2
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain:
Wawancara dengan narasumber dari Papermoon Puppet Theatre:
o
Maria Tri Sulistyani (Founder, Director)
o
Beni Sanjaya (Puppet & Setting Builder, Puppeteers)
o
Anton ‘Grewo’ Fajri (Puppet & Setting Builder, Puppeteers)
Website Papermoon Puppet Theatre (papermoonpuppet.com).
Pencarian artikel liputan dari internet mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan tema yang diangkat:
a.
Papermoon Puppet Theatre pada website Kelola (kelola.or.id).
b.
Artikel liputan dari Kopi Keliling (kopikeliling.com).
Studi lapangan.
Penyebaran kuisioner.
2.2 Papermoon Puppet Theatre
Definisi puppet dan teater
Pengertian puppet menurut Oxford Dictionary merujuk kepada model figur manusia
maupun binatang yang bisa digerakkan dari atas dengan mempergunakan tali
maupun dengan pergerakan tangan di dalamnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian teater antara lain: a. gedung
atau ruangan tempat pertunjukkan film, sandiwara, dsb; b. ruangan besar dengan
deretan kursi-kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk
peragaan ilmiah; c. pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi; seni drama;
sandiwara; drama.
Profil Singkat Papermoon Puppet Theatre
(Sumber: Yayasan Kelola)
Papermoon Puppet Theatre adalah puppet theater company
yang didirikan pada
tanggal 2 April 2006, berawal dari kegelisahan Maria Tri Sulistyani—pendiri
Papermoon—terhadap kurangnya media seni untuk anak-anak. Namun seiring
perkembangannya Papermoon berubah menjadi company teater boneka untuk segala
usia. Hal ini didasari oleh keinginan Papermoon untuk berbicara pada skala yang
lebih luas, bukan hanya pada kalangan anak-anak. Perkembangan visi Papermoon ini
kemudian membuktikan bahwa 
media teater boneka merupakan salah satu bentuk
penyampaian pesan yang dapat diterima oleh semua publik, bahkan dengan lebih
mudah bisa diterima.
  
3
Untuk menjangkau publik yang lebih luas itu, dan didasari keinginan agar publik
umum bisa menikmati pertunjukan teater boneka di keseharian mereka, Papermoon
bukan hanya menggelar pertunjukan di gedung-gedung pertunjukan, namun juga di
kereta api, pasar tradisional dan tepi jalan. Hal ini sejalan dengan tema-tema yang
diangkat Papermoon, yaitu hal-hal yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat
sehari-hari yang dikemas secara imajinatif. Pertunjukan Papermoon pada dasarnya
adalah pertunjukan visual, sehingga yang diharapkan adalah penonton bisa jatuh
cinta dari mata (visual) lalu turun ke hati.
Karya-Karya Papermoon Puppet Theatre
Noda Lelaki di Dada Mona (CCF Yogyakarta; 2008)
Dalam Sebuah Perjalanan / On a Journey (2008), kolaborasi 5 artis dari
Indonesia, Meksico, Prancis dan Australia
Nothings Perfect, Honey.. I say sorry” (Hooyong Perfoming Arts Centre,
South Korea; 2009)
Gifts from Korea (Yogyakarta; 2009)
Two Shoes For Dancing (Valentine Willie Fine Arts Gallery, Kuala Lumpur,
Malaysia; 2009)
POHON KECIL—Puppet Video (2009), kolaborasi dengan Ma Petite
Crokette (Prancis)
No More Waiting (Puppet Uprising, Philadelphia, US; 2009)
MAU APA- versi New York (Spaghetti Dinner-Judson Memorial Church,
New York, US; 2009)
Suitcase of Life (Puppet Blok-Dixon Place, New York, US dan Puppet
Cabaret, St. Stephen Church, Washington DC, US; 2009)
MWATHIRIKA (Yogyakarta, Jakarta; 2010-2011)
Mwathirika adalah karya penerima Hibah Empowering Women Artist 2012
oleh Yayasan Kelola, HIVOS, dan FORD Foundation.
MAU APA- versi India (Ishara International Puppet Festival, New Delhi;
2011)
Setjangkir Kopi Dari Plaja (Yogyakarta; 2011)
Studi Lapangan dan Wawancara
Gambar 2.2 a: Rumah (Studio) Papermoon Puppet Theatre
  
4
Penulis berkesempatan untuk melakukan kunjungan ke kota kelahiran Papermoon
Puppet Theatre yaitu di Yogyakarta. Dalam kunjungan ke markas Papermoon yang
tepatnya berada di Jalan Langensuryo KT II/ 176 kali ini membawakan banyak cerita
dan pengalaman yang menarik, diantaranya yang penulis telusuri lebih lanjut ialah
berkenalan dan mempelajari pengetahuan seputar puppet
seperti jenis dan
cara-cara
pembuatan puppet khas ala Papermoon Puppet Theatre.
-
Papermoon Puppet
Berbasis di Yogyakarta, Papermoon Puppet
Theatre memulai awal perjalanannya dengan
mengadakan pertunjukan boneka untuk
anak-anak. Namun seiring
perkembangannya dimulai dari debut karya
pertamanya “Noda Lelaki di Dada Mona”,
Papermoon berhasil membangun perhatian
publik dengan tema cerita yang dewasa. Dan
dalam kelanjutannya hingga saat ini
Papermoon terus berinovasi dengan tema
cerita yang lebih beragam dan menjangkau
publik yang jauh lebih luas.
Tidak hanya dari segi cerita, keunikan
Papermoon yang pertama kali menangkap
mata audiens tiada lain dari tampilan
puppetnya yang khas ala Papermoon.
Gambar 2.2 b: Sapaan Tupu dan mas Beni
-
Paper Way to the Moon
Nama Papermoon berasal dari kata ‘paper’ yang berarti kertas dan ‘moon’ dalam
artian bulan. Dalam wawancara dengan puppeteer
dan puppet builder
Papermoon
mas Grewo dan mas Beni diceritakan bahwa nama Papermoon mempunyai
filosofinya sendiri, dimana berawal dari sesuatu yang sederhana (kertas) harapannya
seiring perjalanan, lama kelamaan dapat menjadi sesuatu yang besar dan indah
(layaknya bulan di langit).
Tidak hanya berperan dalam filosofi, kertas juga menjadi salah satu bagian yang
tidak lepas dari Papermoon dikarenakan kertas juga memegang peranan dalam
pembuatan puppet dari Papermoon.
  
5
-
Handmade Puppets
Pada awal berdiri hingga saat ini Papermoon telah banyak berinovasi dari cara
pembuatan puppet
hingga jenis puppet. Satu hal yang tidak berubah ialah semua
puppet yang ditampilkan Papermoon merupakan puppet buatan tangan, yang dimana
pembuatnya disebut juga dengan puppet builder
(mas Grewo dan mas Beni
merupakan dua diantaranya). Pembuatan puppet biasanya dikerjakan di studio yang
terletak di bagian halaman dari markas Papermoon, dan tidak jarang pula Papermoon
mengadakan workshop
untuk para peminat yang ingin mempelajari cara pembuatan
puppet ala Papermoon Puppet Theatre.
Gambar 2.2 c: Studio kerja (pembuatan puppet dan properti)
  
6
Data Survey (Kuisioner)
Dari hasil penyebaran kuisioner terhadap sejumlah responden, berikut beberapa
kesimpulan data yang dapat ditarik:
Jenis pertunjukan boneka yang pernah dikenal ataupun pernah ditonton di
antaranya ada: Wayang Kulit (60%); acara TV si Unyil (12%); pertunjukan
boneka di Istana Boneka Dufan (12%); Lainnya (16%).
Sekitar 80% responden menyatakan tertarik dengan pertunjukan boneka.
Hampir 92% responden menyatakan belum pernah mendengar mengenai
Papermoon Puppet Theatre.
Sumber informasi responden kebanyakan berasal dari media internet (47%);
TV (7%); teman/saudara (9%); lainnya (36%).
Daya tarik Papermoon Puppet Theatre berdasar tanggapan responden di
antaranya dilihat dari segi visual (puppet, lighting); keunikannya (jarang dan
berbeda); serta konsep cerita.
Sekitar 69% responden menyatakan ketertarikannya untuk menelusuri buku
biografi Papermoon dan meningkat hingga 82% jika buku biografi
Papermoon disajikan dengan sentuhan interaktif  pop-up.
2.3 Spesifikasi Buku
Desain dan Ilustrasi
: Silvia
Foto
: Foto lokasi dan dokumentasi foto Papermoon Puppet Theatre
Penyelenggara 
: Papermoon Puppet Theatre
Naskah
: Silvia, Yayasan Kelola
Ukuran
: 200 mm x 250 mm
Sampul
: Hard Cover
Penerbit
: R & W Publishing
Finishing
: Jahit dan jilid lem panas
Tebal
: 60 Halaman
Warna 
: Full Color
2.4 Profil Target
2.4.1 Consumer Behavior
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kritis dan terbuka untuk mengenal dan
memandang suatu informasi sebagai pembelajaran yang berguna. Tertarik
dengan perkembangan dunia seni dan budaya terutama di Indonesia.
2.4.2 Psikografi
Personality
Dewasa
Pemikiran terbuka dan kritis
Rasa keingintahuan yang tinggi
Imajinatif
  
7
2.4.3 Demografi
Gender 
: Pria – Wanita
Usia
: 19 - 45 tahun
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Berpenghasilan, Peminat Seni & Budaya
Jenis Kelamin 
: Laki-laki & Perempuan
Kelas Sosial
: A-B
 
2.4.4 Geografi
Geografis
Berdomisili di wilayah kota-kota besar di Indonesia.
Psikologi
Dewasa, imajinatif, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, terbuka
untuk segala pengetahuan yang baru.
2.5 Data Penerbit
R & W Publishing
Berdiri pada tahun 2004 di atas nama yang terinspirasi merah putih bendera
Indonesia, Red and White Publishing merupakan salah satu perusahaan penerbit yang
merujuk pada usaha
untuk mempromosikan seni budaya dan sejarah Indonesia ke
mata Internasional. Buku terbitan Red and White Publishing di antaranya bergerak
pada lingkup seni, fotografi, desain, arsitektur, kultur, musik dan fesyen.
2.6 Sponsor
Yayasan Kelola
Sebagai organisasi nirlaba berjangkauan nasional, Kelola
memberi perhatian khusus agar generasi ke generasi seni dan
budaya Indonesia terus hidup dan berdaya saing di dunia
internasional. Didirikan pada 1999, Kelola menyediakan
peluang belajar, pendanaan dan informasi. Kelola juga
mewujudkan pertukaran budaya dengan menjalin kerjasama
antar pelaku seni untuk berdialog, berbagi ketrampilan serta
pengetahuan, dan membangun jejaring kerja dengan
masyarakat seni dan budaya nasional maupun internasional.
  
8
Program-program
Kelola disusun sebagai tanggapan terhadap berbagai kebutuhan
dan permasalahan yang diungkapkan oleh masyarakat seni visual, tari, musik dan
teater Indonesia. Program-program Kelola dimungkinkan berkat kemitraan dengan
HIVOS, The Ford Foundation, The Asian
Cultural Council, The Asialink Centre,
Biyan Wanaatmadja, First State Investments Indonesia, donatur perorangan, dan
berbagai organisasi seni budaya.
2.7 Analisa SWOT
Strength:
Papermoon Puppet Theatre mempunyai daya tarik tinggi sebagai salah
satu seni kontemporer-
teater boneka yang inovatif dan eksploratif.
Papermoon merupakan salah satu di antara sekian karya anak bangsa
yang perlu untuk disebarluaskan demi mencapai apresiasi kalangan
yang lebih banyak.
Buku biografi Papermoon sebagai salah satu literatur yang
menyediakan informasi sejarah dan dokumentasi perjalanan
Papermoon Puppet Theatre.
Weakness:
Keterbatasan dokumentasi foto perjalanan Papermoon.
Kurangnya pengenalan Papermoon Puppet Theatre, karena sejauh ini
Papermoon hanya aktif di kota-kota tertentu seperti di Yogyakarta,
Jakarta dan Bandung.
Opportunities:
Papermoon sebagai salah seni teater boneka menyorot perhatian tidak
hanya di Indonesia, namun hingga ke mata Internasional dan pada ke
depannya dipercaya akan terus berkembang dan berkarya.
Pendokumentasian perjalanan Papermoon Puppet Theatre sebagai
salah satu wujud pelestarian perkembangan seni di Indonesia.
Threat:
Kecenderungan pemahaman bahwa seni pertunjukkan teater boneka
hanya ditujukan untuk anak-anak, bukan untuk dewasa.