3
BAB 2
DATA & ANALISA
2.1. Data Sejarah
2.1.1. Sejarah Singkat VOC
VOC
(Verenigde Oost-Indische Compagnie)
adalah sebuah kongsi
dagang dari Belanda yang beridiri pada 1602 dari perseroan dagang yang
tadinya saling bersaing
untuk memonopoli perdagangan di Asia dan Hindia
Timur.
Pemerintahan VOC
di Hindia-Belanda berpusat di Batavia. Pada
dasarnya VOC
hanyalah perusahaan dagang biasa, namun mereka didukung
oleh kerajaan dan diberikan hak-hak khusus atau Oktrooi (piagam, charta), isi
dari piagam tersebut diantaranya adalah :
1. Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur
Tanjung Harapan dan sebelah barat
Selat Magelhaens
serta menguasai
perdagangan untuk kepentingan sendiri.
2. Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu
negara untuk :
a. Memelihara angkatan perang
b. Memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian
c. Merebut dan menduduki daerah-daerah asing diluar negeri Belanda
d. Memerintah daerah-daerah tersebut
e. Memiliki mata uang sendiri
f. Memungut pajak
Pada
masa penyerangan Mataram ke Batavia
VOC
dipimpin oleh
Gubernur Jenderal yang bernama Jan Pieterzoon Coen.
Namun Coen
meninggal ketika perang melawan tentara Mataram akibat wabah penyakit
disentri yang menyebar di Batavia pada saat itu akibat strategi perang tentara
Mataram yang menyumbat sungai Ciliwung.
(M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah
Indonesia Modern 1200-2004)
|
4
2.1.2. Sejarah Singkat Kesultanan Mataram
Mataram adalah sebuah kerjaan Islam yang berdiri pada abad 17 di
pulau Jawa.
Kerajaan ini didirikan oleh Ki Ageng Pemanahan, yang
kemudian wafat pada tahun1578. Tahta kerajaan diambil alih oleh putra dari
Ki Ageng Pemanahan, yaitu Senapati ing Alaga atau dikenal juga dengan
Panembahan Senapati.
Pada masa keemasannya Mataram dipimpin oleh Sultan Agung
Hanyokrokusumo
( 1613
1645 ), dan telah menyatukan pulau Jawa dan
Madura. Daerah yang berhasil ditaklukan Mataram antara lain Andaka,
Warsaba, Pasuruan, Pajang, Tuban,
Surabaya, Madura, Cirebon, dan daerah
Jawa Barat.
Sultan Agung juga memerangi VOC di Batavia untuk mengusir
mereka dari pulau Jawa, pengepungan Batavia terjadi pada tahun 1628, tetapi
mengalami kegagalan lalu diulangi lagi penyerangan pada tahun 1629, tetapi
masih mengalami kegagalan.
Mataram beberapa kali menunjukan sikap perlawanan terhadap VOC.
Namun sayang pada akhir keruntuhannya Mataram terpaksa menerima
bantuan dari VOC.
(Tim Nasional Penulisan Sejarah
Indonesia.
2011.
Sejarah Nasional Indonesia Jilid III)
2.1.3. Latar Belakang Invasi Mataram ke Batavia
Latar belakang permusuhan VOC
dan Mataram berawal dari
perebutan hegemoni di Jawa. VOC yang pada saat itu bermarkas di Ambon,
Kepulauan Maluku mengirim utusan ke Sultan Agung untuk meminja izin
mendirikan loji-loji dagangnya di sepanjang pantai utara Jawa,
namun
hal ini
ditolak mentah-mentah
oleh Sultan Agung karena bila itu terjadi maka
perekonomian pantai utara Jawa akan dikuasai dengan mudah oleh VOC,
sejak saat itu hubungan antara keduabelah pihak semakin renggang.
Hubungan antara Sultan Agung dengan VOC
sejak awal mula
memang sudah buruk. Sultan Agung memperingatkan bahwa persahabatan
antar kedua kubu tidak bisa tercapaiapabila VOC
masih berupaya merebut
tanah Jawa. Titik yang menentukan adalah
pada tahun 1619 ketika VOC
berhasil merebut kota Jayakarta dari Kesultanan Banten, mereka mengubah
nama kota tersebut menjadi Batavia, dan membangun kantor pusat VOC
|
5
untuk Hindia-Belanda serta mengangkat Jan Pieterzoon Coen
sebagai
Gubernur Jendral
yang ke-4. VOC
telah melakukan apa yang telah
diperingatkan Sultan Agung, yang ingin menjadi penguasa tunggal pulau
Jawa. Tadinya pihak Mataram mulai berpikir untuk memanfaatkan kekuatan
besar VOC
dengan meminta bantuannya dalam perang menghadapi
Kesultanan Banten dan Surabaya.
Namun VOC
menolak, maka dengan ini
putuslah hubungan diplomasi kedua pihak yang tadinya sudah merenggang.
Setelah Mataram berhasil menjatuhkan Surabaya, maka target
berikutnya adalah Kesultanan Banten. Namun secara posisi VOC
di Batavia
menjadi penghalang langkah Mataram untuk menyerang Banten yang berada
di ujung barat pulau Jawa.
(M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern
1200-2004)
2.1.4. Serangan Ke Batavia
2.1.4.1. Serangan Pertama
Pada April 1628, Mataram mengutus perwakilan untuk
menyampaikan tawaran damai dengan beberapa syarat agar
memuluskan langkah Sultan Agung ke Banten, namun ditolak oleh
VOC. Dengan itu Sultan Agung memutuskan perang dengan pihak
VOC.
Menurut buku yang ditulis M.C. Ricklefs (2005), pada tahun
1628 Sultan
Agung memberangkatkan pasukannya menjadi dua
rombongan
menuju Batavia.
Pasukan gelombang pertama ini
dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, seorang bupati dari Kendal
dan berhasil tiba di Batavia. Pasukan gelombang kedua tiba di Batavia
dua bulan kemudian dibawah pimpinan Pangeran Mandurareja. Total
pasukan Mataram berjumlah kurang lebih 10.000 orang. Perang besar
terjadi di Benteng Hollandia.
Mengacu pada artikel Kevin Bob
(2010), pemimpin VOC
memerintahkan agar hutan di sebelah selatan ditebang dan
perkampungan sekitarnya dibakar agar gerak-gerik pasukan Mataram
dapat terlacak dengan mudah.
Pasukan mataram tidak tinggal diam,
mereka
membangun benteng pertahanan di daerah perang. Malam
|
6
hari pasukan Mataram menggali garis pertahanan dan membuat parit
perlindungan, pembangunan kubu pertahanan ini memakan waktu
hingga setengah bulan.
Pada Oktober 1628 hampir seluruh pasukan
VOC
di Batavia dikerahkan untuk melakukan serangan pada
Mataram, kekuatan pasukan VOC
itu sekitar 2.866 serdadu.
Komandannya Letkol Jacques
le Febvre. Pasukan kompeni dibagi
menjadi beberapa kelompok pasukan yang bertugas antaralain ialah:
1. Pasukan berkuda menyerang dari arah barat laut.
2. Pasukan Avantrgarde, terdiri atas 3 regu yang dipimpin
oleh,
Kapten Dietloff Specht, Ghysbert van Lodensteynx
dan kapten
Andrian Anthonisz, komandan garnisun benteng Batavia.
3. Batalion di bawah Mayor Vogel.
4. Pasukan Arrieregarde.
5. Pasukan orang-orang merdeka dan orang Jepang.
Akhirnya kubu pertahanan Bahureksa dapat direbut oleh VOC.
Kegagalan demi kegagalan yang terjadi di pihak Mataram tidak lebih
karena kurangnya persiapan dan juga terbatasnya bahan makanan juga
serangan penyakit pada pasukan Mataram.
Dengan ini serangan
pertama Sultan Agung pun mengalami kegagalan.Menanggapi
kekalahan ini Sultan Agung bertindak tegas, pada bulan Desember
1628 ia mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung
Bahureksa dan Pangeran Mandurareja.
2.1.4.2. Serangan Kedua
Setelah mengalami kekalahan pada serangan yang pertama
(1628) dari VOC di Batavia, Mataram kembali berencana melakukan
serangan yang kedua, maka persiapan pun dilakukan, pasukan
Mataram kali ini telah menyiapkan perbekalan logistik para prajurit di
tempat-tempat tertentu dalam perjalanan ke Batavia yaitu di Tegal dan
Cirebon.
Pasukan Mataram berangkat dalam 2 gelombang, pertama
berangkat akhir Mei 1629 dipimpin Adipati Ukur, dan yang kedua
|
7
Juni 1629
dibawah pimpinan Adipati Juminah, pada bulan Agustus
pasukan Mataram telah tiba di Batavia. Namun ada pengkhianatan
dikubu Mataram yang membocorkan strategi Mataram untuk
menyiapkan logistik.
Akhirnya
VOC
membakar semua persediaan
beras pasukan mataram yang ada di Tegal dan Cirebon.
Pada serangan kali ini pasukan Mataram berhasil menyumbat dan
mengotori sungai Ciliwung sehingga menyebabkan wabah penyakit kolera
dan disentri di Batavia, akibat terkena wabah penyakit ini Gubernul Jendral
VOC, Jan Pieterzoon Coen
meninggal dunia.
Namun di pihak Mataram
sendiri sudah kehilangan semangat perang akibat tidak adanya pasokan
logistik, ditambah lagi mereka juga terkena wabah penyakit disentri dan
kolera.
Hal ini semakin membuat moral pasukan Mataram jatuh.
Serangan
kedua ini pun berujung pada kegagalan.
(M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah
Indonesia Modern 1200-2004)
2.1.5. Pasca Kekalahan di Batavia
Setelah kekalahan di Batavia Sultan Agung
menjalin hubungan
dengan Portugis untuk bersama menghancurkan VOC-Belanda.
Namun
hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena Sultan menyadari posisi
Portugis saat itu sudah lemah.
Kekalahan di Batavia menyebabkan daerah-
daerah bawahan berani memberontak untuk merdeka.
Kekalahan Mataram di Batavia memicu pemberontakan-
pemberontakan di beberapa daerah, diawali dengan pemberontakan para
ulama Tembayat yang berhasil ditumpas tahun 1630.
Kemudian Sumedang
dan Ukur memberontak tahun 1631. Sultan Cirebon yang masih setia berhasil
memadamkan pemberontakan Sumedang tahun 1632. Sedangkan Ukur dapat
ditumpas oleh Patih Singaranu tahun 1635. Disusul kemudian pemberontakan
Giri Kedaton.
Pemberontakan Giri Kedaton ini dipadamkan oleh Pangeran
Pekik pada tahun 1636.
Pada akhir masa kekuasaannya Sultan Agung berhasil menyatukan
pulau Jawa dalam kekuasaan Mataram, kecuali Banten dan Batavia. Wilayah
luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang di Sumatra tahun
1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun
1622.
Ia juga menjalin hubungan
|
8
diplomatik dengan Makassar, negeri kuat di Sulawesi saat itu. (M.C. Ricklefs.
2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004)
2.2. Wayang Kulit
Mengacu pada artikel yang ditulis Slamet Riyadi, (2010). Menurut R.T.
Josowidagdo
wayang berarti ayang-ayang atau bayang-bayang, sebab yang kita
lihat
saat pertunjukan wayang adalah bayangan
pada kain putih yang dibentang
sebagai pentas pergelaran wayang.
Wayang adalah seni pertunjukan yang berasal Indonesia, wayang berkembang
pesat terutama di pulau Jawa dan Bali. Pada awalnya wayang memiliki pengaruh dari
kebudayaan Hindu yang dibawa oleh pedagang dari India, namun lama-kelamaan
wayang bercampur dengan kebudayaan Jawa dan Islam. Wayang juga digunakan
sebagai media dalam menyebarkan ajaran agama Islam oleh salah satu Wali Songo.
Wayang kulit sendiri merupakan salah satu jenis wayang yang terbuat dari kulit
sapi, kerbau, atau kambing. Dimainkan oleh seorang dalang dan diiringi musik
gamelan.
2.3. Animasi Dokumenter
Mengacu pada tulisan Annabelle Honess Roe (2013), sebuah sebuah karya
audiovisual dapat dikatakan sebuah animasi dokumenter apabila dibuat secara frame
by frame, lebih kepada tentang apa yang terjadi di dunia bukan tentang dunia
imajinasi pembuat film, dan didapat diterima audiens sebagai sebuah dokumenter.
Teknik animasi dalam dokumenter dapat digunakan bila :
1. Tidak ada rekaman asli dari kejadian yang akan didokumentasikan.
2. Hal yang didokumentasikan sulit dilakukan reka ulang kejadiannya.
Selain itu penggunaan animasi akan menambah ketertarikan audiens dan
mempermudah mereka untuk memahami isi dari film tersebut.
|
9
2.4. Target Audiens
Menurut demografi penduduk Indonesia, target audiens dari animasi
dokumenter ini adalah masyarakat yang masih diwajibkan untuk mendapat
pendidikan sejarah, yaitu siswa sekolah dari SD-SMA.
2.5. Analisa Kasus
2.5.1. Faktor Pendukung
1. Tema yang diangkat dapat menjadi referensi sejarah dan mengingatkan
kembali pada perjuangan pahlawan kita
2. Tema yang diangkat dapat menyulut rasa nasionalisme masyarakat.
3. Penggunaan teknik animasi dapat merekonstruksi ulang kejadian sejarah
yang sulit direka ulang secara nyata
2.5.2. Faktor Penghambat
1. Adanya masyarakat yang kurang tertarik akan sejarah
2. Tidak semua detail sejarahnya dapat dibahas karena keterbatasan waktu
2.4.3. Analisa & Penetapan
Berdasarkan data-data yang penulis miliki dari buku-buku literatur
sejarah serangan Mataram ke Batavia, tokoh-tokoh yang terkait, serta latar
belakangnya, maka akan dibuat film animasi dokumenter tentang Serangan
mataram ke Batavia
|