5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Pengertian Sistem
Menurut Jogianto (2005: 2), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 
Menurut Bennett,
McRobb, dan Farmer (2010: 22), sistem sebagai suatu kumpulan
yang kompleks dan saling berinteraksi apabila mereka menjadi satu kesatuan.
Menurut O’Brien dan Marakas (2008: 24), sistem didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling terkait, mempunyai batas yang jelas, dan saling bekerja sama
untuk
mencapai seperangkat tujuan dengan menerima input dan menghasilkan output dalam proses
transformasi yang terorganisir.
Dapat disimpulkan sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen atau elemen-
elemen yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2
Pengertian Informasi
Menurut
O’Brien (2005: 38), informasi merupakan data yang telah diubah menjadi
konteks yang mempunyai nilai dan berguna bagi para end-user tertentu.
Menurut Bennett, McRobb, dan Farmer
(2010:  653), informasi adalah fakta yang
telah diseleksi agar relevan untuk sebuah tujuan dan kemudian diatur atau diproses
sedemikian rupa, agar fakta-fakta tersebut memiliki arti untuk tujuan tersebut.
Menurut
McLeod (2006:
13), informasi adalah data yang telah diproses atau data
yang memiliki nilai (value).
Dapat disimpulkan, informasi adalah kumpulan data-data yang telah diseleksi (input)
sesuai dengan kebutuhan dan diproses sehingga menghasilkan suatu keluaran (output) yang
berguna bagi user.
2.1.3
Pengertian Perencanaan
Menurut Oetomo dan Dharmo (2006: 7), perencanaan adalah proses dimana manajer
memikirkan dan menetapkan sasaran sebagai tindakan berdasarkan beberapa metode yang
diperlukan untuk mencapainya. Proses tersebut merupakan suatu sistematik yang diterapkan
dalam melakukan kegiatan.
  
6
Menurut William (2008: 160),
perencanaan adalah memilih goal dan
mengembangkan metode atau strategi untuk mencapai goal.
Dapat ditarik kesimpulan perencanaan adalah analisa secara menyeluruh dan
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.4 
Pengertian Strategi
Menurut David (2011: 45), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka
panjang dan merupakan tindakan yang menuntut keputusan dari manajemen puncak dan
menggunakan banyak sumber daya perusahaan untuk merealisasikannya. 
Menurut Rangkuti (2006: 3), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut serta prioritas alokasi
sumber daya.
Dapat disimpulkan strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
2.1.5 
Pengertian Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005: 6),
sistem informasi adalah kombinasi atau gabungan dari
orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber-sumber data
terorganisir
yang bertujuan untuk mengumpulkan, mentransformasikan dan menyebarkan
informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Bernard (2005: 125),
sistem informasi terdiri dari hardware dan software
yang bekerja secara bersamaaan untuk efesiensi dalam mengumpulkan dan menyebarkan data,
serta memungkinkan dalam pengembangan dan analisis informasi. 
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah
sekelompok komponen yang saling terhubung untuk mengumpulkan, mengubah, dan
menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.
  
7
2.1.6
Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Williams dan   Sawyer   (2005: 3), teknologi informasi adalah istilah yang
umum untuk mendeskripsikan teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi,
menyimpan, mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi.
Menurut Jogiyanto (2005: 334), teknologi informasi merupakan alat yang potensial
untuk digunakan dalam menciptakan atau menambah nilai-nilai dan teknologi informasi  yang
dimaksudkan untuk melihat sampai sejauh mana peran sistem dan teknologi informasi yang
ada di value chain perusahaan saat ini 
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah
teknologi yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan yang memberikan
suatu nilai dan mendukung aktivitas sebuah sistem informasi. 
2.1.7
Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi
Menurut Laudon dan Laudon (2004: 91), strategi sistem informasi adalah sistem
komputer pada setiap level yang ada pada organisasi yang mengubah tujuan, operasi, produk,
pelayanan, atau hubungan antar lingkungan untuk membantu organisasi mengumpulkan
keuntungan yang kompetitif. 
Menurut Jogiyanto (2005: 7), strategi sistem informasi atau
strategic information
system adalah suatu sistem informasi atau sistem-sistem informasi apapun di level manapun
yang mendukung atau mengimplementasikan strategi kompetisi yang memberikan
keuntungan kompetitif bagi perusahaan melalui efisiensi internal dan efisiensi komperatif
sehingga membantu perusahaan memberikan keuntungan kinerja secara signifikan dan
meningkatkan kinerja jangka panjangnya.
Menurut Turban (2003:
462),
strategis sistem informasi adalah sekumpulan tujuan
jangka panjang yang menggambarkan kebutuhan sistem dan arsitektur teknologi informasi
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut O’Brien (2004: 318), perencanaan IT berfokus pada pendekatan penemuan
inovatif untuk memenuhi nilai pelanggan dan bisnis dari perusahaan sehingga dapat
mengembangkan strategi IT dan arsitektur IT yang mendukung pembuatan dan implementasi
perencanaan aplikasi bisnis terbaru.
Jadi dapat disimpulkan perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi adalah
hasil perumusan tujuan dan sasaran
perusahaan/organisasi
dengan menentukan strategi yang
melibatkan sistem dan teknologi informasi untuk memberikan keunggulan daya saing dan
mencapai tujuan.  
  
8
2.1.8
Strategi Bisnis
Menurut Wheelen dan Hunger (2006: 145), Strategi Bisnis adalah suatu fokus dalam
meningkatkan posisi untuk bersaing dengan perusahaan atau unit bisnis lain baik dari segi
produk maupun jasa didalam industri terhadap perusahaan unit bisnis yang sesuai.
Menurut Rangkuti (2006: 7),
strategi bisnis adalah strategi fungsional yang
berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, seperti strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang
berhubungan dengan keuangan suatu bisnis.
Dapat disimpulkan strategi bisnis adalah suatu tindakan strategis yang berorientasi
pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dan menghadapi
persaingan.
2.1.9
Sistem Informasi Manajemen
Menurut Jogiyanto (2005: 14) sistem informasi manajemen adalah kumpulan dari
manusia dan sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab
mengumpulkan dan mengolah data untuk menghasilkan informasi yang berguna untuk semua
tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.
Menurut Jimmy L.
Gaol (2008: 14-15) SIM adalah sebuah sistem informasi yang
selain melakukan pengolahan transaksi yang sangat berguna untuk kepentingan organisasi,
juga banyak memberikan dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen dalam
pengambilan keputusan. Tujuan SIM adalah memberikan informasi untuk pembuatan
keputusan dalam merencanakan, memulai, mengatur, dan mengendalikan operasi sub-sistem
dari perusahaan/organisasi dan memerikan perusahaan sebuah sinergi dalam prosesnya.
Jadi,
dari beberapa definisi tersebut
dapat dirangkum bahwa Sistem Informasi
Manajemen adalah kumpulan dari interaksi sistem -
sistem informasi yang menghasilkan
informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen.
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Pengertian Enterprise
Menurut Bernard (2005: 31) enterprise
adalah sebuah area aktivitas umum dan
tujuan dalam sebuah organisasi atau antara beberapa organisasi, dimana informasi dan sumber
daya-sumber daya lainnya saling bertukar.
  
9
2.2.2
Pengertian Enterprise Architecture
Menurut Bernard (2005: 31)
enterprise architecture
(EA) adalah analisis dan
dokumentasi dari sebuah perusahaan pada saat ini dan masa depan dilihat dari perspektif
strategi, bisnis, dan teknologi yang saling terintegrasi.
Enterprise Architecture = Strategy + Business + Technology
Gambar 2.1 Rumus EA
Menurut Tamm, Seddon, Shanks, dan Reynolds di dalam jurnal Communications of
the Association for Information Systems. (2011: 142) “Enterprise architecture (EA) is the
definition and representation of a high-level view of an enterprise‘s business processes and IT
systems, their interrelationships, and the extent to which these processes and systems are
shared by different parts of the enterprise. The primary goal of EA is to define the desirable
future state of the organisation‘s business processes and IT systems (often referred to as the
“to-be” or target architecture) and to provide a roadmap for achieving this target from the
current state (“as-is” or baseline architecture). Two key components of EA are the planning
process (“definition”), and the direct and tangible outputs of that planning
process
(“representation”), i.e., EA documentation (e.g., architecture diagrams, roadmaps, and other
artefacts)”.
2.2.2.1
EA sebagai sebuah Metode Dokumentasi
Menurut Bernard (2005: 37) dokumentasi EA diselesaikan melalui enam elemen
dasar berikut ini: (1) EA documentation framework, dan (2) components
yang mendukung
pembuatan dari (3) current
dan (4) future views
dari arsitektur, begitu juga pengembangan
dari (5) EA Management Plan
untuk mengelola transisi perusahaan dari keadaan saat ini ke
arsitektur masa depan. Terdapat juga beberapa area yang umum pada semua tingkatan dari
framework yang dikenal sebagai (6) “threads” seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.
EA
=
S  +  B  +  T
  
10
Gambar 2.2 Elemen dari EA Documentation
2.2.2.1.1
EA Framework
Menurut Bernard (2005: 81) EA framework
merupakan sebuah struktur untuk
mengelola informasi yang menetapkan cakupan dari arsitektur (apa yang
program EA akan
dokumentasikan) dan bagaimana area-area dari arsitektur saling berhubungan satu sama lain.
Dokumentasi, sebagaimana diatur melalui EA framework, menyediakan standar,
pandangan hirarkis perusahaan dari strategi, bisnis, dan perspektif teknologi yang terintegrasi,
seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.3 EA³ Cube Documentation Framework
  
11
2.2.2.1.2
EA Components
Menurut Bernard (2005: 111) EA component
adalah sumber daya yang dapat
berubah, menyediakan kemampuan pada tiap level
dari kerangka kerja. Contohnya seperti
tujuan strategis dan inisiatif; layanan bisnis; aliran informasi dan obyek data; sistem
informasi, layanan web, dan aplikasi software;
jaringan suara/data/gambar, cable plants,
equipment, dan buildings.
Gambar 2.4 Contoh dari EA Components
2.2.2.1.3
Current Architecture
Current architecture
berisi komponen-komponen EA yang saat ini ada dalam
perusahaan pada tiap level dari kerangka kerja. Pandangan saat ini pada EA berguna untuk
membuat
inventori ‘baseline’ dari sumber daya dan aktivitas saat ini yang didokumentasikan
dalam cara yang konsisten dengan pandangan masa depan EA sehingga analis dapat melihat
kesenjangan dalam performa antara rencana masa depan dan kemampuan saat ini. Memiliki
pandangan saat ini dari komponen EA yang akurat dan komprehensif adalah referensi penting
untuk perencanaan proyek, manajemen aset, dan pengambilan keputusan investasi. Pandangan
saat ini dari EA terdiri dari ‘artefak’ (dokumen, diagram, data, spreadsheet, grafik, dll) pada
tiap level dari kerangka kerja, yang diarsipkan dalam online EA repository untuk membuatnya
dapat digunakan oleh berbagai macam pemangku kepentingan EA.
  
12
2.2.2.1.4
Future Architecture
Arsitektur masa depan mendokumentasikan EA baru atau memodifikasi komponen
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menutup kesenjangan kinerja yang ada atau
mendukung sebuah inisiatif strategis baru, persyaratan operasional, atau solusi teknologi.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5, arsitektur masa depan didorong baik
pada tingkat
strategis dan taktis dalam tiga cara: arah baru dan tujuan; prioritas bisnis yang
baru; dan teknologi. EA tidak dapat mencerminkan perubahan dalam arsitektur masa depan
kecuali tim kepemimpinan perusahaan itu memberikan perubahan proses bisnis dan prioritas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan baru, dan kecuali staf pendukung / pengiriman
mengidentifikasi teknologi yang layak dan solusi staf untuk memenuhi persyaratan
bisnis
baru.
Gambar 2.5 Drivers of Change
Arsitektur masa depan harus mencakup perubahan yang direncanakan untuk
komponen EA dalam waktu dekat (perubahan taktis dalam 1-3 tahun berikutnya), serta
perubahan pada komponen EA yang merupakan hasil dari pelaksanaan operasi jangka panjang
skenario yang terlihat 4-10 tahun ke depan. Skenario ini menggabungkan driver internal dan
eksternal yang berbeda yang dapat membantu mengidentifikasi perubahan yang diperlukan
dalam proses, sumber daya, atau teknologi yang menerjemahkan untuk asumsi perencanaan
masa depan, yang pada gilirannya mendorong perencanaan untuk komponen baru EA.
2.2.2.1.5
EA Management Plan
EA Management Plan
merupakan dokumen yang menjelaskan bagaimana
perusahaan akan mengelola transisi dari proses saat ini dan sumber daya untuk mereka yang
akan dibutuhkan di masa depan.
EA Management Plan juga
menyediakan koordinasi dan mendukung pengawasan
untuk perubahan EA perusahaan, antara tampilan saat ini dan masa depan.
  
13
2.2.2.1.6
Threads
Termasuk di dalam dokumentasi EA ‘ancaman-ancaman’ dari aktivitas umum yang
ada di semua tingkatan dari framework. Ancaman-ancaman tersebut yaitu:
IT Security
Keamanan paling efektif ketika merupakan bagian integral dari program manajemen EA
dan metodologi dokumentasi. Program keamanan IT yang komprehensif memiliki
beberapa area fokus
termasuk: informasi,
personil, operasi, dan fasilitas. Agar efektif,
keamanan IT harus bekerja pada seluruh level dari kerangka kerja EA dan dalam semua
komponen EA.
IT Standards
Salah satu fungsi yang paling penting dari EA adalah EA menyediakan standar yang
berhubungan dengan teknologi pada semua level dari kerangka kerja EA. EA harus
memiliki standar yang dapat diterima oleh internasional, nasional, dan industri guna
mempromosikan penggunaan dari solusi yang tidak eksklusif dalam komponen EA. Ini
dapat meningkatkan integrasi dari komponen-komponen EA, juga mendukung dengan
lebih baik komponen pengganti ketika dibutuhkan.
IT Workforce
Mungkin sumber daya terbaik yang perusahaan miliki adalah manusia. Oleh karena itu
penting untuk memastikan kalau kepegawaian yang terkait dengan IT, keterampilan, dan
kebutuhan-kebutuhan untuk training
diidentifikasi untuk LOB dan aktivitas-aktivitas
layanan pendukung pada tiap level dari kerangka kerja EA, dan solusi yang tepat tercermin
dalam current dan future architecture.
 
2.2.2.2
EA Methodology
Menurut Bernard (2005: 81) EA methodology
menjelaskan bagaimana EA akan
diimplementasikan dan bagaimana dokumentasi akan dikembangkan, diarsipkan, dan
digunakan; termasuk pemilihan dari kerangka kerja, alat pemodelan, dan penyimpanan online.
Penting untuk mengembangkan metodologi EA sebagai salah satu dari langkah awal
dalam membangun program EA, karena metodologi EA memaksa perusahaan untuk ‘berpikir
dalam-dalam’ pertimbangan penting berikut ini:
Area mana dari perusahaan yang EA akan cakup (scope)
Pendekatan untuk EA governance (misal, sentralisasi atau desentralisasi)
Tipe dari dokumentasi EA (dikenal sebagai artifact) yang akan dibutuhkan untuk
mendukung perencanaan sumber daya bisnis dan teknologi serta pengambilan keputusan
  
14
Kerangka kerja dokumentasi EA yang paling baik mendukung kebutuhan dari perusahaan
Metode dan teknik untuk mengumpulkan atau mengembangkan dokumentasi EA
Alat pemodelan perangkat lunak, aplikasi web, dan database yang akan dibutuhkan untuk
mengotomatisasi teknik dokumentasi dan memungkinkan pemodelan skenario masa depan
Bagaimana para pengguna EA akan mengakses dan berbagi dokumentasi EA (contoh: EA
repository)
Seberapa sering dokumentasi EA akan diperbaharui
2.2.2.3
Metodologi Implementasi Enterprise Architecture
Berikut ini adalah 20 langkah metodologi implementasi EA yang terdiri dari semua
langkah umum yang akan mendukung pembuatan program EA yang baru dan komprehensif:
Phase 1: EA Program Establishment
Aktivitas di dalam fase ini didesain untuk memudahkan program EA untuk berjalan,
mengidentifikasi pemain kunci dan mengkomunikasikan EA Implementation Plan ke sponsor
eksekutif dan beberapa pemangku kepentingan, agar mendapatkan dana dan dukungan.
Step
1: Menetapkan program manajemen EA dan mengidentifikasikan kepala
arsitek.
Tahap pertama adalah sponsor
eksekutif
menentukan program EA dan menentukan
kepala arsitek untuk memimpin program tersebut.
Sponsor eksekutif harus
menyediakan kepala arsitek dengan sumber daya yang cukup (contoh : budget,
personil, hardware/software,
dan
fasilitas) dan otoritas untuk dapat menetapkan
program EA yang baik.
Step 2: Menetapkan metodologi implementasi EA.
Tahap kedua dalam metodologi EA adalah untuk mengidentifikasi semua tahapan
dalam metodologi, di mana perusahaan membutuhkannya untuk mensukseskan
program EA.
Step 3: Menetapkan EA Governance dan menghubungkan ke proses manajemen
yang lainnya.
Tahap ketiga adalah untuk membangun pendekatan EA Governance
yang
memungkinkan adanya peraturan, perencanaan dan pengambilan keputusan yang
efektif di dalam EA Management Program.
Step
4: Membangun sebuah EA Communication Plan
dan memperoleh
keterlibatan pemangku kepentingan.
  
15
Tahap berikutnya adalah membangun sebuah EA Communication Plan
yang
menjabarkan metodologi dokumentasi EA dan sebuah jadwal untuk aktivitas fase 2
dan fase 3. EA Communication Plan
harus ditulis dalam bahasa yang sederhana
untuk memperoleh keterlibatan dari pemangku kepentingan, mulai dari eksekutif non
teknis, line of business manager, support staff
dan pengguna akhir yang berpotensi
masuk ke dalam EA Documentation.
Phase 2: EA Framework and Tool Selection
Aktivitas dalam fase ke-2 berlangsung ketika beberapa pengembangan EA Documentation
sedang berlangsung.
Step 5: Memilih sebuah kerangka kerja EA Documentation.
Langkah awal dari
fase ke-2 melibatkan pemilihan kerangka kerja dokumentasi EA
oleh kepala arsitek, dengan dibantu beberapa saran dari tim EA dan pemangku
kepentingan. Kerangka kerja tersebut harus harus mengidentifikasi area dari
perusahaan yang akan EA kelola, dan bagaimana area tersebut saling berhubungan.
Step
6: Mengidentifikasi Line of Business / Crosscuts
EA dan urutan dari
dokumentasi mereka.
Tahap ke-6 dari fase ke-2 adalah mengidentifikasikan vertical line of business (yang
juga dikenal sebagai segmen) dan horizontal crosscutting initiatives
di dalam
perusahaan yang dapat dipisahkan arsitekturnya, dan ketika digabungkan, akan
menunjukkan EA untuk seluruh bagian perusahaan.
Step 7: Mengidentifikasikan komponen EA yang akan didokumentasikan.
Step
7 adalah mengidentifikasikan komponen EA yang akan didokumentasikan di
dalam setiap area fungsional dari kerangka kerja. Sebagai contoh,  kerangka kerja
EA mempunyai 6 area fungsional (seperti strategi, bisnis, informasi, servis, jaringan
dan ancaman). Setiap dari area tersebut mewakili suatu kumpulan aktivitas berbeda
yang terdapat di dalam perusahaan, yang mana dijelaskan dalam komponen EA.
Step 8: Memilih metode dokumentasi yang sesuai dengan kerangka kerja.
Tahap berikutnya adalah memilih metode yang akan digunakan untuk
mengumpulkan dan mengelola EA Documentation Artifacts. Penting untuk memilih
teknik dokumentasi yang akan menyediakan informasi yang dibutuhkan sebagai
sumber daya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Step
9: Memilih aplikasi perangkat lunak atau alat untuk mendukung
dokementasi EA secara otomatis.
  
16
Ketika area fungsional atau level fungsional dari kerangka kerja dan jenis dari
komponen EA diketahui, persyaratan pemodelan dokumentasi EA dan artifak dapat
ditetapkan.
Step
10: Memilih dan menetapkan sebuah EA Repository
yang dapat diakses
secara online untuk dokumentasi.
Tahapan terakhir dari fase ke-2 adalah tahapan di mana kepala arsitek dan team EA
memilih sebuah aplikasi perangkat lunak EA Repository
dan database-nya. EA
Repository
harus ditempatkan pada jaringan internal perusahaan (Local Area
Network
/ LAN) untuk alasan keamanan dan kemudahan akses ke dalam
dokumentasi EA. EA Repository adalah sebuah database dan direktori file, di mana
semua dokumentasi EA disimpan.
Phase 3: Documentation of the EA
Aktivitas di dalam fase ke-3 adalah aktivitas di mana pengembangan EA yang sebenarnya
berlangsung dalam bentuk artefak dokumentasi. Fase ini melibatkan analisis dan dokumentasi
strategi, bisnis, informasi, pelayanan dan infrastruktur saat ini dari perusahaan.
Step 11: Mengevaluasi bisnis, teknologi bisnis dan teknologi saat ini yang akan
digunakan di dalam EA.
Tahapan pertama dari fase ke-3 adalah permulaan dari aktivitas dokumentasi EA
yang sebenarnya. Menetukan aktivitas terdahulu, yang mana akan didokumentasikan,
bagaimana aktivitas tersebut didokumentasikan dan siapa yang akan
mendokumentasikannya.
Step 12: Mendokumentasikan pandangan komponen EA yang ada pada saat ini
ke dalam area kerangka kerja.
Tahap ke-2 dari fase ke-3 adalah membangun sebuah artifak baru untuk melengkapi
dokumentasi dari semua komponen yang ada saat ini. Metode dokumentasi dan alat
yang didapat dalam step
8 akan digunakan untuk mengumpulkan dan
menstandarisasi artefak yang ada, serta membangun sebuah artefak baru.
Step
13: Membangun beberapa skenario operasi bisnis / teknologi yang akan
datang.
Sebelum membangun sebuah EA Components yang akan datang, ada baiknya untuk
mendapatkan pengertian secara menyeluruh dari kemungkinan arahan yang
perusahaan akan ambil, dan tergantung dari bagaimana respon dari pengaruh internal
dan eksternal.
  
17
Step 14: Menentukan asumsi rencana untuk setiap skenario yang akan datang.
Dalam tahap ini, kunci utama dari setiap skenario akan dianalisis untuk
mengungkapkan hal-hal mana yang penting bagi perusahaan dan perubahan apa yang
akan terjadi jika skenario tersebut menjadi kenyataan.
Step
15: Menggunakan skenario, masukkan dari program dan pembaharuan
yang terjadwal untuk  mendokumentasikan komponen ke dalam semua area
kerangka kerja.
Langkah ini melibatkan pendokumentasian perubahan dalam komponen EA dalam
jangka waktu pendek (1-2 tahun) dan jangka waktu panjang (3-5 tahun). Perubahan-
perubahan ini harus berasal dari masukan tim kepala melalui asumsi rencana
skenario operasi, dan dari program dan manajer proyek yang mengetahui bagaimana
persyaratan bisnis yang akan datang, sistem implementasi, meningkatkan kinerja
sistem dan pengunduran diri.
Step
16: Membangun sebuah EA Management Plan
untuk mengurutkan
rencana-rencana perubahan dalam EA.
Langkah terakhir dari fase ke-3 adalah membangun sebuah EA Managament Plan.
Rencana ini menyediakan jabaran bagaimana EA dibangun dan menyediakan sebuah
sinopsis dari pandangan pada saat ini dan pandangan di masa depan.
Phase 4: Use and Maintain the EA
Fase ini berisi tentang
sekumpulan aktifitas yang mempromosikan penggunaan informasi EA
oleh para pemangku kepentingan dan menetapkan siklus tahunan untuk selalu diperbarui.
Step 17: Menggunakan EA documentation untuk sumber daya perencanaan dan
pengambilan keputusan.
Setelah fase 3 selesai, pandangan saat ini dan di
masa depan mengenai arsitektur
disimpan didalam EA repository dan dalam keadaan siap apabila digunakan di dalam
perusahaan untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan. Biasanya
dokumentasi EA disimpan dalam bentuk online
sehingga informasi yang ada dapat
diakses kapanpun dan dapat digunakan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan.
Step 18: Memperbarui secara berkala pandangan EA component
pada saat ini
dan di masa depan.
Informasi yang didapat pada EA repository sangatlah penting untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan
hanya jika informasi tersebut bersifat komprehensif dan
akurat, sehingga pada akhirnya penting untuk melakukan update terhadap pandangan
EA component pada saat ini dan di masa depan di dalam seluruh area kerangka kerja.
  
18
Lebih jauh, hal ini dapat membantu pengguna dari EA information
apabila
pembaruan dilakukan secara berkala.
Step 19: Mengatur EA repository dan kemampuan permodelan.
Arsitek kepala dan tim EA membutuhkan kepastian bahwa EA repository
dan
aplikasi/peralatan pendukung dapat tetap digunakan sesuai fungsinya dan memiliki
lisensi untuk jangka waktu tertentu. Biaya dari pembelian software dan pembaharuan
lisensi merupakan bagian dari anggaran tahunan program EA.
Step 20: Mengumumkan pembaruan tahunan kepada EA management plan.
Kepala arsitek perlu memberikan informasi secara berkala kepada EA stakeholder
mengenai status dari EA. Komunikasi yang dilakukan harus dapat meningkatkan
transisi dan perencanaan secara berurutan untuk mengantisipasi
perubahan selama
tahun berjalan.
2.2.2.4
Enterprise Architecture Artifacts
Menurut Bernard (2005: 112) EA artifact
adalah sebuah dokumentasi yang
menjelaskan komponen, termasuk laporan, diagram, grafik, spreadsheet, video, dan tipe
informasi terekam lainnya.
Berikut ini adalah daftar dari EA artifact
yang direkomedasikan untuk digunakan
ketika mendokumentasikan perusahaan menggunakan EA
3
Cube framework.
  
19
Gambar 2.6 Enterprise Architecture Artifacts
  
20
Strategic Level EA Artifacts
1.
Strategic Plan
Dokumen
perencanaan dan kebijakan tingkat tinggi yang perusahaan gunakan untuk
mendokumentasikan arah, strategi kompetitif, tujuan penting, serta proyek dan program
yang memungkinkan (inisiatif strategis). Strategic Plan
mencakup periode masa depan,
biasanya 3-5 tahun.
2.
SWOT Analysis
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) melihat secara menyeluruh
pada perusahaan dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang ketika
dipetakan dapat memperlihatkan area untuk peningkatan dan focus.
3.
CONOPS Scenario
Concept of Operations Scenario
adalah sebuah dokumen naratif yang menjelaskan
bagaimana perusahaan saat ini beroperasi atau akan beroperasi beberapa tahun ke depan
dengan dipertimbangkan faktor internal dan eksternal tertentu yang diidentifikasi dalam
SWOT Analysis. Skenario diberi catatan kaki dengan asumsi-asumsi perencanaan.
4.
Concept of Operations Diagram
Concept of Operations (CONOPS) diagram
adalah gambaran grafis tingkat tinggi dari
bagaimana perusahaan berjalan, baik secara keseluruhan atau di area tertentu yang
diinginkan.
       
Business Level EA Artifacts
1.
Business Plan
Business Plan
menyediakan deskripsi tingkat tinggi dari fungsi lini bisnis utama, dan
strategi finansial yang akan menyempurnakan tujuan dan inisiatif strategis.
Menurut
Yunitasari dan Saleh
di dalam
jurnal Analisis Preferensi Konsumen Dalam
Pemilihan Jasa Operator Telekomunikasi Seluler Untuk Perancangan Business Plan (2009:
36), Business Plan merupakan suatu dokumen tertulis yang menggambarkan dengan jelas
bagaimana suatu usaha atau industri dijalankan dan akan dikembangkan, yang disusun
berdasrkan pemahaman perilaku dan perubahan perilaku konsumen dengan melibatkan
penasehat profesional.
2.
Swim Lane Process Diagram
Stakeholder Activity Diagram
menunjukkan pemangku kepentingan mana (mereka yang
memiliki kepentingan di dalam perusahaan) yang terlibat dengan proses lini bisnis, dan
waktu interaksi tersebut.
Diagram ini menggunakan format ‘jalur renang’ untuk mengatur
  
21
pemangku kepentingan pada baris, dan kurun waktu pada kolom, lalu overlay
aktivitas
dengan simbologi flowchart.
Gambar 2.7 Swim Lane Process Diagram
3.
Business Process Diagram
Business Process Diagram menunjukkan analisa rinci dari aktivitas, termasuk bagaimana
tiap langkah dalam aktivitas terkait dengan yang lainnya. Business Process Diagram
mengikuti teknik pemodelan IDEF-0 untuk menunjukkan input, control, output, dan
mechanism untuk tiap langkah dalam proses.
Gambar 2.8 Pemodelan IDEF-0
  
22
Input
: hal yang memulai/memicu aktivitas dan diubah, digunakan, atau menjadi
bagian.
Control
: menuntun atau mengatur aktivitas, biasanya mengindikasi kapan/
bagaimana
proses akan dilakukan.
Output
: hasil dari aktivitas, alasan dari proses dilakukan.
Mechanism : sistem, orang, dan peralatan yang digunakan untuk melakukan aktivitas.
4.
Activity/Product Matrix
Business Activity & Product Matrix
memetakan daur hidup dari produk penghasil
pendapatan ke berbagai lini bisnis dalam tiap bagian perusahaan. Matrix
ini menyoroti
siapa yang memiliki proses bisnis dan produk, juga tingkat rantai pasokan.
5.
Use Case Narrative & Diagram
Use Case narrative
mengikuti format Unified Modeling Language
(UML) untuk
mengidentifikasi kebutuhan bisnis, konteks, pemangku kepentingan (aktor), dan peraturan
bisnis untuk interaksi mereka dengan sistem, layanan, dan aplikasi yang teridentifikasi
sebagai solusi teknologi yang membutuhkan pengembangan.
Information Level EA Artifacts
1.
Object State Transition Diagram
State Transition Diagram
menggunakan notasi dari Unified Modeling Language
untuk
menunjukkan bagaimana siklus hidup dari obyek data tertentu. Diagram ini menunjukkan
perubahan pada atribut, penghubung, dan/atau perilaku dari obyek “On-Line Order” yang
merupakan hasil dari peristiwa sistem internal atau eksternal  yang memicu perubahan
dalam state.
2.
Logical Data Model
Logical Data Model dapat dikembangkan menggunakan simbologi dan metode terstruktur
tradisional (Entity Relationship Diagram), atau dapat menggunakan simbologi dan metode
object-oriented
dari Unified Modeling Language
(UML), yang membuat
Class Diagram
dan/atau Object Diagram.
3.
Activity/Entity Matrix
Activity/Entity Matrix dikembangkan dengan memetakan entitas data mana yang
terpengaruh oleh aktivitas lini bisnis terkait. Sering disebut ‘CRUD’ Matrix
karena
mengidentifikasi tipe dasar dari transformasi yang dilakukan pada data (Create, Read,
Update, Delete) melalui proses bisnis.
  
23
4.
Data Dictionary
Data Dictionary menyediakan daftar komprehensif dari entitas data yang dikumpulkan dan
dijaga oleh perusahaan, termasuk standar untuk attribute field, key, dan relationship. Data
Dictionary
juga mungkin termasuk ‘perpustakaan’ dari obyek data yang dapat digunakan
kembali yang menggunakan metode UML.
System & Service Level EA Artifacts
1.
System Data Flow Diagram
System Data Flow Diagram lebih dikenal sebagai ‘Data Flow Diagram’ dan dimaksudkan
untuk menunjukkan proses dalam sistem yang bertukar data, dan bagaimana pertukaran
tersebut terjadi. System Data Flow Diagram
mendukung Business Process Diagram, dan
dapat didekomposisi untuk menunjukkan detil tambahan.
Gambar 2.9 Data Flow Diagram
2.
System Communication Description
System Communication Description
mendukung System Interface Diagram
dengan
menyediakan deskripsi tentang bagaimana data saling berkomunikasi antar sistem dalam
perusahaan, dan termasuk spesifik tentang hubungan, jalur, jaringan, dan media.
  
24
Infrastructure Level EA Artifacts
1.
Network Connectivity Diagram
Network Connectivity Diagram
menunjukkan hubungan fisik antara
suara, data, dan
jaringan gambar perusahaan, termasuk Wide Area Networks
(WANs) dan Local Area
Networks (LANs) eksternal, juga disebut ‘extranets’ dan ‘intranets’.
Gambar 2.10 Network Diagram
Security Level EA Artifacts
1.  Security Plan
Security Plan
menyediakan deskripsi level tinggi dan detail dari program keamanan yang
berpengaruh dalam perusahaan. Ini termasuk fisik, data, personil, dan elemen dan prosedur
keamanan operasional.
2.
Disaster Recovery Plan
Disaster Recovery Plan adalah suatu matrix yang berisi tentang pemikiran dan prosedur
untuk menangani bencana-bencana yang bisa saja terjadi dalam proses bisnis perusahaan
agar
perusahaan tidak perlu memindahkan proses bisnisnya ke tempat lain. Bencana-
bencana itu misalnya pemadaman listrik, kebakaran, dan bencana alam.
  
25
Standards Level EA Artifacts
1.
Technology Forecast
Technology Forecast mendukung dan berhubungan dengan Technology Standards Profile.
Technology Forecast mendokumentasikan perubahan yang diharapkan dalam standar yang
terdaftar dalam artefak Technology Standards Profile, dimana perubahan masa depan
muncul untuk terjadi atau akan terjadi.
Workforce Level EA Artifacts
1.
Workforce Plan
Workforce Plan
menyediakan deskripsi level tinggi dari bagaimana sumber daya manusia
dikelola dalam perusahaan. Workforce Plan
termasuk strategi untuk merekrut, menjaga,
dan
pengembangan professional pada level eksekutif, manajemen, dan staff dari
perusahaan.
2.
Organization Chart
Organization Chart menunjukkan bagaimana posisi dan personil diatur dalam diagram
hierarki atau format matriks. Organization chart
membantu menunjukkan jalur otoritas,
hubungan kerja, juga kepemilikan sumber daya, produk, dan proses. 
2.2.3
Analisis SWOT
Menurut Kuncoro (2006: 51) analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities,
Threats) biasa digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan di lingkungan bisnis
maupun pada lingkungan internal perusahaan. Manajer tingkat atas menggunakan SWOT
untuk mendorong refleksi diri dan diskusi kelompok tentang bagaimana mengembangkan
perusahaan dan posisinya untuk mencapai sukses. 
Menurut Rangkuti (2006:
18) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths), peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threads). 
  
26
                             Gambar 2.11 Analisis SWOT
Keterangan:
Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth
oriented strategy).
Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara diversifikasi (produk/ pasar).
Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia
menghadapi beberapa
kendala/ kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik. 
Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
BERBAGAI PELUANG
KELEMAHAN
INTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
3. Mendukung
strategi turn-
around
1. Mendukung
strategi agresif
4. Mendukung
strategi defensif
2. Mendukung
strategi
diversifikasi
  
27
2.2.4
Matriks SWOT
Menurut Kuncoro (2006: 51) untuk memudahkan dalam melaksanakan analisis
SWOT diperlukan matriks SWOT. Matriks SWOT akan mempermudah merumuskan
berbagai strategi yang perlu dijalankan oleh suatu bank. Matriks SWOT tersebut dibuat
dengan cara mengelompokkan masing-masing problem unsur SWOT ke dalam Tabel 2.1
yang menunjukkan matriks.
Tabel 2.1 Matriks SWOT
STRENGTH (S)
Daftar semua kekuatan
yang dimiliki.
WEAKNESS (W)
Daftar semua
kelemahan yang
dimiliki.
OPPORTUNITIES (O)
Daftar semua peluang
yang dapat
diidentifikasi.
Strategi SO
Gunakan semua
kekuatan yang dimiliki
untuk memanfaatkan
peluang yang ada.
Strategi WO
Atasi semua
kelemahan dengan
memanfaatkan
semua peluang yang
ada.
THREATS (T)
Daftar semua ancaman
yang dapat
diidentifikasi.
Strategi ST
Gunakan semua
kekuatan untuk
menghindar dari semua
ancaman.
Strategi WT
Tekan semua
kelemahan dan
cegah semua
ancaman.
a.
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b.
Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
  
28
d.
Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 
Menurut Rangkuti (2006: 31)
matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang
dan ancaman eksternal (EFAS) yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan
dan kelemahan (IFAS) yang dimilikinya. 
Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
Berikut
ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS):
a.
Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b.
Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan
dampak terhadap faktor strategis.
c.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor
peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika
peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai
ancamannya sedikit ratingnya 4.
d.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e.
Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f.
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan
tertentu bereaksi terhadap
faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama
  
29
Tabel 2.2 Tabel EFAS
Faktor strategis eksternal
Bobot
Peringkat
Terbobot
Peluang:
O1.  Integrasi ekonomi Eropa
O2.  Perubahan struktur demografi
O3.  Pembangunan ekonomi di Asia
O4.  Terbukanya Eropa Timur
O5.
Kecenderungan superstores 
0,20
0,15
0,15
0,20
0,10
4
4
4
3
3
0,80
0,60
0,60
0,60
0,30
Ancaman:
T1. Meningkatnya peraturan
pemerintah
T2. Meningkatnya persaingan
T3. Whirlpool dan Electrolux
menjadi global
T4. Munculnya teknologi baru
T5. Perusahaan Jepang
0,02
0,05
0,05
0,05
0,03
2
2
2
1
1
0,04
0,10
0,05
0,05
0,03
TOTAL
1,00
3,17
Setelah faktor-faktor
strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-
faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness
perusahaan.
Tahapnya adalah:
a.
Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom
1.
b.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi
strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total
1,00.)
c.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua
variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya, jika
  
30
kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya
adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya
adalah 4.
d.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing
faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e.
Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f.
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan
tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat
digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama.   
Tabel 2.3 Tabel IFAS
Faktor strategis internal
Bobot
Peringkat
Terbobot
Kekuatan:
S1.  Budaya kualitas maytag
S2.  Pengalaman Top Manajer
S3.  Intergrasi vertikal
S4. 
Hubungan yang baik dengan
SDM
S5.
Memiliki orientas internasional 
0,15
0,15
0,10
0,05
0,15
4
4
4
3
3
0,60
0,60
0,40
0,15
0,45
Kelemahan:
W1. Proses produksi (R&D)
W2. Saluran distribusi
W3. Dukungan kondisi keuangan
kurang begitu baik
W4. Posisi global sangat kurang
W5. Fasilitas manufaktur
0,05
0,05
0,15
0,10
0,05
2
2
1
1
1
0,10
0,10
0,30
0,10
0,05
TOTAL
1,00
2,85
  
31
2.2.5
Analisis Lingkungan Bisnis
Menurut Kuncoro (2006: 22) PEST yang merupakan kepanjangan dari Political,
Economic, Social, dan Technology
merupakan susunan kekuatan lingkungan yang
mempengaruhi aktivitas bisnis. Analisis PEST membantu seorang manajer perusahaan
maupun pemimpin organisasi untuk menyusun gambaran yang komprehensif dan logis
mengenai lingkungan mereka dari berbagai aspek.
2.2.6
Model Kekuatan Persaingan Porter
Menurut Turban (2007: 39) model kekuatan persaingan
Porter (1985) merupakan
kerangka kerja yang paling dikenal untuk menganalisa kemampuan bersaing. Perusahaan
menggunakan model milik Porter untuk mengembangkan strategi-strategi untuk
meningkatkan batasan kompetitif mereka.
Model Porter mengidentifikasi lima kekuatan
utama yang dapat membahayakan posisi perusahaan dalam industri.
Menurut Kuncoro (2006: 25) Porter (1985) mengajukan model lima kekuatan (five
forces model) sebagai alat untuk menganalisis lingkungan persaingan industri
(Gambar 2.11).
Lima kekuatan persaingan tersebut adalah:
a.
Persaingan antar pesaing dalam industri yang sama (rivalry among competitors)
b.
Ancaman untuk memasuki pasar bagi pendatang baru (threat of entry)
c.
Ancaman barang substitusi (threat of substitutions)
d.
Daya tawar pembeli (bargaining power of buyers)
e.
Daya tawar penjual (bargaining power of suppliers).
Gambar 2.12 Model Kekuatan Persaingan Porter
  
32
2.2.6.1
Persaingan Sesama Pesaing dalam Industri yang Sama
Faktor persaingan antar pesaing dalam industri yang sama inilah yang menjadi
sentral kekuatan persaingan. Pertanyaannya, seberapa sengit tingkat persaingan dalam suatu
industri? Apakah bersifat “saling mematikan” ataukah “sopan”? Semakin tinggi tingkat
persaingan antar perusahaan mengindikasikan semakin tinggi pula profitabilitas industri,
namun profitabilitas perusahaan mungkin menurun. Intensitas persaingan ini tergantung pada
beberapa faktor berikut ini:
Pertumbuhan industri (industry growth)
Biaya tetap dan biaya penyimpanan (fixed and storage cost)
Diferensiasi produk (product differences)
Identitas merek (brand identity)
Biaya pengalihan ke barang lain (switching cost)
Konsentrasi dan keseimbangan (concentrate and balance)
Informasi yang kompleks (informational complexity)
Keberagaman pesaing (diversity of competitors)
Halangan keluar (exit barriers).
2.2.6.2
Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Sebuah perusahaan tertarik untuk terjun ke dalam suatu industri bila industri tersebut
menawarkan keuntungan (return) yang tinggi. Secara makro, datangnya pemain baru akan
membuat persaingan menjadi lebih ketat
dan akhirnya berujung pada turunnya laba yang
diterima bagi semua perusahaan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan memasuki suatu
industri adalah:
Skala ekonomi (economics of scale)
Diferensiasi produk (proprietary products differences)
Identitas merek (brand identity)
Biaya pengalihan (switching cost)
Kebutuhan modal (capital requirements)
Akses terhadap distribusi (access to distribution)
Keunggulan biaya absolut (absolute cost advantage)
Kebijakan pemerintah (government policy)
Reaksi pesaing (expected retaliation)
  
33
2.2.6.3
Ancaman Barang Substitusi
Barang substitusi merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan produk
sejenis. Lebih jauh, ancaman barang substitusi dapat dijelaskan oleh faktor-faktor berikut:
Harga relatif dalam kinerja barang substitusi (relative price performance of substitutes)
Biaya mengalihkan ke produk lain (switching cost)
Kecenderungan pembeli untuk mensubstitusi (buyer propensity to substitute)
2.2.6.4
Daya Tawar Pembeli/Konsumen
Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kekuatan tawar pembeli.
Faktor tersebut antara lain:
Pangsa pembeli yang besar
Biaya mengalihkan ke produk lain yang relatif kecil
Banyaknya produk substitusi (daya tawar pembeli menjadi rendah jika tidak terdapat
barang substitusi, sehingga mau tidak mau pembeli hanya mempunyai satu pilihan produk)
Tidak atau minimnya diferensiasi produk
2.2.6.5
Daya Tawar Penyedia Input (Pemasok)
Penyedia input mempunyai daya tawar yang tinggi bila perusahaan tersebut menjadi
satu-satunya penyedia bahan baku bagi perusahaan lain yang membutuhkan inputnya.
Artinya, penyedia input memonopoli harga maupun kuantitas barang. Berikut ini adalah
beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tidaknya kekuatan daya tawar penyedia input
(pemasok):
Industri pemasok didominasi hanya oleh sedikit perusahaan
Produk pemasok hanya memiliki sedikit pengganti barang substitusi
Pembeli bukan merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok
Produk pemasok merupakan produk yang penting bagi pembeli
Produk pemasok memiliki biaya pengalihan yang tinggi
Pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan yang kuat
2.2.7
Value Shops
Menurut Ward dan Peppard (2002: 266) value shops
merupakan bisnis yang pada
dasarnya adalah sebuah ‘pemecahan masalah’, mengirimkan nilai dengan menyediakan solusi
untuk klien.
Value shop
dicirikan oleh pertukaran informasi yang intens dan luas dalam
memulai transaksi bisnis dan penyelesaian masalah.
Contohnya antara lain perusahaan
  
34
eksplorasi minyak, teknik desain, manajemen konsultasi, asuransi, iklan, dll. Mereka dicirikan
sebagai non-flowline, karena setiap masalah untuk setiap klien unik dan klien biasanya terlibat
dalam desain dan implementasi pemecahan masalah.
Gambar 2.13
menunjukkan contoh dari value shop, yang lebih jelas menunjukkan
bisnis jasa, dimana tujuannya yaitu untuk memenuhi kebutuhan klien atau pelanggan, dengan
menyatukan pengetahuan yang sesuai dan sumber daya dari dalam perusahaan atau dengan
menggunakan sumber daya eksternal lainnya.
Value shop
meliputi dua aliran, untuk menentukan kebutuhan klien dan (dengan
asumsi dapat dipenuhi) merancang dan mengimplementasi solusi yang memenuhi kebutuhan
klien. Hal ini dapat relatif sederhana atau sangat kompleks. Pertukaran informasi yang cukup
sering diperlukan (dalam situasi yang lebih kompleks) dan IS/IT menawarkan kesempatan
untuk meningkatkan efisiensi dari pertukaran tersebut, mengurangi waktu yang berlalu dan
meningkatkan akurasi dari pertukaran.  
Gambar 2.13 Value Shop