4
BAB 2
ANALISA DATA
2.1
Data Umum
2.1.1
Nasi Bogana
Nasi bogana merupakan salah satu masakan khas Tegal. Nasi bogana
terdiri dari nasi putih bercampur dengan
berbagai lauk tertentu, misalnya
sambal goreng ati ampela, ayam suwir opor kuning, opor telur, tumis kacang
panjang, tempe tumis cabai maupun lauk lainnya yang menggugah selera.
Artikel situs berita inilahkoran.com pada tanggal 10 Januari
2013
menjelaskan, bahwa banyak masyarakat Cirebon yang meyakini bahwa nasi
bogana merupakan simbol rasa syukur pembawa berkah. Nasi bogana
memiliki bentuk menyerupai nasi tumpeng, namun pada hakikatnya nasi
bogana sangat berbeda dengan nasi lainnya. Nasi jenis ini dilengkapi dengan
rempah-rempah alami, dan di dalamnya tersimpan berbagai macam lauk
pauk. Istimewanya, masakan itu
dipercaya memberi keberkahan pada
keturunan keluarga dan kesuburan pada sawah para petani.
Hal itu diakui
Ratu Raja Arimbi Nurtina, Juru
bicara Keraton Kanoman Cirebon, yang
mengatakan bahwa
nasi bogana itu simbol rasa syukur. Di dalamnya, ada
banyak rempah-rempah
dan hasil bumi seperti kacang-kacangan, buncis,
ayam kampung, tahu, dan tempe.
Nasi bogana sendiri sangat terkenal di Indonesia dan saat ini hampir
dijual di seluruh daerah Jakarta dengan harga yang relatif terjangkau, yaitu
sekitar Rp 15.000,-
hingga Rp 25.000,- satu porsinya. Bahkan, nasi bogana
biasanya dijual di hampir seluruh restoran Sunda maupun restoran Jawa, dan
kadang-kadang di warung makan tertentu
dengan lauk yang berbeda. Nasi
bogana dapat dikategorikan sebagai makanan cepat saji karena bentuknya
yang sederhana membuat konsumen dapat menikmatinya kapan saja.
Biasanya, nasi bogana dibungkus atau dikemas dengan menggunakan
daun pisang sehingga hampir serupa dengan cara penyajian nasi rames atau
nasi campur, yaitu disajikan di atas daun pisang dengan menggunakan nasi
yang telah dimasak. Di atas nasi, ada juga yang meletakkan lagi daun pisang
dengan ukuran yang lebih kecil untuk menampung lauk-pauknya.
Pengemasannya biasanya dilakukan dengan membungkus daun pisang terluar
dengan menggunakan tali, maupun dikunci dengan menggunakan dua batang
kayu pada kedua sisinya. Penyimpanannya dilakukan dengan penghangat
makanan untuk menjaga suhunya agar tetap hangat.
Proses pengemasan nasi bogana dengan menggunakan daun pisang,
sesungguhnya sudah merupakan tradisi atau ciri khas dari nasi bogana itu
sendiri. Walaupun demikian, saat ini beberapa
restoran atau gerai menjual
nasi bogana tanpa menggunakan daun pisang dan meninggalkan tradisi
tersebut.
  
5
Dalam tradisi Jawa, nasi bogana seringkali digunakan dalam acara-
acara khusus tertentu seperti pernikahan
dan perayaan ulang tahun. Nasi
bogana juga seringkali disajikan pada acara-acara keluarga dan perkumpulan
sosial lainnya. Sering juga nasi bogana disajikan dengan kerupuk atau
emping dan disantap dengan tambahan makanan lainnya, misalnya kecap
manis, sambal terasi, dan sebagainya.
2.1.2
Nasi Langgi
Nasi langgi
merupakan nasi tradisional Indonesia yang berasal dari
Jawa Tengah. Nasi langgi juga disajikan dengan berbagai macam lauk yang
sedap untuk dinikmati dan seringkali disajikan sebagai salah satu menu untuk
tradisi tasyakuran. Biasanya, nasi ini disajikan bersama dengan lauk pauk
berupa telur dadar iris, irisan ketimun, kemangi, suwiran ayam opor, sambal
goreng hati udang, kering kentang, dan kerupuk udang. Dengan variasi lauk
yang ada padanya, nasi langgi juga tergolong ke dalam masakan nasi
tradisional dengan rasa yang khas.
Situs koransolo.com tanggal 13 April 2012 menyatakan bahwa di
daerah Solo, menu ini bisa dijumpai di sejumlah restoran, terutama restoran
yang bercita rasa kuliner tradisi Jawa. Sesungguhnya yang membuat menu ini
terasa istimewa bukanlah nasinya, melainkan lauknya yang beraneka ragam.
Pilihan lauk tersebut menjadikan menu ini banyak diminati oleh masyarakat,
terutama warga Solo yang rindu dengan makanan tradisional. Bahkan,
banyak pula masyarakat yang suka membawa menu ini untuk dibawa pulang
sebagai oleh-oleh bagi orang-orang terdekat mereka. Sama seperti nasi
bogana, nasi langgi pada umumnya dikemas dengan menggunakan daun
pisang yang menggugah selera.
2.1.3
Nasi Bali
Seperti namanya, nasi Bali merupakan masakan nasi tradisional khas
Bali. Masakan khas Bali biasanya kaya akan bumbu dan pedas rasanya.
Banyak bumbu yang digunakan dalam proses memasaknya, dan biasanya nasi
Bali dilengkapi dengan lauk berupa tum ayam, sate ikan atau sate lilit, sayur
nangka, jukut urab, sambal matah, serta telur pindang Bali. Walaupun
demikian, penggunaan bumbu khas Bali menjadi yang terutama dan
terpenting untuk menjadikan menu ini sebagai menu khas Bali.
Artikel
kidnesia.com tanggal 8 April 2011 tentang nasi Bali menjelaskan bahwa cara
masak dan bumbu lauk serta sayurannya bermacam-macam, sehingga
memiliki rasa khas Bali yaitu pedas, banyak bumbu, dan juga gurih.
Sesungguhnya, cita rasa Bali sungguh terasa khas pada makanan lokal
daerah tersebut. Hal ini dikarenakan oleh campuran bumbu dan rempah-
rempahnya yang khas dan biasanya digunakan pada masakan kari dan sayur-
sayuran khas Bali. Nasi Bali biasanya dijual di kedai pinggir jalan, serta
dibungkus pula dengan menggunakan daun pisang. Hingga saat ini, nasi Bali
  
6
juga sudah dapat ditemukan di beberapa restoran masakan nasi tradisional di
luar daerah Bali. 
2.1.4
Nasi Bakar
Nasi bakar merupakan nasi yang dibakar atau dipanggang dengan api
arang selama lebih kurang 10 menit menggunakan bumbu dan bahan-bahan
tertentu sambil dibungkus dengan menggunakan daun pisang. Kemasan daun
pisang biasanya dibuka ketika nasi bakar akan dikonsumsi. Nasi bakar adalah
menu tradisional Indonesia yang baru dikembangkan pada awal tahun 2000-
an, dan merupakan turunan dari nasi timbel yang juga dibungkus dengan
daun pisang.
Sekepal nasi bakar biasanya diisi dengan suwiran ayam, ikan,
dan terkadang teri.
Nasi bakar pada dasarnya serupa dengan nasi goreng, di mana
berbahan utama nasi yang dilengkapi dengan bumbu. Hanya saja, keduanya
memiliki proses masak yang berbeda, sehingga kedua masakan ini juga
memiliki cita rasa yang berbeda pula. Nasi bakar biasanya memiliki rasa yang
gurih ketika disantap.
Artikel kompas.com tanggal 7 Maret 2012 menjelaskan jenis nasi
bakar cukup bervariasi, tergantung dari kreativitas pembuatnya. Nasi ditaburi
semacam serundeng yang rasanya gurih bercampur manis. Sebagai
pelengkap, ditambahkan tiga potong kecil ikan asin. Resep nasi bakar yang
disediakan oleh Andria ini adalah nasi bakar ikan cakalang yang ditambah
dengan beberapa jenis sayuran dan merupakan menu kuliner khas Manado.
2.1.5
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Dikutip dari citraleka.com, usaha kecil menengah (UKM) adalah
sebuah usaha berskala kecil yang dimiliki oleh perseorangan ataupun
kelompok. Bidang yang digarap UKM sangatlah beragam, bisa berupa salon
kecantikan, toko
kelontong, restoran, kerajinan tangan, makanan dan
minuman (pangan), dan lain sebagainya. Biasanya usaha tersebut digagas
oleh satu atau dua orang pendiri.
Definisi UKM sendiri sangat berbeda di tempat atau daerah yang
berlainan. Berbagai negara memiliki definisi mereka sendiri mengenai ukuran
bisnis yang dikategorikan sebagai UKM. Dengan kategori tersebut, jenis
bisnis skala kecil ini memiliki hak dan kewajiban khusus berkaitan dengan
legalitas status perusahaan dan besaran pajak yang harus dibayarkan kepada
pemerintah. Misalnya di Australia, batas jumlah pekerjanya adalah 15 orang,
sedangkan di Amerika Serikat UKM bisa mempekerjakan hingga 500 orang
karyawan.
UKM merupakan benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar
serta menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi bisnis besar
dinilai kurang efisien secara biaya. Dengan ukuran yang kecil, UKM
memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan, operasional,
  
7
serta fleksibilitas. Berikut ini adalah beberapa contoh kelebihan yang dimiliki
oleh UKM:
1.
Fleksibilitas Operasional
UKM
biasanya dikelola oleh kelompok
kecil yang masing-masing
anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini
membuat UKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya.
Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya:
pergeseran selera konsumen, trend produk, dan lain-lain) cukup
tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif dibandingkan
bisnis skala besar.
2.
Kecepatan Inovasi
Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam
UKM, produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan
diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang itu berasal dari
pemikiran karyawan –
bukan pemilik –
kedekatan diantara mereka
membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah didengar, diterima,
dan dilaksanakan.
3.
Struktur Biaya Rendah
Kebanyakan UKM
tidak punya ruang
kerja
khusus di kompleks
perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga
sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra dalam
operasinya. UKM juga menerima bantuan dari pemerintah, organisasi
non-pemerintah, dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi,
maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan dalam
pembentukan dan operasional.
4.
Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik
UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam
jumlah besar untuk mencapai titik balik (break even point
BEP)
modal mereka. Faktor ini memampukan UKM
untuk fokus di sektor
produk atau pasar yang spesifik.
Namun demikian, di balik kelebihan yang dimilikinya, ternyata UKM
juga memiliki kelemahan yang dapat membuat pengelolanya mengalami
kesulitan dalam menjalankan kegiatannya. Berikut ini adalah beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh UKM dalam menjalankan kegiatannya:
1.
Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan
Sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam UKM menyebabkan
UKM seringkali harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan
pokok bisnisnya, yaitu
produksi, penjualan, dan pemasaran. Hal ini
tentunya bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar sehingga
membuat mereka tidak bisa focus menyelesaikan permasalahan satu
per satu.
2.
Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan
UKM pada umumnya memiliki anggaran yang kecil sehingga
seringkali UKM harus membagi-bagi dana yang dimilikinya untuk
membiayai berbagai kebutuhan seefisien mungkin. Modal yang kecil
  
8
juga memaksa UKM untuk menjalankan kebijakan penghematan yang
ketat, terutama untuk mencegah kekurangan biaya operasional sekecil
apapun.
3.
Kurangnya Tenaga Ahli
UKM biasanya tidak mampu untuk membayar jasa tenaga ahli untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan
UKM yang sangat serius, apalagi jika dibandingkan dengan lembaga
bisnis besar yang mampu mempekerjakan tenaga ahli. Kualitas
produk barang atau jasa yang dihasilkan tanpa tenaga ahli sangat
mungkin berada di bawah standar tertentu.
2.1.6
Sifat dan Karakteristik Usaha Kecil Menengah (UKM)
Dalam rangka membuat desain kemasan yang menarik bagi produk-
produk pangan lokal UKM, ada beberapa sifat dan karakteristik UKM yang
harus menjadi bahan pertimbangan, diantaranya sebagai berikut:
1.
Memiliki modal yang terbatas
2.
Memiliki teknologi yang cenderung tradisional
3.
Memiliki kualitas produk yang rendah
4.
Jangkauan pemasaran yang sangat terbatas
5.
Sangat sulit untuk melakukan ekspansi pasar
6.
Memiliki masalah untuk mendapatkan kredit dari bank
7.
Sumber daya manusia (SDM) yang tidak memadai
8.
Cenderung kekurangan fasilitas
2.1.7
Label Pada Kemasan
Label kemasan atau yang disebut juga etiket adalah tulisan, tag,
gambar, atau deskripsi produk lainnya yang tertulis, dicetak, distensil, diukir,
dihias, atau dicantumkan dengan cara apapun pada wadah atau pengemas
produk. Label kemasan harus berukuran cukup besar untuk menampung
semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah
lepas, luntur, atau lekang karena air, gosokan, maupun pengaruh sinar
matahari.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996, yang dimaksud
dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan. Pada bab IV Pasal 30-35 dari Undang-
Undang ini diatur hal-hal yang berkaitan dengan pelabelan dan periklanan
bahan pangan.
Tujuan pelabelan pada kemasan adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa
harus membuka kemasan
  
9
2.
Sebagai sarana komunikasi antara produsen kepada konsumen tentang
hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen, terutama
yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik
3.
Memberi petunjuk yang tepat kepada konsumen hingga diperoleh
fungsi produk yang optimum
4.
Sarana periklanan kepada konsumen
5.
Memberikan rasa aman bagi konsumen
Informasi yang tertera pada label kemasan tidak boleh menyesatkan
konsumen. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang
pangan, pada label kemasan khususnya untuk makanan dan minuman (bahan
pangan), sekurang-kurangnya harus dicantumkan hal-hal berikut:
1.
Nama produk
Di samping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat
dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia
dan dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari
luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.
2.
Daftar bahan yang digunakan
Daftar bahan penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan
yang digunakan  harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya
dimulai dari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral.
Beberapa perkecualiannya adalah untuk komposisi yang diketahui
secara umum atau makanan dengan luas permukaan tidak lebih dari
100cm², maka daftar bahan penyusun produk  tidak perlu
dicantumkan.
3.
Berat bersih atau isi bersih
Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat
dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan
satuan volume. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan
dalam satuan volume atau berat. Untuk makanan padat dalam cairan
dinyatakan dalam bobot tuntas.
4.
Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan
ke dalam wilayah Indonesia
Label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat atau
pengepak atau importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi
dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila
sudah tercantum dalam buku telepon.
5.
Keterangan tentang halal
Pencantuman tulisan Halal merupakan hal yang penting dan diatur
oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No.
427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan
yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan
atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang
mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan
produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut
bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus
  
10
melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi
oleh LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama.
6.
Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa
Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai:
Best before date
Produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi
beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati.
Use by date
Produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi
kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh
mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal,
bulan dan tahun kadaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada
label setelah pencantuman best before/use by. Produk pangan yang
memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan
tahun, sedangkan produk pangan yang memiliki umur simpan lebih
dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Beberapa jenis
produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluwarsa
adalah sebagai berikut:
Sayur dan buah segar
Minuman beralkohol
Vinegar/cuka
Gula/sukrosa
Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18
bulan
Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan
24 jam
Selain itu, keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada
label kemasan adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau
cara penggunaan, petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau
pernyataan khusus lainnya, misalnya harus disimpan pada suhu dingin atau
beku.
2.2
Data Khusus
2.2.1
Profil Andria
Nasi tradisional Andria pertama kali didirikan pada tahun 1999. Pada
mulanya, UKM ini berdiri dengan nama Nasi Bogana Ala Maria. Nama ini
digunakan hingga pada tahun 2011. Pada tahun 2011, UKM ini mengalami
proses pergantian kepemilikkan serta pergantian nama perusahaan. Hingga
akhirnya pada tahun 2012, UKM ini resmi menggunakan nama brand Andria.
Andria memiliki visi untuk memperkenalkan kembali makanan
tradisional Nusantara yang berbahan dasar nasi kepada masyarakat serta
mengajak masyarakat untuk memiliki pola hidup sehat. Bagi UKM ini,
  
1
makanan tradisional berarti makanan yang benar-benar otentik seperti yang
dibuat pada masa lampau, yaitu tanpa bahan pengawet, menggunakan bahan-
bahan yang alami, serta mempertahankan cita rasa nasi tradisional yang khas.
Andria sangat menjunjung tinggi kesehatan produknya, di mana UKM ini
sungguh-sungguh berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan pengawet
apapun terhadap produknya.
UKM ini dikelola oleh Andria Bintoro,
yang merupakan seorang
arsitek, pengajar, pelatih yoga, serta praktisi kesehatan yang tentunya sangat
menjunjung tinggi kesehatan hidup. Baginya, bisnis dalam bidang kuliner
merupakan sebuah kepercayaan tertinggi yang diberikan oleh konsumen
kepadanya, karena itu berarti konsumen mempercayainya dengan sepenuh
hati terhadap apa yang diproduksinya untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, ia
berkomitmen untuk mengarahkan bisnis ini sebagai bisnis yang jujur, bersih,
menyehatkan masyarakat, serta dapat memperkenalkan kepada masyarakat
sesungguhnya apa yang dimaksud dengan makanan tradisional Nusantara
berdasarkan ciri khas atau karakteristiknya.
Nasi tradisional Nusantara menjadi menu yang diangkat oleh UKM
ini sebagai produk utama karena pada saat ini masakan tradisional Indonesia,
khususnya nasi tradisional, ternyata masih mendapatkan citra negatif di mata
masyarakat lokal, terlebih lagi di mata
masyarakat internasional. Masakan
tradisional Indonesia seringkali
dianggap kotor dan tidak sehat, oleh karena
itu biasanya masyarakat internasional kurang ingin menyantap makanan
tradisional Indonesia. Pandangan inilah yang ingin diubah oleh UKM ini.
Andria memiliki harapan agar masyarakat semakin sadar betapa pentingnya
untuk mengkonsumsi makanan yang sehat
serta
semakin baiknya citra
makanan tradisional di mata masyarakat lokal maupun internasional.
Nasi Tradisional Andria
Jalan Mangga 24 No. E 136, Kepa Duri, Jakarta Barat
Telp. 021-5682611, 021- 91260736, 0818-168845, 0811-195996
2.2.2
Data Produk
Andria menyediakan beberapa menu unggulan yang seluruhnya
merupakan nasi tradisional Nusantara. Berikut ini adalah data mengenai
produk Andria.
  
12
1.
Nasi Bogana
Gambar 1: Nasi Bogana Andria
Sumber: Foto oleh Andria Bintoro
Nasi bogana dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya.
Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa serundeng
daging sapi, sambal goreng hati, kari ayam suwir, telur ayam pindang,
orek tempe serta tumis kacang panjang.
2.
Nasi Langgi
Gambar 2: Nasi Langgi Andria
Sumber: Foto oleh Andria Bintoro
Nasi langgi dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya.
Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa empal
daging sapi, telor dadar iris, tempe goreng kering, udang goreng serta
sambal kelapa.
3.
Nasi Bali
Gambar 3: Nasi Bali Andria
Sumber: Foto oleh Andria Bintoro
  
1
Nasi Bali dapat dinikmati dengan harga Rp 18.000,- per porsinya.
Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa empal
daging sapi, ayam bumbu Bali, tempe goreng kering, telor ayam
pindang serta tumis kacang panjang bumbu kuning.
4.
Nasi Bakar Ikan Cakalang
Gambar 4. Nasi Bakar Ikan Cakalang Andria
Sumber: Foto oleh Andria Bintoro
Nasi bakar ikan cakalang memiliki harga Rp 18.000,- per porsinya.
Merupakan nasi putih yang disajikan dengan lauk berupa ikan
cakalang pedas dan sayur-sayuran.
5.
Nasi Tumpeng
Gambar 5. Nasi Tumpeng Andria
Sumber: Website Andria
Nasi tumpeng disajikan dengan variasi lauk-pauk dengan kisaran
harga Rp 25.000,- hingga Rp 30.000,- per porsinya, dengan minimal
pemesanan 20 porsi.
Nasi tumpeng memiliki beberapa pilihan lauk, yaitu empal daging
sapi, ayam goreng, telur dadar, telur ayam pindang, mie goreng Jawa,
kentang balado, tempe kering manis, sayur urab, tumis kacang
panjang, serta orek tempe.
Andria memiliki jasa pengiriman (delivery service), khususnya untuk
wilayah Jakarta Barat, Tanjung Duren dan sekitarnya untuk pembelian
minimum 5 porsi. Pengiriman untuk wilayah Jakarta lainnya memiliki
minimum pembelian 20 porsi. Andria juga melayani catering untuk
  
14
kebutuhan pesta, acara kantor, syukuran, dan acara-acara lainnya. Jasa
pengiriman produk di daerah Jakarta Barat dan sekitarnya dikenakan biaya
hingga Rp 50.000,- di luar daerah Jakarta Barat
hingga Rp 100.000,- dan di
daerah luar Jakarta mencapai angka Rp 100.000,- hingga ke atas.
Produk yang ditawarkan oleh Andria memiliki daya tahan yang tidak
terlalu lama, yaitu sekitar 6
jam
hingga 12 jam, karena produknya tidak
menggunakan bahan pengawet apapun. Cara yang dapat dilakukan untuk
memperpanjang umur produk adalah dengan meletakkannya di dalam lemari
pendingin, namun tidak lebih dari 2 hari. Apabila ingin dikonsumsi kembali,
dapat dipanaskan dengan menggunakan microwave atau dikukus.
2.2.3
Pengemasan Produk Andria
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengemasan produk
Andriajuga menggunakan daun pisang sebagai bahan utamanya. Penggunaan
daun pisang sebagai kemasan utama dilakukan dengan beberapa alasan. Daun
pisang merupakan bahan alami yang sehat dan aman digunakan untuk
pengemasan makanan serta memberikan aroma yang khas dan menggugah
selera terhadap masakan.
Andria menggunakan daun pisang sebanyak 3
lembar sebagai kemasannya untuk menjaga kekedapan dan kelembaban
produknya, sehingga produknya tetap bersih dan nikmat dikonsumsi dalam
jangka waktu tertentu.
Penggunaan daun pisang
memang
sudah dilakukan sejak zaman
dahulu kala untuk mengemas makanan. Inilah sesungguhnya yang menjadi
ciri khas otentik dari tradisionalitas menu nasi tradisional Nusantara. Selain
karena aromanya yang khas dan menggugah selera, saat ini daun pisang
digunakan juga
untuk mempertahankan nilai orisinil
dari kemasan nasi
tradisional Nusantara. Namun demikian, dalam mengemas nasi tradisional
harus memperhatikan kebersihan daun pisang pembungkusnya. Dapat
dikatakan bahwa daun pisang merupakan bahan pengemas nasi tradisonal
terbaik hingga saat ini, sehingga merupakan salah satu karakteristik utama
dari kemasan nasi tradisional Nusantara yang harus dipertahankan.
Setelah produk
dibungkus dengan daun pisang, biasanya dikunci
dengan menggunakan dua batang kayu atau lidi atau tusuk gigi. Hal ini untuk
memastikan agar kemasan daun pisang tidak terbuka sehingga menyebabkan
makanan di dalamnya tumpah keluar. Setelah itu, kemasan daun pisang
bagian luar biasanya ditempelkan label yang berisikan informasi mengenai
brand produk sebagai identifikasi. Teknis pengemasan yang
sudah dilakukan
sejak zaman dahulu hingga saat ini, hingga menyebabkan munculnya
pendapat
yang mengatakan bahwa “bukanlah nasi tradisional Nusantara
apabila tidak dikemas dengan menggunakan daun pisang”.
Saat ini pengemasan produk dalam jumlah banyak hanya dilakukan
dengan menggunakan kantong plastik, dengan kuantiti pada masing-masing
kantongnya sebanyak 10 bungkus. Perhitungan ini penting untuk dilakukan
karena apabila diisi dengan jumlah peroduk lebih dari 10 bungkus, dapat
membuat produk menjadi tertekan dan rusak bentuknya, karena daun pisang
  
1
tidak memiliki struktur kemasan yang kuat terhadap tekanan. Selain itu,
jumlah produk sebanyak 10 buah per kantong juga memudahkan dalam
proses penghitungan jumlah produk
yang didistribusi. Selanjutnya, setiap
kantong plastik yang berisikan produk dimasukkan kembali ke dalam sebuah
kontainer, sehingga dapat dengan mudah didistribusikan kepada konsumen.
Pengemasan dengan hanya menggunakan daun pisang –
walaupun
memiliki nilai otentik tinggi –
namun sesungguhnya memiliki beberapa
kelemahan seperti yang telah disebutkan di atas. Lemahnya identifikasi hanya
melalui label, masalah struktur yang kurang kuat terhadap tekanan, serta tidak
efektif dalam penghitungan produk merupakan permasalahan desain dan
struktur kemasan yang harus diselesaikan.
2.2.4
Analisa Kemasan Andria
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kemasan Andria juga
serupa dengan kemasan nasi bogana merek
lainnya, yaitu dengan
menggunakan daun pisang yang dikunci dengan menggunakan dua batang
tusuk gigi. Penggunaan daun pisang sebagai pengemas dan tusuk gigi sebagai
pengunci didasarkan pada nilai kebersihan dan orisinalitas produk. Penulis
telah melakukan analisa terhadap kemasan Andria saat ini. Analisa ini
mencakup kelebihan serta kekurangan desain visual serta struktur produk,
yaitu sebagai berikut.
1.
Kelebihan Kemasan Produk Andria
Penggunaan daun pisang untuk pengemasan produk aman bagi
konsumen dan merupakan bahan yang alami serta ramah
lingkungan
Penggunaan daun pisang menjadikan produk memiliki aroma
yang khas dan mampu menggugah selera konsumen
Memiliki tingkat orisinalitas tinggi sebagai kemasan nasi
tradisional Nusantara, sehingga merupakan hal yang harus
dipertahankan
Penggunaan tusuk gigi sebagai pengunci kemasan memiliki
tingkat kebersihan yang tinggi
Penggunaan daun pisang sebanyak 3 lembar menjaga kualitas
produk agar tetap lembab, vakum, serta tertutup rapat.
2.
Kelemahan Kemasan Produk Andria
Kemasan yang hanya berupa daun pisang tidak memiliki
struktur yang kuat terhadap tekanan,
sehingga menyulitkan
proses distribusi
Kesamaan teknis pengemasan produk dengan kompetitor
(daun pisang dengan label) menjadikan identifikasi produk
Andria kurang signifikan dan kurang menarik secara visual
Distribusi produk dalam jumlah banyak menggunakan kantong
plastik yang tidak ramah lingkungan dan cenderung merusak
isi produk
  
16
Menyulitkan konsumen saat mengkonsumsi produk, karena
biasanya membutuhkan peralatan makan tambahan lain,
misalnya piring
Kemasan saat ini menyulitkan konsumen untuk membuka atau
menutup kembali produk
Kemasan saat ini masih menyulitkan Andria untuk melakukan
penghitungan produk yang akan dikirim
Desain label kemasan yang kurang menarik perhatian
konsumen
Kemasan yang hanya berupa daun pisang cenderung membuat
tangan konsumen menjadi kotor dan berminyak
Belum memiliki desain yang dapat membedakan varian
produknya, sehingga menyulitkan konsumen untuk
mengidentifikasinya
2.2.5
Hasil Penelitian Kualitatif
Dalam rangka mendapatkan data serta informasi tambahan yang
akurat dan valid mengenai pandangan serta kenyamanan konsumen terhadap
desain kemasan produk Andria saat ini, Penulis telah melakukan penelitian
kualitatif melalui metode Focus Group Discussion (FGD). Metode penelitian
ini dilakukan dengan melibatkan 8 orang responden. Berikut ini adalah hasil
yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan metode tersebut.
Ketika responden menerima kemasan produk Andria, sebagian besar
merasakan bahwa kemasannya membuat tangan kotor ketika dipegang, secara
khusus untuk nasi bakar ikan cakalang, karena hasil pembakaran pada
kemasan daun pisang. Namun demikian, kemasan berupa daun pisang
merupakan kemasan produk yang terbaik untuk mengemas produk nasi
tradisional Indonesia, dikarenakan nilai tradisional yang tinggi serta aroma
yang khas, sehingga merupakan material kemasan yang harus dipertahankan.
Menurut responden, kemasan Andria saat ini sudah cukup baik karena
menggunakan 3 lembar daun pisang, sehingga responden merasa lebih
mantap ketika memegang kemasan produk secara langsung. Namun
demikian, kemasan saat ini juga cenderung membatasi kemudahan konsumen
untuk menikmati produk. Ada beberapa responden merasa kesulitan untuk
menikmati produk tanpa menggunakan peralatan makan berupa piring.
Mereka menilai bahwa mengkonsumsi produk tanpa menggunakan alas
berupa piring membuat mereka kesulitan dan kurang nyaman untuk
menggenggam produk, sehingga produk rentan jatuh ketika dikonsumsi.
Responden juga menyatakan bahwa dengan kemasan seperti saat ini, mereka
akan merasa nyaman apabila mengkonsumsi produk
dalam kondisi duduk
dan dengan menggunakan meja.
Responden menilai bahwa kemasan produk Andria saat ini cukup
praktis untuk dibawa ke mana-mana, hanya saja tetap membutuhkan kantong
plastik sebagai pembungkusnya. Mereka menyatakan bahwa struktur
kemasan berupa daun pisang tidak memiliki daya tahan terhadap tekanan
sehingga produk mudah rusak dan tercecer keluar apabila tidak dimasukkan
  
1
ke dalam kantong plastik. Responden juga sempat menyebutkan bahwa
mereka membutuhkan sebuah wadah seperti styrofoam untuk dapat
membawa produk ke mana-mana dengan mudah. Sejauh ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat kebutuhan konsumen akan pengemasan produk
yang lebih aman, kuat, tidak mengotori tangan, memudahkan konsumsi
produk, serta tidak merusak produk.
Menurut responden, sangat baik dan memungkinkan apabila akan
dibuat sebuah kemasan yang dapat memudahkan mereka dalam
mengkonsumsi serta membawa produk. Namun demikian, kemasan daun
pisang yang mengemas produk harus tetap dipertahankan, karena di sanalah
nilai otentik dari nasi tradisional Nusantara yang harus dipertahankan.
Kemasan produk yang baru, walaupun akan dibuat lebih modern, namun
harus tetap menunjukkan sisi tradisionalitas baik secara bentuk atau struktur
maupun elemen warna yang digunakan serta elemen desain grafis lainnya,
sehingga look and feel dari produk tetap terjaga. Menurut responden, hal ini
secara psikologis akan membuat mereka lebih tertarik.
Pada kemasan juga dapat ditambahkan ruang untuk meletakkan
peralatan makan seperti sendok, serta perlengkapan makan lainnya seperti
serbet kertas. Bagi responden, ketersediaan alat-alat ini dalam kemasan
sangat memudahkan mereka untuk mengkonsumsi produk, serta membuat
produk lebih praktis untuk dikonsumsi kapan pun dan di mana pun. Mereka
mengaku tidak akan menggunakan tangan langsung untuk mengkonsumsi
produk, karena nasi tradisional Indonesia memang bukan tipe kuliner yang
bisa diperlakukan seperti itu. Lebih dari itu, responden menyatakan bahwa
salah satu yang harus dipertahankan dari kemasan produk adalah kerapihan
kemasan, karena secara tidak langsung mencitrakan isi yang ada di dalam
kemasan tersebut.
Responden juga menyatakan adanya kebutuhan akan kemasan untuk
distribusi produk dalam jumlah besar, yang akan memudahkan ketika mereka
membeli produk dalam jumlah cukup besar. Kemasan atau kontainer besar ini
harus dapat menampung produk dengan jumlah tertentu tanpa merusak
produk di dalamnya, sehingga pertimbangan jumlah untuk memudahkan
penghitungan produk serta pertimbangan berat produk perlu menjadi
perhatian khusus dalam membuat kemasan atau kontainer besar ini.
Responden menyatakan bahwa kontainer ini hanya digunakan untuk
membawa produk saja dengan desain yang khas terhadap brand, sehingga
tidak dibutuhkan struktur yang kompleks, yang cenderung menyulitkan
mereka dalam mengeluarkan isi produk dari dalamnya.
2.2.6
Target Market
Psikografi
Aktif, senang berkumpul, memiliki banyak kegiatan, senang mengadakan
acara, mencintai makanan tradisional
  
18
Demografi
Jenis Kelamin 
: Pria - Wanita
Usia
: 27 – 50 tahun
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga, Karyawan
Kelas Sosial
: A – B
Geografi
Perkotaan besar (Jakarta) dan daerah sekitarnya
2.2.7
Analisa SWOT
Analisa SWOT di bawah ini disesuaikan dengan topik dan lingkup
proyek Tugas akhir yang dikerjakan Penulis, yaitu analisa mengenai kemasan
Andria saat ini.
Strength
1.
Menggunakan kemasan dengan bahan utama daun pisang yang
memiliki aroma khas menggugah selera, mudah didapat serta ramah
lingkungan
2.
Kemasan saat ini sangat mempertahankan tradisionalitas
dan
nilai
otentik produk
3.
Menggunakan daun pisang sebanyak 3 lembar, sehingga kekedapan
isi produk, kualitas dan kebersihan produk tetap terjaga
Weakness
1.
Kemasan berupa daun pisang tidak memiliki struktur yang kuat
terhadap tekanan, sehingga produk mudah rusak
2.
Desain visual label yang terkesan seadanya dan kurang menarik
secara visual
3.
Kontainer produk dalam jumlah besar masih menggunakan kantong
plastik, sehingga cenderung merusak isi produk (kemasan dalam)
4.
Kesamaan teknis pengemasan produk dengan kompetitor (daun
pisang dengan label) menjadikan identifikasi
produk
Andria kurang
signifikan bila dibandingkan kompetitornya
5.
Kemasan saat ini tidak memudahkan konsumen saat mengkonsumsi
produk, karena biasanya membutuhkan peralatan makan tambahan
lain, misalnya piring
6.
Kemasan saat ini belum memiliki kejelasan sistem desain identitas
yang dapat membedakan varian produknya, sehingga menyulitkan
konsumen untuk mengidentifikasinya
7.
Kemasan yang hanya berupa daun pisang cenderung membuat tangan
konsumen menjadi kotor dan berminyak
8.
Kemasan saat ini menyulitkan konsumen untuk membuka atau
menutup kembali produk apabila produk tidak habis dikonsumsi
  
1
9.
Kemasan saat ini membatasi perilaku konsumen, di mana membuat
konsumen harus menikmatinya dalam posisi duduk atau
menggunakan meja
Opportunity
1.
Pencanangan program good design products made in Indonesia oleh
Menteri Perdagangan sejak tahun 2006 mendukung Andria sebagai
salah satu UKM untuk memiliki desain kemasan yang menjual dan
berdaya saing tinggi
2.
Masih banyak kompetitor sekelas Andria juga belum memiliki
kemasan yang menarik secara visual sesuai dengan kaidah ilmu DKV
Threat
1.
Pandangan negatif bahwa nasi tradisional Nusantara biasanya tidak
bersih oleh
masyarakat lokal maupun internasional mengenai
makanan tradisional khas Indonesia karena kemasannya
2.
Telah ada sejumlah gerai nasi tradisional Nusantara yang memiliki
desain kemasan lebih praktis dan modern, sehingga lebih
memudahkan konsumen dalam mengkonsumsi dan membawa produk
2.3
Data Pembanding (Kompetitor)
2.3.1
Pusat Nasi Bakar
Gambar 6. Outlet Pusat Nasi Bakar, Jl. Arteri Kelapa Dua Raya No. 1
Sumber: Website resmi Pusat Nasi Bakar
Berdasarkan situs (website) resmi Pusat Nasi Bakar, brand ini berdiri
untuk pertama kali pada tanggal 23 Juli 2007. Kemudian di tahun yang sama,
membuka satu cabang lagi sehingga tercatat pada tahun 2007 dua outlet telah
dibuka. Melihat animo masyarakat yang sudah lumayan mengenal brand,
  
20
Pusat Nasi Bakar bergerak cepat sehingga pada akhir tahun 2008 tercatat
empat outlet yang telah dibuka. Tahun 2009 sudah buka lagi di tiga tempat di
Jakarta. Rencananya pada awal tahun 2010, Pusat Nasi Bakar sudah siap
membuka satu tempat lagi.
Pusat Nasi Bakar telah membuka total sebelas gerai (outlet)
sampai
pada tahun 2013. Di masing-masing outlet memiliki kurang lebih tujuh
karyawan. Harga makanannya pun sangat relatif, yaitu antara Rp 21.500
sampai dengan Rp 30.000. Terdapat tujuh kenikmatan rasa nasi bakar
istimewa yang ditawarkan oleh Pusat Nasi Bakar kepada pelanggan, yaitu
nasi bakar telur, nasi bakar ayam, nasi bakar daging empal, nasi bakar daging
rendang, nasi bakar cumi, nasi bakar udang, dan nasi bakar ikan tuna.
Pusat Nasi bakar memiliki visi dan misi tersendiri dalam menjalankan
kegiatannya, yaitu sebagai berikut.
Visi:
Menciptakan dan mengangkat masakan asli Indonesia agar dikenal
oleh masyarakat nasional dan internasional, juga meningkatkan
ekonomi bangsa dan memberikan dampak yang positif bagi
lingkungan di mana pun Pusat Nasi Bakar berada.
Misi:
Menggunakan produk asli bangsa Indonesia, dari tenaga kerja sampai
bahan baku makanan, dan menjaga kualitas dan pelayanan.
Beberapa jenis menu masakan yang ditawarkan oleh Pusat Nasi Bakar
beserta harganya hingga pada tahun 2013 dikutip dari website
resmi Pusat
Nasi Bakar adalah sebagai berikut.
1.
Nasi Bakar Pusat (Telur)
Rp 21.500,-
2.
Nasi Bakar Pusat (Ayam)
Rp 25.000,-
3.
Nasi Bakar Pusat (Sapi)
Rp 28.000,-
4.
Nasi Bakar Pusat (Daging Rendang)
Rp 29.000,-
5.
Nasi Bakar Pusat (Ikan)
Rp 28.000,-
6.
Nasi Bakar Pusat (Cumi)
Rp 30.000,-
7.
Nasi Bakar Pusat (Udang)
Rp 30.000,-
8.
Nasi Goreng Pusat (Seafood) 
Rp 24.500,-
9.
Nasi Goreng Pusat (Ayam)
Rp 22.000,-
10. Iga Bakar Pusat
11. Sop Iga Pusat
Untuk kemasan produk, Pusat Nasi Bakar juga mengunakan daun
pisang sebagai pengemas utama produknya. Hanya saja, brand
ini telah
menggunakan kemasan dengan material kertas yang ramah untuk makanan
(food grade paper)
menyerupai kotak atau box, sehingga konsumen sudah
dapat menikmati produk dengan lebih mudah dan praktis.
  
2
2.3.2
Bogana Delivery
Gambar 7. Tampilan Promosi Website Bogana Delivery
Sumber: Website resmi Bogana Delivery
Dikutip dari website resmi Bogana Delivery, brand ini memiliki
beberapa jenis menu yang serupa dengan Andria, yaitu sebagai berikut.
1.
Nasi Bogana, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk
berupa sambal goreng tempe, kacang panjang, ayam kari suwir,
dendeng age, sambal goreng hati, serta telur pindang.
2.
Nasi Bali, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk
berupa ayam suwir bumbu Bali, tumis kari kacang panjang, dendeng
sapi balado, kering tempe kacang, serta telur pindang.
3.
Nasi bakar, yang merupakan nasi gurih disajikan dengan lauk-pauk
berupa ikan cakalang atau ikan tongkol, daun melinjo, daun kemangi,
serta cabe rawit.
Bogana Delivery menggunakan bahan-bahan pilihan sehingga
produknya terasa lezat di lidah konsumen. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain beras Pandan Wangi yang pulen dan harum, kelapa segar pilihan
untuk membuat nasi gurih, telur segar pilihan untuk membuat telur pindang,
tempe berkualitas untuk membuat orek atau sambal goreng tempe, kacang
panjang segar, ayam segar untuk ayam kari suwir dan ayam suwir bumbu
  
22
Bali, daging sapi pilihan untuk dendeng oge, hati sapi berkualitas untuk
sambal goreng hati yang lezat, serta bumbu-bumbu pilihan lainnya.
Saat ini, Bogana Delivery telah memiliki banyak klien seperti Niaga
Tower, Wisma Bumi Putera, Wisma Mulia, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Keuangan, dan sejumlah besar klien lainnya. Kemasan yang
digunakan serupa dengan Andria, yaitu dengan menggunakan daun pisang
yang ditempelkan label brand. Hanya saja, untuk jasa pengiriman produk
Bogana Delivery sudah memiliki kemasan berupa kotak atau box, sehingga
melindungi isi produk serta memudahkan konsumen.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi sesuai dengan porsi yang
dipesan, serta penggunaan material kemasan seperti apa yang diinginkan oleh
konsumen. Nasi dengan kemasan daun pisang porsi sedang Rp 18.000,-
sedangkan porsi besar Rp 21.000,-. Nasi box dengan isi nasi bungkus daun
pisang porsi sedang dengan buah, air mineral dan kerupuk seharga Rp
26.000,- sedangkan porsi besar dengan buah, air mineral dan kerupuk seharga
Rp 29.000,-
Gambar 8. Kemasan Bogana Delivery
Sumber: Website resmi Bogana Delivery