![]() 2
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini
diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya :
1.
Data literatur berupa data yang diperoleh dari buku dan website.
2.
Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak.
3.
Data dari hasil wawancara narasumber yang merupakan seorang yang aktif
dalam bidang budaya batik dan penggiat batik, Dudung Alie Syahbana, di
Indonesia.
2.2 Data Kasus
Data kasus dan informasi didapat melalui media elektronik dan buku :
Doellah, H.Santosa. Batik Pengaruh Taman dan Lingkungan, Solo :
Batik Danar Hadi.
Tirta, Iwan. (2011). Batik Sebuah Lakon. Jakarta : PT. Gaya Faforit
Press.
Jurnal Wastra, #18, Maret 2012. Museum Tekstil Jakarta.
2.2.1 Batik Dalam Kehidupan Orang Jawa
Masyarakat Jawa sejak jaman dahulu batik merupakan komponen utama
dalam kehidupan orang Jawa. Dimulai sejak dari ritual atau upacara kelahiran
hingga pada saat kematian sesorang terjadi, semua yang bersangkutan tersebut
memakai komponen pada kain batik. Selain ritual batik merupakan salah satu mata
pencaharian orang jawa, dari pengrajin hingga pengusaha yang menjual batik.
Didalam kehidupan orang Jawa batik merupakan hal penting, dari motif
motif
yang memiliki makna atau filosofi yang mengandung arti tentang kehidupan dan
alam semesta (jagad raya). Dari filosofi atau makna tersebutpun yang bersangkutan
dengan kehidupan maka pemakaian batik dalam upacara atau ritual sering dikaitkan
yang hingga saat ini tradisi Jawa yang ditandai oleh beberapa macam upacara yang
sampai saat ini masih dilakukan di dalam kehidupan sehari
hari. Alasan
pemakaian motif batik dalam upacara tersebut ialah agar seseorang yang memakai
batik tersebut mempunyai tujuan dan makna yang sama dengan makna motif yang
dipakai dengan makna motif yang positif.
2.2.1.1 Upacara dan Motif batik dalam kehidupan orang Jawa.
2.2.1.1.1 Upacara Mitoni atau Tingkeban
Masyarakat budaya Jawa selalu berpegang pada prinsip keselamatan
diri atau mencari keamanan jiwa untuk kehidupan di dunia ini. Semua bentuk
keselamatan ditunjukan pada keamanan diri, keluarga dan masyarakat.
Upacara Mitoni atau tingkeban adalah upacara yang memohon keselamatan
bagi wanita yang untuk pertama kalinya mengandung bayinya selama tujuh
bulan. Mitoni yang berarti tujuh bulan,
sedangkan tingkep
berarti bayi
yang sudah cukup umur. Selama upacara Mitoni, bakal ibu dibalut dalam
tujuh helai kain batik dengan motif yang berbeda. Setiap motif memiliki arti
yang khusus.
|
3
Motif Tingkeban (Solo)
Sidho Asih , Sidho Drajat, Sidho Mukti, Sidho Mulyo, Sidho Luhur,
Wahyu Tumurun, Semen Rama dan Babon Anggrem
Motif Tingkeban (Yogya)
Pada kebudayaan yogya upacara ini seorang ibu akan dibalut dengan
kain bermotif yang berbeda seperti Babon Nglubuk dan Nogo Sari.
2.2.1.1.2 Upacara Kopohan, Ghendongan, Embanemban,
Tetesan/Khitanan dan Taraban.
Upacara Kopohan adalah upacara yang menyertai kelahiran seorang
anak, kopohan disebut juga dengan basahan. Batik yang digunakan adalah
turun temurun pemilik nenek dari bayi tersebut, ini mengandung arti
agar
kelak sang bayi dikaruniai usia panjang seperti neneknya. Dari beberapa
motif batik itupun mempunyai makna yang baik, dari makna tersebut
diharapkan kelak akan terbawa oleh bayi yang masih suci hingga dewasa
nanti. Selanjutnya kain batik kopohan ini disimpan, lalu dirawat oleh orang
tua bayi tersebut sebagai pusaka. Jika bayi tersebut sering mengalami sakit
sakitan maka kain tersebut digunakan untuk menutupi badan sang anak yang
berharap agar anak tersebut lekas sembuh. Motif pada batik kopohan antara
lain adalah : Kawung, Parang, Truntum dan Cakar.
Saat bayi tersebut itu lahir, maka ari
ari atau plasentanya
ditempatkan dalam sebuah tanah liat atau yang disebut juga dengan bokor,
dan saat proses dikuburkan dan lalu dihanyutkan ke laut. Tanah liat atau
bokor tersebut kemudian di kemas dan dibawa dalam kain gendongan yang
memiliki motif :
Motif Parang Rusak ( untuk bangsawan ), Sidho mukti, Sidho Luhur,
Wahyu Tumurun, dan Semen Rama ( untuk masyarakat biasa ).
Saat bayi digendong saat masih kecil, bayi tersebut digendong
menggunakan sehelai emban
emban. Yang dipercaya dapat melindungi
anak tersebut dari malapetaka. Kain yang digunakan untuk gendongan
tersebut memiliki motif Kawung, Truntum, Parang, Semen Sawat Manuk,
Sisik Buntal, Panji Pura atau Slimun di ( Tuban ).
Pada upacara khitanan yang juga disebut dengan tetesan adalah suatu
upacara sunatan bagi anak perempuan. Diselenggarakan untuk menandai
bahwa anak perempuan tersebut sudah menginjak dewasa, yang dilihat
berdasarkan dari kematangan fisik, yang dilihat dari ilmu psikologisnya yaitu
puber pertama. Dimulai dari dengan datangnya menstruasi, sedangakan anak
laki
laki dari mimpi basah. Untuk upacara pada saat anak perempuan
mengalami menstruasi pertama disebut juga dengan upacara Taraban adalah
upacara yang merayakan siklus menstruasi pertama seorang anak gadis, yang
berarti siklus awalnya kedewasaan seorang anak gadis. Selama upacara
siraman, anak gadis memakai batik dengan motif : Parang Cantel atau
Parang Kusuma, yang dimandikan oleh orang tuanya. Upacara bagi anak
perempuan yang telah puber sering disebut dengan tetesan, sedangkan untuk
anak-
laki-laki disebut khitanan. Dan upacara ini biasanya dilakukan ketika
|
4
anak berumur satu windu atau 8 tahun. Tujuan dari upacara ini adalah
memberikan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memasuki tahapan baru
didalam siklup kehidupan yang memasuki kehidupan usia kematangan
sekaligus meminta perlindungan kepada Tuhan agar dalam kehidupan nanti
pada saat remaja, anak tersebut dapat selamat tanpa ada halangan melintang,
dan tumbuh sebagai sesorang yang cantik, dan lembut. Kain batik yang
dipakai mengandung motif yang berbentuk kecil kecil yang melambangkan
sifat muda, sifat yang baru dan segar pada harapan untuk hidup sukses di
masa nanti. Motif yang dipakai adalah :
Parang Pamor dan Parang
Kusumo.
2.2.1.1.3 Upacara Pernikahan
Sebelum upacara pernikan, biasanya masyarakat Jawa mengadakan
upacara permohonan pernikahan yang diprakarsai oleh keluarga sang
pengantin laki laki. Motif batik yang digunakan mengandung motif seperti :
Parang ( melambangkan pikiran dan perasaan yang tajam), Motif
Semen Latar Putih dan Motif Ceplok ( melambangkan perbuatan dan
sikap yang baik).
Kemudian untuk upacara permohonan untuk menikah diikuti oleh
upacara pinengsetan, yang
berasal dari kata singset yang berarti ikat,
peningsetan yang berarti pengikat. yaitu sebuah upacara dimana kedua insan
akan dipertemukan dan diikat sebagai suami dan istri. Upacara ini pengantin
laki
laki memakai kain batik dengan motif : Satria Manah
(
melambangkan seorang ksatrya yang mengarahkan panah asmaranya )
sedangkan pengantin perempuan memakai kain batik Semen rante (
semen = Pucuk yang bersemi dan rante adalah rantai yaitu ikatan
pernikahan ).
2.2.1.1.4 Upacara Kematian
Pada saat seorang meninggal, maka kain batik yang dipakai lurup
yang artinya sebagai penutup jenazah. Motif batik yang dipakai adalah Motif
Kawung ( melambangkan harapan supaya yang meninggal akan tenang
di alam sana ) dan Motif Slobok ( mendoakan tuntunan yang aman dan
baik ke dunia yang fana ini ).
2.2.1.1.5 Upacara Ruwatan
Upacara Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional agar seseorang
atau seseorang anak terbebaskan dari segala macam kesialan hidup, nasib
buruk agar dapat hidup selamat sejahtera dan bahagia. Dan juga berarti
membebaskan dari dosa atau kesalahan, memberikan jalan menuju
kebahagiaan dan keberuntungan. Seseorang yang akan diruwat dari dosa dan
kesalahan adalah Seorang anak tunggal ( laki
laki atau perempuan )
dianggap sebagai keadaan yang kurang menguntungkan yang dapat
membawa sang anak ke kehidupan kurang baik.
Selama upacara ini berlangsung sang anak dimandikan dan digunting
sepotong rambutnya yang kemudian dibuang ke Lautan Hindia yang
dianggap sebagai membuang sial atau sifat yang negatif. Upacara ini diiringi
|
![]() 5
dengan upacara wayang kulit yang pada cerita ini berjudul Murwakala.
Cerita ini dipercaya dapat membersikan dan melindungi sang anak dari
amarah Batara Kala ( Putra Sang Guru dan Istrinya Uma ) yang biasanya
memangsa manusia. Dan menurut
cerita ketika Batara Kala lahir ia jatuh
kedalam Lautan Hindia, dan upacara Rawutan sebagai persembahan kepada
Batara Kala berbagai kain batik yang memiliki motif untuk Yogya : Semen
Latar Putih, Truntum, Poleng. Sedangkan untuk motif Solo : Poleng,
trenggiling mentik, dan Cangkring.
2.2.2 Motif Batik
Motif Batik di Indonesia memiliki bentuk dan corak yang berkualitas tinggi
yang sudah di akui sejak zaman Belanda hingga sekarang. Motif batik Indonesia
mempunyai corak dan bentuk mengenai alam dan perlatan tradisional. Beberapa
contoh corak seperti bunga atau tanaman, corak burung, corak kupu, dan juga keris
dan parang atau senjata tradisional. Corak-corak ini dibuat dengan keterampilan dan
keahlian tingkat tinggi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yang diturunkan
dari generasi ke generasi.
2.2.2.1 Macam Macam Motif Batik
2.2.2.1.1 Motif Parang Kusumo
Motif Parang Kusumo adalah motif batik yang mempunyai makna
pada suatu kehidupan harus dilandasi dengan perjuangan dan usaha dalam
mencapai keharuman lahir dan batin. Kata kusuma dalam bahasa jawa
kusumo
disamakan dengan harumnya bunga (kusuma) pada filsafat jawa.
Yang dimaksud adalah kehidupan dalam bermasyarakat yang harus
diutamakan adalah membentuk kepribadian yang harum dengan
mementingkan norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat, berharap dapat
menempuh kehidupan yang lahir dan batin dengan kerja keras dari tingkah
laku dan pribadi yang baik. Batik Parang Kusumo diutamakan mendapatkan
keharuman pada pribadi itu sendiri yang dilandasi pada pencarian lahir dan
batin. Kegunaan dari motif ini sebagai kain saat tukar cincin dalam
pernikahan, yang diharapkan kehidupan yang harum sempurna lahir dan batin
pada pernikahan nanti.
Gambar 2.2.2.1.1 motif Parang Kusumo
|
![]() 6
2.2.2.1.2 Motif Truntum
Motif batik Truntum adalah motif berdasarkan simbol yang bermakna
cinta. Berdasarkan cerita yang dimulai dari Kanjeng Ratu Kencana
(Permaisuri Sunan Paku Buwana III) dengan makna cinta tumbuh kembali.
Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat,
abadi dan semakin subur dan berkembang atau disebut juga dengan
Tumaruntum. Banyak yang memakai motif ini pada orang tua pengantin pada
hari pernikahan, harapanya agar cinta kasih akan menghinggapi kedua
mempelai. Dan juga orang tua dapat memnuntun kedua mempelai dalam
memasuki kehidupan yang baru.
Gambar 2.2.2.1.2 motif Truntum
2.2.2.1.3 Motif Kawung
Motif Kawung adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Corak dari motif ini bulat seperti pada buah Kawung yang seperti buah kelapa
atau disebut juga buah Kolang-Kaling yang dibentuk berstruktur dan
geometris dan rapi. Beberapa dari motif ini juga diadaptasi dengan bunga
lotus dengan empat lembat daun bunga yang merekah yang diartikan dengan
bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif ini
dinamakan sesuai dengan besar kecilya atau bentuk yang terdapat pada motif
terntu.
Gambar 2.2.2.1.3 motif Kawung
|
![]() 7
2.2.2.1.4 Motif Ceplok
Motif Ceplok adalah motif yang didalamnya
terdapat gambaran
berbentuk lingkaran, binatang, roset dan beberapa variasinya. Gambaran
tersebut terletak pada bidang yang dasarnya berbentuk segi empat, lingkaran
dan lainya yang berbentuk geometris. Ornament pada corak menggambarkan
bunga tampak depan,
buah yang dipotong melintang. Bunga dan daun
dibentuk secara roset, dan binatang yang tersusun secara melingkar dalam
lingkaran atau segi empat. Nama ceplok terbentuk dari beberapa sudut
pandang yang berbeda seperti berdasarkan pada ornament yang dipakai
seperti ceplok kembang jeruk, ceplok manggis, ceplok salak sategal, ceplok
supit urang, ceplok Cakar ayam, ceplok gandosan, ceplok kembang waru,
ceplok lung slop, dan sebagainya. Ada juga yang berdasarkan tempat asal dari
pembuatan motif tersebut. Dan terakhir berdasarkan nama penciptanya yaitu
Ceplok Pubonegoro, Ceplok madu Sumirat, Ceplok Sirat Madu, Ceplok
Cokrokusumo.
Gambar 2.2.2.1.4 motif Ceplok
2.2.2.1.5 Motif Tambal
Motif batik Tambal mempunyai unsur motif yang diadaptasi dari
motif ceplok, parang, meru, dll dengan ciri khas kerokan yang pada umumnya
digunakan sebagai kain panjang. Filosofi dari motif ini adalah tambal yang
artinya sebagai menambah semangat baru, dan masyarakat percaya bahwa
bila ada orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka sakitnya
akan cepat sembuh.
|
![]() 8
Gambar 2.2.2.1.5 motif Tambal
2.2.2.1.6 Motif Satwa Wana
Motif Satwa Wana mempunyai pola Satwa wana yang berarti aneka
macam satwa di dalam hutan, yang biasanya terdapat gambar Gajah, Burung
Merak, Ayam Alas, Kupu Kupu, Macan, Rusa, Kambing, Banteng dan lain
lain. Selain binatang terdapat juga tanaman yang disusun secara padat dan
detail yang sehingga dapat mengisi hampir seluruh bidang kain.
Gambar 2.2.2.1.6 motif Satwa Wana
2.2.2.1.7 Motif Parang Sarpa
Motif Parang Sarpa diambil dari kata Sarpa yaitu Ular, simbol yang
melambangkan keberanian, kekuasaan, kemegahan, sukses, keamanan, dan
kesejahteraan. Dan Parang adalah motif larangan yang biasanya dipakai oleh
keluarga kerajaan atau keraton. Kata Parang itu sendiri merupakan
simbolisasi dimana tempat raja bersemedi yang berada di sekitar pantai, yang
berasal dari kata batu karang.
|
![]() 9
Gambar 2.2.2.1.7 motif Parang Sarpa
2.2.2.1.8 Motif Semen Romo Latar Sisik
Motif Semen Romo Latar Sisik ini yang berasal dari Pola Semen dari
kata semi-semian, yang menceritakan kehidupan. Didalam motif ini terdapat
simbol ketabahan, kekuasaan, matahari, yang digambarkan dalam bentuk
sayap (Garuda). Batik Semen Romo ini memuat ajaran Hastha Brata yaitu
ajaran pada keutamaan, cerminan, dari sifat darma, adil terhadap sesama,
teguh hati, berjiwa luhur, tidak adigang adigung dan ada kesaktian
melawan musuh. Dengan latar gringsing (pola sisik ular) yang dianggap dapat
memberikan umur panjang.
Gambar 2.2.2.1.8 Semen Romo Latar Sisik
2.2.2.1.9 Motif Parang Barong
Motif Parang Barong adalah salah satu motif larangan dan bagi
kalangan keraton. Motif ini hanya digunakan oleh Raja dan keluarganya. Kata
parang inipun berasal dari kata tempat bersemedi raja yang berada disekitar
pantai, yaitu batu karang dan Barong dalam bahasa jawa yaitu Singa. Pada
zaman kekerajaan Parang Barong ini bermotif besar dan biasanya digunakan
oleh bangsawan untuk upacara ritual keagamaan dan meditasi karena
diangggap sakral. Parang juga merupakan simbol dari sebuah senjata, yang
menggambarkan kekuasaan, kekuatan dan kecepatan gerak. Ksatria yang
menggunakan motif ini dapat dilambangkan kuat dan gesit.
|
![]() 10
Gambar 2.2.2.1.9 motif Parang Barong
2.2.2.1.10 Motif Sidomukti
Motif Sidomukti yang berasal dari kata mukti yang artinya kehidupan
yang mulya dan luhur. Yang mempunyai harapan bagi pemakainya agar dapat
mencapai kedudukan yang tinggi (luhur) dan diberikan rejeki yang lebih
(mulya). Sering dipakai untuk upacara tradisi dan biasanya dikenakan oleh
pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai
sawitan (sepasang). Batik ini merupakan pengembangan dari Motif Batik
Sidomulya latar putih, yang dasarnya digantikan dengan isen isen latar ukel.
Gambar 2.2.2.1.10 motif Sido Mukti
2.2.2.1.11 Motif Sri Kuncoro
Motif Sri Kuncoro adalah motif batik yang biasa dipakai oleh kerabat
kerjaan untuk menghadiri perayaan
perayaan. Pengharapan akan
(Kehidupan baru) agar mempunyai nama yang tersohor / terkenal.
|
![]() 11
Gambar 2.2.2.1.11 motif Sri Kuncoro
2.2.2.1.12 Motif Sekar Jagad
Motif Sekar Jagad adalah motif yang berasal dari kata sekar (bunga)
dan jagad (dunia) atau puja dunia yang mempunyai makna filosofi
kebahagiaan. Sekar jagad biasanya dipakai oleh orang tua pengantin
perempuan pada saat resepsi pernikahan yang melambangkan kebahagiaan
orang tua yang mendapat anugerah, karena putrinya telah mendapatkan
jodoh.
Gambar 2.2.2.1.12 motif Sekar Jagad
2.2.2.1.13 Motif Ceplok Lempeng
Motif Ceplok Lempeng adalah kain yang beradaptasi dari kain ceplok
yang berpola ceplok lempeng, yang terdapat gambar bulatan bulatan dengan
sisi yang berombak
ombak didalamnya yang berisi motif parang rusak.
Latar kain berwarna hitam penuh dengan tumbuhan bermotif ukel dan bunga
berwarna coklat, gambar bunga berkelopak tujuh di antara bulatan / ceplokan.
Ke empat sisi kain berwarna putih kosong. Kedua ujung kain dikelim dengan
jahitan tangan.
|
![]() 12
Gambar 2.2.2.1.13 motif Ceplok Lempeng
2.2.2.1.14 Motif Parang Rusak Seling Huk
Motif Parang Rusak Seling Huk adalah motif yang termasuk di dalam
kategori motif larangan. Yang hanya dipakai oleh Raja, Permaisuri, dan
putera puteranya. Kata Parang bisa merupakan simbolisasi tempat para raja
semedi di sekitar pantai, berasal dari kata batu karang. Dalam kain batik ini
motif parang diselingi dengan motif burung huk.
Gambar 2.2.2.1.14 motif Parang Rusak Seling Huk
2.2.2.1.15 Motif Parang Klithik
Motif Parang Klithik adalah motif yang dipergunakan untuk putri
kerajaan. Dalam dongeng pewayangan Dewi Kunti, Ibu Pandawa memakai
batik parang klitik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Motif
Parang termasuk motif larangan yang biasa dipakai oleh keluarga kerajaan.
Kata Parang merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai,
berasal dari kata batu karang.
|
![]() 13
Gambar 2.2.2.1.15 motif Parang Klithik
2.3 Analisa Kasus
2.3.1 Buku Refrensi
2.3.1.1 Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan oleh H. Santosa Doella
Gambar 2.3.1.1 Buku Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan
Buku ini adalah buku yang di tulis oleh H. Santosa Doella seorang pengusaha dan
pedagang batik di Surakarta dan pengetahuan dan pengalamanya yang luas
mengenai batik. Di buku ini berisi mengenai perubahan batik dari jaman dulu
hingga sekarang. Dan dibuku inipun berisi beberapa contoh batik pedalaman yang
|
![]() 14
belum diubah, dan juga mencereritakan secara detail sejarah dan perkembangan
batik dari setiap daerah. Dibuku ini tidak hanya terdapat batik pedalaman, tetapi
juga terdapat motif batik pesisir yang terdapat campuran dan adaptasi dari beberapa
motif dari Negara lain seperti India, Cina, dan lain lain.
2.3.1.2 Batik Batik Sebuah Lakon oleh Iwan Tirta
Gambar 2.3.1.2 Buku Batik Sebuah Lakon
Buku ini adalah buku yang di tulis oleh Iwan Tirta seorang seniman batik yang
terkenal di Indonesa. Buku ini lebih tepatnya adalah buku mengenai Iwan Tirta dan
batiknya. Tetapi di dalam buku ini terdapat deskripsi mengenai batik pedalaman
dan penjelasan yang cukup detail dalam setiap motif dan juga menjelaskan
perbedaan anatar motif pedalaman itu sendiri. Dan buku ini juga di desain cukup
menarik, diantara buku batik yang ada, dari segi fotografi dan layout cukup baik.
2.3.2 Data Narasumber
Dudung Alie Syahbana, merupakan narasumber yang sebagian besar data
tambahan didapat dari hasil wawancara yang memberikan informasi pengetahuan
yang beliau dapat mengenai pengetahuan tentang batik. Narasumber merupakan
orang yang aktif sebagai penggiat batik di Pekalongan dan di Indonesia. Narasumber
aktif pada berbagai bidang yang berhubungan dengan batik, diantaranya sebagai
Ketua II Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, sebagai pengajar batik mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai pembicara atau seminar, dan sebagai
|
![]() 15
juri pada lomba batik. Dudung merupakan salah satu penggagas dari pendiri
Museum Batik Pekalongan dan juga memangku jabatan sebagai ketua penelitian dan
pengembangan Museum Batik Pekalongan periode 2006 2011. Selain itu, Dudung
juga merupakan salah satu penggagas dan pengusul batik Indonesia yang diajukan ke
UNESCO hingga akhirnya batik Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak
Benda Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO.
Selian itu juga beliau pernah mendapatkan penghargaan Seal of Exellence UNESCO
di Bangkok.
Batik merupakan warisan budaya yang berharga, yang hingga kini harus tetap
dilestarikan dan dikembangkan. Karena batik dengan coraknya memiliki makna arti
yang luhur dan mengandung makna yang positif ketika sesorang memakai motif
tersebut. Batik terdiri dari 2 yaitu batik pedalaman atau batik keraton dan batik
pesisir, batik keraton atau batik pedalaman mempunyai makna yang sakral dan
beberapa dari motif tersebut tidak sembarang digunakan oleh orang lain, batik pesisir
adalah batik yang diadaptasi oleh orang pesisir yang tinggal di luar kerajaan dan
biasanya di adaptasi oleh pendatang atau Negara lain. Motif batik pedalaman lebih
banyak menggunakan motif yang dinamis dan geometris, bentuknya yang
disederhanakan dan warna yang digunakan berwarna coklat dan putih. Motif batik
pesisir biasanya di adaptasi oleh pendatang luar, bentuk motifnya nyata dan warna
yang digunakan beragam.
2.3.3 Data Penerbit
Penerbit dalam publikasi tipografi motif batik ini adalah website My Fonts.
My Fonts adalah distributor digital tipografi berasal dari Woburn, Amerika
Serikan yang menjual jenis jenis tipografi. MyFonts biasanya menjual tipografi
yang baru untuk didistribusikan, berdasarkan tipografi yang mempunyai ekor yang
panjang. Sebelum didistribusikan setiap font harus memenuhi kriteria teknis dan
hukum dasar, dan mendapatkan total penjualan dari koleksi yang kita buat. Website
ini mempunyai fitur font yang menarik dan berbagai jenis. Tidak hanya font
yang sebagai text, tetapi font yang sebagai display juga dijual di dalam font ini.
Di dalam website inipun juga terdapat minimal harga dan maksimal harga. Dan
terdapat juga fitur gambar display terlebih dahulu, agar untuk menjual font di
dalam website terlihat lebih menarik.
2.3.4 Analisa Kasus
Faktor Pendukung :
Menjadi panduan masyarakat untuk merasakan kekayaan budaya Indonesia,
dan keanekaragaman budaya melewati tipografi.
Banyak buku yang membahas tentang macam-macam motif batik, tetapi tidak
digabungkan dengan segi tipografi.
Faktor Penghambat :
Banyak dari motif yang dibuat memiliki kerumitan yang tinggi.
Pada generasi yang baru semakin sedikit peminatan akan budaya Indonesia.
Tidak banyak masyarakat yang mengenal batik pedalaman terutama pada
upacara atau siklus kehidupan orang Jawa.
|
![]() 16
2.3.5 Profile Target
2.3.5.1 Personality
Ramah
Setia
Nasionalis
2.3.5.2 Demografi
Gender
: Pria dan wanita
Usia
: 20 30 tahun
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Mahasiswa, Sarjana, Budayawan, Desainer
Kelas sosial
: A B
Kepercayaan
: Semua Agama
Suku / Etnis
: Semua Suku
2.3.5.3 Geografi
Domisili
: WNI dan WNA
Wilayah
: Asia Tenggara
Kepadatan
: Perkotaan, pusat kota
Iklim
: Daerah tropis perkotaan
2.3.5.4 Psikografi
Memiliki ketertarikan terhadap motif batik di Indonesia.
Berkecimpung atau mengerti dalam dunia desain terutama pada tipografi.
Tertarik terhadap refrensi display tipografi.
Memiliki kepedulian terhadap perkembangan budaya Indonesia dan
perkembangan tipografi di Indonesia.
2.3.3.5 SWOT
Strenght
Keunikan konten yang memodifikasi penggabungan antara motif batik
dengan desain huruf.
Pengemasan tipografi yang dikemas secara modern dan cultural.
Sebagai refrensi baru kepada designer atau desainer tipografri terutama di
Indonesia.
Weakness
Sulit mencari makna dari motif batik dan menyesuaikan makna dari motif
tersebut dengan tipografi yang mempunyai makna yang sama dan mencari
data mengenai upacara upacara yang masih sering diadakan.
Opportunity
Tidak banyak di Indonesia yang menggabungan antara desain huruf dan batik
Indonesia.
Threads
|
![]() 17
Pada era modern saat ini minat masyarakat sudah mulai luntur akan
kebudayaan batik indonesia.
2.4 Data Khalayak
2.4.1
Target Primer
Target primer
dalam publikasi Perancangan Font Gesang yang Diinspirasi
oleh Motif Batik Jawa ini adalah usia 20 tahun ke atas dengan keadaan sosial
menengah dan kalangan atas, jenis kelamin pria dan wanita, pekerja seni,
mahasiswa dan umum.
2.4.2
Target Sekunder
Target sekunder dalam publikasi Perancangan Font Gesang yang Diinspirasi
oleh Motif Batik Jawa adalah usia 21 tahun ke atas, mahasiswa/I, pengajar,
pelaku seni, budayawan dan designer.
|