Start Back Next End
  
18
Yang menarik adalah adanya cukup banyak merek rokok yang berkenaan dengan
perasaan, sifat, dan keadaan psikologis, serta faktor sosio-budaya setempat.
Dari aspek isi, gaya penuturan, ejaan, maupun panjang teks, terkesan bahwa teks
iklan –
iklan rokok sebelum tahun 1950-an cenderung berupa kalimat –
kalimat
pernyataan dan penjelasan yang panjang. Hal ini antara lain terlihat pada iklan Rokok
Klembak-Menjan (1927), rokok kretek Tjap Djoela-Djoeli Bintang Tiga (1928), Tjap
Bromo (1932), Tjap Kembang Gondokoesoemo (1933), Tjap Tidar (1935), dan Tjap
Dieng (1935). 
Awalnya pengiklanan hanya memakai cara –
cara persuasif secara lisan.
Misalnya, lewat promosi lisan yang tersirat dalam pembicaraan, penitipan pesan
lewat orang lain. Namun, cara yang paling spektakuler adalah melalui penyebaran
pamflet dengan pesawat terbang.
Gambar 09. Etiket Label
Sumber : Badil, 2011, Kretek Jawa, Gaya Hidup Lintas Budaya
Bahasa yang digunakan pada iklan biasanya bahasa Melayu Pasar, sedangkan
kalimatnya bergaya lugas. Contohnya ada pada kretek Tjap Bal Tiga (1936) dimana
teksnya berbunyi “Rokok kretek bikinan awak sendiri jang soedah terkenal lama”.
Ada juga iklan rokok yang menggunakan bahasa Jawa. Misalkan pada iklan rokok
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter