7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori-teori Umum
Pada dasarnya enterprise architecture (EA) adalah sebuah evaluasi dan penggambaran
aspek
manusia, proses, dan sumber daya dalam suatu organisasi. Pemahaman ini penting
untuk pengembangan kebijakan, standar, dan perencanaan manajemen EA demi kesuksesan
sebuah perusahaan. Bidang
EA
banyak terkait dengan aspek manusia dan interaksi sosial.
Oleh sebab itu, untuk memahami EA
secara mendalam perlu memahami dahulu beberapa
bidang praktek dan teori yang telah mempengaruhi
disiplin yang muncul dari EA. Bidang-
bidang ini adalah
administrasi bisnis, administrasi publik, riset operasi, sosiologi, teori
organisasi, teori manajemen, ilmu informasi, dan ilmu komputer. Pendekatan EA
yang
dijelaskan dalam landasan teori ini didasarkan pada teori tentang bagaimana usaha sosial
(termasuk perusahaan) yang terstruktur dan bagaimana sistem dan kegiatan berfungsi dalam
perusahaan. Bidang akademik dan bidang teori/praktek yang mempengaruhi EA ditunjukkan
dalam Gambar 2-1. Selain itu, pemahaman
misi, tujuan, dan budaya dari suatu perusahaan
adalah sama pentingnya untuk menerapkan EA sebagai pemilihan metode analisia dan teknik
dokumentasi. 
Atas dasar ini, maka untuk dapat memberikan pemahaman yang baik terhadap praktek
EA
yang akan diimplementasikan dalam tugas akhir ini maka pertama-tama akan dijelaskan
teori dasar mengenai organisasi sebagai entitas dasar suatu perusahaan. Selanjutnya dijelaskan
pentingnya misi dan visi bagi organisasi serta strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Tentunya strategi tidak akan muncul tanpa adanya perencanaan, sehingga perlu
dijelaskan mengenai perencanaan strategi. Semua pembahasan ini mewakili penjelasan dari
bagian kiri Gambar 2-1 yang berkaitan dengan teori organisasi. 
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan teori-teori yang berkaitan dengan sistem.
Teori-teori yang akan dijelaskan disini adalah teori mengenai sistem informasi dan teknologi
informasi. Selanjutnya teori organisasi dan teori sistem dipadukan dengan membahas
mengenai peran perencanaan strategi sistem informasi dan teknologi informasi bagi
perusahaan. Pada akhirnya bagian teori umum ini akan diakhiri dengan pembahasan mengenai
enterprise architecture.
  
8
Bidang yang
berkontribusi:
Psikologi
Sosiologi
Ilmu Politik
Administrasi Publik
Bidang yang
berkembang:
Manajemen
Sumber daya
Informasi
Keamanan
Informasi
Arsitektur
Enterprise
Manajemen
Pencatatan dan
Data
Bidang yang
berkontribusi:
Rekayasa
Teknik
Ilmu Komputer
Administrasi
Bisnis
Riset Operasi
Teori Organisasi
(Organizational
Theory)
Arsitektur
Enterprise
(Enterprise
Architecture)
Teori Sistem
(Systems
Theory)
Konsep yang
berkontribusi: 
Keyakinan (Beliefs)
Nilai & Etika
Kepemimpinan
Kebudayaan
Bahasa & Makna
Persaingan
Birokrasi
Konsep yang
berkembang:
Siklus hidup
pengembangan
sistem
Information
Assurance
IT Program
Management
Knowledge
Management
IT Capital
Planning
E-Government
& Commerce
Digital Divide
Konsep yang
berkontribusi:
Proses
Teknologi
Manajemen
Kualitas
Lingkungan
Rekayasa
Ulang
(reengineering)
Resiko
Gambar 2-1 Pengaruh pada Bidang Enterprise Architecture (Bernard, 2012:53)
2.1.1. Organisasi Bisnis dan Enterprise
Definisi organisasi
adalah entitas sosial yang diarahkan pada tujuan,
dirancang
sebagai sistem aktivitas dengan sengaja terstruktur dan terkoordinasi, dan terkait dengan
lingkungan eksternal (Daft, 2013:12). Organisasi terjadi ketika orang berinteraksi dengan satu
sama lain untuk melakukan fungsi-fungsi penting yang membantu mencapai tujuan. Sebagai
entitas sosial maka organisasi merupakan kumpulan orang yang saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Orang-orang sebagai
anggota organisasi terstruktur dalam departemen-departemen yang terpisah dan memiliki
peran serta tugas masing-masing. Akitvitas yang dilakukan dalam organisasi dikoordinasikan
oleh manajer untuk mengelola sumber daya yang ada secara terus menerus demi tercapainya
tujuan akhir secara bersama-sama. Sebagai suatu entitas sosial maka organisasi tidak dapat
melakukan aktivitasnya secara individual melainkan harus berhubungan dengan lingkungan
eksternalnya.
  
9
Organisasi ada untuk melakukan hal berikut, antara lain:
menyatukan sumber daya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan hasil, memproduksi barang dan jasa secara
efisien, memfasilitasi inovasi, menggunakan manufaktur modern dan teknologi informasi,
beradaptasi dan mempengaruhi perubahan lingkungan, menciptakan nilai bagi pemilik,
pelanggan, dan karyawan, dan mengakomodasi tantangan yang harus
dihadapi keragaman,
etika, dan motivasi dan koordinasi karyawan (Daft, 2013:12-13). Salah satu pengelompokan
tipe organisasi yang penting adalah pembedaan antara organisasi profit dan non-profit atau
nirlaba. Organisasi non-profit
adalah organisasi yang bertujuan tidak untuk mencari
keuntungan dari aktivitas yang dilakukannya. Sumber dana untuk keperluan operasionalnya
berasal dari pemberian pemerintah,
sumbangan, dan hibah. Sedangkan organisasi profit
adalah organisasi yang melakukan aktivitasnya dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
Keuntungan diperoleh dengan cara melakukan aktivitas bisnis seperti menjual barang atau
jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya. 
Organisasi bisnis
adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi atau
distribusi barang untuk dijual di pasar atau memberikan jasa untuk harga (Owen, 2009:16).
Oleh sebab itu, organisasi yang berorientasi profit dikenal juga sebagai organisasi bisnis.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bisnis merupakan usaha komersial dalam
dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang. Sumber dana organisasi bisnis berasal dari
penanaman modal investor, pinjaman, dan keuntungan dari kegiatan bisnis yang dijalankan.
Organisasi dan enterprise
memiliki kemiripan dalam hal kedua-duanya adalah
merupakan
jenis entitas sosial yang memiliki budaya, memiliki struktur secara formal atau
informal, tujuan, aktivitas, dan sumber daya. Perbedaannya adalah enterprise
dapat
didefinisikan sebagai sebuah bagian dari organisasi atau dapat melibatkan beberapa organisasi
(Bernard, 2012:58).
Selain itu enterprise
juga dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengambil bentuk organisasi, yang bersifat fisik bangunan di lokasi geografis tertentu
maupun secara maya melalui konektivitas jaringan, dimana lokasi fisik bukan bagian
terpenting (Allen, 2005:6).
Berdasarkan teori di atas organisasi bisnis adalah sebuah perusahaan yang mengolah
sumber daya yang dimilikinya menjadi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen dengan
tujuan menghasilkan keuntungan untuk tujuan masa depan. Organisasi bisnis terdapat dalam
divisi atau departemen di dalam sebuah perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan saling
bersinergi satu dengan yang lainnya, dalam mencapai tujuan dari perusahaan. Dan dengan
demikian perusahaan dapat disimpulkan sebagai entitas yang terlibat dalam kegiatan ekonomi
baik secara fisik maupun maya melalui sebuah jaringan yang memiliki tujuan dasar yang
sama dan hubungan satu dengan yang lainnya. 
  
10
2.1.2. Visi dan Misi
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, organisasi dibentuk untuk
dapat mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan secara bersama-sama. Penting bagi
manajemen dan eksekutif dalam suatu organisasi untuk sependapat terhadap visi dasar
perusahaan yang akan diperjuangkan untuk dicapai dalam jangka waktu yang panjang. Visi
adalah strategi jangka panjang untuk mencapai sebuah tujuan atau beberapa tujuan (Robbins
dan Judge, 2013:414). Pernyataan visi
menjelaskan secara singkat strategi bersaing
perusahaan. Visi adalah gambar atau deskripsi dari suatu komunitas yang memiliki cita-cita di
masa depan (Millard, 2010:1). Selain itu menurut Harshman (2006:1), visi menggambarkan
apa yang Anda inginkan untuk menjadi atau bagaimana Anda ingin menjadi. Jadi, pernyataan
visi harus dapat menjawab pertanyaan dasar “Menjadi apakah yang kita inginkan?”. Visi yang
jelas memberikan fondasi untuk mengembangkan sebuah pernyataan visi yang komprehensif.
Banyak organisasi memberikan pernyaataan visi dan misi, tetapi pernyataan visi harus
dikemukakan terlebih dahulu. Pernyataan visi harus singkat, lebih disukai dalam satu kalimat,
dan dalam pembuatannya harus melibatkan sebanyak mungkin manajer (David, 2013:75).
Jadi berdasarkan teori di atas disimpulkan visi adalah suatu gambaran cita-cita apa yang ingin
dicapai pada masa depan.
Keseluruhan tujuan dari suatu organisasi disebut sebagai misi (Daft, 2013:124). Misi
merupakan alasan mengapa sebuah organisasi itu ada. Hal
ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Harshman (2006:1). Misi adalah pernyataan tentang alasan atau alasan
keberadaan organisasi, tujuan utama organisasi berfungsi dalam masyarakat, dan batas-
batas di mana ia beroperasi. Pernyataan misi merupakan sebuah pernyataan tujuan
organisasi secara luas yang memberikan petunjuk secara keseluruhan pada pemikiran
anggota-anggota
organisasi yang dianggap penting
(Robbins dan Coulter, 2012:238).
Millard (2010:1) juga mendefinisikan hal yang serupa, yaitu misi adalah pernyataan dasar
yang menggambarkan tujuan keberadaan suatu organisasi, yang menjawab apa yang harus
dilakukan. Misi menggambarkan nilai-nilai dan keyakinan bersama dalam suatu organisasi
dan alasan keberadaannya. Sehingga misi dapat disimpulkan sebagai alasan keberadaan
organisasi, menyatakan tujuan yang akan dicapai dan apa yang harus dilakukan oleh
perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya serta dapat dikenal secara meluas dan berarti
bagi masyarakat. Misi kadang-kadang disebut juga sebagai tujuan resmi (official goal)
organisasi, yaitu definisi formal yang menjelaskan ruang lingkup bisnis dan hasil yang ingin
dicapai oleh organisasi. Agar dapat dikenal secara luas, organisasi menyatakan misinya
dalam pernyataan misi
  
11
Tujuan utama pernyataan misi adalah sebagai alat komunikasi bagi organisasi.
Pernyataan misi berperan untuk mengkomunikasikan alasan organisasi berdiri dan tujuan
yang akan dicapaikan kepada pekerja, calon pekerja, pelanggan, investor, pemasok, dan
bahkan pesaingnya. Pernyataan misi yang dirancang dengan baik sangat penting untuk
memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. 
Beberapa organisasi mengembangkan baik pernyataan misi maupun pernyataan visi.
Pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apakah bisnis kami?” dan pernyataan visi menjawab
pertanyaan “Apakah yang dicita-citakan?” (David,
2013:77). Dapat disimpulkan bahwa visi
dan misi organisasi  menyatakan alasan pembentukan organisasi dan tujuan yang akan
dicapai. Pada umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki pernyataan misi dan visi
yang secara ringkas menangkap tujuan dan arah perusahaan. 
2.1.3. Strategi
Untuk mewujudkan visi dan misi, organisasi juga membutuhkan strategi. Menurut
Mintzberg (2001:27), organisasi memerlukan strategi untuk menentukan arah untuk diri
mereka sendiri dan untuk mengakali pesaing, atau setidaknya memungkinkan diri untuk
manuver melalui lingkungan yang mengancam. Strategi
adalah alat untuk mencapai tujuan
dalam jangka panjang berupa tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar
yang pada akhirnya
juga
mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang. Strategi dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan-tindakan yang tergabung ditunjukan untuk meningkatkan keberhasilan
dan kekuatan jangka panjang dari perusahaan yang terkait dengan para pesaingnya
(Ward
dan Peppard, 2002:69). Secara singkat strategi dapat diartikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan (Rangkuti, 2006:3). Dalam arti yang luas, strategi adalah sarana untuk mencapai
tujuan individu atau organisasi
(Grant & Jordan, 2012:17).
Dari definisi-definisi tersebut
dapat diartikan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam jangka panjang
serta meningkatkan keberhasilan untuk mengatasi para pesaing dan mempertahankan
keunggulan bersaing perusahaan.
Ada berbagai tipe strategi yang dikemukakan oleh beberapa penulis. Menurut
Rangkuti (2006:6), pada prinsipnya strategi dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a.
Strategi manajemen: dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi
secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi
akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuagan dan sebagainya.
b.
Strategi investasi: merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi misalnya apakah
perusahaan ini melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan
  
12
penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau,
strategi divestasi, dan sebagainya.
c.
Strategi bisnis:
secara fungsional berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen,
misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi
organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan. 
Pengelompokan lainnya dikemukakan oleh
Grant dan Jordan (2012:18),
macam-macam
strategi dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Corporate strategy: mendefinisikan ruang lingkup dari perusahaan dalam hal industri dan
pasar di mana ia menyelesaikan. Keputusan strategi perusahaan termasuk
investasi dalam
diversifikasi, integrasi vertikal, akuisisi dan usaha-usaha baru, alokasi sumber daya antara
businness yang berbeda dari perusahaan, dan divestasi.
b.
Business strategy:
berkaitan dengan bagaimana
perusahaan bersaing dalam
industri atau
pasar tertentu.
Gambar 2-2 Corporate Versus Business Strategy (Grant dan Jordan, 2012:18)
Hal yang umum pada definisi strategi bisnis adalah gagasan bahwa strategi difokuskan
untuk mencapai tujuan tertentu; bahwa tindakan penting yang membentuk strategi melibatkan
alokasi sumber daya;
dan bahwa strategi menyiratkan suatu konsistensi, integrasi atau
keterpaduan. Melihat kenyataan bahwa lingkungan bisnis makin lama makin tidak stabil dan
tidak dapat diprediksi, mengakibatkan strategi makin lama makin tidak begitu memperhatikan
rencana yang rinci dan lebih kearah upaya mencapai keberhasilan. Terjadi pergesaeran
penekanan dari strategi sebagai rencana kea rah strategi sebagai panduan arah.
  
13
2.1.4. Perencanaan Strategi
Dalam penerapannya,
strategi memerlukan perencanaan oleh pimpinan puncak
organisasi sebagai penunjang organisasi di masa depan. Perencanaan
merupakan sebuah
analisis yang menyeluruh dan sistematis dalam mengembangkan
sebuah rencana kegiatan
(Ward dan
Peppard, 2002:69).  Sedangkan menurut Litman
(2013:2) perencanaan mengacu
pada proses penelaahan memutuskan apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Secara praktis,
perencanaan dapat diartikan sebagai
pengembangan
pandangan masa depan yang mengarahkan
pengambilan keputusan saat ini
(McNurlin,
Sprague, dan Bui, 2009:133).
Perencanaan strategis
menolong untuk mengarahkan dan memprioritaskan berbagai
macam layanan bisnis dan aktivitas pembuatan produk dalam sebuah perusahaan
untuk
memastikan kegiatan-kegiatan dalam perusahaan
secara bersama-sama mengerakan
perusahaan
sesuai dengan arah strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategi.
Aktivitas dan kegiatan yang mengarah pada arah strategi perusahaan akan membawa
perusahaan untuk mencapai tujuan dan inisiatif strategisnya. Kegiatan-kegiatan yang tidak
memberikan nilai tambah dan tidak mengarahkan perusahaan sejalan dengan arah strategi
yang telah ditetapkan harus dieliminasi.
Ada tiga jenis perencanaan berdasarkan horizon waktunya, seperti yang dikemukakan
oleh McNurlin, Sprague, dan Bui (2009:133), yaitu: perencanaan strategis, perencanaan taktis,
dan perencanaan operasional. Perencanaan strategis memiliki horizon waktu mulai 3 sampai
dengan 5 tahun yang membahas mengenai perencaan strategis perusahaan atau business
process reengineering (BPR).  Tanggung jawabnya berada di bawah manajemen senior dan
CIO
(Chief Information Officer).  Perencanaan taktis
memiliki periode waktu antara 1
sampai dengan 2 tahun yang membahas mengenai alokasi sumber
daya atau pemilihan
proyek. Penanggung
jawab
perencanaan taktis
adalah manajer menengah. Sedangkan
perencanaan operasional
mencakup jangka waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun.
Perencanaan yang termasuk dapat tipe ini adalah manajemen proyek, waktu pertemuan/rapat,
dan target anggaran. Menurut Bechor, Neumann, Zviran, dan Glezer (2010:18), perencanaan
terjadi di berbagai tingkatan, keputusan tersebut dibuat oleh individu dan kelompok.
Perencanaan yang baik membutuhkan metode proses
yang jelas mendefinisikan langkah-
langkah yang mengarah pada solusi yang optimal. Proses ini harus mencerminkan prinsip-
prinsip berikut:
1.
Komprehensif - semua pilihan penting dan dampak yang dipertimbangkan.
2.
Efisien - proses tidak perlu membuang-buang waktu atau uang.
3.
Inclusive - orang yang terkena rencana memiliki kesempatan untuk terlibat.
  
14
4.
Informatif -
hasil dipahami oleh
pemangku kepentingan
(stakeholder) yaitu
orang
yang berdampak terhadap keputusan.
5.
Terpadu -
individu, keputusan jangka pendek harus mendukung strategis, tujuan
jangka panjang.
6.
Logical - setiap langkah mengarah ke yang berikutnya.
7.
Transparan - semua orang yang terlibat memahami bagaimana proses beroperasi. 
Dalam melakukan perencanaan dibutuhkan kerangka dari perencanaan itu sendiri agar
dapat terarah dan sesuai dengan tujuan organisasi. Kerangka perencanaan mendefinisikan
struktur perencanaan proses dasar. Ini biasanya meliputi komponen-komponen berikut:
Prinsip - Aturan dasar atau konsep yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
Visi - Sebuah gambaran umum dari hasil yang diinginkan dari proses perencanaan.
Persoalan/Permasalahan
-
Sebuah kondisi yang tidak diinginkan dapat dikurangi
(dipecahkan, dikurangi atau kompensasi).
Tujuan - Suatu kondisi yang diinginkan umum untuk dicapai, biasanya terlalu umum
untuk menjadi diukur, seperti kekayaan, kesetaraan kesehatan, dan kebebasan.
Tujuan -
spesifik, cara kuantitatif berpotensi untuk mencapai tujuan, seperti
peningkatan pendapatan dan kegiatan ekonomi, kegagalan
berkurang, dan
meningkatkan aksesibilitas. 
Target atau standar - tingkat kuantitatif tujuan yang akan dicapai, seperti peningkatan
tertentu dalam pendapatan atau pengurangan tingkat kecelakaan. 
Indikator kinerja -
Cara
praktis untuk mengukur kemajuan menuju tujuan, seperti
definisi khusus dari pendapatan, tingkat kecelakaan, dan aksesibilitas. 
Rencana -
Sebuah skema atau serangkaian tindakan. Ini mungkin menjadi rencana
(spesifik dan sempit) strategis (umum dan luas) atau tindakan. 
Pilihan -
Kemungkinan cara untuk mencapai tujuan atau solusi untuk masalah.
Kebijakan atau strategi - Sebuah tindakan dilaksanakan oleh yurisdiksi atau organisasi.
Program -
Satu set khusus tujuan, tanggung jawab dan tugas-tugas dalam suatu
organisasi. 
Tugas atau tindakan - Suatu hal yang spesifik yang akan dicapai. 
Ruang Lingkup -
Kisaran (wilayah, orang, waktu, kegiatan, dll) untuk dimasukkan
dalam proses. 
Kriteria evaluasi -
Dampak (biaya dan manfaat) dipertimbangkan dalam analisis.
Evaluasi Metodologi - Proses menilai dan membandingkan pilihan, seperti efektivitas
biaya, manfaat / biaya, atau analisis biaya siklus hidup.  
  
15
Konteks perencanaan termasuk variabel yang mewakili atribut organisasi dan
lingkungannya. Perencanaan termasuk kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi proses
dan keberhasilan. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses penelaahan terhadap
apa bagaimana yang dilakukan terjadi pada berbagai tingkatan yang membutuhkan proses
metodis dan mengarahkan pada solusi yang optimal serta tingkat keberhasilan. 
Keberhasilan suatu organisasi dalam mewujudkan visi dan misinya guna mencapai
tujuannya sangat ditentukan oleh strategi organisasi yang ditetapkan oleh para pimpinan
puncak atau pendirinya.
Strategi organisasi harus direncanakan dengan cermat oleh para
pemangku kepentingan demi keberhasilan organisasi tersebut mencapai tujuan dan cita-
citanya.
Perencanaan strategis
adalah suatu proses di
mana para eksekutif mencoba untuk
menjawab pertanyaan tentang perusahaan, seperti di mana bisnis sekarang, di mana mereka
ingin bisnis yang akan dan apa yang harus mereka lakukan untuk sampai ke sana (Satzinger,
Jackson, dan
Burd, 2009:17).
Sedangkan menurut Carron (2010:10),
perencanaan strategis
adalah sebuah alat manajemen untuk membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya
dengan memastikan bahwa anggotanya bekerja untuk tujuan yang sama dan dengan terus
menyesuaikan arah organisasi dengan perubahan lingkungan atas dasar hasil yang
diperoleh.
Berdasarkan
pengertian di
atas dapat disimpulan
bahwa perencanaan strategis
adalah merupakan sebuah alat manajemen yang membantu organisasi untuk meningkatkan
kinerja sistematis yang melibatkan sejumlah langkah mengidentifikasi visi, misi yang berguna
bagi masa depan sebagai bagian dari suatu perencanaan dan strategi dalam mencapai tujuan
yang
sama dan menyesuaikan arah organisasi terhadap perubahan lingkungan berdasarkan
hasil yang telah dicapai.
2.1.5. Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Saat ini peran dari Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI) telah menjadi
kebutuhan organisasi dalam mencapai
misi, visi, dan perencanaan strategis dari organisasi.
Berdasarkan Pearlson dan Saunders (2010:147), teknologi informasi merupakan komponen
penting dari setiap proses bisnis saat ini yang merupakan inti dari setiap proses. Banyak
organisasi menggunakan aplikasi Teknologi Informasi sebagai
aliran informasi pada proses
bisnis dan dalam bisnis itu sendiri. Pada tahun 1960 dan 1970-an sistem pada komputer pada
umumnya
hanya untuk sistem aplikasi tertentu dan bersifat
tidak saling terhubung dan
memiliki versi yang berbeda dari data yang ada. Sedangkan pada tahun 1980-an dan 1990-an
beberapa perusahaan software di setiap Negara (Amerika Serikat, Jerman, dan Belanda) mulai
menggunakan dan mengembangkan aplikasi software
berbasis database
secara umum yang
saling terintegrasi. Aplikasi tersebut dikembangkan dari sistem administrasi (keuangan dan
  
16
sumber daya  manusia), yang berevolusi  menjadi sebuah perencanaan
Material Resource
Planning
(MRP) pada bidang manufaktur, Enterprise Information Systems (EIS), Enterprise 
Resource planning
(ERP) yang sering digunakan oleh perusahaan sebagai perencanaan
keputusan secara strategis.
Tabel 2-1 Perkembangan IT Support pada bisnis (Ward dan Daniel, 2006:3)
Dekade
Permintaan
Pasar
Perusahaan
Ideal
Kriteria unjuk
kerja TI
Dasar
Teknologi
Aplikasi TI
1960-an
Harga
Perusahaan
Efisien
Efisiensi
Mainframe
batch
processing
Otomatisasi
pemrosesan
data untuk
pekerjaan
yang rutin
1970-an
Harga,
Kualitas
Perusahaan
berkualitas
Efisiensi +
kualitas
Mainframe
batch
processing
Efisiensi
fungsi
1980-an
Harga,
Kualitas,
pilihan /
waktu
pengiriman
Perusahaan
yang
fleksibel
Efisiensi +
kualitas +
flesibilitas
Komputer
Personal
Produktivita
s personal
1990-an
dan
setelah-
nya
Harga,
Kualitas,
pilihan /
waktu
pengiriman,
keunikan
Perusahaan
yang Inovatif
Efisiensi +
kualitas +
flesibilitas + 
kemampuan
berinovasi
Jaringan
Transformas
i organisasi
Sistem
adalah kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama
lain, yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu hasil
(Satzinger et al., 2010:6).
Sistem Informasi
adalah kombinasi yang terorganisasi dari orang, hardware, software,
jaringan komunikasi dan sumber-sumber
data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi
(O’Brien, 2005:6). Sedangkan pengertian
sistem informasi menurut Laudon dan Laudon (2002:7)
adalah kumpulan komponen yang
saling berhubungan, yang mengumpulkan atau mengambil, memproses, menyimpan dan
mendistribusikan informasi untuk membantu dalam pengambilan keputusan, koordinasi dan
pengendalian dalam suatu organisasi.
Komponen-komponen yang saling berhubungan
disebut sebagai sub-sistem, yaitu sistem yang menjadi bagian dari sistem yang lebih besar
(Satzinger et al., 2010:7). Peran dari sistem informasi untuk menyediakan informasi
bagi
manajemen yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan dan memastikan
organisasi terkendali. Organisasi tersebut akan terkontrol jika
memenuhi kebutuhan
lingkungan organisasi (Hardcastle, 2008:7).
Sistem informasi dari sebuah organisasi terdiri
  
17
dari infrastruktur teknologi informasi, data, sistem aplikasi, dan personil yang mempekerjakan
teknologi informasi
untuk memberikan informasi dan layanan komunikasi dalam sebuah
organisasi (Chen, Mocker, Preston,
dan Teubner, 2010:234). Berdasarkan pengertian di atas
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah komponen yang saling berhubungan dalam
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk membantu
dalam pengambilan keputusan, dan pengendalian dalam suatu organisasi, terdiri dari
infrastruktur teknologi informasi, data, sistem aplikasi, dan personil yang mempekerjakan
teknologi informasi
untuk memberikan informasi dan layanan komunikasi dalam sebuah
organisasi.
Teknologi informasi terdapat pada lingkup sistem informasi dan berfungsi sebagai
penunjang dari sebuah perusahaan maka diperlukan teknologi informasi sebagai sarana.
Sedangkan teknologi informasi merupakan konsep-konsep utama, pengembangan, dan
berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu hardware, software, jaringan, manajemen
data dan teknologi berbasis internet (O’Brien, 2005:6).
Selain itu pengertian Teknologi
informasi adalah istilah yang umum untuk mendeskripsikan teknologi yang membantu
menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi
(Williams dan Sawyer,
2010:4).
Dengan demikian disimpulkan bahwa teknologi informasi
adalah suatu konsep utama pengembangan yang membantu menghasilkan, memanipulasi,
menyimpan, mengkomunikasikan, menyebarkan informasi yang meliputi hardware, software,
jaringan, manajemen data dan teknologi berbasis internet.
2.1.6. Perencanaan Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi
Dalam pengunaannya baik sistem informasi dan teknologi informasi membutuhkan
sebuah Perencanaan Strategi baik TI dan SI agar dapat tepat sasaran dengan penerapan
kedepannya sesuai dengan apa saja kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Sistem
informasi perencanaan strategis terkadang melibatkan seluruh organisasi. Biasanya pada
rekomendasi dari sistem informasi kepala eksekutif, manajemen puncak akan mengotorisasi
sebuah proyek besar untuk merencanakan sistem informasi untuk seluruh organisasi.
Perencanaan strategis sistem informasi adalah rencana untuk menentukan teknologi dan
aplikasi yang perlukankan oleh kebutuhan fungsi sistem informasi untuk mendukung
perencanaan strategis organisasi (Satzinger, Jackson, dan Burd, 2009:17). Sedangkan menurut
Bechor, Neumann, Zviran, dan Gleze (2010:1), Perencanaan Strategi Sistem Informasi adalah
proses pemikiran strategis yang mengidentifikasi paling diinginkan SI sehingga perusahaan
dapat menerapkan dan menegakkan kegiatan dan kebijakan teknologi informasi dalam jangka
panjang. 
  
18
Pengertian lainnya dari Perencanaan Strategi Sistem Informasi (PSSI) adalah untuk
mengembangkan strategi inovatif untuk mencapai tujuan organisasi. Ada dua elemen yang
harus dibedakan, Sistem Informasi (SI) dan Teknologi Informasi (TI) yang digunakan. Ini
merupakan
dua elemen harus menyelaraskan dengan tujuan organisasi, itu artinya adalah
untuk memastikan Teknologi Sistem Informasi (SI) & Informasi (TI) ketentuan sesuai
kebutuhan bisnis dalam apa yang dilakukannya (konteks), bagaimana melakukannya (proses)
dan kapan terjadi (timing). PSSI ini membantu untuk mengubah potensi peningkatan
perkembangan saat ini dan yang akan datang menjadi keunggulan kompetitif bagi suatu
organisasi. Tujuan utama dari PSSI adalah untuk mengidentifikasi bahwa teknologi informasi
dan komunikasi yang paling berkontribusi pada keberhasilan jangka panjang. (Mohd Sidi,
2010:2).
Dari kesimpulan di
atas Perencanaan Strategi Sistem Informasi merupakan suatu
proses pemikiran strategis kedepan bagi organisasi dalam mencapai suatu tujuan dari
perusahaan sehingga kebutuhan perusahaan tersebut keberhasilan akan tercapai. Strategi SI
menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi  yang dibutuhkan organisasi. Esensi
dari strategi SI adalah menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan
pada pemilihan teknologi, infrastruktur, dan keahlian khusus yang terkait atau
menjawab
pertanyaan “bagaimana?”. (Wedhasmara, 2007:3).
Selain Perencanaan Strategi Sistem Informasi maka dibutuhkan juga perencanaan dari
strategis teknologi informasi. Menurut Ward dan Peppard (2002:44), Perencanaan Strategi
Teknologi Informasi adalah sebuah analisis menyeluruh dan sistematis yang mengembangkan
sebuah rencana strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat
mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi termasuk
kondisi eksternal yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Menurut Brazell
(2002:9),
Perencanaan Strategi Teknologi Informasi merupakan proses menetapkan tujuan teknologi
informasi dan tujuan, menentukan strategi dan kebijakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan
mengembangkan rencana untuk memastikan bahwa strategi yang diterapkan.
Berdasarkan
pengertian di atas Perencanaan Strategi Teknologi Informasi disimpulkan sebagai sebuah
analisis sistematis dan menyeluruh terhadap pengembangan sebuah rencana yang berfokus
pada tujuan visi, untuk pemenuhan kebutuhan baik eksternal serta memastikan penerapan
strategi berjalan seutuhnya.
Dari pengertian mengenai perencanaan strategi sistem informasi
dan teknologi informasi di atas, organisasi memerlukan perencanaan strategis SI/TI yang
mememungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Perencanaan strategis SI/TI merupakan proses identifikasi portofolio aplikasi SI
berbasis komputer yang akan mendukung organisasi dalam pelaksanaan rencana bisnis dan
  
19
merealisasikan tujuan bisnisnya. Perencanaan strategis SI/TI mempelajari pengaruh SI/TI
terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi dalam memilih langkah-langkah
strategis. Selain itu, perencanaan strategis SI/TI juga menjelaskan berbagai tools, teknik, dan
kerangka kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis,
bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang inovatif (Ward dan
Peppard, 2002). Tujuan dari penggunaan metodologi dalam perencanaan strategis SI/TI
adalah untuk meminimalkan resiko kegagalan, memastikan keterlibatan semua pihak yang
berkepentingan serta meminimalkan ketergantungan individu, dan lebih menekankan kepada
proses dan sasaran yang ditentukan.  (Wedhasmara, 2007:4). Berdasarkan kesimpulan di atas
perencanaan strategis SI/TI adalah proses identifikasi portofolio aplikasi SI yang mendukung
dalam pelaksanaan rencana serta tujuan bisnis, serta menjelaskan berbagai tools, teknik dan
kerangka kerja bagi manajemen dengan penerapan teknologi yang inovatif, yang mengacu
langkah strategi perusahaan ke depan.
2.1.7.  Enterprise Architecture
Perencanaan pada tingkat sistem tidak cukup untuk pengelolaan dan perencanaan
teknologi serta sumber daya lainnya di perusahaan-perusahaan dengan ukuran dan
kompleksitas yang signifikan. Enterprise Architecture
atau EA
adalah sebuah perbaikan
pendekatan yang melihat sistem secara holistik serta memberikan konteks strategi dan bisnis.
Perencanaan Strategi Sistem Informasi dan Perencanaan Strategi Teknologi Informasi pada
suatu organisasi dapat dilakukan dengan metode
Enterprise Architecture.
Metode
ini
memungkinkan perusahaan dapat menerapkan
secara rinci
perencanaan dalam jangka waktu
yang ditentukan, sehingga memaksimalkan perusahaan dalam mencapai visi dan misi
perusahaan mereka. Enterprise adalah suatu area, segala aktivitas dan tujuan-tujuannya dalam
suatu organisasi atau antara beberapa organisasi di mana informasi dan sumber daya lainnya
saling bertukar dan berinteraksi (Bernard, 2012:31). Kata “enterprise”
menyiratkan
pandangan strategi tingkat tinggi dari keseluruhan organisasi, sedangakn kata “architecture”
menyiratkan sebuat struktur kerangka kerja untuk keperluan analisis, perencanaan, dan
pengembangan dari seluruh jenis sumber daya.
Ada beberapa definisi Enterprise Architecture
dari berbagai sumber. Istilah
Enterprise Architecture
kemungkinan besar berasal dari Steven Spewak, Ph.D. dalam
bukunya yang berjudul: “Enterprise Architecture Planning” yang diterbitkan oleh John Wiley
& Sons pada tahun 1992. Menurut Bernard (2012:31), Enterprise Architecture didefinisikan
sebagai analisis dan dokumentasi keadaan saat ini dan keadaan masa depan sebuah
perusahaan
dari perspektif strategi
terintegrasi, bisnis, dan teknologi. Selanjutnya Ross
  
20
(2007) menyatakan Enterprise Architecture merupakan logika pengorganisasian untuk proses
bisnis dan teknologi informasi kemampuan infrastruktur mencerminkan persyaratan integrasi
dan standarisasi model operasi perusahaan. Sedangkan definisi lain menyatakan Enterprise
Architecture adalah
sebuah metode dan prinsip pengorganisasian yang sejalan tujuan bisnis
dan strategi fungsional dengan strategi TI dan rencana eksekusi. Berfungsi untuk membantu
dan menyederhanakan proses bisnis dalam pengembangan
(Silverstein, 2010:18).
Ide dari
Enterprise Architecture
adalah
mengintegrasikan strategi, bisnis, dan teknologi (Bernard,
2012:33).
Gambar 2-3 Ide dasar “Enterprise Architecture”
Peranan Enterprise Architecture
adalah untuk meningkatkan unjuk kerja perusahaan
dengan memungkinkan mereka untuk melihat dirinya sendiri dalam hal pandangan holistik
dan terintegrasi terhadap arah startegi, paktek bisnis, aliran informasi dan sumber
daya
teknologi.
Bernard (2012:31) mengemukakan Enterprise
Architecture
adalah suatu profesi
dan praktek manajemen yang didedikasikan untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan
dengan cara membuat perusahaan tersebut mampu secara keseluruhan mengintegrasikan
strategi praktek-praktek bisnisnya, alur informasinya dan sumber daya teknologi.
Menurut
Pearlson dan Saunders (2010:171), Enterprise Architecture
adalah istilah yang digunakan
untuk mengatur logika untuk seluruh organisasi, sering menentukan bagaimana teknologi
informasi akan mendukung proses bisnis. Komponen Enterprise Architecture
biasanya
mencakup empat kunci elemen:
Proses bisnis inti –
perusahaan kunci yang menciptakan
kemampuan yang digunakan
perusahaan untuk menjalankan model operasi dan menciptakan peluang pasar.
Berbagi data – data yang mendorong proses inti.
Menghubungkan dan otomatisasi teknologi –
perangkat lunak, perangkat keras, dan
teknologi jaringan menyediakan link
antara aplikasi (aplikasi sendiri adalah bagian dari
arsitektur TI, tetapi cara aplikasi akan menghubungkan bersama-sama merupakan bagian
dari gambaran yang lebih besar dari arsitektur enterprise).
Kelompok pelanggan – cara pelanggan yang akan dilayani oleh arsitektur.
Berdasarkan kesimpulan di
atas Enterprise Architecture
adalah sebuah aset berbasis
strategi informasi yang menjelaskan tentang proses bisnis, prinsip pengorganisasian serta
menunjukan misi dan teknologi baru yang dibutuhkan dalam merespon perubahan misi dan
  
21
menyederhanakan proses bisnis dalam pengembangan sebagai suatu standarisasi model
operasi pada suatu perusahaan. 
Berikut ini merupakan macam-macam metodologi atau
kerangka kerja
(framework)
dalam merancang Enterprise Architecture, diantaranya: Zachman Framework, Federal
Enterprise Architecture Framework (FEAF), Department of Defense
Architecture 
Framework (DoDAF), Treasury Enterprise Architecture Framework (TEAF), The Open
Group Architectural Framework (TOGAF) dan EA³ Cube Framework. Pada karya ilmiah
ini
kami menggunakan metode Enterprise Architecture: EA³
Cube Framework berdasarkan buku
Scott A. Bernard.
Adapun alasan pemilihan metodologi EA³
adalah karena EA³ merupakan
kerangka kerja yang bersifat umum dapat diterapkan pada sektor publik dan privat, dapat
diimplementasikan secara langsung pada perusahaan
tanpa diperlukan penyesuaian, dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan awal pendekatan manajemen dan dokumentasi EA
(Bernard, 2012:110), memiliki artifact yang lengkap, dan meliputi analisis yang menyeluruh
terhadap Line of Business yang terdapat dalam setiap organisasi berdasarkan teori yang ada.
Jauh berbeda dari arsitektur TI pada tingkat analisis, pada umumnya penerapan
kerangka kerja lebih kompleks dari yang dijelaskan untuk mengembangkan TI infrastruktur
dan arsitektur. Dalam hal ini EA sebagai strategi, kinerja perusahaan untuk menentukan
operasi bisnis dan merancang proses dan infrastruktur untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang, yang berfungsi sebagai peluang bisnis baru dalam persaingan yang kompetitif.
Membangun Enterprise Architecture
adalah lebih dari sekedar menghubungkan bisnis
proses untuk IT. Dimulai dengan kejelasan organisasi visi dan strategi dan menempatkan nilai
tinggi pada konsistensi dalam pendekatan sebagai sarana efektivitas yang optimal. Dalam
penerapan Enterprise Architecture dilakukan dengan  menetapkan standarisasi proses, tingkat
dan proporsi yang bervariasi terhadap kebutuhan organisasi.
Sebagai praktek, EA adalah sebuah
program manajemen
(management program)
dan metode dokumentasi
(documentation method)
yang bersama-sama memberikan tindak
lanjut, mengkordinasikan pandangan arah strategi perusahaan, layanan bisnis, aliran
informasi, dan pemanfaatan sumber daya. Sebagai program manajemen, EA memberikan:
penyelarasan sumber daya (resources alignment), aturan standar (standardized policy),
dukungan pengambilan keputusan (decision support) dan pengawasan sumber daya (resource
oversight). Sebagai metode dokumentasi EA menyediakan: Pendekatan EA, Pandangan Saat
ini, Pandangan Masa Depan, dan perencanaan manajemen EA.
Sebagai sebuah program
manajemen
(management program), EA menyediakan
strategi dan pendekatan bisnis yang digerakkan kebijakan, perencanaan, pengambilan
keputusan, dan pengembangan sumber daya yang berguna untuk para eksekutif, manajer lini,
  
22
dan staf pendukung. Agar efektif, program EA harus menjadi bagian dari kelompok kebijakan
manajemen dan proses terintegrasi yang membentuk struktur pemerintahan secara
keseluruhan. Struktur tata kelola ini meliputi perencanaan strategis, Enterprise Architecture,
manajemen program, perencanaan modal, keamanan, dan perencanaan tenaga kerja, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. EA dapat membantu untuk mengidentifikasi kesenjangan
dalam aktifitas lini kegiatan usaha dan kemampuan mendukung layanan teknologi informasi,
sistem, dan jaringan.
Gambar 2-4 Tata kelola terintegrasi dalam perusahaan
Pendekatan dokumentasi EA didasarkan pada penerapan kerangka dokumentasi dan
metodologi implementasi terkait. Mendokumentasikan pandangan saat ini dan masa depan EA
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola sumber daya saat ini, memilih
dan menerapkan sumber daya masa depan, dan mengelola transisi EA secara efektif, secara
standar. Transisi dari arsitektur saat ini untuk masa depan merupakan aspek yang
berkelanjutan dari program EA. Gambar 2.4
menunjukkan gambaran dari pendekatan dasar
EA untuk memvisualisasikan perusahaan dan mengelola informasi EA.
Gambar 2-5 Pendekatan dasar Enterprise Architecture
  
23
2.2. Teori-teori Khusus
2.2.1. Kerangka Kerja Kubus EA³
Kerangka Kerja Kubus EA³
atau EA³ Cube Framework adalah kerangka kerja
dokumentasi EA yang digeneralisasi oleh Scott A. Bernard (2004) sehingga dapat digunakan
pada sektor publik mupun swasta. Konsep yang digunakan dalam kerangka kerja kubus EA³
dibuat atas dasar hasil pekerjaan Talcott Parson, James Thompson, John Zachman, Steven
Spewak, dan pencipta FEAF. Kerangka kerja EA³
divisualisasi dengan betuk kubus.  Arah
vertikal kubus terbagai dalam beberapa tingkat yang menunjukan area dokumentasi EA yang
berbeda, sedangkan ke arah dalam kubus terbagi atas lapisan-lapisan yang menunjukan area
aktivitas berbeda yang disebut sebagai line-of-business
(LOB)
atau
lini bisnis, dan kubus-
kubus kecil pada masing-masing tingkat menunjukan komponen-komponen EA yang bersifat
pasang dan pakai (plug-and-play).
Gambar 2-6 EA³ Cube Documentation Framework (Bernard, 2012:41)
Karakteristik yang dimiliki oleh kerangka kerja EA³
adalah dapat menunjukan
berbagai macam pandangan hierarki perusahaan dan teknologi serta sekaligus mendukung
perencanaan dan implementasi sistem. Peranan utama yang diberikan oleh kerangka kerja EA³
adalah mengorganisasikan aktifitas perencanaan dan dokumentasi sumber daya TI. Kerangka
kerja ini juga tersusun secara hirarki yang menunjukkan perbedaan pandangan tingkat tinggi
yang bernilai bagi eksekutif
dan para perencana, dan pandangan yang bersifat rinci yang
bernilai bagi manajer lini dan pekerja pendukung (support staff).
Konsep dokumentasi  Enterprise Architecture
saat ini juga
memasukkan pandangan
dari tujuan strategis, layanan bisnis, arus informasi, sistem dan aplikasi, jaringan, dan
infrastruktur pendukung. Selain itu, dokumentasi juga termasuk
apa yang disebut sebagai 
'rangkaian' atau ‘threads’ yang meliputi setiap tingkat arsitektur. Rangkaian ini termasuk
standar, keamanan, dan perencanaan tenaga kerja. Sebuah metode dokumentasi EA harus
  
24
mencakup kerangka EA dokumentasi dan metodologi implementasi yang mendukung
terciptanya pandangan arsitektur saat ini dan masa depan,
serta pengembangan Rencana
Pengelolaan EA
(EA Management Plan) untuk mengelola transisi perusahaan itu dari
arsitektur saat ini ke arsitektur masa depan. Berbagai elemen dalam metode dokumentasi EA³
ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2-7 Basic Elements of EA Analysis and Design (Bernard 2012:40).
Dokumentasi EA dicapai melalui enam elemen dasar berikut: (1) Kerangka kerja
dokumentasi EA, (2) Metodologi implementasi yang mendukung penciptaan (3) pandangan
saat ini dan (4) pandangan arsitektur masa depan, serta pengembangan (5) rencana
pengelolaan EA berencana untuk mengelola transisi perusahaan dari saat ini ke arsitektur
masa depan. Termasuk juga beberapa area umum bagi semua tingkat kerangka EA³
yang
disebut sebagai (6) "rangkaian" atau “threads”.
a.
Elemen ke-1 Dokumentasi EA: Kerangka Kerja (Framework)
Kerangka kerja dokumentasi EA
mengidentifikasi ruang lingkup arsitektur yang
akan didokumentasikan dan membangun hubungan antar area arsitektur. Ruang lingkup
kerangka kerja ini tercermin melalui desain geometrik dan daerah yang diidentifikasi untuk
dokumentasi. Kerangka kerja ini menciptakan sebuah kumpulan pandangan abstraksi dari
suatu perusahaan dengan cara mengumpulkan dan mengorganisasi informasi arsitektur.
Sebuah contoh yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka yang
diilustrasikan pada Gambar 2.7, yang memiliki bentuk kubus dengan tiga dimensi yang
berhubungan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam mendokumentasikan abstraksi
perusahaan. Dikenal sebagai EA³ Cube™, tingkat-
tingkat dalam contoh kerangka kerja ini
tersusun secara hirarki sehingga berbagai sub-arsitektur yang berbeda (yang menggambarkan
  
25
area fungsional yang berbeda) dapat dihubungkan satu sama lain secara logis. Hal ini
dilakukan dengan menempatkan tujuan/inisiatif strategis (Strategic Goals/Initiatives) pada
tingkat tertinggi, produk/jasa bisnis (business products/services) dan data/aliran informasi
(data/information flows) di tengah, dan dukungan sistem/aplikasi (systems/applications) dan
teknologi/infrastruktur
(technology/infrastructure) di bagian bawah. Dengan cara ini
keselarasan antara strategi, informasi, dan teknologi, yang membantu perencanaan dan
pengambilan keputusan dapat ditampilkan.
Gambar 2-8 EA³ Cube Analysis & Design Framework (Bernard, 2012:41)
Untuk menurunkan risiko dan meningkatkan efisiensi, maka metode pelaksanaan
kerangka kerja EA ini dilakukan secara bertahap. Kerangka kerja EA dibagi menjadi beberapa
segmen kegiatan yang berbeda, disebut sebagai lini bisnis
(Line of Business
atau LOB).
Sebuah lini bisnis
(LOB)
adalah wilayah aktivitas yang berbeda dalam perusahaan. Ini
mungkin melibatkan pembuatan produk tertentu, penyediaan jasa, atau fungsi administratif
internal. Sebagai contoh, setiap LOB memiliki sub-arsitektur lengkap yang mencakup semua
tingkat hirarki lima kerangka
kerja
EA³. Oleh karena itu dalam beberapa hal LOB secara
arsitektur dapat berdiri sendiri dalam perusahaan kecuali bahwa duplikasi data, aplikasi, dan
fungsi jaringan akan terjadi jika setiap LOB benar-benar independen. 
Suatu arsitektur meliputi semua lima tingkat kerangka kerja yang difokuskan pada satu
atau lebih LOB dapat disebut sebagai segmen dari keseluruhan EA. Architecture Segment
didefinisikan sebagai sebuah bagian dari keseluruhan EA yang mendokumentasikan satu atau
  
26
lebih lini bisnis di semua tingkat dan jalinan. Segmen dapat eksis sebagai bagian yang berdiri
sendiri dari EA.
b.
Elemen ke-2 Dokumentasi EA: Komponen- Komponen EA (EA Components)
Komponen
EA adalah tujuan, proses, standar, dan sumber daya
yang dapat diubah
dan juga
dapat diperluas pada seluruh perusahaan
atau
yang ada
dalam
lini
bisnis (LOB)
tertentu.
Contoh komponen-komponen ini
antara lain
adalah tujuan strategis
dan inisiatif,
produk bisnis dan
jasa;
arus informasi, gudang pengetahuan (knowledge warehouse), dan
objek data, sistem informasi, aplikasi perangkat lunak, program sumber daya perusahaan, dan
situs
web;
jaringan suara, data, dan video;
dan infrastruktur pendukung
termasuk bangunan,
ruang server,
kabel yang membentang / lemari
(wiring runs/closets), dan
peralatan modal
(capital equipment). Gambar 2-8
pada halaman berikut
ini
memberikan contoh komponen-
komponen
EA
vertikal dan
lintas sektor
(cross cutting) pada setiap tingkat
kerangka
kerja
Kubus EA³.
Vertical
Component
atau komponen vertikal
adalah
tujuan, proses, program, atau
sumber daya
(peralatan, sistem, data, dan lain-lain) yang
dapat diubah
melayani
satu
lini
bisnis
(LOB).
Horizontal (Crosscutting) Component
atau komponen horisontal (lintas
sektor): adalah tujuan, proses, program, atau sumber daya
yang dapat diubah yang melayani
beberapa lini bisnis
(LOB). Contoh termasuk sistem dukungan email dan administrasi yang
melayani seluruh perusahaan.
Gambar 2-9 Contoh Komponen-komponen EA
  
27
c.
Elemen ke-3 Dokumentasi EA: Arsitektur saat ini.
Current architecture atau Arsitektur saat ini pada dasarnya adalah sebuah kumpulan
dari artefak EA yang mendokumentasikan
komponen-komponen EA dalam seluruh
perusahaan
yang ada pada saat sekarang.
Pandangan ini penting bagi sebuah perusahaan
dalam menentukan atau memverivikasi sumber daya apa saja (termasuk TI) yang diperlukan
dalam lini bisnis untuk mendukung pencapaian tujuan strategis. (Bernard, 2012:141).
Current Architecture
berisi komponen-komponen EA yang saat ini ada dalam
perusahaan
pada setiap tingkatan dalam
kerangka
kerja.
Kadang-kadang disebut sebagai
pandangan sebagaimana adanya (”as-is” view). Pandangan EA saat ini berfungsi untuk
menciptakan sebuah inventarisasi 'dasar' sumber daya dan kegiatan saat ini dan yang
didokumentasikan dengan cara yang konsisten dengan pandangan EA masa depan sehingga
analis dapat melihat kesenjangan dalam kinerja antara rencana masa depan dan kemampuan
saat ini. Memiliki pandangan
saat ini
yang akurat dan komprehensif dari
komponen
EA
merupakan
sebuah referensi penting bagi perencanaan proyek, manajemen aset, dan
pengambilan keputusan investasi. Pandangan saat ini dari EA terdiri dari 'artefak' (dokumen,
diagram, data, spreadsheet, grafik, dan lain-lain) pada setiap tingkat kerangka, yang
diarsipkan dalam EA repositori on-line
untuk membuat mereka bisa digunakan oleh berbagai
pemangku kepentingan (stakeholders) EA.
d.
Elemen ke-4 Dokumentasi EA: Arsitektur Masa Depan
Future architecture atau Arsitektur Masa Depan adalah komponen EA saat ini
yang
sudah diperbaiki atau modifikasi agar bisa menutupi kekurangan yang dimiliki sistem saat ini
ataupun ingin kebutuhan operasional ataupun solusi teknik yang baru (Bernard, 2012:165).
Gambar 2-10 Drivers of Change
Dokumen arsitektur masa depan adalah dokumen arsitektur yang baru atau komponen-
komponen EA yang sudah dimodifikasi
yang dibutuhkan oleh
perusahaan
untuk
menutup
kesenjangan kinerja
yang ada atau
mendukung
inisiatif strategis baru, kebutuhan operasional,
atau solusi teknologi. 
  
28
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2-9, arsitektur masa depan didorong baik di tingkat
strategis dan taktis dalam tiga cara: arah dan tujuan baru, prioritas bisnis yang berubah, dan
teknologi
yang baru muncul. EA
tidak dapat mencerminkan
perubahan ini dalam
arsitektur
masa depan kecuali, jika tim pimpinan dalam perusahaan itu memberikan perubahan arah dan
tujuan
strategis, manajer lini bisnis
dan manajer program
memberikan perubahan
dalam
proses bisnis dan prioritas yang diperlukan untuk mencapai tujuan baru; dan staf pendukung /
pelaksana
mengidentifikasi
teknologi yang layak
dan
solusi
tenaga kerja
untuk memenuhi
kebutuhan bisnis baru.
Arsitektur masa depan harus mencakup perubahan komponen
EA yang direncanakan
dalam waktu dekat (perubahan taktis dalam 1-3 tahun ke depan), serta perubahan komponen
EA yang merupakan hasil dari pelaksanaan skenario operasi jangka panjang yang terlihat 4 -
10
tahun ke depan. Skenario ini
menggabungkan
dorongan internal
dan eksternal
yang
berbeda dan
dapat membantu mengidentifikasi
perubahan yang diperlukan
dalam proses,
sumber daya, atau teknologi yang
menerjemahkan
pada asumsi
perencanaan masa depan,
yang kemudian mendorong perencanaan komponen EA baru.
e.
Elemen ke-5 Dokumentasi EA: Rencana pengelolaan EA (EA Management Plan)
Rencana pengelolaan EA (EA management plan) mengartikulasikan program EA dan
pendekatan
dokumentasi.
Rencana pengelolaan EA juga
memberikan
deskripsi
pandangan
arsitektur saat ini dan masa depan, dan urutan rencana untuk mengelola transisi ke lingkungan
bisnis
/
teknologi operasi masa depan. Rencana pengelolaan EA adalah dokumen yang hidup
yang
sangat penting untuk
menyadari manfaat dari
EA sebagai program manajemen.
Bagaimana perusahaan akan terus bergerak dari arsitektur saat ini untuk arsitektur masa depan
adalah sebuah perencanaan yang signifikan dan tantangan
manajemen, terutama jika sumber
daya TI yang mendukung fungsi bisnis utama diganti atau ditingkatkan.
f.
Elemen ke-6 Dokumentasi EA: Perencanaan Rangkaian (Threads)
Dokumentasi EA meliputi
'thread' atau ‘rangkaian’ dari kegiatan
umum yang
ada
dalam
semua tingkatan dari kerangka kerja.
Rangkaian
tersebut
termasuk keamanan
terkait
TI, standar, dan pertimbangan tenaga kerja.
IT Security (Keamanan TI)
Keamanan paling efektif jika
merupakan bagian integral
dari program manajemen EA dan metodologi dokumentasi. Program Keamanan TI yang
komprehensif
memiliki beberapa daerah
fokus
termasuk:
informasi,
personil, operasi,
dan fasilitas. Agar efektif, keamanan TI
harus bekerja
di semua tingkat kerangka
EA
dan dalam semua komponen EA.
  
29
IT Standards
(Standar TI) –
Salah satu fungsi
yang paling penting dari
EA
adalah
menyediakan
standar teknologi
yang terkait di semua tingkat
kerangka
EA. EA
harus
dikembangkan berdasarkan standar
internasional, nasional, dan standar industri
yang
diakui untuk
mendorong penggunaan
solusi
yang bersifat bukan hal milik (non-
proprietary)
dalam komponen
EA. Hal ini pada gilirannya
meningkatkan
integrasi
komponen
EA, serta
lebih
mendukung
penggantian (switch-out)
komponen
bila
diperlukan.
IT Workforce (Tenaga kerja IT)
Mungkin sumber daya
terbesar yang
yang dimiliki
perusahaan
adalah orang. Oleh karena itu
penting untuk memastikan bahwa staf
yang
berkaitan dengan IT
memiliki keterampilan, dan pelatihan
yang dipersyaratkan
untuk
setiap lini bisnis (line of business) dan mendukung kegiatan pelayanan di setiap tingkat
kerangka EA, serta solusi yang tepat tercermin dalam arsitektur saat ini dan masa depan.
2.2.1.1. Pendekatan lengkap untuk Enterprise Architecture
Pendekatan EA yang lengkap harus mencakup enam elemen inti, yang harus dirancang
untuk bekerja bersama-sama.
a.
Architecture Governance (Tata kelola arsitektur)
b.
Architecture Framework (Kerangka kerja arsitektur)
c.
Implementation Methodology (Metodologi Implementasi)
d.
Documentation Artifacts (Dokumentasi Artefak)
e.
Architecture Repository (Penyimpanan Arsitektur)
f.
Associated Best Practices (Preaktek Terbaik yang terkait)
Gambar 2-11 Pendekatan lengkap untuk EA
Elemen Inti EA ke-1: Tata kelola arsitektur (Architecture Governance)
Elemen dasar pertama adalah "Governance" atau “tata kelola” yang mengidentifikasi
perencanaan, pengambilan keputusan, dan proses
pengawasan
dan kelompok yang
akan
  
30
menentukan bagaimana
Enterprise Architecture
ini dikembangkan dan dikelola
-
sebagai
bagian dari tata kelola secara keseluruhan suatu perusahaan. EA Governance atau tata kelola
EA bertujuan untuk mendukung tata kelola yang terpadu, kelompok kebijakan manajemen
yang terintegrasi dan proses yang
membentuk struktur
tata kelola secara keseluruhan
seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 di atas. Biasanya, Architecture Govenance harus sesuai
dengan tata kelola perusahaan secara keseluruhan maupun mekanisme dan struktur tata kelola
TI yang ditetapkan.
Elemen Inti EA ke-2: Kerangka kerja arsitektur (Architecture Framework)
Elemen
dasar kedua adalah
"Framework"
atau “kerangka kerja
yang
mengidentifikasi
lingkup keseluruhan arsitektur dan jenis dan hubungan dari berbagai tingkat
sub-arsitektur, rangkaian (threads)
dan
sudut pandang lain. Tidak semua
kerangka
kerja
memungkinkan untuk
melakukan pemisahan (segmentasi)
atau
melakukan integrasi
strategi,
bisnis, teknologi, tapi EA³
memungkinkan hal ini.
Gambar 2-12 Kubus EA³
Elemen Inti EA ke-3: Metodologi Implementasi (Implementation Methodology)
Elemen
dasar ketiga
adalah "Methodology" atau metodologi
yang merupakan
langkah-langkah spesifik
untuk membangun dan memelihara
program
EA, melalui
pendekatan yang dipilih.
  
31
Gambar 2-13 Metode implementasi EA 20 langkah dari Bernard
Elemen Inti EA ke-4: Dokumentasi Artefak (Documentation Artifacts)
Elemen dasar
keempat adalah
"Artifacts"
atau Dokumentasi Artefak
yang
mengidentifikasi
jenis dan metode dokumentasi
yang akan digunakan dalam
setiap sub-area
arsitektur, termasuk analisis
strategis, rencana bisnis, pengendalian internal, kontrol
keamanan, dan model alur kerja, basis data, sistem, dan jaringan.
  
32
Gambar 2-14 Daftar 46 buah Artefak menurut Bernard (2012:283)
Elemen Inti EA ke-5: Penyimpanan Arsitektur (Architecture Repository)
Elemen dasar kelima adalah
"Repository" atau Penyimpanan
yang meliputi situs web
EA, basis data
dokumentasi, dan
aplikasi perangkat lunak
(tools) yang digunakan
untuk
pemodelan, analisis, dan pelaporan. Rancangan repositori
harus mencerminkan
pendekatan
arsitektur yang melandasinya. Penyediaan akses mudah pada dokumentasi EA adalah penting
untuk digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat dicapai
  
33
melalui pembuatan repositori EA dalam jaringan (on-line EA Repository) untuk mengarsipkan
dokumentasi komponen EA dalam berbagai bidang kerangka kerja EA. EA Repository
pada
dasarnya adalah situs web dan basis data penyimpanan informasi dan menyediakan tautan
(link) ke alat bantu EA (EA Tools)
dan sumber daya program EA lainnya. Gambar 2.14
memberikan contoh bagaimana sebuah EA Repository mungkin dirancang. Contoh ini disebut
Living EnterpriseTM
dan dirancang untuk mendukung dokumentasi yang terorganisir melalui
penggunaan kerangka kerja kubus EA³ atau  EA³
cube framework.
Gambar 2-15 Contoh rancangan EA Repository Living Enterprise
TM
Elemen Inti EA ke-6: Praktek Terbaik yang Terkait (Associated Best Practices)
Elemen dasar keenam adalah "Associated Best Practices" atau Praktek Terbaik yang
Terkait
merupakan cara yang telah terbukti untuk
mengimplementasikan bagian dari
arsitektur keseluruhan atau sub-arsitektur, dalam konteks meta EA.
  
34
Gambar 2-16. EA dan praktek terbaik.
2.2.1.2. Sasaran dan Inisiatif Strategi (Goal and Initiatives)
Tingkat atas dari kerangka
kerja
EA³
mengidentifikasi arah strategis, tujuan, dan
inisiatif dari perusahaan dan memberikan gambaran yang jelas terhadap kontribusi yang akan
diberikan TI
dalam mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan strategis
dimulai dengan
pernyataan yang jelas tentang
tujuan
perusahaan dan
/
atau misi, dilengkapi dengan
pernyataan
singkat tentang
visi
untuk sukses. Hal ini diikuti dengan
deskripsi
dari arah
strategis dengan perusahaan, kejadian yang bisa terjadi, dan juga strategi bersaing yang akan
memastikan
tidak hanya
dapat bertahan, namun
keberhasilan
yang telah ditentukan
perusahaan. Seluruh pernyataan ini didukung oleh proses identifikasi tujuan dan inisiatif yang
mencakup hasil yang terukur dan penilaian kinerja (Bernard, 2012:112).
Perencanaan Strategi (Strategic Plan)
Strategic Plan adalah dokumen perencanaan strategi yang berisi tentang arah perusahaan,
strategi
kompetitif, tujuan penting perusahaan dan program-program atau proyek
perusahaan di masa mendatang, bisa yang dalam 3 sampai 5 tahun mendatang (Bernard,
20:284).
Diawali dengan pernyataan yang jelas mengenai maksud/tujuan dari perusahaan
dan/atau misi yang dilengkapi dengan pernyataan visi
perusahaan untuk mencapai
kesuksesannya. Selanjutnya dinyatakan juga
deskripsi arah strategi yang diambil oleh
perusahaan, skenario yang mungkin terjadi, dan juga strategi bersaing yang tidak hanya
akan menjamin daya tahan perusahaan tetapi juga kesuskesan
dalam pengertian yang
harus didefinisikan oleh perusahaan.
Analisis SWOT (SWOT Analysis)
Analisis SWOT adalah metode analisis yang dipakai perusahaan dalam mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang akan dipakai untuk melakukan improvisasi dan
meningkatkan daya saing pada perusahaan (Bernard, 2012:285).
  
35
CONOPS Scenario
CONOPS Scenario
adalah dokumen narasi yang menjelaskan tentang bagaimana cara
perusahaan beroperasi pada saat ini atau di
masa yang akan datang CONOPS dibuat
berdasarkan faktor internal dan eksternal yang didapat melalui analisis SWOT. Conops
bukanlah skenario mutlak melainkan berupa asumsi perencanaan (Bernard, 2012:286).
Concept of Operations Diagram
CONOPS
Diagram
adalah diagram yang menggambarkan atau menjelaskan tentang
bagaimana fungsi perusahaan secara keseluruhan atau sebagian saja (Bernard, 2012:287).
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard
menjadi kesuksesan di
balik ukuran finansial untuk perusahaan dan
membangun tujuan dan pengukuran dalam 4 kunci sudut pandang bisnis:
konsumen,
finansial, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan perkembangan
(Bernard,
2012:288).
2.2.1.3. Produk dan Layanan Bisnis (Products and Services)
Ini adalah
area arsitektur
utama
yang akan dipengaruhi oleh EA. Tingkat kedua
dari
kerangka
kerja
EA³
mengidentifikasi
layanan
produk bisnis
perusahaan
dan kontribusi
teknologi untuk mendukung
proses tersebut. Istilah
'layanan
bisnis' digunakan untuk
menyatakan
proses
dan
prosedur yang
dilaksanakan untuk
mencapai
misi dan
tujuan
perusahaan, apakah itu untuk bersaing
pada
sektor swasta, melakukan
pelayanan publik,
mendidik, memberikan layanan kesehatan, atau
memberikan
kemampuan pertahanan.
(Bernard, 2012:112).
Business Plan
Business Plan adalah perencanaan yang menghasilkan fungsi bisnis dan strategi keuangan
(financial) yang sejalan dengan tujuan perusahaan. Business plan memiliki beberapa item
pendukung (Bernard, 2012:289), yaitu:
1.
Business overview
2.
Executive team profile
3.
Relationship of business activities to strategic goal
4.
Organizational structure
5.
Market outlook and competitive strategy
6.
Business cycles
7.
Capitalization strategy
8.
Financial strategy
  
36
9.
Current financial status summary
10.
Business partnerships and alliances
Node Connectivity Diagram
Node Connectivity
Diagram
menunjukkan node
node
operasional, aktivitas yang
dilakukan pada setiap node, hubungan node ke node, dan pertukaran informasi. Tujuan
dari diagram ini untuk menunjukkan, pada tingkat tinggi, siapa yang mengoperasikan
grup – grup dalam perusahaan
(lini bisnis) dan bagaimana mereka berbagi informasi
(Bernard 2012:290).
Swim Lane Process Diagram
Swim Lane Process Diagram
adalah diagram yang menggambarkan aktivitas dari
setiap stakeholder
yang terlibat di dalam kegiatan bisnis perusahaan (Bernard,
2012:291).
Business Process Diagram
Business Process Diagram adalah sebuah Diagram Node Connectivity menunjukkan
node – node operasional, aktivitas yang dilakukan pada setiap node, hubungan node ke
node, dan pertukaran informasi. Tujuan dari diagram ini untuk menunjukkan, pada
tingkat tinggi, siapa yang mengoperasikan grup–grup dalam perusahaan (lini bisnis)
dan bagaimana mereka berbagi informasi. Yang menggambarkan setiap aktivitas
secara keseluruhan dari proses bisnis perusahaan termasuk setiap tingkatan aktivitas
dan hubungan antar aktivitas di dalam proses bisnis perusahaan (Bernard, 2012:292).
Activity/Product Matrix
Activity/Product Matrix adalah sebuah tabel yang menjelaskan aktivitas atau produk
dalam setiap lini bisnis perusahaan, tabel ini memberikan penjelasan secara vertical
dan horizontal (cross cutting) dari setiap aktivitas produk dan kemana produk tersebut
di alokasikan (Bernard, 2012:293).
Use Case Narrative & Diagram
Use Case Narrative & Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara
actor (Stakeholder), peraturan bisnis, sistem dan layanan, dan aplikasi. Use Case
Narative and Diagram
digunakan untuk mengidentifikasi solusi teknologi yang
dibutuhkan dalam pengembangan (Bernard, 2012:294).
Investment Business Case 
Investment Business Case
menggunakan format standar untuk mendeskripsikan nilai,
resiko, dan tingkat pengembalian investasi yang dibuat dengan teknologi dan sumber
daya lainnya. Business Case
juga berisi analisi alternatif, metriks pelacakan kinerja
program, arsitektur informasi, dan informasi status keamanan (Bernard 2012:295).
  
37
2.2.1.4. Data dan Informasi (Data and Information)
Tujuan
sekunder
arsitektur adalah mengoptimalkan
data dan
pertukaran
informasi.
Tingkat ketiga dari kerangka
kerja EA³
dimaksudkan
untuk mendokumentasikan
bagaimana
informasi
saat ini sedang digunakan
oleh perusahaan
dan
bagaimana arus informasi
masa
depan akan terlihat. Tingkat ini dapat tercermin
melalui dokumen Strategi
TI
yang mengikat
ke dalam rencana strategis perusahaan dan/atau rencana bisnis. Tujuan dari strategi TI adalah
untuk membentuk suatu pendekatan
tingkat tinggi untuk
mengumpulkan, menyimpan,
mengubah, dan menyebarkan informasi pada seluruh perusahaan. Penggunaan konsep-konsep
seperti
manajemen pengetahuan, data mining, gudang
informasi dan portal web dapat diatur
melalui strategi
TI
(Bernard, 2012:113).
Rancangan dan fungsi basis data ada seluruh
perusahaan
juga didokumentasikan pada tingkat ini sebagai standar format data, kamus data,
dan repositori kumpulan objek yang dapat digunakan kembali.
Knowledge Management Plan
Knowledge Management Plan
menyediakan deskripsi detail mengenai bagaimana
pengetahuan, informasi, dan data didistribusikan
dalam perusahaan. Perencanaan
Manajemen Pengetahuan
mencakup deskripsi dan diagram dari pembagian
informasi
antara sistem, aplikasi, gudang pengetahuan, dan database (Bernard, 2012:296). 
Information Exchange Matrix
Information Exchange Matrix mendeskripsikan atribut relevan dari pertukaran data antara
sistem. Atribut ini dapat mencakup ukuran, spesifikasi logis dari informasi, misalnya
media, ketepatan waktu yang dibutuhkan, dan klasifikasi dan properti informasi keamanan
(Bernard, 2012:297). 
Object State Transition Diagram
Object State Transition Diagram
adalah diagram yang menggambarkan daur hidup dari
setiap aktivitas, mulai dari awal sampai aktivitas tersebut berakhir (Bernard, 2012:298). 
Object Event Trace Diagram
Juga disebut sebagai Object “Sequence” Diagram, mendukung pelacakan aksi dalam
serangkaian skenario atau urutan
operasional. Setiap model harus fokus kepada urutan
kritis dari kejadian dan deskripsi dari skenario ini harus mengikuti model
(Bernard,
2012:299).
Logical Data Model
Logical Data Model
merupakan model data sematik yang dapat dikembangkan dengan
menggunakan metode terstruktur tradisional dan menggunakan simbol (Entity
Relationship Diagram), atau dapat juga menggunakan metode object oriented
dan
  
38
penggunaan simbol dari Unified Modeling Language (UML), yang menghasilkan diagram
kelas dan atau diagram objek (Bernard, 2012:300).
Physical Data Model
Physical Data Model
digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana informasi
digambarkan dalam logical data model yang seharusnya diimplementasikan dalam sistem
informasi terotomatisasi (Bernard, 2012:301). 
Activity / Entity Matrix
Activity / Entity Matrix
adalah pemetaan yang dikembangkan
oleh entitas data yang
terpengaruhi oleh aktivitas bisnis. Sering juga disebut ‘CRUD’ karena matrix itu
mengidentifikasi tipe dasar yang dilakukan untuk perubahan suatu data (create, read,
update, delete) melalui proses bisnis (Bernard, 2012:302).
Data Dictionary
Data Dictionary adalah sebuah kamus data yang menyediakan daftar komprehensif dari
entitas data yang dikumpulkan dan dirawat oleh perusahaan, termasuk atribut standar,
kunci dan hubungan dari setiap data (Bernard, 2012:303).
2.2.1.5. Sistem dan Aplikasi (Systems and Applications)
Tingkat
keempat
kerangka
kerja
EA³
dimaksudkan untuk
mengorganisasikan
dan
mendokumentasikan kelompok sistem
informasi
saat ini, dan aplikasi
yang digunakan
oleh
perusahaan
untuk memberikan
kemampuan IT. Tergantung
pada perubahan
pada
kerangka
kerja
EA³
tingkat
di
atasnya
(layanan
bisnis atau
arus informasi) mungkin direncanakan
perubahan
sistem/aplikasi yang
harus tercermin
dalam pandangan
arsitektur
masa depan
(Bernard, 2012:113). Area sistem dan aplikasi dalam kerangka kerja EA³ ini juga merupakan
komponen dengan fitur yang menonjol dalam arsitektur berorientasi layanan, sebagai aplikasi
komersial semakin meningkat beroperasi yang tersedia bagi perusahaan
(contoh: standar
industri J2EE dan .NET). Aplikasi modular
yang besar dapat menangani seluruh lini bisnis
dan/atau fungsi back office
(contoh: sistem keuangan, sistem pengendali manufaktur, dan
sistem pengelolaan rantai pasokan).
Sistem yang besar ini sering disebut sebagai ERP
(Enterprise Resource Planning).
Pendekatan modular pada sistem ERP mencerminakan
strategi pasang pakai yang dapat diadopsi oleh perusahaan pada level ini dalam kerangka
kerja EA³ untuk meningkatkan interoperabilitas dan penurunan biaya.
Diagram Antarmuka Sistem (System Interface Diagram)
System Interface Diagram
menunjukkan antar muka secara logika dan/atau fisik antara
sistem perusahaan untuk informasi, produksi, dan lain – lain, dimana informasi dan/atau
sumber daya lainnya dipertukarkan (Bernard, 2012:304).
  
39
System Communication Description
System Communication Description
adalah sebuah S-1 Sistem interface
diagram
menyediakan sebuah deskripsi bagaimana sebuah data dikomunikasikan antara sistem
seluruh perusahaan, termasuk sistem terntang link, jalur, jaringan, dan media (Bernard,
2012:305).
System Interface Matrix
System Interface Matrix
menunjukkan sifat dan status dari antar muka secara fisik dan
logika antara sistem informasi dalam perusahaan (Bernard, 2012:306).
System Data Flow Diagram
Sebuah sistem data flow diagram dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah proses dengan
sistem pertukaran data dan bagaimana pertukaran mereka dapat
terjadi. Sebuah artifak
compliments
dengan diagram proses bisnis
danakan bisa didekomposisi untuk
menunjukkan perincian tambahan (Bernard, 2012:307).
System/Operations Matrix
System/Operations Matrix
menghubungkan aktivitas operasional dengan fungsi–fungsi
sistem di dalam dan antara lini bisnis dalam perusahaan (Bernard, 2012:308).
System Data Exchange Matrix
System Data Exchange Matrix menggunakan format tabel untuk menunjukkan yang mana
sistem pertukaran tipe dari data tertentu di
dalam dan di
antara lini bisnis dalam
perusahaan (Bernard 2012:309).
System Performance Matrix
System Performance Matrix mencatat metriks yang penting yang mempertimbangkan
dapat dipercaya, ketersediaan, dan dapat dikelola (Bernard 2012:310).
System Evolution Diagram
System Evolution Diagram menunjukkan evolusi sistem yang mencakup hubungan dan
waktu dari pengkonsolidasian instalasi, peningkatan, dan penghentian, kadang
ditunjukkan dalam konteks perubahan terhadap sistem, aplikasi, halaman web, dan
database lainnya (Bernard 2012:311).
Web Application Diagram
Web Application Diagram menunjukkan hubungan secara logis antara layanan informasi
berbasiskan web, dalam kasus ini menunjukkan diagram yang didetailkan dari layanan
yang berinteraksi melalui protokol dan antarmuka standar yang mendukung pertukaran
data platform independen (Bernard 2012:312).
  
40
2.2.1.6. Jaringan dan Infrastruktur (Networks and Infrastructure)
Jaringan dan infrastruktur adalah tulang punggung dari arsitektur. Tingkat kelima yang
merupakan bagian paling dasar dari kerangka kerja
EA³,
merupakan tingkat paling bawah,
dimaksudkan untuk
mengatur dan
mendokumentasikan pandangan
saat ini dan
masa depan
jaringan suara, data, dan video yang digunakan oleh perusahaan pada komputer pusat sistem
(host), aplikasi, situs web, dan database. Tingkat ini juga
mendokumentasikan
infrastruktur
perusahaan (misalnya bangunan, ruang server, peralatan modal). Local Area Network (LAN),
Wide Area Network (WAN), System Application Network (SAN), intranet, extranet, Jaringan
Nirkabel
semua
terorganisir dan
didokumentasikan
pada tingkat
ini sehingga
desain
yang
efisien dapat diimplementasikan melalui
arsitektur masa depan
yang mengurangi duplikasi,
meningkatkan efisiensi biaya dan kinerja, dan mempromosikan
ketersediaan dan ketahanan
hidup
(Bernard 2012:114).
Seringkali sebuah perusahaan
akan menentukan bahwa
kemampuan TI tertentu adalah berseifat kritis terhadap kesuksesan perusahaan, dan arsitektur
dalam area ini harus mencerminkan sumber daya yang berlapis (redundant) pada lokasi yang
berbeda sedemikian sehingga kemampuan ini dapat terus tersedia jika sumber daya utama
tidak tersedia.
Network Connectivity Diagram
Network Connectivity Diagram adalah sebuah diagram yang menggambarkan sambungan
fisik antara jaringan suara, data dan video dalam perusahaan termasuk jaringan eksternal
wide area network (WAN) dan local area network (LAN) yang juga disebut ekstranet dan
intranet (Bernard, 2012:313).
Network inventory
Network Inventory
mencatat semua perangkat keras dan perangkat lunak pada jaringan
suara, data, dan video dalam perusahaan. Daftar ini mungkin mencakup nomor bar code
atau pengenal unik lainnya (Bernard 2012:314).
Capital Equipment Inventory
Capital Equipment Inventory
mencatat semua peralatan modal teknologi non-informasi
(dapat didepresiasi) di setiap lini bisnis dalam perusahaan. Daftar ini mungkin mencakup
nomor bar code atau pengenal unik lainnya (Bernard 2012:315).
Building Blueprint
Artifak
Buliding
Blueprint
adalah sekumpulan cetak biru elektronik yang lengkap untuk
semua bangunan dan ruangan secara fisik dalam perusahaan. Cetak biru membantu dalam
perencanaan dan pembuatan keputusan yang memperhatikan penempatan tempat kerja,
fasilitas produksi, gudang, jaringan dan fungsi bisnis lainnya (Bernard 2012:316).
  
41
Network Center Diagram
Artifak ini merupakan diagram teratas dari pusat jaringan teknologi informasi. Diagram
ini dapat menjadi bagian serangkaian cetak biru NI-4, dan diatur secara elektronik untuk
mendukung perubahan berkali – kali terhadap pusat jaringan dan ruang server yang dapat
diperkirakan selama beberapa tahun ke depan (Bernard 2012:317).
Cable Plant Diagram
Cable Plant Diagram
menunjukkan hubungan secara fisik antara jaringan
suara/data/video dalam perusahaan
dan kepada pemasok – pemasok global. Diagram ini
harus menunjukkan tipe –
tipe kabel (fiber, CAT-6, dan lain -
lain) dan bandwitdh (T-1,
OC-3, dan lain -
lain) dari setiap kabel yang berjalan antara pusat jaringan, ruang server,
lemari kabel, dan koneksi eksternal (Bernard 2012:318).
Rack Elevation Diagram 
Diagram ini menyediakan sudut pandang depan dan samping dari setiap rak peralatan
teknologi informasi yang ada di dalam pusat jaringan, ruang server, dan atau lemari kabel.
Diagram ini mendukung diagram Network Center Diagram dan Cable Plant Diagram dan
dikelola secara elektronik untuk mendukung perubahan berkali –
kali yang dapat
diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan (Bernard 2012:319).
2.2.1.7. Keamanan (Security)
Keamanan paling efektif jika merupakan bagian integral dari program
manajemen EA
dan metodologi
dokumentasi.
Program Keamanan TI
yang komprehensif
memiliki beberapa
daerah
fokus termasuk:
informasi, personil, operasi, dan fasilitas. Agar efektif, keamanan TI
harus
bekerja
di semua tingkat
kerangka
EA
dan dalam
semua komponen
EA
(Bernard
2012:115).
Security Plan
Security Plan menyediakan deskripsi tingkat tinggi dan detail mengenai program
keamanan yang berdampak dalam perusahaan. Hal ini mencakup secara fisik, data,
personel dan elemen-elemen dan prosedur keamanan operasional (Bernard 2012:320).
Security Solutions Descriptions
Security Solutions Descriptions menyediakan sudut pandang tingkat tinggi mengenai
bagaimana keamanan disediakan untuk sumber daya yang terpilih dalam perusahaan.
Solusi-solusi ini mencakup 4 dimensi dari keamanan; secara fisik, data, personel dan
operasi, dan mungkin mencakup diagram-diagram dan metriks-metriks
(Bernard
2012:321).
  
42
System Accreditation Document
System Accreditation Document menggunakan format standar untuk mengevaluasi status
keamanan dari sistem informasi dalam perusahaan (Bernard 2012:322).
Continuity of Operations Plan
Continuity of Operations Plan (COOP) menggunakan standar format untuk
mendeskripsikan kemana semua atau sebagian perusahaan akan direlokasikan jika lokasi
operasi normal tidak dapat digunakan untuk beberapa waktu (lebih dari beberapa hari)
akibat kejadian alam atau buatan manusia (Bernard 2012:323).
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Plan)
Disaster Recovery Plan adalah matriks penilaian dan serangkaian prosedur untuk
menangani berhentinya kemampuan berbagai bisnis dan/atau teknologi yang tidak
membutuhkan relokasi operasi dari perusahaan. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh
kejadian alam maupun buatan manusia (misalnya kebakaran, banjir atau padamnya listrik)
(Bernard 2012:324).
2.2.1.8. Standarisasi (Standards)
Salah satu fungsi
yang paling penting dari EA adalah bahwa ia menyediakan standar
teknologi
yang terkait
di semua tingkat kerangka
EA. EA
harus menggambar pada standar
industri
diterima
internasional, nasional, dan untuk
mempromosikan penggunaan
solusi
komersial (bukan hak kepemilikan) dalam komponen EA. Serta lebih mendukung beralih dari
komponen bila diperlukan (Bernard 2012:115).
Technology Standards Profile
Technology Standards Profile adalah daftar dari layanan bisnis dan teknologi yang
terasosasi yang diterima perusahaan sebagai standar utama dan kedua (Bernard 2012:325).
Technology Forecast
Technology Forecast mendukung dan berhubungan dengan profil standar teknologi.
Peramalan teknologi mendokumentasikan perubahan yang telah diperkirakan dalam
berbagai standar yang dicatat dalam artifak profil standar teknologi, dimana perubahan
masa depan mulai terjadi atau akan terjadi (Bernard 2012:326).
2.2.1.9. Kemampuan / (Skill)
Salah satu sumber daya
terbesar yang suatu perusahaan memiliki adalah orang-orang.
Hal ini
Oleh karena itu penting
untuk memastikan bahwa staf TI-terkait, keterampilan, dan
persyaratan
pelatihan diidentifikasi
pada setiap tingkat
dari kerangka
EA, dan solusi yang
tepat tercermin dalam arsitektur
masa depan. Rencana Tenaga Kerja TI mungkin adalah cara
  
43
terbaik untuk
mengartikulasikan bagaimana
modal manusia
akan dipekerjakan
dalam
memungkinkan
kemampuan teknologi
yang
mendasari
layanan bisnis
dan arus informasi
(Bernard 2012:115).
Workforce Plan
Workforce Plan
menyediakan deskripsi tingkat tinggi mengenai bagaimana modal
manusia diatur dalam perusahaan. Perencanaan tenaga kerja mencakup strategi untuk
mempekerjakan, mempertahankan dan pengembangan profesional pada tingkat eksekutif,
manajemen dan staf dari perusahaan (Bernard 2012:327).
Organization Chart
Organization Chart menunjukkan bagaimana posisi dan personel diatur dalam diagram
secara hierarki atau format matriks. Bagan organisasi membantu untuk menunjukkan garis
otorisasi, hubungan pekerjaan, sama seperti kepemilikan terhadap sumber daya, produk
dan proses (Bernard 2012:328).
Knowledge & Skills Profile
Knowledge & Skills Profile menyediakan pendataan detail mengenai orang seperti apa
yang harus mengetahui dan dapat lakukan dalam posisi khusus dalam perusahaan. 
2.2.2.  Five Force Porter
Lima kekuatan Porter analisis posisi kompetitif dikembangkan pada tahun 1979 oleh
Michael
E.
Porter
dari
Harvard
Business School
sebagai kerangka sederhana untuk
menilai
dan mengevaluasi
kekuatan kompetitif
dan posisi
dari sebuah organisasi bisnis.
Teori ini
didasarkan pada konsep bahwa ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dan
daya tarik pasar. Lima kekuatan Porter
membantu untuk mengidentifikasi dimana kekuasaan
terletak pada
situasi bisnis. Hal ini berguna baik
dalam memahami
kekuatan
posisi saat
organisasi kompetitif, dan kekuatan posisi yang organisasi mungkin terlihat untuk melangkah.
Analis Strategis sering menggunakan
lima kekuatan Porter untuk memahami apakah produk
atau jasa
baru
yang berpotensi
menguntungkan. Dengan memahami
dimana
kekuasaan
terletak, teori
ini juga
dapat digunakan
untuk mengidentifikasi
area kekuatan, untuk
meningkatkan kelemahan dan menghindari kesalahan. (Downey, 2007:6).
Lima Daya Saing Porter (Five Force
Porter)
memperlihatkan bagaimana sumber
informasi mampu diterima untuk mempengaruhi daya saing lainnya. Pandangan ini
menjelaskan secara umum mengatur daya saing  untuk memberikan hasil lebih dari aksi
pesaing. (Pearlson, 2003: 54).
  
44
Gambar 2-17 Five Force Porter
a.
Threats of New Entry
Perusahaan dalam sebuah industri sering mencoba untuk mengurangi ancaman
dari pendatang baru dalam pasar dengan meningkatkan rintangan
pada pendatang.
Rintangan untuk pendatang dapat membantu perusahaan untuk memperkuat
penawaran atas produk dan layanan yang sulit digantikan di mata customer
berdasarkan fitur-fitur unik. Sumber informasi lainnya juga mampu meningkatkan
rintangan yang menghambat competitor untuk masuk kedalam industri.
b.
Buyer Power
Customer sering memiliki kekuatan potensial untuk mempengaruhi lingkungan
kompetitif. Kekuatan ini membentuk suatu kemudahan akses konsumsi pada berbagai
outlet untuk memperoleh produk yang paling baik dan murah sekalipun dalam skala
besar.
Informasi yang mampu didapatkan perusahaan mampu membuat perubahan
harga (switching costs) serta mengetahui siapa saja
pangsa pasar dalam target
perusahaan.
  
45
c.
Suppliers Power
Supplier memiliki kemampuan untuk mengurangi keuntungan perusahaan.
Daya saing ini adalah yang terkuat ketika perusahaan hanya memiliki sedikit supplier.
Kualitas supplier merupakan bagian krusial untuk menyelesaikan proses produksi.
Dalam hal ini perusahaan dipaksa untuk memilih dengan teliti supplier mana saja yang
berpotensi tinggi.
d.
Threat of Substitute
Potensi pergantian produk dalam pasar tergantung oleh pembeli yang
mengharapkan perubahan, harga berdasarkan kinerja produk, dan tingkat perubahan
harga pembelian. Sumber informasi dapat membuat keuntungan dengan mengurangi
ancaman dari pergantian.
e.
Rivaltry
Persaingan dari setiap perusahaan yang berkompetisi di dalam industri selalu
meningkat. Perusahaan harus fokus dalam kompetisi dari setiap lawan untuk
melindungi pangsa pasar. Dalam hal ini, persaingan setiap perusahaan dalam industri
harus yakin dan mampu untuk merespon tindakan kompetitor dengan cepat dengan
berbagai strategi.
2.2.3. Analisis SWOT
Salah satu kegiatan
yang paling awal
perusahaan
melakukan pengembangan rencana
strategis adalah
‘Strength, Weakness, Opportunity, Thread’
(SWOT)
Analysis. Analisis
ini
melihat
faktor internal dan eksternal
untuk menentukan
daerah-daerah
dimana
perusahaan
harus fokus untuk meningkatkan kemampuan untuk bertahan
dan keberhasilan, serta daerah
yang
perusahaan
harus menghindari, atau mengurangi
eksposur.
Hasil analisis
SWOT
harus
terangkum dalam rencana strategis dan analisis SWOT penuh diarsipkan dalam repositori EA
sebagai terpisah primitif artefak.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini dilakukan pada logika uang dapat
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan
dan ancaman
(Rangkuti, 2006:18). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara
faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktot internal kekuatan dan kelemahan.
Di
bawah ini dijelaskan mengenai (SWOT)
Strengths, Opportunities, Weakness,
Threats:
Strengths: Sumber daya, keterampilan yang lebih dari pada pesaing perusahaan
sehingga memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
  
46
Weakness:
keterbatasan dalam SDA, keahlian dan kemampuan yang menghambat
kinerja perusahaan.
Opportunities: situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Meskipun trend
merupakan hal
yang paling pentung dalam menganilisi
peluang bagi perusahaan.
Threats: situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, tapi tidak untuk dihindari
namum harus dihadapi sebagai tantangan. Pengertian terhadap peluang dan ancaman
yang ada akan membantu perushaan untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan yang nyata
yang akan dipilih untuk menyusun strategi yang efektif bagi perusahaan.
2.2.3.1. Matriks SWOT
Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman
eksternal (EFAS) yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan (IFAS) yang dimilikinya (Rangkuti, 2006:31).
Penentuan Strategi Internal (IFAS)
Penentuan strategi internal (IFAS) adalah setelah faktor strategi eksternal diketahui,
maka faktor-faktor strategi ingernal perlu diidentifikasi. 
Tahapan-tahapan faktor strategi internal sebagai berikut:
1.
Tentukan faktor-faktor yang jadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam 1
kolom.
2.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
posisi strategi perusahaan (semua bobot tersebut tidak boleh melebihi skor total
1,00).
3.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (Poor). Berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhdap kondisi perusahaan. Variabel yang bersifat positif (semua
variable yang masuk kategori kekuatan) diberi dari nilai +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan membandingkannya dengan pesaing utama. Sedangkan
variabel bersifat negatif adalah kebalikannya.
4.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam skor 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outstanding)
sampai 1,0 (Poor).
  
47
5.
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor
strategi
eksternalnya. Skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
dengan perusahaan lain dalam kelompok yang sejenis.
Penentuan Strategi Eksternal (EFAS)
Penentuan faktor strategi eksternal (EFAS) adalah untuk membuat matriks strategi
internal
terlebih dahulu perlu mengetahui faktor-faktor eksternal itu apa saja, faktor
tersebut dapat diketahui setelah dilakukan analisis pada perusahaan.
Tahap-tahap faktor strategi eksternal sebagai berikut:
1.
Tentukan faktor-faktor yang jadi peluang dan ancaman
perusahaan dalam 1
kolom.
2.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1,0 (paling penting)
sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
posisi strategi perusahaan (semua bobot tersebut tidak boleh melebihi skor total
1,00).
3.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (Poor). Berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perusahaan. Variabel yang bersifat positif (semua
variabel yang masuk kategori peluang) diberi dari nilai +1 sampai dengan +4
(sangat baik) dengan membandingkannya dengan pesaing utama. Sedangkan
variabel bersifat negatif adalah kebalikannya.
4.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam skor 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (Outstanding)
sampai 1,0 (Poor).
5.
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi
eksternalnya. Skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
dengan perusahaan lain dalam kelompok sejenis.
  
48
Tabel 2-2 Matriks SWOT (Rangkuti, 2006:31)
Berikut ini adalah keterangan matriks SWOT:
Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikir perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT
Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk
menggurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
2.2.3.2. Diagram Analisis SWOT
Setelah didapat hasil tabel bobot skor dari masing-masing IFAS dan EFAS, langkah
selanjutnya adalah memasukan angka total bobot skor tersebut ke dalam diagram analisis
SWOT berikut ini:
Kuadran 1: merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan agresif (Growth oriented strategy) .
Kuadran 2: meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
  
49
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diverifikasi (produk atau pasar).
Kuadran 3: perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain
pihak perusahaan menghadapi kendala
atau kelemahan internal. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga
dapat merebut peluang yang lebih baik (turnaround).
Kuadran 4: merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan perusahaan.
Perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal
(Strategi
Defensif).
Gambar 2-18 Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2006:19)
Keterangan diagram Analisis SWOT:
1.
Strategi Agresif (Intensif)
Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan
berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi
kompetitif perusahaan
dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:
a.
Market Penetration
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk
produk atau layanan yang ada saat ini di dalam pasar yang ada saat ini melalui
upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini umum diterapkan baik
sendiri maupun sebagai kombinasi dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam
penetrasi pasar adalah meningkatan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang promosi secara ekstensif (besar-
  
50
besaran), atau peningkatan upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan
promosi yang intensif dari A-Mild Sampoerna dan berbagai perusahaan rokok
lainnya merupakan contoh yang menarik. Demikian juga dengan upaya
McDonald untuk memberikan berbagai cinderamata menarik maupun beberapa
pabrik farmasi yang meningkatkan jumlah detailer obatnya.
b.
Market Development
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk mengenalkan produk atau
layanan yang ada saat
ini kepada berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi
dan iklim perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk strategi
ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan yang demikian ketat
pada suatu pasar tertentu menyebabkan pengalihan perhatian kepada pasar
yang baru merupakan solusi agar perusahaan tidak tersingkir dari arena
bisnisnya.
Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-wilayah tertentu
masuknya pemain baru yang besar akan menimbulkan pergesaran
equilibrium persaingan bisnis yang ada. Oleh karenanya, tidak jarang para
pemain besar akan mengalami tantangan dari para pemain lokal sehingga
terpaksa harus melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima. Berbagai
perusahaan ritel yang bergerak pada skala grosir dan hypermarket, sering
mengalami tantangan tersebut. Makro, Alfa, Holland Bakery, Matahari dan
berbagai perusahaan lainnya, membuka gerai baru di berbagai lokasi
merupakan contoh penerapan strategi ini.
c.
Product Development
Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan
penjualan melalui
perbaikan atau modifikasi produk atau layanan yang ada saat ini. Biasanya
strategi pengembangan produk tercermin pada biaya penelitan dan
pengembangan (Research and Development, disingkat R&D) yang besar.
Beberapa industri yang sangat didominasi oleh aktivitas R&D adalah otomotif,
komputer, dan farmasi. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap
keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan berarti perusahaan
tersebut berpeluang kehilangan posisi kompetitifnya. Dan oleh karenanya,
aktivitas R&D menjadi tidak pernah berhenti untuk menghasilkan suatu
perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). Rinso dengan
berbagai variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya merupakan
contoh dari strategi ini. Juga munculnya berbagai features baru pada produk
  
51
handphone, komputer, dan perusahaan jasa seperti Telkom dengan Telkom
Memo-nya merupakan contoh yang menarik.
2.
Strategi Diversifikasi
Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan diversifikasi
usaha, justru karena kompleksitas persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini.
Suatu kelompok usaha yang bergerak pada sektor yang beragam tentunya
sangatlah sulit dikelola. Pada dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi
menjadi populer karena setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar
tidak tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran
tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru
tersebut dimotori oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak
terlalu jauh dari basis kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan.
Namun demikian, hal tersebut bukan berarti strategi diversifikasi sudah benar-
benar hilang. Masih cukup banyak pula perusahaan yang berhasil dengan strategi
ini, terutama bagi perusahaan yang bergerak di wilayah bisnis yang mengalami
kecenderungan menurun (decline), seperti ketika Philip Morris, sebuah produsen
rokok membeli Kraft General Food, sebuah perusahaan makanan dalam kelompok
Nestle. Hal ini dilakukan karena konsumsi rokok semakin menurun akibat
peningkatan kesadaaran konsumen atas kesehatan dan bahaya rokok.
a.
Concentric Diversification
Diversifikasi terkonsentrasi merupakan suatu strategi yang menghasilkan
produk atau layanan baru tetapi berhubungan/terkait dengan yang telah ada.
Contoh dari strategi ini adalah Harian Kompas yang memunculkan berbagai
suratkabar, tabloid, dan majalah baru.
b.
Horizontal Diversification
Jika suatu perusahaan menerapkan strategi yang menambah produk atau
layanan baru yang tidak berhubungan/terkait dengan yang telah ada, tetapi
ditujukan kepada pasar/ konsumen yang telah ada disebut sebagai diversifikasi
horizontal. Perhatikan Garuda Indonesia Airways yang memiliki beberapa
jaringan hotel di Indonesia.
c.
Conglomerate Diversification
Ketika suatu perusahaan menambah suatu produk atau layanan baru yang tidak
terkait/ berhubungan dengan yang sekarang ada, maka strategi tersebut disebut
sebagai diversifikasi konglomerat. Pada beberapa kasus terjadi bahwa strategi
ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan melalui aktivitas
  
52
memecah perusahaan yang telah dibeli atau menjual kembali salah satu atau
lebih devisinya. Ketika Lippobank memutuskan untuk bergerak di sektor
properti atau ketika Bimantara memasuki sektor televisi merupakan dua contoh
strategi konglomerasi. Demikian pula Maspion dengan Maspion Bank-nya.
3.
Strategi turnaround
Strategi turnaround
dilakukan ketika organisasi mengelompok kembali melalui
reduksi biaya dan aset dalam upaya membalikkan proses penurunan penjualan dan
laba perusahaan. Strategi ini terkadang dikenal sebagai strategi reorganizational.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperkokoh keunggulan yang membedakan
(distinctive competences) yang dimiliki perusahaan. Pada masa strategi ini
dijalankan, operasi perusahaan berjalan dengan sumber daya (terutama dana) yang
terbatas dan akan berada pada kondisi penuh tekanan dari berbagai pihak seperti
pemilik saham, pegawai, dan media.
Strategi turnaround dapat berbentuk penjualan aset untuk memperoleh dana tunai,
pemangkasan lini produk (product line), menutup bisnis yang kurang
menguntungkan atau yang tidak termasuk core competence perusahaan, otomasi
proses, pengurangan jumlah pegawai, dan penerapan sistem kontrol pengeluaran
biaya. Pengurangan kapasitas produksi berbagai perusahaan selama krisis moneter
di Indonesia dapat diangkat sebagai contoh. Demikian pula dengan kebijakan PHK
maupun pemulangan tenaga kerja asing demi menjaga keberlangsungan bisnis
selama krisis.
Yang perlu diperhatikan adalah keputusan untuk membangkrutkan diri bisa juga
hadir sebagai salah satu bentuk penerapan strategi penciutan ini. Oleh karenanya
perlu dicermati hubungan antar perusahaan dalam satu kelompok usaha dan
kesehatan keuangan keseluruhan kelompok usaha tersebut dalam kaitan dengan
strategi pembangkrutan diri ini.
4.
Strategi Defensive
Pada prinsipnya, strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi
perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian
eksternal yang sulit (terkadang tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi
defensif seringpula dikenal sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi
dalam suasana krisis ekonomi.
a.
Joint Venture
Joint Venture, biasa disingkat JV, merupakan strategi yang sangat populer.
Strategi ini muncul ketika dua atau lebih perusahaan membentuk suatu
  
53
kerjasama atau konsorsium dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada
secara bersama-sama. Strategi ini masuk dalam kategori strategi defensif
karena perusahaan yang melakukan JV tidak berminat untuk bekerja/
mengambil resiko sendiri. Tidak jarang, pihak-pihak yang bermaksud
melakukan kerjasama tersebut membentuk suatu perusahaan baru dengan
tujuan menjalankan kerjasama yang dimaksud. JV bisa terjadi dalam berbagai
bentuk seperti R&D, jaringan dan sistem distribusi, kesepakatan linsensi,
kesepakatan produksi, juga upaya untuk mengajukan penawaran bersama agar
dapat memenangkan suatu tender.
JV dan kesepakatan kerjasama banyak digunakan secara luas karena
kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dan jaringan kerja, untuk
melakukan operasi secara global, serta untuk menurunkan resiko. Bahkan
kesepakatan kerjasama antar perusahaan yang sedang bersaing secara langsung
juga terjadi. Biasanya kesepakatan kerjasama ini merupakan jembatan untuk
mensinergikan keunggulan kempetitif di bidang masing-masing, baik itu
teknologi, distribusi, riset dasar, maupun kapasitas produksi.
Strategi ini begitu populer di kelompok industri yang bersifat padat modal
(intensive capital) dan penuh resiko, seperti industri farmasi dan komputer.
Berbagai kisah di balik strategi Microsoft memasuki pasar Cina merupakan
contoh penerapan strategi JV. Di bidang media adalah hadirnya Harian Surya
di Surabaya sebagai hasil JV antara Kompas dan Pos Kota.
b.
Divestiture
Menjual sebuah divisi usaha atau bagian dari organisasi perusahaan disebut
sebagai strategi divestasi. Seringkali strategi divestasi dilakukan dalam rangka
memperoleh dana segar bagi kepentingan investasi atau akuisisi strategik lebih
lanjut atau di bidang lain yang lebih prospektif. Divestasi bisa pula merupakan
bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membersihkan
/menyingkirkan berbagai bisnis yang tidak menguntungkan, yang
membutuhkan terlalu banyak modal, atau bagian yang tidak sepenuhnya sesuai
dengan aktivitas perusahaan.
Strategi divestasi menjadi populer ketika perusahaan berupaya untuk kembali
dalam core competence-nya serta mengurangi kompleksitas diversifikasinya
agar lebih terkelola dengan baik. Keputusan PT.
HM Sampoerna untuk
melepas berbagai bisnisnya seperti perbankan, properti, dan transportasi
  
54
(dalam rangka kembali ke inti usahanya, rokok) sebelum krisis melanda
Indonesia merupakan suatu contoh strategi ini.
c.
Liquidation
Strategi likuidasi dapat diidentifikasi ketika perusahaan melakukan penjualan
seluruh asetnya secara
bagian per bagian untuk menghasilkan dana tunai.
Likuidasi biasanya dipahami sebagai pengakuan atas kekalahan dan cenderung
secara emosional sulit dijalani. Namun demikian, bisa dimengerti bahwa lebih
baik menghentikan operasi daripada mengalami kerugian yang lebih besar.
Likuidasi berbagai bank di Indonesia merupakan contoh.
d.
Combination
Strategi kombinasi adalah perpaduan antara dua atau lebih strategi yang
dijalankan secara simultan. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa
strategi kombinasi harus dioperasikan secara sangat hati-hati karena jika terlalu
dalam dalam membawa resiko yang lebih besar. Tidak ada perusahaan yang
dapat menerapkan semua strategi secara bersamaan meskipun semuanya
ditujukan utnuk memberikan keuntungan pada perusahaan. Oleh karenanya, di
tengah sulitnya penentuan yang diambil, skala prioritas yang baik dan tepat
perlu dibangun. Hal ini dibutuhkan karena sumber daya yang dimiliki
perusahaan tentunya memiliki keterbatasan tertentu. Prioritas sangat
dibutuhkan, karena dalam penerapan strategi kombinasi akan berarti pula
terjadinya penyebaran sumber daya dan kemampuan yang mungkin akan
terbaca oleh kompetitor sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah
yang justru membahayakan posisi perusahaan.
Dalam suatu perusahaan yang sangat terdiversifikasi, strategi kombinasi
seringkali diterapkan ketika divisi-divisi yang ada menerapkan strategi
berbeda. Demikian juga perusahaan yang sedang berusaha untuk
mempertahankan operasinya (struggle for survival) biasanya menerapkan
strategi kombinasi dari beberapa strategi defensif secara simultan.
2.2.4. Swim Lane Process Diagram
Swim Lane Process Diagram
adalah diagram yang menggambarkan aktivitas dari
setiap stakeholder yang terlibat di dalam kegiatan bisnis perusahaan (Bernard, 2012:291).
Berdasarkan metode Enterprise Architecture: EA³
Cube Framework karangan Bernard
(2012:291) maka dapat disimpulkan bahwa,
langkah-langkah
untuk membuat Swim Lane
Process Diagram berikut:
  
55
1.
Fokus pada proses tertentu, dan menempatkan judul diagram Anda di atas.
2.
Menghitung orang yang terlibat dalam proses ini dan menetapkan mereka untuk baris,
biasanya dimulai dengan pelanggan di baris atas.
3.
Buat diagram alir proses, proses menggambar dan keputusan yang dibuat, serta panah
yang menunjukkan aliran proses.
4.
Jika diagram terlalu rumit, memecahnya menjadi komponen-komponennya. Seperti yang
terlihat pada Gambar 2.16, diagram menunjukkan tingkatan atau sub-proses (yaitu, pra-
asupan, asupan, pra-perawatan, pengobatan, dan lain-lain).
5.
Jika memungkinkan, mengindikasikan kali untuk setiap node di bagian bawah diagram.
Hitung total-akumulasi total waktu berlalu-dalam setiap tingkatan.
Gambar 2-19 Contoh Swim Lane Process Diagram (Bernard, 2005:299)
2.2.5. Diagram Proses Bisnis (Business Process Diagram)
Menurut Bernard (2012:292), Business Process Diagram terdiri dari:
Input:
Suatu hal yang memulai / memicu aktivitas dan diubah, dikonsumsi, atau
menjadi bagian.
Control:
Memandu atau mengatur aktivitas, biasanya mengindikasikan kapan/
bagaimana akan dilakukan.
Output: Hasil yang diproduksi oleh aktivitas, alasan mengapa proses dilaksanakan.
Mekanisme: sistem, orang, dan peralatan yang digunakan untuk melakukan aktivitas.
  
56
Gambar 2-20 Hubungan Aktivitas dengan Input, Control, Output dan Mekanisme
(Bernard, 2005:300)
IDEF, merupakan istilah akronim majemuk (ICAM Definition Function Modeling, dan
'ICAM' sendiri adalah singkatan dari Integrated Computer Aided Manufacturing). IDEF
adalah metodologi fungsi pemodelan untuk menggambarkan fungsi manufaktur, yang
menawarkan bahasa pemodelan fungsional untuk analisis, pengembangan, rekayasa ulang,
dan integrasi sistem informasi; proses bisnis, atau analisis rekayasa perangkat lunak. IDEF0
merupakan bagian dari keluarga bahasa pemodelan IDEF di bidang rekayasa perangkat lunak,
dan dibangun pada pemodelan fungsional bahasa Analisis Terstruktur dan Teknik Desain.
Pemodelan aktivitas IDEF
(Integration Definition for Function)
cocok untuk
pendokumentasian proses bisnis yang menyediakan sudut pandang konteks tingkat tinggi, dan
juga sudut pandang yang didetailkan pada setiap langkah dalam aktivitas dalam format yang
dapat didekomposisi lebih lanjut dan dihubungkan dengan proses lainnya untuk menunjukkan
kaitannya. Tipe diagram ini berguna untuk menunjukkan hubungan antara langkah –
langkah
dan pengaruh internal/eksternal, tetapi tidak mengindikasikan urutan waktu.
Menurut Davis (1995) langkah-langkah untuk membuat IDEF0 yaitu:
1.
Membuat
deskripsi perusahaan dengan
tujuan memperoleh pemahaman, dan
mampu
menjawab pertanyaan tentang perusahaan.
2.
Menggambarkan
perusahaan dan
lingkungannya
sebelum, atau bersama dengan,
mendefinisikan persyaratan.
3.
Menentukan batas-batas sistem
(yaitu, apa yang
masuk dan keluar dari
ruang lingkup
untuk proyek dalam pertimbangan).
4.
Model perusahaan
yang dilihat dari ‘sudut pandang’ tertentu atau perspektif, sehingga
untuk menjaga
kegiatan
terfokus pada
tujuan
usaha
dan
karakteristik yang
bersangkutan kepentingan dalam perusahaan.
  
57
5.
Membuat
deskripsi
perusahaan
dengan
subjek tunggal, satu tujuan
dan satu
sudut
pandang.
6.
Perhatikan bahwa, selama
penentuan cakupan kegiatan
proyek, sudut pandang
yang
memungkinkan dalam memandang
perusahaan
yaitu dari sudut pandang
aplikasi
client-server yang akan ditempatkan di perusahaan.
Gambar 2-21 Contoh Business Process Diagram (Bernard, 2005:300)
2.2.6. Activity/Product Matrix
Activity/Product Matrix
memetakan siklus hidup dari setiap produk penghasil
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan
untuk lini bisnis yang mendukung satu atau
lebih langkah dari siklus hidup produksi. Matriks ini mendukung perusahaan untuk melihat
dimana vertikal dan horizontal (perpotongan) aktivitas produk bisnis dilokasikan, sama seperti
membantu mendefinisikan mendefinisikan kepemilikan dari proses
tersebut. Activity/Product
Matrix
kemudian dapat digunakan dengan berbagai artifak tingkat Data dan Informasi
(misalnya Activity/Entity Matrix) untuk memetakan lebih lanjut siklus hidup produksi untuk
kebutuhan dari data dalam perusahaan (Bernard, 2012:293).
  
58
Gambar 2-22 Contoh Activity/Product Matrix (Bernard, 2012:293)
Siklus hidup produksi digambarkan dalam contoh di atas memiliki 5 tahap berurutan
(riset dan pengembangan, manufaktur, penyimpanan gudang, penjualan/ distribusi,
dan
pelayanan) dan dua fungsi administratif paralel (finansial dan hukum). Siklus hidup produk
berbeda –
beda dalam kebanyakan perusahaan, dan penyesuaian terhadap matriks ini harus
dibuat (Bernard 2012:293).
2.2.7. Use Case Narative and Diagram
Menurut Satzinger, Jackson,
dan
Burd (2009:248)
dalam mengembangkan use case
diagram bisa dalam dua tahap, yang dilakukan dalam iterasi, yaitu:
1.
Mengidentifikasi aktor-aktor dari sistem. Perhatikan bahwa
pelaku sebenarnya peran
yang dimainkan
oleh pengguna. Anda harus mengidentifikasi
peran spesifik
bahwa
aktor-aktor yang terlibat. Ingat bahwa orang yang sama mungkin memainkan berbagai
peran
karena ia
menggunakan
sistem.
Peran-peran
menjadi
judul seperti
rangka
petugas, departemen, manajer,
auditor, dan sebagainya.
Hal ini penting
dilakukan
secara komprehensif dan
mengidentifikasi setiap
kemungkinan peran
yang akan
menggunakan sistem. Sistem lain juga dapat menjadi aktor dari suatu sistem.
2.
Setelah
peran
aktor
telah diidentifikasi, langkah berikutnya adalah
untuk
mengembangkan
daftar tujuan
peran
mereka
miliki dalam
penggunaan
sistem
otomatis. Tujuan adalah tugas yang dilakukan oleh seorang aktor untuk menyelesaikan
beberapa fungsi bisnis yang memberikan nilai tambah bagi bisnis.
Tujuan adalah tugas seperti
"proses penjualan," "menerima kembali," atau
"kapal perintah."
Tujuan adalah unit kerja yang dapat
diidentifikasi dan dijelaskan. Pada penyelesaian tujuan,
data dari sistem harus stabil untuk beberapa waktu.
  
59
Kedua langkah
ini dilakukan
dalam sesi
brainstorming
dengan
anggota tim proyek
dan
pengguna. Tidak ada cara
langsung
untuk menemukan atau
mengidentifikasi kasus
penggunaan. Meskipun
fokusnya adalah pada
sistem otomatis, analisis mendalam tentang
proses bisnis yang diperlukan untuk memahami cara-cara yang aktor akan perlu menggunakan
sistem.
Gambar 2-23 Contoh Use Case Diagram (Bernard, 2012:294)
2.2.8. Object State Transition Diagram
Langkah-langkah dalam merancang Object State Transition Diagram
(Monash
University 2005):
Menggambar satu diagram untuk setiap objek / kelas.
Mengidentifikasi keadaan yang mungkin kelas obyek / dapat mengambil.
Menggambar lingkaran pada diagram label masing-masing dengan negara.
Menghubungkan State menunjukkan transisi dari satu keadaan ke keadaan yang lain.
Garis transisi label untuk mengidentifikasi peristiwa.
Label baris dengan proses yang mengelola acara.
  
60
Gambar 2-24 Contoh Object State Transition Diagram (Bernard, 2012:300)
2.2.9. Logical Data Model (ERD/Class Diagram)
Berdasarkan metode Enterprise Architecture: EA³
Cube Framework karangan Bernard
(2012:300) maka dapat disimpulkan bahwa, langkah-langkah
yang dapat diikuti untuk
membuat Entity-Relationship Diagram yaitu:
a.
Identifikasi Entitas
Identifikasi entitas. Ini biasanya kata benda dan kata benda-frase dalam data deskriptif
yang dihasilkan dalam analisis.
b.
Cari Hubungan
Temukan
hubungan
semantik antara
entitas. Ini biasanya
kata kerja
yang
menghubungkan kata benda. 
c.
Menggambar rancangan ERD
Gambarkan entitas dan hubungan dari analisis yang telah ditemukan.
d.
Isi Kardinalitas
Tentukan kardinalitas hubungan. 
e.
Tentukan Kunci Utama
Mengidentifikasi atribut-atribut
yang secara unik
mengidentifikasi setiap kemunculan
entitas tersebut.
f.
Hasil pengundian Kunci Berbasis ERD
Sekarang menambahkan atribut primary key ke ERD
  
61
g.
Mengidentifikasi Atribut
Identifikasi semua
karakteristik
entitas
yang relevan dengan
domain
yang sedang
dianalisis.
h.
Peta Atribut
Menentukan kepada entitas
masing-masing
karakteristik
milik. Jangan
menduplikasi
atribut di seluruh entitas. 
i.
Menggambar sepenuhnya dikaitkan ERD
Sekarang
menambahkan atribut
tersebut. Diagram
mungkin perlu dimodifikasi
untuk
mengakomodasi entitas baru yang diperlukan.
Gambar 2-25 Contoh Entity-Relationship Diagram (Bernard, 2012:153)
Langkah-langkah dalam membuat Class Diagram :
a.
Identifikasi Kelas
Ini merupakan abstrak atau fisik "sesuatu" dalam sistem kami yang kami ingin
menjelaskan.
Temukan semua kata benda dan frase kata benda dalam deskripsi
domain yang telah diperoleh melalui analisis. Pertimbangkan kandidat kelas.
b.
Cari Asosiasi
Sekarang menemukan kata kerja yang bergabung dengan kata benda. misalnya,
Profesor (kata benda) mengajarkan (kata kerja) siswa (kata benda). Kata kerja dalam
  
62
kasus ini, mendefinisikan hubungan antara dua kata benda. Identifikasi jenis asosiasi.
Gunakan matriks untuk menentukan hubungan antara kelas.
c.
Menggambar rancangan Class Diagram
Masukan kelas dalam persegi panjang dan menarik asosiasi yang menghubungkan
kelas.
d.
Isi Multiplisitas
Tentukan jumlah kejadian satu kelas untuk kejadian tunggal dari kelas terkait.
e.
Mengidentifikasi Atribut
Nama rincian informasi (field) yang relevan dengan domain aplikasi untuk
masing-
masing kelas.
f.
Identifikasi Perilaku
Tentukan operasi yang diperlukan untuk masing-masing kelas. (Asumsikan pengambil
dan metode setter untuk setiap atribut.)
g.
Meninjau Diagram
Carilah ketidakkonsistenan dan kesalahan. Perbaiki ketidakkonsistenan dan Kesalahan
yang ada. Pastikan telah menangkap segala sesuatu yang diperlukan dari domain.
Gambar 2-26 Contoh Class Diagram (Satzinger et al., 2009:60)
2.2.10. Activity/Entity Matrix (Activity Listing dan Entity-Activity Matrix)
Langkah-langkah merancang Activity/Entity Matrix yaitu (Bernard, 2012:302): 
a.
Membuat daftar
kegiatan dari
diagram
batas. Daftar
kegiatan
yang terjadi
hanya di
dalam batas sistem. Urutan tidak ditunjukkan.
  
63
Gambar 2-27 Contoh Activity Listing (Bernard 2012:302)
b.
Setelah itu maka siap untuk
membuat
Entity-Activity Matrix
(CRUD Matrix, yang
menunjukkan
bagaimana data
dibuat, membaca, diperbarui, dihapus) menggunakan
hirarki dan ERD yang sebelumnya telah dirancang.
Gambar 2-28 Contoh Entity-Relationship Diagram (Bernard 2012:300)
c.
Mengidentifikasi entitas
yang ada dalam sebuah ERD digunakan dalam entity-activity
matrix.
  
64
Gambar 2-29 Contoh Entity-Activity Matrix (Martin, 1990:272)
2.2.11. Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram)
Menurut Bernard, 2012:307, Data Flow Diagram
merupakan dapat
menangkap dan
menjelaskan
fungsi sistem dan aliran data antara mereka, dokumen sistem
hirarki
fungsional.
Tujuan utama adalah untuk mengembangkan gambaran yang jelas dari aliran data sistem yang
diperlukan
input
(digunakan) dan output
(diproduksi) oleh
masing-masing
sistem,
memastikan konektivitas fungsional selesai dan merupakan tingkat dukungan yang tepat dari
dekomposisi
fungsional
untuk detail
tambahan. Data flow diagram adalah
mitra
sistem dari
Business Process Model (IDEF / Integration Definition for Function).
  
65
Berikut langkah-langkah mengembangkan diagram alir data menggunakan pendekatan
top-down menurut Kendall dan Kendall (2005:194):
1.
Membuat daftar kegiatan usaha dan menggunakannya untuk menentukan berbagai.
-
Eksternal entitas
-
Data arus
-
Proses
-
Menyimpan data
2.
Membuat diagram konteks
yang menunjukkan entitas eksternal dan aliran data ke dan
dari sistem. Diagram konteks tidak menunjukkan proses rinci atau menyimpan data.
3.
Tingkat berikutnya menggambar diagram 0
yang menunjukkan proses secara umum.
Pada tingkat ini, diagram 0 menampilkan penyimpan data.
4.
Membuat diagram rinci untuk setiap proses dalam diagram 0.
5.
Memeriksa kesalahan dan pastikan setiap proses dan aliran data yang digunakan sudah
benar.
6.
Mengembangkan
diagram aliran data
fisik dari
diagram
aliran data
logis.
Membedakan antara
proses
manual dan
otomatis, menggambarkan
file
aktual
dan
laporan dengan nama, dan data kontrol
untuk menunjukkan bila
proses
telah selesai
atau terjadi kesalahan.
7.
Partisi
diagram
aliran data fisik
dengan memisahkan
atau
mengelompokkan
bagian
dari diagram dalam rangka memfasilitasi program dan implementasi.
Gambar 2-30 Contoh Data Flow Diagram (Bernard 2012:307)
  
66
2.2.12. EA Management Plan: Part.1 EA Program Management
EA
program manajemen
mendukung
pengembangan kebijakan, pengambilan
keputusan dan penggunaan efektif / efisien dari sumber daya. EA bagian manajemen program
yang
mendokumentasikan
aktivitas yang berhubungan dengan
administrasi
EA
sebagai
program berkelanjutan.
a.
Governance and Principles: bagian dokumen
menunjukkan bahwa kebijakan
dan
pengambilan
keputusan akan
terjadi dalam
program
EA. Hal ini
juga dimana
prinsip-
prinsip
yang mendasari
dari program
EA
diartikulasikan. EA
pemerintahan
mungkin
terbaik
digambarkan
melalui
narasi
yang menyediakan
kebijakan
program EA
dan
diagram alir
terlampir yang
menunjukkan
bagaimana dan kapan
keputusan dibuat
pada
isu-isu EA seperti proposal
investasi TI, ulasan proyek, persetujuan dokumen dan standar
adopsi / keringanan. Prinsip EA mengartikulasikan nilai-nilai perusahaan itu karena terkait
dengan
EA. Prinsip-prinsip ini
kemudian
memandu
pembentukan
program
EA
dan
manajemen.
b.
Support for Strategy and Business: bagian ini menekankan bahwa salah satu tujuan utama
dari program
EA
adalah untuk mendukung
dan meningkatkan strategis dan
perencanaan
bisnis perusahaan, serta
mengidentifikasi kesenjangan
kinerja
yang komponen
EA dapat
membantu menutup kesenjangan tersebut. Dengan menunjukkan
bagaimana komponen
EA
sedang
saat ini digunakan, dan mengidentifikasi
proses
baru yang berguna
dan
teknologi
pada
setiap tingkat
kerangka kerja,
peningkatan kinerja
dapat terjadi
yang
diambil dalam pandangan masa depan EA. Untuk EA komponen untuk dilihat sebagai aset
strategis
dan
EA
dipandang sebagai bagian dari proses
perencanaan strategis, eksekutif
bisnis
harus
melihat nilai
dari program
EA
dalam mendukung
hasil
yang penting bagi
mereka. Oleh karena itu
penting untuk menunjukkan
keterkaitan
program
EA untuk
pencapaian tujuan
strategis
perusahaan,
serta
dengan jelas
menunjukkan bagaimana
komponen EA mendukung lini kegiatan usaha.
c.
EA Roles and Responsibilities: bagian ini
mendokumentasikan
peran yang
pemangku
kepentingan dalam program EA akan bermain dan apa tanggung jawab yang berhubungan
dengan peran mereka akan. Di sinilah para pemain di tim EA juga diidentifikasi.
d.
EA Program Budget: bagian ini mendokumentasikan anggaran untuk program EA pada
tahun fiskal dan atas jumlah siklus hidup, sehingga Total Cost of Ownership (TCO)
diidentifikasi. Sementara program EA sedang berlangsung, periode siklus hidup lima
tahun dianjurkan untuk dapat menghitung TCO. Secara umum, biaya yang akan disertakan
adalah mereka untuk EA program start-up dan operasi gaji dan fasilitas kerja untuk tim
EA, dokumentasi awal dari EA, update periodik kepada EA, pengembangan dari Rencana
  
67
Pengelolaan EA, pembelian alat EA dan dukungan dan pengembangan repositori EA dan
pemeliharaan. Estimasi awal biaya ini merupakan dasar untuk pendanaan program EA.
Pengeluaran selama siklus hidup harus dilacak dibandingkan dengan data dasar untuk
mempromosikan manajemen yang efektif dari program EA. Jika perubahan dalam lingkup
program EA terjadi, perubahan yang sesuai dalam dasar pendanaan juga harus dilakukan.
e.
EA Program Performance Measures:
dokumen bagian ini menjelaskan bagaimana
efektivitas dan efisiensi dari program EA akan diukur. Ada dua jenis ukuran: outcome dan
output. Langkah-langkah outcome
yang mengidentifikasi memproses sedang dibuat
menuju beberapa awal-akhir kegiatan, seperti sebagai lebih baik EA integrasi komponen,
meningkat aplikasi kepuasan pengguna akhir, atau investasi TI lebih efektif pengambilan
keputusan. Langkah output menyediakan data tentang kegiatan dan hal-hal, seperti berapa
banyak database yang ada, berapa banyak e-mail yang dikirim setiap hari, dan kesesuaian
sebuah proyek TI untuk biaya / jadwal / kinerja. Ukuran hasil sering memiliki kedua
elemen kuantitatif dan kualitatif untuk mereka, sementara langkah-langkah output
biasanya bersifat kuantitatif. Sementara langkah-langkah output
penting untuk
menunjukkan kemajuan di daerah inisiatif, itu adalah pencapaian hasil yang berkorelasi
dengan pencapaian tujuan, yang merupakan hal yang paling penting untuk perusahaan.
Hal ini penting untuk dapat mengukur pencapaian hasil, sehingga efek positif (nilai
tambah) dari program EA dapat diidentifikasi.
2.2.13. EA Management Plan: Part 2. EA Current Architecture Summary
Salah satu
tujuan
dari EA Management Plan
adalah untuk menunjukkan
gambaran
keterkaitan
antara
komponen
EA
saat ini dan produk
di setiap tingkat
EA³
Framework.
Dengan cara ini, peran informasi sekarang ini dalam perusahaan tersebut
lebih baik dipahami
dan dapat dianalisa lebih lanjut baik dari perspektif top-down, atau bottom-up. Tujuan dari ini
bagian dari
EA Management Plan
tidak
menduplikasi
dokumentasi yang ekstensif, tetapi
untuk memberikan
pandangan yang terintegrasi
bagaimana komponen
dan artefak
bekerja
untuk mendukung satu sama lain.
a.
Strategic Goals and Initiatives: bagian ini
mengidentifikasi bagaimana program
EA dan
komponen
EA
spesifik
mendukung pencapaian
tujuan strategis dan inisiatif perusahaan.
Bagian ini tersusun dari
komentar
dalam Rencana Strategis, dan termasuk
lebih
jelas
menunjukkan
komponen EA dan
strategis
inisiatif  yang terlibat di setiap daerah
tujuan
strategis. Penjelasan umum
kemudian diberikan
tentang bagaimana
komponen
TI
mendukung setiap tujuan dan inisiatif di tingkat Strategic Initiatives EA³ Framework.
  
68
b.
Business services and Information Flows: bagian ini
mengidentifikasi
dan
menekankan
peran
bahwa EA
bermain dalam mendukung
analisis proses bisnis dan perbaikan, serta
mengidentifikasi dan mengoptimalkan arus informasi di dalam dan di antara proses-proses
tersebut. Hal ini juga kembali menegaskan prinsip EA bahwa komponen EA adalah sarana
untuk mengaktifkan layanan
bisnis yang efektif
dan tidak boleh
diperoleh
kecuali ada
kasus bisnis yang kuat
yang mendukung
investasi.
Dalam bagian ini, LOB
utama
perusahaan itu
harus tercantum bersama dengan
layanan bisnis utama dan arus informasi
terkait
di setiap
LOB. Penjelasan umum
kemudian diberikan
tentang bagaimana
komponen
TI
mendukung
setiap proses bisnis
kunci di tingkat
Jasa bisnis
EA³
Framework.
Diagram rinci
arus
informasi dan
struktur data
juga disediakan
menggunakan
berbagai
jenis
artefak
yang mengisi
tingkat
arus
informasi
EA³
Framework
(Entity Relationship
Diagram, Data Flow Diagram dan Diagram Object Oriented)
c.
Systems and Applications: bagian ini mengidentifikasi bagaimana saat komponen
EA dan
artefak
di
Sistem dan
aplikasi
tingkat
dukungan
EA³
Framework,
arus
informasi
yang
diperlukan untuk
LOB
seluruh perusahaan. Diskusi harus
meringkas
seberapa baik
pengembangaan sistem
dan layanan
front/back office
IT
menyediakan fungsionalitas
kebutuhan perusahaan
untuk operasi
LOB
dan otomatisasi kantor. Hal ini
dapat berkisar
dari skala besar, multi modul solusi
ERP, aplikasi komersial dan database, ke situs-situs
yang dikembangkan
kecil kustom. Komentar
harus fokus pada
tingkat integrasi, potensi
skalabilitas, kepuasan pengguna dan ketergantungan pada solusi proprietary (eksklusif).
d.
Technology Infrastructure: bagian ini membahas suara, data dan EA komponen video dan
artefak
yang membentuk
tingkat
Infrastruktur
Teknologi EA³
Framework. Diskusi
harus
fokus pada
seberapa baik jaringan ini
internal dan eksternal,
sistem dan tanaman kabel
mengintegrasikan
untuk menciptakan infrastruktur
'mulus'. Komentar
juga harus
dilakukan pada seberapa baik infrastruktur saat ini menangani transportasi suara, data dan
video informasi, dalam hal kehandalan, skalabilitas dan efisiensi biaya.
e.
IT Security: bagian ini
membahas pendekatan
umum untuk
keamanan
IT
di semua
tingkatan EA³ Framework. Keamanan TI harus menjadi bagian dari setiap tujuan strategis
atau inisiatif yang tergantung pada akurat, otentik informasi. Deskripsi tingkat tinggi yang
disediakan
pada bagaimana
keamanan
dibangun ke
layanan bisnis
dan kontrol
arus
informasi, serta kemudian desain dan pengoperasian sistem, layanan dan jaringan. Khusus
TI keamanan informasi tidak harus menjadi bagian dari
Rencana Pengelolaan
EA karena
bisa mengungkapkan kerentanan.
  
69
f.
EA Standards: bagian standar mendokumentasikan Technical Standards Reference Model
(TSRM), yang menyediakan standar
EA
untuk suara, data, video dan keamanan TI
yang
digunakan
selama pengembangan komponen
EA. TSRM
juga
dapat
memberikan daftar
vendor pilihan
dan produk
yang memenuhi standar
teknis yang
perusahaan
mengadopsi.
Standar EA adalah elemen kunci dari proses Configuration Management (CM) dan berasal
dari sumber
perusahaan internasional, nasional, lokal, pemerintah, industri dan. Standar
yang dipilih
harus mencakup
standar
untuk suara, data dan
teknologi
video dari
memimpin badan standar di seluruh dunia, termasuk Institute of Electrical and Electronics
Engineers (IEEE), the National Institute of Science and Technology (NIST), the
International Enterprise for Standardization (ISO), the European Committee on
Standardization (CEN) dan the Federal Enterprise Architecture’s Reference Models.
g.
Workforce Requirement: Bagian ini menjelaskan pendekatan untuk TI perencanaan tenaga
kerja
dan pelatihan
yang menggunakan
perusahaan
dalam manajemen
sumber daya
manusia. Orang sering sumber daya yang paling berharga suatu perusahaan memiliki dan
IT
rencana tenaga kerja
harus kebutuhan pelatihan detail untuk dukungan EA komponen
operasi dan proyek pembangunan baru di semua tingkat dari framework.
2.2.14. EA Management Plan: Part 3. EA Future Architecture Summary
a.
Future Operating Scenarios. Pada bagian ini, skenario
operasi masa depan
disajikan
bersama dengan deskripsi narasi tujuan skenario untuk merespon.
b.
Planning Assumption. Asumsi
perencanaan dari
skenario
dibahas lebih lanjut dalam
hal
apa yang mereka maksud dengan prioritas perusahaan dalam penerapan
EA
masa depan.
Asumsi
mengidentifikasi kemampuan baru dan sumber daya
yang akan
diperlukan jika
perusahaan adalah
untuk menjadi sukses dalam
setiap skenario. Bagian ini
kemudian
berfokus pada skenario yang dipilih dan asumsi perencanaan yang akan mendasari bahwa
tindakan.
c.
Updating Current and Future Views of the EA. Dokumentasi
perubahan
yang
direncanakan diproses dan sumber daya
yang menciptakan pandangan
masa depan
EA di
semua tingkat kerangka. Menggunakan
EA³ Framework sebagai contoh, pembaruan ini
harus dicapai secara top-down, untuk melestarikan penekanan pada strategi dan bisnis dan
untuk menjaga logika hubungan dokumentasi itu.
d.
EA Sequencing Plan: bagian
rencana
urutan
Rencana Pengelolaan
EA
mendokumentasikan
tugas, tonggak dan
kerangka waktu
untuk mengimplementasikan
komponen EA baru dan artefak.
  
70
e.
EA Configuration Management: dalam bagian ini dari Rencana Manajemen EA berfungsi
untuk
mendukung sub proses dimana
perubahan EA
dikelola dan
standar dalam
TSRM
yang diterapkan.
2.2.15. Penyesuaian Seluruh Elemen Dokumentasi Arsitektur
Pemasangan
Elemen
Dokumentasi
Arsitektur
Bersama
unsur-unsur dasar
dari
EA
dokumentasi menyediakan deskripsi holistik dan rinci dari arsitektur saat ini dan masa depan
di semua bidang kerangka dasar, penting untuk juga mampu mengartikulasikan dalam diskusi
dan presentasi dengan eksekutif, manajer, staf pendukung, dan stakeholder
EA
lainnya
yang
saling behubungan. 
Unsur –
unsur dasar
dari EA mampu
memahami dan
menceritakan
bagaimana
masing-masing arsitektur
sesuai sehingga dapat
menggunakan
EA
dalam
perencanaan
dan pengambilan keputusan
di seluruh perusahaan.
Komunikasi ini
didukung
melalui dua
sumber
EA
Program: EA
Management Plan
dan
EA
Repository. Seperti yang
telah disebutkan pada bagian sebelumnya, EA Management Plan adalah living document yang
diperbarui
secara berkala
sehingga tetap
relevan
sebagai referensi utama
yang sedang
berlangsung
untuk menggambarkan
dimana
arsitektur
saat ini dan
di masa depan.
EA
Repository
adalah
arsip
informasi secara
on-line
untuk
menginformasikan
EA
dan
dokumentasi artefak yang dijelaskan dalam EA Management Plan
Setiap kerangka EA³ merupakan area fungsional dari perusahaan. Kerangka EA³ dapat
digunakan
dalam cara
bottom-up, atau
single-component top-down. Untuk
mulai
menggunakan
kerangka
top down-manner,
serangkaian pertanyaan
pada setiap tingkatan
harus diminta
untuk menentukan bagaimana informasi tentang perusahaan agar cocok dalam
setiap tingkatan kerangka.
  
71
2.3. Kerangka Berpikir
Gambar 2-31 Kerangka Berpikir.
  
72
Halaman ini sengaja dikosongkan.