4
Jakarta /Batavia/
Jakatra
sekitar abad ke -17.
Dikarenakan daerah
tersebut tengah terserang wabah penyakit, sehingga dibuatlah sebuah
boneka raksasa
yang ditujukan untuk mengusir bala
atau kesialan
tersebut. Dikarenakan waktu yang sangat mendesak, pembuatan
Barongan pada saat itu menjadi sangat seadanya, bermodalkan kayu
dan rotan serta kain bekas / kain perca yang tak lagi terpakai dan juga
menyeramkan (khusus untuk Barongan laki-laki), hal itu ditandai
dengan adanya gigi taring pada Barongan laki-laki pada masa-masa
awal, yang tak lagi kita temui pada Ondel-ondel modern.
Setelah Barongan selesai dibuat, maka diadakan ritual /
ngungkup (penguapan & pembakaran kemenyan pada bagian dalam
kerangka Barongan.Selepas itu Barongan mulai banyak digunakan
dalam upacara penolakan bala lainnya, seperti upacara peletakan batu
pertama hingga upacara peresmian gedung/bangunan baru.Oleh
karena itu tidak heran kalau wujud Ondel-ondel
dahulu,
menyeramkan.
Hingga
pada jaman pemerintahan Gubernur Ali
Sadikin pada tahun1966-1977 Ondel-ondel
mulai diangkat sebagai
kesenian rakyat.Tentu saja tampilanya belum semenarik
sekarang.Semenjak dijadikan kesenian daerah sedikit demi sedikit
wajah Ondel-ondel
mulai dimanusiakan
atau dimodifikasi hingga
dengan tampilan pada saat ini
yang cantik dan juga tampan.Selain
diiringi tanjidor dan marawis, Ondel-ondel juga sering diiringi dengan
gambang kromong, yaitu kelompok musik khas betawi yang juga
sering dipakai untuk mengiringi acara Lenong Betawi, serta diiringi
juga dengan tari-tarian (umumnya silat, dibawakan oleh dua orang
pria).
Pada Barongan modern atau Ondel-ondel, kegunaannya
mengalami pergeseran, tak lagi sebagai pengusir bala, tetapi sebagai
pemanggil/ pengumpul
keramaian,
sehingga Ondel-ondel
banyak
digunakan pada acara sunatan, hingga upacara pernikahan dan acara
ulang tahun, atau bahkan sebagai hiasan.
|