3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. Sumber Data
Data-data dan literatur didapat dari berbagai media seperti buku,
internet, wawancara, dan video. Semua sumber merupakan bahan-bahan untuk
membantu mempertkuat data untuk cerita dan visual dalam pembuatan animasi
singkat ini.
2.1.1.
Buku
Sedjarah Indonesia (Sanusi Pane), Sejarah Nasional Indonesia
I – VI (Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto), Antologi
Sastra Daerah Nusantara (Sri Sukesi Adiwimarta), Sejarah Peradaban
Manusia: Zaman Majapahit (Y. Achadiati S, Soeroso M.P.), Dyah Pitaloka -
Senja di Langit Majapahit (Hermawan Aksan), Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia 2 (Drs. R. Soekmono), Color: The Secret Influence
(Dr. Kenneth R).
2.1.2.
Internet
forum.kompas.com
eastjava.com, wikipedia.org, youtube.com,
nationalgeographic.co.id, dan lainnya.
2.1.3.
Wawancara
wawancara dilakukan dengan senior animasi yang telah
berpengalaman dalam bidang animasi.
2.1.4.
Video
video animasi pendek Animasi (Legend of the Scarecrow,
Tales of three Brothers, Thought of You - by Ryan Woodward,dll), refrensi
film sejenis (Film Animasi 3D Legenda Pekalongan, 3Ds Max Tutorial - 5 -
Binding Objects, dll).
  
4
2.2.
Data Umum
2.2.1.
Animasi
Pengertian Animasi Menurut Ibiz Fernandes dalam bukunya
Macromedia Flash Animation & Cartooning: A creative Guide, (2001)
animasi definisikan sebagai berikut :
“Animation is the process of recording and playing back a
sequence of stills to achieve the illusion of continues motion”
( Ibiz Fernandez McGraw- Hill/Osborn, California, 2002)
Yang artinya kurang lebih adalah :
“Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan
kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi
pergerakan.” Berdasarkan arti harfiah, Animasi adalah menghidupkan.
Yaitu usaha untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri.
2.2.2.
Animasi 3 Dimensi
Dari beberapa analisa data yang telah dirangkum, Animasi 3D
merupakan animasi yang dibuat dengan menggunakan model seperti yang
berasal dari lilin, clay
                                               Gambar 2.1
film-the lorax
                       Sumber:http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/03/05/146201_film-the lorax_663_382.jpg
boneka
atau marionette
dan menggunakan kamera animasi yang
dapat merekam frame
demi frame. Ketika gambar-gambar tersebut
diproyeksikan secara berurutan dan cepat, lilin atau clay
boneka atau
marionette tersebut akan terihat seperti hidup dan bergerak.
  
5
Animasi 3D dapat juga dibuat dengan menggunakan komputer.
Animasi 3D sendiri adalah sebuah model yang mempunyai bentuk,
volume, dan ruang sehingga dapat dilihat dari segala arah. Teknologi
animasi 3D sekarang ini banyak digunakan dalam proses pembuatan
film-film animasi.
Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup
dan nyata
mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan
Disney (Pixar Studio),
maka berlomba-lombalah studio film dunia
memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs,
Final Fantasy, Toy Story 2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The
Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya itu biasa juga disebut
dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
2.2.3.
Animasi pendek
Menurut Gotot Prakosa, animasi pendek adalah
animasi
dengan durasi pendek antara 1 menit –
30 menit, 
menurut
standar festival
internasional. Yang menjadi menarik dalam animasi
pendek yaitu
ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-
cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian
berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan
sinema.
2.2.4.
Wayang
Gambar 2.2 Wayang_Pandawa
  
6
Macammacam kajian tentang wayang dapat diketahui dari 
bibliography beranotasi, dibuat oleh V.M.C Van Groenendael, terbit tahun
1978 berjudul Annotated Bibliography of Wayang Litetarure and the Art of
the Dalang. Kajian tentang wayang, menghasilkan sejumlah disertasi dan
tesis, antara lain: (1) G.A.J Hazeu, Bijdrage tot de Kennis van het
Jayansche Tonnel (Leiden, 1879); (2) W.H. Rassers, De Pandji Romans
(Leiden,1922); (3) V.M.C. van
Groenendael, 
Erzit een Dalang de
Wayang: 
De Rol van de Vorstenlandse Dalang in de Indonesich
Javanese Samenleving (Amsterdam, 1982) (Ensiklopedi Kebudayaan Jawa,
2005).
Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang Jawa yang
dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan,
baik dan buruk, lahir dan batin, serta 
halus dan kasar. Keduanya bersatu
dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi
sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang
disampaikan lewat 
humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan
status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang
terpandang, dan mampu menyediakan biaya  besar. 
Wayang juga menanamkansolidaritas sosial, sarana hiburan, dan
pendidikan (Sumaryoto, 1990). Secara umum, pengertian wayang adalah
suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalang,
dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan
(Sedyawati; Darmono, 1983). Boneka wayang merupakan alat untuk
menggambarkan kehidupan umat manusia, sedangkan dari segi bentuk
berbeda dari tubuh manusia secara nyata. 
Sastroamidjojo (1964) mengatakan bahwa boneka wayang diukir
menurut sistem tertentu. Perbandingan antar bagian badan tidak seimbang
satu sama lain. Segala sesuatu 
berkaitan dengan hal tersebut dibuat
menurut cara-cara dan aturan yang telah ditentukan.
Menurut
penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan
budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang
sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.
  
7
Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan
adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua
induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan
penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
2.2.5.
Wayang Golek
 
Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang
yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah
Tanah Pasundan.
Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas
karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan.
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena
wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Dalam buku
Encyclopaedie  van Nederlandsch  Indie  (1896) yang  disususn  oleh
Snellman terdapat uraian yang mengemukakan bahwa golek berarti
"boneka dan mencari."
            
 
      Gambar 2.3 Wayang Golek
        
       
Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan
bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari
kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan
pada siang hari. 
Sejalan dengan itu Ismunandar (1988)
menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat
  
8
bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang
diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari.
Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka
yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang
kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang
golek.
2.2.6.
Animasi di Indonesia
Animasi Indonesia sendiri mulai diketahui sejak ditemukannya
Cave Pinting yang bercerita mengenai binatang buruan atau hal-hal
yang berbau mistis. Awalnya animasi di Indonesia digunakan untuk
kepentingan politik.
Kemudian Pada Tahun 1955 Presiden Soekarno
yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama
Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt
Disney, lalu ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi
pertama bernama Si Doel untuk tujuan kampanye politik.
Pada tahun 70-an seorang warga Amerika membuat studio
animasi di Jakarta bernama Anima Indah. Anima Indah termasuk yang
mempelopori animasi di Indonesia karena menyekolahkan krunya di
Inggris, Jepang,Amerika dan lain-lain. Anima berkembang dengan baik
namun hanya berkembang di bidang periklanan. 
Tahun 80-an ditandai sebagai tahun maraknya animasi
Indonesia. Mulai banyak film animasi seperti
rimba si anak angkasa
yang disutradarai Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi
petualangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan
animasi untuk serial TV.
Era tahun 1980-1990-an akhirnya
lahir
beberapa studio
animasi seperti Asiana Wang Animation bekerjasama dengan Wang Fim
Animation, Evergreen,
Marsa Juwita Indah, Red Rocket Animation
Studio di Bandung, Bening Studio di Yogyakarta dan Tegal Kartun di
Tegal
  
9
Di era 90-an bertaburan berbagai film animasi
diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara
yang kala itu masih menggunakan kamera film seluloid 35mm,
kemudian ada serial Hela, Heli, Helo
yang merupakan film animasi 3D
pertama yang di buat di Surabaya, Tahun 1998 mulai bermunculan film-
film animasi yang berbasis cerita rakyat seperti Bawang Merah dan
Bawang Putih, Timun Mas dan petualangan si Kancil, selain itu banyak
terdapat animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari jepang
seperti Doraemon dan Pocket Monster.
Pada 7 Mei 2004, hadir film 3D animasi berdurasi
panjang (full animation)
buatan
Indonesia sekitar 30 menit yaitu
“Homeland”
yang ceritanya diolah bersama tim Visi Anak Bangsa dan
Kasatmata. Film ini digarap selama satu tahun di bawah payung Studio
Kasatmata di Jogjakarta. Walaupun film kurang meraih sukses tapi
menjadi babak baru bagi dunia peranimasian di bumi Nusantara.
Pada tahun 2008, Indonesia  berhasil membuat film
animasi 3D pertama yang ditayangkan di layar lebar dan juga sudah
berhasil Go Internasional (didistribusikan ke berbagai negara mulai dari
Singapura, Korea, dan Rusia). Film animasi yang berjudul “Meraih
Mimpi” tersebut diproduksi Infinite Frameworks (IFW), studio animasi
yang berpusat di Batam. Film ini merupakan adapatasi dari buku karya
Minfung Ho berjudul Sing to The Dawn. Begitu mendapat tawaran, IFW
langsung memulai pengerjaan film Sing to The Dawn. Dan untuk
diketahui lebih dari 150 animator yang turut andil di dalamnya.
2.2.7.
Majapahit
Majapahit adalah
sebuah kerajaan kuno di
Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. 
Majapahit
menguasai kerajaan-kerajaan lain disemenanjung Malaya Borneo
Sumatra Bali dan Filipina.
  
10
                   Gambar 2.4 Wringin Lawang
                       Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/23/Wringin_Lawang,_Trowulan.jpg
Situs menarik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit ditemukan
melalui penelitian yang luas dan panjang.
Penelitian pertama di Situs
Trowulan dilakukan oleh Wardenaar pada tahun 1815. Ditugaskan oleh
Sir Raffles, Wardenaar
membuat catatan peninggalan arkeologi di
wilayah Mojokerto dan karyanya dikutip dalam buku Raffles "History of
Java" (1817) yang terkena berbagai benda purbakala yang ditemukan di
Trowulan dari Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1849, sebuah tim
arkeolog, WR van Hovell, JVGBrumund, dan Jonathan Rigg
menerbitkan penelitian mereka dalam "Jurnal Kepulauan India dan Asia
Timur". 
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir
yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu
dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaan terbentang di
Sumatra Semenanjung Malaya Borneo hingga Indonesia timur meskipun
wilayah kekuasaan masih diperdebatkan.
Buku lain pada temuan Trowulan berjudul "Toelichting atas
den Ouden Pilaar van Majapahit" ditulis oleh J. Hageman tahun
1858. Kemudian, R.D.M. Verbeek
membuat situs kunjungan ke
Trowulan dan mengeluarkan laporan dalam sebuah artikel berjudul
"Oudheden van Majapahit“ tahun 1815 en 1887, diterbitkan dalam TBG
XXXIII tahun 1889. 
Sementara itu, J. Knebel, anggota Comissie voor
  
11
Oudheidkundig Orderzoek op Java en Madura pada tahun 1907
mendokumentasikan warisan arkeologi Trowulan. Sarjana lain, NJ
Krom,
terakhir warisan dari Kerajaan Majapahit di Trowulan dalam
bukunya ” Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst” (1923).
2.2.8.
Adat dan Kebudayaan majapahit
Pencapaian peradaban dalam masa Majapahit
terjadi pula dalam. bidang seni arca yang mempunyai bentuk dan gaya
tersendiri. Jumlah arca yang dihasilkan dalam era Majapahit cukup
banyak.
                                                  Gambar 2.5 Baju Pernikahan Majapahit
   
Arca-arca tersebut ada yang berasal dari periode
awal, kejayaan, kemunduran dan keruntuhan Majapahit. Ciri khas
bentuk arca Majapahit telah ditelaah oleh para ahli. Salah satu cirinya
yang kuat adalah terdapatnya garis-garis di sekitar tubuh arca. Garis ini
sebagai garis sinar yang lazim disebut dengan “sinar Majapahit”.
Adapun bentuk relief lingkaran yang dilengkapi
dengan garis-garis sinar seringkali didapatkan di beberapa bagian candi
yang disebut dengan “Surya Majapahit”.
  
12
N.J. Krom pernah mengemukakan dalam artikelnya yang
berjudul “De beliden van Tjandi Rimbi” (1912)  tentang ciri-ciri arca
masa Majapahit sebagai berikut:
1.
Hiasan kepala (mahkota) berbentuk kerucut (kirita makuta) dan 
terdapat pula ikat kepala di dahi (jamang).
2.
Perhiasan telinga berbentuk memanjang.
3.
Gerai rambut dihias dengan makara atau perhiasan lain yang 
sesuai.
4.
Tubuh bagian atas terbuka (tidak. memakai pakaian) kecuali
perhiasan tali dada atau tali kasta (upawita).
5.
Terdapat ikat pinggang di bawah dada (anteng).
6.
Digambarkan mengenakan kain sarung berlapis-lapis.
7.
Ikat pinggang setinggi perut, di bawahnya terdapat lipatan kain 
yang terlihat. Selain itu, dibawah lipatan terdapat ujung tali yang 
menggantung di bahu kiri.
8.
Pada kedua kaki menjuntai tali-tali dari ikat pinggang setinggi 
     perut dan di ujung tali terdapat hiasan.
9.
Wiru dan kain pada kedua sisi ‘tubuh dan di antara dua kaki, 
 
ujungnya terbelah berbentuk ekor burung layang-layang.
10.Memakai gelang tangan, kelat bahu dan gelang kaki yang lebar.
2.2.9.
Kerajaan Sunda
Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun
932
dan 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten,
Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang). Menurut
naskah Wangsakerta, Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada
tahun 591 Caka Sunda (669 M). 
Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16,
kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang
sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan
bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Kerjaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan
Pulau Sumatera. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha,
kemudian
  
13
sekitar abad ke-14 diketahui
kerajaan ini telah beribukota di Pakuan
Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan
Banten.
                             
                     Gambar 2.6 Candi Cangkuang
Sumber:
Kerajaan Sunda runtuh setelah ibukota kerajaan ditaklukan oleh
Maulana Yusuf pada tahun 1579. Sementara sebelumnya kedua
pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga telah dikuasai oleh Kerajaan
Demak pada tahun 1527, Kalapa ditaklukan oleh Fatahillah dan Banten
ditaklukan oleh Maulana Hasanuddin.
2.2.10. Pakaian Adat Sunda
Membaca naskah kuno adalah membaca masa
lalu atau bisa juga disebut memahami budaya masa itu, masa dimana
naskah tersebut dibuat. Memahami budaya pada dasarnya memahami
inti dari budaya itu sendiri yang berupa nilai-nilai dan konsep konsep
dasar yang memberikan arah bagi bermacam tindakan baik yang
dilakukan secara perorangan maupun kolektif. 
Dari rumahbacabukusunda.blogspot.com,
menyebutkan bahwa Tome Pires orang Portugis yang mengunjungi
Pajajaran antara tahun 1513-1515 menyebutkan keadaan di Pajajaran
sudah ramai, rumah rumah yang kokoh bertiang kayu beratap rumbia.
  
14
Keadaan Pajajaran yang digambarkan demikian itu, tentu saja
memerlukan tuntunan barupa aturan aturan yang harus diketahui dan
dipatuhi oleh warganya, aturan aturan tersebut diantaranya dimuat
didalam SSK mulai dari yang sederhana sampai aturan aturan hubungan
antar warga, walaupun aturan aturan itu lebih bersifat keagamaan.
        
                                               Gambar 2.7
Prabu Siliwangi
Aturan sederhana misalnya :
“ jaga rang nemu jalan, gede beet, bangat dicangcut
dipangadwa sugan urang pajeueung deung gusti deung mantri” 
yang artinya :
“kalau kita menemukan jalan besar atau kecil, segeralah
bercangcut dan berpakaian sebab mungkin kita berpapasan
(berpandangan) dengan gusti atau mantri”. Cangcut atau cawat berarti
kain untuk menutupi aurat yang dipakai dengan cara dibelitkan ke
selangkangan dan dililitkan ke pinggang, sedangkan pangadwa adalah
pakaian yang terdiri dari dua bagian, layaknya celana dan baju.
Mungkinkah saat itu ada kebiasaan rakyat biasa selama berada di hutan
atau di sekitar rumah dan diperkirakan tidak akan bertemu orang lain,
tidak memakai pakaian, tidak memakai cangcut dan tidak memakai
pangadwa.
  
15
Pakaian tradisional orang sunda terdiri atas tiga
bagian dalam satu set pakaian. Untuk laki-laki pertama ikat kepala,
kedua kain baju dan ketiga adalah sarung. Sedangkan untuk perempuan,
biasanya terdiri atas selendang atau kemben untuk pakaian bagian atas
dan kain lunas untuk pakaian bagian bawah.
Padahal disisi lain SSK juga memuat tentang nama nama jenis
kain yang telah ada masa itu seperti kembang muncang, gagang
senggang, sameleg, seumat sahurun, anyam cayut, sigeji, pasi,
kalangkang ayakan, poleng rengganis, jayanti, cecempaan,
paparanakan, mangin haris dan lain-lain. Artinya saat itu telah
berkembang pembuatan kain dan bentuk gambar hiasannya. Bisa jadi
kain merupakan barang mahal (mewah) sehingga tidak setiap rakyat
mempunyainya.
2.2.11.
Perang Bubat
                         Gambar 2.8 Perang Bubat    
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh
Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar (1987),
Perang Bubat adalah perang yang terjadi pada tahun 1279 Saka atau
1357 M pada abad ke-14, yaitu di masa pemerintahan raja Majapahit
Hayam Wuruk. Perang terjadi akibat perselisihan antara Mahapatih
Gajah Mada dari Majapahit dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari
Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat, yang mengakibatkan tewasnya
seluruh rombongan Sunda. Sumber-sumber rujukan tertua mengenai
adanya perang ini terutama
adalah
Serat 
Pararaton serta 
Kidung
Sunda dan Kidung Sundayana yang berasal dari Bali.
  
16
Tradisi menyebutkan sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati
berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan
bangsa dan negaranya.
Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap
perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan
ataupun abdi. Menurut tata perilaku dan nilai-nilai kasta ksatriya,
tindakan bunuh diri ritual dilakukan oleh para perempuan kasta tersebut
jika kaum laki-lakinya telah gugur. Perbuatan itu diharapkan dapat
membela harga diri sekaligus untuk melindungi kesucian mereka, yaitu
menghadapi kemungkinan dipermalukan karena pemerkosaan,
penganiayaan, atau diperbudak.
2.2.12. Kidung Sunda
Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa
Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan naskahnya ditemukan di
Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit
yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan
putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. 
Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda
dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit. Kemudian terjadi
pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda
dengan prajurit Majapahit di pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan
Sunda. 
Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan
Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
Cuplikan teks yang menggambarkan penolakan Raja Sunda untuk
memberikan upeti adalah sebagai berikut:
[...], yan kitâw
edîng pati, lah age mareka, i jeng sri naranata,
aturana jiwa bakti, wangining s
embah, sira sang nataputri.
  
17
Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik
ing ati, ah kita potusan, warah
en tuhanira, nora ngong mareka
malih,
angat
erana, iki sang rajaputri.
Mong kari sasisih bahune wong Sunda, r
empak kang kanan keri,
norengsun ahulap, rin
ebateng paprangan, srengen si rakryan apatih,
kaya siniwak, karnasula angapi.
Alihbahasa:
[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri
Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman
sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.
Maka ini terdengar oleh Sri Raja Sunda dan beliau menjadi
murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami
tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”
“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau
hancur sebelah kanan dan kiri, kami tiada akan ‘silau’!”. Sang Tuan
Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-
kata pedas orang Majapahit).
2.3. Karakter
2.3.1.
Hayam Wuruk
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan
Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389. Bergelar nobat Paduka Sri
Tiktawilwanagareswara Sri Rajasanagaragharbott-pasutinama Dyah Sri
Hayam Wuruk atau Paduka Bhatara Sri Rajasanagara Dyah Sri Hayam
Wuruk.
Ia adalah putra sulung pasangan Tribhuwana Tunggadewi dan
Sri Kertawardhana (Cakradhara). 
Di bawah pemerintahannya, dengan di dampingi
Mahapatih Gajah Mada, Kerajaan Majapahit melanjutkan perluasan
politik yang telah dirintis ibunya, Tribhuwanatunggadewi (Penguasa
  
18
Ketiga Majapahit) yang telah merantas jalan bagi kemajuan Kerajaan
Majapahit, ia menaklukkan Logajah, Gurun Sukun, Taliwung, Sapi,
Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Mengkasar,
Buton, Banggawi, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua),
Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon,
Wanin, Seran, Timor, dan
Dompo
dan Hayam Wuruk kian menjadikan Majapahit menjadi besar
dan kuat, hingga disegani kawan maupun lawan.
2.3.2.
Gajah Mada
Gajah Mada ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih, Ia
menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu
Tribhuwanatunggadewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana
Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Majapahit yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. 
Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa,
yang tercatat di dalam Pararaton :
“ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti
palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru,
ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana
ingsun amukti palapa ”
Yang artinya :
Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa,
berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan
Nusantara, aku
takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau
Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.
Namun Gajah Mada tidak sempat menepati sumpahnya akibat
tragedi Perang Bubat yang mengakibatkan Patih Gajah Mada
dinonaktifkan dari jabatannya.
  
19
2.3.3.
Dyah Pitaloka Citraresmi
Dyah Pitaloka Citraresmi atau Citra Rashmi adalah
putri Kerajaan Sunda. Ia adalah anak perempuan dari Prabu Maharaja
Lingga Buana dari Kerajaan Sunda.
Menurut Pararaton, Hayam Wuruk,
raja 
Majapahit yang sangat berhasrat untuk menjadikannya sebagai
permaisuri. 
Berbesar hati serta melihat perjodohan
ini sebagai peluang untuk mengikat persekutuan dengan kerajaan
Majapahit yang besar dan jaya, raja Sunda dengan suka cita
memberikan restunya dan ikut pergi mengantarkan putrinya ke
Majapahit untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk.
Pada tahun 1357 rombongan kerajaan
Sunda tiba di Majapahit setelah melayari Laut Jawa. Rombongan
kerajaan Sunda
mendirikan pesanggrahan di Lapangan Bubat di
bagian utara Trowulan, Ibu Kota Majapahit. Mereka menantikan
jemputan dari pihak Majapahit serta upacara kerajaan yang pantas
layaknya pernikahan agung kerajaan. Akan tetapi Gajah Mada,
Mahapatih Majapahit, memandang peristiwa ini sebagai
kesempatan untuk menaklukan Sunda dibawah kemaharajaan
Majapahit, dan bersikeras bahwa Sang Putri tidak akan diangkat
menjadi Ratu Majapahit, tetapi hanya menjadi Selir yang
dipersembahkan untuk Raja Majapahit, sebagai tanda takluk
Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Majapahit. Raja Sunda amat
murka dan merasa dipermalukan oleh tuntutan Gajah Mada yang
sungguh keterlaluan ini.
Akibat ketegangan ini terjadi
pertempuran antar rombongan kerajaan Sunda melawan tentara
Majapahit.
Meskipun memberikan perlawanan dengan gagah
berani, rombongan kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya gugur
dalam kepungan tentara Majapahit.
Hampir seluruh rombongan
kerajaan Sunda ditumpas dengan kejam dalam tragedi ini. 
  
20
Menurut tradisi, kematian Dyah Pitaloka diratapi oleh
Hayam Wuruk serta segenap rakyat Kerajaan Sunda yang
kehilangan sebagian besar keluarga kerajaannya. Oleh masyarakat
Sunda kematian Sang Putri dan Raja Sunda dihormati dan
dipandang sebagai suatu keberanian dan tindakan mulia untuk 
membela kehormatan bangsa dan negaranya. Ayah Sang Putri, Prabu
Maharaja Lingga Buana disanjung dan dihormati oleh masyarakat Sunda
dengan gelar "Prabu Wangi"
Kisah Putri Dyah Pitaloka dan Perang Bubat menjadi tema
utama dalam Kidung Sunda. Catatan sejarah mengenai peristiwa
Pasunda Bubat disebutkan dalam Pararaton, akan tetapi sama
sekali tidak disinggung dalam naskah Nagarakretagama.
2.3.3.1.
Prabu Lingga Buana
Linggabuana merupakan anak dari Prabu Rangamulya
Luhur Prabawa. Sebelum menjadi Raja Linggabuana pernah
menjadi seorang adipati selama 7 tahun, dibawah pemerintahan
kakeknya, menjadi Yuwaraja (Putra mahkota) pada masa
pemerintahan ayahnya selama 10 tahun.
Sang Linggabuana dinobatkan menjadi Raja Sunda pada
tanggal 14 bagian terang bulan Palguna tahun 1272 Saka atau kira-
kira tanggal 22 Februari 1350 Masehi, dengan gelar Prabu
Maharaja Linggabuana.
Pada masa pemerintahan Lingabuana di
Kawali, datang seorang utusan dari Kerajaan Majapahit dengan
tujuan untuk melamar putri Sunda (Dyah Pitaloka
Citraresmi).
Keterangan mengenai pelamaran ini tertulis dalam kitab Pararaton,
sebagai berikut:
Bre prabhu ayun ing putrid ring Sunda. Patih Madu
ingutus angundangeng wong Sunda.
Artinya:
  
21
“Sri Prabu (Hayam Wuruk) ingin
memperistri putri dari Sunda. Patih Madu diutus mengundang
orang Sunda.”
Setelah menimbang secara matang-
matang akhirnya Linggabuana menerima lamaran Prabu Hayam
Wuruk, yang disampaikan oleh patih Madu sebagai utusan kerajaan
Majapahit. Prabu Linggabuana, selain menerima lamaran Hayam
Wuruk, dia juga menerima permintaan untuk mengadakan upacara
perkawinan di Kerajaan Majaphit.
Menurut Pararaton, pada tahun 1357
Masehi peristiwa yang dikenal sebagai Pasunda-Bubat, suatu
pertikaian politik antara kerajaan Majapahit dengan Sunda.
Peristiwa ini juga terkenal dalam cerita
Parahyangan, yang
menyebutkan:
“Manak deui prebu maharaja. Lawasniya
ratu tujuh tahun. Kena kabawa ku kalawiyasa, kabancana ku
seuweu dimanten, ngaran tohan. Mu(n)dut agung dipipanumbasna.
Urang reya sa(ng)kan nu angkat ka Jawa, mumul nu lakian di
Sunda pan prangprang di Majapahit.”
Artinya:
“Punya anak, Prabu Maharaja, lamanya
menjadi raja tujuh tahun, lantaran terkena bencana, terbawa celaka
oleh anaknya yang bernama Tohaan, meminta terlalu besar
saratnya. Bermula banyak orang yang pergi ke Jawa, karena tidak
bersuami di Sunda. Terjadilah perang di Majapahit”
2.3.3.2.
Madhu
Madhu adalah salah satu patih kerajaan
majapahit yang diutus langsung oleh prabu hayam Wuruk untuk
  
22
menyampaikan lamarannya kepada putri Sunda ( Dyah pitaloka
Citraresmi).
2.4. Data Hasil Wawancara
Untuk mendukung data-data dalam pembuatan animasi pendek ini,
penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh yang berperan dalam
dunia Animasi, yaitu pertama adalah Pak Gotot Prakosa, seorang praktisi film
Indonesia yang sudah masuk pada generasi senior dan meupakan ketua dari
ANIMA (Asosiasi Film Animasi Indonesia). Kedua adalah Bapak Wahyu
Aditya, seorang animator asal Indonesia dan pendiri Hellomotion.
Berikut kesimpulan dari wawancara tersebut :
Animasi berasal dari kata animare
yang artinya memberi kehidupan,
menghidupkan. Jadi film animasi bisa dikatakan
film yang dibuat dengan
teknik satu persatu frame. Contoh sederhananya yaitu muppet show, wayang
dan gambar di goa. 
Animasi mengambil dari kebudayaan masing-masing di negaranya.
Misalnya manga di Jepang, mengambil gambar-gambar dari kuil-kuil di Jepang
zaman dulu. Di Indonesia misalnya wayang.
Lotte Reiniger  membuat animasi panjang pertama di dunia berjudul
Prince Ahmed, ia membuat dengan tehnik animasi seperti wayang (bayangan-
bayangan). 
Dukut Hendronoto (Ook) membuat animasi pertama di Indonesia, saat
itu animasi yang ia buat merupakan propaganda pendek untuk memberi 
informasi pada masyarakat bagaimana cara mencoblos yang benar saat Pemilu
berjudul  “Si Doel memilih”
Animasi ada beberapa macam, yang pertama adalah pertama animasi
pendek yaitu film-film yang durasinya sangat pendek antara 10-20 detik dan di
bawah 30 menit. Animasi seperti ini biasanya terdapat di iklan, tapi bisa juga
sebagai suatu art.
Film pendek merupakan lompatan ke medium yang lebih
panjang, juga sebagai media yang dapat dinikmati oleh orang urban yang sibuk
dan membutuhkan bentuk konten-konten yang cepat dan singkat.Tidak seperti 
program tv. Short movie tidak perlu memikirkan bagaimana iklan dimasukkan.
  
23
Pada tahun 40-an criteria film pendek adalah film yang tidak lebih
dari 60 menit. Setiap festival
atau perlombaan memiliki kriteria durasi yang
berbeda-beda. Pada Jakarta International Film Festival (JIFEST)  kriteria film
pendek yakni berdurasi antara 15-20 menit. Film-film pendek seperti ini
disebut film Indies (film yang berdurasi antara 1-20 menit).
Ada juga istilah Omnibus
yaitu gabungan film-film pendek
dengan tema sama yang dijadikan satu. Biasanya untuk memenuhi syarat  film
pendek agar diputar di bioskop yang memiliki ketentuan durasi antara 80-130
menit.
Short movie
era sekarang sudah berbeda, banyak medium
baru
bagi para penonton yang lebih accessible, sehingga lebih terbuka dan luas bagi
banyak orang, sekarang tidak perlu membeli tiket untuk memasuki festival, tapi
bisa juga melalui media sosial lainnya, seperti facebook, youtube, dsb.
Tips untuk membuat film yang menarik yaitu :
Menguasai bahasa film misalnya : Komposisi, pan, close Up, 
karena merupakan bahasa visual dalam film.
Storyboard / Skenario.
Menggunakan simbol-simbol sebagai stratergi  karena 
menggunakan bahasa yang berbeda dengan film
panjang.
Jangan memanjang-manjangkan pesan jika sebetulnya pendek.
Untuk kriteria film pendek, esensi film semakin pendek semakin 
bagus.
Sementara kriteria film pendek yang bisa menang dalam festival
yakni :
Berbeda dari biasanya unik.
Sadar membuat film pendek adalah panggilan hati sendiri, 
kejujuran.
  
24
Membuat sesuatu yang suatu saat akan punah, misalnya tema 
lingkungan, nenek.  
Membuat orang menggali kembali memori mereka. 
Romantisme (ingin sesuatu yang indah dalam pikiran kita 
bisa terulang lagi)
Membuat sesuatu yang kita sukai, dengan bahasa yang 
benar, objek lain akan mengikuti.
Membuat perencanaan yang benar dan baik.
Menggunakan bahasa dan kebudayaan yang tepat sesuai 
cerita.
Lokal konten penting untuk membuatnya lebih unik
dibanding yang lain.
disukai dan sesuai dengan selera para juri.
Yang kedua adalah film bisu, yakni film yang tidak
menggunakan
bahasa, hanya gerakan-gerakan gesture
atau bahasa tubuh. Misalnya Charlie
Chaplin. Namun belakangan muncul sebuah fenomena film bisu terbaru yaitu
menggunakan tulisan di tengah-tengah film untuk menceritakan narasi. Cerita
yang tertulis. Misalnya sutradara Jean-Luc Godard.
Untuk short movie
tolak ukur bagus tidaknya, tidak bisa bergantung
dari segi teknis, tetapi harus dilihat apakah memiliki dampak social yang besar
atau tidak, memberi inspirasi atau tidak. Kadang perlu dialog, kadang tidak
perlu. Tergantung kebutuhan.
Festival tidak selalu dikatagorikan sebagai film-film berat, namun lebih
ke beraneka ragam. Tidak hanya menggunakan special effect yang mewah
tanpa makna. Membandingkan dari keseluruhan dan mencari sesuatu yang
beda dari film lain, merupakan nilai tambah tersendiri. Misalnya diantara
sekian banyak peserta yang menggunakan 3d advance, ada yang membuat
animasi dari cukilan kayu, ia berani membuat sesuatu yang berbeda, ada yang
cara berceritanya dibalik. Festival adalah ajang mencari suatu cara
  
25
penyampaian yang baru dan segar, jika hanya meniru dari pemenang
sebelumnya, ia tidak akan menonjol.
Untuk lokal konten, sebetulnya setiap film memiliki penontonnya
tersendiri.
Konten yang bisa masuk ke dalam berbagai macam budaya adalah
konten yang universal, mengungkapkan masalah-masalah universal yang
dirindukan oleh penonton lokal. Konten yang sukses adalah konten yang betul-
betul dunia imajinasi
yang bisa meng-grab
perhatian penonton, misalnya
Pokemon, One Piece, dll. karena penonton adalah orang yang sibuk dan media
pesaing lain sudah begitu banyak, maka bagaimana bisa menarik perhatian
penonton itu penting.
Indonesia diuntungkan dengan demografis dan wilayah yang besar dan
butuh konten yang satu paham dengan mereka yakni konten local. Dengan
kemasan yang bagus harusnya bisa lebih diterima.
Didalam animasi terdapat beberapa unsur penting untuk
mendukung animasi itu sendiri, diantaranya adalah Audio Visual dalam film.
Arti audio visual adalah Suara dan gambar jadi seharusnya dalam membuat
film berarti, suara dahulu baru kemudian gambar diisi. 
2.5. Studi Existing
Selain data-data, penulis juga mengumpulkan berbagai macam
referensi untuk genre yang sejenis yang menginspirasi penulis, dengan tujuan
untuk menganalisa animasi dan film tersebut guna memberikan pengayaan
dalam pengerjaan animasi yang penulis kerjakan.
2.5.1.
Studi Bentuk
Untuk studi bentuk, penulis menganalisa bentuk-bentuk
karakter dan
elemen-elemen yang digunakan dalam wayang Golek dan
boneka kayu.
  
26
Gambar 2.9 Chaplin dan Wayang Golek rama shinta
                         Sumber : http://www.marionettes-puppets.com/images/P/Chaplin-ma427.jpg 
Dari gambar-gambar tersebut, terlihat bahwa disetiap siku,
pinggang maupun leher merupakan objek terpisah yang disambung.hal
ini merupakan unsur gaya kental dari boneka kayu maupun wayang
golek. Penulis mengambil unsur tersebut untuk animasi ini. 
Dari gambar-gambar tersebut, terlihat bahwa disetiap siku,
pinggang maupun leher merupakan objek terpisah yang disambung.hal
ini merupakan unsur gaya kental dari boneka kayu maupun wayang
golek. Penulis mengambil unsur tersebut untuk animasi ini. 
Untuk
bagian wajah karakter, penulis
mengambil gaya klasik seperti pada gambar,
belom di lukis sehingga gaya klasiknya masih
terlihat.
Hal ini menurut penulis memperkuat
sisi maskulin karakter dan terlihat seperti
karakter-karakter tersebut berada dalam dunia
boneka.
                    Gambar 2.10 Erin
                         Sumber :
2.5.2.
Studi Warna
Warna merupakan salah satu elemen terpenting dari animasi, dari
warna, kita dapat mengetahui mood tentang suatu adegan dalam sebuah
animasi. Agar pemilihan warna yang nantinya akan dipakai dalam
animasi tepat, penulis melakukan beberapa studi terkait dengan warna
  
27
terhadap beberapa animasi pendek (The Legend of the Scarecrow
dan
Thought of You - by Ryan Woodward).
Gambar 2.11 salah satu scene dalam animasi The Legend of the Scarecrow
                         Sumber:http://2.bp.blogspot.com/-
Gambar di atas adalah sebuah shot dalam salah satu
adegan di dalam animasi The Legend of the Scarecrow. Terlihat warna
yang digunakan adalah warna –
warna dengan saturasi yang rendah dan
efek warna monochrome. Warna-warna tersebut terlihat menyatu dan
memberikan kesan tua.
Selain itu terlihat adanya perbedaan saturasi warna
background dan objek yang kontras. Hal ini tentu memberikan sebuah
emphasis khusus pada objek.
  
28
2.5.3.
Studi Art Direction
Untuk art direction, penulis melakukan studi terhadap animasi
pendek tales of three brother dan Thought of You - by Ryan Woodward.
Dalam animasi pendek Tales of Three Brother, dunia di dalam
animasi tersebut banyak menggunakan siluet dengan perbedaan saturasi
suatu warna tertentu dan dibangun dengan bentuk
yang sederhana dan
menggunakan environmental fog untuk menggambarkan kesan jauh. 
                Gambar 2.12 salah satu scene dalam animasi tales of three brother
                                                Sumber :
Tekstur yang diaplikasikan dalam animasi tersebut juga menambah
sisi artistik dalam animasi tersebut
sehingga menciptakan mood yang
diinginkan.
                 Gambar 2.13 salah satu scene dalam animasi Thought of You - by Ryan Woodward
                                              Sumber:
  
29
2.6.
Target Pasar
2.6.1. Target Primer
Demografi : Laki-laki / perempuan, 13 - 20 tahun, status 
ekonomi sosial B - A
Psikografi : Memiliki rasa ingin tahu yang besar dan menyukai 
film atau animasi
Geografi : Kota-kota besar.
2.6.2. Target Sekunder
Demografi  : Laki-laki / perempuan, remaja, 13 - 20 tahun, 
status ekonomi sosial C-A
Psikografi : Terbuka, menyukai budaya indonesia  dan 
menyukai film animasi
Geografi    :  Selain kota-kota besar.
2.7.
Analisa
2.7.1.
Pertimbangan Pengambilan Cerita
Banyak sekali film animasi yang bertemakan fantasi yang mengambil
unsur budaya mereka, namun jika kita mendalami sejarah dan budaya
Indonesia sendiri, banyak sekali unsur budaya dan sejarah indonesia yang
dapat diangkat menjadi film animasi pendek dan kualitas ceritanya tidak
kalah jauh dari yang lain. Kita hanya perlu mengembangkannya menjadi
menarik sehingga mampu menarik perhatian audiens.
2.7.2.
Faktor Pendukung
Animasi di indonesia masih sedikit, sehingga masih ada peluang untuk
berhasil..
Cerita yang berakhir tragis banyak menarik emosi para penonton.
  
30
2.7.3.
Faktor Penghambat
Keterbatasan waktu yang mungkin bisa membuat animasi pendek
ini
tidak bisa mencapai hasil maksimal sesuai yang diharapkan.
Minat remaja sudah mulai berkurang untuk menonton film animasi.
Kurangnya Ilmu yang digunakan untuk membuat Animasi Pendek ini.
Alur cerita kadang tidak berhasil menarik emosi para penonton.