BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teknologi Informasi
2.1.1. Pengertian Teknologi Informasi
Pengertian teknologi informasi menurut Information Technology
Association of America (ITAA) dalam Sutarman (2009, p.13), teknologi informasi
adalah suatu studi, perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau
manajemen sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat
lunak dan perangkat keras komputer. TI memanfaatkan komputer elektronik dan
perangkat lunak komputer untuk mengubah, menyimpan, melindungi, memproses,
mentransmisikan, dan memperoleh informasi secara aman.
Whitten (2004) dalam Henny Hendarti (2011, p.2) yang mengungkapkan
information technology a contemporary term that describes the combination of
computer technology (hardware and software) with the telecommunications
technology (data, image, and voice network). Dapat dijelaskan bahwa teknologi
informasi adalah sebuah istilah yang menjelaskan kombinasi dari teknologi
komputer (hardware dan software) dengan teknologi telekomunikasi (data, gambar,
dan jaringan suara).
Menurut Sawyer (2005) information technology is a general term that
describe any technology that helps to produce, manipulate, store, communicate,
and/ or dessiminate information. Definisi tersebut dapat dijelaskan teknologi
informasi adalah istilah yang umum untuk mendeskripsikan teknologi yang
membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan
|
14
atau menyebarkan informasi. Definisi lain dari teknologi informasi adalah hasil
rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke
penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas
sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya
Dalam arti luas teknologi informasi adalah sebuah istilah yang mencakup
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), teknologi jaringan,
peralatan telekomunikasi lainnya yang dapat menghasilkan sebuah informasi yang
berguna untuk proses operasional dan pengembangan sistem manajemen.
2.1.2. Perlunya Teknologi Informasi
Sutarman (2009: p.13), teknologi informasi diterapkan untuk pengelolaan
informasi yang dewasa ini menjadi salah satu bagian penting karena:
1.
Meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen
2.
Pengaruh ekonomi internasional (globalisasi)
3.
Perlunya waktu tanggap (response time) yang lebih cepat
4.
Tekanan akibat dari persaingan bisnis
Jadi hal diatas dapat disimpulkan teknologi informasi memiliki peran
penting dalam suatu organisasi maupun bisnis untuk keefektifan dan kemajuan
dalam berbisnis.
|
15
2.1.3. Prinsip dan Tujuan Teknologi Informasi
Sutarman (2009, p.17), prinsip High-Tech-High-Touch, yaitu semakin
bergantung pada teknologi maju, seperti TI, maka semakin penting untuk
mempertimbangkan aspek High-Touch, yaitu sisi manusianya. Tujuan teknologi
informasi (TI) adalah untuk memecahkan masalah, membuka kreativitas, dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Sama halnya
dengan
tujuan investasi teknologi informasi menurut Indrajit (2004) dalam Henny
Hendarti (2011, p.5)
yang mengatakan bahwa investasi teknologi informasi
bertujuan untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas perusahaan. Selain itu juga
mengatakan sebagai keinginan perusahaan dalam memperoleh keunggulan
kompetitif dengan mengembangkan teknologi yang belum dimiliki perusahaan lain.
Hal diatas dapat dijelaskan bahwa prinsip High-Tech lebih mengacu
pada komposisi teknologi sedangkan High-Touch lebih mengarah pada sumber
daya manusia dalam penggunaan teknologi untuk melakukan pekerjaan yang
berhubungan antara layanan dan pelanggan sehingga perusahaan dapat menjalankan
tugas manajemennya secara efektif dan efisien.
2.1.4. Peranan Teknologi Informasi
Sutarman (2009: p.59-60), mengungkapkan bahwa kehadiran teknologi
diyakini sebagai alat pengubah. Hal ini bisa kita lihat bahwa penemuan teknologi
dari para ilmuwan yang jenius berawal dari tujuan untuk memudahkan aktivitas
manusia, seperti penemuan telepon bertujuan memudahkan kita berkomunikasi
dengan orang lain.
Dewasa ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menempati peran
yang sentral, karena hampir seluruh bidang kehidupan manusia menggunakan
|
16
teknologi. Pada intinya TIK ini mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
kehidupan sehari-hari yang bertujuan mengubah tatanan sosial kehidupan manusia
di seluruh dunia.
Berdasarkan pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa peran
teknologi informasi dan komunikasi sangat penting dan sulit untuk dihindari karena
dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini dapat membantu
pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuat lebih efektif
dan efisien.
2.1.5. Peranan Teknologi Dalam Service Encounter
Menurut Fandy Tjiptono (2012: p.400-401) service encounter
(momen
interaksi antara pelanggan dan perusahaan) berperan krusial dalam semua industri,
termasuk industri yang secara tradisional tidak dipandang sebagai industri jasa.
Pengembangan dan perluasan penawaran layanan yang profitable bahkan
telah menjadi strategi pertumbuhan utama dalam berbagai industri
non-jasa. Lebih
lanjut, Fitzsimmons & Fitzsimmons (2006) dalam Fandy Tjiptono (2012: p.401-
402), mengidentifikasi lima mode kontribusi teknologi bagi service encounter (lihat
gambar 2.1).
Mode A adalah technology-free service encounter, yang mencerminkan
interaksi fisik antara pelanggan dan sumber daya manusia penyedia layanan. Mode
ini merupakan high-touch service tradisional yang kerapkali dijumpai pada jasa
salon kecantikan, psikiatri, konsultan, dan pengacara. Teknologi tidak memainkan
peranan langsung dalam konteks seperti ini.
Mode B disebut technology-assisted service encounter, karena hanya
penyedia layanan yang memiliki akses ke teknologi untuk memperbaiki kualitas
|
17
layanan tatap muka. Contoh tipe jasa yang masuk dalam kategori ini antara lain
pemeriksaan MRI scan, pemeriksaan mata di klinik dokter mata, dan counter check-
in di bandara.
Mode C dinamakan technology-facilitated service encounter, karena baik
pelanggan maupun penyedia layanan sama-sama memiliki akses pada teknologi
yang sama. Sebagai contoh, seorang perencana keuangan (financial planner) yang
berkonsultasi dengan kliennya bisa mengacu pada financial model yang terpampang
di layar computer personal untuk menjelaskan estimasi laba pada berbagai
kemungkinan profil risiko.
Dalam mode D yang disebut juga technology-mediated service encounter,
pelanggan dan SDM penyedia layanan tidak berinteraksi secara fisik dan
karenannya service encounter tidak lagi merupakan kontak tatap muka tradisional.
Komunikasi di-mediasi dengan telepon untuk mengakses sejumlah layanan, seperti
membuat reservasi restoran dan mencari bantuan teknis via call centre.
Mode E merupakan technology-generated service encounter, di mana
SDM penyedia layanan digantikan sepenuhnya oleh teknologi yang memungkinkan
pelanggan bertindak swalayan (self-serve). Mode ini kini semakin populer, terutama
di kalangan perusahaan-perusahaan yang berusaha menekan biaya penyedia
layanan. Contohnya banyak sekali, di antaranya ATM bank, checkout scanning,
airport kiosks, dan sumber informasi berbasis internet.
|
![]() 18
Teknologi
Pelanggan
Server
Teknologi
Pelanggan
Server
B. Technology-Assisted Service Encounter
Teknologi
Pelanggan
Server
C. Technology-Facilitated Service
Encounter
Teknologi
Pelanggan
Server
D. Technology-Mediated Service
Encounter
Teknologi
Pelanggan
E. Technology-Generated Service
Encounter
Server
A. Technology-Free Service Encounter
Gambar 2.1
Peranan Teknologi Dalam Service Encounter
|
19
Gambar (2.1) menggambarkan susunan pada peran teknologi dalam service
encounter yang terbagi menjadi lima mode peranan yaitu sebagai berikut:
1.
Technology-free service encounter
Dalam mode ini teknologi berperan secara tidak langsung dan dapat dimulai
ketika adanya interaksi secara fisik antara pelanggan dan penyedia layanan yang
kemudian diproses dengan menggunakan teknologi untuk memberikan hasil
yang baik, cepat dan akurat kepada pelanggan.
2.
Technology-assisted service encounter
Mode ini menjelaskan bahwa peran teknologi secara langsung berhadapan
dengan penyedia layanan untuk membantu penyedia layanan dalam melakukan
pekerjaan yang ditujukan kepada pelanggan. Dalam mode ini teknologi dapat
memperbaiki kualitas layanan tatap muka.
3.
Technology facilitated service encounter
Mode ini merupakan interaksi secara langsung sekaligus antara teknologi,
penyedia layanan dan pelanggan untuk memberikan data atau rancangan dengan
jelas.
4.
Technology mediated service encounter
Mode ini dapat dijelaskan bahwa pelanggan dan penyedia layanan berinteraksi
melalui teknologi, lebih tepatnya kontak secara media yang bertujuan untuk
mempercepat penyampaian sebuah pesan atau informasi antara pelanggan dan
penyedia layanan.
|
20
5.
Technology generated service encounter
Mode ini menunjukkan peran antara teknologi dengan pelanggan dihadapkan
secara langsung, dengan kata lain pelanggan bertindak secara swalayan (self-
serve).
2.1.6. Manfaat Teknologi Informasi
Manfaat teknologi khususnya dalam bidang jasa (service encounter)
menurut Fandy
Tjiptono (2012, p.404-406), menjelaskan bahwa teknologi bisa
dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan dan memuaskan pengalaman
service encounter pelanggan. Menurut Bitner, Brown & Meuter (2000), teknologi
berpotensi besar sebagai enabler kepuasan service encounter, baik bagi pelanggan
maupun karyawan. Adapun manfaat lain yaitu manfaat dari investasi teknologi
informasi menurut Indrajit (2004) dalam Henny Hendarti (2011, p.5) adalah sebagai
berikut :
-
Mereduksi biaya yang harus dikeluarkan (cost displacement)
-
Menghindari biaya yang harus dikeluarkan (cost avoidance)
-
Memperbaiki kualitas yang diambil (decision analysis)
-
Menghasilkan dampak positif yang diperoleh perusahaan (impact analysis)
Dari adanya manfaat teknologi informasi diatas dapat disimpulkan bahwa
teknologi informasi memberikan dampak yang positif untuk menjadikan perusahaan
berjalan dengan efektif dalam hubungannya antara layanan dengan pelanggan dan
juga perusahaan akan lebih mendapatkan keuntungan yang lebih banyak karena
dapat mengurangi biaya-biaya lain khususnya dalam kegiatan operasional.
|
21
2.1.7. Keuntungan Penerapan Teknologi Informasi
Sutarman (2009, p.19) menyebutkan beberapa keuntungan dari penerapan
teknologi informasi adalah sebagai berikut:
1.
Kecepatan (Speed)
Komputer dapat mengerjakan sesuatu perhitungan yang kompleks dalam
hitungan detik, sangat cepat, jauh lebih cepat dari yang dapat dikerjakan oleh
manusia.
2.
Konsistensi (Consistency)
Hasil pengolahan lebih konsisten tidak
berubah-ubah karena formatnya
sudah standar, walaupun dilakukan berulang kali, sedangkan manusia
sulit menghasilkan yang persis sama.
3.
Ketepatan (Precision)
Komputer tidak hanya cepat, tetapi juga lebih akurat dan tepat (presisi).
Komputer dapat mendeteksi suatu perbedaan yang sangat kecil, yang tidak
dapat dilihat dengan kemampuan manusia, dan juga dapat melakukan
perhitungan yang sulit.
4.
Keandalan (Reliability)
Apa yang dihasilkan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan dilakukan
oleh manusia.
Kesalahan terjadi lebih kecil kemungkinannya jika
menggunakan komputer.
|
22
Dengan diterapkannya teknologi informasi khususnya dalam bidang jasa
dapat mempengaruhi kecepatan dalam melayani pelanggan, dapat melakukan
pekerjaan secara konsisten untuk memberikan layanan yang baik dan tetap, dapat
memberikan atau menyampaikan informasi dengan tepat dan akurat, memiliki
keandalan sebagai tujuan untuk meminimalisasikan kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dalam layanan.
2.1.8. Wireless Table Calling System
Sebuah proposal dari PT.Yu-Sung Tech yang bergerak dalam bidang High-Tech
Product menjelaskan bahwa Wireless Calling System adalah suatu sistem perangkat
yang terhubung tanpa kabel / wireless, menggunakan
frekuensi radio AM, yang
berfungsi untuk memanggil (paging).
Secara umum, wireless calling system
digunakan untuk meningkatkan efisiensi, sehingga
kualitas pelayanan dan
kenyamanan pelanggan juga akan turut meningkat.
Penggunaannya sangat mudah,
dengan instalasi yang sangat cepat dan sangat praktis. Dapat digunakan di berbagai
macam restoran, coffee shop, fastfood/franchise, apotek,
rumah sakit, pabrik,
supermarket, dan lain sebagainya.
Saat ini tersedia 3 macam Wireless Calling
System yaitu Guest Pager, Table Call dan Table Call with Pager.
a. Guest Pager
Guest pager terdiri atas GP Transmitter (Central) dan GP Receiver (Pager).
Pager akan dibagikan kepada pelanggan sebagai tanda antrian. Apabila tiba giliran
pelanggan
tersebut, maka pager
akan aktif (bunyi/bergetar).
Guest Pager
dapat
digunakan di Coffee Shop, Restaurant, Fast Food, Apotik, dsb.
|
23
b. Table Call
Table Call
terdiri atas Calling Bell
dan Monitor. Calling Bell
akan
ditempelkan di meja, dan monitor akan berada di di area yang mudah terlihat oleh
pelayan.
Ketika tombol bell
di meja ditekan oleh pelanggan, maka monitor
akan
berbunyi dan menampilkan nomor meja tersebut. Sehingga pelayan dapat merespon
dengan cepat
kepada pelanggan, walaupun kondisi restoran sedang ramai. Table
Call juga memudahkan untuk restaurant dengan layout yang bersekat. Pelayan akan
cepat mengetahui meja mana yang membutuhkan bantuan, baik untuk memesan
(order) ataupun meminta tagihan (bill). Tombol bell
ini anti air (waterproof), jadi
mudah dipasang dimanapun tanpa khawatir terkena air atau tumpahan minuman.
c. Table Call With Pager
Table Call with pager
terdiri atas Calling Bell, Monitor dan Pager.
Cara
kerjanya sama
dengan Table Call, tetapi ditambahkan fungsi Pager.
Calling Bell
akan ditempelkan di meja, dan monitor akan berada di di area yang mudah
terlihat,
dan pager yang berupa jam tangan akan dipakai oleh waiter atau supervisor. Ketika
tombol bell di meja ditekan oleh pelanggan, maka monitor
akan berbunyi dan
menampilkan nomor meja tersebut, dan juga ditampilkan di pager
jam tangan.
Sehingga
pelayan dapat merespon dengan
cepat kepada pelanggan, walaupun
kondisi restoran sedang ramai, atau tidak sempat melihat monitor. Table Call with
pager
juga memudahkan untuk restaurant dengan layout yang bersekat.
Pelayan/Supervisor akan cepat mengetahui meja mana yang membutuhkan bantuan,
berdasarkan Monitor
dan pager, baik untuk memesan (order) ataupun meminta
tagihan
(bill).
Tombol bell
ini anti air (waterproof), jadi mudah dipasang
dimanapun tanpa khawatir terkena air atau tumpahan minuman.
|
![]() 24
Dengan adanya keragaman jenis wireless table calling system diatas maka
dapat dilihat sesuai dengan yang diketahui peneliti bahwa restoran Sushi Tei
memilih jenis Table Call With Pager yang terdiri dari tiga perangkat keras yaitu
calling bell, monitor, dan pager.
2.1.9. Keuntungan Menggunakan Wireless Calling System
Dengan menggunakan produk Wireless Calling System, akan mendapatkan
keuntungan sebagai berikut :
Memudahkan pelanggan memanggil pelayan, tanpa suara dan lambaian
tangan, sehingga pelanggan lebih nyaman dan mudah dalam melakukan order
Tidak perlu antri di depan counter
untuk menunggu pesanan selesai (coffee
shop/Fastfood). Setelah order
dan membayar di kasir, pelanggan
mendapatkan pager
dan bisa menunggu sambil duduk dengan nyaman.
(Guest Pager)
Meningkatkan efisiensi kinerja karyawan, bahkan bisa mengurangi jumlah
karyawan, karena jumlah pelayan
yang standby bisa dikurangi, karena proses
order lebih cepat.
Meningkatkan Image dari Restoran, karena tampak lebih elegan, mewah dan
professional.
Mengurangi kesalahan order, atau pesanan tertukar, karena pelanggan tidak
perlu berjubel di depan counter. (Guest Pager)
Pelanggan akan merasa lebih nyaman dan senang, sehingga akan
meningkatkan jumlah pelanggan
Proses order akan lebih cepat, sehingga akan meningkatkan jumlah order.
|
25
2.2. Kualitas Layanan
2.2.1. Definisi
Kualitas layanan dapat diartikan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan hal ini
diungkapkan oleh Lewis & Booms (1983) dalam Fandy Tjiptono (2012, p.157).
berdasarkan definisi ini kualitas layanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sesuai dengan ekspektasi
pelanggan. Dengan kata lain faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan
adalah layanan yang diharapkan pelanggan (expected service) dan persepsi terhadap
layanan (perceived service) (Parasuraman, et al., 1985).
Apabila persepsi terhadap layanan sesuai dengan layanan yang
diharapkan pelanggan, maka kualitas layanan bersangkutan akan dinilai baik atau
positif. Jika perceived service melebihi expected service, maka kualitas layanan
dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya apabila perceived service lebih
jelek dibandingkan expected service, maka kualitas layanan dipersepsikan negative
atau buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya kualitas layanan tergantung pada
kemampuan perusahaan dan stafnya memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan
berdasar pada harapan pelanggan dan persepsi layanan yang kemudian dapat dinilai
oleh para pelanggan. Semakin terpenuhi harapan pelanggan dan semakin tinggi
persepsi layanan maka kualitas layanan tersebut dapat dinilai baik dan tercapai
kepuasan pelanggan..
|
26
2.2.2. Dimensi Kualitas Layanan
Dimensi kualitas layanan menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988)
dalam Fandy Tjiptono (2012, p.174-175), meliputi:
1.
Reliabilitas (Reliability)
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang
dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.
2.
Daya tanggap (Responsiveness)
Berkenaan dengan ketersediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk
membantu para pelanggan dan merespon permintaan pelanggan dengan segera.
3.
Jaminan (Assurance)
Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan
(confidence).
4.
Empati (Empathy)
Berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan
bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal
kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5.
Bukti fisik (Tangibles)
Berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan/ perlengkapan,
sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan.
|
27
Dari keseluruhan dimensi-dimensi kualitas layanan diatas dapat digunakan
untuk mengetahui nilai-nilai akan baik buruknya pada bidang
jasa/layanan.
Dimensi yang ditawarkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) ini
paling banyak diacu dalam pengukuran kinerja layanan/jasa.
2.3. Hubungan Antara Teknologi Informasi dengan Kualitas Layanan
Journal of Applied Business and Economics vol. 12 (1) 2011 (Dean A.
Koutroumanis) dalam penelitiannya yang berjudul Technologys Effect on Hotels
and Restaurants: Building a Strategic Competitive Advantage membahas dampak
dari teknologi dalam dunia hotel dan restoran sebagai pembangunan strategis dalam
menghadapi keunggulan bersaing. Terdapat kesimpulan yang menyatakan bahwa
teknologi telah memainkan peran strategis dalam pertumbuhan dan perkembangan
industri perhotelan. Seluruh industri telah berkembang dan menggunakan teknologi
untuk meraih kemajuan dalam menjalankan bisnisnya. Kemajuan teknologi
dikembangkan untuk membantu efisiensi operasional dan pengurangan tenaga kerja,
makanan dan biaya operasional lainnya, mencapai tujuan akhir suatu organisasi
dengan baik, mencapai kepuasan pelanggan, dan bisnis yang menguntungkan. Selain
itu dengan penggunaan teknologi industri perhotelan berhasil meningkatkan layanan
pelanggan dan kualitas. Teknologi kini telah memperluas ruang lingkup akan
fungsi
industri perhotelan untuk
terus menjalin kemajuan
dalam masa depan yang
membantu pengembangan keunggulan kompetitif strategis dalam industri.
Menurut penelitian Ramaiah Itumalla (2012) dalam jurnal internasional
inovasi, teknologi dan manajemen, Vol. 3, No .4, yang berjudul Information
|
28
Technology and Service Quality in Health Care
membahas pengembangan
teknologi informasi dalam meningkatkan kualitas layanan yang kemudian mencapai
kepuasan pelanggan di rumah sakit di India. Terdapat kesimpulan yang menyatakan
bahwa teknologi informasi dapat memainkan peranan penting dalam memobilisasi
rumah sakit untuk memberikan layanan yang berkualitas lebih baik dan akan
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan adanya layanan yang bebasis
teknologi informasi dalam layanan di rumah sakit dapat membuat keefektifan dan
efisiensi dalam layanannya yang kemudian tercapainya kepuasan pasien rumah sakit
karena layanan yang berkualitas.
Jiun-Sheng Chris Lin, Hsing-Chi Chang, (2011)
dalam penelitiannya
yang berjudul The role of technology readiness in self-service technology
acceptance, membahas peranan kesiapan teknologi (technology readiness
TR)
terhadap penerimaan model teknologi (technology acceptance model TAM) yang
dapat memainkan dalam mengadopsi layanan diri dengan menggunakan teknologi
(Self-Service Technology -
SST). Penelitian tersebut dilakukan dengan
mengembangkan dan menguji model yang mengintegrasikan peran kesiapan
teknologi ke teknologi mandiri (technology readiness
technology acceptance
model). Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pelanggan TR meningkatkan
kegunaan dirasakan, dirasakan kemudahan penggunaan, sikap terhadap penggunaan,
dan niat untuk menggunakan. Selain itu juga menunjukkan bahwa TR melemahkan
hubungan positif antara dirasakan kemudahan penggunaan dan sikap menggunakan
SSTs.
|
29
Husain Al-Ansari, (2011) pada penelitiannya yang berjudul Application of
information and communication technologies in special libraries in Kuwait.
Pembahasan yang mengenai aplikasi dari teknologi informasi dalam pengoperasian
dan layanan yang beragam pada perpustakaan Kuwait. Hasil penelitiannya
mengatakan bahwa katalog perpustakaan ditemukan untuk menjadi daerah yang
paling populer untuk otamtisasi. Lebih dari seperempat dari perpustakaan masih
menggunakan sistem manual untuk pengoperasian dan layanan di perpustakaan
tersebut. Kurangnya memadai personil, program pelatihan teknologi informasi dan
komunikasi, dan prioritas rendah perpustakaan dalam organisasi mereka adalah
kendala utama untuk
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
perpustakaan khusus.
Menurut Diana Rahmawati (2010), dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Pelayanan Pegawai
Administrasi
dan Pengaruh Kualitas Pelayanan
Pegawai Administrasi Terhadap
Kepuasan Mahasiswa di lingkungan FISE UNY. Penelitiannya bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas pelayanan
pegawai administrasi di lingkungan FISE UNY, yang sekaligus juga mengetahui
pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa di lingkungan FISE
UNY. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pegawai administrasi di lingkungan
FISE UNY. Dan kualitas pelayanan pegawai administrasi berpengaruh terhadap
kepuasan mahasiswa di lingkungan FISE UNY.
|
30
Amin Wahyudi (2009), pada penelitiannya yang berjudul Penggunaan
Teknologi Informasi di Dunia Bisnis dan Perbankan. Dari penelitian Amin Wahyudi
dengan analisis dan kajian teoritis terhadap penggunaan teknologi, terdapat
kesimpulan yang menyatakan bahwa penguasaan
teknologi yang tepat, selain akan
menurunkan biaya
operasional juga bisa meningkatkan pelayanan, sehingga
pelanggan akan
mendapatkan kepuasan yang akan meningkatkan kepercayaan
di dalam bisnis.
Dari semua jurnal penelitian yang ditemukan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa teknologi informasi dengan kualitas layanan memiliki hubungan
yang baik dan cukup erat, karena keberadaan teknologi informasi
pada perusahaan
baik secara luas dalam bidang jasa maupun produk sangat penting untuk diterapkan,
terlihat pula bukti-bukti yang jelas bahwa teknologi informasi memiliki fungsi yang
baik, yang dapat meningkatkan kualitas layanan, dan efektivitas dalam operasional.
|