Start Back Next End
  
2
Sepanjang Perang Dunia I, gelombang radio berada di bawah penguasaan dan
kontrol militer AS. Pada tahun 1920, setelah keadaan aman dan dunia damai kembali
untuk sementara, militer AS mengembalikan kontrol radio ke tangan sipil. Seorang
teknisi Westinghouse, Frank Conrad, mengawali siaran radio pertama
di dunia
dengan jadwal siaran tetap. Siaran ini menarik minat publik dan mendapat liputan
luas di surat kabar. One thing leads to another. (Astuti,2008:6)
Beberapa tahun kemudian radio sebagai sarana informasi dan hiburan mulai
popular di era tahun 1920, beberapa stasion radio banyak di miliki oleh masyarakat
umum. Pada mulanya radio menggunakan sinyal amplitudo modulasi atau disingkat
AM yakni gelombang elektromagnetik yang di pancarkan melalui station radio
kemudian meradiasi pesawat penerima radio, perubahan/naik dan turun Amplitudo
atau lebih sering modulasi di pergunakan untuk mengirim signal secara analog, yang
kemudian modulasi amplitudo tersebut di konversi menjadi gelombang suara dengan
menggunakan pesawat radio dan speaker. 
Pada penemuan selanjutnya di temukanlah radio dengan Frekuensi modulasi,
sebagai lanjutan dari penggunaan Gelombang Electromagnetik dalam pancaran radio,
frekuensi modulasi menggunakan perubahan kerapatan dan kerenggangan
gelombang (frekuensi) yang di modulasikan untuk mengirimkan suara. Frekuensi
Modulasi ini memiliki kelebihan yakni suara yang di hasilkan lebih jernih dan stereo,
namun juga memiliki kelemahan berupa pendeknya jangkauan pancaran radio, radio
jenis ini kemudian di sebut dengan radio FM yang merupakan singkatan dari
Frekuensi Modulasi.
Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie
Hindia Belanda), ialah Bataviase Radio Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo
dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter