![]() BAB II
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber data
Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari
berbagai sumber. Diantaranya adalah :
1.
Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari internet mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan tema yang diangkat.
2.
Hasil wawancara dengan narasumber dari pihak terkait, yaitu:
Hasil wawancara oleh Bonishita Pariwondo dengan Pak Hadi Semedi, Direktur
Utama Sarangsari.
Pak Syarif, mantan Pengawas Pelaksana Proyek Sarangsari.
3.
Kuesioner yang dibagikan kepada sejumlah responden sesuai target audience.
2.2
Data Produk
2.2.1
Sirup
Sirup adalah adalah
minuman yang berupa
cairan yang kental dan memiliki
kadar gula yang tinggi. Untuk dikonsumsi, sirup biasa dicampur dengan air dan
dihidangkan dengan es batu. Sirup dapat memiliki jumlah varian yang beragam. Varian
yang paling populer adalah buah-buahan. Sirup tersedia di berbagai pasar, dari toko
kelontong hingga hypermarket.
2.3
Sirup Sarangsari
2.3.1
Sejarah Sirup Sarangsari
Sirup Sarangsari berawal dari pengusaha asal Groningen, Belanda, bernama De
Wed Bijlsma di tahun 1934 yang
membangun NV Conservenbedrijf de Friesche
Boerin, perusahaan yang memproduksi limonadestroop
atau sirup sebagai minuman
ringan pelepas dahaga.
Presiden Soekarno menasionalisasikan seluruh perusahaan asing pada tahun
1959, sehingga perusahaan sirup ini diambil alih oleh Keluarga Gunawan. Dengan
3
|
![]() 4
modal resep yang diperoleh untuk melanjutkan usaha limonadestroop, Keluarga
Gunawan mendirikan PT Sarangsari di Jl. Cikini Raya 77, Jakarta Pusat.
Salah satu partner menjual sahamnya kepada Rachmat Semedi karena usia
lanjut dan anak-anak mereka tidak berminat meneruskan usaha di lahan yang relatif
kecil pada tahun 1980, masa dimana sirup sedang naik daun di Indonesia. Kompetisi
belum begitu sengit karena hanya ada 4 merek besar: Sirup Bango, ABC, Marjan, dan
Sarangsari. Untuk mendapatkan Sarangsari di bulan-bulan tertentu pada era ini, para
agen atau toko dibatasi jumlah pembeliannya dikarenakan demand over supply.
Melihat bahwa bisnis berkembang pesat, Rachmat mempertaruhkan hartanya &
membangun pabrik di Cimanggis, Depok, untuk meningkatkan produksi sirup.
Sarangsari
menjadi market leader di eranya. Namun sejak 1990-an, popularitas
sirup menurun dengan kehadiran sirup-sirup lain
yang pada tahun 1996 mencapai 47
merek, sehingga pasar menjadi jenuh dengan persaingan harga. Di saat yang sama,
importir memperkenalkan minuman ringan instan lainnya seperti teh dalam kemasan,
serta aneka ragam jus dalam kemasan tetrapack. Hal ini membuat 72% dari merek-
merek
sirup tumbang atau kembali ke daerah asal. Walaupun tidak jadi diterapkan,
draft
peraturan untuk mengenakan PPnBm pada minuman berbahan dasar gula juga
ikut menghilangkan banyak merek-merek sirup.
Produksi Sarangsari turun drastis hingga 240 ribu botol per tahun. Bukan hanya
jumlah produksinya yang mengalami penurunan,
namun jumlah karyawan juga
berkurang. Selain 8 varian rasa yang tersedia, terdapat beberapa rasa yang kini
sudah
tidak diproduksi lagi, seperti
kurma, nanas, dan fruit punch.
Tantangan lain yang
dihadapi perusahaan yang kini dipimpin oleh Hadi Semedi adalah bahan bakunya yang
berupa gula tebu asli, yang membuat perusahaan ini terus mengejar harga gula yang
selalu naik, terutama pada bulan puasa.
2.3.2
Produk PT Sarangsari
Berikut adalah daftar ragam varian sirup Sarangsari :
Frambozen
Pisang Ambon
Manalagi
Rozen
Vanille
Jeruk Keprok
Sarsaparilla
Mocca
|
![]() Harga sirup Sarangsari :
Botol 620 ml
: Rp 27.500,-
2.3.3
Analisa Kemasan Sarangsari
Gambar 2.1 (Kemasan Sirup Sarangsari)
Heritage.
Itulah yang diakui oleh Hadi Semedi sebagai aset yang paling
berharga karena Sarangsari sudah berdiri sejak tahun 1934.
Sirup Sarangsari khas
dengan kemasan yang berupa botol bir berwarna hijau, dan label yang berwarna jingga.
Sarangsari adalah satu-satunya sirup lokal yang menggunakan botol bir sebagai
kemasan.
Menurut Pak Syarif selaku mantan Pengawas Pelaksana Proyek
PT
Sarangsari, warna hijau dari botol bir dapat menjaga kualitas sirup dan melindunginya
dari sinar matahari yang dapat merusak kualitas sirup yang tidak menggunakan bahan
pengawet ini, bila dibandingkan
dengan merek-merek sirup lain
yang menggunakan
pengawet dan botol bening. Selain tanpa pengawet, sirup ini berbahan dasar gula tebu,
sehingga
dipercaya masyarakat dari generasi ke generasi dapat menghindarkan
konsumen dari penyakit gangguan hati.
Menurut hasil wawancara dengan Hadi Semedi, Sirup Sarangsari tidak berubah
sejak dahulu, masih dengan kemasan botol hijau dan label oranye. Warna dasar label
oranye dipertahankan karena warna ini diasosiasikan dengan Belanda. Logo Sarangsari
terdiri dari logotype Sarangsari, dan
maskot yang berupa gadis penari Bali. Hanya ada
4 merek sirup besar di tahun 1959 (Sarangsari, ABC, Bango & Marjan) sehingga saat
dilakukan penasionalisasian seluruh perusahaan asing oleh Presiden Soekarno,
Sarangsari memilih maskot yang berupa gadis penari Bali untuk menyenangkan hati
sang Presiden yang ibunya berasal dari pulau dewata. Selain itu, alasan penggunaan
|
6
gambar gadis penari Bali menurut Pak Syarif adalah adanya opini/anggapan bahwa di
mata dunia, Bali lebih populer dibanding Indonesia. Dengan ini, diharapkan saat dilihat
oleh warga negara asing, dapat secara mudah diidentifikasi bahwa sirup Sarangsari
adalah hasil produksi dari Indonesia.
Sarangsari menggunakan botol berwarna hijau untuk kemasan, sedangkan ada
banyak
sirup lokal maupun impor yang
menggunakan botol bening sehingga warna-
warni sirup dapat terlihat dengan jelas sesuai dengan ragam varian rasa
yang tersedia.
Selain itu, merek sirup-sirup lain memiliki desain label yang lebih menarik dengan
adanya pembeda berupa warna, ilustrasi ataupun foto tiap varian yang terlihat lebih
segar dibanding label sirup Sarangsari yang baik dari botol ataupun labelnya, ragam
varian hanya dapat diidentifikasi dari nama yang tertera, sehingga sulit untuk
membedakan ragam masing-masing varian.
Tutup dari botol Sarangsari adalah tutup kaleng yang hanya bisa dibuka
menggunakan alat bantu yang berupa pembuka tutup botol. Jika sirup Sarangsari tidak
habis dalam sekali konsumsi, konsumen hanya bisa menutupnya kembali
menggunakan tutup kaleng yang sudah rusak karena proses pembukaan botol, sehingga
botol tidak dapat tertutup rapat .
2.3.4
Pemasaran Produk PT Sarangsari
Pasar dari sirup Sarangsari
antara lain pedagang, dan juga pembeli yang
menggunakannya untuk keperluan pribadi. Pemasaran dilakukan dengan proses beli
putus, bukan konsignasi (titip barang), sehingga orang atau pihak yang membutuhkan
sirup Sarangsari
untuk dijual harus membayar dengan uang tunai. Sirup Sarangsari
dapat ditemukan baik di pasar tradisional maupun di sejumlah pasar modern.
Diantaranya adalah Superindo, Grand Lucky, Hero, Tip Top, Foodhall & Carrefour.
Sirup Sarangsari tersedia di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Pulau Bali, antara lain
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan
Denpasar.
|
![]() 2.4
Target Audience
2.4.1
Target Primer
Demografi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 25 - 35 tahun
Kelas Sosial
: A
Jenjang Pendidikan
: Diploma - S2
Geografi
Kota-kota besar di P. Jawa & P. Bali : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Denpasar.
Psikografi
Personality
:
Senang bersosialisasi
: Loyal terhadap merek
Interest
: Belanja
:
Memasak
:
Kecantikan
:
Berkebun
:
Gossip
Lifestyle
: Perkumpulan (arisan, pengajian, reuni)
: Hemat
: Perawatan tubuh (salon & fitness)
Behavior
: Menjaga penampilan
: Memperhatikan kesehatan anggota keluarga
: Peduli terhadap lingkungan sekitar
|
8
2.4.2 Target Sekunder
Demografi
Jenis Kelamin
: Perempuan & laki-laki
Usia
: 17 - 24 tahun
: = 36 tahun
Kelas Sosial
: A - B
Jenjang Pendidikan
: SMA - S1
Geografi
Seluruh kota di Indonesia
Psikografi
o
Gemar memasak.
o
Loyal terhadap brand.
o
Hobi kuliner.
o
Up-to-date dengan tempat-tempat hangout terbaru.
o
Senang berjalan-jalan & menjelajah.
|
![]() 9
2.5
Kompetitor
Di pasaran tersedia produk-produk sejenis lainnya dalam kategori sirup selain
hasil produksi PT Sarangsari. Kompetitor Sarangsari terbagi menjadi 2, yaitu
kompetitor langsung dan kompetitor tidak langsung.
2.5.1 Kompetitor Langsung
Berikut adalah daftar produk-produk lokal yang menjadi kompetitor langsung sirup
Sarangsari.
Tabel 2.1 (Kompetitor Langsung Sirup Sarangsari)
No
Merek
Varian
Ukuran
Harga
Kemasan
1.
ABC
Special
Grade
Anggur Blackcurrant,
Cocopandan, Melon,
Mocca, Rose, Stroberi
585 ml
Rp 17. 525,-
2.
ABC
Squash
Delight
Anggur, Jeruk, Leci,
Mangga, Nanas, Sirsak
600 ml
Rp 11.500,-
3.
Freiss
Cocopandan, Frambozen,
Jeruk, Leci, Melon
650 ml
Rp 15.175,-
|
![]() 10
4.
Kurnia
Raspberry
600 ml
Rp 14.840,-
5.
Marjan
Boudoin
Fruitpunch, Grenadine,
Kopi, Leci, Melon, Moka,
Pisang Susu, Ros, Stroberi,
Vanila
620 ml
Rp 15.500,-
6.
Marjan
Squash
Cocopandan, Guava,
Fruitpunch, Mango
570 ml
Rp 10.700,-
7.
Marjan
Syrup
with Milk
Melon, Orange, Rozen,
Strawberry
600 ml
Rp 18.850,-
|
![]() 1
8.
Sarang
Tawon
Lychee, Marquisa, Melon,
Terong Belanda
630 ml
Rp 21.000,-
9.
Tjap Buah
Tjampolay
Melon, Djeruk Nipis,
Lychee, Mangga Gedong,
Coffie Mocca, Nanas,
Coco Pandan, Kopyor,
Pisang Susu,
Rozen Roos,
Asam Jeruk,
Durian, Sirsak,
Jambu, Strawberry
700 ml
Rp 22.500,-
10.
Tropicana
Slim
Cocopandan, Lychee,
Orange
750 ml
Rp 22.050,-
|
![]() 12
2.5.2 Kompetitor Tidak Langsung
Berikut adalah daftar produk-produk impor yang menjadi kompetitor tidak langsung
sirup Sarangsari.
Tabel 2.2 (Kompetitor Tidak Langsung Sirup Sarangsari)
No
Merek
Varian
Ukuran
Harga
Kemasan
1.
Monin
Grenadine, Caramel,
Butterscotch, Pomme
Verte, Noisette, Mojito
Mint, Fruit de la Passion,
Menthe Glaciale, Rose,
Mangue, Curacao Bleu,
Cerise, Vanille, Fraise
700 ml
Rp 139.900,-
2.
Bols
Grenadine, Cranberry
750 ml
Rp 114.900,-
3.
Muhlebach
Himbeer, Schwarze
Johannisbeere
500 ml
Rp 51.500,-
|
1
2.5.3
Data & Analisa Sirup Tjap Buah Tjampolay
2.5.3.1
Profil Sirup Tjap Buah Tjampolay
Sama seperti sirup Sarangsari, sirup Tjampolay adalah salah satu sirup lokal
yang tersedia di pasaran sejak 1930-an. Diformulasi oleh Tan Tjek Tjiu pada tahun
1936, sirup Tjampolay telah menjadi ikon di kota asalnya, Cirebon. Di tahun 2001,
sirup ini menerima
penghargaan Bintang I
Standardisasi Kelayakan Industri dari
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu, sirup Tjampolay
mengungguli 14 perusahaan se-Jawa Barat yang diukur berdasarkan kualitas produk,
proses produksi dan racikan. Di tahun yang sama, sirup ini juga berhasil memperoleh
Piagam Penghargaan Standardisasi Industri Internasional.
Walaupun produksi sirup Tjampolay sempat terhenti di tahun 1964 karena Tan
Tjek Tjiu meninggal, putranya Setiawan meneruskan kegiatan perusahaan ini di tahun
1970. Perusahaan ini terus bertahan hingga pada tahun 1983 berpindah lokasi pabrik
ke daerah Lawang Gada, Cirebon. Pada periode 1990-an, usaha keluarga ini naik daun
berkat kerja keras Setiawan & kakaknya, Budiman. Sirup Tjampolay yang awalnya
hanya tersedia dengan 3 varian (Rossen, Asam Jeruk & Nanas) berkembang hingga
menjadi 9, dengan tambahan varian rasa Pisang Susu, Melon, Leci, Mangga ,
Jeruk
Nipis dan Kopi Moka.
Produksi dan distribusi sirup ini berjalan dengan lancar,
dimana dalam sehari sirup ini diproduksi tanpa mesin sebanyak 1.200 botol.
Sirup Tjampolay didistribusikan langsung ke pedagang ritel. Kini sirup
Tjampolay dapat ditemui diberbagai tempat, mulai dari toko kelontong, minimarket,
toko pusat oleh-oleh, hingga supermarket
seperti
Carrefour dan Alfa.
Sirup
Tjampolay juga telah memperluas pasarnya ke kota-kota besar diluar Cirebon, seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sampai Bali, Bandar Lampung
dan Kalimantan.
Menurut Budiman yang sekarang memimpin perusahaan keluarga ini, kelebihan
Tjampolay dibanding sirup lain adalah penggunaan gula murni, sehingga tidak
memiliki efek samping bagi kesehatan. Selain itu, banyak sirup lain yang
mengandung sakarin. Inilah alasan kenapa dalam hitungan bulan, sirup Tjampolay
yang sudah dibuka segelnya akan mengkristal. Oleh karena itu, Budiman tidak bisa
mengambil resiko untuk mengekspor produknya.
|
![]() 14
2.5.3.2
Analisa Kemasan Sirup Tjap Buah Tjampolay
Gambar 2.2 (Kemasan Botol Sirup Tjap Buah Tjampolay)
Kemasan sirup Tjap Buah Tjampolay tidak berubah sejak 1936 dengan label
kertas yang berwarna putih dengan 1 warna tinta pada masing-masing varian, dengan
gambar buah tjampolay atau juga dikenal sebagai buah kesa, terpampang di
permukaan botol.
Dengan isi bersih 700 ml, botol kaca yang bening memperlihatkan warna-warni
cairan sirup Tjampolay, berikut tinta dari label yang juga menyesuaikan warna tiap
varian. Selain warnanya yang terlihat menarik, pembeli dapat dengan mudah
mengidentifikasi varian sirup Tjap Buah Tjampolay apa yang tersedia di etalase toko.
Penutup botol sirup Tjampolay berbahan kaleng. Cara membukanya mudah, tinggal
memutarnya
menggunakan tangan. Bila sirup tidak habis dalam sekali konsumsi,
hanya perlu memutar tutupnya kembali untuk menutup botol.
|
![]() 1
2.6
Analisa SWOT
2.6.1 Strength
Mutu dan kualitas produk terjamin sejak tahun 1934.
Menggunakan gula murni.
2.6.2 Weakness
Tidak up-to-date dengan tuntutan marketing masa kini.
Desain kemasan sirup Sarangsari tidak mencerminkan kualitasnya.
2.6.3 Opportunity
Generasi terdahulu sudah mengenal produk sirup Sarangsari.
2.6.4 Threat
Semakin banyak produk sejenis yang muncul di pasaran lokal dengan harga
bersaing dan kemasan yang lebih menarik.
|