3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
1.
Literatur : Data-data yang terdapat pada buku, ensiklopedia, e-book, dan
majalah yang berhubungan dengan tema yang diangkat
2.
Melakukan wawancara dengan berbagai narasumber yang memiliki
kredibilitas terpecaya mengenai topik, antara lain
Maria Darmaningsih, S.Sn. M.Ed, pelaku tarian Yogyakarta
Romo Ibnu Murtato Pudjokusumo, pelindung Yayasan
Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa
Eyang Sas, pihak dari Yayasan Pamulangan Beksa Sasmita
Mardawa
Drs. Anton Widodo, Kepala Seksi Penyajian dan Pengembangan
UPT Dinas Kebudayaan
Dra. Th. Y. Kuswardhani, Kepala Seksi Dokumentasi dan
Informasi Taman Budaya Yogyakarta
Suprayitno Rudi S. , staf dokumentasi Taman Budaya Yogyakarta
3.
Menonton langsung acara pentas tari yang ada di Kraton Yogyakarta
sehingga didapat berbagai foto pendukung dan dapat merasakan langsung
suasana acara tersebut
4.
Menyebarkan kuisioner untuk mengetahui pendapat masyarakat
Setelah data terkumpul, maka proses selanjutnya adalah proses seleksi data
dan analisis data. Data-data yang mendukung tema ini dijadikan satu kesatuan. Lalu
diadakan analisis data yaitu mengolah data dan kemudian diambil suatu kesimpulan
yang berkaitan dengan tema diatas. Rangkuman data tersebut adalah sebagai berikut :
2.1.1 Seni Tari Yogyakarta
Tari
klasik gaya Yogyakarta yang disebut juga Joged Mataram merupakan
warisan dari kesenian tari pada zaman Mataram. Joged Mataram ini dikembangkan
oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I semenjak perjanjian Giyanti. Sebelum itu Sri
Sultan Hamengku Buwono I, yang sebelum menjadi Sultan bergelar Pangeran
Mangkubumi, dikenal sebagai seorang yang mencintai kesenian terutama seni tari.
Oleh karena itu, semenjak perjuangannya melawan penjajah Belanda, Pangeran
Mangkubumi sudah mengarahkan perhatiannya terhadap seni tari dengan orientasi
semangat perjuangan kekesatriaan.
Sri Susuhunan Paku Buwono III setelah
Perjanjian Giyanti menganjurkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I supaya
melanjutkan mengembangkan Joged Mataram. Karena di Surakarta Sri Susuhunan
Paku Buwono III akan menciptakan corak gaya tari yang baru, maka oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I dibawanya beberapa guru tari terkemuka dari Surakarta yang
dahulu melatihnya menari. Di Kesultanan Yogyakarta Joged Mataram ini kemudian
semakin dikembangkan. Orientasi perjuangan kekesatriaan Sri Sultan Hamengku
Buwono I membuat Joged
  
4
Orientasi perjuangan kekesatriaan Sri Sultan Hamengku Buwono I membuat
Joged Mataram mengekspresikan sikap kegagahberanian, kekesatriaan, dan
kepahlawanan. Itulah sebabnya mengapa di dalam Joged Mataram yang kemudian
dikenal sebagai tari klasik gaya Yogyakarta mempunyai karakteristik yang spesifik,
yaitu lugas, kenceng(kuat) dan serius (bukan pernes)
Beberapa tarian yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I antara
lain :
1.
Beksan Lawung
2.
Beksan Etheng
3.
Bedhoyo Semang 
4.
Srimpi Renggawati.
2.1.1.1 Pemahaman Filosofis 
Menurut Fred Wibowo dalam bukunya yang berjudul,Tari Klasik Gaya
Yogyakarta (2002),
makna dari landasan filosofis tari klasik gaya Yogyakarta yang
disebut Joged Mataram adalah sebagai berikut :
1. Sawiji ( menyatukan kemauan dan sikap dengan seluruh kekuatan
rohani dan pikiran ke arah suatu sasaran yang jelas )
2. Greget
( berkemauan yang kuat, semangat yang berkobar yang
mendorong suatu dinamika di dalam jiwa seorang penari )
3. Sengguh
( kebanggaan / kepercayaan diri yang tidak bertujuan
menyombongkan diri )
4. Ora Mingkuh ( ulet dan setia serta bertanggungjawab )
2.1.1.2 Industri Seni dan Budaya
Menurut Drs.Sumaryono dalam bukunya yang berjudul Restorasi Seni Tari &
Transformasi
Budaya
(2003),
industri seni dan budaya secara sederhana dapat
dipahami sebagai suatu kegiatan usaha atau bisnis dengan memanfaatkan seni dan
budaya sebagai komoditi pokoknya. Kegiatannya dapat melalui berbagai media,
misalnya media industri elektronik seperti televisi, radio, industri rekaman audio-
visual, media cetak dan sejenisnya. Atau kegiatan industri bersifat company
atau
rombongan, atau grup (jasa pertunjukan). Misalnya rombongan wayang orang,
ketoprak, sandiwara, sirkus dan semacamnya.
2.1.2 Opini Mengenai Tarian Kraton Yogyakarta
Menurut Ibu Maria
Darmaningsih, menari memiliki bermacam-macam
makna. Belajar sabar untuk mewujudkan kehalusan, harmoni, ketenangan, dan
meditatif. Menari mengajarkan manusia akan hubungannya dengan Tuhan.
Menyadarkan manusia siapa dirinya, dan siapa penciptanya. Mengajarkan manusia
tentang ngelakoni yang membuat idealnya Jawa tidak keduniawian.
Tarian gaya Jogja ada 2 macam yaitu tarian rakyat dan tarian kraton. Menurut
Ibu Maria, pada saat ini mulai banyak orang yang mau belajar tarian Jogja karena
mulai sadar akan penciptanya. Hampir ada 30 an orang berumur 6-40 tahun yang
  
5
belajar menari bersama Ibu Maria. Dapat dilihat, minat masyarakat yang mulai
beralih kepada tarian tradisional. Karena pada umumnya orang-orang tersebut
mencari arti spiritualisme dalam tarian tersebut. 
Pada pengalamannya sebagai penari yang telah melanglangbuana ke luar
negeri, Ibu Maria merasakan apresiasi yang lebih besar di luar negeri dibanding di
dalam negeri sendiri. 
2.1.3 Yayasan Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa
2.1 Papan Nama Yayasan Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa
Yayasan
Pamulangan Beksa Sasmita Mardawa
adalah suatu yayasan yang
memiliki kegiatan melestarikan tradisi tarian yang mewakili Kraton
Yogyakarta.Yayasan ini telah memiliki banyak pengalaman baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
Tarian Yogya sendiri memiliki keanekaragaman, antara lain tari Golek untuk
menyambut tamu negara yang ditarikan oleh beberapa putri, lalu ada tari Klana yang
ditarikan oleh beberapa putra. 
Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah menciptakan satu tarian yang
bernama Golek Menak.
Sri Sultan terinspirasi dari boneka kayu yang apabila
ditarikan oleh manusia akan menjadi suatu tarian yang memukau. Tarian ini
mengambil cerita Nabi Muhammad.
Selain itu ada
tari Serimpi yang diperuntukkan untuk ditarikan di depan
umum. Sedangkan tari Bedhoyo lebih ditunjukkan untuk event-event tertentu yang
diselenggarakan oleh Sultan.  Terutama tarian Bedhoyo Semang yang tidak boleh
sembarang orang menontonnya.
Dalam tari-tarian tersebut,terkandung filosofi hubungan antara mikroskosmos
dan makrokosmos. 
Pada saat penulis mengunjungi Kraton, ada beberapa tarian yang sedang di
tarikan di kraton. Yaitu Tari Serimpi, Tari Golek Sulung Dayung dan Beksan
Wayang Golek Menak Kulo Isin Banowati. Pada saat itu terlihat banyak sekali
wisatawan yang sedang berkunjung dan menonton tarian tersebut. Beberapa
diantaranya adalah wisatawan asing. Ada juga beberapa rombongan sekolah. Terlihat
antusias para wisatawan untuk menonton pagelaran tarian tersebut.
  
6
Beberapa tarian yang dipelajari para penari di Yayasan Pamulangan Beksa
Sasmita Mardawa : 
Tari Serimpi
Tari Bedoyo (yang umum)
Tari Golek
Tari Klana 
Tari Golek Menak
Tari Golek Sulung Dayung
Tari Beksan Wayang Golek Menak Kulo Isin Banowati
2.1.4 Pentas Tari di Kraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta membuka sebagian wilayahnya terbuka untuk umum.
Dengan membayar Rp 5.000,-
dengan Rp 1.000 untuk ijin foto, wisatawan dapat
menikmati suasana Kraton dan berfoto di dalam Kraton. Harga yang terhitung murah
dan sangatlah sepadan jika dibandingkan edukasi dan hiburan yang didapat oleh
wisatawan. Aura mistik bercampur suasana tradisional sangat terasa saat penulis
memasuki wilayah Kraton. 
Mengunjungi Kraton Yogyakarta akan memberikan pengalaman yang
berharga sekaligus mengesankan. Kraton yang menjadi pusat dari garis imajiner yang
menghubungakn Pantai Parangtritis dan Gunung Merapi ini memiliki 2 loket masuk,
yang pertama di Tepas Keprajuritan (depan Alun-alun Utara) dan di Tepas Pariwisata
(Regol Keben). Jika masuk dari Tepas Keprajuritan maka wisatawan hanya bisa
memasuki Bangsal Pagelaran dan Siti Hinggil serta melihat koleksi beberapa kereta
kraton sedangkan jika masuk dari Tepas Pariwisata maka Anda bisa memasuki
Kompleks Sri Manganti dan Kedhaton di mana terdapat Bangsal Kencono yang
menjadi balairung utama kerajaan. Jarak antara pintu loket pertama dan kedua
tidaklah jauh, wisatawan cukup menyusuri Jalan Rotowijayan dengan jalan kaki atau
naik becak.
Pentas tari biasa diselenggarakan pada hari-hari akhir minggu. Karena
biasanya wisatawan meningkat pada hari-hari tersebut. Pentas tersebut dilakukan di
Bangsal Sri Manganti. Pentas ini bersifat hiburan semata dan tidak dipungut biaya
tambahan Wisatawan hanya perlu membayar di loket .
Penulis mengamati tidak adanya suatu promosi yang mendukung pertunjukan
di Kraton Yogyakarta. Karena itu wisatawan harus mengecek ke salah satu website
untuk mengetahui beberapa program acara yang akan
diselenggarakan. 
Padahal promosi yang baik dan besar akan mendukung pertunjukkan tersebut
agar lebih ramai pengunjung dan akhirnya mampu menaikkan pendapatan.
Jadwal pertunjukan harian di kraton
Senin - Selasa: Musik gamelan (mulai jam 10.00 WIB)
Rabu: Wayang golek menak (mulai jam 10.00 WIB)
Kamis: Pertunjukan tari (mulai jam 10.00 WIB)
Jumat: Macapat (mulai jam 09.00 WIB)
Sabtu: Wayang kulit (mulai jam 09.30 WIB)
Minggu: Wayang orang & pertunjukan tari (mulai jam 09.30 WIB)
  
7
2.2 Bangsal Sri Manganti
2.3 Salah satu tarian Golek
2/5 Tari Serimpi
2.4 Tari Serimpi 
2.6 Salah satu tarian Golek
  
8
2.7 Gamelan yang ada di Bangsal Sri
Manganti
2.9 Gamelan di Bangsal Sri Manganti
2.8 Salah satu tarian Golek
2.10 Para penari Serimpi sedang
berpose
  
9
2.2 Analisa Perilaku Manusia
Survey dilakukan dengan menyebarkan kuisioner online yang disebarkan
kepada masyarakat dengan kisaran umur 17-30 tahun baik pria wanita karena pada
umur ini manusia mulai mengenal festival dan kesenian.
Data yang diperoleh antara lain :
1.
Dalam kurun waktu 1 tahun, responden meluangkan waktunya 1-3
kali dalam setahun untuk datang ke suatu festival
2.
Festival musik adalah jenis festival yang paling sering dikunjungi oleh
responden. Disusul fashion, food & beverage,
sinema/film,
kebudayaan dan lainnya.
3.
Sebagian besar responden pernah mengunjungi Yogyakarta sebagai
destinasi liburan mereka
4.
Responden mengetahui sedikit mengenai Yogyakarta. Wisata
Borobudur, Malioboro, dan Kraton adalah beberapa hal yang paling
menonjol diketahui oleh responden
5.
Setengah dari responden pernah mengunjugi Kraton Yogyakarta
6.
Setengah dari responden mengetahui bila di Kraton sering menggelar
peruntunjukan tari
7.
Responden yang mengetahui ataupun pernah menonton pertunjukkan
tari tersebut berpendapat mengenai promosi yang sangat kurang
8.
Hampir sebagian besar koresponden tidak mengetahui bentuk tarian
Kraton Yogyakarta dan tidak dapat menjelaskan secara singkat
9.
Buku-buku adalah salah satu sarana untuk mengetahui tarian Kraton
Yogyakarta
10. Hampir sebagian responden tertarik untuk datang ke Festival Tari
Kraton Yogyakarta
2.3 Kompetitor
2.3.1 Festival Sendratari dari Taman Budaya
Taman Budaya memiliki berbagai program acara yang bertujuan untuk
mendukung para seniman untuk berkarya. Antara lain festival sendratari, ketoprak
dan teater setiap tahunnya.
Festival Sendratari sendiri telah berlangsung selama 50 tahun dan menjadi
ajang kreatifitas para seniman yang diselenggarakan oleh pemerintah. Festival ini
berbentuk dari lomba yang dihadiri oleh beberapa perwakilan setiap daerah di
Yogyakarta. Perwakilan tersebut telah melalui seleksi di masing-masing daerahnya. 
Promosi festival ini dilakukan di tv dan media cetak. Festivalnya pun terbuka
dan tidak dipungut biaya karena semata-mata pemerintah daerah menyelenggarakan
hanya untuk hiburan masyarakat. Tidak bersifat profit.
UPT Dinas Kebudayaan juga sering mengirimkan penari-penari tersebut
untuk ajang-ajang festival di luar Yogyakarta.
Festival ini memiliki misi yaitu, memberikan kesejahteraan pada seniman,
menampung kreatifitas seniman, dan memberikan kesempatan pada para seniman
untuk berkarya.
Promosi dari festival ini dapat dilihat melalui media cetak dan televisi. UPT
Dinas Kebudayaan bekerjasama dengan wartawan untuk membuat desainnya. 
  
10
2.3.2 Sendratari Ramayana di Candi Prambanan
Sendratari Ramayana merupakan salah satu pertunjukkan kebanggaan milik
provinsi DI. Yogyakarta. Sendratari Ramayana dilaksanakan di pelataran Candi
Prambanan. Acara ini dilaksanakan 2 hari sekali setiap pukul 19.30 - 21.30. Harga
tiketnya cukup menguras kantong, yaitu Rp 100.000 - Rp 300.000 tergantung seat
yang dipesan. Tempatnya sendiri sangat besar dan luas, sehingga mampu
menampung ratusan orang sekali pentas.
Cerita dari tarinya sendiri berdasarkan cerita dari Ramayana, yaitu Rama dan
Shinta. Cerita yang ditarikan merupakan pahatan-pahatan yang terpahat di dinding
candi Prambanan. Namun terkadang cerita-cerita lain juga disajikan di panggung
Sendratari Ramayana
Sendratari ini cukup menyedot perhatian wisatawan asing dan lokal. Acara ini
selalu ramai pengunjung terutama pada musim liburan. Tidak terlalu sulit untuk
mendapatkan tiketnya. Tiketnya bisa didapat di internet atau di tempatnya langsung.
Sendratari ini juga sudah memiliki media promosi yang cukup mendukung,
sehingga wisatawan mengetahui adanya sendratari ini di candi Prambanan.
2.11 Sendratari Ramayana
2.12 Banner Promosi Sendratari Ramayana
  
11
2.4 Target Audience
2.4.1 Sasaran Primer
Wisatawan yang sedang berlibur ke Yogyakarta
2.4.1.1 Demografi
a. Usia : 17-25 tahun
b. Jenis Kelamin : Pria Wanita
c. Ses B-A 
d. Pendidikan SMA ke atas
e. Wisatawan Lokal dan Mancanegara
2.3.1.2 Psikografi
a. Memiliki minat untuk mendalami kebudayaan Jawa
b. Mencintai Indonesia
c. Kaum Urban
2.4.1.3 Geografi
a. Berdomisili asli Yogyakarta 
b.Wisatawan yang berdomisili Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar,
Luar negeri
2.4.2 Sasaran Sekunder
1.
Masyarakat yang sedang merencanakan liburan ke Yogyakarta
2.
Masyarakat yang ingin menambah ilmu pengetahuan mengenai
Yogyakarta
2.5 Unique Selling Point 
Tari klasik Yogyakarta memiliki keunikan yang tidak ada di tarian lain
Mengandung unsur hubungan manusia dengan Tuhan
Mistis dan sakral
  
12
2.6 Analisis SWOT 
1.
Strength
Tarian Gaya Yogya mengandung makna-makna kehidupan yang segi
tradisionalnya sangat kuat
Melestarikan dan menanamkan cinta terhadap kesenian tradisional
Banyak orang yang mencari spritualitas melalu tarian
2.
Weakness
Terkadang pertunjukkan asing lebih menarik perhatian
Dianggap membosankan dan monoton
Dianggap tidak terlalu menarik dibandingkan dengan wisata alam yang
mempunyai tantangan.
3.
Opportunity
Terdapat di lingkungan Kraton yang sering dikunjungi wisatawan
Banyak masyarakat yang semakin peduli dengan kekayaan kesenian
tradisional Yogya
4.
Threat 
Banyaknya tujuan wisata yang dianggap lebih menarik
Banyak wisata budaya serupa yang ada di Yogyakarta