11
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
2.1.1
ENGERTIAN
A
PARTEMEN
Suatu ruangan atau kumpulan ruang yang digunakan sebagai unit rumah
tinggal yang sifatnya dapat digunakan untuk milik pribadi atau disewakan.
(Pei, 1973)
Suatu ruang hunian , sekarang merupakan suatu kumpulan ruangan yang
digunakan sebagai hunian atau suatu gedung yang terdiri dari sejumlah
kumpulan ruang hunian.
(Samuel, 1976)
Bangunan dalam suatu lingkungan , yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional dalam area yang horizontal maupun vertikal
dan merupakan satu kesatuan yang masing-masing dapat digunakan
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang di lengkapi bagian bersama ,
benda-benda bersama dan tanah bersama.
(Hornby, 1995)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa apartemen adalah suatu
bangunan yang terdiri dari unit-unit rumah tinggal untuk memenuhi kebutuhan
hunian yang di bangun secara vertikal.
|
![]() 12
2.1.2
Berdasarkan tingginya, (Samuel, 1967) :
Low rise apartmen (<6 lantai)
Medium rise apartmen (6 - 9 lantai)
High Rise apartmen (>9 lantai)
Berdasarkan pelayanan koridor (Samuel, 1967) :
Exterior corridor system
Memiliki koridor yang berada di sisi luar, dan hanya terdiri dari satu lapis
unit hunian.
Sistem ini memaksimalkan
terjadinya pencahayaan dan
ventilasi alami.
Central corridor system
Sering disebut juga doubel loaded corridor. Satu koridor melayani 2 unit
hunian di kedua sisi.
Point block system
Sistem pelayanan dengan mempergunakan core
yang dikelilingi unit-unit
hunian. Biasanya bentuk bangunan persegi meninggi ataupun tabung.
Multicore system
Gabungan dari beberapa point block system.
Berdasarkan bentuk hunian (Samuel, 1967):
Simplex apartment / Flat
|
![]() 13
Satu unit keluarga dilayani dalam satu lantai yang terdiri dari beberapa
unit.
Unit apartemen ini perlantai. Maka bukaan lift harus ada melayani
setiap lantai.
Sumber: Hasil olahan peneliti
Duplex apartment
Kebutuhan satu unit hunian keluarga dilayani dalam dua lantai.Unit yang
memiliki dua lantai biasanya disediakan ruang servis yang letaknya di
lantai bawah.Setiap unit dapat dicapai melalui koridor pada tingkat yang
bawah, dan jika disediakan lift maka bukaan lift terletak pada lantai ini.
Sumber: Hasil olahan peneliti
Triplex apartment
Kebutuhan satu unit keluarga yang dilayani
tiga lantai.
Dalam
setiap
lantai biasanya terdapat beberapa hunian keluarga, tapi pencapaiannya
hanya pada satu tingkat. Jika terdapat
lift maka bukaan pintu lift
disediakan pada lantai ini.
|
![]() 14
Sumber: Hasil olahan peneliti
Berdasarkan sistem kepemilikan (Samuel, 1967):.
Sistem Sewa (Rental Project)
Apartemen yang disewakan tiap bulan oleh pemiliknya.
Pemeliharaan
gedung menjadi tanggung jawab pemilik apartemen. Sistem sewa terbagi
atas:
o
Sistem sewa biasa
Penghuni membayar sewa secara periodik kepada pemilik sesuai
dengan perjanjian tanpa batas waktu tertentu.
o
Sewa beli
Uang sewa yang dibayarkan oleh penghuni bersifat angsuran
pembelian, dan jika angsuran telah terpenuhi dari harga yang telah
ditetapkan, maka unit menjadi milik penghuni.
o
Sewa kontrak
sistem dimana penghuni membayar sewa secara berkala sesuai
perjanjian. Jika kontrak telah berakhir maka dapat dilakukan
perjanjian baru sesuai kesepakatan bersama.
|
![]() 15
Sistem Koperasi (Cooperative)
Sistem ini tidak ada keuntungan seperti rental project, setiap penghuni
merupakan pemilik.
Fasilitas seringkali lebih mewah dari rental project,
seperti adanya ruang pertemuan, club house, dan sebagainya.
Sistem Sewa Beli (Condominium)
Sistem dimana kepemilikan apartemen diperoleh dari angsuran setiap
calon penghuni. Setiap penghuni mempunyai surat hipotik dan fasilitas
yang dimiliki adalah milik bersama. Apartemen ini disewakan kepada
penghuni yang menempatinya, karena dengan sistem sewa dinilai lebih
praktis. Dimana pemeliharaan gedung menjadi tanggung jawab pemilik
apartemen, serta kelengkapan furniture dan peralatan lainnya yang akan
mempengaruhi penampilan apartemen.
Berdasarkan golongan sosial (Savitri & Ignatius & Budiharjo & Anwar &
Rahwidyasa, 2007)
Apartemen sederhana
Apartemen menengah
Apartemen mewah
Apartemen super mewah
|
![]() 16
Berdasarkan fasilitas penunjang:
Letak
Fasilitas
Kriteria Fasilitas Penunjang
Low
Medium
High
Dalam
Apartemen
Keamanan
Keamanan,
intercom, door
signal, balkon,
unit AC
Doorman dan
telepon, balkon
yang besar, AC
central, service
entrance,
pelayanan tempat
tinggal
Dalam
Bangunan
Laundry,
minimum lobby
Laundry, ruang
komersil,
community room,
central storage
pertemuan, parkir
tambahan, tempat
perbelanjaan, lift,
doorman, security
system, circuit TV,
pelayanan kamar,
health club,indoor
swimming pool
Tapak
Lapangan parkir
terbuka, ruang
jemur
Kolam renang,
playground and
sitting area,
ruang parkir yang
aman dan
terlindungi
Taman, area
rekreasi, country
club, kolam
renang terbuka
Sumber: Solo Tower Apartemen Jurnal
2.1.3
Dalam perancangan sebuah apartemen ada sebuah standar teknis kelengkapan
bangunan yang di buat oleh Peraturan Menrteri PU NO. 60/PRT/1992, antara lain:
Alat transportasi vertikal, terdiri dari:
a.
Lift, untuk bangunan dengan ketinggian di atas 4 lantai.
b.
Tangga, untuk bangunan dengan tinggi maksimal 4 lantai.
Pintu dan tangga darurat
Alat dan sistem pemadaman kebakaran.
|
![]() 17
Penangkal petir
Jaringan air bersih yang terdiri dari
Underground tank, roof tank, dan pompa.
Saluran pembuangan air hujan
Saluran pembuangan air limbah
Sistem pembuangan sampah
Tempat jemur
Jaringan listrik dengan generator cadangan
Jaringan gas
Jaringan telepon
2.2
INJAUAN
K
EBISINGAN
Bangunan seharusnya didesain dengan mempertimbangkan aspek akustik
lingkungan yang matang, dalam hal: Pengelompokan ruang, pemilihan site, Lay out
bangunan, pemilihan bentuk massa bangunan, serta Finishing
Bangunan, Vern O
Knudsen, Cyril M. Harris (1979 296).
Untuk membahas lebih jauh tentang aspek kebisingan lingkungan terhadap
bangunan, akan dibicarakan secara berturut-turut pengertian kebisingan itu sendiri,
bagaimana kebisingan itu merambat, dan bagaimana kebisingan itu dikurangi,
sehingga memberikan pengaruh positif bagi pemakai banguan.
2.2.1
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia
|
18
(Sasongko, dkk, 2000)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Kep.MenLH. N0. 48 Tahun 1996)
Semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran
(Kep.MenNaker. No. 51 Tahun 1999)
Gangguan yang ditimbulkan noise tidak harus berupa bunyi yang keras.
Bagi
mereka yang sedang sakit gigi dan sangat membutuhkan istirahat, bahkan bunyi
tetesan air pun dapat menjadi gangguan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengertian kebisingan bersifat subjektif, sehingga batasan kebisingan bagi
orang yang satu bisa saja berbeda dengan batasan kebisingan bagi orang yang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kenyamanan serta dapat menimbulkan ketulian.
2.2.2
IPE
&
J
ENIS
K
EBISINGAN
Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam Keputusan Menteri LH (1996)
menyatakan kebisingan sebagai suara yang tidak di inginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
Keputusan Menteri LH No.48 Tahun 1996. Tentang: Baku Tingkat
Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
|
![]() 19
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan Wardhana
(2001) membagi kebisingan atas tiga macam berdasarkan asal sumbernya yaitu:
a.
Kebisingan impulsive
kebisingan yang datangnya tidak secara terus-menerus akan tetapi
sepotong-sepotong.
b.
Kebisingan kontinyu
kebisingan yang datang secara terus-menerus dalam waktu yang cukup
lama.
c.
Kebisingan semi kontinyu (intermittent)
kebisingan kontinyu yang hanya sekejap, kemudian hilang dan mungkin
akan datang lagi.
Tipe kebisingan lingkungan yang tertuang dalam KMNLH (1996) dapat
dilihat pada Tabel di berikut ini.
Definisi
Uraian
Jumlah
kebisingan
Semua kebissingan di suatu tempat tertentu dalam suatu
waktu tertentu pula
Kebisingan
spesifik
Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat dengan
jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik. Seringkali
sumber kebisingan dapat diidentifikasikan.
Kebisingan
residual
Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh
kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tempat
tertentu dalam suatu waktu tertentu.
Kebisingan
latar belakang
Semua kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian
pada suatu kebisingan tertentu.
Sumber: Keputusan Menteri LH No.48 Tahun 1996
2.2.3
TINGKAT BAKU KEBISINGAN
Standar dan kriteria kebisingan biasanya ditentukan berdasarkan
pertimbangan kebisingan terhadap manusia.
Cara untuk menyatakan standar atau
kriteria kebisingan dinyatakan secara jelas dalam Baku Tingkat Kebisingan yang
|
![]() 20
ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup atau oleh Menteri dari
Departemen Teknis yang terkait.
Untuk menjamin kelesatarian
lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya maka diperlukan upaya pengendalian
pencemaran atau perusakan lingkungan. Kebisingan merupakan salah satu dampak
kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan sehingga untuk
pengendalian kebisingan lingkungan diperlukan Baku Tingkat Kebisingan. Baku
Tingkat Kebisingan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: KEP/48/MENLH/11/1996 tanggal 25 November 1996. Berikut
merupakan lampiran dalam Keputusan Mneteri tesrebut:
Peruntukan Kawasan Lingkungan
kegiatan
Tingkat kebisingan
(dB A)
1.
Peruntukan Kawasan
a.
Perumahan & pemukiman
b.
Perdagangan & jasa
c.
Perkantoran & perdagangan
d.
Ruang terbuka hijau
e.
Industry
f.
Pemerintahan & fasilitas umum
g.
Rekreasi
55
70
65
50
70
60
70
2.
Lingkup Kegiatan
a.
Rumah sakit atau sejenisnya
b.
Sekolah atau sejenisnya
c.
Tempat ibadah atau sejenisnya
55
55
55
Sumber: Keputusan Menteri LH No.48 Tahun 1996
Dengan begitu
kita dapat mengetahui standar dari kebisingan yang
diperuntukan untuk bangunan apartemen sebesar 55 dB(A).
Sedangkan untuk SNI 03-6368-2000 yang berjudul Spesifikasi Tingkat
Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan dan Perumahan di buat berdasarkan
Surat
Keputusan Menteri tersebut.
|
21
2.2.4
PRINSIP
DASAR PENGENDALIAN KEBISINGAN
Dalam pengandalian kebisingan terdapat tiga (3) elemen dasar yang harus
dipertimbangkan:
a.
Pengandalian kebisingan pada sumbernya (source)
b.
Pengendalian kebisingan sepanjang jalurnya (path)
c.
Pengendalian kebisingan pada penerima suara (receiver)
Dengan demikian hal tersebut disebut pengendalian SPR (Source, Path &
Receiver). Dalam
setiap pengendalian kebisingan membutuhkan satu, dua, ataupun
ketiga elemen tersebut untuk dipertimbangkan.
2.2.5
Pengendalian kebisingan pada luar bangunan adalah usaha untuk
menghambat rambatan suara agar intensitas suara tersebut menjadi lemah (Richard,
K.M, 1978)
Sehingga penjelasan berikut ini merupakan penjelasan cara-cara mengenai
penghambatan udara:
Pengurangan oleh serapan udara
Suara yang merambat melalui udara, sebagian kecil energi
suaranya akan
diekstraksi oleh udara dan di ubah
menjadi panas. Banyaknya energi suara
yang diserap tergantung pada frekuensi, suhu dan kelembaban
udara, Cyril
M.H (1979,3-10)
Pengurangan kebisingan karena serapan udara ini akan signifikan apabila
jarak sumber dan penerima beberapa ribu meter dan terutama apa bila
|
22
frekuensinya tinggi. Karena kondisi atmosfer yang selalu berubah-ubah (suhu
dan kelembaban) maka pengurangan ini tidak bisa
dijadikan patokan dan
penyerapan energi suara oleh atmosfer tidak efektif digunakan sebagai faktor
pengurangan dampak kebisingan.
Pengurangan oleh hujan, salju, dan kabut
Adanya hujan, salju, kabut dan partikal debu yang tersuspensi di atmosfer
hanya sedikit mengurangi tingkat kebisingan di bandingkan dengan serapan
atmosfer sehingga pengurangan kebisingan bisa
diabaikan (Richard K.M.
1978).
Pengurangan oleh vegetasi
Pengurangan kebìsingan oleh adanya vegetasi bergantung pada kondisi tanah,
jenis dan struktur vegetasi, tinggi sumber dan penerima kebisingan dari atas
tanah. Menurut Leslie Doelle (1993,162) bahwa semak-semak dan deretan
pepohonan pada dasarnya tidak mcngurangi bising pada frekuensi-frekuensi
rcndah sedangkan pada frekuensi-frekuensi hanya dapat mereduksi sekitar l
sampai 2 dB.
Ketidakhomogenan Atmosfer
Rambatan gelombang suara di atmosfer akan dìbiaskan oleh angin dan
adanya gradien suhu atmosfcr. Pengaruh angin dan gradien suhu ini bisa
mempengaruhi intensitas bunyi yang didengar.
Cyril M. Harris (1979.342) menyatakan bahwa : Kondisi atmosfer, terutama
angin dam temperatur, biasanya menjadi faktor terpenting di dalam
mempengaruhi propagasi suara, dekat pada permukaan, untuk jarak
|
![]() 23
horisontal yang lcbih besar
dari 50 m. Efek utama yang disebabkan oleh
temperatur dan angin ini discbut sebagai Refraction
(Refraksi ), perubahan
arah gelombang bunyi/ suara.
Pada waktu siang , semakin tinggi pernukaan tanah , maka temperatur
semakin kecil. Kondisi ini disebut temperature
lapse', Pada waktu malam
hari, semakin rendah kctinggian, semakin turun temperatur, kondísi ini
discbut temperature
inversion. Dua kondisi ini diperlihatkan pada
ketinggian sekitar beberapa ratus feet, suara membelok (berefraksi) ke
bawah, pada saat propagasi angin turun downwind atau selama temperature
invasion. Kondisi ini menguntungkan untuk propagasi karena: terjadi
pengurungan tingkat intensitas bunyi.
Suara menolak (berefraksi) ke atas, pada saat propagasi angin
naik upwind
atau selama temperature lapse. Kondisi ini menyebabkan terciptanya ruang
bayangan (shadow
zone) dekat dengan permukaan tanah.
Pengurangan ini
secara tipikal dapat mencapai 20 dB.
(A). Refraksi Gelombang Bunyi Saat Temperatur Inversion
(B). Refraksi Gelombang Bunyi Saat Tempareatur Lapse
|
![]() 24
Sumber: Hanbook of Noise Control, Cyril M. Harris, 1979
Pada perencanaan tata ruang dan tata guna lahan terutama di daerah
pemukiman, perlu mempertimbangkan aspek pengendalian kebisingan dari sumber
kebisingan yang ada di lingkungan. Pada kebisingan yang di akibatkan oleh
transportasi perlu direkduksi dengan menggunakan penghalang, yaitu:
Bukit
Vegetasi
Tembok penghalang
Reflektor yang dapat memantulkan gelombang suara.
Pengaruh kebisingan transportasi dengan adanya penghalang dan dengan
tidak adanya penghalang disajikan pada gambar-gambar berikut:
Sumber: Kebisingan Lingkungan, Dwi P. Sasongko, Agus H., 2000
Sumber: Kebisingan Lingkungan, Dwi P. Sasongko, Agus H., 2000
Selain itu sekarang ini juga dikembangkan adanya reflektor sebagai pemantul
gelombang suara yang di pasang dipinggir
jalan (biasanya pada jalan bebas
|
![]() 25
hambatan) dan pemantulannya di arahkan ke atas sehingga tidak kembali ke sumber
atau mengganggu lingkungan sekitarnya.
Sumber: Kebisingan Lingkungan, Dwi P. Sasongko, Agus H., 2000
2.2.6
KEBISINGAN MELALUI BAHAN ABSORBER
Menurut Szokolay dalam mekanisme fisika tentang penyerapan terbagi atas 3
mekanis, yaitu: refleksi, absorsi, dan transmisi. Sehingga penyerapan dapat
dibedakan menjadi:
Penyerapan Berpori
Seperti mineral wool, fiberboard, busa plastik, mempunyai struktur pori
terbuka. Konversi panas dihasilkan oleh gesekan antar molekul udara yang
bergetar dan dinding berpori.
Hal ini efektif untuk terutama pada frekuensi
tinggi, gelombang suara yang pendek. Bila ketebalan (b) < ¼ panjang
gelombang, akan mepunyai efek yang tidak seberapa, akan tetapi bila
material itu di beri jarak tertentu terhadap dinding solid, maka hal ini akan
berefek dengan material berpori yang tebalnya > dari panjang gelombang
bunyi.
|
![]() 26
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
Bahan berpori sebenarnya efesiensi untuk frekuensi tinggi, namun semakin
membaik pada frekuensi rendah, dengan bertambah tebalnya lapisan. Jenis-
jenis penyerap ini di antaranya: karpet, strofoam, goni, karet busa.
Pemberian karpet pada lantai menunjang penyerapan bunyi, sebagai berikut:
a.
cut piles memberikan penyerapan yang lebih banyak dari pada loop
piles;
b.
Semakin tebal, semakin menyerap;
c.
Bantalan bulu, rami bulu dan karet busa menghasilkan penyerapan
bunyi lebih tinggi.
Pemberian karpet pada lantai seperti di atas, menunjang reduksi bising
benturan sebagai berikut;
a.
Makin berat karpet, makin mencegah bising benturan;
b.
Makin tebal karpet, dan lapisan bawahnya, makin tinggi insulasi
bising benturan.
|
27
Pemberian karpet pada dinding, menunjang penyerapan bunyi, karpet dengan
papan mineral, rockwool, Styrofoam, atau
tectumboard
yang digunakan
sebagai pengisi antar lapisan menghasilkan penyerapan lebih tinggi daripada
tanpa pengisi.
Disamping pengendalian pada cahaya, silau dan panas matahari, kain kain
fenestrasi (Fenestration fabrics) dan bahan gorden juga menunjang
penyerapan bunyi.
Makin berat kainnya, makin banyak penyerapan bunyi.
Makin lebar ruang udara antaragorden dengan dinding belakangnya
penyerapan frekuensi rendah makin bertambah, dan hal ini sangat
menguntungkan.
Penyerap Berbentuk selabung atau selubung
Merupakan suatu lembaran yang
dipasang dengan jarak tertentu terhadap
dinding solid di belakangnya. Konversi panas akan terjadi melalui resistensi
dari selaput untuk membengkok secara rapi untuk resistensi pada rongga
udara untuk berkompresi. Hal ini akan menjadi sangat efektif apabila terjadi
pada frekuensi resonansi (SV. Szokolay, 1980). Getaran lenturan (flexural)
dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi datang dengan
mengubahnya menjadi energi panas ( Leslie Doelle, 1993, 39).
Panel merupakan penyerap frekuensi rendah yang efesiensi. Penyerap panel
yang berperan dalam penyerapan frekuensi rendah seperti ; panel kayu dan
hardboard, gypsum board, langit-langit, plesteran yang di gantung, plesteran
berbulu, plastic board, jendela, kaca, pntu, lantai kayu dan panggung, pelat-
pelat logam.
|
![]() 28
Bahan berpori yang diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang pada juga
berfungsi sebagai penyerap panel yang bergetar dan dapat mendukung
penyerapan pada frekuensi rendah.
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
Penyerapan Resonator
Resonator berongga-mengandung udara pada leher yang sempit. Udara pada
rongga mempunyai efek lompatan pada tiap frekuensi serapan yang tinggi,
pada frekuensi yang sempit. Dan hal ini dapat lebih diperbesar apabila kita
mnempatkan material berpoti di dalam rongga.
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
|
![]() 29
Kauntungan resonator rongga di antaranya adalah:
a.
Daya tahannya tinggi
b.
Memungkinkan digunakan untuk ruang-ruang olah-raga, atau ruang
ruang bersidat basah lainnya.
c.
Dapat digunakan untuk ruang-ruang mekanikal elektrikal
d.
Dapat diaplikasikan pada jalan raya yang padat.
Beberapa penyerap resonator telah siap pakai yang ada di pasaran seperti;
dampa, luxalon, linear plan.
Sumber: Akustika Lingkungan. Leslie Doelle, 1993
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
|
![]() 30
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
Sumber: Environment Science Handbook, S.V. Szokolay, 1984
|
![]() 31
Pada daerah iklim panas, dimana jendela selalu terbuka, pelapis penyerap
yang ditempatkan pada titik kritis perefleksi bunyi, akan secara tepat mengurangi
bunyi yang masuk ke dalam ruang.
2.2.7
OSISI
B
ANGUNAN
T
ERHADAP
K
EBISINGAN
Dalam buku kebisingan lingkungan yang di tulis oleh Dwi P. Sasongko dan
Agus H. pada tahun 2000, menjelaskan bahwa posisi bangunan sangat
mempengaruhi kebisingan yang terjadi. Kebisingan yang terjadi
dipengaruhi oleh
pantulan antar bangunan.
Sehingga pengaturan bangunan dengan bangunan lainnya
harus sangat diperhatikan agar tidak saling bersinggungan dan menciptakan pantulan
kebisingan yang tidak di inginkan. Gambar di bawah ini menunjukan posisi
bangunan terhadap pantulan kebisingan:
Sumber: Kebisingan Lingkungan, Dwi P. Sasongko, Agus H., 2000
|
![]() 32
Sumber: Kebisingan Lingkungan, Dwi P. Sasongko, Agus H., 2000
2.2.8
RAFFIC
)
Tingkat intensitas kebisingan
suatu jalan atau
trafik
merupakan tingkat
intensitas kebisingan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka umumnya
penggunaannya terbatas untuk membentuk tingkat kebisingan rata-rata dengan
pengambilan pembacaan tingkat intensitas kebisingan untuk beberapa menit dengan
alat sound Level Meter (Leslie Doelle 1993, 162).
Model kebisingan jalan raya merupakan model prediksi dari sumber
kebisingan garis. Pengukuran kebisingan jalan raya dapat dilakukan secara langsung
dengen mempergunakan Sound Level Meter pada periode tertentu. Data pengukuran
kemudian diolah secara statistik dan ditransformasikan ke dalam skala kebisingan.
|
![]() 33
Perhitungan secara tidak langsung dikembangkan oleh Federal High Way
Administration
(FHWA) dengan menghitung frekuensi kendaraan yang lewat,
kemudian ditansformasikan ke tingkat kebisingan rata-rata
jalan raya terdiri dari
banyak macam kendaraan dengan tipe bermacam-macam pula. Jenis kendaraan yang
ada di jalan raya adalah: heavy Truck, Medium Truck, Automobil, dan Motor Vehicles
(Cyril M.Haris, 1979, 32-5).
Metode Prediksi Kebisingan Jalan raya
Metode prediksi untuk kalkulasi tingkat kebisingan jalan raya bervariasi dari
prosedur yang sederhana seampai dengan prosedur yang paling
kompleks
dengan menggunakan komputer. Proses secara langsung dapat diaplikasikan
terhadap elemen jalan lurus. Jalan
melengkung dapat dipertimbangkan
sebagai jalan lurus apabila penyimpangan dari garis lurus tidak lebih dari
10%, dari jarak pengamat (d) untuk jarak 5d. (Cyril, M. Haris, 1979, 32-8)
Jalan Lurus
Sumber: Handbook Of Noise Control, Cyril M. Haris, 1979
Jenis Kendaraan di Jalan Raya
Kendaraan yang
berada di jalan raya adalah: truk
berat, truk sedang, dan
mobil serta sepeda motor. Untuk mendapatkan tingkat kebisingan total, maka
|
34
masing-masing tingkat kebisingan ekivalen untuk masing-masing kendaraan
di jumlahkan dengan skala logaritmis.
Kebisingan yang
di pancarkan oleh sepeda motor di jalan raya tidak
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tingkat kebisingan ekivalen
jalar raya, bukan karena tingkat kebisingan yang lebih rendah daripada
kendaraan bermotor lain, namun karena di jalan bebas hambatan mereka tidak
terhambat
sama sekali. Untuk jalan umum, sama sekali
lain, mereka
menempati prosentase terbesar dari semua kendaraan yang lewat, bahkan di
dalam
lingkungan kampus, mereka menempati ranking teratas dari segi
kuantitas.
Sumber kebisingan utama dari sepeda
motor adalah: exhouse, intake, dan
mesin. Tingkat kebisingan yang
diproduksi oleh sepeda motor terngantung
pada jalan yang digunakan daripada jenis kendaraan jalan raya lain. Tingkat
kebisingan maksimum dihasilkan selama akselerasi kecepatan rendah. Pada
kondisi seperti ini, rata-rata tingkat kebisingan untuk contoh sepeda motor
tahun 1976 adalah 87,5 dBA, di ukur pada jarak 15 meter dengan mikrofon
1,2 m diatas tanah.
Tingkat Kebisingan Siang Malam
Metode pengukuran tingkat kebisingan sinambung setara yang di pakai dalam
penelitian untuk menggunakan cara sederhana (Kep.Men.LH/KEP-
48/MENLH/11/1996).
Cara sederhana dengan sebuah Sound
Level Meter
biasa diukur dengan tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 5 menit untuk tiap
pengukuran, pembacaan setiap 5 detik.
|
35
Pada penelitain ini akan diteliti di jalan sekitar tapak, dengan aktivitas sampai
dengan sore hari, untuk itu perhitungan tingkat intensitas kebisingan siang-
malam ini akan di bahas dan
dibatasi hanya untuk tingkat intensitas
kebisingan siang (Ls) saja.
Menurut Kep. Men.LH/KEP-48/MENLH/11/1996, setiap pengukuran harus
dapat mewakili selang waktu tertentu
dengan menetapkan paling seditikit 4
waktu pengukuran pada siang hari.
L1 diambil jam 07.00, mewakili jam 06.00 09-00
L2 diambil jam 10.00, mewakili jam 09.00 11.00
L3 diambil jam 15.00, mewakili jam 14.00 17.00
L4 diambil jam 20.00, mewakili jam 17.00 22.00
2.3
INJAUAN
A
DAPTIVE
B
UILDING
2.3.1
EFINISI
A
DAPTIVE
B
UILDING
Semua arsitektur beradaptasi pada tingkat tertentu, karena bangunan selalu
dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan istilah
'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara beradaptasi dan
adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang secara khusus
dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan mereka, untuk para penghuninya,
dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun melalui campur tangan
manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan seringkali melibatkan
teknologi digital (sensor, actuator, pengendali, teknologi komunikasi).
|
36
2.3.2
Menurut Holger Schnädelbach, Adaptive Architecture
berkaitan dengan
bangunan yang didesain untuk beradaptasi dengan lingkungannya, penghuninya, dan
obyek termasuk bangunan itu sendiri yang keseluruhannya dikendalikan oleh data
internal. Bangunan dalam konteks adaptif ini digambarkan dengan fleksibel,
interaktif atau dinamis, menmberikan kesan bahwa arsitektur itu adaptif dan bukan
merupakan artefak statis, hal ini seringkali didukung oleh adaptasi komputer.
Semua arsitektur dapat diadaptasikan pada tingkatan tertentu, karena
bangunan dapat selalu diadaptasikan secara manual dalam berbagai cara.
Penggunaan istilah Adaptive Architecture dapat diartikan sebagai bangunan yang
secara spesifik dirancang untuk beradaptasi, baik secara otomatis ataupun melalui
intervensi manusia.
Pendorong atau motivasi untuk mendesain sebuah bangunan yang adaptif
dapat dikategorikan sebagai berikut :
a.
Cultural
b.
Societal
c.
Organisational
d.
Communication
Untuk elemen yang diadaptasikan pada bangunan dapat meliputi beberapa hal
berikut :
a.
Permukaan
Dalam hal ini, permukaan merujuk pada permukaan luar bangunan atau
selimut bangunan yang dapat diadaptasikan, biasanya fasad.
Adaptasi
|
37
mekanis mengubah tampilan dan properti secara keseluruhan pada
selimut bangunan.
b.
Komponen atau modul
Komponen yang dapat dipakai ulang yaitu konstruksi bangunan yang
focus pada penggunaan kembali komponen-komponen yang sudah ada
seperti karya Santiago Cirugeda di Spanyol (2005). Penggunaan ulang
modul merupakan kemungkinan lain dan sudah memiliki sejarah panjang
dalam desain arsitektur. Contohnya Nakagin Capsule Tower
karya
Kurukawa.
Setidaknya pada dasarnya mereka didesain untuk dapat
dipindahkan dan dihilangkan.
c.
Fitur spasial
Fitur spasial dapat ditransformasikan , mulai dari lokasi, topologi, dan
orientasi, hingga bentuk, hubungan antara ruang luar dan dalam serta
partisi internal. Lokasi bangunan dapat berubah selama siklus kehidupan
penghuni. Salah satu contoh yang menarik yaitu Markies karya Bohtlingk,
yaitu camper trailer
yang dapat diperluas dengan melipat keluar sisinya
untuk menciptakan penutup yang lebih besar.
d.
Sistem teknis
Dalam arsitektur adaptif terdapat sistem tertentu meliputi sensor,
software, dan actuator
yang sesungguhnya menciptakan adaptasi ketika
tidak sepenuhnya berada di bawah intervensi manusia.
Sistem teknis
merupakan elemen yang beradaptasi sekaligus metode untuk beradaptasi.
|
![]() 38
2.4
2.4.1
Sumber: Brosur Pearl Garden
Data Proyek
Arsitek
: PT Bias Tekno Art Kreasindo
Arsitek Prinsipal
: Sardjono Sani
Nama
: Pearl Garden
Lokasi
:Jend Gatot Subroto, Jakarta
Selatan
Klien
: PT Wiranusa Grahatama
Konsultan Manajemen Konstruksi
: PT Putra Satria Prima
Konsultan Struktur
: PT Wiratman & Associates
Kontraktor ME
: PT Pradiptaya
Selesai
: 2006
Luas Lahan
: 3,5 Ha
Luas Apartemen
: ±34.000m²
Total Unit Apartemen
: 235 unit
|
![]() 39
Luas Perkantoran
: ±127.000m².
Besmen
: 4 Lapis (±1.300 unit mobil)
Sumber: Brosur Pearl Garden
Pearl Garden
merupakan sebuah kawasan hunian perkantoran yang teridiri
dari apartemen mewah low-rise, town house, dan office tower yang memiliki nuansa
resort.
Memiliki beberapa fasilitas seperti fasilitas bisnis, rekreasi, club house, dan
lain-lainnya.
Berikut ini merupakan fasilitas yang dimiliki Pearl Garden:
Fasilitas Utama
o
Elevator, Lift Lobby, Lift Service
o
Landscape Garden and Gazebo for outdoor
|
![]() 40
o
function & socials
o
Water Garden
o
Club House & Facilities (5 Star Class)
o
Telephone & Fax
o
Broadband Internet
o
Cable TV
Fasilitas Bisinis
o
Lobby Lounge
o
Function Hall & Pre Function
o
ATMs
Fasilitas Rekreasi
o
Outdoor / Indoor Swimming Pool
o
Resort type borderless pool
Adult: Upper Pool
Children: Lower Pool
Pool Side Bar
Club House dan fasilitasnya
o
Outdoor Jacuzzi
o
Steam Room & Sauna
o
Fitness / Aerobic Area
o
Shower & Changing Room
o
Coffee Shop
Timber Deck Sitting Area
o
Outdoor Terraces
|
![]() 41
o
Outdoor BBQ Area
Sumber: Brosur Pearl Garden
Sumber: Brosur Pearl Garden
|
![]() 42
Apartemen ini memiliki 4 bagian bangunan dengan 7 tipe unit yang berbeda-
beda. Berikut ini merupakan unit-unit tersebut.
(A). Tiper Standar 2BR
(B). Studio
Sumber: Brosur Pearl Garden
|
![]() 43
(A). Tipe120m²
(B). Tipe 110m
2
(C). Tipe 115 M²
Sumber: Brosur Pearl Garden
Sumber: Brosur Pearl Garden
|
![]() 44
Sumber: Brosur Pearl Garden
Apartemen ini merupakan hunian bergaya modern dengan konsep bangunan
low rise
apartment yang memiliki ketinggian 411 lantai dengan tampak yang
berbeda-beda yang memungkinkan pemakain
kompleks mempunyai individual
karakter tiap unit. Sehingga bisa tampil eksklusif, karena memiliki 12 tampak yang
mewakili blok-blok yang terkait. Berlainan dengan apartemen pada umumnya, yang
berbeda lantai tapi tipe unitnya sama.
|
![]() 45
2.4.2
RESORT APARTEMENT
Sumber: Brosur Cosmopolis Resort Apartement
Data Proyek
Pengembang
: PT. Kreatifitas Putra Mandiri
Lokasi
: Jl arif rahman hakim 147 surabaya
Lantai
: 6 Lantai
Unit
: 181 unit
Apartemen memiliki konsep resort dengan lokasi yang berletak di tengah
kota Surabaya
dan juga single coridor. Memiliki akses yang mudah dicapai dan
dekat dengan beberapa mall di Surabaya. Sehingga bisa dikatakan bahwa apartemen
ini memiliki lokasi yang strategis.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki berupa kolam renang, gym dan tempat parkir
yang luas.
|
![]() 46
Sumber: Brosur Cosmopolis Resort Apartement
Sumber: Brosur Cosmopolis Resort Apartement
Apartemen ini memiliki 5 tipe unit yang berbeda-beda berdasarkan jumlah
kamar tidurnya:
Tipe
Luas (m2)
Total Unit
Studio
29.27
42
Deluxe
30.30
2
1 Bedroom
42.27
50
2 Bedroom
65.72
77
3 Bedroom
97.80
10
Sumber: Brosur Cosmopolis Resort Apartement
2.4.3
ESIMPULAN
S
TUDI
B
ANDING
|
![]() 47
Dari studi banding tersebut di dapatkan beberapa kesimpulang mengenai
apartemen low-rise yang berada di Indonesia:
Memiliki luas di atas 100m²
Lokasi di pusat kota dan di daerah strategis
Bergolongan menengah ke atas atau mewah
|
48
2.5
Penelitian mengenai pengendalian akan kebisingan masilah sedikit,
dikarenakan rata-rata penanganan dalam kasus ini menggunakan barrier atau
permainan pada zoning bangunan sehingga tidak terlalu banyak. Namun penggunaan
barrier selama ini besrifat massive atau menutup, membuat pemandangan terganggu
ataupun memblok view.Walaupun penggunaan barrier natural ataupun mengenai
tanaman masilah menghalangi pemandangan.
Sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan sistem kinetic barrier
ataupun kinetic fasade
yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan untuk
mengurangi maupun suara-suara yang tidak di inginkan atau kebisingan yang masuk
ke dalam bangunan dan juga yang tidak menghalangi pemandangan.
|