7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Investasi
1)
Menurut Sunariyah (2003:4), Investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka
waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntugan di masa-masa
yang akandatang.
2)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), Investasi dapat diartikan sebagai
penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu
relatif panjang dalam berbagai usaha. Penanaman modal yang
ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifatfisik
ataupun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan,
pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan. 
2.1.2 Pengertian Bisnis
1)
Menurut Allan Afuah (2004), Bisnis adalah sekumpulan aktifitas yang
dilakukan untuk menciptakan dengan cara mengembangkan dan
mentransformasikan berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa
yang diinginkan konsumen.
2)
Menurut Husein Umar (2003, p3) Bisnis merupakan seluruh kegiatan
yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpungan dalam
bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan jasa
  
8
untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka.
3)
Menurut Johar Arifin (2008,p2) Bisnis adalah semua kegiatan yang
dilakukan suatu organisasi dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan menawarkan barang atau jasa.
4)
Menurut Istijanto Oei (2010, p134) Bisnis adalah Rantai yang
terhubung, kalau digambarkan, pebisnis atau wirausaha terlibat
setidaknya dengan pemasok, internal perusahaan kita, pesaing,
pelanggan, dan pihak lain tak langsung
Keterangan diatas menjelaskan bahwa
Pemasok adalah pihak yang
menyediakan barang, sarana, fasilitas yang kita butuhkan untuk
menjalankan bisnis kita. Pelanggan adalah pembeli atau pelanggan
kita. Pesaing
adalah pihak lain yang menawarkan bisnis yang hampir
sama dengan kita. Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa
bisnis memiliki cakupan yang lebih luas dari perusahaan, sehingga
perusahaan merupakan bagian dari bisnis serta tujuan utama dari
sebuah kegiatan bisnis adalah memperoleh laba, agar kelangsungan
hidup dapat dipertahankan.
Pemasok
Pihak lain
Pesaing
Pelanggan
Internal
Perusahaan (kita sebagai
pebisnis dan para karyawan)
  
9
5)
Menurut Deliarnov (2006, p49) Pasar
adalah proses berlangsungnya
transaksi permintaan dan penawaran atas barang dan jasa..
2.1.3 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
1)
Studi kelayakan bisnis menurut Umar (2005, p8), studi kelayakan
bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
2)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003, p7) studi kelayakan bisnis adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu
usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan
layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.
2.1.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
     Ada lima tujuan perlunya melakukan studi kelayakan menurut Kasmir
dan Jakfar (2003:p13), yaitu:
1)
Menghindari Resiko Kerugian
     Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan
datang ada
semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan
akan terjadi atau memang dengan sendirinya  terjadi tanpa dapat
diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi  kelayakan adalah untuk
meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat
kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 
  
10
2)
Memudahkan Perencanaan 
     Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan
perencanaan dan hal-hal apa saja
yang perlu direncanakan.
Perencanaan tersebut meliputi:
(1) Berapa jumlah dana yang diperlukan
(2) Kapan usaha akan dijalankan
(3) Dimana lokasi usaha akan dibangun
(4) Siapa yang akan melaksanakan
(5) Bagaimana cara melaksanakannya
(6) Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
(7) Bagaimana cara mengatasinya jika terjadi penyimpangan
3)
Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan 
     Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat
memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan
bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti.Pedoman
tersebut telah tersusun secara sistematis, sehingga usaha yang
dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang
sudah disusun.
4)
Memudahkan Pengawasan 
     Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan  rencana
yang sudah disusun, maka akan memudahkan kita untuk melakukan
pengwasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan
agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.
5)
Memudahkan Pengendalian 
  
11
     Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan,
maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga
dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan
pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan agar tidak
melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan
perusahaan akan tercapai. 
2.1.4 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
     Hasil dari laporan studi kelayakan sebuah bisnis akan memiliki manfaat yang
berguna bagi beberapa pihak menurut Umar (2005:p19), yaitu:
1)
Pihak Investor
     Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata layak
direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai dicari,
misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut
serta menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan
itu.
Sudah tentu calon investor ini akan mempelajari laporan studi kelayakan
bisnis yang telah dibuat karena calon investor mempunyai kepentingan
langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan
keselamatan atas modal yang akan ditanamkannya.
2)
Pihak Kreditor
     Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank, sebelum
memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan
sisi-sisi lain, misalnya tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
  
12
3)
Pihak Manajemen Perusahaan
     Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan
maupun pihak internal perusahaan sendiri.Terlepas dari siapa yang
membuat, pembuatan proposal ini merupakan upaya dalam rangka
merealisasikan ide proyek yang ujung-ujungnya bermuara pada
peningkatan usaha untuk meningkatkan laba perusahaan.Sebagai pihak
yang menjadi project leader sudah tentu pihak manajemen perlu
mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan, berapa
yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor
dan dari kreditor.
4)
Pihak Pemerintah dan Masyarakat
     Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun
pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung,
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Penghematan devisa Negara,
penggalangan ekspor nonmigas dan pemakaian tenaga kerja massal
merupakan contoh-contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi.
Proyek-proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang
diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan
lain.
5)
Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi.
     Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat
yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap
perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk
mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek
  
13
rencana pembangunan nasional, distribusi nilai rambah pada seluruh
masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial, semi
analisis kemanfaatan dan beban sosial. Jadi, jelas bahwa studi kelayakan
bisnis yang dibuat perlu dikaji demi tujuan-tujuan pembangunan
ekonomi nasional.
2.1.5 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
     Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis atau usaha, ada beberapa tahapan
studi yang dikerjakan menurut Umar (2005:p21), yaitu :
1)
Penemuan Ide 
     Produk atau Jasa yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk dijual
dan menguntungkan. Karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan
jenis produk atau jasa dari usaha harus dilakukan.Penelitian jenis produk
dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria bahwa suatu produk atau jasa
dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum terpenuhi,
memenuhi kebutuhan manusia tetapi produk atau jasa tersebut belum
ada.
2)
Tahap Penelitian 
     Setelah ide-ide proyek dipilih, selanjutnya dilakukan penelitian yang
lebih mendalam dengan memakai metode ilmiah. Proses itu dimulai
dengan metode ilmiah:
(1)
Mengumpulkan data
(2)
Mengolah data dengan memasukkan teori-teori yang relevan
(3)
Menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data 
  
14
3)
Tahap Evaluasi 
     Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan
proyek yang akan didirikan. Kedua, proyek yang sedang beroperasi.Dan
yang Ketiga, mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun. Evaluasi
berarti membandingkan antara sesuatu dengan satu atau lebih standar
atau kriteria, dimana standar atau kriteria ini bersifat kuantitatif maupun
kualitatif
     Evaluasi berarti membandingkan antara sesuatu dengan satu atau lebih
standar atau kriteria, dimana standar atau kriteria ini bersifat kuantitatif
maupun kualitatif.
4)
Tahap Pengurutan Usulan yang Layak 
     Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek bisnis yang dianggap layak
dan terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk
merealisasikan semua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan
proyek yang dianggap paling penting untuk direalisasikan. Sudah tentu,
proyek yang diprioritaskan ini mempunyai skor tertinggi jika
dibandingkan dengan usulan proyek yang lain berdasarkan kriteria-
kriteria penilaian yang telah ditentukan. 
5)
Tahap Rencana Pelaksanaan 
     Setelah suatu usulan proyek dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat
suatu rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri. Mulai
dari menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga
pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen
dan lain-lain.
  
15
6)
Tahap Pelaksanaan
     Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai disiapkan,
tahap pelaksanaan proyek pun  dimulai. Semua tenaga pelaksana proyek,
mulai dari pemimpin sampai pada 13 tingkat yang paling bawah, harus
bekerja sama dengan sebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah
diterapkan. 
2.1.6 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
2.1.6.1 Aspek Finansial
     Menurut Kasmir dan jakfar (2003:p89) aspek keuangan merupakan
aspek yang digunakan untuk menilai perusahaan secara keseluruhan. 
Terdapat beberapa hal yang harus dianalisis yaitu:
1)
Aliran kas (Cash Flow)
     Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p95) Cash flow
merupakan arus
kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow
menggambar berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan
jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa
uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
2)
Payback Period
     Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p101) metode Payback Period
(PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat
  
16
dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap
tahun.Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak
ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100%
menggunakan modal sendiri).
3)
Net Present Value
     Terdapat beberapa pengertian dalam Metode Net Present Value yaitu
sebagai berikut :
Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:p100), “Net Present Value”
(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV kas Bersih (PV of Proceed)
dengan PV investasi
(Capital Outlays)
selama umur investasi. Selisih antara nilai
kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value
(NPV).
Rumus dalam Metode Net Present Value adalah :
n
NPV =    ?  OCFt     -   IO
                     (1+k)¹
t=1
dimana :
OCFt 
=     
Arus kas setelah pajak pada periode t
IO 
=    
Pengeluaran awal investasi
K
=    
Tingkat
diskonto
(
discount
factor
),
yaitu
tingkat
pengembalian   minimum yang diinginkan atas suatu investasi
n
   =     Lamananya Proyek yang di jalankan
 
  
17
4)
Profitability Index
     Definisi dari Profitability Index
menurut beberapa ahli. Definisi-
definisi dari para ahli tersebut antara lain :
Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:p105), Profitability indeks
(PI) atau benefit and cost ratio
(B/C Ratio) merupakan resiko
aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan
nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan dalam Profitability Indeks adalah :
5)
Internal Rate of Return
     Devinisi dari IRR menurut ahli. antara lain :
Menurut Nurmalina (2009), kelayakan bisnis juga di nilai dari
seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang
ditanamkan. Hal ini di tunjukan dengan mengukur besaran
internal rate of retrurn (IRR), IRR adalah tingkat discount rate
(DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang
dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase
(%). Suatu bisnis dinyatakan layak apabila IRR-nya lebih besar
  
18
dari opportunity cost of capital-nya (DR). Pada umumnya dalam
menghitung tingkat IRR dilakukan dengan menggunakan
metode interpolasi di antara discount rate
yang lebih rendah
(menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang
lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif).
     Pada tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya Internal Rate
of Return dari usul investasi tersebut, cara ini dinamakan interpolasi.
Dimana ;
IRR = Internal Rate of Return yang dicari
i1 = Tingkat bunga ke- 1
i2 = Tingkat bunga ke- 2
NPV1 = NPV ke- 1
NPV2 = NPV ke- 2
  
19
2.1.6.2 Aspek Non Finansial
2.1.6.2.1 Aspek Hukum
     Menurut Kasmir dan Jakfar (2003,p24) tujuan dari aspek hukum
adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari
dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen
dapat dilakukan sesuai dengan lembaga yang mengeluarkan dan yang
mengesahkan dokumen yang bersangkutan. Penelitian ini sangat
penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala
prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan
harus terlebih dahulu sudah  terpenuhi.
     Menurut Ahmad Subagyo (2007, p167) usaha dalam bentuk
apapun memerlukan keabsahan legalitas karena faktor ini yang
menentukan keberlanjutan hidupnya. Sebelum melakukan investasi di
suatu
daerah/wilayah, pada saat menganalisis aspek-aspek studi
kelayakan, maka terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pra-penelitian
yang berlaku di daerah/wilayah tersebut, agar tidak terjadi kerugian
dikemudian hari, apabila ternyata di daerah/wilayah tersebut melarang
bentuk usaha yang dimaksud.
2.1.6.2.2 Aspek Sosial dan Ekonomi
     Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positif dan negative ini akan dapat
dirasakan oleh berbagai pihak, baik pengusaha itu sendiri, pemerintah,
ataupun masyarakat luas. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial
  
20
ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang ditimbulkan nantinya
sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian.
     Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya
suatu usaha atau investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2003,pp201-
203) antara lain:
1)
Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga.
2)
Menggali, mengatur, dan menggunakan ekonomi sumber daya
alam.
3)
Meningkatkan perekonomian pemerintah baik lokal maupun
regional.
4)
Pengembangan wilayah.
     Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu proyek atau
investasi antara lain menurut Kasmir dan jakfar (2003,pp203-204):
1)
Adanya perubahan demografi
2)
Perubahan budaya
3)
Perubahan kesehatan masyarakat
2.1.6.2.3 Aspek Pasar dan Pemasaran
     Aspek pasar dalam studi kelayakan bisnis dan investasi membahas
besarnya permintaan, penawaran, dan harga.Permintaan dan
penawaran dilakukan dengan menggunakan metode proyeksi selama
beberapa tahun kedepan.Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa
besar tingkat penyerapan pasar, sehingga tidak terjadi kelebihan
produksi yang dapat menurunkan harga.Pada aspek ini, langkah
  
21
pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan perhitungan besarnya
potensi bisnis. Ukurannya adalah besarnya potensi
permintaan yang
akan terjadi. Menurut Freddy Rangkuti (2012:p4) pengukuran
proyeksi tingkat permintaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
metode:
1)
Time Series
2)
Regresi dan Korelasi
     Pengertian pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh kasmir
dan Jakfar dalam buku Studi Kelayakan Bisnis (2003,p47) “
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana
individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan
nilai dengan pihak lain.
      Agar investasi atau bisnis yang akan dijalankan dapat berhasil
dengan baik, maka sebelumnya perlu melakukan strategi bersaing
yang tepat. Unsur strategi persaingan ini adalah 
adanya
potensi
pasar
untuk
produk yang dijual
dan
seberapa market share yang
dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. Kriteria yang di bahas dalam
aspek
pasar
dan
pemasaran dengan,
Marketing mix
menurut Mc
Carthy dalam Kotler dan Keller (2009:63) mengklasifikasikan
Marketing Mix menjadi empat besar kelompok yang disebut dengan
4P tentang pemasaran yaitu Product (produk), Price (harga), Place
(tempat) dan Promotion (promosi). 
Komponen 4p bauran pemasaran:
  
22
1) Product (produk).
     Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk
penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi dan servis
sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah
menganalisa kebutuhan dan keinginan pasarnya. Jika msalah ini
telah diselesaikannya, maka keputusan-keputusan tentang harga,
distribusi dan promosi dapat diambil.
2) Price (Harga)
     Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa harga adalah
elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja menentukan
profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan
proporsi nilai suatu produk. Pemasaran produk perlu memahami
aspek psikologis dari informasi harga yang meliputi harga referensi
(reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (prce-quality
inferences)dan petunjuk harga (price clues).
3) Place (Lokasi)
     Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan
tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah :
  
23
      (1) Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini
antara lain keputusan tentang pemilihan alat transportasi
(pesawat udara, kereta api, kapal, truk, pipa), penetuan jadwal
pengiriman, penentuan rute yang harus ditempuh dan
seterusnya.
      (2) Sistem penyimpanan, dalam sistem ini bagian pemasaran harus
menentukan letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk
menangani material maupun peralatan lainnya.
      (3) Pemilihan saluran distribusi, menyangkut keputusan-keputusan
tentang penggunaan penyalur (pedagang besar, pengecer, agen,
makelar), dan bagaimana menjalin kerjasama yang baik
dengan para penyalur tersebut.
4) Promotion (Promosi)
     
Menurut Kotler dan Keller (2009 :510) menyatakan bahwa promosi
adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan
mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung
tentang suatu produk atau brand yang dijual.IMC (Integrated
marketing comunication)
     Menurut (Duncan, Tom. 2005.) Ada 7 langkah yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
komunikasi pemasaran terpadu.
  
24
(1) Review of marketing plan. Dalam tahap ini, perencana
mempersiapkan data internal (situasi organisasi dan
atribut produk) dan eksternal (situasi makro, target
market, dan competitor).
(2) Analysis of promotional program situation.
Dalam
tahap ini, perencana menganalisa kelebihan dan
kelemahan data, menemukan titik permasalahan, dan
mencari solusinya. 
(3) Analysis of communication process. Dalam tahap ini,
perencana enganalisa tanggapan penerima informasi,
tahapan dalam pengiriman informasi, dan saluran
informasi yang digunakan. 
(4) Budget determination. Dalam tahap ini, perencana
melakukan cara penyusunan anggaran, apakah dengan
top-down
(modal sudah tersedia di awal) atau bottom-
up
(melihat berapa biaya yang dibutuhkan dalam
penyusunan rencana dan bagaimana
pengalokasiannya). 
(5) Develop IMC program. Perencana mengembangkan
program komunikasi pemasaran yang akan ditempuh. 
(6) Integrate and implement IMC strategies. Perencana
menggunakan kombinasi strategi marketing mix,
memproduksi iklan, membeli media time
dan space,
serta melaksanakan desain yang telah ditetapkan sesuai
dengan program yang ditempuh. 
  
25
(7) Monitor, evaluate, and control IMC program. Dalam
tahap ini, mengevaluasi hasil kinerja apakah sudah
efektif atau belum dan melihat apakah taktik
yang
ditempuh sesuai dengan strategi yang diambil. 
2.1.6.2.4 Aspek Teknis/Operasi
     Menurut Kasmir dan Jakfar (2003:p151) secara umum ada
beberapa hal yang hendak dicapai dalam penilaian aspek
teknis/operasi yaitu:
1)
Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik
untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.
2)
Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan
proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan
efisiensi.
3)
Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat
dalam menjalankan produksinya.
4)
Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang
paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
5)
Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
sekarang dan di masa yang akan datang.
  
26
2.1.6.2.5 Aspek Manajemen dan SDM
     Analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia dapat
digambarkan sebagai berikut (Subagyo, 2007, p159):
1)
Job Analysis, yaitu menganalisis jabatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan jenis pekerjaan tertentu.
2)
Job Specification, yaitu menentukan persyaratan dan
kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
3)
Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur
organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen,
kedudukan jabatan, dan struktur pertanggungjawaban.
4)
Job Description, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan
tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat
pekerjaan tertentu.
5)
Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur
penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam
pekerjaan berdasarkan garis struktural dan fungsional.
6)
Sistem pengembangan karyawan, yaitu menyusun rencana
pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan, produktivitas, dan kinerja karyawan secara
keseluruhan.
2.1.6.2.6 Aspek Lingkungan Industri/ Lingkungan Usaha
     Menurut Umar dalam bukunya competitive strategy
yang
dikemukakan oleh Michael E. Porter (2008) , dimana konsep tersebut
  
27
menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang
disebut Lima Kekuatan Bersaing.
1)
Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
     Persaingan antara perusahaan sejenis biasanya merupakan
kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi
yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika
mereka memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan
strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan
strategi oleh satu perusahaan mungkin akan mendapatkan
serangan balasan seperti menurunkan harga, meningkatkan
kualitas, menambahkan fitur, menyediakan jasa,
memperpanjang garansi, meningkatkan promosi dan
pembaharuan kemasan. Menurut Porter yang dikutip
Umar
(2005, p270), tingkat persaingan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
(1)
Jumlah kompetitor
(2)
Tingkat pertumbuhan industri
(3)
Karakteristik produk
(4)
Biaya tetap yang besar
(5)
Kapasitas
(6)
Hambatan keluar
2)
Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
     Pendatang baru dalam suatu industry akan membawa
kapasitas baru, inovasi baru, modal baru, pemasaran yang baru,
keinginan mendapatkan pangsa pasar. Akibatnya, harga dapat
  
28
menjadi turun atau biaya menjadi semakin tinggi sehingga
akan mengurangi profitabilitas. Ancaman masuknya pendatang
baru bergantung pada rintangan masuk dan reaksi pesaing yang
sudah ada dalam mengantisipasi pendatang baru. Jika
pendatang baru merasakan kesulitan bersaing terhadap pesaing
yang telah ada, maka ancaman dari pendatang baru akan
rendah. 
     Menurut Umar (2005, p268) terdapat faktor-faktor yang
dapat menghambat masuknya pendatang baru ke dalam
industri, sebagai berikut:
(1)
Skala ekonomi
(2)
Diferensiasi produk
(3)
Kecukupan modal
(4)
Biaya peralihan
(5)
Akses ke saluran distribusi
(6)
Ketidakunggulan biaya independen
(7)
Peraturan pemerintah
3)
Potensi Pengembangan Produk Substitusi
     Persaingan tidak hanya terjadi pada perusahaan yang
memproduksi produk yang sejenis, namun perusahaan juga
bersaing dengan perusahaan yang memproduksi produk
pengganti.Produk pengganti membatasi laba potensial dari
industri dengan menetapkan harga maksimum yang dapat
diberikan oleh perusahaan dalam industri.Semakin menarik
alternatif harga yang ditawarkan oleh produk pengganti,
  
29
semakin ketat pembatasan laba industri.Produk pengganti
seringkali timbul dengan cepat ketika suatu perkembangan
meningkatkan persaingan di industri mereka, dan
menyebabkan penurunan harga atau perbaikan kinerja.
4)
Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
     Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawarnya terhadap
para pemain dalam industri, dengan menaikkan harga atau
mengurangi kualitas produk yang ditawarkan, hal ini
memberikan kekuatan pada pemasok untuk menaikan
harga.Namun bila banyak pemasok untuk suatu jenis barang,
maka biasanya daya tawar pemasok semakin kecil. Menurut
Umar (2005,p272), pemasok akan kuat apabila beberapa
kondisi berikut :
(1)
Jumlah pemasok sedikit
(2)
Produk/pelayanan yang ada adalah untuk dan mampu
menciptakan switching cost yang besar.
(3)
Tidak tersedia produk subtitusi
(4)
Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan
mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang
sama yang dihasilkan perusahaan.
(5)
Perusahaan hanya membeli dalm jumlah yang kecil dari
pemasok.
5)
Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
     Pembeli bersaing dengan industri dengan meminta
penurunan harga, tawar-menawar terhadap mutu yang lebih
  
30
tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta berperan sebagai
pesaing.Kekuatan dari tiap-tiap pembeli yang penting dalam
indsutri tergantung pada sejumlah karakteristik situasi
pasarnya pada kepentingan relatif pembeliannya dari industri
yang bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis
pembeli tersebut.
     Menurut Umar (2005, p272), ada beberapa kondisi yang
dapat memperkuat tawar menawar pembeli, yaitu :
(1)
Pembeli membeli dengan jumlah besar
(2)
Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
(3)
Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
(4)
Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah,
sehinga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis.
(5)
Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli,
sehingga pembeli dengan mudah mencari subsitusinya
2.1.7 Hasil Dari Studi Kelayakan
     Hasil studi kelayakan bisnis berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk
tertulis yang diperlihatkan bagaimana rencana bisnis memiliki nilai-nilai positif
bagi aspek-aspek yang diteliti,
sehingga akan dinyatakan sebagai proyek bisnis
yang layak.
  
31
2.2 Journal International
Tabel 2.1 Journal International
Penulis dan Tahun
Judul
Hasil Penelitian
Hubungan Dengan
Penelitian
William Adriano
dan Achmad
Herlanto Anggono,
2012
Analisa Investasi dan
Studi Kelayakan Mesin
Tekstil Pada PT.
HEKSATEX Bandung
WACC, IRR,
NPV, PBP,
skenario force
majerue
IRR, NPV,
skenario force
majerue
David J Sangre,
2012
Analisis Pasar Dengan
Studi Kelayakan Pada
Resorts Waterpark Indoor
Dan Waterpark Outdoor
Forcasting, pv kas
bersih, pv of cash
flow, penjualan
Forcasting, pv kas
bersih, penjualan
  
32
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
PRIVATE
GUARD
Aspek Financial
NPV
IRR
PI
PP
Aspek Hukum
Aspek Sosial dan Ekonomi
Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis/Operasi
Aspek Manajemen dan SDM
Aspek Lingkungan Usaha
Aspek Non Financial
Hasil SKB
LAYAK
TIDAK
LAYAK
Dilakukan
Perluasan dan
Pengembangan
Tidak Dilakukan
Perluasan dan
Pengembangan