amfibi hingga berbagai jenis ikan dibumi dapat merasakan efek dari zat THC
yang terkandung dalam pohon ganja. Sedangkan receptor CB2 hanya
ditemukan pada jenis mamalia.
Hal tersebut terbukti dengan adanya penelitian dari Brown University.
Dalam studi tersebut, para peneliti merangsang Periqueductal Grey Area
(PAG) pada tikus yang dibius. PAG adalah bagian dari batang otak yang
terlibat dalam penindasan nyeri dan hanya ditemukan pada mamalia. Tikus-
tikus itu
juga disuntik dengan iritasi kimia yang disebut formalin, suatu zat
yang menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Para peneliti mengukur jumlah anandamide
di wilayah PAG
menggunakan tekanan-bahan kimia mesin ionisasi atmosfer spektrometri
massa. Ini instrumen yang sangat sensitif memungkinkan para ilmuwan untuk
mengukur jumlah yang sangat kecil dari senyawa anandamide.
Para peneliti menemukan bahwa ketika wilayah PAG dirangsang, ada
peningkatan pelepasan anandamide. Ketika suntikan formalin diberikan,
jumlah anandamide
yang lebih besar dilepaskan. Temuan ini menunjukkan
bahwa otak menggunakan zat cannabinoid, anandamide, untuk mengontrol
sensitivitas nyeri. (http://biology.about.com/library/weekly/aa101499.htm)
Sehingga hal itulah yang menyebabkan ketika seseorang
yang
memiliki penyakit tertentu menggunakan ganja untuk medis, zat THC yang
ada dalam ganja tersebut diterima dengan baik oleh receptor
yang ada pada
otak manusia, sehingga menimbulkan reaksi yang cepat dalam masa
penyembuhannya.
Berikut adalah beberapa
jenis penyakit yang mampu disembuhkan
dengan terapi ganja: ³
-
Alzheimer
-
Amyotrophic Lateral Sclerosis
-
Fibromyalgia
-
Glaukoma
-
Gangguan Saluran Pencernaan
-
HIV/AIDS
-
Kesulitan Buang Air
-
Rheumatoid Arthritis
|