4
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1  History
2.1.1  Asal-usul orang Tionghoa di Indonesia
Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak
ribuan tahun yang lalu. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-
kerajaan kuna di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang
berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan
lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.
Awal mula kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia berawal pada masa
kejayaan Kerajaan Kutai di pedalaman kalimantan, atau Kabupaten Kutai, yang
daerahnya kaya akan hasil tambang emas itulah mereka dibutuhkan sebagai
pandai perhiasan (Emas). Karena kebutuhan akan pandai emas semakin
meningkat, maka didatangkan eamas dari cina daratan, disamping itu ikut dalam
kelompok tersebut adalah para pekerja pembuat bangunan dan perdagangan.
Mereka bermukim menyebar mulai dari Kabupaten Kutai, Sanggau Pontianak
dan daerah sekitarnya.
Gelombang kedua kedatangan Etnis Cina (Tionghoa) ke Indonesia ialah
pada masa kerajaan Singasari di daerah Malaka Jawa Timur sekarang.
Kedatangan mereka dibawah armada tentara laut Khubilaikan atau juga sering
disebut sebagai Jhengiskan dalam rangka ekspansi wilayah kekuasaannya.
Namun utusan yang pertama ini tidaklah langsung menetap, hal ini diakrenakan
ditolaknya utusan tersebut oleh Raja.
Pada Ekspedisi yang kedua tentara laut Khubilaikan ke-tanah Jawa dengan
tujuan membalas perlakuan raja Singasari terhadap utusan mereka terdahulu,
namun mereka sudah tidak menjumpai lagi kerajaan tersebut, dan akhirnya
mendarat di sebuah pantai yang mereka beri nama Loa sam (sekarang Lasem)
sebagai armada mereka menyusuri pantai dan mendarat disuatu tempat yang
Sam Toa Lang Yang kemudian menjadi Semarang. Masyarakat etnis Cina ini
kemudian mendirikan sebuah tempat ibadat (Kelenteng) yang masih dapat
dilihat sampai masa sekarang.
  
5
Karena runtuhnya Singasarai dan Majapahit, serta munculnya kerajaan baru
yaitu Demak sebagai sebuah kerajaan Islam, maka keberadaan Etnis
Cina ini
dipakai sekutu Demak di dalam rangka menguasai tanah Jawa dan penyebaran
agama Islam. Hal itu dimungkinkan karena panglima armada laut yang mendarat
di Semarang, seoarang yang beragama islam, yaitu Cheng Ho. Penyebaran Islam
di Jawa oleh etnis Tionghoa ini ternyata berhubungan dengan tokoh-tokoh
penyebar agama Islam di Jawa yaitu wali songo. Empat dari sembilan wali
songo merupakan orang Cina atau masih keturunan Cina, yaitu Sunan Ampel,
Sunan Bonang (anak dari Ampel dan seorang wanita Cina), Sunan Kalijaga, dan
Sunan Gunungjati. Selain menyebarkan agama Islam, Etnis Cina ini juga diberi
wewenang untuk menjalankan Bandar atau pelabuhan laut di Semarang dan
Lasem. Hal ini oleh Demak dimaksudkan untuk melumpuhkan Bandar-bandar
laut yang lain, yang masih dikuasai oleh sisa-sisa Singasari dan Majapahit
seperti bandar laut Tuban dan Gresik.
Beberapa peninggalan zaman dahulu yang menyebutkan tentang
kedatangan etnis Tionghoa ada baik di Indonesia maupun di negeri Cina . Pada
prasasti-prasasti dari Jawa orang Cina disebut-sebut sebagai warga asing yang
menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia
Tenggara dan anakbenua India. Beberapa catatan tertua ditulis oleh para
agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7. Fa Hien
melaporkan suatu kerajaan di Jawa (“To lo mo”) dan I Ching ingin datang ke
India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk
belajar bahasa Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama
Jñânabhadra Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur
disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-
orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu
diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain sutera Tiongkok.
Orang China
terbagi menjadi dua golongan berdasarkan
keberangkatanmereka dari Tiongkok:
Golongan pertama adalah mereka yang datang pada abad ke-15, mereka
dating untukmenjadi petani, buruh, pekerja, dan pedagang, mereka mencapai
Tangerang dengan menggunakan perahu sederhana, dan pada awalnya hidup
pas-pasan dan bekerja sama dengan kolonial Belanda untuk mencapai standar
hidup yang lebih baik. Dewasa ini kebanyakan orang Cina Benteng golongan
  
6
pertama ini hidup pas-pas an dan sudah terasimilasi dengan budaya Pribumi
Sunda dan Betawi. Kebanyakan dari mereka tinggal di pedesaan.
Golongan kedua adalah orang Tionghoa yang datang pada abad ke-18
dan mendapat restu dan perbekalan dari Kaisar, dengan janji bahwa mereka
akan tetap loyal terhadap China dan Kaisar Dinasti Qing. Mereka datang
bersama-sama dengan kapal dagang Belanda, mereka datang dengan motivasi
mendapat penghasilan yang lebih layak dengan menjadi buruh, pedagang, dan
banyak juga yang menjadi tentara kolonial Belanda. Cina Benteng golongan
kedua ini juga adalah proyek pemerintah kolonial
Belanda yaitu "One
harmony between 3 races, under one loyalty to the Dutch colonial Empire".
Proyek pemerintah kolonial ini adalah menggabungkan tiga bangsa yaitu
Tionghoa, Belanda dan Sunda-Betawi, menjadi satu etnis dengan komposisi
50% tionghoa, 37,5% Sunda-Betawi dan 12,5% Belanda dengan harapan "ras
baru" ini hanya akan loyal terhadap pemerintah Belanda.China Benteng
golongan kedua ini hamper semuanya hidup sejahtera dan mewah.
Sejarah diakses pada bulan Mei 2013 dari
Gambar 2.1 - “Kaisar Dinasti Ching”
  
7
   Gambar 2.2 -  Peta distribusi daerah asal leluhur Tionghoa
sampai-indonesia.html
2.1.2Prestasi yang diraih oleh Tionghoa sebagai anak Bangsa Indonesia
Berikut adalah nama-nama yang cukup pernah kita kenal dan dnegar dari
prestasi yang mereka raih sebagai nama anak Bangsa Indonesia :
a. Rudi Hartono ( Lim Swie Kim), sebagai salah satu altlet terbaik Badminton
Indonesia pada era tahun 1970. Juara All England 8 kali.
b. Susyana Tjan, seroang atlet Wushu, dan meraih perunggu serta nama baik
bangsa Indoensia  pada pertandingan Olimpiade pada tahun 2010.
c. Sukyatno Nugroho (Hoo Tjioe Kiat), pengusaha, pendiri Es Teler 77
d. Surya Wonowidjoyo (Tjoa Jien Hwie), pengusaha rokok, pendiri Gudang
Garam
e. Agnes Monica, penyanyi dan aktris
f.
Oei Tjoe Tat, menteri Indonesia, politisi
g. Bingky Irawan, tokoh agama Konghucu
h. Ong Eng Die, menteri Indonesia, ahli ekonomi
i.
Soewandi, menteri Indonesia, ahli hokum
j.
Oei Tiong Ham, pengusaha, konglomerat pertama di Indonesia
k. Kho Ping Hoo, penulis cerita silat 
  
8
l.
Dedi Corbuzier, pemain sulap, mentalis
m.
Oei Wie Gwan, pengusaha rokok, pendiri Djarum
n. Pandji Wisaksana, pengusaha, pendiri Pioneer
o. Prajogo Pangestu, pengusaha, pendiri Barito Group
p. Kris Biantoro, aktor, penyanyi dan presenter
q. Chris John, petinju
r.
Ciputra, pengusaha
s.
Jakob Oetama, pendiri Harian Kompas
t.
Jaya Suprana, budayawan, pianis, pendiri MURI, pemilik Jamu Jago,
pengusaha 
u. Didik Nini Thowok, penari dan koreografer
v. P. K. Ojong (Auwjong Peng Koen), pendiri Kompas & Gramedia Group
w.Ali Sucipto, peraih medali emas Olimpiade Fisika Internasional 2005 
x. Andika Putra, peraih medali emas Olimpiade Fisika Internasional 2005
y. Bernard Ricardo Widjaja, peraih medali emas Olimpiade Fisika Asia
2003.Dan masih banyak lainnya…
Sumber diakses pada bulan mei 2013 dari 
yang-hebat-dan-berprestasi/
2.1.3 Tokoh-Tokoh yang berperan penting dalam etnis Tionghoa di Indonesia
a.
Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden RI, tokoh Muslim Indonesia, pemimpin
politik sekaligus sebag itokoh  pencetus Imlek menjadi hari libur Nasional.
Hari raya Imlek sudah sejak beberapa tahun lalu ditetapkan sebagai hari
libur nasional.Tahun baru Imlek 2564 jatuh pada tanggal 10 Februari 2013
merupakan tahun ular air.Sejak keran kebebasan dibuka pada masa
pemerintahan presiden Gus Dur, masyarakat Tionghoa atau peranakan pun
bebas merayakan Imlek dengan segala pernak-perniknya.
Di zaman orde baru kebebasan merayakan Imlek dilarang dan sangat
tertutup.Masyarakat Tionghoa merayakannya secara diam-diam dan hanya
dilakukan di lingkungan terbatas.Keadaan kemudian berubah setelah kejatuhan
rezim Orde Baru dan diganti oleh Pemerintahan Habibie, mulailah kebebasan
itu mulai sedikit terbuka, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan berbagai
atraksi kesenian budaya peranakan.
  
9
Tak lama berselang, saat pemerintahan almarhum 
Abdurrachman Wahid
alias Gus Dur, mulailah kebebasan itu benar-benar terealisasi, tepatnya sejak
tahun 2000 masyarakat Tionghoa bebas merayakan Imlek bahkan menampilkan
kebudayaannya.
Pada tahun 2000 kran kebebasan dibuka lebar-lebar oleh almarhum Gus
Dur dengan dikeluarkannya Keppres No.6 Tahun 2000 yang mencabut
Instruksi Presiden No.14 Tahun 1967 tentang Pembatasan implementasi agama,
kepercayaan dan adat istiadat Cina di Indonesia.
b.
Kwik Kian Gie, menteri koordinator Indonesia, ahli ekonomi
c.
Chrisye, penyanyi dan pencipta lagu
d.
Stephen Tong, pendeta Protestan, pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia
e.
Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa
f.
John Lie, Pahlawan Nasional, perwira TNI Angkatan Laut
g.
Szetu Mei Sen, (1928-2010), “Seorang Biasa Yang Luar Biasa”
Szetu Mei Sen lahir di Sukabumi dari keluarga Tionghoa
revolusioner.Ayahnya Szetu Tjan aktivis yang bergerak di bidang pendidikan,
Kepala Sekolah Menengah Tionghoa Guang Ren dan Pa Zhong, juga ibunya
seorang guru. Ditahun 1946, Szetu Mei Sen baru usia 19 tahun, sudah bekerja
sebagai wartawan “Tian Sheng Ri-bao”mendapat tugas ke Jogya untuk
mengikuti sidang KNIP yang ternyata dilangsungkan di Kota Malang. Dalam
perjalanan Kereta Api dari Jogya ke Malang terjadi pertemuan Mei Sen dengan
Presiden RI Soekarno, yang kebetulan satu gerbong. Pertemuan pertama
dengan Presiden Soekarno itulah, menentukan jalan hidup diri Mei Sen
kemudian, menjadi seorang yang luar biasa.
Szetu Mei Sen adalah seorang yang berjasa dalam mempererat
Persahabatan Rayat Tiongkok dan Rakyat Indonesia, “Sekalipun beliau (Mei
Sen) telah meninggal dunia, apa yang beliau sumbangkan tetap berada di hati
rakyat kedua bangsa,” kata Dubes RRT di Jakarta Zhang Qiyue. Banyak orang
Tiongkok yang mengagumi peran Szetu Mei Sen dalam mensukseskan
kelancaran Konfrensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung, bersama Adam
Malik memainkan peran penting menggolkan hak RRT menjadi anggota PBB
yang sah, di tahun 80-an juga berperan sebagai perantara dalam pemulihan
hubungan diplomatik RI-RRT yang sejak tahun 1967 dibekukan. Sze Tu Mei
Sen juga sebagai penerjemah Presiden Sukarno untuk bahasa Cina.Ia pernah
  
10
memberi kesaksian penting terkait keterlibatan RRC dalam pemberontakan PKI
atau yang kita kenal dengan Gestok (Gerakan Satu Oktober), yang berujung
pada runtuhnya kekuasaan Bung Karno.
Saat kematiannya di usia 82 tahun, Rakyat Indonesia dan Rakyat Tiongkok
kehilangan seorang pejuang dan sahabat baik .Pada saat dilangsungkan Upacara
Belasungkawa perpisahan terakhir pada tgl. 19 Oktober 2010 jam 11 pagi di
Rumah Duka Jing Hu Macau, nampaklah ke-BESARAN Szetu Mei Sen yang
dihargai dan dihormati rakyat kedua Negara, Indonesia-Tiongkok.
h.
Dr. Ken Liem Laheru, (1935-2011)
, Ahli NASA
dan Salah Satu Pendiri
Teknik Penerbangan ITB
Dr. Liem Kengkie (Ken Liem Laheru) adalah salah satu pendiri Teknik
Penerbangan Institut Teknologi Bandung.Pada 1962, kuliah-kuliah bidang
penerbangan diberikan di jurusan Mesin-Elektro oleh beberapa dosen ITB yang
baru pulang dari Eropa/US, di antara Prof Oetarjo Diran dan Dr Laheru.
Laheru pindah ke Amerika Serikat pada 1969. Beliau diterima masuk
program Ph.D. di University of Utah. Setelahnya, beliau bekerja di Thiokol
Corporation, perusahaan penyedia material pesawat udara dan antariksa.Bidang
keahliannya adalah material pesawat.Dr Laheru aktif menulis jurnal ilmiah
internasional.Sebagian diterbitkan sebagai technical document di NASA
(Thermomechanical coupling in fatigue fracture of viscoelastic materials,
NASA Technical Report, 1975).Menurut catatan pendek dari seorang
sahabatnya Oetarjo Diran, yang dirilis di milis IAP mengatakan “Liem Kengkie
belajar di Technische Hochschule Aachen, Jerman Barat, satu angkatan dengan
Pak Habibie.Pak Habibie dan Pak Kengkie, belajar di Technische Hoogeschool
Delft, Belanda, dalam bidang flugzeugbau (Jerman) atau vliegtuigbouwkunde
(Belanda), yang berarti teknik penerbangan.Kesempatan tadi adalah dalam
rangka satu pertemuan persiapan Kongres PPI Eropa”.
Liem Kengkie adalah seorang pendiam, sabar, tidak banyak omong,
namun memiliki ke-khas-an seorang engineer, precise, dengan pengertian
mendalam bahwa the engineering detail is very fundamental in the engineering
profession. Wafat pada 2 Mei 2011, Indonesia kehilangan satu lagi insan
terbaiknya di bidang penerbangan.
  
11
Sumber diakses pada bulan mei 2013 dari 
2.1.4   Pokok Masalah Diskriminasi :
a.
Selalu membeda-bedakan etnis
b.
Prasangka Antar Etnik
c.
Terjadinya Konflik Antar Etnik
d.
Kurang harmonis dan komunikasi sesame etnis
e.
Perbedaan antara Minoritas dan Mayoritas yang terlalu tinggi
2.1.5  Solusi agar tidak terjadinya Diskriminasi :
Dengan melihat beberapa kesimpulan di atas, maka perlu disimpulkan
bahawa pokok dari solusi ada nya diskriminasi etnis anatar sebagai berikut :
a.
Intensitas kegiatan dialog budaya dan keagamaan antara etnis Tionghoa dan
Pribumi perlu di tingkatkan, sehingga sikap negative dan prasangka social
tidak akan berkembang terus diantara keduanya. Dengan dialog diharapkan
masing-masing pihak akan mengetahui, siapa “saya”, siapa “kamu”, dan siapa
“mereka”, dan dengan demikian akan mengetahui dan memahami posisi
masing-masing tanpa adanya konflik diantara keduanya.
b.
Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi diantara orang Tionghoa dan
Pribumi yang begitu tinggi, maka diperlukan kerjasama/ kemitraan ekonomi
diantara keduanya. Orang Tionghoa yang secara ekonomi lebih kuat harus
memberikan kesempatan dan akses kepada orang lain untuk mengembangkan
ekonominya di dalam dunia bisnis. Demikian dengan orang tersebut (dari etnis
tertentu) mau bekerja keras untuk mengembangkan kekuatan ekonominya.
c.
Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai wewenang untuk membuat
kebijakan, harus membuat kebijakan yang pro terhadap semua rakyat, tanpa
adanya diskriminasi terhadap krelompok tertentu, termasuk kelompok Pribumi
dan Tionghoa.
Sumber diakses  pada bulan mei 2013 dari 
  
12
2.1.6  Beragam budaya Tionghoa
Berikut adalah kumpulan yang kental dengan Budaya etnis Tionghoa dan
Budaya Indonesia didalamnya sebagai berikut :
Gambar 2.3 Pekan Budaya Tionghoa bersama Gubernur dan warga Jogja
Yogyakarta-2013
Gambar 2.4 Pekan Budaya Jogjakarta (Pasar malam)
Yogyakarta
Gambar 2.5 Arakan Naga di malam tahun baru Imlek
  
13
Gambar 2.6 “Arakan Naga dengan busana Betawi”
tionghoa-indonesia.html
Gambar 2.6 “Malam Lampion, di Singkawang”
Sumber gambar : hasil foto camera pribadi, Imlek 2011
  
14
Gambar 2.6 “Malam Lampion, Suku Dayak, di Singkawang
Sumber gambar : hasil foto camera pribadi, Imlek 2011
2.1.7 Yayasan dan Komunitas yang mempertahankan kebudayaan Tionghoa
di Indonesia. Yang menjelaskan bahwa etnis Tionghoa juga berperan
penting didalamnya.
Berikut adalah daftar Yayasan ataupun Komunitas yang dirikan oleh etnis
Tionghoa untuk mempertahankan kebudayaannya di Indonesia :
Pendiri Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo, Haji Abdul Halim
Muhammad alias Li Guang Lin, di kota Surabaya.
Yayasan Paguyuban Marga Tionghoa Indonesia
Tionghoa Indonesia Muda (didirikan oleh aktivis muda etnis Tionghoa)
Sumber diakses pada bulan mei 2013 dari 
2.2  Target Audiens
Target Primer
Berusia sekitar 15-50 tahun, baik pria maupun wanita, bermukim di
seluruh daerah Indoensia, dan memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan
  
15
minimal setara SekolahMenengah Atas, serta memiliki pekerjaan di bidang
seni, budaya, sejarah, politik danfilm. Tingkat ekonomi B hingga A.
2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat
2.3.1  Faktor Pendukung
a.
Perkembangan teknologi, baik internet, computer, dan
gadgetmemungkinkan informasi dan promosi yang cepat.
b.
Isu tentang ras, sejarah, social dan politik memiliki keunikan tersendiri,
dan belumbanyak orang yang mengetahuinya, sehingga membuat orang
tertarik.
c.
Film animasi pendek yang mengangkat tentang ras, sejarah, social,
budaya dan politik masih sangat sedikit.
2.3.2  Faktor Penghambat
Tema yang di usung sangat sensitif terhadap rasisme, sehingga bisa
berujung padapencekalan.