BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
  Marakas  dan  O’Brien  (2014:  25)  menyebutkan  sistem  sebagai  satu  set 
komponen  yang  saling  terkait,  dengan  batasan  yang  jelas,  b ekerja  sama  untuk 
mencapai  tujuan.  Lebih  lanjut  dijelaskan  bahwa  sistem  memiliki  tiga  fungsi  dasar, 
yaitu: 
1.  Input 
Meliputi  mengambil  dan  mengumpulkan  elemen   yang  memasuki  sistem  untuk 
diproses.  Contohnya  adalah  bahan  baku,  energi,  data,  dan  usaha  manusia  harus 
aman dan terorganisir untuk pemrosesan. 
2.  Processing 
Meliputi  proses  transformasi  yang  men gubah  input  menjadi  output.  Contohnya 
adalah  proses  manufaktur  proses  pernapasan  manusia  atau  perhitungan  
matematika. 
3.  Output 
Meliputi  mengubah  elemen  yang  telah  diproduksi  oleh  proses  transformasi  ke 
tujuan  akhirnya.  Contohnya, barang jadi, jasa manusia, dan informasi manajemen 
harus dikirimkan kepada pengguna. 
    Sebagai  contoh  sebuah  sistem  manufaktur  menerima  bahan  baku  sebagai 
input  dan  memproduksi  barang  jadi  sebagai  output.  Sebuah  sistem  informasi 
menerima  sumber  (data)  sebagai  input  dan  memprosesnya  menjadi  produk 
(informasi)  sebagai  produk.  Sebuah  organisasi  bisnis  adalah  suatu  sistem  dimana 
sumber  daya  manusia  dan  ekonomi  diubah   oleh  berbagai  proses  bisnis  ke  dalam 
barang  dan  jasa.  Marakas  dan  O’Brien  (2014:  32)  menjelaskan  informasi  sebagai 
data  yang  telah  diubah  menjadi  konteks  yan g  berarti  dan  berguna  bagi  pengguna 
akhir tertentu.  
    Sistem  informasi  adalah  kombinasi  teratur  dari 
orang,  hardware,  software, 
jaringan  komunikasi,  sumber  daya  d ata,  dan  kebijakan  dan  prosedur  yang 
menyimpan,  mengambil,  mengubah,  dan  menyebarkan  informasi  dalam  sebuah 
organisasi (Marakas & O’Brien, 2014: 6). 
Rahadi,  Musadieq,  dan  Susilo  (2014:  2)  mendefinisikan    sistem  informasi 
adalah  suatu  kesatuan  elemen-elemen  yan g  saling  berinteraksi  secara  sistematis  dan
  
10 
teratur  untuk  menciptakan  dan  memb entuk  aliran  informasi  yan g  akan  mendukung 
pembuatan  keputusan  dan  melakukan  pengen dalian.  Menurutnya,  suatu  sistem 
diganti atau dip erbarui dikarenakan hal-hal berikut: 
a.  Adan ya permasalahan yang timbul di sisi lain, yaitu: 
1.  Ketidakberesan  
Ketidakberesan  dalam  sistem  yan g  lama  menyeb abkan  sistem  yang  lama  tidak 
dapat beroperasi sesu ai dengan yang diharapkan. 
2.  Pertumbuhan organisasi 
Pertumbuhan  organisasi  yang  menyebabkan  harus  disusunnya  sistem  yang 
baru.  Pertumbuhan  organisasi  diantaranya  adalah  kebutuhan  informasi  yang 
semakin  luas,  volume  pengolahan  data  semakin  meningkat,  serta  perubahan 
prinsip  akuntansi yang  baru. Karena adanya  perubahan ini, maka menyebabkan 
sistem  yang  lama  sudah  tidak  efektif  lagi,  sehingga  sistem    yang  lama  sudah 
tidak  dapat  memenuhi  lagi  semua  kebutuhan  informasi  yang  dibutuhkan  
manajemen. 
b.  Untuk meraih kesempatan-kesempatan  (opportunities) 
Teknologi  informasi  telah  berkembang  dengan  cepatnya.  Perangkat  keras 
komputer,  perangkat  lunak  dan  teknologi  komunikasi  telah  begitu   cepat 
berkembang.  Or ganisasi  telah  merasakan  bahwa  teknologi  informasi  ini  perlu 
digunak an untuk menin gkatkan  penyediaan informasi sehingga dapat mendukung 
dalam  proses  pengambilan  keputusan  yang  akan  dilakukan  oleh  manajemen. 
Dalam  keadaan  pasar  bersaing,  kecepatan  informasi  atau  efisiensi  waktu  sangat 
menentukan  berhasil  atau  tidaknya  str ategi  dan  rencan a-rencana  yang  telah 
disusun  untuk  meraih  kesempatan-kesempatan  yang  ada.   Bila  pesain g  dapat 
memanfaatkann ya,  sedangkan  perusahaan  tidak  dapat  memanfaatkan  teknologi 
ini, maka  kesempatan-kesempatan  akan  jatuh ke tangan  pesaing. Kesempatan ini 
dapat berupa  peluang pasar, pelayanan yang meningkatkan kepada pelanggan dan 
sebagainya. 
c.  Adanya instruksi (directives) 
Penyusunan sistem yan g  baru dapat  juga  terjadi  karena adanya instruksi-instruksi 
dari  atas  pimpinan  ataupun  dari  luar  organisasi,  seperti  misaln ya  peraturan 
pemerintah.    
  Secara lebih lanjut Marakas dan O’Brien menjelaskan tentan g peran sistem 
informasi dalam bisnis, diantaranya:
  
11 
1.  Mendukung proses dan operasi bisnis 
2.  Mendukung pengambilan keputusan oleh pegawai dan manajer 
3.  Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif 
  
Gambar 2.1 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis 
Sumber: Marakas & O’Brien (2014 : 7) 
   
  Ketika  aplikasi  sistem  informasi  berfokus  pada  penyediaan  informasi  dan 
dukungan  untuk  pen gambilan  keputusan  yang  efektif  oleh  p ara  manajer
merek a 
disebut  management  support  systems.  Salah  satu  tanggung  jawab  pengambilan
keputusan  yang  didukung  oleh sistem  informasi  adalah sistem  informas
manajemen 
(management  information  system).  Sistem  informasi  manajemen  memberikan 
informasi dalam bentuk laporan  dan  menampilkan  kepada manajer   dan professional
bisnis  lainnya.  Sistem  informasi  manajemen  merupakan  bentuk  paling  u mu
dari 
sistem informasi dalam suatu organisasi.  
Asemi  dan  Safari  (201 1:  165)  menyatakan  sistem  informasi  manajemen 
merupakan  satu  dari  sistem  informasi  berbasis  komputer  yan g  paling  umum. 
Tujuannya  adalah  untuk  memenuhi  kebutuhan  informasi  umum  yan
dibutuhkan 
oleh  seluruh  manajer  dalam  perusahaan  atau  di  dalam  beberapa  subunit 
organisasional dari sebuah perusahaan. 
  
2.2 Manajemen Operasional
  Heizer  dan  Render  (2010:  4)  menjelaskan  manajamen  oper asional  sebagai 
serangakaian aktivitas yang  menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa den gan 
mengubah  input  menjadi  output.  Kegiatan  yang  menghasilkan  barang  dan  jasa 
  
12 
berlan gsung di semua organisasi. Berikut merupakan alasan mempelajari manajemen 
operasi: 
1.   Manajemen  operasi  adalah  satu  dari  tiga  fungsi  utama  dari  setiap  organisasi  dan 
berhubungan  secara  utuh   dengan  semua  fungsi  bisnis  lainnya.  Semua  organisasi 
memasarkan  (menjual),  membiayai  (mencatat  rugi  laba),  dan  memproduksi 
(mengoper asikan),  maka  sangat  penting  untuk  mengetahui  bagaimana  aktivitas 
manajemen operasi berjalan. Karena  itu  pula,  kita mempelajari bagaimana orang-
orang men gor ganisasikan diri mereka b agi perusahaan yang produktif. 
2.   Kita  mempelajari  manajemen  operasi  karena  kita  ingin  mengetahui  bagaimana 
barang  dan  jasa  diproduksi.  Fungsi  produksi  adalah bagian  dari masyarakat  yang 
menciptakan produk yang kita gunak an. 
3.   Kita  mempelajari manajemen  operasi  untuk memahami apa yan g  dikerjakan oleh 
manajer  operasi.  Dengan  memahami  apa  saja  yang  dilakukan  oleh  manajer  ini, 
kita dapat membangun  keahlian  yang dibutuhkan  untuk menjadi seorang manajer 
seperti itu.  
4.  Kita  mempelajari  manajemen  operasi  karena  bagian  ini  merupakan  bagian  yang 
paling  banyak  menghabiskan  biaya  dalam  sebuah  organisasi.  Sebagian  besar 
pengeluaran  perusahaan  digunakan  untuk  fungsi  manajemen  operasi.  Walaupun 
demikian,  manajemen  operasi  memberikan  peluang  untuk  meningkatk an 
keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat.  
2.3 Persediaan
  Heizer  dan  Render  (2010:  82)  menyatakan  persediaan  adalah  salah  satu  aset 
termahal  dari  banyak  perusahaan,  mewakili  sebanyak  50%  dari  keseluruhan  modal 
yang diinvestasikan.  Sementara itu, Deitiana (2011, 185) men yebutkan, pada satu sisi 
manajemen menghendaki  biaya  yang  tertanam pada persediaan  itu minimum, namun 
di pihak lain, seringkali konsumen mengeluh karena kehabisan persediaan.  
Menurut  Chase  dan  Jacobs  (2011:  594)  persediaan  adalah  stock  baran g  atau 
sumber  daya  yang  digunakan  di  dalam  sebuah  organisasi.  Muttaqin,  Musadieq,  dan 
Riyadi  (2014:  2)  menjelaskan  persediaan  sebagai  suatu  istilah  umum  yang 
menunjukkan  segala  sesuatu  atau  sumber  daya  organsisasi  yang  disimpan  dalam 
antisipasinya  terhadap pemenuhan permintaan.  Persediaan atau  inventory merupakan 
simpanan material yang berupa barang  mentah, dalam proses, dan barang jadi. 
  
13 
Sementara  Rahadi,  Musadieq,  &  Susilo  (2014:  3)  mendefinisikan  persediaan 
sebagai    simpanan  bahan,  baik  bahan  baku,  bahan  pembantu,  bahan  setengah  jadi, 
bahan  jadi,  maupun    bahan  lain-lain,  yang    dimaksud  untuk  kebutuhan  yang  akan 
datang.  Penyimpanan  ini  dilakukan  karena  perusahaan  bisa  saja  sewaktu-waktu 
membutuhkan  bahan-bahan  tersebut,  sehingga  perusahaan  tidak  akan  kerepotan 
dalam mendapatkannya. 
2.3.1 Tujuan Persediaan
  Berdasarkan  penjelasan  C hase  dan  Jacobs  (2011:  595),  seluruh  perusahaan 
(termasuk  operasi  JIT)  menyimpan  pasokan  persediaan  utuk  alasan-alasan  sebagai 
berikut: 
1. Untuk menjaga independensi operasi 
Pasokan  bahan  baku  pada  pusat  kerja  memungkinkan  fleksibilitas  pusat  dalam 
operasi.    Waktu  yang  dibutuhkan  untuk  melakukan  operasi  yan g  identik  akan 
bervariasi  dari  satu  unit  ke  unit  berikutn ya.  Oleh  karena  itu,  dengan  adanya 
persediaan  akan  memangkas waktu  kerja  sehingga  dapat  mengkompensasi  waktu 
kerja  yang lama. 
2. Untuk memenuhi variasi pada permintaan produk 
Jika  permintaan  produk  dapat  diketahui  secara  tepat,  sangat  memungkinkan 
(meskipun  tidak  harus  ekonomis)  untuk  memproduksi  produk  untuk  memenuhi 
permintaan  dengan tepat. Biasanya, permintaan  tidak sepenuhn ya diketahui secara 
pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi.  
3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi 
Stock  persediaan  meringankan tekanan pada  sistem  produksi  untuk  mengeluarkan 
barang  jadi.  Ini    menyebabkan  waktu  tunggu  (lead  time)  yang  lebih  lama,  yang 
memungkinkan  perencanaan  produksi  untuk  alur  yang  lebih  halus  dan  operasi 
rendah  biaya  melalui  produksi  lot-size  yan g  lebih  besar.  Biaya  penyetelan  (setup 
cost)  yang  tinggi,  sebagai  contoh,  mendukung  produksi  jumah  unit  yang 
lebih 
besar setelah penyetelan dibuat.
4. Untuk  menyediakan  perlindungan  bagi  variasi  dalam  waktu  pengiriman  bahan 
baku 
Saat  bahan  baku  dipesan  dari  vendor,  penundaan  dapat  terjadi  karena  berbagai 
alasan: variasi normal  dalam  waktu pengiriman, kekurangan  bahan  baku di pabrik 
vendor  menyeb abkan  backlogs,  pemo gokan  tak  terduga  pada  pabrik  vendor,  atau
  
14 
pada  satu  perusahaan  ekspedisi,  pesanan  yang  hilang  atau  kiriman  bahan  baku 
yang salah atau rusak. 
5. Untuk mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian 
Ada  biaya  untuk  melakukan  pemesanan:  tenaga  kerja,  panggila
telepon, 
pengetikan,  ongkos  kirim,  dan  lain  sebagainya.  Maka  dari  it
semakin  besar 
pemesanan   yang  dilakukan,  semakin  kecil  p emesanan  yang  h aru
ditulis.  Selain 
itu,  biaya p engiriman  (shipping  costs)  mendukung p emesanan  ynn
lebih  besar  –
lebih besar pengiriman, maka biaya per unit semakin rendah. 
2.3.2 Fungsi Persediaan
Menurut  Heizer  dan  Render  (2010:  82),  keempat  fungsi  persediaan  adalah 
sebagai berikut: 
1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi 
2. Melakukan  “decouple”  perusahaan  dari  fluktuasi  permintaan  dan  men yediakan 
persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan 
3. Mengambil  keuntungan  dari  diskon  kuantitas  karena  pembelian  dalam  jumlah 
besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang 
4. Melindungi dari inflasi dan kenaikan harga 
Sementara  itu  Deitiana  (2011:  186) menjelaskan,  fungsi  dari  persediaan  yaitu 
melayani  beberapa  kepentingan  dalam  perusahaan  agar  operasi  perusahaan  dapat 
berjalan dengan fleksibel, antara lain: 
1. Untuk  memberikan  stok  agar  dapat  memenuhi  permintaan  yan g  diantisipasi  akan 
terjadi. 
2. Untuk menyeimbangkan produksi dan distribusi. 
3. Untuk  memperoleh  keuntungan    dari  potongan  kuantitas,  karena  membeli  dalam 
jumlah banyak biasanya ada diskon. 
4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 
5. Untuk  menghindari  kekurangan  stok  yang dapat  terjadi karena  cuaca,  kekuran gan 
pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman. 
6. Untuk  menjaga  kelangsu ngan operasi  dengan  cara  persediaan dalam proses  (work 
in process). 
  
15 
2.3.3 Jenis – jenis Persediaan
  Heizer  dan  Render  (2010:  83)  di  dalam  bukunya  menyebutkan,  untuk 
mengakomodasi  fungsi-fungsi  persediaan,  perusahaan harus  memelihara empat jenis 
persediaan, yaitu: 
1. Persediaan  bahan   baku  yan g  telah  dib eli,  tetapi  belum  diproses  (raw  material 
inventory)
  Persediaan  ini  dapat  digunakan  untuk  melakukan  decouple  (pemisahan)  pemasok 
dari  proses  produksi.  Bagaimanapun  juga,  pend ekatan  yang  lebih  dipilih  adalah 
menghilangkan  variabilitas  pemasok  akan  kualitas,  kuantitas,  atau  waktu 
pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan. 
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP inventory) 
  Work  in  process  inventory  –  persediaan  barang  setengah  jadi  adalah  komponen-
komponen atau bahan baku yan g  telah melewati beberapa proses perub ahan, tetapi 
belum  selesai.  WIP  ada  karena  waktu  yang  diperlukan  untuk  menyelesaikan 
sebuah produk (disebut  waktu siklus). Mengurangi waktu  siklus akan  mengurangi 
persediaan.  Tugas  ini  tidaklah  sulit.  Selama  sebagian  besar  waktu  sebuah  produk 
“sedang dibuat”, barang tersebut sebenarn ya hanya diam.  
3. Pemeliharaan, Perbaikan,  Operasi (Maintenance,  Repair, Operating – MRO) 
MRO  adalah  persedian-persediaan  yang  disediakan  untuk  persediaan 
pemeliharaan,  perbaikan,  operasi  yang  dibutuhkan  untuk  menjaga  agar  mesin-
mesin  dan  proses  –  proses  tetap  produktif.  MR O  ada  k arena  kebutuhan  serta 
waktu  untuk  pemeliharaan  dan  perbaikan  dari 
beberapa  perlengkapan  tidak 
diketahui.  Walaupun  permintaan  akan  MRO  merupakan  fungsi  dari  jadwal 
pemeliharaan,  permintaan-permintaan  MRO  lainnya  yang  tidak  terjadwal  harus 
dapat diantisipasi.  
4. Persediaan barang jadi 
Persediaan  barang  jadi  merupakan  produk  yang  telah  selesai  dan  tinggal  menuju 
pengiriman.  Baran g  jadi  dapat  dimasukkan  ke  dalam  persediaan  karena 
permintaan pelanggan ddi masa mendatang tidak diketahui. 
2.3.4 Biaya – biaya Persediaan
  Menurut  Deitiana  (2011:  189),  masalah  utama  yan g  ingin  diatasi  oleh 
pengendalian  persediaan  adalah  meminimumkan  biaya  op erasi  total  perusahaan.  
Dalam hal ini ada  dua keputusan yang harus  diambil,  yaitu  berapa  jumlah yan g  harus 
  
16 
dipesan  setiap  k ali  pemesanan,  dan  kapan  pemesanan  itu  harus  dilakukan.  Dalam 
menentukan  jumlah  yan g  dipesan  pada  setiap  kali  pemesanan,  pada  dasarnya  harus 
dipertemukan  dua  titik  ekstrim  yaitu  memesan  dalam  jumlah  yang  sebesar-besarn ya 
untuk  meminimumkan  ordering  cost  dan  memesan  dalam  jumlah  yang  sekecil-
kecilnya untuk meminimumkan carrying cost .  
Heizer  dan  Render  (2010:  91)  menyatakan,  biaya-biaya  yang  perlu 
diperhitungkan disaat mengevaluasi masalah persediaan, diantaran ya: 
1.  Biaya p emesan an (ordering cost) 
Merupakan  total  biaya  pemesanan  dan  pengadaan  baran g  sehingga  siap  untuk 
dipergunakan  atau  diproses  lebih  lanjut.  Mencakup  biaya-biaya  d ari  persediaan, 
formulir,  proses  pemesanan,  pembelian,  dukungan  administrasi  dan  sebagain ya. 
Ketika  pesanan sedang d iproduksi,  biaya  pesanan  juga  ada,  tetapi mereka adalah 
bagian dari biaya pen yetelan. 
2.  Biaya p enyetelan (setup cost) 
Merupakan  biaya  untuk  mempersiapkan  sebuah  mesin  atau  proses  untuk 
membuat  sebuah  pesanan.  Ini  menyertakan  waktu  dan  tenaga  kerja  untuk 
membersihkan  serta  mengganti  peralatan  atau  alat  penahan.  Manajer  operasi 
dapat  menurunkan  biaya  pemesanan  dengan  mengurangi  biaya  penyetelan  serta 
menggunakan  prosedur  yan g  efisien,  seperti  pemesanan  dan  pembayaran 
elektronik. 
3.  Biaya p enyimp anan (holding cost) 
Merupakan  biaya  yang  terkait  den gan  menyimpan  atau   “membawa”  persediaan 
selama waktu  tertentu.  Oleh  karena  itu,  biaya penyimpanan juga mencakup  biaya 
barang  using  dan  biaya  yang  terkait  dengan  penyimpan an,  seperti  asuransi, 
pegawai  tambahan,  dan  pembayaran  bunga.  Banyak  perusahaan  yan g  tidak 
berhasil  menyertakan  semua  biaya  pen yimpanan  persediaan.  Akibatnya,  biaya 
penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarn ya. 
2.3.5 Manajemen dan Pengendalian Persediaan
  Menurut  Pramana,  F.  G.  (2011:  25)  pengendalian  persediaan  merupakan 
tindakan  yan g  sangat  penting  dalam  menghitung  berapa  jumlah  optimal  tingkat 
persediaan  yang  diharuskan,  serta  kapan  saatnya  mulai  mengadakan  pemesanan 
kembali.  Pengendalian   persediaan  merupakan  faktor  yang  cukup  kuat  dalam 
menentukan  keberhasilan  untuk  mencapai  tujuan yan g  telah  terencana,  pengendalian 
  
17 
material  dan  barang  yang  harus  ada  (disimpan)  untuk  digunakan  pada  waktu 
produksi atau aktivitas pertukaran dalam kasus pelayanan. 
Manajemen  persediaan  mengacu  pad a  semua  kegiatan  yang  terlibat  dalam 
mengembangkan dan mengelola  tingkat  persediaan bahan  baku,  bahan  setengah  jadi 
(work  in-progress)  dan  barang  jadi  sehingga  persediaan  yan g  cukup  tersedia  dan 
biaya persediaan tersebut rendah. 
Tujuan  utama  dari  manajemen  persediaan  termasuk  men yeimbangkan 
masalah  perekonomian  dimana  tidak  diinginkannya  men yimpan  banyak  persediaan. 
Sehingga  membutuhkan   banyak  uan g  untuk  menanggung  timbulnya  biaya  seperti 
penyimpanan, 
pembusukan,  pencurian  dan  keusangan  serta  keinginan  untuk 
membuat  baran g  tersedia  kapanpun  dan  dimanapun jika  dibutuhkan (dengan  kualitas 
dan jumlah  yang bagus) demi menghindari biaya yang tidak diinginkan. 
Danil  dan  Siswanto  (2014: 
148)  mendefinisikan  pen gendalian  persediaan 
sebagai  suatu  usaha  memonitor    dan  men entukan  tingkat  komposisi  bahan  yang 
optimal    dalam  menunjang  kelancaran  dan  efektifitas  serta  efisiensi  dalam  kegiatan 
toko.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  pengendalian  persediaan  adalah  usaha  
memonitor  dan  menen tukan  komposisi  tingkat  persediaan  yang  optimal  dan 
menentukan  kapan  saatnya  pemesanan  harus dilakukan untuk menunjang  kelancaran 
dan  efektifitas  serta  efisiensi  dalam  kegiatan  op erasional  bisnis  (Mogere,  Oloko,  & 
Okibo, 2013: 12). 
Persediaan  dapat  diartikan  sebagai  sumber  daya    yang  belum  digunak an. 
Persediaan  mempunyai  nilai  ekonomis    di  masa  mendatang  pada  saat  aktif.  Fungsi
manajemen persediaan:
1.  Perencanaan  persediaan:  menentukan  kebutuhan  material  untuk  memenuhi 
rencana produksi yang telah disusun. 
  
18 
2.  Pengendalian persediaan: menentukan tingkat persediaan  yang sesuai, dimana 
pemesanan  harus  dilak ukan  kembali,  persediaan  pengaman,  pendataan 
tingkat dan kondisi persediaan. 
Perencanaan  dan  pen gendalian  persediaan  yang  efektif  akan    memberikan 
pemenuhan  k ebutuhan  secara  tep at  baik  waktu,  jumlah  maupun  spesifikasi  dengan 
total biaya persediaan yang optimal (Yuliana & Octavia, 2001: 74).  
Menurut  Suswardji  et  al  (2012:  1073)  pengendalian  persediaan  adalah 
kegiatan  untuk  memelihara  dan  mengendalikan,  juga  suatu  teknik  pemesanan  dan 
pemantauan  barang-barang  dalam  kuantitas,  jumlah  dan  waktu  sesuai  dengan  yang 
direncanakan.  Sistem  pengendalian  persediaan  memainkan  peranan  penting  dalam 
meningkatkan  efektivitas  dan  efisiensi  dalam  menangani  persediaan  pada 
perusahaan.   
Pramana,  F.G.  (2011: 26)  men yatakan tujuan pengendalian  persediaan adalah 
sebagai berikut: 
a.  Untuk  dapat  memenuhi  kebutuhan  atau  permintaan  konsumen  dengan  cepat 
(memutuskan konsumen). 
b.  Untuk  menjaga  kontinuitas  produksi  atau  menjaga  agar  perusahaan  tida 
mengalami  kehabisan  persediaan  yang  mengakibatkan  terhentinya  proses 
produksi. 
c.  Untuk  mempertahankan  dan  bila  mungkin  meningkatkan  penjualan  dan  laba 
perusahaan.  
d.  Menjaga  agar  pembelian  secara  kecil-kecilan  dapat  dihindari  karena  dapat 
mengakibatkan ongkos p esan menjadi besar. 
e.  Menjaga  supaya  penyimpanan  dalam  emplacement  tidak  besar-besaran, 
karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar. 
2.3.5.1 Model Persediaan 
2.3.5.1.1 EOQ
  Menurut  Heizer  dan  Render  (2010:  92)  model  kuantitas  pesanan  ekonomis 
(economic  order  quantity  –  EOQ)  adalah  salah  satu  teknik  kontrol  persediaan  yang 
tertua  dan  paling  terkenal.  Teknik  ini  relatif  mudah  digun akan,  tetapi 
berdasarkan 
pada beb erapa asumsi: 
a.  Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen 
  
  
  
  
 
   
     
  
 
    
  
 
  
  
 
  
 
  
  
  
  
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
   
  
 
19 
b.  Waktu  tunggu  –  yakni  waktu  antara  pemesanan  dan  penerimaan  pesanan  –
diketahui dan kosntan 
c.  Penerimaan  persediaan  bersifat  instan  dan  selesai  seluruhnya.  Dengan  kata 
lain,  persediaan  dari  sebuah  pesanan  datang  dalam  satu  kelompok  pada  satu 
waktu 
d.  Tidak tersedia diskon kuantitas 
e.  Biaya  variabel  hanya  untuk  menyiapkan  atau  melakukan  pemesanan  (biaya 
penyetelan)  dan  biaya  penyimpanan  persediaan  dalam  wkatu   tertentu  (biaya 
penyimpanan atau membawa) 
f.  Kehabisan  persediaan  (kekurangan  persediaan)  dapat  sepenuhnya  dihindari 
jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat 
Menurut Heizer dan Render (2010: 95) secara matematis rumus EOQ adalah: 
Q* =  
N =   
Dimana: 
Q*   = jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)  
D  = permintaan tahunan dalam unit untuk baran g persediaan 
S   = biaya penyetelan atau p emesanan setiap pesanan  
H  = biaya penyimpanan atau pen yimpanan per unit per tahun 
N  = jumlah pemesanan 
2.3.5.1.1.1 ROP dan Safety Stock
  Sudwardji  et  al  (2012:  1074)  menjelaskan  ROP  (Reorder  Point)  sebagai 
titik/tingakt  persediaan,  dimana  pemesanan  kembali  harus  dilakukan,  model 
persediaan  sederhan a    mengasumsikan  bahwa  penerimaan  suatu  pesanan  bersifat 
seketika,  artinya  model  persediaan  mengasumsikan  bahwa  setiap  perusahaan  akan 
menunggu  sampai  tingkat  persediaann ya  mencapai  nol,  sebelum  perusahaan 
memesan  kembali  dengan  seketika  kiriman  yang  dipesan  akan  diterima.  Sementara 
lebih  lanjut  dijelaskan    bahwa  safety  stock  adalah  persediaan  yang  dilakukan  untuk 
melindungi  atau  menjaga  kemungkinan  terjadinya  kekurangan  bahan/barang, 
  
 
 
 
 
 
 
 
20 
misalnya  karena  p enggunaan  bahan  yang  lebih  besar  dari  perkiraan  semula  atau 
keterlambatan dalam penerimaan bahan  yang dipesan. 
Menurut  Heizer  dan  Render  (2010:  99)  model-model  persediaan  sederhana 
mengasumsikan  sebuah  pesanan  akan  diterima  saat  itu  juga.  Dengan   kata  lain, 
mereka  men gasumsikan  sebuah  perusahaan  akan  menempatkan  sebuah  pesanan 
ketika  tingkat  persediaannya  untuk  barang  tertentu  tersebut  mencapai  nol  dan 
perusahaan akan menerima barang yang dipesan secara langsung.   Bagaimanapun 
juga,  waktu  antara  penempatan  dan  penerimaan  sebuah  pesanan,  disebut  waktu 
tunggu  (lead  time)  atau  waktu  pengantaran,  bisa  jadi  hanya  beberapa  jam  atau  bisa 
juga  mencapai  beb erapa  bulan.  Jadi,  keputusan  kapan  harus  memesan  biasan ya 
dinyatakan  dengan  menggunakan  sebuah  titik  pemesanan  ulang  (reorder  point  –
ROP). Titik  pemesanan ulang adalah tingkat (titik) persediaan dimana tindakan harus 
diambil untuk mengisi kembali persediaan barang. 
  Untuk  permintaan  pr oduk  yang  tidak  pasti  (tidak  konstan)  dapat 
meningkatkan  kehabisan persediaan. Salah satu  metode untuk menguran
kehabisan 
persediaan  adalah  men yimpan  unit-unit  tambahan  dalam  persediaa
Seperti  yang 
telah kita  catat,  persediaan  seperti ini biasanya  disebut persediaa
pengaman  (Heizer 
dan Render:  2010, 109).  
Dalam  menentukan  persediaan  pengaman  (safety  stock),  dipengaru
oleh 
tingkat  pelayanan  (service  level).  Menurut  Heizer  dan   R ende
(2010:  109)  tingkat 
pelayanan  (service  level)  adalah  komplemen 
dari  probabilitas  kehabi
persediaan. 
Sebagai  contoh,  jika  probabilitas  kehabisan  persediaan  adalah  0,0
maka  tingkat 
pelayanannya adalah 0,95. 
Den gan demikian, ROP dapat dihitung dengan ru mus: 
ROP = d x L + safety stock 
 
Dan safety stock dapat dihitung den gan rumus: 
  
Safety stock = Z x s x  
Dimana: 
ROP    = titik ulang pemesanan 
  
   d    = permintaan  L    = waktu tunggu
 
 
 
   
 
   
   
  
 
   
  
   
  
   
  
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  
  
 
 
 
 
 
 
21 
Safety stock  = persediaan pengaman 
Z    = service level
s    = standar deviasi 
2.3.5.1.2 EOI (Economic Order Interval)
  Economic  order  interval  (EOI)  atau  yang  juga  disebut  sistem  persediaan 
periodik  adalah  sistem  persediaan  yang  berdasar  pada  periode  pemesanan,  bukan 
berdasar  jumlah  sisa  persediaan  seperti 
pada  sistem  persediaan  kontinu.  Adapun 
jumlah  pemesanannya  bergantung  pada  pemakaian  (permintaan)  selama  periode 
waktu tertentu. 
Menurut  Sarjono  H.,  dan  Ar yanto  R.  (2014:  5),  model  persediaan  EOI 
memiliki  interval  waktu  yan g  konstan  dalam  melakukan  pemesanan  kembali 
(reorder),  tetapi kuantitas produk yan g  dipesan  dapat berubah-ubah (dinamis) hingga 
mencapai  optimal.  EOI  menggunakan  tingkat  persediaan  maksimum  (maximum 
inventory  level)  selama  waktu  lead 
time  dan  interval  pesanan.  Setelah  suatu  periode 
tetap  (T)  telah  terlewati,  jumlah  persediaan  dih itung.  Sebuah  pesanan  dilakukan 
untuk  memulihkan  persediaan,  dan jumlah  pemesanannya  tergantung  berapa  jumlah 
yang b erkurang  (maximu m  inventory level).  Jadi, jumlah pesanan didapat  dari selisih
maximum  inventory  level  dan  sisa  persediaan  pada  waktu-waktu  melakukan 
perhitungan.  Terdapat  dua  parameter  yang  digunakan  yaitu  periode  tetap 
pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). 
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara matematis rumus EOI adalah:
T’    =   
Safety stock  = Z s 
E     = safety stock + D (T’ + L) 
I      = safety stock + (  D T’) 
Q*   =  maximum  inventory  level  (E)  –  average 
inventory level (I)
  
 
  
  
   
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
   
 
   
   
   
   
 
22 
TC     = PD +    + (safety stock +  ) Cc 
Dimana: 
T’   = periode 
Co 
= biaya pemesanan  
Cc   = biaya pen yimpan an 
Z    = service level 
s     = standar deviasi 
L    = lead time 
E    = maximum inventory level 
I    = averge inventory level 
P    = harga 
D  = permintaan  
         
2.3.5.1.3 Min-Max
  Menurut  Sarjono  H.,  dan  Aryanto  R.  (2014:  6),  cara  kerja  sistem  ini  yaitu 
apabila  persediaan  telah  melewati  batas  minimum  dan  mendekati  batas  safety  stock 
maka  reorder  harus  dilakukan.  Jadi  batas  minimum  (minimum  stock)  merupakan 
batas  tingkat  reorder.  Batas  maksimum  (maximum  stock)  merupakan  batas 
ketersediaan  perusahaan  untuk  menginvestasikan  uangnya  dalam  bentuk  persediaan 
bahan  baku.  Jadi  dalam  hal  ini  yang  terpenting  adalah  batas  minimum  dan 
maksimum  untuk  dapat  menentukan  order  quantity.  Secara  matematis,  rumusnya 
adalah sebagai berikut: 
Safety stock      =  
Min Stock     = (DL) + safety stock 
Max stock    = (2)(DL) + safety stock
Order  (min-max)   = max stock – min stock 
N       =   
TC       = PD +    Co + CcD 
Dimana: 
  
23 
Q*    = jumlah optimum unit per pesanan (order) 
N    = jumlah pemesanan dalam satu tahun 
P    = harga 
Co    = biaya pemesanan 
Cc    = biaya penyimpanan 
2.4 Peramalan (Forecasting)
  Heizer  dan  Rend er  (201 0:  162)  mendefinisikan  peramalan  sebagai  seni  dan 
ilmu  untuk  memprediksi  kejadian  di  masa  depan.  Hal  ini  dapat  dilakukan  dengan 
melibatkan  pengambilan  data  historis  dan  memproyeksikannya  ke  masa  mendatang 
dengan  suatu  bentuk  model  matematis.  Perusahaan  selalu  dituntut  untuk 
memperkirakan  atau  meramalkan  besarnya  permintaan  pelanggan  akan  p rodukn ya. 
Peramalan  permintaan  merupakan  usaha  untuk  mengetahui  jumlah  produk  atau 
sekelomok  produk  di  masa  yang  akan  datan g  dalam  kendala  atau  kondisi  tertentu 
serta  untuk  men gu rangi  resiko  atau  ketidakpastian  yang  dihadapi  (Deitiana:  2011, 
31).  
Peramalan  untuk  p ermintaan  produk  adalah  dasar  untuk  keputusan 
perencanaan  yan g  paling  pentin g.  Menurut  Russell  dan  Taylor  (2011:  497), 
peramalan  permintaan  produk  menentukan  seberapa  banyak  persediaan  yang 
dibutuhkan, seberapa banyak  produk yang harus dibuat dan seberapa banyak material 
yang  harus  dibeli  dari  supplier  untuk  mencapai  kebutuhan  pelanggan  yang  sudah 
diramalkan.  Tanpa  peramalan  yang  tepat,  persediaan  dalam  jumlah  dan  biaya  yang 
besar  harus  dipersiapkan  untuk  mengantisipasi  ketidakpastian  permintaan  oleh 
pelanggan. 
Peramalan  penjualan  merupakan  bagian  penting  dari  manajemen  rantai 
pasokan  baik  pada  pengecer  akhir  dan  distributor,  manufaktur  dan  pemasok. 
Peramalan  penjualan  yang  tep at  waktu  dan  akurat  sangat  penting  dalam 
menjembatani  kesenjangan  antara  pasokan  dan  permintaan  sehingga  mengurangi 
biaya penyimpanan  ketika  menjaga  kemungkinan  kehabisan  persediaan  (Sanwanlani 
& Vijayalakshmi, 2013: 39) 
  
24 
Russell  dan  Taylor  (2011:  497)  secara  lebih 
lanjut  menjelaska
bahwa 
meskipun  peramalan  yang  akurat  tidak  pernah   mungkin  bis
dilakukan,  tetapi 
peramalan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai masa  yang aka
datang.  
2.4.1 Jenis – jenis Pera malan
  Heizer  dan  Render  (2010:  164)  men yatakan,  organisasi  pada  umumnya 
menggunakan  tiga  tipe  peramalan  yang  utama  dalam  perencanaan  operasi  di  masa 
depan: 
1.  Peramalan ekonomi (economic forecast)  :  menjelaskan  siklus  bisnis  dengan 
memprediksikan  tingkat  inflasi,  ketersediaan  uang,  dana  yang  dibutuhkan  untuk 
membangun perumakan dan indikator perencanaan lainnya. 
2.  Peramalan teknologi (technological forecast)  :  memperhatikan  tingkat 
kemajuan  teknologi  yang  dapat  meluncurkan  produk  baru  yang  menarik,  yang 
membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 
3.  Peramalan permintaan  (demand  forecast):  pro yeksi  permintaan  untuk  produk 
atau  layanan  suatu  perusahaan.  Peramalan  ini  disebut  juga  peramalan  penjualan, 
yang mengendalikan produksi,  kapasitasm  serta  sistem penjadwalan dan  menjadi 
input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia. 
2.4.2 Pera malan  Permintaan
  Menurut  Heizer  dan  Render  (2010:  164)  peramalan  merupakan  satu-satunya 
prediksi  atas  permintaan  hingga  permintaan  yang  sebenarnya  diketahui.  Peramalan 
permintaan  mengendalikan  keputusan  di  banyak  bidang.  Berikut  adalah  dampak 
peramalan  produk  pada  tiga  aktivitas:  1)  sumber  daya  manusia,  2) kapasitas, dan  3) 
manajemen rantai pasokan. 
1.  Sumber Daya Manusia 
Mempekerjakan,  melatih,  dan  memberhentikan  pekerja,  semuan ya  bergantung 
pada  permintaan.  Jika  departemen   sumber  daya  manusia  harus  mempekerjakan 
pekerja  tambahan  tanpa  adanya  persiapan,  akibatnya  kualitas  pelatihan  menurun 
dan kualitas pekerja juga menurun.  
2.  Kapasitas 
Saat  kapasitas  tidak   memcukupi,  kekurangan  yang  diakibatkann ya  bisa  berarti 
tidak  terjaminnya  pengiriman,  kehilangan  konsumen,  dan  kehilangan  pangsa 
pasar.  
  
   3.  Manajemen Rantai Pasokan   Hubungan  yang  baik  dengan  pemasok,  dan  harga  barang  dan  komponen  yang
25 
bersaing, bergantung pada peramalan yang akurat. 
2.4.3 Proses Peramalan (Forecasting)
  Menurut  Russel  &  Taylor  (2011  :  502)  peramalan  tida
hanya  sekedar 
mengidentifikasi  d an  menggunakan  metode  untuk  menghitun
perkiraan  secara 
numerik  permintaan  di  masa  yang  akan  datang.  Peramala
adalah  proses  yang 
berkelanjutan  yang  membutuhkan  pemantauan  konstan  da
penyesuaian  yang 
diilustrasikan oleh langkah-langkah berikut: 
  
Gambar 2.2 Tahapan Peramalan (Forecasting) 
Sumber: Russel & Taylo r (2011 : 502) 
2.4.4 Metode Peramalan
  Menurut Ghiani, Laporte, dan Musmanno (2013: 46) metode peramalan dapat 
diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu: 
  
26 
1.  Metode per amalan kualitatif 
2.  Metode per amalan kuantitatif 
  Menurut  Heizer  dan  Render  (2010:  163)  metode  peramalan  kuantitatif 
biasanya diklasifikasikan dengan horizon waktu yaitu: 
1.  Peramalan jangka pendek (Short-range forecast) 
Jangka waktu peramalan ini hingga 1 tahun, tetapi umumn ya kurang dari 3 bulan. 
Digunakan  untuk  merencanakan pembelian  (purchasing),  penjadwalan  kerja (job 
scheduling),  jumlah  tenaga  kerja  (workforce  levels),  penugasan  kerja  (job 
assignments), dan tingkat produksi (production levels). 
2.  Peramalan jangka menengah (Medium-range forecast) 
Jangka  waktu  peramalan  ini  antara  3  bulan  hingga  3  tahun.  Per amalan  ini 
berguna  untuk  merencanakan  penjualan  (sales),  perencanaan  produksi  dan 
anggaran  (production  planning  and  budgeting),  anggaran  kas,  dan  menganalisis 
macam-macam rencana operasi. 
3.  Peramalan jangka panjang 
Umumnya untuk p erencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan  jangka panjang 
ini  biasa  digunakan  untuk  merencanakan  p roduk  baru,  pembelanjaan  modal, 
lokasi atau pen gembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan. 
  Secara  lebih  lanjut  Heizer  dan  Render  (2010:  163)  menjelaskan  bahwa 
metode  peramalan  kuantitatif  terbagi  dalam  dua  kategori  yaitu  model  deret  waktu 
dan model kausal.  Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi  bahwa masa 
depan  merupakan  fun gsi  dari  masa  lalu.  Deret  waktu  didasarkan  pada  urutan  dari 
titik-titik  data  yang  berjarak  sama  dalam  waktu  (mingguan,  bulanan,  kuartalan,  dan 
lain-lain).  Dengan  k ata  lain,  mereka  melihat  apa  yang  terjadi  selama  kurun  waktu 
tertentu  dan  menggunakan  data  masa  lalu  tersebut  untuk  melakukan  peramalan. 
Meramalkan  data   deret waktu  berarti  nilai  masa  depan  diperkirakan  hanya dari nilai 
masa  lalu  dan  variabel  lain  diabaikan   walaupun  variable-variabel  tersebut  mungkin 
sangat bermanfaat. Yang termasuk dalam model p eramalan deret waktu diantaran ya: 
1.  Naïve 
Pendekatan  naïve  mer upakan  teknik  peramalan  yan g  mengasumsikan 
permintaan  periode  berikutnya  sama  dengan   permintaan  pada  periode 
terakhir.  Untuk  beberapa  jenis  produk,  pendek atan  ini  merupakan  model 
peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya.  
2.  Rata-rata bergerak (Moving Average) 
  
   
   
 
  
 
  
 
  
   
 
 
  
 
   
 
  
   
  
  
 
 
 
 
  
 
 
  
 
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
    
     
 
 
     
 
  
   
  
  
  
 
 
   
  
 
  
    
  
  
 
   
 
  
 
 
  
 
  
 
  
 
 
 
  
 
 
 
   
  
 
    
 
 
 
 
  
 
    
 
 
  
 
 
 
  
 
 
    
 
  
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
  
 
 
27 
   Peramalan  rata-rata  bergerak  menggunakan  sejumlah  data  aktual  masa  lalu 
untuk  menghasilkan  peramalan  periode  berikutnya.   Rata-rata  bergerak 
berguna  jika  kita  dapat  mengasumsikan  bahwa  permintaan  pasar  akan  stabil 
sepanjang masa yang kita ramalkan.  
  Secara  matematis,  rata-rata  bergerak  sederhana  (merupakan  prediksi 
permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut: 
Ft =
  Keterangan: 
n = jumlah periode dalam rata-rata ber gerak 
3.  Rata-rata bergerak tertimbang (Weighted-Moving Average)  
Saat  terdapat  tren  atau  pola  yang  terdeteksi,  bobot  dapat  digunakan  untuk 
menempatkan  penekanan  yang  lebih  pada  nilai  terkini.  Praktik  ini  membuat 
teknik  peramalan  lebih  tanggap  terhadap  perubahan  karena  periode  yang 
lebih dekat mendapatkan  bobot  yang lebih b erat.  Pemilihan bobot  merupakan 
hal  yang  tidak  pasti  karena  tidak  ada  rumus  untu  menetapkan  mereka.  Oleh 
karena  itu,  pemutusan  bobot  yang  digunakan  membutuhkan  pengalaman. 
Rata-rata  bergerak dengan  pembobotan  dapat  digambarkan  secara  matematis 
sebagai berikut: 
 
Ft =
4.  Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) 
Penghalusan  Eksponensial  merupakan  metode  peramalan  rata-rata  bergerak 
dengan  pembobotan  yang  canggih,  tetapi  masih  mudah  digunakan.  Meto de 
ini  menggunakan  pencatatan data masa lalu  yang  sangat  sedikit. Penghalusan 
Eksponensial  ini  merupakan  suatu  teknik  peramalan  rata-rata  bergerak 
dengan  pembobotan  di  mana  titik-titik  data  dibobotkan  oleh  fungsi 
eksponensial.  Rumus  penghalusan  eksponensial  dasar  dapat  ditunjukkan 
sebagai berikut: 
  
28 
   Peramalan  baru  =  Peramalan  periode  terakhir  +  a  (permintaan  sebenarn ya 
periode terakhir – peramalan periode terakhir). 
  Dimana  a adalah sebuah  bobot  atau konstanta  penghalusan  yang  dipilih  oleh 
peramal  yan g  mempunyau  nilai  antara  0  dan  1.  Persamaan  diatas  juga  dapat 
ditulis sebagai berikut: 
Ft = Ft-1 + a (At-1 – Ft-1)
  Keterangan: 
Ft    = per amalan baru  
Ft-1  = peramalan sebelu mnya 
a     = konstanta penghalusan (pembobotan)(0= a=1) 
At-1 = permintaan aktual periode lalu 
Prediksi  terakhir  untuk  permintaan  sama  dengan  prediksi  lama,  disesuaikan 
dengan  sebagian  diferensiasi  permintaan  aktual  periode  lalu  dengan  prediksi 
lama.  Pendekatan  penghalusan  eksponensial  mudah  digunakan  dan   telah 
berhasil  diterapkan  pada  hampir setiap  jenis  bisnis. Walaupun  demikian,  nilai 
yang tep at untuk konstanta penghalusan, a, dapat membuat diferensiasi antara 
peramalan  yang  akurat d an  yang tidak  akurat. Nilai  a  yang  tinggi dipilih saat 
rata-rata  cenderung  beru bah.  Nilai  a  yang  rendah  digunakan  saat  rata-rata 
cukup  stabil.  Tujuan  pemilihan  suatu  nilai  untuk  konstanta  penghalusan 
adalah mend apatkan peramalan yang paling akurat. 
5.  Penghalusan Eksponensial dengan tren  (Eksponential Smoothing with Trend) 
Penghalusan eksponensial  yang sederhana gagal memberikan respon terhadap 
tren  yang  terjadi.  Untuk  memperbaiki  peramalan,  maka  digunakan  model 
penghalusan  eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada 
tren  yang  ada.  Idenya  adalah  dengan  men ghitung  rata-rata  data 
penghalusan 
eksponensial,  kemudian  menyesu aikan  untuk  keterlambatan (lag) positif  atau 
negative  pada  tren.  Dengan  penghalusan  eksponensial  dengan  penyesuaian 
tren,  estimasi  rata-rata  d an  tren  dihaluskan.  Prosedur  ini  membutuhkan  dua 
konstanta  penghalusan,  a  untuk  rata-rata  dan  ß  untuk  tren.  Kemudian,  kita 
menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. 
Ft = a(At-1) + (1 - a) (Ft-1 + Tt-1)
  
  
  
  
 
 
 
 
  
 
   
  
  
   
 
  
   
 
   
 
 
 
 
 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
  
 
  
  
 
  
  
  
 
 
  
 
  
  
 
  
 
    
  
  
    
  
    
  
  
  
    
  
    
  
 
 
  
   
 
 
   
 
 
 
   
 
 
 
 
 
  
  
 
   
     
  
   
 
   
 
   
    
   
 
   
 
 
 
   
 
  
 
 
   
 
  
    
  
 
 
   
 
  
 
  
 
  
29 
Tt = ß(Ft - Ft-1) + (1 - ß)Tt-1
  Keterangan: 
Ft  =  peramalan  dengan  eksponensial  yang  dihaluskan  dari  data  berseri  pada 
  periode t 
  Tt  = tren dengan eksponensial  yang dihaluskan pada periode t 
At = permintaan aktual pada periode t 
a   = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 = a =1) 
ß   = konstanta penghalusan untuk tren (0 = ß = 1) 
Jadi, ada tiga langkah menghitung permalan dengan yang disesuaikan den gan 
tren, yaitu: 
1. Menghitung  Ft,  peramalan  eksponensial  yang  dihaluskan  untuk  periode  t, 
menggunakan persamaan Ft. 
2. Menghitung tren  yang dihaluskan, Tt, menggunak a
persamaan Tt. 
3. Menghitung peramalan dengan tren, FITt, dengan rumus FITt
Ft +Tt. 
6. Regresi Lin ear (Linear Regression) 
Pada  model  peramalan  kausal,  biasanya  diperhitungkan  beberapa  variabel  yang 
berhubungan  dengan  besaran  yang diprediksi.  Saat variabel  terkait  ini ditentukan, 
dibuat  model  statistik  yang  digunakan    untuk  peramalan.  Russell  dan  Taylor 
(2011:  527)  menyatakan  regresi  linear  adalah  teknik  matematika  yang 
menghubungkan  satu variabel,  yang disebut sebagai  variab el  bebas (independent), 
terhadap  yan g  lain,  variabel  terikat  (dependent),  dalam  bentuk  sebuah  persaman 
untuk garis  lurus. Dalam hal peramalan, regresi digunakan  untuk mengidentifikasi 
hubungan  antar  variabel  dengan  permintaan.  Persamaan  linear  adalah  sebagai
berikut: 
  +  
b =  
  
30 
Keterangan: 
y = nilai terhitung dari variabel yan g akan dihitung (variabel terikat)  
a = perpotongan sumbu Y 
b = koefisien regresi / slop 
X = nilai variabel bebas yan g diketahui 
Y = nilai variabel terikat yang diketahui 
  n = jumlah data  
b  =  kemiringan garis regresi (tingkat perubahan  pada y  untuk  perubahan  yang 
    terjadi di x) 
  Menurut  Chase  dan  Jacobs  (2011: 525),  regresi linear  digunakan  baik  di  deret 
waktu  (time-series)  dan  kausal.  Saat  variabel  terikat  (digambarkan  dengan 
sumbu  vertikal  pada  grafik)  berubah  sebagai  hasil  dari  waktu  (digambarkan 
dengan sumbu horizontal), maka termasuk dalam analisis deret waktu. Apabila 
satu  variabel  berubah  karena  perub ahan  pada  variabel  lain,  maka  merupakan 
hubungan kausal. 
2.4.5 Mengukur Kesalahan Peramalan
  Heizer  dan  Render  (2010:  177)  menyatakan  akurasi  keseluruhan  dari  setiap 
model  peramalan  –  rata-rata  bergerak,  penghalusan  eksponensial,  atau  lainn ya  –
dapat  dijelaskan  dengan  membandingkan  nilai  yang diramal  dengan  nlai aktual  atau 
nilai  yang  sedang  diamati.  Jika  Ft melambangkan  peramalan  pada  p eriode  t,  dan  At 
melamban gkan  permintaan  aktual  pada  periode  t,  maka  kesalahan  peramalann ya 
(deviasi) adalah sebagai berikut: 
   Kesalahan peramalan   = Permintaan aktual – Nilai peramalan 
         = At - Ft 
  Ada  beberapa perhitungan  yang biasa digunakan u ntuk menghitung kesalahan 
peramalan  total.  Perhitungan  ini  dapat  digunakan  untuk  membandingkan  model 
peramalan  yan g  berbeda,  mengawasi  peramalan,  dan  untuk  memastikan  peramalan 
berjalan dengan baik. Pengukuran kesalahan peramalan adalah diantaranya adalah: 
1.  Mean  Absolute  Deviation  –  MAD  (Deviasi  Mutlak  Rerata) 
MAD merupakan  ukuran  kesalahan  peramalan  keseluruhan  untuk  sebuah  model.  
  
 
 
  
   
 
  
 
 
  
 
  
 
  
 
  
  
 
  
 
  
  
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
    
 
  
  
 
 
   
 
 
 
 
   
   
 
 
 
 
 
  
 
 
  
   
  
  
 
 
  
   
  
  
 
   
  
  
   
  
 
  
 
   
31 
Nilai  ini  dihitung  dengan  mengambil  jumlah  nilai  absolut  dari  setiap  k esalahan 
peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). 
MAD =
 
2.  Mean Squared Error – MSE (Kesalahan Kuadrat Rerata) 
MSE  merupakan  rata-rata  selisih  kuadrat  antara  nilai  yang  diramalkan  dan  nilai 
yang diamati. 
MSE =
2.5 Object-Oriented Analysis and Design
  Pendekatan  berorientasi  ob yek  ini  melihat  sebu ah  sistem  informasi    sebagai 
satu  sebuah  kumpulan  dari ob yek-obyek  yang  berinteraksi  yang  bekerja  sama  untuk 
men yelesaikan  tugas-tugas.  Mengingat  bahwa  pendekatan  berioreintasi  obyek 
melihat  sistem  informasi  sebagai  kumpulan  obyek  yang  berinteraksi,  analisis 
berorientasi  obyek  mendefinisikan  obyek  yang  melakukan  pekerjaan  dan 
menentukan  interaksi  pengguna  (disebut  use  cases)  yang  dibutuhkan  untuk 
men yelesaikan tugas.  
Object-Oriented  Analysis  adalah  proses  men gidentifikasi  dan  menentukan 
Use  cases  dan  sekelompok  objects  dalam  sistem  yan g  bar
yang  dibutuhkan  untuk 
men yelesaikan  tugas  –
tugas  tertentu.  Desain  berorienta
obyek  mendefinisikan 
semua  jenis  on yek  tamb ahan  yang  diperlukan  untu
berkomunikasi  dengan  or ang-
orang  dan  perangkat  di  dalam  sistem,  menunjukka
bagaimana  obyek  berinteraksi 
untuk  menyelesaikan  tugas,  dan  memperjelas  definisi  da
masing-masing  jenis 
obyek  sehin gga  dapat  diimplementasikan  dengan  bahasa  ata
lingkungan  tertentu.  
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 241).  
2.5.1 Unified Process 
  Satzinger,  Jackson dan   Burd  (2012:  446)  menjelaskan Unified  Process  (UP) 
sebagai  metodologi  pengembangan  sistem  berorientasi  objek  yang  awalnya 
ditawarkan  oleh  Rational  Software  yang  sekarang  menjadi  bagian  dari  IBM. 
  
32 
Dikemban gkan  oleh  Grady  Booch,  James  Rumbaugh,  dan  Ivar  Jacobson  –  dimana 
mereka adalah  tiga perintis yan g juga  berada di  balik keberhasilan  Unified Modeling 
Language  (UML).  UP  adalah  upaya  mereka  untuk  mendefinisikan  metodologi
lengkap  untuk  model  sistem  dan  menjelaskan  fitur  yang  unikdengan  UML  dan  UP 
dapat  mendesk ripsikannya  lebih  dulu.  Di  UP  jangka  waktu  proses  pembangunan 
sejalan atau identik dengan metodologi pengembangan. 
  Terdap at empat fase untuk pengemban gan UP yaitu: 
1.  Inception:  adalah  fase  awal  untuk  membuat perkiraan  visi  dari sistem,  membuat 
business  case,  menentukan  cakupan,  dan  membuat  estimasi  biaya  dan  jadwal 
proyek. 
2.  Elaboration:  menentukan  visi,  mengidentifikasi  dan  menjelaskan  semua 
keperluan,  mematangkan   cakupan,  desain,  dan  implementasi  arsitektur  inti,  dan 
fungsi,  menyediakan  solusi untuk resiko,  dan  menghasilkan  estimasi  untuk  biaya 
dan jadwal yang realistis. 
3.  Construction:    secara  iteratif  mengimplementasikan  resiko  yan g  rendah,  yang 
dapat diprediksi, dan elemen yang mudah, serta bersiap untuk pelaksanaan. 
4.  Transition: menyelesaikan  beta  test dan  pengimplementasian, sehinga  user  dapat 
mulai bekerja dengan sistem dan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. 
Dalam  UP  terdapat  istilah  discipline  untuk  kumpulan  aktifitas  yang 
fungsin ya  salin g  berhubungan  dan  berkontribusi  untuk  satu  aspek  dari 
pengembangan  proyek  UP.  Ada  enam  discipline  utama  dalam  UP,  yaitu  business 
modeling,  requirements,   design,  yang  akan  dibahas  dalam  tugas  akhir  ini,  serta 
implementation, testing, dan deployment. 
1.  Business Modeling
Tujuan  utama  dari  Business  Modeling  adalah  untuk  memahami  dan 
mengkomunikasikan  lingkungan  dimana  sistem  akan  digunakan.  Analis  harus 
memahami  permasalahan  yang  sedang  terjadi  dan  peningkatan  potensial  yang 
mungkin  untuk  dilakukan  dengan  sistem  baru.  Selain  itu  analis  dan  tim  harus 
mengkomunikasikan  pemahaman  ini  kepada  penggun a  sistem,  manajer,  dan 
programmer  yang  mengerjakan  proyek.  Tiga  kegiatan  utama  dari  business 
modeling adalah: 
a.  Understand  the  business  environement:  yaitu  untuk  mengetahui  lingkungan
bisnis,  permasalahan  yang  terjadi  pada  proses  bisnis  dan  harus  diselesaikan. 
  
33 
Selain  itu  juga  mengidentifikasi  pihak-pihak  yang  akan  terkena  dampak  dari 
proyek sistem baru. 
b.  Create  the  system  vision:  untuk  menentukan  tujuan  dari  sistem,  kemampuan 
yang dimiliki, dan keuntungan  yang akan diberikan dari adanya sistem baru 
c.  Create  business  models:  membuat  satu model  baik  itu  berupa  chart,  diagram, 
skema,  workflow,  dan  sebagainya  yang  menunjukan  bagaiman  proses  bisnis 
baru yang terjadi apabila sistem baru diterapkan. 
2.  Requirements
Tujuan  utamanya  yaitu  untuk  memahami  dan  mendokumentasikan  apa 
yang dibutuhkan oleh organisasi dan proses requirements untuk sistem baru. Kata 
kunci  dari tahap  ini ad alah  discover dan understanding yan g ber arti mencari dan 
memahami apa yang dibutuhkan oleh user. Kegiatannya adalah: 
a.  Gather  detailed  information:  mencari  informasi  sebanyak  mungkin  dari  user 
mengenai  permasalahan  yan g  dihadapi,  dan  bagaimana  sistem  baru  dapat 
mengatasinya.  Mencari  informasi  dapat  dilakukan  dengan  cara  wawancara, 
bertanya, membaca dokumen ataupun prosedu r yang ada. 
b.   Define  functional  requirements:  menentukan  aktifitas  apa  saja  yan g  akan 
dilakukan  oleh  sistem.  Digambarkan  dengan  diagram  yang  berisi  informasi 
kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh user. 
c.  Define  nonfunctional  requirements:  menentukan  kebutuhan  non-fungsional 
secara  detail.  Termasuk  kebutuhan  terkait  teknologi,  ekspektasi  performa, 
kegunaan, daya tahan, dan keamanan. 
d.  Prioritize  requirements:  menentukan  level  prioritas  sistem  dan  terhadap 
kebutuhan user  yang akan menggunakan. 
e.  Develop  user  interface  dialogs:  menentukan  jenis  tampilan  user  interface 
(UI)  yang cocok  digunakan oleh  user. Bisa dilakukan den gan cara wawancara 
user dan menggambar sketsa.
f.  Evaluate  requirements  with  users:  anggota  tim  proyek  melakukan  review 
dengan user untuk mendapat pencapaian yang akurat. 
3.  Design
Tujuan  dari  design  adalah  untuk  mendesain  sistem  sebagai  solusi  atas 
kebutuhan  yang  didapat  sebelumn ya.  High-level  design    yaitu  membangun 
struktur  arsitektur  komponen  software,  database,  UI,  dan  pedoman  penggunaan. 
  
34 
Low-level design yaitu menentukan class, methods,  dan struktur yang  dibutuhkan 
untuk membangun softw are. Aktifitas utama pada design yaitu: 
a.  Design  the  support  service  architecture  and  deployment  environement:
mendesain kebutuhan komputer yang digunakan, jenis koneksi, dan operating 
system  yang akan menjadi tempat bagi sistem baru. 
b.  Design  the  software  architecture:  membuat  detail  dari  pro gr am  menjadi 
subsistem  atau  komponen-komponen.  Detail  desain  dibuat  dari  tiap  use  case 
pada arsitektur sistem. 
c.  Design  use  case  realizations:  desain  software  yang  mengimplementasik an 
tiap use case. Didokumentasikan lagi dengan class diagram dan interaksin ya. 
d.  Design  the  database:  mendesain  class  diagram  untuk  database  sistem.  Dan 
database  sistem  baru  harus  terintegrasi  dengan  database  sistem  yang  sud ah 
digunakan sebelumn ya.
e.  Design the system and  user  interfaces: mendesain tampilan  untuk  tiap  dialog 
sistem. Dan mendesain laporan dalam bentuk online dan cetak. 
f.  Design  the  system  security  and  controls:  mendesain  kontrol  dan  keamanan 
sistem untuk melindungi integritas data dan aplikasi program. 
2.5.2 Unified Modeling Language (UML) 
UML  adalah  kumpulan  standar  model  konstruksi  dan  notasi  yang 
didefinisikan  oleh  Object  Mangement  Group  (OMG),  sebu ah  organisasi  untuk 
pengembangan  sistem.  Dengan  menggunakan  UML,  analyst  dan  end  user  dapat 
menggambarkan  dan  memahami  berbagai  diagram  spesifik  yan g  digunakan  dalam 
proyek pengembangan sistem (Satzinger, Jackson & Burd, 2012: 46). 
UML secara  umum diterima sebagai notasi pemodelan standar de facto untuk 
analisis  dan  desain  dari  sistem  perangkat  lunak  berbasis  obyek.  Bahasa  ini 
menyediakan  framework  yang  cocok  untuk  akuisisi  scenario  menggunakan  diagram
use case dan sequen ce (Jakimi & Koutbi, 2009: 35).
2.5.2.1 Activity Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson  dan  Burd  (201 2:  57),  activity  diagram 
menggambarkan  kegiatan  user  (atau  sistem),  orang  yang  melakukan  setiap 
kegiatannya,  dan  alur  tahapan  dari  setiap  kegiatan.  Langkah  awal  dalam  membuat 
activity  diagram  adalah  mengidentifikasi  setiap  agent  untuk  membuat  swimlane.
  
   Adapun  hal  lain  yang  perlu  diperhatikan  dalam  membuat  activity  diagram  adalah  penggunaan  decision  symbol  untuk  menggambarkan  suatu  keadaan  –  satu  alur  atau  alur lainn ya tetapi bukan keduanya. Penggunaan synchronization  bar untuk alur  yang  paralel – keadaan dimana kedua alur dilakukan.
35 
  Danil  dan  Siswanto  (2014:  149)  menjelaskan  activit
diagram 
menggambarkan  berbagai  alir  aktivitas  dalam  sistem  yan
sedang  dirancang, 
bagaimana  masing-masing  alir  berawal,  decision  yang  mungki
terjadi,  dan 
bagaimana  mereka  berakhir.  Gambar  2.3  menunjukka
simbol-simbol  dasar  yang 
digunakan di dalam activity diagram. 
  
Gambar 2.3 Simbol-simbol Activity Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 58) 
  
36 
  
Gambar 2. 4 Contoh Activity Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 59) 
2.5.2.2 Use Case Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson  dan  Burd    (2012:  7 9)  usecase  diagram  adalah 
model  UML  yan g  digunakan  secara  grafis  untuk  menunjukkan  usecase  dan 
hubungannya  dengan  user.  Yang  termasuk  di  dalam  usecase  diagram  adalah  orang 
yang menggunakan  sistem,  yang disebut sebagai  actor. Actor biasanya berada di luar 
automation  boundary  dari  sistem  tetapi  bagian  dari  manual  sistem.  Automation 
boundary  menggambark an  batas  antara    bagian  terkomputerisasi  dan  orang-orang 
yang mengoperasikan  aplikasi, digambarkan sebagai  persegi panjang  yang  berisi  use 
case. 
  Danil  dan  Siswanto  (2014:  148)  menjelaskan  usecase  diagram  sebagai 
pemodelan  untuk  menggambarkan  kelakuan  (behavior)  sistem  yang  akan  dibuat. 
Diagram  usecase    mendeskripsikan  sebuah  interaksi  antara  satu  atau  lebih  aktor 
dengan  sistem  yang  akan  dibuat.  Dengan  pengertian  cepat,    diagram  usecase 
digunakan  untuk  mengetahui  fungsi  apa  saja  yang  ada  di  dalam  sebuah  sistem  dan 
siapa  saja  yang  berhak  menggunakan  fungsi-fungsi  tersebut.  Gambar  2.5 
menggambarkan notasi untuk use case diagram.  
  
37 
  
Gambar 2. 5 Notasi Use Case Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 81) 
  
Gambar 2. 6 Contoh Use C ase Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 84) 
2.5.2.3 Use Case Description
  Use  case diagram dapat mengidentifikasi proses-proses yang dapat  dilakukan 
oleh  actor    yan g  dapat  dilakukan  oleh  sistem.  Menurut  Satzinger  (2012:  121), 
usecase  description  adalah  model  tekstual  yang  mendaftarkan  dan  menjelaskan 
rincian proses untuk usecase. Untuk menciptakan sistem yang kuat dan komprehensif
  
38 
yang  benar-b enar  memenuhi  kebutuhan  pengguna,  kita  harus  memahami  langkah-
langkah rinci dari tiap use case.  
Bergantun g  pada  kebutuhan  analis,  use  case  description  cenderung  untuk 
dituliskan dalam dua level detil yang berbeda  yaitu: 
1.  Brief Use Case Description 
Brief  description  dapat  digunakan  untuk  use  cases  yang  sang
sederhana, 
khususnya  saat  ruang  lingkup  sistem  yang  dikembangka
cenderung  kecil,  
aplikasinya mud ah dipah ami 
Gambar 2. 7 Contoh Brief Use Case Description 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 122) 
2.  Fully Developed  Use Case  Description  
Fully  developed  use  case  description  merupakan  metode  formal  yang  paling 
banyak  digunakan  untuk  menjelaskan  use  case.  Ketika  membuat  fully 
developed  usecase  description,    kita  akan  lebih  mudah  mengerti  mengenai 
proses bisnis dan cara sistem untuk mendukungnya.
  
39 
  
Gambar 2. 8 Contoh Fully Developed Use Case Description 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 123) 
2.5.2.4 Class Diagram
2.5.2.4.1 Domain Model Class Diagram
  Danil  dan  Siswanto  (2014:  149)  menjelaskan  class  diagram  sebagai  suatu 
diagram  yang memperlihatkan  atau menampilkan struktur dari sebuah  sistem, sistem 
tersebut  ak an  menampilkan  kelas    dan  atribut  suatu  sistem.  Class  diagram 
menggambarkan  struktur  dan  deskripsi  class  beserta  hubunhan  satu  sama  lain. 
Sementara  Lambow  dan  Lavleen  (2012:  12)  menyatakan  class  diagram  adalah  jenis 
diagram  struktur  statis  yang  digunakan  untuk  mewakili  struktue  dari  sebuah 
sistem. 
Struktur statis ini dapat diwakili dengan menampilkan classes dari sistem, atributnya, 
methods  dan  operations,  hubungan  antar  class.  UML  Class  Diagram  ini  dapat 
diubah/dipetakan  langsung  d engan  bahasa  orientasi-obyek,  itu  sebabnya  class 
diagram secara luas digunakan dalam pemodelan sistem berorientasi obyek.
Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2012:  101),  Domain  Model  Class 
Diagram  adalah  sebuah  UML  Class  Diagram  yang  menggambarkan  benda-benda 
yang  penting  dalam  pelaksanaan  tugas  para  pengguna,  seperti  class-class  problem 
domain, hubungan  antar class-class  tersebut, dan  atribut-atributnya.   Domain   Model 
  
40 
Class  Diagram    adalah    diagram    yang    digunakan    untu
menggambarkan    class-
class    yang  terlibat,  hubungan  antar  class-class  tersebut  sert
atribut-atributn ya. 
Gambar 2.7 menunjukkan notasi dari domain mod el class diagram. 
  
Gambar 2. 9 Notasi Class Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 101) 
  
Gambar 2.10 Contoh Do main Model Class Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 102) 
2.5.2.4.2 Updated Class Diagram  
  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2012:  351)  menjelaskan  setelah  sequence 
diagram  dibuat,  informasi  methods  dapat  ditambahkan  ke  dalam  classes.  Tahap 
pertama  dalam  melakukan  update  class  diagram  adalah  menambahkan  method 
berdasarkan  informasi  dari  sequence  diagram.  Setiap  pesan  yang  muncul  pada 
sequence  diagram  membutuhkan  sebuah  method  pada  obyek  tujuan.  Proses 
menambahkan  method  ke  dalam  class  berasal  dari  tiap  sequence  diagram  dan 
mencari  pesan  yan g  dikirim  ke  class  tersebut.    Setiap  pesan  menggambarkan  sebuat
method.
  
41 
  
Gambar 2.11 Contoh Updated Class Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 352) 
2.5.2.5 Multi-Layer Design Sequence Diagram
  UML  Sequence  Diagra m  adalah  jenis  diagram  interaksi  yang  menunjuk kan 
dalam  urutan  dan  bagaimana  proses-proses  b eroperasi  satu  sama  lain.  Sequence 
diagram  menunjukkan  berbagai  obyek  dan  class yan g  terlibat  dalam  scenario sistem 
dan  urutan  pesan  yang  ditukarkan  antara  obyek  yang  dibutuhkan  untuk 
melaksanakan fungsi scenario (Lambow & Lavleen, 2012: 12).   
Menurut  Satzinger  ,  Jackson  &  Burd  (2012:  345)  pengembangan  first-cut 
sequence  diagram  hanya  berfokus  pada  class-class  yang  ada  di  problem  domain 
layer.  Setiap  sistem  akan  membutuhkan  view  layer  classes  untuk  men ggambarkan 
layar input dan  output  untuk  aplikasi.   Multi-Layer Design Sequence  Diagram  terdiri 
dari  data  access  Layer  dan  view  layer  untuk  memastikan  bahwa  user  interface  yang 
dikembangkan  konsisten  dengan  desain aplikasi. Semua pesan masuk yang  ada  pada 
System Sequence Diagram harus  ditangani  oleh  user interface (Satzinger, Jackson  & 
Burd  2012:  349).  Berikut  merupakan  contoh  dari  multi  layer  design  sequence 
diagram.
  
42 
 
Gambar 2.12 Contoh Multi Layer Design Sequence Diagram 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 346) 
2.5.2.6 User Interface
  Menurut Satzinger,  Jackson & Burd (2012: 189),  user  interface  adalah inputs 
dan  outputs  yang  secara  langsung  melibatkan  pengguna  sistem.  User  interface  bisa 
untuk  pengguna  internal  dan  pengguna  eksternal.    Desain  dari  user  interface 
bervariasi  bergantung  pada  faktor-faktor  seperti  tujuan  interfac
karakteristik 
pengguna, dan k arakteristik dari perangkat interface tertentu.  
  
43 
  
Gambar 2.13 Contoh User Interface 
Sumber: Satzinger, Jackson & Burd (2012: 203) 
  
44 
2.6 Kerangka Pemikiran
  Berikut merupakan kerangka pemikiran untuk penelitian
ini: 
PT. DreamWear
Wawancara dan 
Observasi  proses bisnis 
berjalan
Identifikasi masalah 
Business Modeling
Analisis Sistem yang Diusulkan dengan OOAD dan 
Unified Process
Peramalan dengan membandingkan metode:
Naïve
Requirements
Moving Average
Use Case
Use Case
Weighted Moving Average
Diagram
Description
Exponential Smoothing
Exponential Smoothing with Trend
Design
Linear Regression
Domain
Multi Layer
Model Class
Design Class
Diagram
Diagram
Identifikasi MAD & 
Updated
User
MSE Paling Kecil
Class
Interface
Diagram
Identifikasi Proyeksi Model Persediaan yang efisien dari segi biaya 
dengan membandingkan model:
EOQ EOI Min-Max
Membuat Kesimpulan
Usulan Pemecahan Masalah
  
Gambar 2.14 Kerangka Pemikiran 
Sumber: Penulis