BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Marakas dan OBrien (2014: 25) menyebutkan sistem sebagai satu set
komponen yang saling terkait, dengan batasan yang jelas, b ekerja sama untuk
mencapai tujuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem memiliki tiga fungsi dasar,
yaitu:
1. Input
Meliputi mengambil dan mengumpulkan elemen yang memasuki sistem untuk
diproses. Contohnya adalah bahan baku, energi, data, dan usaha manusia harus
aman dan terorganisir untuk pemrosesan.
2. Processing
Meliputi proses transformasi yang men gubah input menjadi output. Contohnya
adalah proses manufaktur proses pernapasan manusia atau perhitungan
matematika.
3. Output
Meliputi mengubah elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke
tujuan akhirnya. Contohnya, barang jadi, jasa manusia, dan informasi manajemen
harus dikirimkan kepada pengguna.
Sebagai contoh sebuah sistem manufaktur menerima bahan baku sebagai
input dan memproduksi barang jadi sebagai output. Sebuah sistem informasi
menerima sumber (data) sebagai input dan memprosesnya menjadi produk
(informasi) sebagai produk. Sebuah organisasi bisnis adalah suatu sistem dimana
sumber daya manusia dan ekonomi diubah oleh berbagai proses bisnis ke dalam
barang dan jasa. Marakas dan OBrien (2014: 32) menjelaskan informasi sebagai
data yang telah diubah menjadi konteks yan g berarti dan berguna bagi pengguna
akhir tertentu.
Sistem informasi adalah kombinasi teratur dari
orang, hardware, software,
jaringan komunikasi, sumber daya d ata, dan kebijakan dan prosedur yang
menyimpan, mengambil, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah
organisasi (Marakas & OBrien, 2014: 6).
Rahadi, Musadieq, dan Susilo (2014: 2) mendefinisikan sistem informasi
adalah suatu kesatuan elemen-elemen yan g saling berinteraksi secara sistematis dan
9
|
10
teratur untuk menciptakan dan memb entuk aliran informasi yan g akan mendukung
pembuatan keputusan dan melakukan pengen dalian. Menurutnya, suatu sistem
diganti atau dip erbarui dikarenakan hal-hal berikut:
a. Adan ya permasalahan yang timbul di sisi lain, yaitu:
1. Ketidakberesan
Ketidakberesan dalam sistem yan g lama menyeb abkan sistem yang lama tidak
dapat beroperasi sesu ai dengan yang diharapkan.
2. Pertumbuhan organisasi
Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang
baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan informasi yang
semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, serta perubahan
prinsip akuntansi yang baru. Karena adanya perubahan ini, maka menyebabkan
sistem yang lama sudah tidak efektif lagi, sehingga sistem yang lama sudah
tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan
manajemen.
b. Untuk meraih kesempatan-kesempatan (opportunities)
Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya. Perangkat keras
komputer, perangkat lunak dan teknologi komunikasi telah begitu cepat
berkembang. Or ganisasi telah merasakan bahwa teknologi informasi ini perlu
digunak an untuk menin gkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung
dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen.
Dalam keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat
menentukan berhasil atau tidaknya str ategi dan rencan a-rencana yang telah
disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Bila pesain g dapat
memanfaatkann ya, sedangkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan teknologi
ini, maka kesempatan-kesempatan akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan ini
dapat berupa peluang pasar, pelayanan yang meningkatkan kepada pelanggan dan
sebagainya.
c. Adanya instruksi (directives)
Penyusunan sistem yan g baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi
dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misaln ya peraturan
pemerintah.
Secara lebih lanjut Marakas dan OBrien menjelaskan tentan g peran sistem
informasi dalam bisnis, diantaranya:
|
![]() 11
1. Mendukung proses dan operasi bisnis
2. Mendukung pengambilan keputusan oleh pegawai dan manajer
3. Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Gambar 2.1 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis
Sumber: Marakas & OBrien (2014 : 7)
Ketika aplikasi sistem informasi berfokus pada penyediaan informasi dan
dukungan untuk pen gambilan keputusan yang efektif oleh p ara manajer
merek a
disebut management support systems. Salah satu tanggung jawab pengambilan
keputusan yang didukung oleh sistem informasi adalah sistem informas
manajemen
(management information system). Sistem informasi manajemen memberikan
informasi dalam bentuk laporan dan menampilkan kepada manajer dan professional
bisnis lainnya. Sistem informasi manajemen merupakan bentuk paling u mu
dari
sistem informasi dalam suatu organisasi.
Asemi dan Safari (201 1: 165) menyatakan sistem informasi manajemen
merupakan satu dari sistem informasi berbasis komputer yan g paling umum.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi umum yan
dibutuhkan
oleh seluruh manajer dalam perusahaan atau di dalam beberapa subunit
organisasional dari sebuah perusahaan.
2.2 Manajemen Operasional
Heizer dan Render (2010: 4) menjelaskan manajamen oper asional sebagai
serangakaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa den gan
mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
|
12
berlan gsung di semua organisasi. Berikut merupakan alasan mempelajari manajemen
operasi:
1. Manajemen operasi adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan
berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi
memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi
(mengoper asikan), maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas
manajemen operasi berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari bagaimana orang-
orang men gor ganisasikan diri mereka b agi perusahaan yang produktif.
2. Kita mempelajari manajemen operasi karena kita ingin mengetahui bagaimana
barang dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
menciptakan produk yang kita gunak an.
3. Kita mempelajari manajemen operasi untuk memahami apa yan g dikerjakan oleh
manajer operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh manajer ini,
kita dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer
seperti itu.
4. Kita mempelajari manajemen operasi karena bagian ini merupakan bagian yang
paling banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar
pengeluaran perusahaan digunakan untuk fungsi manajemen operasi. Walaupun
demikian, manajemen operasi memberikan peluang untuk meningkatk an
keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat.
2.3 Persediaan
Heizer dan Render (2010: 82) menyatakan persediaan adalah salah satu aset
termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal
yang diinvestasikan. Sementara itu, Deitiana (2011, 185) men yebutkan, pada satu sisi
manajemen menghendaki biaya yang tertanam pada persediaan itu minimum, namun
di pihak lain, seringkali konsumen mengeluh karena kehabisan persediaan.
Menurut Chase dan Jacobs (2011: 594) persediaan adalah stock baran g atau
sumber daya yang digunakan di dalam sebuah organisasi. Muttaqin, Musadieq, dan
Riyadi (2014: 2) menjelaskan persediaan sebagai suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organsisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan atau inventory merupakan
simpanan material yang berupa barang mentah, dalam proses, dan barang jadi.
|
13
Sementara Rahadi, Musadieq, & Susilo (2014: 3) mendefinisikan persediaan
sebagai simpanan bahan, baik bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah jadi,
bahan jadi, maupun bahan lain-lain, yang dimaksud untuk kebutuhan yang akan
datang. Penyimpanan ini dilakukan karena perusahaan bisa saja sewaktu-waktu
membutuhkan bahan-bahan tersebut, sehingga perusahaan tidak akan kerepotan
dalam mendapatkannya.
2.3.1 Tujuan Persediaan
Berdasarkan penjelasan C hase dan Jacobs (2011: 595), seluruh perusahaan
(termasuk operasi JIT) menyimpan pasokan persediaan utuk alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Untuk menjaga independensi operasi
Pasokan bahan baku pada pusat kerja memungkinkan fleksibilitas pusat dalam
operasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi yan g identik akan
bervariasi dari satu unit ke unit berikutn ya. Oleh karena itu, dengan adanya
persediaan akan memangkas waktu kerja sehingga dapat mengkompensasi waktu
kerja yang lama.
2. Untuk memenuhi variasi pada permintaan produk
Jika permintaan produk dapat diketahui secara tepat, sangat memungkinkan
(meskipun tidak harus ekonomis) untuk memproduksi produk untuk memenuhi
permintaan dengan tepat. Biasanya, permintaan tidak sepenuhn ya diketahui secara
pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi.
3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi
Stock persediaan meringankan tekanan pada sistem produksi untuk mengeluarkan
barang jadi. Ini menyebabkan waktu tunggu (lead time) yang lebih lama, yang
memungkinkan perencanaan produksi untuk alur yang lebih halus dan operasi
rendah biaya melalui produksi lot-size yan g lebih besar. Biaya penyetelan (setup
cost) yang tinggi, sebagai contoh, mendukung produksi jumah unit yang
lebih
besar setelah penyetelan dibuat.
4. Untuk menyediakan perlindungan bagi variasi dalam waktu pengiriman bahan
baku
Saat bahan baku dipesan dari vendor, penundaan dapat terjadi karena berbagai
alasan: variasi normal dalam waktu pengiriman, kekurangan bahan baku di pabrik
vendor menyeb abkan backlogs, pemo gokan tak terduga pada pabrik vendor, atau
|
14
pada satu perusahaan ekspedisi, pesanan yang hilang atau kiriman bahan baku
yang salah atau rusak.
5. Untuk mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian
Ada biaya untuk melakukan pemesanan: tenaga kerja, panggila
telepon,
pengetikan, ongkos kirim, dan lain sebagainya. Maka dari it
semakin besar
pemesanan yang dilakukan, semakin kecil p emesanan yang h aru
ditulis. Selain
itu, biaya p engiriman (shipping costs) mendukung p emesanan ynn
lebih besar
lebih besar pengiriman, maka biaya per unit semakin rendah.
2.3.2 Fungsi Persediaan
Menurut Heizer dan Render (2010: 82), keempat fungsi persediaan adalah
sebagai berikut:
1. Decouple atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi
2. Melakukan decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan men yediakan
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan
3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah
besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang
4. Melindungi dari inflasi dan kenaikan harga
Sementara itu Deitiana (2011: 186) menjelaskan, fungsi dari persediaan yaitu
melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat
berjalan dengan fleksibel, antara lain:
1. Untuk memberikan stok agar dapat memenuhi permintaan yan g diantisipasi akan
terjadi.
2. Untuk menyeimbangkan produksi dan distribusi.
3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam
jumlah banyak biasanya ada diskon.
4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekuran gan
pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.
6. Untuk menjaga kelangsu ngan operasi dengan cara persediaan dalam proses (work
in process).
|
15
2.3.3 Jenis jenis Persediaan
Heizer dan Render (2010: 83) di dalam bukunya menyebutkan, untuk
mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis
persediaan, yaitu:
1. Persediaan bahan baku yan g telah dib eli, tetapi belum diproses (raw material
inventory)
Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple (pemisahan) pemasok
dari proses produksi. Bagaimanapun juga, pend ekatan yang lebih dipilih adalah
menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu
pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process WIP inventory)
Work in process inventory persediaan barang setengah jadi adalah komponen-
komponen atau bahan baku yan g telah melewati beberapa proses perub ahan, tetapi
belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
sebuah produk (disebut waktu siklus). Mengurangi waktu siklus akan mengurangi
persediaan. Tugas ini tidaklah sulit. Selama sebagian besar waktu sebuah produk
sedang dibuat, barang tersebut sebenarn ya hanya diam.
3. Pemeliharaan, Perbaikan, Operasi (Maintenance, Repair, Operating MRO)
MRO adalah persedian-persediaan yang disediakan untuk persediaan
pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-
mesin dan proses proses tetap produktif. MR O ada k arena kebutuhan serta
waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari
beberapa perlengkapan tidak
diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari jadwal
pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus
dapat diantisipasi.
4. Persediaan barang jadi
Persediaan barang jadi merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menuju
pengiriman. Baran g jadi dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena
permintaan pelanggan ddi masa mendatang tidak diketahui.
2.3.4 Biaya biaya Persediaan
Menurut Deitiana (2011: 189), masalah utama yan g ingin diatasi oleh
pengendalian persediaan adalah meminimumkan biaya op erasi total perusahaan.
Dalam hal ini ada dua keputusan yang harus diambil, yaitu berapa jumlah yan g harus
|
16
dipesan setiap k ali pemesanan, dan kapan pemesanan itu harus dilakukan. Dalam
menentukan jumlah yan g dipesan pada setiap kali pemesanan, pada dasarnya harus
dipertemukan dua titik ekstrim yaitu memesan dalam jumlah yang sebesar-besarn ya
untuk meminimumkan ordering cost dan memesan dalam jumlah yang sekecil-
kecilnya untuk meminimumkan carrying cost .
Heizer dan Render (2010: 91) menyatakan, biaya-biaya yang perlu
diperhitungkan disaat mengevaluasi masalah persediaan, diantaran ya:
1. Biaya p emesan an (ordering cost)
Merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan baran g sehingga siap untuk
dipergunakan atau diproses lebih lanjut. Mencakup biaya-biaya d ari persediaan,
formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan sebagain ya.
Ketika pesanan sedang d iproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah
bagian dari biaya pen yetelan.
2. Biaya p enyetelan (setup cost)
Merupakan biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk
membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk
membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi
dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta
menggunakan prosedur yan g efisien, seperti pemesanan dan pembayaran
elektronik.
3. Biaya p enyimp anan (holding cost)
Merupakan biaya yang terkait den gan menyimpan atau membawa persediaan
selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya
barang using dan biaya yang terkait dengan penyimpan an, seperti asuransi,
pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Banyak perusahaan yan g tidak
berhasil menyertakan semua biaya pen yimpanan persediaan. Akibatnya, biaya
penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarn ya.
2.3.5 Manajemen dan Pengendalian Persediaan
Menurut Pramana, F. G. (2011: 25) pengendalian persediaan merupakan
tindakan yan g sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat
persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan
kembali. Pengendalian persediaan merupakan faktor yang cukup kuat dalam
menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan yan g telah terencana, pengendalian
|
17
material dan barang yang harus ada (disimpan) untuk digunakan pada waktu
produksi atau aktivitas pertukaran dalam kasus pelayanan.
Manajemen persediaan mengacu pad a semua kegiatan yang terlibat dalam
mengembangkan dan mengelola tingkat persediaan bahan baku, bahan setengah jadi
(work in-progress) dan barang jadi sehingga persediaan yan g cukup tersedia dan
biaya persediaan tersebut rendah.
Tujuan utama dari manajemen persediaan termasuk men yeimbangkan
masalah perekonomian dimana tidak diinginkannya men yimpan banyak persediaan.
Sehingga membutuhkan banyak uan g untuk menanggung timbulnya biaya seperti
penyimpanan,
pembusukan, pencurian dan keusangan serta keinginan untuk
membuat baran g tersedia kapanpun dan dimanapun jika dibutuhkan (dengan kualitas
dan jumlah yang bagus) demi menghindari biaya yang tidak diinginkan.
Danil dan Siswanto (2014:
148) mendefinisikan pen gendalian persediaan
sebagai suatu usaha memonitor dan men entukan tingkat komposisi bahan yang
optimal dalam menunjang kelancaran dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan
toko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah usaha
memonitor dan menen tukan komposisi tingkat persediaan yang optimal dan
menentukan kapan saatnya pemesanan harus dilakukan untuk menunjang kelancaran
dan efektifitas serta efisiensi dalam kegiatan op erasional bisnis (Mogere, Oloko, &
Okibo, 2013: 12).
Persediaan dapat diartikan sebagai sumber daya yang belum digunak an.
Persediaan mempunyai nilai ekonomis di masa mendatang pada saat aktif. Fungsi
manajemen persediaan:
1. Perencanaan persediaan: menentukan kebutuhan material untuk memenuhi
rencana produksi yang telah disusun.
|
18
2. Pengendalian persediaan: menentukan tingkat persediaan yang sesuai, dimana
pemesanan harus dilak ukan kembali, persediaan pengaman, pendataan
tingkat dan kondisi persediaan.
Perencanaan dan pen gendalian persediaan yang efektif akan memberikan
pemenuhan k ebutuhan secara tep at baik waktu, jumlah maupun spesifikasi dengan
total biaya persediaan yang optimal (Yuliana & Octavia, 2001: 74).
Menurut Suswardji et al (2012: 1073) pengendalian persediaan adalah
kegiatan untuk memelihara dan mengendalikan, juga suatu teknik pemesanan dan
pemantauan barang-barang dalam kuantitas, jumlah dan waktu sesuai dengan yang
direncanakan. Sistem pengendalian persediaan memainkan peranan penting dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menangani persediaan pada
perusahaan.
Pramana, F.G. (2011: 26) men yatakan tujuan pengendalian persediaan adalah
sebagai berikut:
a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memutuskan konsumen).
b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tida
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi.
c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan.
d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena dapat
mengakibatkan ongkos p esan menjadi besar.
e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran,
karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
2.3.5.1 Model Persediaan
2.3.5.1.1 EOQ
Menurut Heizer dan Render (2010: 92) model kuantitas pesanan ekonomis
(economic order quantity EOQ) adalah salah satu teknik kontrol persediaan yang
tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digun akan, tetapi
berdasarkan
pada beb erapa asumsi:
a. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen
|
![]() 19
b. Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan kosntan
c. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu
waktu
d. Tidak tersedia diskon kuantitas
e. Biaya variabel hanya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya
penyetelan) dan biaya penyimpanan persediaan dalam wkatu tertentu (biaya
penyimpanan atau membawa)
f. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari
jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat
Menurut Heizer dan Render (2010: 95) secara matematis rumus EOQ adalah:
Q* =
N =
Dimana:
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D = permintaan tahunan dalam unit untuk baran g persediaan
S = biaya penyetelan atau p emesanan setiap pesanan
H = biaya penyimpanan atau pen yimpanan per unit per tahun
N = jumlah pemesanan
2.3.5.1.1.1 ROP dan Safety Stock
Sudwardji et al (2012: 1074) menjelaskan ROP (Reorder Point) sebagai
titik/tingakt persediaan, dimana pemesanan kembali harus dilakukan, model
persediaan sederhan a mengasumsikan bahwa penerimaan suatu pesanan bersifat
seketika, artinya model persediaan mengasumsikan bahwa setiap perusahaan akan
menunggu sampai tingkat persediaann ya mencapai nol, sebelum perusahaan
memesan kembali dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Sementara
lebih lanjut dijelaskan bahwa safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan/barang,
|
![]() 20
misalnya karena p enggunaan bahan yang lebih besar dari perkiraan semula atau
keterlambatan dalam penerimaan bahan yang dipesan.
Menurut Heizer dan Render (2010: 99) model-model persediaan sederhana
mengasumsikan sebuah pesanan akan diterima saat itu juga. Dengan kata lain,
mereka men gasumsikan sebuah perusahaan akan menempatkan sebuah pesanan
ketika tingkat persediaannya untuk barang tertentu tersebut mencapai nol dan
perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung. Bagaimanapun
juga, waktu antara penempatan dan penerimaan sebuah pesanan, disebut waktu
tunggu (lead time) atau waktu pengantaran, bisa jadi hanya beberapa jam atau bisa
juga mencapai beb erapa bulan. Jadi, keputusan kapan harus memesan biasan ya
dinyatakan dengan menggunakan sebuah titik pemesanan ulang (reorder point
ROP). Titik pemesanan ulang adalah tingkat (titik) persediaan dimana tindakan harus
diambil untuk mengisi kembali persediaan barang.
Untuk permintaan pr oduk yang tidak pasti (tidak konstan) dapat
meningkatkan kehabisan persediaan. Salah satu metode untuk menguran
kehabisan
persediaan adalah men yimpan unit-unit tambahan dalam persediaa
Seperti yang
telah kita catat, persediaan seperti ini biasanya disebut persediaa
pengaman (Heizer
dan Render: 2010, 109).
Dalam menentukan persediaan pengaman (safety stock), dipengaru
oleh
tingkat pelayanan (service level). Menurut Heizer dan R ende
(2010: 109) tingkat
pelayanan (service level) adalah komplemen
dari probabilitas kehabi
persediaan.
Sebagai contoh, jika probabilitas kehabisan persediaan adalah 0,0
maka tingkat
pelayanannya adalah 0,95.
Den gan demikian, ROP dapat dihitung dengan ru mus:
ROP = d x L + safety stock
Dan safety stock dapat dihitung den gan rumus:
Safety stock = Z x s x
Dimana:
ROP = titik ulang pemesanan
|
![]() 21
Safety stock = persediaan pengaman
Z = service level
s = standar deviasi
2.3.5.1.2 EOI (Economic Order Interval)
Economic order interval (EOI) atau yang juga disebut sistem persediaan
periodik adalah sistem persediaan yang berdasar pada periode pemesanan, bukan
berdasar jumlah sisa persediaan seperti
pada sistem persediaan kontinu. Adapun
jumlah pemesanannya bergantung pada pemakaian (permintaan) selama periode
waktu tertentu.
Menurut Sarjono H., dan Ar yanto R. (2014: 5), model persediaan EOI
memiliki interval waktu yan g konstan dalam melakukan pemesanan kembali
(reorder), tetapi kuantitas produk yan g dipesan dapat berubah-ubah (dinamis) hingga
mencapai optimal. EOI menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum
inventory level) selama waktu lead
time dan interval pesanan. Setelah suatu periode
tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dih itung. Sebuah pesanan dilakukan
untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pemesanannya tergantung berapa jumlah
yang b erkurang (maximu m inventory level). Jadi, jumlah pesanan didapat dari selisih
maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu-waktu melakukan
perhitungan. Terdapat dua parameter yang digunakan yaitu periode tetap
pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara matematis rumus EOI adalah:
T =
Safety stock = Z s
E = safety stock + D (T + L)
I = safety stock + ( D T)
Q* = maximum inventory level (E) average
inventory level (I)
|
![]() 22
TC = PD + + (safety stock + ) Cc
Dimana:
T = periode
Co
= biaya pemesanan
Cc = biaya pen yimpan an
Z = service level
s = standar deviasi
L = lead time
E = maximum inventory level
I = averge inventory level
P = harga
D = permintaan
2.3.5.1.3 Min-Max
Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014: 6), cara kerja sistem ini yaitu
apabila persediaan telah melewati batas minimum dan mendekati batas safety stock
maka reorder harus dilakukan. Jadi batas minimum (minimum stock) merupakan
batas tingkat reorder. Batas maksimum (maximum stock) merupakan batas
ketersediaan perusahaan untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan
bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan
maksimum untuk dapat menentukan order quantity. Secara matematis, rumusnya
adalah sebagai berikut:
Safety stock =
Min Stock = (DL) + safety stock
Max stock = (2)(DL) + safety stock
Order (min-max) = max stock min stock
N =
TC = PD + Co + CcD
Dimana:
|
23
Q* = jumlah optimum unit per pesanan (order)
N = jumlah pemesanan dalam satu tahun
P = harga
Co = biaya pemesanan
Cc = biaya penyimpanan
2.4 Peramalan (Forecasting)
Heizer dan Rend er (201 0: 162) mendefinisikan peramalan sebagai seni dan
ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan
melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang
dengan suatu bentuk model matematis. Perusahaan selalu dituntut untuk
memperkirakan atau meramalkan besarnya permintaan pelanggan akan p rodukn ya.
Peramalan permintaan merupakan usaha untuk mengetahui jumlah produk atau
sekelomok produk di masa yang akan datan g dalam kendala atau kondisi tertentu
serta untuk men gu rangi resiko atau ketidakpastian yang dihadapi (Deitiana: 2011,
31).
Peramalan untuk p ermintaan produk adalah dasar untuk keputusan
perencanaan yan g paling pentin g. Menurut Russell dan Taylor (2011: 497),
peramalan permintaan produk menentukan seberapa banyak persediaan yang
dibutuhkan, seberapa banyak produk yang harus dibuat dan seberapa banyak material
yang harus dibeli dari supplier untuk mencapai kebutuhan pelanggan yang sudah
diramalkan. Tanpa peramalan yang tepat, persediaan dalam jumlah dan biaya yang
besar harus dipersiapkan untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan oleh
pelanggan.
Peramalan penjualan merupakan bagian penting dari manajemen rantai
pasokan baik pada pengecer akhir dan distributor, manufaktur dan pemasok.
Peramalan penjualan yang tep at waktu dan akurat sangat penting dalam
menjembatani kesenjangan antara pasokan dan permintaan sehingga mengurangi
biaya penyimpanan ketika menjaga kemungkinan kehabisan persediaan (Sanwanlani
& Vijayalakshmi, 2013: 39)
|
24
Russell dan Taylor (2011: 497) secara lebih
lanjut menjelaska
bahwa
meskipun peramalan yang akurat tidak pernah mungkin bis
dilakukan, tetapi
peramalan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai masa yang aka
datang.
2.4.1 Jenis jenis Pera malan
Heizer dan Render (2010: 164) men yatakan, organisasi pada umumnya
menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi di masa
depan:
1. Peramalan ekonomi (economic forecast) : menjelaskan siklus bisnis dengan
memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk
membangun perumakan dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast) : memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang
membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast): pro yeksi permintaan untuk produk
atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan,
yang mengendalikan produksi, kapasitasm serta sistem penjadwalan dan menjadi
input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia.
2.4.2 Pera malan Permintaan
Menurut Heizer dan Render (2010: 164) peramalan merupakan satu-satunya
prediksi atas permintaan hingga permintaan yang sebenarnya diketahui. Peramalan
permintaan mengendalikan keputusan di banyak bidang. Berikut adalah dampak
peramalan produk pada tiga aktivitas: 1) sumber daya manusia, 2) kapasitas, dan 3)
manajemen rantai pasokan.
1. Sumber Daya Manusia
Mempekerjakan, melatih, dan memberhentikan pekerja, semuan ya bergantung
pada permintaan. Jika departemen sumber daya manusia harus mempekerjakan
pekerja tambahan tanpa adanya persiapan, akibatnya kualitas pelatihan menurun
dan kualitas pekerja juga menurun.
2. Kapasitas
Saat kapasitas tidak memcukupi, kekurangan yang diakibatkann ya bisa berarti
tidak terjaminnya pengiriman, kehilangan konsumen, dan kehilangan pangsa
pasar.
|
![]() 25
bersaing, bergantung pada peramalan yang akurat.
2.4.3 Proses Peramalan (Forecasting)
Menurut Russel & Taylor (2011 : 502) peramalan tida
hanya sekedar
mengidentifikasi d an menggunakan metode untuk menghitun
perkiraan secara
numerik permintaan di masa yang akan datang. Peramala
adalah proses yang
berkelanjutan yang membutuhkan pemantauan konstan da
penyesuaian yang
diilustrasikan oleh langkah-langkah berikut:
Gambar 2.2 Tahapan Peramalan (Forecasting)
Sumber: Russel & Taylo r (2011 : 502)
2.4.4 Metode Peramalan
Menurut Ghiani, Laporte, dan Musmanno (2013: 46) metode peramalan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu:
|
26
1. Metode per amalan kualitatif
2. Metode per amalan kuantitatif
Menurut Heizer dan Render (2010: 163) metode peramalan kuantitatif
biasanya diklasifikasikan dengan horizon waktu yaitu:
1. Peramalan jangka pendek (Short-range forecast)
Jangka waktu peramalan ini hingga 1 tahun, tetapi umumn ya kurang dari 3 bulan.
Digunakan untuk merencanakan pembelian (purchasing), penjadwalan kerja (job
scheduling), jumlah tenaga kerja (workforce levels), penugasan kerja (job
assignments), dan tingkat produksi (production levels).
2. Peramalan jangka menengah (Medium-range forecast)
Jangka waktu peramalan ini antara 3 bulan hingga 3 tahun. Per amalan ini
berguna untuk merencanakan penjualan (sales), perencanaan produksi dan
anggaran (production planning and budgeting), anggaran kas, dan menganalisis
macam-macam rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang
Umumnya untuk p erencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang
ini biasa digunakan untuk merencanakan p roduk baru, pembelanjaan modal,
lokasi atau pen gembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan.
Secara lebih lanjut Heizer dan Render (2010: 163) menjelaskan bahwa
metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kategori yaitu model deret waktu
dan model kausal. Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa
depan merupakan fun gsi dari masa lalu. Deret waktu didasarkan pada urutan dari
titik-titik data yang berjarak sama dalam waktu (mingguan, bulanan, kuartalan, dan
lain-lain). Dengan k ata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu
tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan.
Meramalkan data deret waktu berarti nilai masa depan diperkirakan hanya dari nilai
masa lalu dan variabel lain diabaikan walaupun variable-variabel tersebut mungkin
sangat bermanfaat. Yang termasuk dalam model p eramalan deret waktu diantaran ya:
1. Naïve
Pendekatan naïve mer upakan teknik peramalan yan g mengasumsikan
permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan pada periode
terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendek atan ini merupakan model
peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya.
2. Rata-rata bergerak (Moving Average)
|
![]() 27
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu
untuk menghasilkan peramalan periode berikutnya. Rata-rata bergerak
berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil
sepanjang masa yang kita ramalkan.
Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi
permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:
Ft =
Keterangan:
n = jumlah periode dalam rata-rata ber gerak
3. Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted-Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktik ini membuat
teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang
lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih b erat. Pemilihan bobot merupakan
hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untu menetapkan mereka. Oleh
karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara matematis
sebagai berikut:
Ft =
4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Meto de
ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Penghalusan
Eksponensial ini merupakan suatu teknik peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan di mana titik-titik data dibobotkan oleh fungsi
eksponensial. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
|
28
Peramalan baru = Peramalan periode terakhir + a (permintaan sebenarn ya
periode terakhir peramalan periode terakhir).
Dimana a adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh
peramal yan g mempunyau nilai antara 0 dan 1. Persamaan diatas juga dapat
ditulis sebagai berikut:
Ft = Ft-1 + a (At-1 Ft-1)
Keterangan:
Ft = per amalan baru
Ft-1 = peramalan sebelu mnya
a = konstanta penghalusan (pembobotan)(0= a=1)
At-1 = permintaan aktual periode lalu
Prediksi terakhir untuk permintaan sama dengan prediksi lama, disesuaikan
dengan sebagian diferensiasi permintaan aktual periode lalu dengan prediksi
lama. Pendekatan penghalusan eksponensial mudah digunakan dan telah
berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis. Walaupun demikian, nilai
yang tep at untuk konstanta penghalusan, a, dapat membuat diferensiasi antara
peramalan yang akurat d an yang tidak akurat. Nilai a yang tinggi dipilih saat
rata-rata cenderung beru bah. Nilai a yang rendah digunakan saat rata-rata
cukup stabil. Tujuan pemilihan suatu nilai untuk konstanta penghalusan
adalah mend apatkan peramalan yang paling akurat.
5. Penghalusan Eksponensial dengan tren (Eksponential Smoothing with Trend)
Penghalusan eksponensial yang sederhana gagal memberikan respon terhadap
tren yang terjadi. Untuk memperbaiki peramalan, maka digunakan model
penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada
tren yang ada. Idenya adalah dengan men ghitung rata-rata data
penghalusan
eksponensial, kemudian menyesu aikan untuk keterlambatan (lag) positif atau
negative pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian
tren, estimasi rata-rata d an tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua
konstanta penghalusan, a untuk rata-rata dan ß untuk tren. Kemudian, kita
menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode.
Ft = a(At-1) + (1 - a) (Ft-1 + Tt-1)
|
![]() 29
Tt = ß(Ft - Ft-1) + (1 - ß)Tt-1
Keterangan:
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada
periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual pada periode t
a = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 = a =1)
ß = konstanta penghalusan untuk tren (0 = ß = 1)
Jadi, ada tiga langkah menghitung permalan dengan yang disesuaikan den gan
tren, yaitu:
1. Menghitung Ft, peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t,
menggunakan persamaan Ft.
2. Menghitung tren yang dihaluskan, Tt, menggunak a
persamaan Tt.
3. Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt
Ft +Tt.
6. Regresi Lin ear (Linear Regression)
Pada model peramalan kausal, biasanya diperhitungkan beberapa variabel yang
berhubungan dengan besaran yang diprediksi. Saat variabel terkait ini ditentukan,
dibuat model statistik yang digunakan untuk peramalan. Russell dan Taylor
(2011: 527) menyatakan regresi linear adalah teknik matematika yang
menghubungkan satu variabel, yang disebut sebagai variab el bebas (independent),
terhadap yan g lain, variabel terikat (dependent), dalam bentuk sebuah persaman
untuk garis lurus. Dalam hal peramalan, regresi digunakan untuk mengidentifikasi
hubungan antar variabel dengan permintaan. Persamaan linear adalah sebagai
berikut:
+
b =
|
30
Keterangan:
y = nilai terhitung dari variabel yan g akan dihitung (variabel terikat)
a = perpotongan sumbu Y
b = koefisien regresi / slop
X = nilai variabel bebas yan g diketahui
Y = nilai variabel terikat yang diketahui
n = jumlah data
b = kemiringan garis regresi (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang
terjadi di x)
Menurut Chase dan Jacobs (2011: 525), regresi linear digunakan baik di deret
waktu (time-series) dan kausal. Saat variabel terikat (digambarkan dengan
sumbu vertikal pada grafik) berubah sebagai hasil dari waktu (digambarkan
dengan sumbu horizontal), maka termasuk dalam analisis deret waktu. Apabila
satu variabel berubah karena perub ahan pada variabel lain, maka merupakan
hubungan kausal.
2.4.5 Mengukur Kesalahan Peramalan
Heizer dan Render (2010: 177) menyatakan akurasi keseluruhan dari setiap
model peramalan rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial, atau lainn ya
dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nlai aktual atau
nilai yang sedang diamati. Jika Ft melambangkan peramalan pada p eriode t, dan At
melamban gkan permintaan aktual pada periode t, maka kesalahan peramalann ya
(deviasi) adalah sebagai berikut:
Kesalahan peramalan = Permintaan aktual Nilai peramalan
= At - Ft
Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan u ntuk menghitung kesalahan
peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model
peramalan yan g berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan
berjalan dengan baik. Pengukuran kesalahan peramalan adalah diantaranya adalah:
1. Mean Absolute Deviation MAD (Deviasi Mutlak Rerata)
MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model.
|
![]() 31
Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari setiap k esalahan
peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).
MAD =
2. Mean Squared Error MSE (Kesalahan Kuadrat Rerata)
MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan nilai
yang diamati.
MSE =
2.5 Object-Oriented Analysis and Design
Pendekatan berorientasi ob yek ini melihat sebu ah sistem informasi sebagai
satu sebuah kumpulan dari ob yek-obyek yang berinteraksi yang bekerja sama untuk
men yelesaikan tugas-tugas. Mengingat bahwa pendekatan berioreintasi obyek
melihat sistem informasi sebagai kumpulan obyek yang berinteraksi, analisis
berorientasi obyek mendefinisikan obyek yang melakukan pekerjaan dan
menentukan interaksi pengguna (disebut use cases) yang dibutuhkan untuk
men yelesaikan tugas.
Object-Oriented Analysis adalah proses men gidentifikasi dan menentukan
Use cases dan sekelompok objects dalam sistem yan g bar
yang dibutuhkan untuk
men yelesaikan tugas
tugas tertentu. Desain berorienta
obyek mendefinisikan
semua jenis on yek tamb ahan yang diperlukan untu
berkomunikasi dengan or ang-
orang dan perangkat di dalam sistem, menunjukka
bagaimana obyek berinteraksi
untuk menyelesaikan tugas, dan memperjelas definisi da
masing-masing jenis
obyek sehin gga dapat diimplementasikan dengan bahasa ata
lingkungan tertentu.
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 241).
2.5.1 Unified Process
Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 446) menjelaskan Unified Process (UP)
sebagai metodologi pengembangan sistem berorientasi objek yang awalnya
ditawarkan oleh Rational Software yang sekarang menjadi bagian dari IBM.
|
32
Dikemban gkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson dimana
mereka adalah tiga perintis yan g juga berada di balik keberhasilan Unified Modeling
Language (UML). UP adalah upaya mereka untuk mendefinisikan metodologi
lengkap untuk model sistem dan menjelaskan fitur yang unikdengan UML dan UP
dapat mendesk ripsikannya lebih dulu. Di UP jangka waktu proses pembangunan
sejalan atau identik dengan metodologi pengembangan.
Terdap at empat fase untuk pengemban gan UP yaitu:
1. Inception: adalah fase awal untuk membuat perkiraan visi dari sistem, membuat
business case, menentukan cakupan, dan membuat estimasi biaya dan jadwal
proyek.
2. Elaboration: menentukan visi, mengidentifikasi dan menjelaskan semua
keperluan, mematangkan cakupan, desain, dan implementasi arsitektur inti, dan
fungsi, menyediakan solusi untuk resiko, dan menghasilkan estimasi untuk biaya
dan jadwal yang realistis.
3. Construction: secara iteratif mengimplementasikan resiko yan g rendah, yang
dapat diprediksi, dan elemen yang mudah, serta bersiap untuk pelaksanaan.
4. Transition: menyelesaikan beta test dan pengimplementasian, sehinga user dapat
mulai bekerja dengan sistem dan mendapatkan keuntungan yang diharapkan.
Dalam UP terdapat istilah discipline untuk kumpulan aktifitas yang
fungsin ya salin g berhubungan dan berkontribusi untuk satu aspek dari
pengembangan proyek UP. Ada enam discipline utama dalam UP, yaitu business
modeling, requirements, design, yang akan dibahas dalam tugas akhir ini, serta
implementation, testing, dan deployment.
1. Business Modeling
Tujuan utama dari Business Modeling adalah untuk memahami dan
mengkomunikasikan lingkungan dimana sistem akan digunakan. Analis harus
memahami permasalahan yang sedang terjadi dan peningkatan potensial yang
mungkin untuk dilakukan dengan sistem baru. Selain itu analis dan tim harus
mengkomunikasikan pemahaman ini kepada penggun a sistem, manajer, dan
programmer yang mengerjakan proyek. Tiga kegiatan utama dari business
modeling adalah:
a. Understand the business environement: yaitu untuk mengetahui lingkungan
bisnis, permasalahan yang terjadi pada proses bisnis dan harus diselesaikan.
|
33
Selain itu juga mengidentifikasi pihak-pihak yang akan terkena dampak dari
proyek sistem baru.
b. Create the system vision: untuk menentukan tujuan dari sistem, kemampuan
yang dimiliki, dan keuntungan yang akan diberikan dari adanya sistem baru
c. Create business models: membuat satu model baik itu berupa chart, diagram,
skema, workflow, dan sebagainya yang menunjukan bagaiman proses bisnis
baru yang terjadi apabila sistem baru diterapkan.
2. Requirements
Tujuan utamanya yaitu untuk memahami dan mendokumentasikan apa
yang dibutuhkan oleh organisasi dan proses requirements untuk sistem baru. Kata
kunci dari tahap ini ad alah discover dan understanding yan g ber arti mencari dan
memahami apa yang dibutuhkan oleh user. Kegiatannya adalah:
a. Gather detailed information: mencari informasi sebanyak mungkin dari user
mengenai permasalahan yan g dihadapi, dan bagaimana sistem baru dapat
mengatasinya. Mencari informasi dapat dilakukan dengan cara wawancara,
bertanya, membaca dokumen ataupun prosedu r yang ada.
b. Define functional requirements: menentukan aktifitas apa saja yan g akan
dilakukan oleh sistem. Digambarkan dengan diagram yang berisi informasi
kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh user.
c. Define nonfunctional requirements: menentukan kebutuhan non-fungsional
secara detail. Termasuk kebutuhan terkait teknologi, ekspektasi performa,
kegunaan, daya tahan, dan keamanan.
d. Prioritize requirements: menentukan level prioritas sistem dan terhadap
kebutuhan user yang akan menggunakan.
e. Develop user interface dialogs: menentukan jenis tampilan user interface
(UI) yang cocok digunakan oleh user. Bisa dilakukan den gan cara wawancara
user dan menggambar sketsa.
f. Evaluate requirements with users: anggota tim proyek melakukan review
dengan user untuk mendapat pencapaian yang akurat.
3. Design
Tujuan dari design adalah untuk mendesain sistem sebagai solusi atas
kebutuhan yang didapat sebelumn ya. High-level design yaitu membangun
struktur arsitektur komponen software, database, UI, dan pedoman penggunaan.
|
34
Low-level design yaitu menentukan class, methods, dan struktur yang dibutuhkan
untuk membangun softw are. Aktifitas utama pada design yaitu:
a. Design the support service architecture and deployment environement:
mendesain kebutuhan komputer yang digunakan, jenis koneksi, dan operating
system yang akan menjadi tempat bagi sistem baru.
b. Design the software architecture: membuat detail dari pro gr am menjadi
subsistem atau komponen-komponen. Detail desain dibuat dari tiap use case
pada arsitektur sistem.
c. Design use case realizations: desain software yang mengimplementasik an
tiap use case. Didokumentasikan lagi dengan class diagram dan interaksin ya.
d. Design the database: mendesain class diagram untuk database sistem. Dan
database sistem baru harus terintegrasi dengan database sistem yang sud ah
digunakan sebelumn ya.
e. Design the system and user interfaces: mendesain tampilan untuk tiap dialog
sistem. Dan mendesain laporan dalam bentuk online dan cetak.
f. Design the system security and controls: mendesain kontrol dan keamanan
sistem untuk melindungi integritas data dan aplikasi program.
2.5.2 Unified Modeling Language (UML)
UML adalah kumpulan standar model konstruksi dan notasi yang
didefinisikan oleh Object Mangement Group (OMG), sebu ah organisasi untuk
pengembangan sistem. Dengan menggunakan UML, analyst dan end user dapat
menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yan g digunakan dalam
proyek pengembangan sistem (Satzinger, Jackson & Burd, 2012: 46).
UML secara umum diterima sebagai notasi pemodelan standar de facto untuk
analisis dan desain dari sistem perangkat lunak berbasis obyek. Bahasa ini
menyediakan framework yang cocok untuk akuisisi scenario menggunakan diagram
use case dan sequen ce (Jakimi & Koutbi, 2009: 35).
2.5.2.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (201 2: 57), activity diagram
menggambarkan kegiatan user (atau sistem), orang yang melakukan setiap
kegiatannya, dan alur tahapan dari setiap kegiatan. Langkah awal dalam membuat
activity diagram adalah mengidentifikasi setiap agent untuk membuat swimlane.
|
![]() 35
Danil dan Siswanto (2014: 149) menjelaskan activit
diagram
menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yan
sedang dirancang,
bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungki
terjadi, dan
bagaimana mereka berakhir. Gambar 2.3 menunjukka
simbol-simbol dasar yang
digunakan di dalam activity diagram.
Gambar 2.3 Simbol-simbol Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 58)
|
![]() 36
Gambar 2. 4 Contoh Activity Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 59)
2.5.2.2 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012: 7 9) usecase diagram adalah
model UML yan g digunakan secara grafis untuk menunjukkan usecase dan
hubungannya dengan user. Yang termasuk di dalam usecase diagram adalah orang
yang menggunakan sistem, yang disebut sebagai actor. Actor biasanya berada di luar
automation boundary dari sistem tetapi bagian dari manual sistem. Automation
boundary menggambark an batas antara bagian terkomputerisasi dan orang-orang
yang mengoperasikan aplikasi, digambarkan sebagai persegi panjang yang berisi use
case.
Danil dan Siswanto (2014: 148) menjelaskan usecase diagram sebagai
pemodelan untuk menggambarkan kelakuan (behavior) sistem yang akan dibuat.
Diagram usecase mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor
dengan sistem yang akan dibuat. Dengan pengertian cepat, diagram usecase
digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem dan
siapa saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Gambar 2.5
menggambarkan notasi untuk use case diagram.
|
![]() 37
Gambar 2. 5 Notasi Use Case Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 81)
Gambar 2. 6 Contoh Use C ase Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 84)
2.5.2.3 Use Case Description
Use case diagram dapat mengidentifikasi proses-proses yang dapat dilakukan
oleh actor yan g dapat dilakukan oleh sistem. Menurut Satzinger (2012: 121),
usecase description adalah model tekstual yang mendaftarkan dan menjelaskan
rincian proses untuk usecase. Untuk menciptakan sistem yang kuat dan komprehensif
|
![]() 38
yang benar-b enar memenuhi kebutuhan pengguna, kita harus memahami langkah-
langkah rinci dari tiap use case.
Bergantun g pada kebutuhan analis, use case description cenderung untuk
dituliskan dalam dua level detil yang berbeda yaitu:
1. Brief Use Case Description
Brief description dapat digunakan untuk use cases yang sang
sederhana,
khususnya saat ruang lingkup sistem yang dikembangka
cenderung kecil,
aplikasinya mud ah dipah ami
.
Gambar 2. 7 Contoh Brief Use Case Description
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 122)
2. Fully Developed Use Case Description
Fully developed use case description merupakan metode formal yang paling
banyak digunakan untuk menjelaskan use case. Ketika membuat fully
developed usecase description, kita akan lebih mudah mengerti mengenai
proses bisnis dan cara sistem untuk mendukungnya.
|
![]() 39
Gambar 2. 8 Contoh Fully Developed Use Case Description
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 123)
2.5.2.4 Class Diagram
2.5.2.4.1 Domain Model Class Diagram
Danil dan Siswanto (2014: 149) menjelaskan class diagram sebagai suatu
diagram yang memperlihatkan atau menampilkan struktur dari sebuah sistem, sistem
tersebut ak an menampilkan kelas dan atribut suatu sistem. Class diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi class beserta hubunhan satu sama lain.
Sementara Lambow dan Lavleen (2012: 12) menyatakan class diagram adalah jenis
diagram struktur statis yang digunakan untuk mewakili struktue dari sebuah
sistem.
Struktur statis ini dapat diwakili dengan menampilkan classes dari sistem, atributnya,
methods dan operations, hubungan antar class. UML Class Diagram ini dapat
diubah/dipetakan langsung d engan bahasa orientasi-obyek, itu sebabnya class
diagram secara luas digunakan dalam pemodelan sistem berorientasi obyek.
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012: 101), Domain Model Class
Diagram adalah sebuah UML Class Diagram yang menggambarkan benda-benda
yang penting dalam pelaksanaan tugas para pengguna, seperti class-class problem
domain, hubungan antar class-class tersebut, dan atribut-atributnya. Domain Model
|
![]() 40
Class Diagram adalah diagram yang digunakan untu
menggambarkan class-
class yang terlibat, hubungan antar class-class tersebut sert
atribut-atributn ya.
Gambar 2.7 menunjukkan notasi dari domain mod el class diagram.
Gambar 2. 9 Notasi Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 101)
Gambar 2.10 Contoh Do main Model Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 102)
2.5.2.4.2 Updated Class Diagram
Satzinger, Jackson & Burd (2012: 351) menjelaskan setelah sequence
diagram dibuat, informasi methods dapat ditambahkan ke dalam classes. Tahap
pertama dalam melakukan update class diagram adalah menambahkan method
berdasarkan informasi dari sequence diagram. Setiap pesan yang muncul pada
sequence diagram membutuhkan sebuah method pada obyek tujuan. Proses
menambahkan method ke dalam class berasal dari tiap sequence diagram dan
mencari pesan yan g dikirim ke class tersebut. Setiap pesan menggambarkan sebuat
method.
|
![]() 41
Gambar 2.11 Contoh Updated Class Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 352)
2.5.2.5 Multi-Layer Design Sequence Diagram
UML Sequence Diagra m adalah jenis diagram interaksi yang menunjuk kan
dalam urutan dan bagaimana proses-proses b eroperasi satu sama lain. Sequence
diagram menunjukkan berbagai obyek dan class yan g terlibat dalam scenario sistem
dan urutan pesan yang ditukarkan antara obyek yang dibutuhkan untuk
melaksanakan fungsi scenario (Lambow & Lavleen, 2012: 12).
Menurut Satzinger , Jackson & Burd (2012: 345) pengembangan first-cut
sequence diagram hanya berfokus pada class-class yang ada di problem domain
layer. Setiap sistem akan membutuhkan view layer classes untuk men ggambarkan
layar input dan output untuk aplikasi. Multi-Layer Design Sequence Diagram terdiri
dari data access Layer dan view layer untuk memastikan bahwa user interface yang
dikembangkan konsisten dengan desain aplikasi. Semua pesan masuk yang ada pada
System Sequence Diagram harus ditangani oleh user interface (Satzinger, Jackson &
Burd 2012: 349). Berikut merupakan contoh dari multi layer design sequence
diagram.
|
![]() 42
Gambar 2.12 Contoh Multi Layer Design Sequence Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 346)
2.5.2.6 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012: 189), user interface adalah inputs
dan outputs yang secara langsung melibatkan pengguna sistem. User interface bisa
untuk pengguna internal dan pengguna eksternal. Desain dari user interface
bervariasi bergantung pada faktor-faktor seperti tujuan interfac
karakteristik
pengguna, dan k arakteristik dari perangkat interface tertentu.
|
![]() 43
Gambar 2.13 Contoh User Interface
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 203)
|
![]() 44
2.6 Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan kerangka pemikiran untuk penelitian
ini:
PT. DreamWear
Wawancara dan
Observasi proses bisnis
berjalan
Identifikasi masalah
Business Modeling
Analisis Sistem yang Diusulkan dengan OOAD dan
Unified Process
Peramalan dengan membandingkan metode:
Naïve
Requirements
Moving Average
Use Case
Use Case
Weighted Moving Average
Diagram
Description
Exponential Smoothing
Exponential Smoothing with Trend
Design
Linear Regression
Domain
Multi Layer
Model Class
Design Class
Diagram
Diagram
Identifikasi MAD &
Updated
User
MSE Paling Kecil
Class
Interface
Diagram
Identifikasi Proyeksi Model Persediaan yang efisien dari segi biaya
dengan membandingkan model:
EOQ EOI Min-Max
Membuat Kesimpulan
Usulan Pemecahan Masalah
Gambar 2.14 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
|