguna untuk mengetahui jumlah gaji setiap karyawan serta perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21. Daftar gaji juga berguna untuk mengetahui total kas
yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar karyawannya.
3.
Slip Gaji
Daftar gaji berisi rincian komponen gaji yang sekaligus sebagai bukti yang
diberikan kepada karyawan bahwa perusahaan telah melakukan pembayaran
gaji mereka. Dari slip gaji juga dapat terl2hat jika dalam pembayaran terdapat
salah gaji.
4.
Daftar Transfer
Daftar transfer berfungsi sebagai surat perintah yang diberikan oleh perusahaan
kepada bank untuk melakukan transfer ke rekening setiap karyawan yang akan
menerima gaji.
2.1.4
Fungsi yang Terkait dalam Pengendalian Internal Siklus Penggajian
Menurut Mulyadi (2008:382) fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem
penggajian adalah:
1)
Fungsi kepegawaian dan penempatan pegawai
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi calon
karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan
penetapan tarif gaji, kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan
pemberhentian karyawan. Dokumen yang terdapat pada fungsi ini terdiri dari
catatan kepegawaian (personel record), formulir otorisasi pengurangan
|
14
(deduction authorization form), formulir otorisasi tarif (rate authorization
form).
2)
Pengelolaan waktu dan penyiapan daftar gaji
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir
bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengendalian yang baik
mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir tidak boleh dilaksanakan oleh
fungsi operasi atau fungsi pembuat daftar gaji. Hal ini mencakup penyiapan
kartu absen oleh pegawai dan laporan ikhtisar ikhtisar penggajian yang
mencakup perhitungan gaji dari seluruh karyawan. Dokumennya pada fungsi
ini terdiri dari kartu absen (time card), tiket waktu kerja (job time ticket).
Aktivitas tersebut harus dikendaliakan dengan memadai untuk mencegah salah
saji.
3)
Pembayaran gaji Karyawan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji yang berisi
penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi
beban setiap karyawan selama jangka waktu
pembayaran gaji.
Penandatanganan dan distribusi cek aktual harus ditangani semestinya untuk
mencegah pencurian. Dokumennya yang digunakan pada fungsi ini adalah cek
gaji (payroll check).
4)
Fungsi Keuangan
Dalam sistem penggajian, fungsi keuangan bertanggung jawab untuk
memeeriksa total perhitungan gaji dari dan mengerluarkan cek pembayaran
gaji yang akan dibayarkan kepada karyawan.
|
15
2.1.5 Risiko dalam Proses Penggajian
Kegiatan perusahaan tidak terlepas dari risiko yang dapat menghambat
pencapaian tujuan perusahaan. Beberapa ancaman dalam siklus penggajian yang
dikemukakan Romney dan Steinbart (2009:533), dalam terjemahan bebas,
diantaranya:
a.
Perubahan Payroll Master File oleh pihak yang tidak berwenang
Apabila gaji, upah, dan atau komisi dasar pada Payroll
Master File yang
digunakan untuk menentukan kompensasi karyawan dipalsukan, beban gaji
akan meningkat. Pembebanan gaji yang tidak sesuai dengan kenyataan akan
menghasilkan laporan labor cost yang tidak akurat sehingga mendorong
pengambilan keputusan yang salah.
b.
Data jam kerja dan kehadiran yang tidak akurat
Data kerja dan kehadiran yang tidak akurat dapat mempengaruhi perusahaan.
Apabila data jam kerja dan kehadiran yang tercatat lebih besar dari kenyataan,
maka beban gaji terlalu besar dan laporan gaji tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
c.
Pengolahan gaji yang tidak akurat
Pengurang gaji kotor biasanya merupakan pajak dan iuran atau premi kepada
instansi lain diluar perusahaan. Perubahan peraturan atau kebijakan-kebijakan
terkait pengurang gaji yang
tidak dikuti dengan pembaharuan tarif dapat
menyebabkan kesalahan perhitungan gaji. Kesalahan dalam perhitungan gaji
menyebabkan bagian payroll harus memperbaiki sistem pengolahan gaji dan
melakukan perhitungan ulang gaji. Apabila perhitungan ulang tidak dapat
diselesaikan secepatnya, maka pembagian gaji karyawan menjadi terhambat.
Keterlambatan pembagian gaji atau pembayaran gaji yang tidak sesuai dengan
|
16
yang seharusnya dapat mempengaruhi moral dan motivasi kerja karyawan.
Kesalahan perhitungan pengurang gaji, misalnya pajak, dapat menimbulkan
denda bagi perusahaan karena perusahaan gagal melaporkan dan membayar
pajak dengan jumlah yang tepat.
d.
Pencurian atau penipuan saat pembagian cek gaji
Ancaman lain yang dapat terjadi dalam siklus penggajian adalah mengeluarkan
Cek Gaji pada seseorang yang tidak bekerja diperusahaan atau pembayaran gaji
yang masih berlanjut pada karyawan yang telah diberhentikan. Hal ini biasanya
terjadi bila karyawan yang telah diberhentikan tidak dilaporkan kepada bagian
HRD. Siklus penggajian merupakan aktivitas yang memiliki nilai transaksi
yang signifikan dalam laporan laba rugi. Gaji yang diterima oleh karyawan
harus akurat dan tepat waktu karena dapat mempengaruhi motivasi karyawan
dalam bekerja, sehingga diperlukan pengendalian dalam siklus penggajian.
2.2
Pengendalian Internal
2.2.1
Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Dasaratha V. Rama, Fredrick L. Jones yang diterjemahkan oleh M.
Slamet Wibowo (2008:132) pengendalian internal ialah suatu proses yang
dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya yang dirancang
untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran
kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan
keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan Mulyadi (2008:180), mengatakan bahwa pengertian pengendalian
internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen,
dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
|
17
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: 1) Keandalan pelaporan keuangan. 2)
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3) Efektifitas dan efisiensi
operasi.
Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of Treadway
Commission Report, seperti dikutip oleh Bagnaroff, Moscove, Simkin (2001) yaitu:
A process, effected by a board of directors, management, and other personnel,
designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of
objectives in the following categories-effectiveness and efficiency of
operations,. Reliability of financial reporting, and compliance laws and
regulations Or Internal controls are the tools that managers use (but are often
not taught) to help achieve their business objective in the following categories:
1.
Effectiveness and efficiency of operations
2.
Reliability of financial reporting
3.
Compliance with external laws and regulations
2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalain internal yang dirumuskan pada suatu perusahaan harus
mempunyai beberapa tujuan, sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Mardi
(2011:59), maka dapat dirumuskan tujuan dari pengendalian internal, yaitu:
1.
menjaga keamanan harta milik perusahaan;
2.
memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi;
3.
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan; dan
4.
membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya syarat tertentu yang digunakan
sebagai unsur pendukung agar pengendalian internal dapat diterapkan dengan baik.
Pendapat lain diungkapkan oleh Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark E.
Beasley (2003:4) yang menjelaskan bahwa tujuan pengendalian intenral adalah
sebagai berikut :
1.
Adanya transaksi yang dicatat (keberadaan)
2.
Transaksi yang terjadi telah dicatat (kelengkapan)
|
18
3.
Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar (akurasi)
4. Transaksi digolongkan dengan benar (klasifikasi)
5. Transaksi yang dicatat pada tanggal yang benar (tepat waktu)
6. Transaksi yang dicatat kemudian disertakan dengan benar dalam berkas
induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
2.2.3 Unsur Pengendalian Internal
Mardi (2011:60)
menjelaskan unsur dari sistem pengendalian internal terdiri
dari:
1)
Struktur organisasi
Suatu kerangka yang memisahkan fungsi, menjelaskan tanggung jawab serta
tugas dari masing-masing tingkatan unit yang dibentuk. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan pengendalian antar fungsi secara maksimal.
2)
Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
Uraian tugas didukung dengan prosedur yang berbentuk peraturan pelaksanaan
tugas disertai dengan penjelasan pihak-pihak pemberi otorisasi. Prosedur yang
baik harus melewati otorisasi oleh pejabat yang berwenang untuk mengesahkan
setiap kegiatan atau transaski yang dilakukan. Setiap dokumen harus
dilengkapi dengan paraf atau tanda tangan dari pihak pemberi otorisasi agar
dokumen tersebut memiliki bukti yang sah.
3)
Pelaksanaan Kerja yang Sehat
Pelaksanaan tata cara kerja yang sehat dapat mendukung tercapainya tujuan
pengendalian internalal yang baik. Unsur kehati-hatian
sangat penting untuk
menjaga agar tidak terjadi transaki yang ditangani oleh satu orang dari awal
|
19
sampai akhir. Karyawan harus di rolling
setiap waktu yang telah ditentukan,
melaksanakan tugas yang diberikan, memeriksa kekurangan dalam
pelaksanaan, serta menghindari kecurangan.
4)
Dokumen dan catatan yang memadai
Dalam setaip proses atau transaksi harus dilengkapi dengan dokumen sebagai
bukti nyata atas suatu transaksi dilakukan. Kelengkapan dokumen tersebut
dapat dikatakan memadai apabila telah melewati otorisasi serta kelengkapan
bukti yang dibutuhkan.
Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway atau COSO
yang meliputi unsur-unsur pokok pengendalian intern adalah:
1)
Lingkungan pengendalian (control environment)
Dimana suasana organisasi yang mempengaruhi kesadaran penguasaan (control
consciousness) dari seluruh pegawainya. Lingkungan pengendalian ini
merupakan dasar dari komponen lain karena menyangkut kedisiplinan dan
struktur.
2)
Penaksiran resiko (risk assestment)
Proses mengidentifikasi dan
menilai resiko-resiko yang dihadapi dalam
mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan
bagaimana mengelola/mengendalikannya.
3)
Aktivitas pengendalian (control activities)
Kebijakan dan prosedur yang harus ditetapkan untuk meyakinkan
manajemen
bahwa semua arahan telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan
pada semua tingkat organisasi dan pengolahan data.
|
20
4)
Informasi dan komunikasi (information and communication)
Dua elemen yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung
jawabnya. Manajemen harus membangun sistem informasi yang efektif dan
tepat waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri
dari cara-
cara dan perekaman (records) guna mengidentifikasi,
menggabungkan, menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan
transaksi yang timbul serta dalam rangka membuat pertanggung jawaban
(akuntabilitas) asset dan utang-utang perusahaan.
5)
Pemantauan (monitoring)
Suatu proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian
internal dan dilakukan perbaikan jika dianggap perlu.
2.2.4
Pengendalian Internal Siklus Penggajian
Dalam siklus penggajian ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan
untuk menilai pengendalian internal yang telah diterapkan apakah sudah cukup
memadai.
Berikut adaalah tujuan-tujuan yang harus dicapai dalm penerapan
penegndalian internal siklus penggajian menurut Romney dan Steinbart (2009:532) :
a.
Otorisasi yang tepat pada semua transaksi penggajian.
b.
Semua transaksi yang tercatat sah.
c.
Semua transaksi penggajian yang sah telah dicatat.
d.
Semua transaksi penggajian telah dicatat secara akurat.
e.
Mematuhi dan melaksanakan peraturan pemerintah yang berlaku
mengenai penyetoran pajak dan pelaporan gaji.
f. Aset-aset telah dilindungi dari pencurian.
|
21
g.
Aktivitas siklus penggajian dan kepegawaian telah dilakukan secara
efektif dan efisien.
2.3
Penelitian Terdahulu
Dwi Ratna Sari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ANALISIS
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL SIKLUS PENGGAJIAN PADA PT.
GOSEPA TOUR & TRAVEL. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur
penggajian pada PT.GTT melibatkan administrasi, manager administrasi, manager
keuangan
dan kasir.
Hal tersebut dapat terlihat dari adanya pemisahaan tugas dan
tanggung jawab dalam struktur organisasi. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
yang baik. Dan juga terlaksananya praktik kerja yang sehat dalam melaksanakan
tugas tiap masing-masing bagian dalam perusahaan. Hal yang masih perlu perbaikan
dalam penelitian ini adalah otorisasi yang dilakukan oleh satu bagian dengan
menangani satu transaski, yaitu pada pembuatan daftar gaji dan pembayaran gaji
dilakukan oleh bagian yang sama yaitu manager keuangan. Sehingga dapat
menimbulkan peluang penggelapan dana yang dapat merugikan perusahaan.
Yunita Danke (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ANALISIS
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA SIKLUS
PENGGAJIAN DALAM RANGKA EFEKTIVITAS PENEGNDALIAN
INTERNAL (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PLASTIK INJECTION).
Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat kekurangan pada dokumen yang
terkait dalam proses penggajian, sehingga dapat menyebabkan ketidakakuratan
informasi dan kesalahan penggajian. Temuan lain adalah masih sering terjadi
kesalahan perhitungan gaji yang diberikan pada karyawan dan masih ada pengerjaan
|
22
tugas dan tanggung jawab yang tidak sesuai degan yang telah ditugaskan pada
masing-masing bagian.
Elizabeth Tiur Manurung dan Fidelis Apriani (2012) dalam penelitiannya
yang berjudul EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PADA SILUS
PENGGAJIAN DAN KEPEGAWAIAN UNTUK MENENTUKAN RISIKO
FRAUD
(STUDI KASUS PT. WORLD YAMATEX SPINNING MILLS). Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengendalian internal yang diterapkan pada
perusahaan telah memadai, terlihat dengan adanya pemanfaatan perkembangan
teknologi yang digunakan pada pencatatn waktu kehadiran sehingga data yang
diperoleh semakin akurat. Otorisasai dan pemisahaan fungsi juga sudah dijalankan
dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang berjalan sehingga menghindari
terjadinya penyalahgunaan wewenang. Perusahaan juga telah menerapkan sistem
wistle blowing dimana apabila terjadi keganjalan dalam suatu laporan maka akan
ditindak lanjuti untuk diselidiki kesalahan yang terjadi.
|