8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Informasi
2.1.1
Pengertian Sistem
Menurut Tata Sutabri (2012: 2-3),
terdapat dua kelompok pendekatan
didalam mendefinisikan sistem, yaitu kelompok yang menekankan pada
prosedur dan kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya.
Pendekatan
yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai
suatu jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
saran tertentu. Sedangkan pendekatan sistem yang lebih menekankan pada
elemen atau komponen mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara sederhana sistem
dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpuanan dari unsur, komponen,
atau variabel yang terorganisasikan, saling berinteraksi, saling tergantung satu
sama lain dan terpadu.
Menurut Elisabeth, Yunarso, dan Putro
(2012: 1), sistem merupakan
sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu sistem tidak selalu memiliki kombinasi
elemen-elemen yang sama, tetapi susunan dasar suatu sistem itu sama seperti
adanya input/masukan yang akan diubah menjadi output atau keluaran melalui
suatu proses atau transformasi. Suatu mekanisme pengendalian akan memantau
proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem telah memenuhi
tujuannya.
Menurut OBrien dan Marakas (2010: 37), kelompok komponen yang
saling terkait, dengan
batas
yang jelas, bekerja ke arah
pencapaian
tujuan
bersama
dengan menerima
input dan
menghasilkan output
dalam proses
transformasi yang terorganisasi
Menurut Gelinas dan Dull (2008: 11), lebih spesifik mengatakan bahwa
sistem adalah sekumpulan elemen yang
saling tergantung satu sama lain
dimana mereka bersama-sama menyelesaikan tujuan yang spesifik.
Model umum dari sebuah sistem terdiri dari input, process, dan output.
Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana mengingat
sebuah dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Selain itu
|
9
sebuah sistem juga memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang
mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem (Tata
Sutabri, 2012: 13-14). Didalam bukunya adapun karakteristik yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a.
Komponen sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang
bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
b.
Batasan sistem (Boundary)
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem
dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan luarnya.
c.
Lingkungan luar sistem (Environment)
Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang
mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut dengan lingkungan luar
sistem.
d.
Penghubung sistem (Interface)
Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem yang lain disebut
dengan penghubung sistem atau interface.
e.
Masukan sistem (Input)
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang
dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input).
f.
Keluaran sistem (Output)
Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang
berguna.
g.
Pengolah sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan
manjadi keluaran.
h.
Sasaran sistem (Objective)
Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat
determanistik.
|
10
2.1.2
Pengertian Informasi
Seperti yang dipaparkan oleh Tata Sutabri (2012: 21-22), informasi
merupakan proses lebih lanjut dari data yang sudah memiliki nilai tambah.
Informasi dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :
a.
Informasi Strategis. Informasi ini digunakan untuk mengambil keputusan
jangka panjang, yang mencakup informasi eksternal, rencana perluasan
perusahaan, dan sebagainya.
b.
Informasi Taktis. Informasi ini dibutuhkan untuk mengambil keputusan jangka
panjang menengah, seperti informasi tren penjualan yang dapat dimanfaatkan
untuk menyusun rencana penjualan.
c.
Informasi Teknis. Informasi ini dibutuhkan untuk keperluan oprasional sehari-
hari, seperti informasi persediaan stock, retur penjualan, dan laporan kas
harian.
Menurut
OBrien dan Marakas (2010: 34), informasi merupakan data
yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai
akhir tertentu.
Sedangkan menurut Gelinas dan Dull (2008: 17), informasi adalah data
yang dipresentasikan dalam bentuk yang berguna untuk aktivitas pengambilan
keputusan.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi
Seperti yang dipaparkan oleh Hall (2008: 6), sistem informasi
adalah
sebuah rangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses
menjadi informasi dan distribusikan atau disebarkan kepada para pemakai.
Sedangkan menurut
Gelinas dan
Dull
(2008: 13),
An Information
System (IS) or Management Information System (MSI) is a man made system
that generally consistes of an integrated set of computer-based Components
and manual componenets established to collect, store, and manage data to
provide output inFormation to Users Dari pengertian tersebut dapat diartikan
bahwa sistem informasi adalah rangkaian prosedur Formal yang mendukung
operasi organisasi serta menyediakan laporan-laporan yang diperlukan oleh
pengguna.
Dikutip dari sebuah jurnal, menurut Reddy et al (2009: 61), MIS adalah
sebuah studi yang memberikan informasi kepada orang-orang yang membuat
|
11
pilihan tentang disposisi sumber daya berharga pada waktu yang tepat, akurat,
dan lengkap dengan biaya ekonomi kognitif yang minimal dan untuk akuisisi,
pengolahan, penyimpanan, dan pengambilan.
MIS menyediakan beberapa
keuntungan organisasi bisnis: menjadi lebih efektif dan efisien berkoordinasi
antar departemen; cepat dan dapat dihandalkan, mengakses data dan dokumen
yang relevan, kurangnya penggunaan tenaga kerja, pergaikan dalam teknik
organisasi departemen, dan mendukung kegiatan sehari-hari.
Menurut Pusica, dan Pusica (2009: 61), komponen dari sistem
informasi adalah:
1.
Hardware (computers)
2.
Software (program untuk komputer).
3.
Orgware (organisasi yang menggunakan sistem informasi).
4.
Lifeware (seseorang yang menggunakan dan memodifikasi sistem
informasi).
5.
Database (database untuk menyimpan dan memperoleh informasi untuk
sistem sesungguhnya).
6.
Netware (komunikasi antar sistem informasi dan pengguna).
2.2
Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2009: 6), sistem Informasi Akuntansi adalah suatu
subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi,
keuangan dan informasi lain yang diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi.
2.2.1
Siklus Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2009: 3), terdapat tiga siklus transaksi utama,
yaitu :
1.
Siklus pemerolehan/pembelian (acquisition/purchasing cycle)
adalah
proses pembelian dan pembayaran untuk barang-barang dan jasa.
2.
Siklus konversi (conversion cycle) adalah proses mengubah sumber daya
yang diperoleh menjadi barang-barang dan jasa.
3.
Siklus pendapatan (revenue cycle) adalah proses menyediakan barang atau
jasa untuk para pelanggan dan menagih uangnya.
2.2.2
Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2009: 7), sistem informasi memiliki lima
macam penggunaan informasi akuntansi, yaitu :
|
12
1.
Membuat laporan eksternal.
Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan
laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhuan informasi dari para
investor, kreditor, dinas, pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lain.
2.
Mendukung aktivitas rutin.
Para manajer memerlukan satu sistem informasi akuntansi untuk
menangani aktivitas operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan.
3.
Mendukung pengambilan keputusan.
Informasi juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang
tidak rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi.
4.
Perencanaan dan pengendalian
Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian.
5.
Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal (internal control) mencakup kebijakan-kebijakan,
prosedur-prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi
aset-aset perusahaan dari kerugian atau korupsi, dan untuk memelihara
keakuratan data keuangan.
2.3. Sistem Informasi Akuntansi Expenditure Cycle (Siklus Pengeluaran)
Menurut Hall (2008: 234), tujuan dari siklus pengeluaran adalah untuk
mengkonversi uang perusahaan menjadi material fisik dan sumber daya manusia
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Terdapat dua subsystem
yang membentuk siklus pengeluaran yaitu:
1)
Purchases processing subsystem
2)
The cash disbursements subsytem
2.3.1
Purchase Processing Subsystem
Menurut Hall (2008: 235-240), prosedur pembelian termasuk
melibatkan tugas didalam mengidentifikasi kebutuhan persediaan,
menempatkan pemesanan, menerima persediaan, dan pengakuan kewajiban.
Terdapat kegiatan didalam proses pembelian diantaranya:
(1) Monitor Inventory Records, terdapat dokumen yang terkait yaitu
purchase requisition (PR).
|
13
(2) Prepare Purchase Order, terdapat dokumen yang terkait yaitu
purchase order (PO).
(3) Recive Goods, terdapat dokumen yang terkait yaitu receiving record.
(4) Update Inventory Records
(5) Set Up Account Payable, terdapat dokumen yang terkait yaitu supplier
invoice.
2.3.2
The Cash Disbursements System
Menurut Hall (2008: 243), cash
disbursements system
sebuah proses
pembayaran dari dibuatnya obligasi didalam sistem pembayaran. Tujuan dari
prinsip ini adalah memastikan bahwa hanya creditor yang sah untuk menerima
pembayaran dan jumlah pembayarannya disiapkan dengan tepat waktu dan
benar.
Menurut Soemarso (2008: 323-325), dari segi akuntansi, yang
dimaksud dengan kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau
bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebaga alat pelunasan
kewajiban pada nilai nominalnya. Termasuk sebagai kas adalah rekening giro
di bank dan uang kas yang ada di perusahaan. Prosedur pengeluaran kas harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Semua pengeluaran dilakukan dengan check.
Pengeluaran-
pengeluaran dalam jumlah kecil dilakukan melalui dana kas kecil.
2.
Semua pengeluaran kas harus memperoleh persetujuan dari yang
berwenang terlebih dahulu.
3.
Terdapat pemisahan tugas antara yang berhak menyetujui
pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas dan melakukan
pengeluaran serta yang mencatat pengeluaran kas.
2.3.3
Pengertian Pembelian
Menurut Gelinas dan Dull (2008: 420), proses pembelian merupakan
suatu struktur interaksi antara orang-orang, peralatan, metode-metode, dan
pengendalian yang dirancang untuk mencapai fungsi-fungsi utama sebagai
berikut:
1.
Menangani rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dari bagian pembelian
dan penerimaan.
2.
Mendukung pengambilan keputusan dari orang-orang yang mengatur
bagian pembelian dan penerimaan.
|
14
3.
Membantu dalam penyajian laporan internal dan laporan eksternal.
Menurut En dan Suryandi (2011: 7), pembelian merupakan salah satu
aktivitas yang sangat penting bagi perusahaan, yaitu sebagai bagian utama dari
fungsi pengadaan untuk kebutuhan perusahaan. Tidak terkecuali dalam
perusahaan jasa, pembelian juga sangat penting agar perusahaan dapat
memberikan pelayanan jasanya kepada konsumen. Untuk itulah maka
pembelian perusahaan harus efektif.
2.3.4.
Fungsi yang Terkait
Menurut Mulyadi (2010: 299-300), fungsi yang terkait dalam sistem
akuntansi pembelian adalah:
1.
Fungsi Gudang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang
bertanggung jawab untuk menagjukan permintaan pembelian sesuai dengan
posisi persediaan yang ada di gudang dan untuk menyimpan barang yang
telah diterima oleh fungsi penerimaan.
2.
Fungsi Pembelian. Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk
memperoleh informasi mengenai harga barang, menentukan pemasok yang
dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan order pembelian
kepada pemasok yang dipilih.
3.
Fungsi Penerimaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini
bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenis, mutu,
kuantitas barang yang diterima dari pemasok guna menentukan dapat atau
tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan.
4.
Fungsi Akuntansi. Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi
pembelian adalah fungsi pencatat utang dan fungsi pencatat persediaan.
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatat utang bertanggung
jawab untuk mencatat transaksi pembelian ke dalam register bukti kas
keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber (bukti kas
keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu
utang sebagai buku pembantu utang. Dalam sistem akuntansi pembelian,
fungsi pencatat persediaan bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok
persediaan barang yang dibeli ke dalam kartu persediaan.
Secara garis besar transaksi pembelian mencakup prosedur berikut:
1.
Fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian ke fungsi pembelian.
2.
Fusngsi pembelian meminta penawaran harga dari berbagai pemasok.
|
15
3.
Fungsi pembelian menerima penawaran harga dari berbagai pemasok dan
melakukan pemilihan pemasok.
4.
Fungsi pembelian membuat order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
5.
Fungsi penerimaan memeriksa dan menerima barang yang dikirim oleh
pemasok.
6.
Fungsi penerimaan menyerahkan barang yang diterima kepada fungsi
gudang untuk disimpan.
7.
Fungsi penerimaan melaporkan penerimaan barang kepada fungsi
akuntansi.
8.
Fungsi akuntansi menerima faktur tagihan dari pemasok dan atas dasar
faktur dari pemasok tersebut, fungsi akuntansi mencatat kewajiban yang
timbul dari transaksi pembelian.
2.3.5.
Tahapan Siklus Pembelian (Purchasing Cycle)
Siklus pembelian mencakup proses pembelian, penerimaan barang
maupun jasa. Setiap perusahaan memiliki tahapan siklus pembelian yang
berbeda-beda. Namun, secara umum tahapan siklus pembelian pada
perusahaan perusahaan memiliki kemiripan satu sama lain. Menurut Jones dan
Rama (2009: 24), siklus perolehan terdiri atas berbagai macam organisasi
memiliki kemiripan dan kebanyakan mencakup beberapa atau seluruh operasi
berikut ini :
1.
Menghubungi pemasok.
Sebelum melakukan pembelian, sebuah perusahaan mungkin menghubungi
beberapa pemasok untuk memperoleh pemahaman tentang produk dan jasa
yang tersedia, demikian juga dengan penetapan harganya.
2.
Memproses permintaan.
Dokumen permintaan yang meminta barang atau jasa mungkin pertama
kali dibuat oleh karyawan dan disetujui oleh penyelia. Permintaan ini
kemudian digunakan oleh Departemen Pembelian untuk menempatkan
pemesanan.
3.
Melakukan kesepakatan dengan pemasok
untuk membeli barang di masa
depan.
Kesepakatan dengan pemasok meliputi pesanan pembelian (pesanan-
pesanan sebenarnya dikirim ke pemasok) dan menghubungi pemasok.
4.
Menerima barang atau jasa dari pemasok.
|
16
Organisasi harus memastikan bahwa barang-barang yang benarlah yang
diterima dan dalam keadaan baik. Di organisasi besar, unit penerimaan
yang terpisah bertanggung jawab atas penerimaan barang-barang tersebut.
Departemen penerimaan menerima barang dan meneruskannya ke
departemen permintaan.
5.
Mengakui klaim atas barang atau jasa yang diterima.
Setelah barang diterima, pemasok
akan mengirimkan
faktur. Jika
tagihannya akurat, Departemen Utang Usaha mencatat faktur tersebut.
6.
Memilih faktur yang akan dibayar.
Banyak perusahaan memilih faktur-faktur yang akan dibayar berdasarkan
suatu jadwal, sering kali mingguan.
7.
Menulis cek.
Setelah memilih faktur
yang akan dibayar, cek ditulis, ditandatangani, dan
dikirim ke pemasok.
2.3.6.
Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi Pembelian
Menurut Mulyadi (2010: 301-302), jaringan prosedur yang membentuk
sistem akuntansi pembelian adalah:
a.
Prosedur permintaan pembelian. Dalam prosedur ini fungsi gudang
mengajukan permintaan pembelian dalam formulir surat permintaan
pembelian kepada fungsi pembelian.
b.
Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan
pemasok. Dalam
prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran
harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga
barang dan berbagai syarat pembelian yang lain, untuk memungkinakn
pemilihan pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok barang yang
diperlukan oleh perusahaan.
(1)
Sistem akuntansi pembelian dengan pengadaan langsung.
(2)
Sistem akuntansi pembelian dengan penunjukan langsung.
(3)
Sistem akuntansi pembelian dengan lelang.
c.
Prosedur order pembelian. Dalam prosedur ini fungsi pembelian
mengirim surat order pembelian kepada pemasok yang dipilih dan
memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan
(misalnya fungsi penerimaan, fungsi yang meminta barang, fungsi pencatat
|
17
utang) mengenai order pembelian yang sudah dilkeluarkan oleh
perusahaan.
d.
Prosedur permintaan barang. Dalam prosedur ini fungsi penerimaan
melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas, dan mutu barang yang
diterima dari pemasok, dan kemudian membuat laporan penerimaan barang
untuk menyatakan penerimaan barang dari pemasok tersebut.
e.
Prosedur pencatatan utang. Dalam prosedur ini fungsi akuntansi
memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelian (surat
order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) dan
menyelenggarakan pencatatan utang atau mengarsipkan dokumen sumber
catatan utang.
f.
Prosedur distribusi pembelian. Dalam prosedur ini meliputi rekening
yang didebit dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan
laporan manajemen.
2.3.7.
Resiko Pelaksanaan dan Pencatatan Dalam Siklus Perolehan
Menurut Jones dan Rama (2009: 70-71),
resiko pelaksanaan dan
pencatatan dalam siklus perolehan yaitu :
A.
Resiko pelaksanaan untuk penerimaan barang dan jasa. Resiko pelaksanaan
adalah resiko-resiko yang berhubungan dengan pertukaran barang atau jasa
yang sebenarnya dengan pemasok.
1.
Barang atau jasa yang diterima tidak terotorisasi.
2.
Penerimaan barang atau jasa yang diharapkan tidak terjadi, terlambat,
atau secara tidak sengaja dilakukan dua kali.
3.
Jenis barang atau jasa yang diterima salah.
4.
Salah jumlah, kualitas, atau harga.
5.
Salah pemasok.
B.
Risiko pencatatan. Risiko pencatatan menunjukkan risiko bahwa informasi
kejadian tidak ditangkap secara akurat dalam sistem informasi perusahaan.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, untuk fungsi pembelian
dan
penerimaan, kejadian-kejadian meliputi membuat permintaan, pesanan
pembelian, dan menerima barang dan jasa.
1.
Mencatat kejadian (permintaan, pesanan pembelian, atau penerimaan)
yang tidak pernah terjadi.
|
18
2.
Kejadian tidak dicatat sama sekali, terlambat dicatat, atau sengaja
dicatat dua kali.
3.
Kesalahan dalam mencatat unsur-unsur data seperti berikut ini:
a.
Jenis barang atau jasa salah.
b.
Salah jumlah atau harga.
c.
Agen eksternal atau internal salah
d.
Salah mencatat unsur-unsur data lainnya yang disimpan di
record kejadian seperti tanggal, syarat-syarat kredit, akun buku
besar, dan sebagainya.
2.3.8.
Pengendalian Internal Pada Siklus Pembelian
Menururt Jones dan Rama (2009: 72-74), pengendalian internal pada
siklus pembelian meliputi :
1.
Pemisahaan tugas. Menunjukkan bagaimana tugas-tugas dipisahkan di
dalam siklus perolehan. Pengendalian internal diperkuat ketika individu
yang berbeda ditugaskan untuk otorisasi, pelaksanaan (eksekusi), dan
pencatatan transaksi.
2.
Penggunaan informasi dari kejadian sebelumnya untuk mengendalikan
aktivitas
3.
Urutan kejadian yang diharuskan. Diagram aktivitas mempermudah
pemahaman atas urut-urutan aktivitas yang harus terjadi.
4.
Menindaklanjuti kejadian. Ketika suatu kejadian dalam sebuah siklus
terjadi, biasanya kejadian tersebut menetapkan suatu prediksi atas kejadian
lain di masa mendatang.
5.
Dokumen bernomor urut.
6.
Pencatatan agen internal yang bertanggung jawab atas kejadian dalam
suatu proses. Meskipun diagram aktivitas tidak menunjukkan apakah
akuntabilitas seperti itu dipelihara, diagram tersebut dapat sangat
bermanfaat dalam menganalisis kebutuhan atas pengendalian ini.
7.
Pembatasan akses ke asset dan informasi. Meskipun asset tidak secara
langsung ditunjukkan pada diagram, tampak bahwa sangatlah mungkin
untuk membatasi akses hanya kepada beberapa individu.
|
19
8.
Rekonsilisasi catatan dengan bukti fisik aset. Perhitungan fisik persediaan
secara periodic merupakan pengendalian penting yang digunakan oleh
perusahaan.
2.3.9.
Dokumen yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2010: 303-308), dokumen yang digunakan dalam
sistem akuntansi pembelian adalah:
1.
Surat permintaan pembelian. Dokumen ini merupakan forumulir yang
diisi oleh fungsi gudang atau fungsi pemakai barang untuk meminta
fungsi pembelian melakukan pembelian barang dengan jenis, jumlah, dan
mutu seperti yang tersebut dalam surat tersebut.
2.
Surat permintaan penawaran harga. Dokumen ini digunakan untuk
meminta penawaran harga bagi barang yang pengedarannya tidak bersifat
berulangkali terjadi (tidak repetitife), yang menyangkut jumlah rupiah
pembelian yang besar.
3.
Surat
order pembelian. Dokumen ini digunakan untuk memesan barang
kepada pemasok yang telah dipilih. Dokumen ini terdiri dari berbagai
tembusan dengan fungsi sebagai berikut:
a.
Surat order pembelian.
b.
Tembusan pengakuan oleh pemasok.
c.
Tembusan bagi unit peminta barang.
d.
Arsip tanggal penerimaan.
e.
Arsip pemasok.
f.
Tembusan fungsi penerimaan.
g.
Tembusan fungsi akuntansi.
4.
Laporan penerimaan barang. Dokumen ini dibuat oleh fungsi
penerimaan untuk menunjukkan bahwa barang yang diterima dari
pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu, dan kuantitas seperti
yang tercantum dalam surat order pembelian.
5.
Surat perubahan order pembelian. Kadangkala diperluakan perubahan
terhadap isi surat order pembelian yang sebelumnya telah diterbitkan.
6.
Bukti kas keluar. Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar
pencatatan transaksi pembelian. Dokumen ini juga berfungsi sebagai
|
20
perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang kepada pemasok dan
yang sekaligus berfungsi sebagai surat pemberitahuan kepada kreditur
mengenai maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance advice)
2.3.10. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Menurut Mulyadi (2010: 308-310), catatan akuntansi yang digunakan
untuk mencatat transaksi pembelian adalah:
1.
Register bukti kas keluar (voucher register).
2.
Jurnal pembelian.
3.
Kartu utang.
4.
Kartu persediaan.
2.4.
Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.4.1
Pengertian Persediaan
Menurut Mulyadi (2010: 553), dalam perusahaan dagang, persediaan
hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan barang
yang dibeli untuk tujuan dijual kembali.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009), persediaan adalah :
1.
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa.
2.
Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
3.
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies)
untuk digunakan dalam
proses atau pemberian jasa.
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk
dijual
kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual
kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
Persediaan juga mencakupi
barang jadi yang diproduksi,
atau barang dalam
penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. (PSAK No.14).
2.4.2
Prosedur Persediaan
Sistem dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akuntansi
persediaan menurut Mulyadi (2010: 559-575) adalah:
a.
Prosedur pencatatan produk jadi.
|
21
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya
produksi.
b.
Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan
disamping prosedur lainnya seperti: perosedur order penjualan, prosedur
persetujuan kredit, prosedur pengiriman barang, prosedur penagihan,
prosedur pencatatan piutang.
c.
Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang diterima kembali dari
pembeli.
Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan oleh pembeli, maka
transaksi retur penjualan ini akan memperngaruhi persedian produk jadi,
yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam kartu gudang yang
diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan harga
pokok jadi yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam kartu
persediaan produk jadi.
d.
Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok
persediaan produk dalam proses.
Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh
perusahaan pada ahir periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan
dan laporan keuangan tahunan.
e.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli.
f.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada
pemasok.
Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada pemasok, maka
transaksi retur pembelian ini akan memperngaruhi persediaan yang
bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang
yang diselenggarakan oleh bagian Gudang dan mengurangi
kuantitas dan
harga pokok persediaan yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan dalam
kartu persediaan yang bersangkutan.
g.
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
akuntansi biaya produksi.
|
22
h.
Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang.
Transaksi pengembalian barang gudang mengurangi biaya dan menambah
persediaan barang digudang.
i.
Sistem perhitungan fisik persediaan.
Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh perusahaan
untuk
menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang,
yang
hasilnya
digunakan untuk meminta pertanggungjawaban Bagian Gudang
mengenai
pelaksanaan fungsi penyimpanan, dan pertanggung jawaban
Bagian Kartu Persediaan mengenai keandalan (adjustment) terhadap
catatan persediaan di Bagian Kartu Persediaan.
2.4.3
Manajemen Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2011: 83) mengatakan bahwa manajer
operasi membuat sistem-sistem untuk mengelola persediaan.
2.4.3.1
Akurasi Catatan
Menurut Heizer
dan Render (2011: 86), kebijakan-kebijakan
persediaan yang baik tidak ada artinya jika manajemen tidak
mengetahui persediaan yang tersedia. Akurasi catatan adalah sebuah
unsur kritis dalam sistem produksi dan persediaan.
Hanya ketika
sebuah organisasi dapat menentukan secara akurat apa yang
dimilikinya sekarang, organisasi tersebut dapat mengambil keputusan
yang tepat mengenai pemesanan, penjadwalan, dan pengiriman.
Untuk menjamin akurasi, penyimpanan catatan masuk dan keluar
harus baik, begitu juga keamanan ruang penyimpanan. Sebuah ruang
penyimpanan yang tertata dengan baik akan memiliki akses yang
terbatas, housekeeping
yang bagus, dan area penyimpanan yang
menyimpan persediaan dalam jumlah yang tepat.
2.4.3.2
Titik-titik Pemesanan Ulang
Menurut Heizer dan Render (2011: 99-100), model-model
persediaan sederhana mengasumsikan sebuah pesanan akan diteima
saat itu juga. Dengan kata lain mereka mengasumsikan (1) sebuah
perushaan akan menempatkan sebuah pesanan ketika tingkat
persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol dan (2)
perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.
|
23
Bagaimanapun juga, waktu antara penempatan dan penerimaan
sebuah pesanan, disebut waktu tunggu (lead time) atau waktu
pengantaran.
Jadi, keputusan kapan harus memesan biasanya
dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik pesanan ulang (reorder
point- ROP), yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah
mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.
Perhitungan reorder point menggunakan rumus:
ROP = (Permintaan per hari) x (Waktu tunggu
untuk pesanan baru
dalam hari) = d x L + safety stock
Keterangan:
ROP = reorder point, titik pemesanan ulang.
D = permintaan per hari (d=D/ jumlah hari kerja).
L = lead time, waktu pengiriman.
Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang
mengizinkan terjadinya ketidaksamaan permintaan atau dengan kata
lain sebuah penyangga.
2.5.
Sistem Informasi Akuntansi Retur
2.5.1.
Pengertian Retur
Menurut Mulyadi
(2010: 335-336),
barang yang sudah diterima dari
pemasok adakalanya tidak sesuai dengan barang yang dipesan menurut surat
order pembelian. Ketidaksesuaian tersebut terjadi kemungkinan karena barang
yang diterima tidak cocok dengan spesifikasi yang tercantum dalam surat order
pembelian, barang mengalami kerusakan dalam pengiriman, atau barang yang
diterima melewati tanggal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok.
Sistem
retur pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengembalian barang yang
sudah dibeli kepada pemasoknya.
2.5.2.
Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem retur pembelian adalah:
1.
Fungsi Gudang.
2.
Fungsi Pembelian.
3.
Fungsi Pengiriman.
4.
Fungsi Akuntansi.
2.5.3.
Dokumen yang Digunakan
|
24
Dokumen yang digunakan dalam sistem retur pembelian adalah:
1.
Memo debit, merupakan formulir yang diisi oleh fungsi pembelian
yang memberikan otorisasi bagi fungsi pengiriman untuk mengirimkan
kembali
barang yang telah dibeli oleh perusahaan dan bagi fungsi
akuntansi untuk mendebit rekening utang karena transaksi retur pembelian.
2.
Laporan pengiriman barang, dokumen ini dibuat oleh fungsi
pengiriman untuk melaporkan jenis dan kuantitas barang yang dikirimkan
kembali kepada pemasok sesuai dengan perintah retur pembelian dalam
memo debit dari fungsi pembelian.
2.5.4.
Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Retur Pembelian
Menurut Mulyadi
(2010: 339),
sistem retur pembelian terdiri dari
jaringan prosedur berikut ini:
a.
Prosedur perintah retur pembelian, retur pembelian terjadi atas
perintah
fungsi pembelian kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan kembali
barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan kepada pemasok yang
bersangkutan.
b.
Prosedur pengiriman barang,
dalam prosedur ini
fungsi pengiriman
menginginkan barang kepada pemasok sesuai dengan perintah retur
pembelian yang tercantum dalam memo debit dan membuat laporan
pengiriman barang untuk transaksi retur pembelian tersebut.
c.
Prosedur pencatatan utang, dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan retur pembelian (memo
debit dan laporan pengiriman barang) dan menyelenggarakan pencatatan
berkurangnya utang dalam kartu utang atau mengaripkan dokumen memo
debit sebagai pengurang utang.
2.6.
Sistem Informasi Akuntansi Utang
2.6.1.
Pengertian Utang
Menurut Harahap dan Wardhani (2010: 10-14), utang adalah instrumen
yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan, perusahaan yang
mengalami tingkat pertumbuhan akan memerlukan tambahan modal untuk
membiayai pertumbuhannya. Manajeman perusahaan akan mengambil
keputusan-keputusan yang dapat mendukung terciptanya tingkat pertumbuhan
yang baik bagi perusahaan. Dalam hal ini, keputusan yang akan mereka
|
25
pertimbangkan adalah keputusan mengenai sumber modal yang akan mereka
pergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Salah satu modal yang
dapat mereka pergunakan adalah utang.
2.6.2.
Prosedur Pencatatan Utang
Menurut Mulyadi
(2010: 342),
ada dua metode pencatatan utang:
account payable
dan voucher
payable procedure. Dalam account procedure,
catatan utang adalah berupa kartu utang yang diselenggarakan untuk tiap
kreditur, yang memperlihatkan catatan mengenai nomor faktur dari pemasok,
jumlah yang terutang, jumlah pembayaran, dan saldo utang. Dalam voucher
payable procedures, tidak diselenggarakan kartu utang, namun digunakan arsip
voucher (bukti kas keluar) yang disimpan dalam arsip menurut abjad atau
menurut tanggal jatuh temponya. Arsip bukti kas keluar ini berfungsi sebagai
catatan utang.
2.6.3.
Voucher Payable Procedures
Menurut Mulyadi
(2010: 345-349),
dokumen yang digunakan dalam
voucher payable procedure adalah:
1.
Bukti kas keluar atau kombinasi bukti kas keluar dan cek (voucher
atau
voucher
check). Bukti kas keluar ini merupakan formulir pokok dalam
voucher payable procedure. Formulir ini mempunyai 3 fungsi: (1) sebagai
surat perintah kepada bagian kasa untuk melakukan pengeluaran kas
sejumlah yang tercantum didalamnya, (2) sebagai pemberitahuan kepada
kreditor mengenai tujuan pembayarannya (sebagai remittance advice), dan
(3) sebagai
media untuk dasar pencatatan utang dan persediaan atau
distribusi lain.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam voucher
payable
procedure
adalah:
1.
Register bukti kas keluar (voucher register).
2.
Register cek (check register).
Prosedur pencatatan utang dengan voucher payable procedure
dapat
dibagi menjadi berikut:
1.
One-time Voucher procedures.
One-time Voucher procedures
ini
dibagi menjadi dua:
a.
One-time Voucher procedures dengan dasar tunai (cash basis).
Dalam prosedur ini, faktur yang diterima oleh fungsi akuntansi
|
26
dari pemasok disimpan dalam arsip sementara menurut tanggal
jatuh temponya. Pada saat jatuh tempo faktur tersebut, fungsi
akuntansi membuat bukti kas keluar dan kemudian mencatatnya
dalam jurnal pengeluaran kas.
b.
One-time Voucher procedures dengan dasar waktu (accrual
basis) dalam prosedur ini, pada saat faktur diterima oleh bagian
utang dari pemasok, langsung dibuatkan bukti kas keluar oleh
bagian utang, yang kemudian dasar dokumen ini dilakukan
pencatatan transaksi
pembelian dalam register kas keluar
(voucher register). Pada saat bukti kas keluar tersebut jatuh
tempo, dokumen ini dikirimkan ke bagian kasa sebagai dasar
untuk membuat cek untuk dibayarkan kepada pemasok.
Pengeluaran cek ini dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
Prosedur ini sering juga disebut sebagai full-fledged voucher
system.
2.
Built-up Voucher Prochedure. Dalam prosedur ini, satu set voucher
dapat digunakan untuk menampung lebih dari satu faktur dari
pemasok.
2.7.
Pengertian Cash Flow Management
Menurut Vladimir (2012: 5), It is hard to overestimate the importance of cash
in business. Playing a vital role, cash is considered to be a king in firms' operations.
The availability of cash ensures that a company can meet payroll, tax payments,
wages, etc. It is a daily concern which requires a good control, planning, forecasting
and analyzing. All these activities are an indispensable part of cash flow
management.
2.8.
Pengertian Risk Management
Menurut Siayor
(2010: 17), risk management is: a process of understanding
and managing the risks that the entity is inevitably subject to in attempting to achieve
its corporate objectives. For management purposes, risks are usually divided into
categories such as operational, financial, legal compliance, information and
personnel.
2.9.
Pengendalian Internal
Menururt Jones dan Rama (2009: 132), Pengendalian internal adalah suatu
proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya,
|
27
yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan
pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektifitas dan efisiensi operasi;
keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
2.9.1.
Pengendalian Internal Menurut Laporan COSO
Menururt Jones dan Rama (2009: 133), laporan COSO
mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang berpengaruh
terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian
internal.
1.
Lingkungan pengendalian, mengacu pada faktor-faktor umum yang
menetapkan sifat organisasi dan mempengaruhi kesadaran keryawannya
terhadap pengendalian.
2.
Penentuan resiko, identifikasi dan analisa resiko yang mengganggu
pencapaian sasaran pengendalian internal.
3.
Aktivitas pengendalian, adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan
oleh organisasi untuk menghadapi resiko. Aktifitas pengendalian meliputi
hal-hal berikut: (1) Penelaahan kinerja, (2) Pemisahan tugas, (3)
Pengendalian aplikasi, dan (4) Pengendalian umum.
4.
Informasi dan komunikasi, sistem informasi perusahaan merupakan
kumpulan prosedur dan record
yang dibuat untuk memulai, mencatat,
memproses, dan melaporkan kejadian pada proses entitas.
5.
Pengawasan, manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk
memastikan bahwa pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana
dimaksudkan.
2.10
Metode Analisis
Menurut Satzinger et al. (2005: 60) object oriented analysis
mendefinisikan semua tipe objek yang melakukan pekerjaan di dalam sistem
dan menunjukkan apa saja
interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Object oriented design mendefinisikan semua tipe objek yang
dibutuhkan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang dan alat-alat didalam
sistem serta menunjukkan bagaimana objek-objek tersebut berinteraksi untuk
|
28
menyelesaikan tugas dan
menyempurnakan definisi dari masing-masing objek
agar dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.
2.10.1
Business Modeling
Menurut Satzinger et al. (2005: 86-94), tujuan utama dari
disiplin ilmu permodelan bisnis adalah untuk memastikan bahwa
pengembang sistem benar-benar memahami kebutuhan bisnis dan akan
memberikan sebuah solusi, pada kenyataanya, membahas isu-isu yang
sesuai dengan proses bisnis.
Didalam business modeling
terdapat tiga
aktivitas yang digunakan yaitu:
2.10.1.1
Understanding The Business Environment
Tujuan dari aktivitas adalah memahami konteks proyek yang
harus di operasikan. Satu dari dokumen pertama adalah sebuah tim
menghasilkan sebuah pernyataan dari permasalahan bisnis yang harus
diselesaikan. Bagian ke dua dari memahami lingkungan bisnis adalah
mempertimbangkan kebutuhan interface
dari sistem yang lainnya dan
mengevaluasi arsitektur yang ada.
2.10.1.2
Creating The System Vision
Tujuan dari pembangunan sistem adalah untuk memastikan
apakah pemahaman yang jelas tentang bagaimana pengembangan dari
sebuah proyek dan sistem yang baru telah berkontribusi pada arah
strategis organisasi.
2.10.1.3
Creating Business Models
Banyak area yang berbeda dari sebuah bisnis yang harus
dipahami dan di peragakan untuk mengembangkan sebuah sistem
solusi yang comprehensive.
Area pertama menjelaskan apa yang
dibutuhkan didalam tujuan sebuah bisnis, area kedua menjelaskan
secara detail yang dilakukan oleh pegawai diperusahaan.
2.10.2
Requirements Discipline
Menurut Satzinger et al. (2005: 126-127), didalam
pembahasan ini, berfokus kepada internal details dari sebuah sistem
dari apa itu tujuan dari sebuah bisnis dan bagaimana cara mencapai
tujuan tersebut. Terdapat aktivitas dalam requirements discipline yaitu:
|
29
1.
Mengumpulkan informasi secara rinci.
2.
Mendefinisikan persyaratan fungsional.
3.
Mendefinisikan persyaratan nonfungsional.
4.
Memprioritaskan kepada kebutuhan atau persyaratan.
5.
Mengembangkan user interface dialogs.
6.
Mengevaluasi kebutuhan pengguna.
2.10.3
Design Discipline Activities
Menurut Satzinger et al. (2005: 263-264), pengembangan
sistem adalah disiplin ilmu yang menggambarkan organisasi, dan
struktur dari komponen sistem yang keduanya pada level arsitektur, dan
level detail, dengan tujuan untuk merancang dan mengembangkan
tujuan dari sistem. Architectural design adalah desain keseluruhan dari
struktur sistem. Ada enam tahap dalam design yaitu:
1. Design support service architecture and deployment environment.
2. Design the software architecture.
3. Design use case realization.
4. Design the database.
5. Design the system and user interface.
6. Design the system security and control.
Menurut Satzinger et al. (2005: 508-510), Input integrity controls,
digunakan dengan seluruh mekanisme masukan, dari perangkat
elektronik untuk standarisasi
masukan menggunakan keyboard.
Pengendalian masukan adalah level tambahan dari verifikasi yang
membantu mengurangi error dalam penginputan data.
Terdiri dari
empat teknik pengendalian adalah:
a. Field combination control, mereview beberapa kombinasi dari
kolom untuk memastikan bahwa data yang dimasukkan benar.
b. Value limit control, sebuah cara untuk memeriksa angka untuk
memastikan bahwa jumlah yang dimasukkan masuk akal.
c. Completeness control, memastikan bahwa semua kolom benar
benar selesai dimasukkan.
d. Data validation control, memastikan bahwa kolom angka yang
berisikan kode adalah benar.
|
30
Database intergrity control,
kebanyakan database management
system menyediakan tambahan lapisan pengendalian. Ada lima area
utama dari keamanan dan pengendalian yang diimplementasikan
kedalam database yaitu:
a.
Access control, kembali kepada kemampuan pengguna untuk
mendapatkan akses kedalam data.
b.
Encryption, digunakan dikedua data
didalam database
dan
penyebaran data, khususnya keseluruhan secara umum.
c.
Transaction control, sebuah teknik dari informasi terbaru
kedalam database pada saat login yang digunakan sebagai audit
informasi terdiri atas id, tanggal, waktu, data masukan, dan tipe
update.
d.
Update control, database management system didesain untuk
mendukung program aplikasi secara bersama-sama.
2.10.4
Implementation
Menurut Satzinger et al. (2005: 532), aktivitas yang terkait
dengan komponen software, yang dibangun atau diperoleh, tergantung
pada proyek tertentu. Component adalah modul software
yang dirakit,
siap digunakan, dan dengan interface
yang baik untuk menyambung
kepada client atau bagian lain didalam sistem.
Terdapat 3 langkah
dalam implementasi yaitu: 1.) Build software components, 2.) Acquire
software component, dan 3.) Intergrate software components.
2.10.5
Dockument Flowchart
Analisa yang digunakan untuk menganalisa kegiatan proses
bisnis perusahaan salah satunya adalah menggunakan flowchart.
Menurut Mulyadi (2010: 60-63), sistem akuntansi dapat dijelaskan
dengan menggunakan bagan alir dokumen.
Gambar 2.2,
melukiskan
simbol-simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk
membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tertentu.
|
![]() 31
Gambar 2.1 Simbol dalam document flowchart
2.11
Metode Perancangan
2.11.1
Activity Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 144), salah satu cara efektif
untuk menangkap informasi mengenai proses bisnis adalah melalui
penggunaan diagram. Satu manfaat dari menggunakan diagram
dan
models adalah menjadikan mekanisme komunikasi yang kuat antara tim
proyek dan pengguna. Activity diagram adalah diagram alur kerja
sederhana yang menggambarkan aktivitas dari user (atau sistem) yang
berbeda-beda, pihak yang melakukan tiap aktivitas, dan aliran yang
berurutan dari aktivitas-aktivitas tersebut.
|
![]() 32
Gambar 2.2 Activity Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:145)
2.11.2
Event Table
Menurut Satzinger et al. (2005: 167), event adalah sesuatu yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dideskripsikan dan
bernilai untuk diingat. Event terbagi dalam 3 tipe, yaitu:
(1) External event: event atau kejadian yang terjadi diluar sistem, biasanya
dimulai oleh external agent. External agent
adalah orang atau unit
organisasi yang menyediakan atau menerima data dari sistem, tetapi
belum tentu mereka adalah pengguna sistem. Contoh sederhana dari
external event adalah pada saat pelanggan ingin melakukan pemesanan
untuk satu atau lebih sebuah produk. Kejadian ini adalah sesuatu dasar
yang penting dalam pengolahan sistem pesanan
. . Tetapi kejadian
lainnya masih berhubungan dengan pelanggan
(2) Temporal event: event yang terjadi sebagai hasil dari tercapainya suatu
titik
waktu tertentu. Banyaknya sistem informasi akan menghasilkan
output
yang mendefinisikan interval seperti sistem penggajian yang
menghasilkan cek gaji setiap dua minggu (atau setiap bulan). Event ini
berbeda dari external event
pada saat sistem harus secara otomatisasi
menghasilkan kebutuhan output
tanpa
harus diperintah. Dengan kata
lain, external agent
tidak membuat
permintaan, tetapi sistem harus
menghasilkan output
yang
dibutuhkan ketika informasi tersebut
dibutuhkan. Contoh sederhana dari
temporal event
adalah ketika
|
![]() 33
tagihan telah diberikan kepada pelanggan pada saat penjualan terjadi,
jika tagihan tersebut belum dibayarkan selama 15 hari sistem akan
mengirimkan pemberitahuan terahir. Dari contoh disini menunjukkan
bahwa temporal event
pada saat waktu mengirimkan pemberitahuan
terahir pada saat 15 hari setelah tanggal tagihan.
(3) State event: event
yang terjadi ketika sesuatu terjadi di dalam sistem
sehingga yang memicu adanya kebutuhan untuk proses selanjutnya.
Contoh sederhana dari state event
adalah jika stok persediaan berada
dibawah reorder point, maka state event yang
dihasilkan yaitu
pemberitahuan yang berupa telah mencapai reorder point.
Event table
adalah katalog dari sebuah use case
yang beisikan event
dalam dan potongan-potongan kunci dari sebuah informasi mengenai
tiap-tiap kejadian di dalam kolom. Event table terdiri atas baris-baris
dan kolom-kolom, yang merepresentasikan kejadian dan detail dari
masing-masing kejadian. Event table berisikan informasi yang terdiri
dari:
a.
Event : kejadian yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.
b.
Trigger
: sinyal yang memberitahukan kepada sistem bahwa
suatu event terjadi, baik karena adanya data yang harus diproses
ataupun karena titik waktu tertentu.
c.
Source : external agent atau aktor (berupa orang, bukan sistem
atau database).
d.
Use case : interaksi antara aktor dengan sistem.
e.
Response : keluaran atau output yang dihasilkan oleh sistem.
f.
Destination : external agent yang menerima data dari sistem.
Gambar 2.3 Event Table
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:175)
|
![]() 34
2.11.3
Use Case Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 214), use case adalah aktivitas
yang
dilakukan oleh sistem dalam merespon event yang terjadi. Actor
merupakan orang atau sesuatu yang sesungguhnya menyentuh atau
berinteraksi dengan sistem. Actor
selau berada diluar automation
boundary
dari sebuah sistem tetapi sebagai bagian dari pengguna
sistem.
Gambar 2.4 Use Case Diagram
2.11.4
Use Case Description
Menurut Satzinger et al (2005:220), use case description
merupakan sebuah rincian penjelasan dari sebuah proses yang telah
digambarkan dalam use case diagram.
Use Case Description dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
7.
Brief Description
Brief Description digunakan untuk use case yang sangat
sederhana dan bila sistem yang dibangun berskala kecil.
Gambar 2.5 Brief Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:221)
8.
Intermediate Description
Intermediate Description merupakan pengembangan dari brief
description untuk menyertakan aliran internal dari aktifitas
|
![]() 35
untuk sebuah use case. Exception dapat didokumentasikan jika
diperlukan.
Gambar 2.6 Intemediate Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:222)
9.
Fully Developed Description
Fully Developed Description adalah metode paling formal yang
dapat digunakan dalam mendokumentasikan use case.
|
![]() 36
Gambar 2.7 Fully Developed Description dari Use Case
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:223)
2.11.5
Statechart Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 214), statechart
adalah sebuah
diagram yang menunjukkan dalur hidup dari sebuah objek yang
menunjukkan suatu keadaan atas peralihan atau perubahan yang terjadi.
2.11.6
Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 179-180), terdapat tiga langkah
dalam mengembangkan suatu daftar mengenai apa yang dibutuhkan
oleh sistem untuk menyimpan sebuah informasi. Langkah pertama
menggunakan event table
dan informasi di
setiap kejadian, langkah
kedua menggunakan informasi lainnya dari sumber yang lain, prosedur
|
![]() 37
sebelumnya, dan laporan sebelumnya, dan langkah ke tiga
memperbaiki daftar dan catatan pendapat atau isu untuk digali.
Menurut Satzinger et al. (2005: 185), class diagram
adalah diagram
yang digunakan untuk mendefinisikan problem domain classes. Pada
class diagram,
kotak segi empat menggambarkan classes
dan garis
yang
menghubungkan
kotak segi empat ke antar class
untuk
menunjukkan asosiasi antar class.
Tabel 2.1 Hubungan relasional antar class
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:186)
Hubungan
Simbol
Zero to one (optional)
0..1
One and only one (mandatory)
1
One and only one alternate (mandatory)
1..1
Zero or more (optional)
0..*
Zero or more alternate (optional)
*
One or more (mandatory)
1..*
"Stereotype Name"
Class Name :: Parent Class
Attribute list
Visibility name :type -
expression=initial-
value {property}
Method List
Visibility name:type-expression
(parameter list)
Gambar 2.8 Design Class Notation
(Sumber: Satzinger et al. (2005: 304)
|
![]() ![]() 38
Penjelasan Gambar 2.3,
format analisis yang digunakan untuk
menjelaskan masing-masing atribut:
1)
Attribute visibility: visibility menunjukkan apakah object lain dapat
mengakses attribute secara langsung. A
+ (plus) adalah sebuah
tanda yang mengindikasikan
attribute dapat terlihat atau bersifat
public, dan a
(minus) menandakan bahwa attribute tidak dapat
terlihat atau bersifat private.
2)
Attribute name
3)
Type-expression: a type-expression
yang dapat
berupa character,
string, integer, number, currency, atau date.
4)
Initial value
5)
Property: ditempatkan dalam kurung kurawal. Contoh: {key}.
Format yang digunakan dalam method list:
a.
Method visibility
b.
Method name
c.
Type-expression: (tipe dari return parameter dari method).
d.
Method parameter list: (argument yang masuk).
Gambar berikut ini contoh dari hasil UML Class Diagram yang
telah terisi dengan nama class, attributes, dan method sebagai berikut:
Gambar 2.9 UML Class Diagram
(Sumber: Satzinger et al. (2005: 185))
Menurut Satzinger et al. (2005: 189), ada dua hirarki dalam
notasi class diagram, yaitu:
1.
Generalization / specialization notation
|
39
Generalization adalah pertimbangan akan kelompok dengan jenis tipe
yang sama, contohnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil,
motor, sepeda, pesawat, dan sebagainya. Sedangkan specialization
adalah sifat atau karakteristik umum akan jenis-jenis hal yang berbeda,
sebagai contoh jenis khusus dari mobil adalah mobil sport, sedan, jeep,
dan sebagainya. Generalization/specialization hierarchy digunakan
untuk mengurutkan atau memberikan tingkatan akan hal-hal umum
menjadi khusus.
2.
Whole-part hierarchy notation
Whole-part hierarchies
menggambarkan hubungan keterkaitan antara
sebuah objek dengan komponennya. Ada dua jenis whole-part
hierarchies, yaitu aggregation
dan composition. Aggregation
digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara agregat
(keseluruhan) dan komponennya (bagian-bagian) dimana bagian-bagain
tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah. Sedangkan composition
digunakan untuk menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih
kuat, dimana tiap-tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.
2.11.6.1
First-Cut Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 309), first-cut class
diagram adalah pengembangan dengan memperluas
domain
model class diagram. Ini membutuhkan dua langkah: (1)
mengelaborasi attribute
dengan tipe dan informasi awal.
(2)
menambahkan navigation visibility arrows.
|
![]() 40
Gambar 2.10 First-cut Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:311)
2.11.6.2
Updating Class Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 337),
design class
diagrams
sekarang dapat dikembangkan
dengan
menggunakan beberapa layer.
Didalam view layer
dan data
access layer, beberapa class
baru harus lebih di
spesifikasikan.
Sekarang beberapa sequence diagrams
dapat
diciptakan, metode informasi dapat ditambahkan ke dalam
classes.
|
![]() 41
Gambar 2.11 Updated Design Class Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:340)
2.11.7
System Sequence Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 315), system sequence diagam
digunakan untuk menjelaskan antara interaksi antar objek dan dokumen
rancangan keputusan. Perlu di ingat System Sequence Diagram (SSD)
digunakan untuk mendokumentasikan masukan dan keluaran sistem
untuk use case tunggal atau scenario. Sebuah system sequence diagram
menggambarkan interaksi antara
sistem dengan dunia luar yang
direpresentsikan oleh actor. Sistem itu sendiri
diperlakukan sebagai
object tunggal yang dinamakan dengan :System.
|
![]() 42
Gambar 2.12 Notation of Sequence Diagram
2.11.8
Data Access Layer Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 322-323), prinsip pemisahan
tanggung jawab diberlakukan pada data access layer. Pada sistem yang
lebih kecil
atau rumit, keberadaan perancangan two-layer, di dalam
pernyataan SQL untuk mengakses database
telah tertanam business
logic layer. Di dalam Object-Oriented
atau (OO) perancangan
two-
layer, menunjukkan bahwa perintah
SQL termasuk di dalam metode
dari permasalahan domain classes. Bagaimanapun, besarnya atau lebih
rumitnya sebuah sistem, lebih masuk akal untuk membuat kelas-kelas
yang memiliki tanggung jawab yang erat untuk menjalankan perintah
database SQL, mendapatkan
hasil dari query, dan menyediakan
informasi untuk domain layer. Seiring
dengan bertambah canggihnya
perangkat keras dan jaringan, multilayer
design menjadi semakin
penting untuk mendukung jaringan multilayer dimana database server
berada di satu mesin, logika bisnis berada di server
lainnya, dan user
interface yang berada di beberapa mesin desktop client. Dengan adanya
cara baru seperti ini dalam merancang sebuah sistem tidak hanya
membangun sebuah sistem yang kokoh akan tetapi membuat sistem
menjadi lebih flexible.
Setiap kali akan mengeksekusi printah SQL di dalam database
memungkinkan program
untuk mengakses
catatan atau pasangan
rekaman data dari sebuah database. Salah satu permasalahan dengan
program
object-oriented dalam menggunakan database
adalah sedikit
|
![]() 43
ketidakcocokan antara program
yang dikatikan dengan bahasa
pemograman dan perintah SQL database.
Gambar 2.13 Completed Three-Layer Design Sequence Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:229)
2.11.9
Package Diagram
Menurut Satzinger et al. (2005: 339-342), package diagram
adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan perancang sistem
untuk mengasosiasikan
kelas-kelas dari grup-grup yang saling
berhubungan. Dalam diagram interaksi, objek
harus dari beberapa
layer yang menampilkan secara bersama di dalam diagram yang
sama. Notasi dari package diagram berbentuk kotak persegi panjang
berlabel (tabbed rectangle). Nama dari package biasanya tertera pada
label, sedangkan kelas-kelas yang dimiliki oleh package ditempatkan
didalam kotak persegi panjang. Kelas-kelas tersebut memiliki
keterkaitan dengan layer yang berbeda ini adalah sebagai bentuk dari
pengembangan didalam interaksi sesama
diagram.
Untuk
mengembangkan package
diagram
ini, secara mudah informasi
dipecah dari design class diagram
dan interaction diagram. Simbol
lainnya
yang digunakan dalam package diagram adalah titik-titik
panah (dashed
arrow), yang mewakili dependency relationship.
Buntut panah terhubung
dengan dependent package, sedangkan
kepala panah terhubung
dengan
independent package. Dependency
|
![]() 44
relationship sendiri menggambarkan
suatu hubungan antar elemen
dalam package diagram, class diagram, dan interaction diagram,
yang mengindikasikan dimana jika terjadi
perubahan pada suatu
elemen (elemen yang independent), maka elemen
lainnya (elemen
yang dependent) juga berdampak di dalam sistem, jadi percancang
dapat melacak secara langsung dampak dari perubahan yang terjadi.
Gambar 2.14 Package Diagram
Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:345)
2.11.10
User Interface Storyboard
Menurut Satzinger et al. (2005: 460),
user interface
storyboard adalah sebuah teknik yang digunakan untuk rancangan
dialog dokumen yang menunjukkan sketsa sequence dari tampilan
layar.
2.11.11
User Interface
Menurut Satzinger et al. (2005: 442-445), user interface
adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan pengguna
sebagai interaksi untuk membangun input dan output. User interface
|
45
meliputi semua hal yang digunakan oleh pengguna akhir saat
menggunakan sistem, baik secara fisik, persepsi, dan konseptual.
(1) Aspek fisik
dari user interface: mencakup alat-alat yang benar-
benar disentuh oleh
pengguna, seperti keyboard, mouse, layar
sentuh, atau keypad.
(2) Aspek persepsi dari user interface: mencakup semua yang dilihat,
didengar atau disentuh
(melewati alat fisik) oleh pengguna.
Contoh real dari apa yang dilihat oleh pengguna adalah semua
data dan petunjuk yang ditampilkan di layar, termasuk garis,
bentuk, angka-angka, dan kata-kata.
Contoh real dari apa yang
didengar oleh pengguna adalah suara yang berasal dari sistem,
seperti bunyi beep atau click
yang memberitahukan kepada
pengguna bahwa sistem mengenali pilihan yang dimaksud.
Contoh untuk apa yang disentuh
oleh pengguna adalah menu,
dialog box, dan tombol yang ada di layar dengan menggunakan
mouse.
(3) Aspek konseptual dari user interface: mencakup segala sesuatu
yang pengguna ketahui dari cara penggunaan sistem, termasuk
semua masalah yang ada di dalam sistem yang pengguna
manipulasi, pengoprasian yang bisa dilakukan, dan prosedur telah
diikuti untuk melakukan pengoprasian.
Pengguna harus
memahami dan mengenali semua secara detail tidak hanya
bagaimana sistem
mengimplementasikannya di dalam, tetapi
sistem mengetahui dan bagaimana menggunakannya untuk
menyelesaikan tujuan.
Menurut Satzinger et al. (2005: 453-457), beberapa
organisasi
pengembangan sistem menggunakan interface design
standards
yaitu
aturan dan prinsip-prinsip umum yang harus
diikuti dalam
mengembangkan sistem. Standar perancangan
membantu untuk
memastikan bahwa semua user interface
berjalan dengan baik dan semua
sistem yang dikembangkan oleh
organisasi memiliki rasa dan tampilan yang sama.
|
46
Ben Shneiderman mengajukan delapan prinsip yang dapat
diterapkan
pada kebanyakan interactive system yang disebut
dengan Eight Golden Rules, yaitu:
a)
Usahakan untuk konsisten (strive for consistency)
b)
Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut (enable
frequent users to use shortcuts)
c)
Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative
feedback)
d)
Merancang dialog untuk menghasilkan penutupan (design
dialogs to yield closure)
e)
Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer simle
error handling)
f)
Memungkinkan untuk kembali ke tindakan sebelumnya dengan
mudah (permit easy reversal of actions)
g)
Mendukung tempat pengendalian internal (support internal
locus of control)
h)
Mengurangi muatan memory jangka pendek (reducing short-
term memory load)
2.11.12
Deployment and Software Architecture
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:270) deployment
environment
terdiri dari hardware, software, dan network.
Deployment environment terbagi atas dua tipe, yaitu :
1.
Single Computer Architecture
Single computer architecture
menggunakan sistem komputer
tunggal yang menjalankan seluruh software. Kelebihan utama
single computer architeture
adalah kesederhanaannya. Sistem
informasi yang dijalankan pada single computer architecture
umumnya mudah dirancang, dibangun, dioperasikan dan dikelola.
2.
Multitier Computer Architecture
Multitier computer architecture
merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan proses pengeksekusiannya
terjadi di beberapa
komputer. Mutltitier computer architecture dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
a.
Clustered Architecture
|
47
Clustered architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer dengan model dan
produksi yang sama.
b.
Multicomputer Architecture
Multicomputer architecture merupakan tipe arsitektur yang
menggunakan beberapa komputer namun dengan spesifikasi
yang berbeda-beda.
Deployment architecture
menurut Satzinger, Jackson, dan
Burd (2005:272) dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Centralized Architecture
Centralized architecture
merupakan arsitektur yang menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada satu lokasi. Centralized
architecture umumnya digunakan untuk proses aplikasi berskala besar
termasuk batch dan real-time application.
2.
Distributed Architecture
Distributed architecture merupakan arsitektur yang menggambarkan
penyebaran sistem komputer pada beberapa tempat dengan
menggunakan jaringan komputer.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:277), software
architecture terdiri atas dua, yaitu :
1.
Client/server architecture
Client/server architecture membagi software ke dalam dua tipe, client
dan server. Server berfungsi untuk mengolah sumber informasi atau
menyediakan servis. Sedangkan, client berfungsi untuk berkomunikasi
dengan server untuk meminta sumber daya atau servis dan server akan
merespon terhadap permintaan tersebut.
2.
Three-layer client/server architecture
Three-layer client/server architecture merupakan pengembangan dari
client/server architecture yang terdiri dari tiga layer, yaitu :
a.
Data layer
Merupakan layer untuk mengatur penyimpanan data pada satu atau
lebih database.
|
48
b.
Business logic layer
Merupakan layer yang mengimplementasikan aturan dan prosedur
dari proses bisnis.
c.
View layer
Merupakan layer yang menerima input dan menampilkan hasil
proses.
2.12
The System Development Life Cycle (SDLC)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 39), System
Development Life Cycle (SDLC) is the entire process of building, deploying,
using and updating an information system, yang berarti Siklus Hidup
Pengembangan Sistem adalah seluruh proses membangun, menyebarkan,
memakai, dan memperbaharui sebuah sistem informasi. Kebanyakan
perusahaan memakai siklus pengembangan sistem dengan pendekatan
prediktif, yaitu pendekatan yang mengasumsikan bahwa proyek
pengembangan dapat direncanakan dan diorganisasikan sebelumnya dan sistem
informasi yang baru dapat dikembangan berdasarkan rencana.
Fase dari pendekatan ini adalah :
1.
Project Planning Phase
Untuk mengidentifikasi ruang lingkup sistem baru, memastikan bahwa
proyek layak, dan mengembangkan jadwal, rencana sumber daya dan
anggaran untuk proyek.
2.
Analysis Phase
Untuk memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis secara detail
dan memproses persyaratan sistem yang baru
3.
Design Phase
Untuk merancang
sistem berdasarkan kebutuhan dan keputusan yang dibuat
selama proses analisis berlangsung.
4.
Implementation Phase
Untuk membangun, menguji, dan menginstal sebuah sistem informasi yang
handal dengan pengguna terlatih dan untuk mendapatkan keuntungan seperti
yang diharapkan.
|
49
5.
Support Phase
Untuk menjaga sistem agar dapat beroperasi secara produktif dari awal
penggunaan hingga tahun-tahun berikutnya.
2.13
Kerangaka Berfikir
Kerangka berpikir
yang duguanakan dalam proses perancangan
sistem atau
aplikasi
ini yaitu menggunakan fase proses perancangan
sistem yang dimana terdapat
empat fase yaitu:
a.
Fase planning.
b.
Fase analyisis.
c.
Fase design.
d.
Fase implementation plan.
Perancangan
sistem
pembelian dan persediaan pada CV.
Sumber Abadi
ini
dimulai dari fase
planning
yaitu melalui studi pustaka baik dari jurnal, buku, dan
internet, dan mengumpulkan data-data
organisasi melalui pengamatan, wawancara,
dokumentasi, dan gambaran umum CV.Sumber Abadi seperti visi dan misi, tugas dan
wewenang serta proses binis perusahaan yang berkaitan dengan pembelian, dan
persediaan pada
CV. Sumber Abadi. Setelah data-data terkumpul maka dilanjutkan
kepada fase analisis dimana data-data yang terkeumpul tersebut kemudian akan di
analisis dengan menggunakan flow chart guna menggambarkan proses bisnis dan alur
dokumen dalam sistem berjalan. Fase analisis digunakan juga untuk
mengidentifikasikan bagian-bagian yang terkait pada proses bisnis pembelian dan
persediaan, mengidentifikasi dokumen-dokumen yang digunakan, menggunakan
flowchart dari data-data yang telah terkumpul untuk menggambarkan proses bisnis dan
alur dokumen dalam sistem berjalan dan memaparkan masalah dan dampak yang
terjadi saat ini dalam dan proses binis CV. Sumber Abadi dan setelah itu memberikan
usulan untuk masalah yang dihadapi
dan memberikan beberapa alternative solusi
masalah. Setelah fase analisis, kemudian akan
dilanjutkan kedalam fase perancangan
dengan menggunakan metode Object Oriented Analysis and Design pendekatan
Satzinger. Perancangan ini dimulai
dari activity diagram
yang
diusulkan,yang
kemudian
dilanjutkan dengan event table, use case diagram,
use case description,
domain class diagram, statechart diagram, system sequence diagram, first cut
diagram, completed three layer design sequence diagram, update design class
diagram, package diagram, navigation diagram, user interface
serta rancangan
dokumen dan laporan yang akan dihasilkan oleh sistem.
|
![]() 50
Setelah fase
perancangan selesai dilakukan, maka tahap yang terakhir dilakukan
adalah fase implementasi yang terdiri dari design activities and environment,
spesifikasi hardware dan software dan rencana implementasi gant chart. Di bawah ini
adalah Gambar 2.15 yang menjelaskan kerangka befikir:
Gambar 2.15 Kerangka Berfikir
|