Start Back Next End
  
Anhar Gonggong, sejarawan Indonesia, pernah mengemukakan
“sejarah dipandang sebagian orang sebagai masa lampau, lalu dianggap
sebagai mata pelajaran yang hanya membuang-buang waktu.”
Maka
tidak heran terciptalah generasi muda yang  buta sejarah, yang gagal
memaknai dan menggunakan sejarah untuk memperbaiki kesalahan
yang terjadi di masa lalu.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat remaja
terhadap pelajaran sejarah, dikutip dari karya tulis Muhd Nor Shamsul
Bahari Bin Sikandar mengenai Kurikulum Pendidikan Sejarah; yakni:
Rekonstruksi peristiwa bersifat abstrak sehingga kegiatan
belajar di kelas tidak lebih dari sekedar menghapal.
Tenaga pengajar miskin wawasan dan tidak mampu
mengembangkan daya imajinasi pelajar untuk menimbulkan
rasa ingin tahu terhadap sejarah.
Media pembelajaran sejarah masih terbatas. Jika pun ada
sudah dipastikan tidak akan menarik minat muda karena
berupa buku teks yang tebal.
Banyak guru yang mengajar sejarah dengan menekankan pada
ingatan terhadap tanggal dan fakta, tanpa membentuk daya
intelektual pelajar.
Kekhawatiran akan permasalahan ini diungkapkan Winarno
Surachmad (Metodologi Pengajaran Nasional, 1978) : “siswa tidak
berhasil membentuk kemampuan untuk melihat dan berpikir secara
historis, namun terhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta,
dan nama-nama orang.”
Pelajar tidak diajak untuk memahami sejarah.
Pengajaran sejarah yang yang cenderung tidak memperhatikan
fenomena global dan latar belakang historisnya luput dari perhatian
para tenaga pendidik. Paradigma ini telah mengakar dalam
sistem
kependidikan di negeri ini.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter