![]() 1
BAB II
Data & Analisa
2.1. Sumber Data
Dalam proses perancangan buku Lurik, Penulis menggunakan data-
data yang berasal dari sumber-sumber berikut ini. Sebagian besar data-data yang
didapat Penulis, tujuannya adalah untuk
memahami tentang seluk beluk kain
tenun Lurik dan
mengerti tren desain grafis yang sedang berjalan di dunia
publikasi, seperti layout apakah yang kerap kali dipakai dalam desain situs web,
jenis-jenis typeface, dan geometrical pattern
yang nantinya akan dijadikan
referensi Penulis selama proses desain.
2.1.1 Buku Literatur
Berikut adalah sumber buku yang digunakan Penulis sebagai acuan utama data-
data selama proses perancangan, buku ini sangat lengkap dalam
Lurik, Garis
Garis Bertuah. The Magic Stripes
oleh Nian, S.
Djoemana
Gambar 1. Buku Lurik Garis Garis Bertuah
Sumber: Toko Bagus
Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai proses pembuatan kain
lurik beserta alat yang digunakan. Selain itu, diuraikan pula
mengenai
macam macam motif lurik, makna, waktu pemakaian, dan fungsinya
secara garis besar terutama dalam acara ritual keagamaan dan dalam
|
![]() 2
upacara perkawinan. Lurik yang diuraikan dalam buku tersebut tidak
hanya terbatas pada motif lurik Yogyakarta, ada pula motif Jawa Tengah
dan Tuban, ada pula motif irip lurk yang terdapat di luar Jawa maupun
Juan Indonesia.
2.1.3 Buku Visual
Making and Breaking the Grid
Huruf, Font, Tipografi
Design Elements, A Graphic Style Manual
2.1.4 Narasumber
Dalam menyusun
laporan ini, saya juga banyak sekali dibantu oleh
penelitian mengenai Lurik dari kedua dosen DKV Binus yang juga
merupakan ahli di bidang Lurik ini.
2.1.5 Survey
Dalam penulisan buku ini, Penulis juga menyebarkan survei secara
online untuk mengetahui apakah perlunya publikasi akan kain tenun
Jogja yang merupakan salah satu warisan negara yang sudah dilupakan
oleh masyarakat, terlebih generasi muda yang mayoritas tidak tahu apa
itu Lurik.
2.2. Tentang Lurik
2.2.1 Apa itu Lurik?
Lurik dalam bahasa Jawa disebut lorek yang berarti garis
garis. Kain
tenun yang memiliki ciri khas motif garis- garis dan kotak kotak ini berasal
dari jogja dan Solo. Dibuat secara manual dengan menggunakan teknik wareg
yang berarti anyaman datar atau polos. Namun pakaian atau kain dengan
motif garis
tidak dapat secara langsung disebut lurik, karena lurik harus
memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bahan tertentu dan diolah
melalui proses tertentu pula.
2.2.2 Sejarah Singkat Lurik
Kain yang satu ini ternyata sudah ada sejak zaman prasejarah, dibuktikan
dengan adanya penemuan prasasti pada kerajaan Mataram. Ditemukannya
kain lurik pakan malang dan tuluh watu sebagai nama lain dari kain ini, serta
pemakaian selendang pada arca terracotta asal Trowulan di Jawa Timur dari
abad 15 M menunjukkan penggunaan kain lurik pada masa itu. Selain itu juga
terdapat di relief candi Borobudur dan cerita wayang Beber.
|
3
Daerah penyebaran kain tenun ini berkisar di Jawa seperti Yogyakarta,
Solo dan Tuban. Kain yang dulu hanya dibuat dalam dua warna yaitu hitam
dan putih ini, hanya dipakai dikalangan rakyat saja tetapi lambat laun
menyebar juga ke daerah keraton. Awalnya kain ini hanya berupa selendang
yang dipakai seperti kemben, berfungsi untuk menggendong sesuatu dengan
diikatkan ke tubuh, dari situlah ada istilah lurik gendong. Selain itu
digunakan juga sebagai busana sehari hari untuk wanita seperti kebaya dan
tapih atau kain bawahan dan busana pria.
2.2.3 Makna Pada Lurik
Melalui kain lurik ini terdapat filosofi dan makna lurik yang tercermin
pada motif dan warnanya. Ada corak yang dianggap sakral dan memberi tuah,
ada yang memberi nasihat, petunjuk dan harapan. Berbagai unsur seperti
warna, motif dan terutama kepercayaan yang menyertai kain lurik, membuat
nilai lurik menjadi tinggi. Keberadaan kaiin ini tidak dapat dipisahkan dari
kepercayaan sehingga keberadaannya selalu mengiringi berbagai upacara
ritual adat.
2.2.4 Jenis dan Corak Kain Lurik
Ada 3 macam jenis Lurik, yaitu Lajuran yang merupakan garis
garis
panjang searah helai kain, motif pakan yang memiliki garis
garis searah
lebar kain dan Cacahan yaitu lurik dengan corak
corak kecil yang dibuat
dengan menggabungkan lajuran dan pakan.
Penulis juga
mendapat catatan macam corak lurik
yang berasal dari
penelitian Ibu Inda Ariesta dan Ibu Sita Kuntjoro, yaitu :
1.
corak klenting
kuning
2.
sodo sakler
3.
lasem
4.
tuluh watu
5.
lompong keli
6.
kinanti,
7.
kembang telo
8.
kembang
mindi
9.
melati
secontong
10.
ketan ireng
11.
ketan salak
12.
dom ndlesep
13.
loro-pat
14.
kembang
bayam
15.
jaran dawuk
16.
kijing miring
17.
kunang sekebon
18.
ketan ireng
19.
gadung mlati
20.
tumenggungan
21.
bribil
22.
yuyu
sekandang
23.
sulur ringin
24.
lintang
kumelap
25.
polos abang
26.
polos putih
27.
hujan gerimis
28.
tenun ikat
29.
mimi
30.
gale
|
![]() 4
Gamba 2.
Corak telu pat
Gambar 4.
Corak liwatan / lompatan
Gambar 5.
Corak sulur ringin
Gambar 3.
Corak sado sakler
Sketsa corak lajuran / garis searah lungsi
Gambar 6.
Corak yuyu sekandang
Sketsa corak cacahan / persilangan
antara lajuran dan pakan malang
|
![]() 5
Contoh Lurik yang Tervisualisasikan:
Gambar 7. Corak Lurik Masa Kini
|
6
Sumber: Ibu Inda Ariesta
2.2.5 Proses Pembuatan
Kain Lurik harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bahan dan
diolah dmelalui proses tertentu, berikut adalah merupakan tahap pembuatan kain
tenun lurik dari mulai sampai jadi.
Tahap - tahap dalam proses pembuatan Lurik:
1.
Proses pencelupan warna.Sebenarnya saat pencelupan warna, motif atau ragam
sudah dirancang.Sehingga jelas berapa banyakwarna yang dibuat, di jemur
hingga kering, dan selanjutnya di pintal.Berbeda dengan teknik membatik yang
langsung digambar pada sehelai kain.
2.
Proses memintal (kelos
dan palet),yaituproses pemintalan benang menjadi
gulungan-gulungan kecil.
3.
Proses menata benang menjadi motif / ragam (sekir).Pada proses ini tidak
mudah dan dibutuhkan orang terlatih, sehingga mampu mengerjakannya.
Disinilah proses yang paling rumit dari selembar kain tenun lurik. Tidak
kurang dari 2100 hela benang ditata menggunakan rumus yang berbeda untuk
masing-masing ragam lurik.Dapat dibayangkan keahlian ini untuk mampu
memindai rumus yang berbeda dari puluhan ragam lurik yang ada.
4.
Proses memindahkan desain motif ke alat tenun.Benang dimasukkan ke alat
tenunan yang serupa sisir, dan biasanya dikerjakan oleh 2 (dua) orang.
5.
Proses Menenun.Menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin), benang-
benang ditenun menghasilkan sehelai kain lurik.
2.2.6 Alat Tenun Lurik
Ada beberapa cara menenun kain lurik ini, dari cara tradisional sampai ke cara
modern. Berikut adalah beberapa tipe alat tenun yang ada:
1.
Anyaman Wareg. Merupakan proses tenun sederhana yang menggunakan
benang, yaitu menganyam menggunakan benang lungsi yang letaknya
membujur dan benang pakan yang letaknya melintang.
2.
Alat Tenun Gendong. Bagian alat yang disebut epor diletakkan di belakang
pinggul seperti menggendong ketika menenun dan menggunakan tangan saat
prosesnya.
Hasil dari proses ini dapat menghasilkan kain tenun hingga
mencapai ukuran 50 90 cm.
|
![]() 7
3.
ATBM.
Alat Tenun Bukan Mesin
merupakan perangkat tenun tijak hasil
pengembangan ITB,
pengrajin duduk dibangku
karena alat tenun berdiri di
atas lantar membentuk sebuah kerangka kayu. Alat ini
merupakan
perombakan dari alat berpenahan pinggang menjadi alat penggerak kaki.
2.2.7 Lurik Masa Kini
Sebagai salah satu warisan budaya sendiri, Lurik sangat tidak populer di
kalangan masyarakat, banyak sekali yang tidak tahu bahkan industri lurik seperti
di Yoyakarta pun mulai runtuh. Walau begitu, masi ada juga yang bertahan untuk
melestarikan aset ini, sepperti para pengrajin di daerah Krapyak Wetan sekitar 4
orang. Tetapi ada juga beberapa orang yang mau mengangkat kain tradisional ini
ke dunia modern, seperti Lawe yang mengaplikasikan lurik
lurik ini menjadi
kerajinan tangan yang cantik. Ibu Ninik S Darmawan yang menyulap kerajinan ini
menjadi koleksi mode, seperti pada pagelaran busananya yang bertema Lurik
Sepanjang Masa Rare Simplicity pada hari Minggu, 30 Oktober 2011 di pool
Ambarrukmo Plaza Hotel.
Gambar 8. Karya LAWE menggunakan lurik
Sumber: House of Lawe
|
![]() 8
Gambar 9. Karya chantara yang mengusung
kekuatan berbagi cerita tentang ragam hias
Sumber: Ibu Inda Ariesta
Gambar 10. Karya Ninik Darmawan, mengolah lurik lama menjadi busana mewah
Sumber: Fashion Week 2011
2.3 Data Buku
2.3.1 Asal Usul Perancangan Ulang Buku Lurik, Garis Garis Bertuah. The
Magic Stripes
|
![]() 9
Buku karya Ibu Nian S. Djoemana ini merupakan buku yang sangat lengkap
mengenai pembahasan kain tenun Lurik sejauh ini, belum ada buku lain yang lebih
dalam membahas kain tersebut, bahkan artikel
artikel di internet dari para
penulis pun banyak yang memakai buku ini sebagai acuan mereka. Sayangnya,
buku ini merupakan cetakan lama sekitar tahun 2000, dan sudah tidak diproduksi
kembali, selain itu desainnya juga terkesan kuno dan ketinggalan jaman. Maka
dari itu, saya berinisiatif untuk merancang ulang buku ini sebagai mediator untuk
melestarikan catatan menegnai lurik.
2.3.2 Garis Besar Daftar Isi Buku Lurik, Garis Garis Bertuah
Secara garis besar, ini buku ini terbagi dari enam segmen:
Introduction
-
Daftar isi
-
Prakata
Chapter 02: Pendahuluan
Berisikan infromasi singkat seputar Lurik dan latar belakangnya.
Chapter 03: Alat Tenun
Berisikan infromasi mengenai alat alat untuk menenun secara manual atau
tradisional dan modern.
Chapter 04: Proses Menenun Tradisional
Berisikan proses proses dalam menenun kain secara tradisional.
Chapter 05: Pewarnaan
Berisikan informasi seputar teknik pewarnaan pada kain.
Chapter 06: Kain Lurik
Berisikan ulasan tentang kain lurik.
Chapter 07: Corak dan Nama Lurik Solo dan Yogya
Berisikan jenis jenis akan corak dan nama lurik dari daerah Solo dan Yogya
Chapter 08: Makna Corak Lurik Solo dan Yogya
Berisikan makna makna yang terkandung di balik motif geometris pada kain
lurik Solo dan Yogya
Chapter 09: Penggunaan Lurik Solo dan Yogya
Berisikan informasi mengenai penggunaan kain lurik di daerah Solo dan Yogya
pada masyarakat di kehidupan sehari hari.
Chapter 10: Lurik Solo dan Yogya Masa Kini
Berisikan informasi seputar teknik pewarnaan pada kain.
|
![]() 10
Chapter 11: Lurik Tuban
Berisikan informasi tentang berbagai jenis lurik di daerah Tuban, tekneik menenun
pakan tambahan, bentuk kain tradisional, tata pemakaian kain tuban serta nama
dan corak batik Tuban.
Chapter 12: Beberapa Catatan
Chapter 13: Seputar Kepercayaan
Berisikan informasi seputar kepercayaan Lurik dalam upacara ritual atau acara
adat daerah
Chapter 14: Tenunan Serupa Lurik
Berisikan informasi tentang kain kain tenun lain yang memiliki kesamaan
dengan Lurik
Chapter 15: Corak Tradisional Garis dan Kotak Kotak Jepang
Berisikan jenis dan corak tradisional negara Jepang.
Penutup
-
Daftar Istilah
-
Daftar pustaka
-
Pernyataan terima kasih dan penghargaan
-
Riwayat Penulis
2.3.3 Data Buku Lurik, Garis Garis Bertuah. The Magic Stripes
Penulis
: Nian S. Djoemana
Penerbit
: PT. Djambatan Indonesia
Bahasa
: Indonesia dan Inggris
Jumlah halaman : VI + 158
2.3.4 Data Penerbit
Penerbit Djambatan didirikan pada tanggal 19 Februari 1954 oleh,
Djamaludin Adinegoro, K.St Pamoentjak dan Dr.(Med) Ahmad ramali dari pihak
Indonesia. Sementara itu wakil dari Belanda adalah H.M.van Randwijk, C. de
Koning. Sejak tahun 1956 saham Djambatan resmi menjadi milik Indonesia,
dengan demikian Penerbit Djambatan sepenuhnya menjadi perusahaan nasional.
Misi Djambatan adalah turut mencerdaskan bangsa. Untuk itu, kami
menerbitkan buku antara lain, hukum, ekonomi, sastra, sosial politik, teknik,
arsitektur, admisitrasi, kedokteran, musik, lingkungan dan lain sebagainya. Banyak
pengarang besar yang telah mempercayakan hasil karyanya kepada Djambatan,
antara lain: Prof. Dr. Moh. Hatta (Al), Prof.Dr. Muh Yamin (Alm),
|
![]() 11
Prof.Koentjarangingrat (Alm), Prof.Otto Soemarwoto (Alm), Nh.DIni, Latifah
Khodijat, Prof.Dr. Boedi Harsono, dan lain sebagainya.
2.4 Hasil Survey
Survey ini dibuat melalui media online yang lalu disebarkan melalui social media
seperti facebook dan twitter. Selain itu Penulis juga melakukan wawancara langsung
kepada masyarakat, seperti kolega, teman, keluarga dan orang asing. Melalui data data
survey dapat disimpulkan bahwa ternyata banyak juga masyarakat yang peduli dan
tertarik dengan budaya local Indonesia khususnya kain tenun Lurik ini. Hanya saja
belum banyak media yang mengangkat Lurik menjadi tema yang menarik. Maka itu
penulis ingin memberikan solusi berupa sebuah buku yang dirancang ulang menjadi
lebih menarik secara visual.
2.5 Data Target
Berikut ini merupakan target sasaran penulis dalam komunikasi visual pada buku
Lurik, Garis Garis Bertuah:
2.5.1 Geografi
Wilayah
: Indonesia
2.5.2 Demografi
Gender
: Pria dan wanita
Usia
: 21 - 35 tahun
Kewarganegaraan
: Indonesia dan Asing
Pekerjaan
: Pengusaha Industri, Kolektor, Karyawan
Pendidikan
: SMA, S1, S2, dan setara
Strata sosial
: B dan A
2.5.3 Psikografi
Personality
Idealis
Mandiri
Peminat seni dan budaya
Behaviour
Berkegiatan aktif
|
![]() 12
Suka membaca dan berbelanja
Aktivis seni
2.6
Analisa Data
2.6.1 Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam perancangan komunikasi visual ini adalah tema
yang diangkat menarik, tidak biasa dan salah satu gerakan dalam melestarikan
budaya Indonesia yang hampir terlupakan.
2.6.2 Faktor Penghambat
Faktor penghambat dalam perancangan komunikasi visual ini adalah
banyak yang tidak tahu tentang tema yang diangkat.
2.6.3 Analisa SWOT
Strength :
-
Isi dari konten ini merupakan yang paling lengkap disbanding buku lain.
-
Merupakan publikasi asset budaya yang hampir punah.
Weakness :
-
Gaya visual di buku ini monoton dan tidak menarik.
-
Direktori penulisan dan gambar membingungkan pembaca.
Opportunities :
-
Adanya gerakan gerakan peduli Lurik dan terus berlanjut.
-
Seruan peneliti dalam mencatat data kebudayaan.
Threat :
-
Masyarakat modern cenderung membaca melalui media online
-
Globalisasi telah membuat masyarakat semakin melupakan budaya lokal
Indonesia
2.7
Kompetitor / Pembanding
Selama proses survey saya dibeberapa toko buku dan internet, saya mendapatkan
buku yang membahas tema yang serupa, yaitu:
Lurik Tenun Tradisional Jawa oleh Ninik Darmawan
Kreasi Apik Dari Kain Lurik oleh Sari Sulistyo
|
13
|