22
bisa berupa rasa, atau kesadaran, di dalam diri kita (sense of humor). Bisa berupa
suatu gejala atau hasil cipta dari dalam maupun dari luar diri kita. Bila dihadapkan
pada humor, kita bisa langsung tertawa lepas atau cenderung tertawa saja,
misalnya
tersenyum atau merasa tergelitik di dalam batin saja. Rangsangan yang ditimbulkan
haruslah rangsangan mental untuk tertawa, bukan rang- sangan fisik seperti dikili-kili
yang mendatangkan rasa geli namun bukan akibat humor.
Dalam majalah Astaga, Setiawan (1990) pernah mengungkapkan teori humor
yang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Teori keunggulan, yaitu
seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba
memperoleh perasaan unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada pihak lain yang
melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami ke-adaan yang tidak
menguntungkan. Kita dapat tertawa terbahak-bahak pada waktu melihat pela-
wak
terjatuh, terinjak kaki temannya serta melakukan berbagai kekeliruan dan kebodohan.
(2) Teori ketaksesuaian, yaitu
perasaan lucu timbul karena kita dihadapkan
pada situasi yang sama sekali tak terduga atau tidak pada
tempatnya secara
mendadak, sebagai perubahan atas situasi yang sangat diharapkan. Harapan
dikacaukan, kita dibawa pada suatu sikap mental yang sama sekali berbeda. Sebagai
contoh adalah rasa
humor yang timbul karena kita melihat kartun yang
menggambarkan seseorang yang sedang mancing. Gambar pertama, menunjukkan
orang dengan penuh harapan menunggu umpannya dilahap ikan. Gambar kedua
menunjukkan rasa gembira orang itu karena ada tanda-tanda bahwa ikan yang besar
te- lah menarik kailnya. Gambar ketiga, menunjukkan tiba-tiba, orang itu tercebur ke
sungai. Rupanya, ikan yang amat besar telah menyeretnya ke dalam sungai.
|