10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1
Komunikasi
Menurut Suwardi, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat
mendasar dalam kehidupan manusia
dan bahkan komunikasi telah menjadi
suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang
terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam
masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk
mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila
ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan.
Senada dengan hal ini bahwa komunikasi atau communication berasal
dari bahasa Latin communis. communis
atau dalam bahasa Inggrisnya
commun yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi (to communicate),
ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan
kesamaan.
Definisi lain tentang komunikasi seperti yang dikemukakan Moor
adalah penyampaian pengertian antar individu. Dikatakannya semua manusia
dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan,
pengetahuan, dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lain.
Pada pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi perilaku di mana
suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang penerima dengan
berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut.
|
11
Terdapat banyak sekali definisi tentang komunikasi yang dirumuskan
oleh para ahli. Masing-masing memiliki penekanan dan arti yang berbeda
satu sama yang lainnya. Pada dasarnya pengertian komunikasi memiliki
karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan ilmu sosialnya, hanya saja
dalam ilmu komunikasi objeknya ditujukan kepada peristiwa-peristiwa
komunikasi antara manusia. (Rohim, 2009:8).
Berbicara tentang pengertian komunikasi, tidak ada pengertian yang
benar ataupun yang salah, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk
menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa
pengertian tentang komunikasi terkadang terlalu sempit, seperti komunikasi
adalah penyampaian pesan, ataupun terlalu luas, seperti komunikasi
adalah proses interaksi antara dua makhluk, sehingga pelaku komunikasi
termasuk hewan, tumbuhan, bahkan jin (Rohim, 2009:9).
Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan pula bahwa,
komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang
atau
sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu
orang atau kelompok lain proses pengalihan informasi tersebut selalu
mengandung pengaruh tertentu.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami
tetapi hubungan di antara komunikasi menjadi rusak. Setiap kali kita
melakukan komunikasi, kita tidak saja sekedar menyampaikan isi pesan tetap
kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan saja menentukan
content tetapi juga relationship (Rohim, 2009:11).
|
12
2.1.2
Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar dib banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat
umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media
elektronik).
Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan kepada
lembaga (dalam bentuk saran-saran yang sering tertunda), proses komunikasi
didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya.
Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan
komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan
pesan yang disampaikan media massa ini (Mulyana, 2011:83-84).
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass
communication (media komunikasi massa). Media massa apa? Media massa
(atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu
ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional
seperti kentongan, angklung, gamelan, dan lain-lain.
Jadi, disini jelas media massa menunjuak pada hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2007:3-4).
Dalam buku Psikologi Komunikasi oleh Rakhmat (1996) menyatakan
salah satu definisi paling sederhana tentang komunikasi massa yang
|
13
dirumuskan oleh Bittner (1980) yang menyebutkan: Mass communication is
message communicated through a mass medium to a large number of people
(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang) (Morissan, 2011:21).
Konsep komunikasi massa pada satu sisi mengandung pengertian
suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan
kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan
tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi
mengenai komunikasi massa adalah media (Rohim, 2009:160).
Menurut Wright, salah satu perubahan teknologi baru itu
menyebabkan dipertanyakannya kembali definisi komunikasi itu sendiri.
Definisi komunikasi massa yang sebelumnya sudah cukup jelas. Komunikasi
massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri:
1.
Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar,
heterogen, dan anonim.
2.
Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk
bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak
dan sifatnya sementara.
3.
Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah
organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang
besar (Severin, Tankard, 2009:4).
Komunikasi massa juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Dengan demikian,
komunikasi massa juga bersifat transaksional yaitu tindakan
pihak-pihak
|
14
yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan
(Morissan, 2011:23).
2.1.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa
Secara teknis, Noelle (1973) berpendapat bahwa kita dapat
menunjukkan empat tanda pokok atau ciri-ciri dari komunikasi massa
bila
sistem komunikasi massa diperbandingkan dengan sistem komunikasi
interpersonal, yaitu:
1)
Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis;
2)
Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta
komunikasi;
3)
Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang terbatas dan
anonim;
4)
Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.
Dari empat tanda pokok tersebut, maka sebenarnya hanya tanda pokok
yang keempat saja yang menjadi ciri dari komunikasi massa, yaitu
mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Sedangkan tiga pokok
lainnya yaitu kesatu, kedua, dan ketiga, tidak hanya menjadi milik sistem
komunikasi massa saja tetapi juga berlaku pada sistem komunikasi
antarpribadi atau interpersonal (Morissan, 2011:21).
2.1.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick
C.
Whitney (1988) antara lain:
(1) to inform (menginformasikan);
(2) to entertain (memberi hiburan);
(3) to persuade (membujuk); dan
|
15
(4) transmission of the culture (transisi budaya).
Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam
bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan:
(1) providing information;
(2) providing entertainment;
(3) helping to persuade; dan
(4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).
Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh
Harold D. Lasswell yakni,
(1)
surveillance of environment (fungsi pengawasan);
(2)
correlation of the part of society in responding to the environment
(fungsi korelasi); dan
(3)
transmission if the social heritage from one generation to the next
(fungsi pewarisan sosial).
Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988)
menambah fungsi entertainment
(hiburan) dalam fungsi komuikasi massa
(Nurudin, 2007:64).
2.1.3
Media Massa
Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa
produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya
dalam masyarakat (Rohim, 2009:160).
Media massa adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak dalam jumlah besar atau sering disebut massa. Secara
etimologis, kata Media berasal dari bahasa Latin medium
yang secara
|
16
harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Atau dengan kata lain
media adalah perantara atau pengantar dari komunikator (pengirim pesan)
kepada komunikan (penerima pesan).
Sedangkan massa merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa
Inggris mass
yang artinya massa atau jumlah besar dan sering diartikan
dengan massa, rakyat, atau masyarakat. Dengan kata lain massa merupakan
masyarakat atau publik, dalam hal ini penerima pesan media.
Menurut Burhan Burgin (2006), media massa adalah media komunikasi
dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat
diakses oleh masyarakat secara massal pula. Seperti yang dikatakan oleh
Laswell,
media digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak, terlebih apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
itu akan disampaikan kepada khalayak yang berjauhan atau dalam jumlah
yang banyak.
Dengan demikian, semua pesan yang disampaikan adalah pesan yang
dapat diakses oleh publik. Proses penyampaian pesan melalui media massa
biasanya terjadi dalam satu arah dengan efek yang tidak langsung
(Darmastuti, 2012:57-58).
Katx, Gurevitch, dan Haas (1973) memandang media massa sebagai
suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan
(atau
memutuskan hubungan) dengan kata lain (Severin, Tankard, 2009:357).
Morissan (2011:21) mengatakan bahwa, Dalam komunikasi massa,
media teknis yang dimaksudkan adalah surat kabar, pesawat radio,
dan
televisi. Dalam komunikasi interpersonal, pesan yang disampaikan pada
dasarnya juga bersifat tidak langsung dan harus melewati media teknis.
|
17
Di sisi lain, perkembangan teknologi komunikasi ternyata membawa
dampak yang sangat besar terhadap lahirnya media
massa yang baru. Pada
awal 20-an media penyiaran mulai bermunculan di tengah-tengah masyarakat.
Televisi, radio, dan internet menjadi bagian yang tidak dapat lagi dipisahkan
dari kehidupan manusia. Hal ini bisa dilihat dari terpaan media massa
(baik
itu radio, televisi, dan internet) yang sangat tinggi dalam kehidupan
masyarakat kita. Dari semua media massa yang ada, terpaan yang paling
tinggi adalah televisi (Darmastuti, 2012:59).
2.1.4
Televisi
2.1.4.1 Definisi Televisi
Televisi kalau diartikan secara cepat yakni melihat jauh, namun
pengertian tersebut terlalu sederhana karena sebenarnya ada dua bagian
utama yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan
sinyal-sinyal gambar (view) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga
sinyal-sinyal
tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi
pada jarak yang
cukup jauh.
Televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan merubah
kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat
dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Maka secara mudah
diterjemahkan pesawat televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk
melihat dan mendengar dari tempat yang jauh (Setyobudi, 2012:8).
Televisi merupakan media massa yang mengalami perkembangan
paling fenomenal di dunia. Meski lahir paling belakangan dibanding media
massa cetak dan radio, namun pada akhirnya media televisilah yang paling
|
18
banyak diakses oleh masyarakat di mana pun di dunia ini. Menurut DeFleur
dan Dennis (1985), 98% rumah tangga di Amerika Serikat memiliki pesawat
tv, dan bahkan 50% di antaranya memiliki lebih dari satu persawat (Badjuri,
2010:11).
Sebagai media massa yang tumbuh belakangan, dan merupakan
konvergensi dari media radio, surat kabar, industri musik, pertunjukkan
panggung, dan sebagainya, televisi memiliki kekuatan yang sangat besar
dibanding jenis media massa lain. Meskipun teknologi internet dengan
berbagai kelebihannya, namun sampai saat ini internet belum mampu
menggeser dominasi televisi (Badjuri, 2010:14).
Televisi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis media
lainnya yang mencakup daya jangkau luas, selektivitas,
dan fleksibelitas,
fokus perhatian, kreativitas dan efek, prestise, serta waktu tertentu (Morissan,
2010:240).
2.1.4.2 Sejarah Televisi
Pada tahun 1873 seorang operator telegram asal Valentia, Irlandia yang
bernama Joseph May menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi
elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya
kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (silenium
photocell). Joseph May bersama Willoughby Smith (teknisi dari Telegraph
Construction Maintenance Company) melakukan beberapa percobaan yang
selanjutnya dilaporkan pada Journal of The Society of Telegraph Engineers.
Hal ini merupakan embrio dari teknologi perekaman gambar.
Setelah kurun waktu lamanya kemudian diciptakan sebuah piringan
metal kecil yang bisa berputar dengan lubang-lubang didalamnya oleh
|
19
seorang mahasiswa yang bernama Julius Paul Gottlieb Nipkow (18601940)
atau lebih dikenal Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan
disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi.
Sekitar tahun 1920 John Logie Baird (1888-1946) dan Charles Francis
Jenkins (1867-1934) menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk
menciptakan suatu sistem dalam penangkapan
gambar, transmisi, serta
penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan
sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada
waktu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)
(Mabruri, 2013:2).
Namun
baru tahun 1928 Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat)
menemukan tabung kamera atau iconoscope
yang bisa menangkap dan
mengirim gambar ke kotak bernama televisi. Iconoscope bekerja mengubah
gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis untuk
selanjutnya
diperkuat dan
ditumpangkan ke dalam gelombang radio.
Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil menciptakan pesawat
televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan Worlds
Fair pada tahun 1939.
Kemunculan televisi pada awalnya ditanggapi biasa saja oleh
masyarakat. Harga pesawat televisi ketika itu masih mahal, selain itu belum
tersedia banyak program untuk disaksikan. Pengisi acara televisi pada masa
itu bahkan meragukan masa depan televisi, mereka tidak yakin televisi dapat
berkembang dengan pesat. Pembawa acara televisi ketika itu, harus
mengenakan make-up biru tebal agar dapat terlihat normal ketika muncul di
|
20
televisi. Mereka juga harus menelan tablet garam untuk mengurangi keringat
yang membanjir di badan karena intensitas cahaya lampu studio yang sangat
tinggi, menyebabkan para mengisi acara sangat kepanasan.
Perang Dunia ke-2 sempat menghentikan perkembangan televisi.
Namun setelah perang usai, teknologi baru yang telah disempurnakan selama
perang, berhasil mendorong kemajuan televisi. Kamera
televisi baru tidak
lagi membutuhkan banyak cahaya sehingga para pengisi acara di studio tidak
lagi kepanasan. Selain itu, layar televisi sudah menjadi lebih besar, terdapat
lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal
membentuk jaringan. Masa depan televisi mulai menjanjikan.
Joseph R. D. mengemukakan dalam bukunya The Dynamics of Mass
Communication, awalnya di tahun 1945, hanya terdapat delapan stasiun
televisi dan 8000 pesawat televisi di seluruh AS. Namun sepuluh tahun
kemudian, jumlah stasiun televisi meningkat hampir 100 stasiun sedangkan
jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi mencapai 35 juta rumah
tangga atau 67 persen dari total rumah tangga.
Perkembangan industri televisi di AS mengikuti model radio untuk
membentuk jaringan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan, program
lokal juga bekerja sama dengan tiga televisi jaringan itu menjadi sumber
program utama bagi stasiun afiliasinya.
Semua program televisi pada awalnya ditayangkan dalam siaran
langsung (live). Pertunjukan opera di New York menjadi program favorit
televisi dan disiarkan secara langsung. Ketika itu, belum ditemukan kaset
penyimpanan suara dan gambar (videotape). Pengisi acara televisi harus
|
21
mengulang lagi pertunjukannya beberapa kali agar dapat disiarkan pada
kesempatan lain. Barulah pada tahun 1956, Ampex Corporation berhasil
mengembangkan videotape sebagai sarana yang murah dan efisien untuk
menyimpan suara dan gambar program televisi. Pada awal tahun 1960-an
hampir seluruh program, yang pada awalnya disiarkan secara langsung,
diubah dan disimpan dalam videotape.
Pesawat televisi berwarna mulai diperkenalkan kepada publik pada
tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna dilaksanakan pertama kali oleh
stasiun televisi NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program siaran
berwarna selama tiga jam setiap harinya (Morissan, 2011:6-7).
Sebuah mesin cetak, penemuan terpenting dalam teknologi komunikasi
adalah televisi. Televisi telah mengubah bagaimana guru mengajar,
mengubah pemerintah dalam memerintah, mengubah pimpinan agama dalam
berkhotbah, dan mengubah cara kita dalam mengatur perabotan rumah.
Televisi telah mengubah sifat, cara beroperasi, dan hubungan khalayak
dengan buku, majalah, film, dan radio.
Komputer dengan kekuatan jaringan yang dimilikinya, dapat saja
mengambil alih posisi televisi sebagai medium komunikasi massa, namun
televisi bahkan sudah menentukan masa depannya sendiri (Baran, 2012:303).
Perkembangan teknologi informasi khususnya televisi, membuat dunia
semakin hari semakin dekat saja.
Meskipun arus informasi yang mengalir
tersebut akan mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Namun hal
tersebut tidak bisa dielakkan karena perubahan zaman yang sangat dinamis
saat ini.
|
22
Keberadaan perkembangan arus informasi tersebut, sebenarnya berjalan
secara alamiah sesuai dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
Berdasarkan teori Alfin Tofler dalam bukunya yang berjudul The Third
Wave, dimana dalam buku tersebut dijabarkan mengenai siklus peradaban
manusia dalam tiga kategori utama yaitu pertama ditandai dengan penemuan-
penemuan dibidang pertanian, peradaban kedua dengan revolusi industri, dan
peradaban ketiga dikembangkannya revolusi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Setyobudi, 2012:7).
2.1.4.3 Perkembangan Siaran Televisi di Indonesia
Mila Day dalam bukunya Buku Pinter Televisi menyatakan bahwa,
siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan
langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada
tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran
percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 jam 14:30 WIB
yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari
stadion utama Gelora Bung Karno.
Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun
penonton televisi Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi.
Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada
kelompok usaha Bimantara unruk membuka stasiun televisi swasta pertama
di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI.
Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan
industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan
masyarakat terhadap informasi juga bertambah. Menjelang tahun
2000
muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro, Trans, TV7,
|
23
Lativi, dan Global) serta beberapa televisi berlangganan yang menyajikan
berbagai dalam dan luar negeri.
Setelah Undang-Undang Penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah
televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di
daerah, yang terbagi dalam
empat kategori yaitu, televisi
publik, swasta,
berlangganan,
dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar
memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi
(Morissan, 2011:9-10).
Ketentuan dalam undang-undang penyiaran pasal 13 No.32 Tahun
2002, menyebutkan bahwa stasiun penyiaran swasta adalah lembaga
penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia yang
bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.
Bersifat komersial yang sebagian besar berasal dari
penayangan iklan dan
juga usaha sah lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
Stasiun swasta diselenggarakan melalui sistem terestrial dan/atau
melalui sistem satelit secara analog atau digital. Stasiun swasta dapat pula
melaksanakan dengan menggunakan saluran multipleksing. Dalam hal ini,
terdapat ketentuan bahwa dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing
stasiun swasta hanya dapat menyiarkan satu program siaran
(Morissan,
2011:88).
2.1.5
Program Televisi
Kata program berasal dari bahasa Inggris programme atau program
(gaya penulisan Amerika) yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang
Penyiaran Indonesia tidak menggunakaan kata program untuk acara tetapi
|
24
menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau
rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata
program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia
daripada kata siaran untuk mengacu kepada pengertian acara.
Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki
pengertian yang sangat luas.
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien
tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah
itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan
produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada
pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan.
Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang
sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu
rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan
pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak
akan mendapatkan pendengar atau penonton (Morissan, 2011:209-210).
Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
profesional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan
pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment),
biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan
pelaksanaan produksi.
Berpikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser
profesional berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu,
selain menghibur, dapat menjadi suatu
sajian yang bernilai, dan
memiliki
|
25
makna. Apa yang disebut nilai itu akan tampil apabila sebuah produksi acara
bertolak
dari suatu visi. Dengan kata lain, produksi yang bernilai atau
berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi
(Wibowo, 2009:23).
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa
saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu
menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan
kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran
dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan
berbagai program yang menarik.
Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar berdasarkan jenisnya yaitu:
1)
Program Informasi (berita)
Program informasi di televisi, sesuai dengan namanya,
memberikan
banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu
penonton terhadap sesuatu hal. Program informasi adalah segala jenis
siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan
(informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah
informasi, dan informasi itulah yang dijual kepada audien. Dengan
demikian, program informasi tidak hanya melulu program berita di
mana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk
penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya
wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja
(Morissan, 2011:217-219).
|
26
2)
Program Hiburan (entertainment)
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan
untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan
permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah
drama, permainan (game), musik, dan pertunjukan (Morissan,
2011:223).
Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan,
persepsi, dan perasaan penontonnya sehingga membuat mereka terhipnotis
dan terhanyut dalam pertunjukan televisi. Bahasa yang digunakan dalam
media populer seperti televisi, radio, dan media cetak pun turut memberikan
pengaruh pada pemakaian bahasa pergaulan remaja sehari-hari. Penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar umumnya jarang digunakan dalam
tayangan televisi, misalnya tayangan sinetron atau acara musik.
Perkembangan teknologi membuat penyiaran televisi mudah
menjangkau rumah-rumah dengan bebas dan cenderung tanpa kendali
sehingga meningkatkan kecemasan tentang efek media massa terhadap
khalayaknya. Dari sekian banyak media massa,
televisi diduga mempunyai
pengaruh yang cukup kuat terhadap penontonnya. Dari televisi pula orang
dapat belajar banyak tentang informasi dan memahami tentang dunia,
bagaimana perilaku dalam masyarakat, mempelajari hubungan sosial, hingga
nilai-nilai perilaku sosial, dan anti-sosial (Azeharie, 2011:66-67).
2.1.5.1 Daypart
Walaupun disadari bahwa audien merupakan faktor paling penting bagi
media namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pengelola media
|
27
massa atau komunikator massa sering kali menjadikan audien bukan sebagai
daktor terpenting yang mempengaruhi pekerjaan mereka, namun demikian
mereka tetap mengikuti laporan peringkat acara (rating) dan angka penjualan
iklan sebagai indikator untuk mengetahui jumlah
audien mereka (Morissan,
2011:264)
Audien yang ada atau tersedia pada setiap bagian waktu siaran menjadi
faktor menentukan yang harus dipertimbangkan secara cermat oleh pengelola
program stasiun televisi dalam pemilihan program dan menentukan waktu
penayangan program. Pengelola program televisi harus mengetahui siapa
audien yang menonton televisi pada waktu-waktu tertentu.
Pada dasarnya setiap jam memiliki komposisi audien yang berbeda.
Mengetahui siapa audien televisi pada waktu tertentu sangat penting dalam
menentukan program yang akan ditayangkan. Hal ini juga penting bagi
pemasang iklan. Tabel pada halaman selanjutnya menjelaskan komposisi
audien yang teerbentuk pada waktu-waktu tertentu setiap harinya (Morissan,
2011:295-297).
Persaingan media penyiaran pada dasarnya adalah persaingan merebut
perhatian audien dan untuk dapat merebut perhatian audien, maka pengelola
stasiun penyiaran harus memahami siapa audien mereka dan apa kebutuhan
mereka. Dalam era persaingan dewasa ini setiap media penyiaran harus
memiliki strategi yang jelas dalam merebut audien.
Strategi merebut audien adalah sama saja dengan strategi pemasaran
(marketing) dakam arti yang luas. Audien adalah pasar, dan program yang
disajikan adalah produk yang ditawarkan (Morissan, 2011:173).
|
![]() 28
Tabel 2.1 Pembagian Waktu Siaran dan Ketersediaan Audien
BAGIAN HARI
AUDIEN TERSEDIA
Pagi Hari
(06.00 09.00)
Anak-anak, ibu rumah tangga, pensiunan, pelajar,
dan karyawan yang akan berangkat ke kantor.
Jelang Siang
(09-00 12:00)
Anak-anak prasekolah, ibu rumah tangga,
pensiunan, dan karyawan yang bertugas secara
giliran (shift).
Siang Hari
(12.00-16.00)
Karyawan yang makan siang di rumah, pelajar
yang pulang dari sekolah.
Sore Hari (Early Fringe)
(16.00 18.00)
Karyawan yang pulang dari tempat kerja, anak-
anak dan remaja.
Awal Malam (Early
Evening)
(18.00 19.00)
Hampir sebagian besar audien sudah berada di
rumah.
Jelang Waktu Utama
(Prime Acces)
(19.00 20.00)
Seluruh audien tersedia menonton TV pada waktu
ini.
Waktu Utama
(Prime Time)
(20.00 23.00)
Seluruh audien tersedia pada waktu ini utamanya
antara pukul 20.00-21.00. namun setelah itu,
audien mulai berkurang utamanya audien anak-
anak, para pensiunan, dan mereka yang harus
tidur lebih cepat agar dapat bangun pagi-pagi.
Jelang Tengah Malam
(Late Fringe)
(23.00 - 23.30)
Umumnya orang dewasa.
Akhir Malam
(Late Night)
(23.30 02.00)
Orang dewasa, termasuk karyawan yang bertugas
secara giliran (shift).
Dini hari (Overnight)
(02.00 06.00)
Orang dewasa, termasuk karyawan yang bertugas
secara giliran (shift).
(Sumber: Peter K. Pringle, Michael F. Starr, William E. McCavit; Electronic
Media Management, second edition, Focal Press, Boston-London, 1991)
Berdasarkan tabel terget penonton berdasarkan pada segmentasi usia
menurut George E, Belch dan Michael A. Belch dari standart di Amerika
Serikat (AS), Indonesia menurut pembagian Biro Pusat Statistik), dan
|
![]() 29
menurut lembaga riset media Nielsen (Morissan, 2011:184) adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Tabel Target Penonton
Standar di AS
No.
Target Audience
1
0-6 tahun
2
6-11 tahun
3
12-17 tahun
4
18-24 tahun
5
25-34 tahun
6
35-49 tahun
7
50-64 tahun
8
Di atas 64 tahun
BPS
No.
Target Audience
1
0-14 tahun
2
15-20 tahun
3
20-29 tahun
4
30-39 tahun
5
40 + tahun
Nielsen
No.
Target Audience
1
5-9 tahun
2
10-19 tahun
3
20-29 tahun
4
30-39 tahun
5
40 + tahun
|
30
2.1.6
Program Magazine
Dalam bahasa Inggris, magazine
berarti majalah. Selayaknya majalah
yang dijual diberbagai tempat, target pembacanya bermacam-macam. Mulai
dari majalah yang sarat dengan muatan berita aktual untuk politik dan sosial-
budaya ditujukan untuk pembaca berpendidikan seperti Tempo, Gatra, dll,
yang lain adalah majalah News Music
yang berisikan informasi dan ulasan
tentang dunia musik dari dalam dan luar negeri ditujukan untuk para
pemusik, pengamat musik pada umumnya.
Majalah (magazine) adalah gabungan uraian fakta dan atau pendapat
yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara atau gabungan dari
beberapa feature. Pada radio dan televisi disebut majalah udara.
Ada majalah yang isinya homogen (satu jenis bidang saja), yang disebut
majalah khusus, dan ada pula yang isinya heterogen, yang disebut majalah
umum. Contoh majalah udara umum adalah acara Apresiasi Film dan
Spektrum di TVRI tahun 1990-an, Horison di Indosiar, Potret di SCTV,
Gapura di RCTI, dll sedangkan majalah khusus adalah acara Dian Rana
TVRI tahun 1990-an. Acara-acara serupa Spotlite Trans | 7, acara sport, acara
pemotretan model, dan acara khusus pe-hobby
motor & mobil di beberapa
stasiun tv itu juga sudah merupakan magazine show (Mabruri, 2013:124).
Menurut Naratama,
(2006) magazine show
adalah format acara TV
yang mempunyai format menyerupai majalah (Media Cetak), yang di
dalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang disajikan dalam
reportase actual
atau timeless
sesuai dengan minat dan tendensi dari target
penontonnya.
|
31
Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara.
Contoh bentuk satu program itu, seperti acara apresiasi Film dan Spektrum di
TVRI. Sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka
waktu terbit,
mingguan, bulanan, dwi bulanan, tergantung dari kemauan
produser. Dalam program itu juga terdapat rubrik-rubrik tetap yang berisi
bahasan-bahasan.
Program magazine
mirip dengan program feature. Perbedaannya kalau
program feature satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan
disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine
bukan
hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang
kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, dan musik yang ditampilkan
dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format (Wibowo,
2009:196).
Fred Wibowo (2009:202) juga menjelaskan bahwa format dokumenter
dan narasi voice over akan membuat program magazine menjadi lebih kaya.
Dokumenter itu harus merupakan rangkaian kejadian atau peristiwa-peristiwa
yang menarik. Misalnya, dalam magazine
perempuan, dihadirkan
dokumentasi peninggalan sejarah R. A. Kartini (tempat mengajar, rumah,
surat-surat, kerabat dekat dan makna keberadaannya), yang dirasakan gadis-
gadis dan kaum perempuan umumnya di Indonesia.
Banyak kemungkinan yang dapat dibuat dengan program magazine.
Magazine dan feature
merupakan dua format program yang sangat kaya dan
sungguh bercorak audio visual, yaitu cepat, bervariasi, kaya, mendalam, dan
menarik. Oleh karena itu, program tersebut sebenarnya menarik minat banyak
|
32
penonton sekaligus bermanfaat namun, memproduksi program semacam ini
dengan hasil maksimal cukup mahal dan tidak gampang.
Mabruri (2013) menjelaskan dalam bukunya bahwa belakangan
sebagian besar acara olahraga (sport) dikemas menjadi kemasan magazine
yang bersifat khusus, karena hanya menyajikan seputar olahraga saja. Pada
magazine, materi berita hanya merupakan selingan, itu pun apabila beritanya
eksklusif, penting, atau sangat menarik. Perhatian magazine lebih pada materi
yang bersifat mendalam dan berkaitan dengan human interest. Isi magazine
dapat berupa gabungan uraian berita sejenis, misalnya semuanya mengenai
human interest. Ada pula yang bervariasi, misalnya ada uraian sosial, politik,
ekonomi, pariwisata, hiburan, wanita, film, pendidikan, seni budaya, dan lain-
lain.
Teknik penyajian magazine
ada yang menampilkan satu atau dua
pembawa acara, bahkan ada pula yang tanpa penyiar. Magazine
termasuk
dalam jajaran berita berkala, karena sebagian besar materinya bersifat tidak
terikat waktu alias timeless, hanya saja penyajiannya lebih diperdalam
(eksploratif).
Seperti majalah pada media cetak ada yang terbit mingguan, bulanan,
tergantung dari kemauan Pimred-nya. Begitu juga majalah udara (magazine
show) jam siarnya pun bervariasi ada yang mingguan, bulanan, dan bahkan
harian. Dalam majalah udara juga terdapat rubik tetap yang berisi bahasan-
bahasan.
Dengan demikian program ini mirip dengan feature, bedanya kalau
feature
hanya memuat satu bahasan yang disorot dalam berbagai format,
|
33
tetapi kalau majalah udara memuat lebih dari satu bidang kehidupan. Durasi
program acara magazine
ini adalah berkisar dari 30-50 menit dan memuat 6-
10 rubrik.
2.1.7
Olahraga
Olahraga merupakan kegiatan yang hampir sama tuanya dengan
kehidupan manusia itu sendiri. Olahraga dari kegiatan yang sangat sederhana
hingga pada akhirnya menjadi sebuah kegiatan yang tidak hanya sebagai
bentuk kegiatan untuk olah jasmani (fisik) dan olahraga (psikis) tetapi juga
sebagai bentuk apresiasi budaya dan perlombaan.
Olahraga dalam perkembangannya tidak hanya sebagai olah fisik
semata tetapi juga olah kanuragan, keterampilan dan untuk kekuatan baik
fisik maupun psikis (akal). Sejarah olahraga mengalami perkembangan dari
zaman ke zaman sejak zaman Yunani hingga saat ini (Atmasubrata, 2012:5).
Seiring dengan perkembangan penelitian dunia olahraga sudah maju,
maka diperoleh beberapa hasil yang memberikan manfaat yang seluas-
luasnya bagi yang melakukan aktivitas olahraga baik secara fisik maupun
mental. Meskipun olahraga mempunyai manfaat yang sangat penting bagi
banyak orang namun tidak semua orang manusia melakukan olahraga.
Untuk itu maka sejak usia dini harus dibiasakan untuk gemar
berolahraga dengan memberikan gerak sebanyak-banyaknnya, variasi gerak
yang cukup sehingga mereka akan suka dengan dunia olahraga (Mutohir,
Muhyi, dan Fenanlampir, 2011:7).
Berita dan Olahraga adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang
|
![]() 34
berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari yang bersifat timeless
atau time concern. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang
disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat
liputan yang independen (Mabruri, 2013:32).
2.2
Teori Khusus
2.2.1
Tahapan Produksi Program Televisi
Secara umum tahapan sebuah produksi program televisi menurut
Herbert Zettl, seorang profesor penyiaran dan seni berkomunikasi pada media
elektronik di San Fransisco University tahapan produksi televisi susunannya
sebagai berikut (Fachruddin, 2012:2-9):
1.
Preproduction Planning: From Idea to Script (Praproduksi: Dari ide
sampai naskah):
a.
Ide program
b.
Model program
Gambar 2.1 Efek Model Program
IDE
Produksi
Proses penyampaian
pesan
Pesan yang ingin
disampaikan kepada
target audiens
|
35
c.
Proposal program
d.
Persiapan budget
e.
Presentasi proposal
f.
Menulis naskah
2.
Preproduction Planning: Coordination
(Perencanaan Preproduksi:
Koordinasi)
a.
Penjadwalan
b.
Administrasi perizinan
c.
Promosi
3.
Line Producer: Host and Watchdog
4.
Post Production Activities (aktivitas Pasca Produksi)
Wibowo (2009:38-40) menjelaskan bahwa ada 5 tahap pelaksanaan
produksi. Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan,
orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu
organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas
efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap
sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim
disebut Standart Operation Procedure (SOP), seperti berikut:
a.
pra produksi (ide, perencanaan dan persiapan)
b.
produksi (pelaksanaan)
c.
pasca-produksi (penyelesaian dan penayangan).
a. Pra-produksi (Perencanaan dan Persiapan)
Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan
rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi
yang direncanakan sudah
beres.
|
36
Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut ini:
(1) Penemuan Ide
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau
gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis
naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
(2) Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule) yang
sudah dietapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat
ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang
yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering
mengabaikan hal
yang sifatnya pemikiran di atas kertas. Dalam produksi program
televisi, hal itu dapat berakibat kegagalan. Sebagian besar pekerjaan
dalam produksi program televisi bukan shooting
di lapangan hanya
memerlukan waktu tujuh atau sepuluh
hari.
Namun, perencanaan dan
persiapan dapat makan waktu beberapa minggu dengan lebih banyak
menggunakan kertas-kertas dann pena daripada kamera atau peralatan
teknik yang lain.
b. Produksi
Baru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul pelaksanaan
produksi
dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para arts
dan crew
mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan
(shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.
c. Pasca-Produksi
Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline,
editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam teknik, yaitu:
|
37
pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier dengan
komputer.
(1) Editing offline dengan teknik analog
Setelah shooting
selesai, script boy/girl
membuat logging, yaitu
mencatat kembali semua hasil shooting
berdasarkan catatan shooting
dan gambar. Di dalam logging time code
(nomor kode yang berupa
digit frame, detik, menit, dan jam dimunculkan dalam gambar) dan
hasil pengambilan setiap shoot dicatat (Wibowo, 2009:42).
(2) Editing online dengan teknik analog
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit, editor mengedit hasil
shooting
asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene)
dibuat tepat berdasarkan catatan time-code
dakam naskah editing.
Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan
sempurna. Setelah editing online
ini siap, proses berlanjut dengan
mixing.
(3) Mixing (campuran gambar dengan suara)
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah
direkam, dimasukkan kedalam pita hasil editing online
sesuai dengan
petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing.
Keseimbangan sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan
terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang
penting dalam post production
sudah selesai. Secara menyeluruh
produksi juga sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan
|
38
preview. Dalam preview tidak adalagi yang harus diperbaiki. Apabila
semua sudah siap maka program ini siap juga untuk ditayangkan
(4) Editing offline dengan teknik digital adalah editing yang menggunakan
komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut
bermacam-macam nama, jenis dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle
Matrox Canupus, dll. Dengan alat editing tersebut dapat digunakan
berbagai macam program editing berdasarkan kebutuhan, seperti Adobe
Premiere Three D Max
After Effect dan banyak program lainnya.
Tahapan pertama, yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh
hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging
memperoleh OK,
ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing
atau digitizing, yaitu
mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan
dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan
sutradara. Dalam editing offline
dengan sistem digital ini, penyusunan
tidak harus mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog.
Tetapi mungkin saja dikerjakan dahulu urutan adegan yang ditengah,
bari bagian akhir lalu bagian awal. Sesudah tersusun baik baru
diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot
yang sudah
disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah
render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu
dikoreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan menambah,
mengurangi atau menyisipi
shoot yang diperlukan. Setelah semuanya
memuaskan boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan offline dalam
komputer langsung dibuat menjadi online.
|
39
(5) Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan
hasil editing offline
dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik
ilustrasi atau efek gamat (misalnya perlu animasi atau wipe
efek) dan
suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua
sempurna, hasil online
ini
kemudian dimasukkan kembali dari file
menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas
broadcast standart. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan
pekerjaan di stasiun televisi.
Penayangan program distasiun televisi dibatasi oleh frame
waktu atau
slot. Oleh karena itu, dalam screening hal ini juga perlu diperhatikan. Apabila
program ternyata melebihi frame waktu yang disediakan, harus dipotong di
tempat yang tidak akan mengganggu kontinuitas program. Biasanya slot
waktu dalam program televisi adalah 30 menit, 60 menit atau yang terpanjang
90 menit sudah termasuk commercial break
(waktu untuk iklan). Program
televisi biasanya dibuat 24 menit untuk slot 30 menit, 48 menit untuk slot 60
menit. Sisa waktu diperuntukkan commercial break. Selebihnya penayangan
menjadi tanggung jawab petugas dari stasiun televisi.
Menurut Leli Achlina dan Purnama Suwardi (2011:136) dalam Kamus
Istilah Pertelevisian, Production;
produksi adalah suatu kegiatan membuat
program acara televisi, baik di lapangan maupun di studio, biasanya dibagi
dalam tiga kategori, yaitu praproduksi atau persiapan sebelum produksi,
kegiatan produksi, dan pascaproduksi.
(Achlina, Suwardi, 2011:137) Pre-production
adalah proses
perencanaan dan persiapan sebelum produksi di lapangan atau di studio.
|
40
Post production; pascaproduksi adalah tahap penyelesaian atau tahap
akhir penyempurnaan materi program untuk siaran yang proses produksinya
di lapangan atau di studio telah selesai; biasanya mencakup kegiatan
pengeditan gambar, pengisian grafik, narasi, efek, dan ilustrasi musik.
Melalui perencanaan, stasiun penyiaran menetapkan rencana dan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pengawasan dan evaluasi menentukan
seberapa jauh suatu rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan
oleh penyiaran, departmen, dan karyawan.
Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-masing individu
dan departmen memungkinkan manajer umum membandingkan kinerja
sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kedua kinerja tersebut
tidak sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan.
Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang
dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Misalnya,
jumlah dan komposisi audien yang menonton atau mendengarkan program
stasiun penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui laporan
riset rating.
Jika jumlah audien yang tertarik dan mengikuti program stasiun
penyiaran lebih rendah dari yang ditargetkan, maka proses pengawasan
mencakup kegiatan
pengenalan terhadap masalah dan memberikan
pengarahan untuk dilakukan diskusi agar mendapatkan solusi. Hasil diskusi
dapat berupa perubahan rencana misalnya revisi yang lebih rendah dari
ekspektasi sebelumnya atau tindakan lain yang akan dilakukan untuk dapat
mencapai target semula.
|
41
Tingkat penjualan iklan stasiun penyiaran juga dapat diukur. Suatu
analisis dapat mengungkapkan bahwa target pendapatan yang diproyeksikan
sebelumnya adalah tidak realistis dan karenanya penyesuaian perlu dilakukan.
Sebaliknya,
jika hasil analisis mengungkapkan bahwa proyeksi pendapatan
itu dapat direalisasikan, maka diskusi harus diarahkan pada upaya untuk
menambah jumlah tenaga pemasaran, atau menyesuaikan tarif iklan (rate
card) atau perubahan tingkat komisi stasiun penyiaran kepada biro iklan.
Manajer program sering disebut sebagai pelindung (protector) atas
lisensi atau izin siaran yang diperoleh stasiun penyiaran. Hal ini disebabkan
manajer program bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program
stasiun sudah berjalan sesuai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh izin. Menurut Peter Pringle, dalam hal pengawasan program
(program control), manajer program harus melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Mempersiapkan standar program stasiun penyiaran.
b.
Mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan standar stasiun dan
aturan perundangan yang berlaku.
c.
Memelihara catatan (records) program yang disiarkan.
d.
Mengarahkan dan mengawasi kegiatan staf departmen program.
e.
Memastikan kepatuhan stasiun terhadap kontrak yang sudah dibuat.
Misalnya dengan para pemasok program, lembaga lisensi lagu dan
rekaman, stasiun jaringan, dan lain-lain.
f.
Memastikan bahwa biaya program tidak melebihi jumlah yang sudah
dianggarakan.
|
42
Pada proses penggarapan magazine
itu meliputi tahapan praproduksi-
produksi-pascaproduksi
sama seperti dalam proses membuat karya fiksi
seperti film, namun ada perbedaan yang sangat mencolok untuk lebih jelasnya
coba perhatikan uraian berikut ini (Mabruri, 2013:126):
1.
Tahapan Praproduksi
Hal-hal yang dipersiapkan dalam tahap praproduksi magazine:
1)
Menentukan ide/gagasan
2)
Penulisan naskah (script writing) meliputi:
a.
Sinopsis
b.
Treatment
c.
Skenario/screenplay
3)
Pembentukan kerabat kerja
4)
Membuat konten/isi magazine
5)
Menyiapkan biaya produksi
6)
Menyiapkan keperluan administrasi
7)
Struktur/job desk organisasi produksi
8)
Persuratan untuk produksi
9)
Persuratan untuk di lapangan
10)
Survey/hunting lokasi
11)
Casting pemain
12)
Reading dan rehearsal pemain
13)
Menentukan/melengkapi kerabat kerja
14)
Membuat directors treatment & shot list
15)
Membuat breakdown shot
16)
Membuat floor plan
|
43
17)
Membuat run down shooting schedule
18)
Membuat design produksi
Karena magazine
merupakan program acara tv format non drama
yang memerlukan direction
(arahan) dari Director, maka proses
praproduksinya pun menyerupai format acara tv drama. Intinya pada
tahapan ini semua kru yang terlibat harus membuat isi/konten dari
magazine
tersebut. Konten atau isi magazine
itu berupa liputan atau
feature yang telah disepakati sesuai dengan hasil rapat praproduksi. Jadi,
pada saat Anda memproduksi feature
berarti Anda sedang memasuki
tahapan praproduksi meskipun dalam feature
Anda sedang memasuki
tahapan produksi.
2.
Tahapan Produksi
Pada tahapan ini seluruh teamwork
menyiapkan shooting
baik bersifat
live show
atau tapping untuk paket program magazine. Program
magazine
juga biasanya dibawakan oleh host
atau tanpa host. Secara
umum meliputi:
1) Hunting lokasi (untuk sutradara)
2) Rehearsal
3) Shooting
4) Mengirim hasil shooting ke editing library studio editing
3.
Tahapan Pascaproduksi
Ini merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian jalannya pembuatan
program acara TV secara umum meliputi:
1)
Mengambil bahan dari library studio editing
2)
Mempelajari skenario
|
44
3)
Melakukan editing kasar (off line editing)
4)
Melakukan editing halus (on line editing)
5)
Menyusun narasi
6)
Dubbing narasi
7)
Mengisi narasi
8)
Menambahkan ilustrasi musik
9)
Menambahkan sound effect
10) Menambahkan credit title
11) Mixing
12) Picture lock
13) Final edit
14) Distribution gambar
Menurut Wibowo (2009:196) tahapan produksi pada jenis program
televisi magazine adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Produser program magazine
sebagaimana produser news
(siaran berita) memiliki redaktur (desk) tertentu, beberapa reporter,
dan pembahas. Mereka yang bertugas mencari, mengumpulkan dan
menyeleksi materi produksi sebelum direkam, Produser menyusun
rubrik dan materi produksi yang terseleksi sedemikian rupa sehingga
antara format yang satu dan format yang lain cukup bervariasi dan
semakin meningkat daya tariknya. Karena durasi yang cukup panjang
apabila sebuah program kurang bervariasi dan menarik, pasti
ditinggalkan penontonnya.
|
45
Desk yang bertanggung jawab pada rubrik tertentu dalam
program magazine
tidak perlu menunggu tugas dari produser untuk
membuat liputan peristiwa yang berhubungan dengan rubriknya,
belum tentu peristiwa atau liputan itu dipakai dalam edisi minggu ini.
Namun, minggu berikut mungkin sekali liputan itu dipakai. Tentu saja
tidak sembarang peristiwa yang berhubungan dengan rubrik itu harus
diliput. Peristiwa menarik dan istimewa saja yang diliput kemudian
disimpan sampai dibutuhkan untuk mengisi tayangan di suatu edisi.
Dengan demikian, lemari dek tidak dipenuhi oleh sesuatu yang tidak
berguna.
Penanggung jawab dek berarti semacam redaksi yang terus-
menerus harus membuat rencana untuk edisi berikutnya. Bersama
produser sebagai pengarah atau ketua redaksi, para penanggung jawab
desk merencanakan format dan susunan sajian setiap edisi. Dalam
perencanaan, rubrik-rubrik itu harus tersaji dengan seimbang dan
menarik. Rubrik yang kurang memikat perlu dikurangi waktunya.
Sementara itu, rubrik yang menarik boleh diperpanjang sedikit.
Keseimbangan dalam hal ini bukan didasari oleh waktu yang sama,
melainkan daya tarik program (Wibowo, 2009:196-198).
2.
Tahapan Pelaksanaan Produksi
Di dalam pertemuan perencanaan, produser menentukan terlebih
dahulu sajian utama dari program yang diproduksi. Kemudian setiap
reporter mulai mencari dan mengumpulkan materi produksi. Apabila
program itu mingguan, cukup berat bagi para reporter untuk dapat
memenuhi rubrik-rubrik yang ada. Majalah udara, bukan majalah
|
46
cetak yang berisi karangan atau uraian. Uraian dalam program
magazine berarti rekaman gambari ilustrasi yang menarik, sepanjang
uraian atau wawancara yang ada. Kekurangan gambar berarti program
dapat menjemukan. Dalam hal ini, berdasarkan bidang kehidupan
yang menjadi program magazine tersebut, redaksi dek-dek dapat terus
mengumpulkan bahan dari kejadian atau peristiwa setiap hari yang
ada hubungannya dengan deknya. Simpanan footages tersebut adalah
bahan untuk sajian yang diperlukan terbitan minggu ini.
Setelah materi terkumpul, kemudian diseleksi. Materi produksi
yang kurang memenuhi syarat, baik dari segi isi maupun teknis harus
dibuang. Mentoleransikan materi yang jelek, sama dengan
membiarkan kecerobohan yang menyebabkan penurunan kualitas
program. Kelemahan produser-produser kita, kebanyakan terlalu
mentoleransikan hasil jelek. Setelah materi yang terseleksi cukup,
dimulailah menyusun dan memasukkan materi-materi itu ke dalam
rubrik yang tersedia. Penulisan naskah untuk presenter dilakukan
paling akhir sesudah penyusun bahan selesai. Naskah sajian disusun
untuk mempersatukan, menghidupkan, dan memberi makna pada
program itu. Setelah semua siap, kemudian program direkam dan
diedit (Wibowo, 2009:199-200).
|
47
2.2.1.1 Strategi Produksi
Strategi program yang
ditinjau dari aspek manajemen atau sering juga
disebut dengan manajemen strategis (management strategic) program yang
terdiri dari (Morissan, 2011:273):
1.
Perencanaan program
2.
Produksi dan pembelian program
3.
Eksekusi program
4.
Pengawasan dan evaluasi program
Menurut Vane-Gross dalam bukunya Programming for TV, Radio and
Cable, tidak peduli dengan tujuannya (mendapatkan audien, prestise,
penghargaan dan sebagainya) atau daya tariknya (infrormasi atau hiburan),
maka setiap program yang ditayangkan stasiun televisi memiliki dua bentuk,
yaitu dominasi format dan dominasi bintang menurut Edwin dan Lynne
(Morissan, 2011:361).
Dominasi format.
Dalam dominasi format (format-dominant) ini,
konsep acara merupakan kunci keberhasilan program. Pemain dipilih untuk
memenuhi persyaratan dari inti cerita yang hendak dibangun. Sebagaimana
dikatakan Vane-Gross: The concept of the show is the key to its success;
performers are selected to fulfill the requirements of the core idea. (Konsep
dari suatu pertunjukan adalah kunci keberhasilan; pemain dipilih untuk
memenuhi persyaratan dari inti ide cerita).
Dominasi bintang. (star dominant). Dalam ungkapan Vane-Gross
dikatakan: The star is the key ingredient; a format is designed around the
skills of the lead performer
(pemain adalah unsur kunci; format program
dirancang berdasarkan keahlian pemain utamanya). Dengan demikian,
|
48
pemain atau bintang merupakan unsur utama yang ditonjolkan. Format cerita
dirancang atau dipersiapkan berdasarkan kemampuan, kepribadian
(personalities), dan daya tarik bintang utama. Drama yang menonjokan
kemampuan pemainnya untuk ber-acting
atau drama yang memasang
bintang-bintang terkenal menjadi faktor utama yang menarik banyak audien.
Namun selain drama, program perbincangan (talk show) kerap dirancang
berdasakan keahlian pembawa acaranya seperti The Oprah Winfrey Show.
Morissan (2011:278) menyatakan bahwa perencanaan program pada
dasarnya bertujuan memproduksi atau membeli program yang akan
ditawarkan kepada pasar audien. Dengan demikian audien atau penonton
adalah pasar karenanya setiap media penyiaran yang ingin berhasil harus
terlebih dahulu memiliki suatu rencana pemasaran strategis (strategic
marketing plan) yang berfungsi sebagai panduan dalam menggunakan sumber
daya yang dimiliki.
Strategi pemasaran ditentukan berdasarkan analisis situasi, yaitu suatu
studi terinci mengenai kondisi pasar audien yang dihadapi stasiun penyiaran
beserta kondisi program yang tersedia. Berdasarkan analisis situasi ini, media
penyiaran mencoba memahami pasar audien yang mencakup segmentasi
audien dan tingkat persaingan yang ada. Analisis situasi ini terdiri atas:
analisis peluang dan analisis kompetitif.
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() 49
2.2.2
Rating dan Share
Penyiaran televisi juga merupakan sebuah sistem yang tidak bisa
terpisahkan satu sama lain untuk menjadi sebuah sistem yang sempurna.
Maka dapat digambarkan dalam diagram looping sebagai berikut
(Setyobudi, 2012:101-102):
Gambar 2.2 Diagram Sistem Penyiaran
Dari diagram dapat dijelaskan bahwa sebuah sistem yang bagus
meliputi tiga komponen utama yaitu ada input, output, dan feedback.
Dalam sebuah sistem tertutup tersebut kalau diaplikasikan dalam sebuah
sistem penyiaran televisi, feedback
dapat diidentikkan dengan rating
maupun share
dari sebuah program televisi. Karena dari umpan balik
berupa rating
maupun share
dapat diketahui performance
dari sebuah
program tayangan televisi dibanding program lain pada tanggal dan jam
yang sama. Rating
maupun share
sangat penting dalam industri televisi
swasta khususnya. Karena dari rating
ini akan didapat harga jual dari
iklan pada sebuah program di televisi dengan perhitungan Cost Per
Rating Point (CPRP).
1. Rating
Media sebagai industri yang menghasilkan produk informasi
tidak hanya bersaing dengan sesama produsen, tetapi juga harus
PROG. TV
PROSES
UMPAN
BALIK
PENONTON
|
50
berkompetisi dalam pasar dengan
khalayak, yaitu konsumennya
sendiri. Sehingga dibutuhkan strategi-strategi yang diterapkan
stasiun televisi dalam menjalankan misinya agar mampu bertahan
dalam persaingan bisnis media yang semakin ketat (Fachruddin,
2012: 185-186).
Pengelola stasiun penyiaran pada umumnya sangat peduli
degan peringkat atau rating dari suatu program yang ditayangkan di
stasiun penyiarannya. Rating yang tinggi berarti penonton yang lebih
banyak dan jumlah pemasang iklan yang lebih besar. Sydney Head
dan Christopher Sterling mendefinisikan rating
sebagai: A
comparative estimate of set tunning in any given market, yaitu
perkiraan komparative dari jumlah pesawat televisi yang sedang
digunakan pada suatu wilayah siaran tertentu (Morissan, 2011: 383).
Peringkat program atau rating menjadi hal yang sangat penting
bagi pengelola stasiun penyiaran komersial. Perusahaan atau
lembaga rating, menyediakan jasa kepada stasiun penyiaran dengan
mengeluarkan laporan rutin mengenai program apa saja yang sudah
ditinggalkan audiennya, rating
merupakan hal yang penting karena
pemasang iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program siaran
yang paling banyak ditonton atau didengar orang (Morissan, 2011:
379).
Riset terhadap audien penyiaran merupakan hal yang sangat
berbeda dengan riset terhadap audien media massa lainnya. Jumlah
pembaca surat kabar atau majalah dapat diketahui dari berapa
eksemplar koran atau majalah yang terjual. Namun untuk
|
51
mengetahui berapa jumlah audien suatu stasiun penyiaran adalah
jauh lebih sulit.
Audien penyiaran bersifat sangat cair karena begitu
gampangnya mereka berpindah-pindah dengan hanya memencet-
mencet tombol remote control. Karena sifat audien penyiaran, yang
sangat dinamis itulah maka tidak ada satu metode yang benar-benar
handal untuk meneliti karakteristik audien. Riset rating
yang
dilakukan selama ini menggunakan berbagai macam metode untuk
mempelajari audien.
Riset rating
meneliti efektivitas program pada saat
ditayangkan di stasiun penyiaran. Riset rating
pada dasarnya
meneliti tindakan audien terhadap
pesawat penerima televisi atau
radio. Tindakan audien terhadap pesawat penerima itu meliputi
tindakan mematikan (turn off), menghidupkan (turn on),
memindahkan (switching) saluran pesawat televisi.
Riset rating
sangat membutuhkan perkiraan kuantitatif
(responden) yang dianggap mewakili keseluruhan populasi. Dalam
riset ini, peneliti memilih responden secara cermat.
Perusahaan atau lembaga rating
memberikan laporannya
kepada siapa saja yang bersedia membelinya dengan harga yang
cukup mahal (Pada tahun 2007,
media penyiaran harus membayar
sekitar Rp 1,5 miliar untuk berlangganan hasil riset rating Nielsen
Media Research selama setahun).
Laporan dapat diberikan dalam periode harian, mingguan,
bulanan, dan dalam periode beberapa bulan sekali. Lebih dari 90%
|
52
stasiun televisi di AS berlangganan laporan rating
dari berbagai
lembaga atau perusahaan rating
di negara itu. Lebih dari 50
perusahaan riset di Amerika memberikan jasanya di bidang riset
audien. Menurut Sydney W. Head dan Christopher H. Sterling, dua
perusahaan terbesar di bidang ini adalah A.C. Nielsen dan Arbitron
(Morissan: 2011: 380-381).
Morissan (2011: 27) telah memperhatikan berbagai penelitian
yang berkembang saat ini misalnya riset-riset mengenai audien, riset
rating
program siaran dan uji coba program (program testing)
merupakan kegiatan yang terkait dengan model uses and
gratifications ini.
Berbagai riset yang bertujuan mengetahui selera audien akhir-
akhir ini sangat intensif dan dilaksanakan khususnya olrh lembaga
rating
(misalnya A.C. Nielsen). Hasil riset ini sangat dibutuhkan
media penyiaran dalam mempersiapkan strategi program yang akan
ditayangkan.
Stanley
J. Baran
(2012: 321-324) menjelaskan bahwa rating
Nielsen adalah konsep perhitungan rating pertama sekali dibawa dari
radio ke industri televisi, namun rating
yang seperti kita kenal
sekarang jauh lebih kompleks.
Perusahaan A. C. Nielsen dimulai pada tahun 1923 sebagai
perusahaan pengujian produk, tetapi segera mengembangkan cabang
dalam riset pasar. Pada tahun 1936, Nielsen mulai melaporkan rating
radio dan melakukan hal yang sama terhadap televisi pada tahun
1950.
|
53
Untuk menghasilkan rating, Nielsen memilih 15.000 rumah
yang dianggap sebagai perwakilan semua khalayak penonton AS.
Untuk merekam data tentang tayangan yang ditonton oleh orang
dalam rumah tersebut, Nielsen menggunakan peoplemeter, sebuah
alat yang mempersyaratkan setiap anggota keluarga dalam rumah
untuk menekan tombol untuk merekam tayangan yang ditonton.
(Orang tua atau pengasuh bertanggung jawab guna merekam apa
yang ditonton anak-anak).
Informasi yang sudah direkam dilaporkan kepada Nielsen
dengan menggunakan jalur telepon dan perusahaan dapat
menentukan program yang ditonton, siapa yang menonton, dan
jumlah waktu yang digunakan untuk menonton masing-masing
program. Namun, konvergensi mengubah cara pengumpulan data.
Nielsen mengeluarkan alat personal peoplemeter, sebuah alat kendali
jarak jauh (remote control) dengan tombol yang dipersonalisasikan
untuk setiap penonton dalam suatu rumah tangga.
Eko Harry Susanto (2009: 52) AGB Nielsen, sebagai lembaga
pemeringkat rating, selama ini tidak ada yang bisa menandingi.
Akibatnya para praktisi layar kaca lebih banyak tunduk terhadap
rating AGB Nielsen, dibandingkan dengan upaya untuk memberikan
tontonan bermutu dan mencerdaskan bangsa dalam perspektif ideal.
Para pekerja televisi pun sepertinya berlomba-lomba untuk membuat
program yang mampu menghasilkan rating tinggi.
Pemaparan peringat pemirsa yang dipaparkan secara rutin itu
bukan hal yang aneh jika memiliki kekuatan luar biasa untuk
|
![]() 54
membuat sebuah program televisi akan diteruskan atau dihentikan.
Walaupun penghentian tayangan tidak selalu merujuk kepada rating,
tetapi tidak bisa disangkal bahwa kecenderungan minimnya jumlah
penonton secara signifikan terkait pula dengan penghentian sebuah
program tayangan televisi.
Ciptono Setyobudi (2012: 104) mengungkapkan adanya
kelemahan teknologi pengukuran rating
metode peoplemeter
ini
(menurut pakar marketing: Handi Irawan) diantaranya:
a)
Rating
ini tidak mengukur alasan pemirsa menonton program
tertentu baik suka atau dukanya;
b)
Tidak bisa mengukur jika
anggota panel responden menonton
acara televisi diluar rumah atau televisi lain dari yang sudah
ditentukan; dan
c)
Survei ini tidak mengukur pemirsa yang berada pada saluran
TV berlangganan seperti
TV kabel (kabelvision) atau satelit
(Indovision), terestrial digital Next Media yang berjumlah
lebih dari 500ribu pelanggan dimana merupakan komunitas
potensial dengan daya beli tinggi.
Rating
dan pangsa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus berikut (Baran, 2012: 314):
Gambar 2.3 Menghitung Rating dan Pangsa
Rating = Rumah yang menonton acara TV tertentu
Jumlah seluruh rumah yang memiliki TV
Pangsa = Rumah yang menonton acara TV tertentu
Jumlah seluruh rumah yang menonton TV pada jam tersebut
|
55
Televisi di Indonesia masih memegang lebih dari 60% belanja
iklan sedangkan secara global porsi belanja iklan TV mencapai 40%
artinya pemasar masih mengandalkan media yang bersifat massal.
Padahal untuk beriklan di TV nasional dibutuhkan dana yang besar
antara 10 sampai 25 juta rupiah per spot atau sekali tayang selama
durasi 30 detik pada jam-jam utama (prime time). Padahal untuk
memborbadir konsumen diperlukan paling tidak 20 sampai 30 agar
produknya dikenal. Maka agar iklan-iklan tersebut tidak sia-sia maka
diperlukanlah survey atau riset yang akhirnya dikenalah dengan
istilah rating sebagai acuan riset.
Untuk saat ini penyedia jasa perhitungan rating
di Indonesia
bahkan dunia masih mengandalkan AC Nielsen dengan perangkat
sistem people meter-nya. Dimana sistem ini mampu memberikan
data pemirsa yang sedang menonton TV yang terkirim secara
langsung (on line). Ada dua parameter dalam melakukan survei
penonton yaitu Rating dan Audiens Share. Rating adalah prosentase
pemirsa dari seluruh populasi yang mempunyai akses menonton
televisi pada periode tertentu sedangkan audiens share
adalah
prosentase penonton yang benar-benar nyata sedang menonton
program TV pada periode tertentu (Setyobudi, 2012: 102).
2. Share
Jumlah audien stasiun televisi juga dihitung berdasarkan
presentase rumah tangga, yang sedang menggunakan pesawat
televisi atau households using television
(HUT). Dengan demikian,
|
56
HUT sebesar 55 berarti sebanyak 55% dari keseluruhan rumah
tangga yang betul-betul menonton program siaran televisi.
Dengan demikian pengukuran HUT berdasarkan atas jumlah
rumah tangga yang betul-betul menggunakan pesawat televisinya
(tidak dimatikan) dan bukan berdasarkan jumlah televisi secara
keseluruhan.
Share dari stasiun televisi A, diperoleh dengan cara membagi
jumlah penonton yang menyaksikan acara televisi A dengan
keseluruhan rumah tangga yang betul-betul menyaksikan televisi.
Hasil pembagian ini merupakan jumlah audien yang betul-betul
menyaksikan acara televisi A atau bagian dari audien yang betul-
betul menyaksikan acara televisi A, dan hasil pembagian ini disebut
dengan Audience Share,
Stasiun penyiaran televisi akan selalu memiliki nilai audience
share yang lebih tinggi daripada nilai rating-nya (hal ini disebabkan
angka pembaginya yang lebih kecil). Misalnya suatu program stasiun
televisi memperoleh rating 30, maka audience share-nya berkisar 45
dan seterusnya.
Hasil perhitungan audience
share
ini biasanya lebih disukai
pengelola stasiun televisi untuk menarik pemasang iklan daripada
rating,
selain karena angkanya yang lebih tinggi daripada rating,
juga karena audience share memberikan informasi kepada pemasang
iklan secara lebih real
mengenai posisi suatu stasiun televisi
terhadap televisi lainnnya (Morissan, 2011: 385).
|
57
3. Perhitungan Rating dan Audiens Share Program TV
Untuk jelasnya dari dua parameter tadi dapat dilihat dari
contoh perhitungan dibawah ini (Setyobudi, 2012: 104-105):
Jumlah penduduk disuatu daerah ada 1.500.000 orang.
Sedangkan yang mempunyai akses menonton televisi berjumlah
1.000.000 orang. Ada 4 stasiun TV didaerah tersebut yakni stasiun
televisi A,
B, C, dan D. Pada pukul 19.00 TV A ditonton 100.000
orang, TV B ditonton 150.000 orang, TV C ditonton 250.000 orang
dan TV D ditonton 200.000 orang. Maka berapa rating
masing-
masing stasiun TV tadi dan berapa jumlah audien share-nya?
Untuk menghitung besaran rating rumusannya adalah jumlah
penonton dibagi populasi dikali 100%. Maka akan didapatkan angka
sebagai berikut:
TV A = (100.000/1.000.000) X 100% = 10%
TV B = (150.000/1.000.000) X 100% = 15%
TV C = (250.000/1.000.000) X 100% = 25%
TV D = (200.000/1.000.000) X 100% = 20%
Sementara untuk menghitung besaran audien share
adalah
besaran audien share adalah berdasarkan populasi yang benar-benar
menonton TV (riil) pada periode tersebut. Maka akan didapatkan
perhitungan sebagai berikut:
Berdasar data diatas, pada pukul 19.00 jumlah orang yang
benar-benar menonton televisi adalah 700.000 orang (Jumlah dari
100.000 + 150.000 + 250.000 + 200.000). maka share
masing-
masing televisi adalah:
|
58
TV A = (100.000 / 700.000) X 100% = 14.2 %
TV B = (150.000 / 700.000) X 100% = 21.4 %
TV C = (250.000 / 700.000) X 100% = 35.7 %
TV D = (200.000 / 700.000) X 100% = 28.5%
2.2.3
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah menguji sebuah kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman terhadap organisasi, dalam hal ini adalah stasiun
televisi (Iriantara, 2005: 50).
Kekuatan dan kelemahan itu berada pada lingkungan internal,
sedangkan peluang dan ancaman berasal dari lingkungan eksternal. Hasil dari
analisis SWOT ini bisa memetakan posisi organisasi di antara organisasi
serupa atau dalam lingkungan organisasi secara keseluruhan. Analisis SWOT
dilakukan untuk melihat apa dan bagaimana kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki serta bagaimana peluang dan ancaman yang berasal dari luar.
Setelah memetakan posisi organisasi berdasarkan rancangan analisis
SWOT itu, bisa dimulai dengan membuat rancangan. Dalam membuat
rancangan program, terlebih dahulu tetapkanlah tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan yang baik adalah tujuan yang bisa dicapai, realistis, dan terukur.
Bila tujuan telah ditetapkan maka langkah berikutnya adalah
menetapkan siapa khalayak program tersebut. Langkah berikutnya menyusun
strategi yang dipergunakan untuk menjangkau khalayak sasaran, guna
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam program.
|
59
Berikut adalah cara sederhana yang dapat dilakukan dalam
menerapkan analisis SWOT adalah (Suharyadi, Nugroho, Purwanto, &
Faturohman, 2007: 115):
a.
Melihat kekuatan (Strengths) sesuatu yang dimiliki pada stasiun televisi
dalam hal ini program acara tersebut;
b.
Melihat kelemahan (Weakness) segala sesuatu yang dimiliki agar stasiun
beserta tim produksi tidak memaksakan diri melakukan usaha yang
sebenarnya tidak dapat dilakukan karena kita memiliki kekurangan yang
tertentu;
c.
Melihat peluang (Opportunities) adanya kesempatan yang dapat
dimanfaatkan dan memberikan keuntungan; dan
d.
Melihat ancaman (Threats) terhadap usaha-usaha yang beresiko tinggi
melihat siklus yang pendek dan tidak teratur. Terlebih pesaing-pesaing
kita yang miliki kemampuan lebih dari kita.
|
![]() 60
2.2.4
Kerangka Pikir
Gambar 2.4 Kerangka Pikir
PROGRAM SPORTVAGANZA
AIR MAGAZINE
SPORT
ANALISIS PRODUKSI
TAHAPAN PRODUKSI
PRA PRODUKSI
PRODUKSI
PASCA PRODUKSI
ANALISIS SWOT
PENINGKATAN
RATING DAN SHARE
|