3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data
Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini
diperoleh dari sumber sebagai berikut:
2.1.1 Internet
Metode pencarian data melalui internet, untuk mencari penjelasan
tentang Graffiti secara general, contoh-contoh Graffiti yang ada dan
komunitasnya yang sedang berkembang.
2.1.1 Wawancara
Metode wawancara dipakai untuk mencari data dari narasumber yang
langsung berkaitan dengan Street Art
seperti Andi Riyanto, founder dari
ISAD (Indonesian Street Art Database) untuk mengupas lebih jelas
mengenai permasalahan Street Art yang ada di Jakarta.
2.1.2 Survei
   
Melakukan survei ke masyarakat Jakarta mengenai pendapat serta  
pandangan mereka (sesuai target audience)  mengenai Graffiti secara
online, menggunakan surveymonkey.com
yang nantinya akan disebar
melalui jejaring sosial. Agar kita bisa mengetahui permasalahan yang ada
di masyarakat dengan lebih jelas.
2.2
Analisa
2.2.1 Street Art
Street Art
atau Seni jalanan adalah setiap seni yang dikembangkan
di ruang  publik seperti di jalanan. Istilah Seni Jalanan  ini dapat mencakup
karya seni graffiti, stencil graffiti, sticker  art, poster
jalanan
wheatpasting, video proyeksi, seni intervensi, gerilya seni, flash mobbing
  
4
dan instalasi jalan. Biasanya, istilah seni  jalanan  atau yang lebih spesifik
pada seni graffiti yang dapat digunakan untuk membedakan  ruang  publik
kontemporer,  karya seni dari graffiti teritorial, vandalisme.
Seniman  telah
menantang dengan  menempatkan
seni dalam 
konteks 
non-seni. 
‘Seniman  jalanan  tidak bercita-cita untuk mengubah
definisi dari sebuah karya seni, melainkan  mempertanyakan 
lingkungan
yang 
ada
dengan bahasanya sendiri. Mereka berusaha untuk
berkomunikasi dengan orang-orang tentang  tema-tema  sosial  yang 
relevan dengan  cara estetika tanpa perlu dikekang oleh pandangan
masyarakat.
2.2.2 Graffiti
Graffiti adalah kegiatan 
seni
rupa yang menggunakan komposisi
warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas
dinding. 
Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng atau pilok.
Seni Graffiti atau seni corat-coret bukanlah fenomena baru di masyarakat.
Awalnya, seni ini digunakan sebagai salah satu bentuk bentuk protes
kepada dunia politik atau apapun lewat coretan di tembok pinggir jalan.
Namun, dalam perkembangannya aksi ini malah berubah fungsi menjadi
seni.
2.2.3 Sejarah Graffiti 
Graffiti di dunia
punya sejarah panjang. Tak sekedar urusan corat-
coret. Bagi para seniman
graffiti,
sejarah yang mereka punya, dirasakan
cukup membanggakan. 
Budaya yang ada di sekitar graffiti, bisa bertahan
dan eksis sampai beberapa dekade dan  masih terus bertahan  dengan  kuat. 
Para pelaku graffiti adalah orang-orang yang bergairah untuk berkarya,
punya skill, berorientasi  pada  komunitas dan  sadar akan apa yang mereka
lakukan. 
Mereka 
tahu bahwa apa yang mereka
lakukan akan
menimbulkan kontradiksi atau pertentangan. Maklum saja,
tidak sedikit
yang menyebut mereka sebagai kriminal atau vandalis.
  
5
Percaya atau
tidak, sejarah graffiti ternyata sudah terbentang sejak
jaman Roma kuno. Para seniman graffiti pertama jaman Roma, ketika itu
menggambar tembok-tembok di sekitar kota. Mungkin, ada beberapa
peninggalan graffiti era Roma yang bisa kita lihat seandainya kita
berkunjung kesana.
Tapi kalau bicara graffiti sebagai satu
urban style
seperti yang kita kenal
sekarang ini,
sejarahnya baru dimulai di New York akhir tahun 60-an.
Graffiti lahir di jalur kereta subway di New Year. Kenapa?
Pertama-tama, seniman graffiti mencoba membuat lambang atau
tandatangan
yang lebih stylish
dibanding orang lain. Ini sudah masuk
persaingan antara seniman
graffiti. Lama-lama kelamaan mereka akan
menambahkan banyak warna, efek-efek spesial, kemudian mereka
berusaha membuat nama mereka sebagai seniman 
graffiti itu menjadi
besar dan dikenal. Kini kita bisa melihat graffiti itu berkembang sebagai
karya seni yang
makin
punya teknik dan kata-kata yang makin kaya.
Graffiti  menjadi satu seni  yang punya lompatan tanpa batas.
Dengan tingkat keamanan 
yang makin ketat di tahun 80-an, subway
graffiti pelan-pelan mulai “mati” meski tidak mati dalam arti sebenarnya.
Tahun 1989, 
kereta terakhir dengan seabrek coretan graffiti dihentikan
dari jalurnya. Mau tak mau, 
itulah era terakhir dari subway graffiti.  Jika
menikmati perjalanan di subways tahun 2003, kita tidak akan menemukan
sisa-sisa graffiti di luar kereta. Tapi
jangan salah, graffiti tetap hidup
hanya mediumnya  yang  berpindah.  Mereka mulai “mengebom” tembok-
tembok di kota dan banyak tempat lain yang bisa mereka pakai untuk
mengekspresikan diri.
Perkembangan lainnya,  pada era ini, graffiti juga mulai dipakai untuk
kepentingan komersial dan dipakai mencari uang. Graffiti juga menjadi
insipirasi art designer untuk memindahkan gaya mereka dalam bentuk lain
seperti stiker, cover CD atau kaos-kaos, dan poster.
  
6
Graffiti 
sekarang juga identik dengan musik hip-hop. Kalau
kita
perhatikan dalam video-video klip di
televisi, di latar belakang tampak
para seniman  graffiti juga sedang bekerja. Graffiti  adalah satu dari empat
element hip-hop (selain MC-ing, DJ-ing, dan B-Boying). Awalnya,  graffiti
adalah alat untuk berekspresi  dimulai dari Bronx, salah satu kota “hitam”
di Amerika Serikat dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Graffiti
merepresentasikan sisi visual, MC-ing dan DJ
adalah yang memproduksi
musik, dan B-Boying
bagian dari dance-nya. Dalam pesta-pesta hiphop,
kita mungkin akan menyaksikan, seniman 
graffiti sibuk mencorat-coret
tembok, sementara DJ melakukan spins dan scratch vinyl, sementara MC
mengatur crowd, dan
B-Boying biasanya melakukan “perang” dengan
kelompok dancer lain.
Bagaimana di Indonesia? Menurut
Darbotz, salah seorang ‘street
artist’ Indonesia, graffiti di Indonesia tergolong cukup besar untuk ukuran
Asia. Padahal menurut Darbotz menyebut komunitas graffiti di Indonesia,
sebenarnya 
tidaklah 
terlalu besar seperti yang dibayangkan. 
“Kita 
memang masih berjuang untuk menjadikan graffiti sebagai bagian dari
eksitensi kesenian di Indonesia,” terang Darbotz yang juga pekerja di salah
satu perusahaan advertising besar di Jakarta.
Darbotz 
adalah salah satu street artist
yang kemudian bersama
beberapa orang teman-temannya membentuk satu komunitas Tembok
Bomber. 
Dari mereka yang tergabung di komunitas tersebut, menurut
Darbotz, tidak ada yang punya ciri sama. 
“Semua punya ciri yang
berbeda-beda,” terang Darbotz.  Pria  ini sendiri punya ciri khas orrnamen
cumi-cumi dalam setiap karyanya. 
“Saya ingin 
menggambarkan
keruwetan Jakarta dengan cumi-cumi. 
Selain itu, 
saya
ingin setiap
melihat cumi-cumi, orang tahu bahwa itu karya saya,” tegas cowok yang
memilh medium areosol sebagai saluran berekspresi.
“Saya sudah tidak
main lagi di tembok jalanan,” akunya.
  
7
Menurut  Darbotz, keinginan  para street artist itu adalah ‘lingkungan’
yang tidak terlalu ketat seperti di Amerika Serikat. 
“Kita sih maunya
seperti di Barcelona Spanyol, tidak ketat,” tambahnya. Di Indonesia 
sendiri, 
menurut Darbotz tergolong masih ringan.
“Paling-paling
kita
diminta ngebersihin tembok atau dinding yang kita gambar,” jelasnya
sembari berharap situasi seperti sekarang tidak menjadi lebih buruk.
Seiring berjalannya waktu, Street Art khususnya di bidang graffiti di
Indonesia makin berkembang. Baik di Ibukota, maupun di kota-kota besar
di Indonesia, seperti Bandung dan Yogyakarta, yang dimana mayoritas
seniman
graffiti berkarya di tembok-tembok yang ada, dan menyuarakan
pikiran secara bebas.
2.3
Hasil Survei
Survei saya lakukan menggunakan aplikasi online, surveymonkey.com. Saya
melakukan survei secara online kepada 100 orang dengan usia yang beragam,
mengenai hal-hal seperti apakah mereka mengetahui tentang Street Art
umumnya dan Grafitti pada khususnya, bagaimana pendapat mereka mengenai
Street Art
di jaman sekarang ini, dan harapan serta komentar mereka untuk
Street Art di Indonesia (Jakarta khususnya, kedepannya).
Hasil yang saya peroleh, sekitar 90% berusia 18-25 tahun, terbagi antara
mahasiswa, karyawan maupun wiraswastawan. 55% mengetahui apa itu Street
Art, dengan pengertian kebanyakan, Street Art merupakan lukisan jalanan. 91%
mengetahui apa itu Graffiti, dan menemukan graffiti baik dalam bentuk coretan
dinding, gambar sindiran politik, gambar mural/kartun dan juga iklan produk.
96% menganggap Graffitti merupakan seni dengan kebanyakan alasan karena
graffitti membutuhkan kreativitas dan memiliki arti dalam pembuatannya. Dan
terkahir, 65% responden setuju apabila nantinya banyak seniman Street Art yang
akan terus berkarya dan menghiasi kota Jakarta dengan harapan dilakukan di
tempat yang tepat dengan izin yang layak dan memilki makna dari karya
tersebut. 
  
8
Dari survei ini, dapat kita lihat bahwa masih banyak orang yang peduli akan
apa yang ada di Jakarta, mereka masih sering berhadapan secara langsung
dengan Street Art ataupun Graffitti itu sendiri. Dan sekarang bagaimana kita
bisa memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai apa yang ada dibalik
Graffitti itu sendiri.
2.4 Data Produk
       Berikut merupakan data dari buku publikasi yang akan dibuat.
Judul Buku          : Dibalik Cerita Seni Graffiti.
Jumlah Halaman : ± 80 Halaman
Kemasan             : Hard Cover
Jenis Kertas         : Art Paper
Isi Konten            : Pengertian & sejarah Street Art – Indonesia- Jakarta,
wawancara  seniman graffiti Jakarta, kegiatan-kegiatan street
art di Jakarta, dan hasil-hasil karya yang ada. 
2.5 Data Kompetitor
Buku Eurofitti oleh Nick Wager (sumber : www.behance.net)
  
9
  
 
  
  
Gambar 1 : Eurofitti oleh Nick Wager
2.6
SWOT
2.6.1
Strenght 
-
Buku sebagai suatu media yang informatif dan disajikan secara menarik
sehingga membuat pembaca tertarik untuk mengetahui isi dari buku ini. 
-
Pembuatan cover yang menunjukkan identitas dari graffiti sendiri akan
dapat menarik pembaca awam yang tertarik untuk mengetahui graffiti.
Buku Graffiti sebagai alat untuk mempublikasikan kota Jakarta ke luar. 
  
10
2.6.2
Weakness
-
Buku hanya berisi tentang Graffitidi Indonesia, khususnya Jakarta. Dan
   belum merambah ke mancanegara yang karya-karyanya lebih 
   beraneka ragam.
2.6.3
Opportunity
-
Buku tentang Graffiti belum banyak beredar di pasaran, sehingga dapat
    membuat buku ini menarik apabila disajikan secara menarik juga.
2.6.4
Threat
-
Pandangan masyarakat yang masih negatif akan Graffiti.