![]() 2
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data
Pencarian data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung proyek
Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
1.
literatur, melalui buku primbon, dan buku jaman sekarang mengenai
pamali
2.
Website-website yang memberikan kumpulan pantangan
3.
wawancara terhadap orang tua/budayawan di daerah jawa: Bapak
Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno, M.Hum, dan Bapak R. Handoko
Pawoko (abdi dalem Kraton Yogyakarta)
4.
Survey random terhadap masyarakat mengenai topik pantangan ini
2.2
Data Umum
2.2.1
Hasil Wawancara
Gambar 2.1 Bapak R. Handoko Pawoko
|
![]() 3
Wawancara pertama, dilakukan di komplek keraton Yogyakarta, menemui
seorang abdi dalem yang bernama R. Handoko Pawoko, seorang bapak yang
berumur 63 tahun ini, masih mengingat jelas beberapa pantangan Jawa serta
perhitungan-perhitungan dalam primbon, namun ia sendiri mengaku bahwa hal-hal
seperti itu tidak lagi diterapkan ke anak cucunya, meskipun sesekali beberapa kerabat
sering menanyakan perhitungan primbon kepadanya.
Sebagai orang yang hampir paham mengenai budaya Jawa, ia pun dapat
memberikan penjelasan logis yang tepat dari beberapa pantangan yang saya berikan.
Gambar 2.2: Bapak Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno, M.Hum.
Wawancara kedua, saya menemui seorang budayawan,
guru filsafat,
sekaligus dosen UGM yaitu Prof. Dr. Kasidi Hadiprayitno, M.Hum. Diwawancara
kedua ini, saya mendapatkan banyak pengertian dan penjelasan dari primbon,
pantangan atau gugon tuhon dalam budaya Jawa. Serta contoh konkritnya dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa seakan-akan sudah menjadi santapan sehari-hari
dalam kehidupan beliau.
Oleh karena itu, dalam wawancara-wawancara tersebut saya mendapatkan
banyak masukan mengenai apa itu primbon apa itu gugon tuhon dan apa itu
pantangan menurut budaya Jawa serta penjelasan logis dalam kehidupan sehari-hari.
|
![]() 4
2.2.2
Hasil survey random
Survey ini dimaksudkan, agar saya mengetahui, apakah pantangan ini masih
digunakan dalam keluarga di jaman sekarang, darimanakah mereka mengenal atau
mendengar pantangan-pantangan tersebut dan apakah mereka tau salah bahwa setiap
pantangan tersebut memiliki penjelasan logis. Hal-hal tersebut dapat menunjukan
apakah target audience ataupun target pasaryang telah ditentukan tepat atau tidak.
HASIL SURVEY
Jumlah Responden : 40
Rentang Usia : 10 19 Tahun
Dimulai Diakhiri : 14-03-2013 sampai 19-03-2013
Tabel. 1: Jakarta
Usia
Mengerti
Tahu
Tidak
Total
10-13 tahun
2
6
12
20
13-19 tahun
5
7
8
20
Total
7
12
20
40
Tabel di atas menunjukan apakah anak-anak di Ibu Kota masih mengenal pantangan-
pantangan tersebut atau tidak
Tabel. 2: Yogyakarta
Usia
Mengerti
Tahu
Tidak
Total
10-13 tahun
4
12
4
20
13-19 tahun
10
8
2
20
Total
14
20
6
40
Tabel kedua menunjukan di daerah asal nya pantangan-pantangan ini lebih dikenal
dimasyarakat, bahkan meski sedikit masih ada keluarga yang menerapkannya.
|
![]() 5
Tabel. 3
Masih menerapkan pantangan
Jumlah
Ya
5
Tidak
25
Survey Random di atas, sebanyak 30 orang, dari anak-anak hingga dewasa,
menunjukan berapa banyak keluarga yang masih suka menerapkan pantangan-
pantangan tersebut di kesehariannya
2.2.3 Pengertian
Pantangan di Indonesia menurut kamus besar bahasa Indonesia disebut
dengan pemali, namun pemali lebih dikenal masyarakat sebagai pamali yang
merupakan istilah yang lahir dari bahasa sunda, yang berarti pantangan atau larangan
tentang suatu tindakan yang kita lakukan sehari-hari, yang apabila pantangan
tersebut kita lakukan dianggap dapat mendatangkan kesialan, yang biasanya
berhubungan dengan kesehatan, keselamatan, jodoh, rizki, keturunan, dan lain
sebagainya. Di Jawa Tengah, Yogyakarta tepatnya, pamali sendiri lebih dikenal
dengan kata Gugontuhon, dengan arti yang kurang lebih sama dengan pamali, yaitu,
ungkapan-ungkapan tentang sesuatu yang tidak boleh dilakukan karena apabila
dilakukan, akan melanggar norma-norma yang berlaku. Bila diartikan secarara
harafiah Gugon tuhon adalah pernyataan irasional yang menyerupai mitos.. Gugon
tuhon sebetulnya berasal dari kata gugu(percaya) dan tuhu (nyata, setia,
sungguh), meski irasional namun dipercayai karena kenyataannya sering
mengandung kebenaran dan setia diikuti hingga sekarang di kalangan tertentu orang
Jawa.
Berikut beberapa contoh Gugontuhon dalam bahasa Jawa:
Aja sok lungguh ing bantal, mundhak lara wudunên.
Aja sok turu malang-megung, mundhak ora ilok.
Yèn nêngahi mamah, nanêdha aja cêcaturan. Mundak kêsêlak
|
6
Pada awal mulanya, pantangan merupakan himbauan-himbauan, yang tidak
mengikat yang di berikan oleh orangtua kepada anaknya pada zaman dulu.
Himbauan-himbauan tersebut selalu
diulang-diulang dan tertanam dalam pikiran
sehingga berubah menjadi subculture dan akhirnya menjadi culture atau budaya itu
sendiri yang di sebarkan secar lisan.
Pantangan, biasanya berhubungan dengan sebuah kata lainnya yaitu Mitos,
yang dianggap sebagian orang sebagai cerita yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya berdasarkan rasio dan logika manusia, karena
mitos adalah kumpulan cerita atau hal-hal yang dipercayai secara turun-
temurun
oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Maka Mitos dianggap memiliki hubungan
tertentu dengan kehidupan manusia di masa sebelumnya. Banyak orang tua yang
sampai sekarang masih memegang teguh kepercayaan mereka tentang kebenaran
sebuah mitos. Dalam kamus ini, mitos dalam budaya jawa tengah yang berhubungan
dengan pamali, sering disebut juga primbon.
Primbon sendiri, tidak memiliki kaitan langsung dengan pantangan-
pantangan yang sering kita dengar, karena primbon sendiri lebih dianggap sebuah
panutan, perhitungan atau horoskop jawa, yang menjadi panduan dari seseorang
dalam mengerjakan sesuatu. Menurut kamus Indonesia, Primbon berarti kitab yg
berisikan ramalan (perhitungan hari baik, hari nahas, dsb); buku yg menghimpun
berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib (rajah, mantra, doa, tafsir
mimpi), sistem bilangan yg pelik untuk menghitung hari mujur untuk mengadakan
selamatan, mendirikan rumah, memulai perjalanan dan mengurus segala macam
kegiatan yang penting, baik bagi perorangan maupun masyarakat.
2.2.4 Contoh Pantangan dan Pertanda
Berikut beberapa
contoh pantangan serta pertanda yang sering kita dengar
sehari-hari
Berpindah tempat pada waktu makan Janganlah berpindah
tempapadawaktu makan, karena kelak berakibat akan mendapat ibu tiri.
Terkecuali pindah pada posisi yang lebih bagus misalnya semula makannya
dilantai, kemudian pindah kemeja makan yang semestinya, kalau itu yang
|
7
dilakukan kelak akan cepat mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Berteriak-teriak mengucapkan kata-kata kotor dalam hutan. ?Janganlah
anda berteriak-teriak berkata-kata kotor pada saat berada di dalam hutan,
karena anda tak lama lagi akan dimasuki roh halus jahat yang menguasai diri
anda (kesurupan).
Berfoto bersama dalam jumlah ganjil ?Janganlah berfoto dalam jumlah
ganjil karena salah satu dari yang difoto akan cepat meninggal. Biasanya
yang ditengah.
Bangun Tidur terlalu siang ?Jika anda bangun tidur terlalu siang hingga
matahari hampir berdiri, akan berakibat segala bentuk rezeki yang akan
datang akan selalu menjauh kembali.
Bersin sewaktu akan bepergian ?Anda tidak dapat langsung berpergian
baik menggunakan kendaraan atau tidak setelah bersin.Paling tidak anda
menunggu beberapa menit setelah bersin lalu boleh pergi, karena kalau anda
bersin langsung pergi anda akan celaka diperjalanan.
Berlama-lama dikamar mandi ?Janganlah anda berlama-lama dikamar
mandi karena akan terlihat lebih tua dari usia anda sebenarnya.
Duduk dipintu ?Anda dilarang duduk tepat didepan pintu, karena
khawatirkan ada makhluk lewat yang melewati pintu tersebut dan anda akan
jatuh sakit.
Gadis keramas dihari Sabtu ?Jika anda seorang gadis, janganlah anda
keramas pada hari Sabtu, karena berakibat mempunyai suami penyiksa
Kebiasaan bersedih pada waktu hamil ?Janganlah selalu bersedih pada
waktu hamil, karena kelak akan mendapatkan anak yang cengeng.
Kebiasaan duduk di tengah pintu waktu turun hujan lebat Janganlah
anda duduk ditengah pintu waktu turun hujan lebat karena suatu ketika anda
dapat tersambar petir (yang sebenarnya petir tersebut, konon, mengincar
setan).
|
8
Kebiasaan makan asinan di malam hari ?Janganlah anda terbiasa makan
asinan di malam hari, karena akan selalu tertimpa keresahan hati, jika ia
seorang yang belum menikah akan sulit jodoh.
Kebiasaan mengetuk ujung rokok yang akan disulut kebenda keras
Janganlah melakukan Kebiasaan mengetuk ujung rokok yang akan disulut
kebenda keras, karena kelak akan selalu mengalami kekecewaan karena gagal
dalam karir dan rumah tangga.
Kebiasaan menggigit bibir sebelah bawah ?Janganlah anda selalu
menggigit bibir sebelah bawah, karena kelak anda akan bernasib buruk dan
rezeki seret.
Pertanda kedutan di alis kanan, ?Artinya akan memperoleh uang
Pertanda rumah didatangi kupu-kupu berwarna putih artinya baik dan
akan memperoleh rejeki serta hati yang senang
Anjing yang menyalak tanpa sebab di malam hari, ?artinya jin dan
makhluk gaib minta diberi makan, bakarlah kemenyan/sajen
Makna kejatuhan cicak, ?artinya bila kepalanya kejatuhan cicak akan
tertimpa kemalangan atau memperoleh malu.
2.2.5 Media Online berupa blog dan website
Media pendukung dan informasi :
-
-
-
-
|
9
2.3 Target Audience
2.3.1 Target Primer
Geografi:
Wilayah: Indonesia
Iklim: Kota Besar, Tropis
Demografi
Usia: 15-24
Gender: laki-laki, perempuan
Pekerjaan: Pelajar, pekerja kantor, dll
SES: A-B
Psikografi
Gaya hidup: terbuka, selalu belajar, suka dengan hal-hal baru, unik, suka
berbagi cerita, pengetahuan, pribadi yang muda, berpikiran terbuka, casual
2.3.2 Target Sekunder
Geografi
Wilayah: Indonesia
Iklim: Kota-kota besar
Demografi
Usia: 25-40 tahun
Gender: laki-laki, perempuan
Pekerjaan: Pekerja kantor, wiraswasta, kepala keluarga, ibu rumah tangga,
dsb
SES: A
|
10
Psikografi
Gaya hidup: terbuka, selalu belajar, suka dengan hal-hal baru, unik, suka
berbagi cerita, pengetahuan, peduli dengan perkembangan anak dan
keluarganya dsb
2.4 Analisa SWOT
2.4.1 Strength
a.
Memberikan penjelasan rasional yang ringan mengenai pantangan
atau pertanda para orang tua jaman dulu sesuai dengan kehidupan
jaman sekarang.
b.
Mengumpulkan setiap pantangan atau pertanda dari orang tua tersebut
menjadi patut untuk di simpan, sebagai warisan budaya dari jaman
dulu
2.4.2 Weakness
a.
Jumlah pantangan dan pertanda yang beragam, sehingga kesulitan
untuk diingat dan dimengerti
b.
Banyaknya pantangan serupa dengan bahasa dan asal daerah yang
berbeda, namun dengan maksud dan arti yang sama.
2.4.3 Opportunity
a.
Belum adanya catatan tertulis mengenai pantangan dan pertanda yang
di buat secara baik dan layak untuk disimpan sebagai warisan budaya
2.4.4 Threat
a.
Mulai ditinggalkannya budaya ini karena dianggap sebagai lelucon
atau sesuatu yang tidak logis pada jaman sekarang.
|