BAB II
LANDASAN TEORI
2.1   Manajemen 
  Menurut  Stephen  Robbins  &  Marry  Coulter  (2012  :  37),  manajemen  adalah 
mengkoordinasikan dan   mengawasi kegiatan pek erjaan orang  lain sehingga  kegiatan 
mereka diselesaikan secara efisien dan efektif .  
  Dalam  manajemen  terdapat  beberapa  fungsi.  Menurut  Stephen  Robbins  &
Marr y Coulter (2012 : 37), ada 4 (empat) fungsi manajemen: 
1. Planning
Fungsi  manajemen  yang  melibatkan  menetapkan  tujuan,  membangun 
strategi  untuk  mencapai tujuan  tersebut  dan  men gemban gkan rencana untu k 
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan. 
2. Organizing
Fungsi  manajemen  yang  melibatkan  mengatur   dan  penataan  kerja  untuk 
mencapai tujuan organisasi. 
3. Leading
Manajemen  fungsi  yang  melibatkan  bekerja  dengan  dan  melalui  oran g-
orang untuk mencapai tujuan organisasi. 
4. Controling
Fungsi  manajemen  yan g  melibatkan  pemantauan,  membandingkan,  dan 
memperbaiki kinerja.  
2.1.1   CRM 
  Menurut  Phillip  Kotler  &  Amstrong    (2010:105)  CRM  merupakan  software 
dan  alat  analisis  yang  dapat  mengintegrasikan  informasi  pelanggan  dari  berbagai 
sumber,  dengan  penganalisaan  yang  kuat  dan  akan  menghasilkan  hasil  yang  akan 
membuat memperkuat hubungan pelanggan.  
  
10 
  Menurut  Francis  Buttle  (2009  :  27)  CRM  atau  Customer  Relationship 
Management  adalah  sebuah  terobosan  yang  melatarbelakangi  pembuatan  strategi 
bisnis berbasis  pelanggan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kepuasan anggota. 
Sedangkan tujuan akhirnya adalah memaksimalkan keuntungan dan pendapatan.  
2.1.1.1 Manfaat CRM
  Menurut  Francis  Buttle  (2009:  43),  potensi  man faat  bisnis  dari  manajemen 
hubungan  anggota  sangat  banyak.  Contohnya,  CRM  dapat  membantu  mengetahui 
loyalitas  dari  anggota  dan  juga  dapat  mempertahankan  anggota  lama  dan 
mendapatkan    anggota  b aru  melalui  fitur  yang  ditawarkan  apabila  CRM  dilakukan 
secar a online (elektronik) .  
2.1.1.2  Fase CRM 
Menurut  James  A.  O’Brien,  George  Marakas  (2010: 268),  fase  CRM  terbagi 
menjadi 3 yaitu, sep erti  yang terlihat di gambar 2.1 dibawah ini. 
Gambar 2.1.  Fase CRM
Sumber   (O’Brien  & M.  Marakas ,2010 : 268) 
  Menurut  James  O’Brien  &  George M.  Marakas  (2010 : 268),  penjelasan dari 
gamb ar diatas adalah sebagai berikut :   
  
11
1.  Acquire
Mengakuisisi  anggota  baru,  hal  tersebut  diwujudkan  dengan  adanya  inovasi  dari 
fitur yan g ditawarkan bagi  anggota baru.  
2.  Enhance
Melalui  peningkatan  keuntungan  dari  anggota  yang  sudah  ada  dan  sudah  loyal 
dengan cara memberikan pelayanan  yang terb aik .  
3.  Retain
Mempertahankan  anggota  yan g  menguntun gk an  bagi  perusahaan  (anggota 
spesifik) dengan cara  yang harus  dilakukan  yaitu  memberikan penawaran  kepada 
anggota  tersebut  sesuai  dengan  kebutuhan  anggota  saat  ini  yang  telah  melalui 
analisis pelanggan terlebih dahulu.  
2.1.1.3 Klasifikasi CRM
  Menurut Francis Buttle (2009: 27)  terdapat 4 tipe dari CRM yang tersebut 
seperti gambar dibawah ini. 
  
Gambar 2.2. Tipe CRM  
( Sumber : Francais Butler  ,2009 : 27) 
  
12 
  Menurut Francis  Buttle (2009:27) penjelasan men genai  gambar diatas adalah 
sebagai berikut : 
1.  Strategic  CRM  
Berfokus pada pengembangan budaya bisnis yang terpusat pada customer. 
Budaya bisnis ini didedikasikan untuk memenangkan serta mempertahankan 
anggota.  
2.  Operational CRM  
Merupakan CRM  yang berfokus dalam melakukan automasi customer-facing 
process seperti penjualan, pemasaran dan customer service. 
3.  Analytical CRM 
Analytical CRM berkonsentrasi pada proses mendapatkan, menyimpan, 
mengekstrak, mengintegrasi, memproses, mendistribusikan, 
menginterpretasi, menggunakan dan melaporkan data mengenai customer
untuk meningkatkan nilai bagi customer maupun perusahaan.  
4.  Collaborative CRM  
Collaborative CRM mengaplikasikan teknologi antar organisasi, untuk dapat 
melihat secara optimal hubungan antara perusahaan, partner dan nilai bagi 
customer. 
2.1.1.4 Customer Loyality 
  Menurut Francis Buttle  (2009: 68) customer  loyality dapat diukur  dengan  dua 
pendekatan  berdasarkan tingah laku dan perilaku. Lo yalitas berdasarkan tingkah laku 
diukur  melalui  referensi  tingkah  laku  pembelian  customer.  Ada  dua  behavourial 
aspect  untuk  loyalitas  yaitu  apakah  customer  yang  aktif  atau  perusahaan 
yag  me-
mantain  customer  agar  tetap  aktif.  Perilaku  loyalitas  diukur  referensi  komponen 
perilaku  seperti  kepercayaan  dan  perasaan.  Semakin  kuat  komponen  perilaku 
konsumen  maka  dapat  niliai  semakin  loyal  konsumen  tersebut.  berikut  adalah 
gamb ar dua dimensi mod el loyalitas. 
  
13
Gambar 2.3 Du a dimensi model loyalitas   
(sumber : Francis  Buttle,2009 : 68) 
2.1.2   e-CRM 
Menurut  Turban,  King,  Lian g,   &  Turban  (2010:  148),  e-CRM  adalah  CRM 
yang  diterapk an  secara  electronic  dengan  menggunakan  web-browser,  internet  dan 
media  elektronik  lain  (seperti  email,  call  center,  dan  personalisasi  website,  e-CRM 
kadang-kadang  juga  disebut  e-service.  Pendapat  lain  menyebutkan  bahwa  e-CRM 
berdasarkan  website  dengan  aplikasi  yan g  bersifat  self-service,  atau  CRM  yan g 
memiliki portal atau browser-based entry point.  
2.1.2.1  Faktor yang mempengaruhi Kunci Sukses e-CRM 
  Menurut  Turban,  King,  Liang,  &  Turban  (2010  :  148),  terdapat  beberapa 
faktor  yang  merupakan  penentu  keberhasilan  dari  penggunaan  teknologi  e-CRM, 
yaitu: 
1.  Kerelaan dari pelanggan-pelanggan  yang berbeda untuk menerima teknologi. 
2.  Pelaksanaan versus harapan pelanggan terhadap teknologi itu. 
3.  Integrasi dari teknologi baru dengan teknologi yang telah ada. 
  
14 
4.   Desain dan pengembangan fondasi teknolgi  yang memungkinkan  penyebaran 
teknologi baru secara tep at waktu.  
5.  Penggunaan customization yang disediakan oleh aplikasi website. 
2.1.2.2  Peralatan e-CRM 
Menurut Turban (2010 : 145) alat-alat yang digun akan untuk mendukung e-
CRM antara lain : 
1.  Personalisasi halaman website 
Halaman website  dapat digunakan untuk mencatat pembelian dan pr eferensi 
customer. 
2.  FAQs 
Fitur Frequently Asked  Questions (FAQs)  adalah  sebuah  tool  yang  sederhana 
dan  tidak  mahal  yang  bisa  digunakan  untuk  menangani  pertanyaan  customer 
yan g b erulan g.  
3.  Tracking Tools  
Adalah  alat  yang  digunakan  oleh  customer  untuk  mengetahui  pemesanan 
(ord er)  yang  telah  dilakukan  sehingga  menghemat  waktu  dan  biaya 
perusahaan.  Contoh:  mengecek  status  dari  registrasi  partisipasi  untuk  acara 
yang diselenggrak an. 
4.  E-Mail dan Automated Response 
Digunakan  untuk  mengirimkan  informasi,  ko nfirmasi  dan  membangun 
korespondensi den gan customer. 
5.  Help Desk atau Call Center 
Help  Desk atau Call  Center  berfungsi  sebagai  customer sevice yang  biasanya 
menggun akan fasilitas telepon, faximili, atau e-mail.
6.  Troubleshooting Tools 
Adalah  alat    yang  disediakan  perusahaan  untuk  membantu  customer 
memecahkan  persolan  yang  dihad api  sendiri.  Contohnya  perusahaan 
  
15
men yediakan  software  trouble-shooting  untuk  membantu  customer 
men yelesaikan masalahnya. 
2.2    Website Quality (WEBQUAL)
  WEBQUAL  merupakan  salah  satu  metode  pengukuran  kualitas  website 
berdasarkan  persepsi  pengguna  akhir.  Metode  WEBQUAL  ini  merupakan 
pengembangan  dari SERVQUAL  yang b anyak  digunakan  pada pengukuran  kualitas 
jasa.  Barnes  &  Vidgen  dalam  (Barnes  &  Vid gen,  2003:297)  melakukan  penelitian 
dengan  menggunakan  WEBQUAL  untuk  mengukur  kualitas  website  yang  dikelola 
oleh  OECD  (Organization  for  Economic  Cooperation  and  Development).Website 
yang  bermutu  dari  perspekstif  pengguna  dapat  dilihat  dari  tingkat  persepsi  layanan 
aktual yan g tinggi d an kesenjangan persepsi aktual  dengan gap  yang r endah.  Seirin g 
berjalannya  waktu,  WEBQUAL  telah  mengalami  ban yak  perbaikan  dan  versi 
terakhir  dari  WEBQUAL  yaitu  WEBQUAL  4.0.  Berikut  ini  pertanyaan-pertanyaan 
yang terdapat pada setiap dimensi dalam WEBQUAL 4.0.  
Tabel 2.1 Dimensi Dalam WEBQUAL 4.0 
Sumber
(Barnes dan  Vidgen dalam 
Industrial Management & Data
Dimensi
Systems 103/5 [2003] 297-309)
WEBQUAL 4.0 questions 
Usability   1.I find the site easy to learn to
operate
2.My interaction with thesite is 
clear and understandable 
3.I find the site easy to navigate 
4.I find the site easy to use 
5.The site has an attractive 
appearance 
  
16 
6.The design is appropriate to 
the type of site 
7.The site conveys a sense of 
competency 
8.The  site  creates  a  positive 
experience for me 
Information Quality 
9.Provides accurate information 
10.Provides timely information 
11.Provides timely information 
12.Provides relevant information 
13.Provides easy to understand 
information 
14Provides  information  at  the 
right level of detail 
15.Presents  the  information  in 
an appropriate format 
Service Interaction   16.Has a good reputation
17.It feels safe to complete 
transactions 
18.My personal information feels 
secure
19.Makes it easy to communicate 
with the organization
Overall   20.Overall view of the Web Site
Sumber : Barnes dan Vidgen dalam Industrial Management & Data Systems 
  
17
2.3      Analisis dan Pilihan Strategi
2.3.1    Konsep Manajemen Strategis
Menurut  Fred.  R.David  terjemahan  Sunardi  (2010  : 5),  manajemen  strategis 
dapat  didefinisikan  sebagai  seni  dan  pengetahuan  dalam  merumuskan, 
mengimplementasikan,   serta   men gevaluasi  keputusan-keputusan  lintas fungsional 
yang  memampukan  sebuah  organisasi  mencapai  tujuannya.  Tujuan  manajemen 
strategis  adalah untuk mengeksploitasi serta men ciptakan berbagai peluang baru dan 
berbeda  untuk  esok,  perencanaan  jangka  panjang,   sebaliknya,  berusaha  untuk 
mengoptimalkan tren -tren dewasa ini untuk esok.  
2.3.2    Model Manajemen Strategis
Kerangka  kerja  yang  diilustrasikan  di  gambar  2.6  merupakan  sebuah  model 
komprehensif  dari  proses  manajemwen  strategis  yang  diterima  secara  luas.  Model 
ini menjamin keberhasilan, tetapi  ia juga mempresentasikan  sebuah pendek atan  yang 
jelas dan praktis untuk merumuskan, mener apkan, dan menilai strategi. 
  
Gambar 2.5 Model Manajemen Strategis Komprehensif 
(Sumber : David, Terjemahan Sunardi, 2010:21) 
  
18 
 
2.3.3  Manfaat Manajemen Strategis
Manfaat  utama  dari  manajemen  strategis  untuk    membantu  organisasi 
merumuskan  strategi-strategi  yan g  lebih  baik  melalui  penggunaan  pendekatan 
terhadap  pilihan  strategi  yang lebih  sistematis,  logis, dan rasional.  Ini  tentunya  akan 
terus  menjadi  manfaat  terbesar  dari  manajemen  strategis,  namun   berbagai  kajian 
riset kini menunjukkan bahwa  proses,  alih-alih keputusan atau dokumen, merupakan 
kontribusi  yang  lebih  penting  dari  manajemen  strategis.  Komunikasi  adalah 
kunci 
bagi  manajemen  strategis  yang  berhasil.  Menurut  David,  terjemah an  Sunardi  (2010 
:23-24). Manfaatnya terbagi dari : 
•  Keuntungan Keu angan 
Riset  menunjukkan  bahwa  organisasi  yang  menggunakan  konsep-konsep 
manjemen  strategis  lebih  menguntungkan  dan  berhasil  daripada  yang  tidak. 
Bisnis  yang  menggunakan  berbagai  konsep  manajemen  strategis 
menunjukkan  perbaikan   yang  signifikan  dalam  penjulan,  profitabilitas, 
dan    produktivitas    dibandingkan    dengan    perusahaan-perusahaan     yang 
tanpa    aktifitas    perencanaan    strategis    yang    sistematis.    Peusahaan 
berkinerja  tinggi  cenderung  membuat  peren canaan  sistematis  untuk 
mempersiapkan  diri  menghadapi  fluktuasi  di  masa  depan  dalam  lingkungan 
internal  dan  eksternal  mereka.  Perusahaan-perusahaan  dengan  sistem  
perencanaan    yang    mengadopsi    teori    manajemen    strategis,  biasan ya, 
menunjukkan  kinerja  keuangan  jangka  panjang  yang  lebih  baik  terhadap 
industri mereka.    
• 
Keuntungan Non-keuangan 
Selain   membantu   perusahaan   menghindari   bencana  keuangan,  manajemen 
strategis  menawarkan  keuntungan-keuntungan  nyata  lain,  seperti 
meningkatn ya  kesadaran  akan  ancaman  eksternal,  membaiknya  pemahaman 
akan  strategi pesaing, naiknya produktivitas kar yawan, menurunn ya resistensi 
pada  perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas akan relasi kinerja-imbalan. 
Manajemen  strategis 
meningkatkan  kapabilitas  pencegahan  persoalan 
organisasi  sebab  ia  mendorong  interaksi  antarmanajer  di  semua  level 
  
19
divisional dan level fungsional. 
2.4  Jenis jenis Strategi 
  Menurut      David      terjemahan      Sunardi      (2010  :  249-301),  menjabarkan 
strategi-strategi alternatif yang dapat  dijalankan sebuah  perusahaan. Setiap     strategi   
alternatif     memiliki     variasi      yang      banyak      sekali.      Biasan ya  organisasi
secara 
bersamaan  menjalankan  gabungan  dari  dua  atau  lebih  strategi  yang  disebut  strategi 
gabungan atau kombinasi. 
Tabel 2.2 Definisi Strategi-strategi Alternatif 
Strategi  
Definisi 
Integrasi ke depan  
Memperoleh kepemilikan atau kendali 
yan g lebih besar atas distributor atau 
peritel 
Integrasi ke belakang  
Mengupayakan kepemilikan atau kendali 
yan g lebih besar atas pemasok  
Integrasi horizontal  
Mengupayakan kepemilikan atau kendali 
yan g lebih besar atas pesaing 
Penetrasi pasar  
Mencari pan gsa pasar yang lebih besar 
untuk produk atau jasa saat ini di pasar 
yan g  ada sekar ang melalui upaya-upaya 
pemasaran  yang lebih baik 
Pengembangan pasar 
Memperkenalkan produk atau jasa saat 
ini ke wilayah geo gr afis baru 
Pengembangan produk   Mengupayakan peningkatan penjualan 
melalui perbaikan p rodu k atau jasa saat 
ini atau pengembangan p roduk aau jasa 
baru   
Diversifikasi terkait 
Menambahkan p roduk atau jasa yan g 
baru namun masih berkaitan  
Diversifikasi tak terkait   Menambahkan p roduk atau jasa yan g 
  
20 
baru namun masih tidak berkaitan 
Penciutan  
Pengelompokan ulang melalui 
pengurangan biaya dan aset untuk 
membalik penjualan  
Divestasi  
Penjualan suatu divisi atau bagian dari 
sebuah organisasi  
Likuidasi  
Penjualan seluruh aset perusahaan secara 
terpisah-pisah untuk kekayaan 
berwujudnya.  
2.4.1  Kerangka Perumusan Strategi
    Menurut  David  terjemahan  Sunardi  (2010:323-324),  teknik-teknik 
perumusan  strategi  yang  penting  dapat  diintergrasikan  ke  dalam  kerangka 
pengambilan keputusan tiga  tahap, seperti  yang ditunjukkan dalam  gambar 2.3.  Alat 
yang  ditampilkan  dalam  keran gka  ini  bisa  diterapkan untuk semua  ukuran  dan jenis 
organisasi  serta  dapat  membantu  para  penyusun  strategi  mengidentifikasi, 
mengevaluasi, dan memilih strategi. 
  
Gambar 2.3  Kerangka Analitis Perumusan Strategi 
(Sumber : David terjemahan Sunardi,2010 : 324) 
  
21
2.3.2   Tahap Masukan
Informasi  yang diperoleh  dari  ketiga matriks  yaitu  matriks EFE,  matriks IFE, 
dan  CPM  menjadi  informasi  input  dasar  untuk  matriks-matriks  tahap  pencocokan 
dan  tahap  keputusan.  Alat-alat  input  mendorong  para  p enyususn  strategi  untuk 
mengukur  subjektivitas  selama  tahap  awal  proses  perumusan  strategi.  Membuat 
berbagai  keputusan  kecil  dalam  matriks  input  menyangkut  signifikansi  strategi 
untuk secara lebih efektif menciptakan serta men gevaluasi strategi alternative. 
1.  Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) 
  Menurut  David,  terjemahan  Sunardi  (2010  :  158-159),  matriks  EFE 
memungkinkan  para  penyusun str ategi untuk  meringkas  dan  mengevaluasi  informasi 
ekonomi,  sosial,  budaya,  demografis,  lingkungan,  politik,  pemerintah,  hukum, 
teknologi,  dan  kompetitif.  Matris  EFE  dapat  dikembangkan  dalam  lima  langkah, 
yaitu : 
• 
Buat      daftar      faktor-faktor      eksternal      utama      sebagaimana      yang 
disebutkan dalam proses audit eksternal, termasuk peluang d an ancaman. 
• 
Berilah  pada  setiap  f aktor  tersebut  bobot  yang  berkisar  dari  0,0  (tidak 
penting) sampai 1,0  (sangat  penting). Bobot  itu  mengindikasikan  signifikansi
relative     dari    suatu    faktor     terhadap     keber hasilan  perusahaan. Jumlah 
seluruh bobot harus 1,00. 
• 
Berilah   peringkat   antara  1   sampai   4   pada  setiap  faktor   eksternal utama 
untuk  menunjukkan  seberapa  efektif  strategi  perusahaan  saat  ini  dalam 
merespon  faktor  tersebut,  di  mana  4  =  responnya  sangat  bagus,  3  = 
responnya  di  atas  rata-rata,  2  =  responnya  rata-rata,  1  =  responnya  di 
bawah  rata-rata.  Perin gkat  didasarkan  pada  keefektifan  strategi  perusahaan. 
Penting  untuk  diperhatikan  bahwa  baik  ancaman  maupn  peluang  dapat 
menerima p eringkat 1, 2, 3, atau 4. 
• 
Kalikan  bobot  setiap  faktor  dengan  peringkatnya  untuk  menentukan  skor 
bobot 
• 
Jumlahkan  skor  rata- rata  untuk  setiap  variable  guna  menentukan  skor  bobot 
total untuk perusahaan. 
  
22 
2.   Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) 
Matriks  IFE  menurut David,  terjemahan Sunardi  (2010 : 229-230),  adlah alat 
perumusan  strategi  yang  meringkas  dan  mengevaluasi  kekuatan  dan  kelemahan 
utama  dalam  area-area  fun gsional  bisnis,  dan  juga  menjadi  landasan  untuk 
mengidentifikasi  serta  mengevaluasi  hubungan  di  antara  area  tersebut.  Matriks  IFE 
dapat dikembangkan dalam lima langkah : 
• 
Buat        daftar        faktor-faktor        internal        utama        sebagaimana 
yang 
disebutkan dalam proses  audit internal, termasuk kekuatan  dan kelemahan. 
• 
Berilah  pada  setiap  faktor  tersebut  bobot  yang  berkisar  dari  0,0  (tidak 
penting)  sampai  1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan signifikansi 
relatif    dari      suatu      faktor      terhadap      keberhasilan  perusahaan.  Jumlah 
seluruh bobot harus 1,00. 
• 
Berilah    peringkat    antara    1    sampai    4    pada    setiap    faktor    untuk 
mengindikasikan  apak ah  faktor  tersebut  sangat  lemah  (peringkat  =1), 
lemah  (peringkat  =  2),  kuat  (peringkat  =  3),  atau  sangat  kuat  (peringkat      =   
4).    Perhatikan    bahwa    kekuatan    harus    mendapat peringkat 3 atau  4 dan 
kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. 
• 
Kalikan  bobot  setiap  faktor  dengan  peringkatnya  untuk  menentukan  skor 
bobot. Jumlahkan skor  rata-rata untuk setiap  variable guna menentuk an skor 
bobot total untuk organisasi. 
Tabel 2.5  Matriks Evaluasi Faktor Internal 
Faktor-Faktor Internal Utama  Bobot  Peringkat Bobot  Skor
Kekuatan
1.  
      
2.  
      
Kelemahan 
1.  
      
2.  
      
Total      
(Sumber : David terjemahan Sunardi, 2010 : 231) 
  
23
3.  Matriks Profil Kompetitif (CPM) 
Menurut  David,  terjemahan  Sunardi  (2010  :  160-161),  matriks  CPM 
mengidentifikasi  pesaimg-pesain g  utama  suatu  perusahaan  serta  kek uatan  dan 
kelemahan    khusus    mereka    dalam    hubungannya    dengan    posisi    strategis 
perusahaan    sampel.    Bobot    dan    skor    bobot    total,    baik    dalam    matriks
CPM 
maupun matriks  EFE, memiliki  arti yang  sama. Namun, faktor keberhasilan (critical 
success) dalam matriks CPM mencakup baik-baik isu-isu internal maupun eksternal; 
karenanya peringkatnya  mengacu pada kekuatan dan  kelemahan,  di mana  4 = sangat 
kuat,  3 =  kuat,  2 =  lemah, dan 1  = sangat lemah.  Faktor-faktor keberhasilan  penting 
dalam  matriks  CPM  lebih  luas,  karena  tidak  mencakup  data  yang  spesifik  atau 
faktual  dan  mungkin  bahkan  berfokus  pada  isu-isu  internal.  Faktor  juga  tidak 
dikelompokkan  menjadi  peluan g  dan  ancaman.   Perimgkat  dan  skor  bobot  total 
perusahaan-perusahaan  pesaing  dap at  dibandingkan  dengan  p erusahaan  sampel. 
Analisis  perbandin gan  ini  memberikan  informasi  strategis  internal  yang  penting. 
Matriks CPM dapat ditampilkan pada table 2.6
Tabel 2.6  Matriks Profil Kompetitif 
  
Sumber : David terjemahan Sunardi(2010 : 162) 
2.3.3   Tahap Pencocokan
Strategi  sering  kali  didefinisikan  sebagai  pencocokan  yang  dibuat  suatu 
organiasi  antara  sumber  daya  dan  keterampilan  internalnya  serta  peluan g  dan  risiko 
yang  diciptakan  oleh  faktor-faktor  eksternal.  Tahap  penco cokan      dari  kerangka  
perumusan    strategi    terdiri    dari    lima    teknik    yan g    dapat    digunakan  dengan  
urutan    manapun    :    Matriks    SWOT,    Matriks    SPACE,   Matriks    BCG,  Matriks 
  
24 
IE,  dan  Matriks  Strategi  Besar.  Alat-alat  ini  bergantung  pada  informasi  yang  
diperoleh   dari   tahap   input    untuk   memadukan   peluang   dan   ancaman eksternal 
dengan kekuatan dan kelemahan internal. 
2.3.3.1  Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Anca man (SWOT)
  Matriks  kekuatan-kelemahan-peluan g-ancaman  (SWOT)  adalah  sebuah  alat 
pencocokan yan g penting yang membantu p ara manajer men gemban gkan empat jenis 
strategi : Strategi SO (kekuatan peluan g),  Strategi WO (kelemahan p eluang),  Strategi 
ST (kekuatan ancaman), dan Strategi WT (kelemahan  ancaman).  (David,  terjemahan 
Sunardi, 2010 : 327-328) , dan dapat dilihat pada tabel 2.7 . 
Tabel 2.7  Matriks SWOT 
  
   
 
 
Kelemahan (S) 
Kelemahan (W) 
 
  
  
 
 
 
Peluang ( O) 
Strategi SO 
Strategi WO 
 
  
  
 
 
 
Ancaman (T) 
Strategi ST 
Strategi WT 
(Sumber : David, terjemahan Sunardi, 2010 : 328-329) 
Penjelasan dari tab el matriks diatas adalah sebagai berikut :  
•    Strategi SO 
  Strategi  SO  memanfaatkan  kekuatan  internal  perusahaan  untuk  menarik 
keuntungan  dari  peluang  eksternal.  Semua  manajer  tentunya  menginginkan 
organisasi  mer eka  berada  dalam  posisi  di  mana  kekuatan  internal  dapat  digunakan 
untuk  mengambil keuntungan  dari berbagai    tren     dan     kejadian     eksternal.     Jika   
sebuah  perusahaan  memiliki  kelemahan  besar,  maka  perusahaan  akan  berjuang 
untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. 
  
25
  •   Strategi WO 
  Strategi   WO    bertujuan   untuk   memperbaiki    kelemahan    internal  dengan  
cara    mengambil    keuntungan    dari    peluang  eksternal.Terkadang,    peluang-peluang   
besar  muncul,  tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal  yang menghalanginya 
memanfaatkan  peluang  tersebut.  Salah  satu  strategi  WO  yang  bisa  ditempuh  adalah 
dengan  mengakuisisi  teknologi  ini  melalui  usaha  patungan  (joint  venture)  dengan 
sebuah perusahaan lain yang mempunyai kompetensi di bidang ini. Alternatif lainnya 
dari  strategi  WO  adalah  dengan  merekrut  dan  melatih  orang  agar  memiliki 
kapabilitas teknis yang diperlukan 
  •    Strategi ST 
Strategi  ST  menggunakan  kekuatan  sebuah  p erusahaan  untuk  menghindari 
atau  mengurangi  dampak  ancaman  eksternal.  Hal  ini  bukan  berarti  bahwa  suatu 
organisasi  yang  kuat  harus  selalu  mengh adapi  ancaman  secara  lan gsung  di  dalam 
lingkungan  eksternal. Perusahaan pesaing yang meniru gagasan, inovasi, dan produk 
yang telah dipatenkan merupakan ancaman  yang besar di banyak industri. 
• 
Strategi WT 
Strategi  WT  merupakan  teknik  defensif  yang  diarahkan  untuk  mengurangi 
kelemahan  internalserta  menghindari  ancaman  eksternal.  Sebuah  organisasi  yang 
menghadapi  berbagai  ancaman  eksternal  dan kelemahan internal  benar-benar dalam
posisi  yang  membahayakan.  Dalam  kenyataann ya,  perusahaan  semacam  itu 
mungkin  harus  berjuang  untuk  bertahan  hidup,  melakukan  merger,  penciutan, 
menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi. 
2.    Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
  Menurut  David,  terjemahan  Sunardi  (2010  :  332-334),  matriks  SPACE 
merupakan  keran gka  empat  kuadran  yang  menunjukkan  apakah  strategi  agresif, 
konservatif,  defensif,  atau kompetitif yang  paling sesuai untuk suatu  organisasi  yang 
diilustrasikan  pada  gambar  2.8  sumbu-sumbu  matriks  SPACE  menunjukkan  dua 
dimensi  internal  :  kekuatan  finansial  (FS)  dan  keunggulan  kompetitif  (CA) dan dua 
dimensi  eksternal  :  stabilitas  lingkungan  (ES)  dan  kekuatan  industry  (IS).  Keempat 
faktor ini kiran ya merupakan  penentu  suatu  organisasi.   
  
26 
  
  
Gambar 2.8  Matriks SPACE 
(Sumber : David, terjemahan Sunardi 2010 :323) 
Lan gk ah-lan gk ah    yang    dibutuhkan    untuk    mengembangkan    Matriks 
SPACE adalah sebagai berikut : 
• 
Pilih  serangkaian  variable  untuk  menentukan  kekuatan  finansial  (FS), 
keunggulan  kompetitif      (CA),      stabilitas      lingkun gan      (ES),      dan 
kekuatan industri ( IS). 
• 
Nilai  variable  tersebut  menggunakan  skala  1  (paling  buruk)  sampai  6 
(paling baik) untuk FS dan IS. Nilai variable tersebut menggunakan skala -6 
(paling  buruk)  sampai  -1  (paling  baik)  untuk  ES  dan  CA.  Pada  sumbu  FS 
dan  CA,  buatlah  perban dingan  dengan  pesaing.  Pada  sumbu  IS  dan  ES, 
buatlah perbandingan dengan industri lain. 
• 
Hitunglah  rata-rata  dari  FS,  CA,  IS,  dan  ES  dengan  menjumlahkan  nilai 
yang  Anda  berikan  pada  variabel  dari  setiap  dimensi  dan  kemudian 
membaginya dengan jumlah  variab el dalam dimensi yang bersan gkutan. 
• 
Petakan  nilai  rata-rata  unutk  FS,  IS,  ES,  dan  CA  pada  sumbu  yang 
sesuai dalam matriks SPACE. 
• 
Jumlahkan    nilai    rata-rata    pada    sumbu    x    (CA,    IS)    dan    petakan 
hasilnya  pada  sumbu  X.  Jumlahkan  nilai  rata-rata  pada  sumbu  y  (FS,  ES) 
dan  petakan  hasilnya  pada  sumbu  Y.  Petakan  p erpotongan  kedua  titik  X 
dan Y (x y  yang baru) tersebut. 
  
27
• 
Gambarkan  arah  vector  dari  koordinat  0,0  melalui  titik  perpotongan  yang 
baru.  Arah  panah  menunjukkan  jenis  strategi  yang  disarankan  bagi 
organisasi : agresif, kompetitif, defensive, atau konservatif. 
Ketika arah vektor sebuah perusahaan terletak di : 
• 
Kuadran Agresif  - kuadran kanan atas dari matriks SPACE 
Berarti  organisasi  tersebut  berada  dalam  posisi  yang  sangat  bagus  untuk 
memanfaatkan  berbagai  kekuatan  internalnya  untuk menarik keuntungan  dari 
peluang-peluang  eksternal,  mengatasi  kelemahan  internal,  dan  men ghindari 
beragam ancaman  eksternal.  Oleh  karenanya,  penetrasi  pasar,  pengembangan 
produk,  integrasi  ke  belakang,  integrasi  ke  depan,  integrasi  horizontal, 
diversifikasi,  atau  strategi  kombinasi  kesemuanya  itu  masuk  akal  untuk 
dipilih, bergantung pada situasi khusus  yang dihadapi oleh perusahaan. 
• 
Kuadran konservatif - kuadran kiri atas dari matriks SPACE  
Mengimplikasikan  agar   perusahaan  tetap  “bergayut”  pada  kompetensi 
dasarnya  dan  tidak  mengambil  risiko  yang  terlalu  besar.  Strategi konserv atif 
paling  sering  meliputi  penetrasi  pasar,  pengembangan      pasar,   
pengemban gan   produk,    dan    diversifikasi terkait. 
• 
Kuadran defensif - kuadran kiri bawah dari matriks SPACE  
Mengindikasikan  bahwa  perusahaan  h arus  berfokus  pad a  usaha  untuk 
mengatasi  kelemahan  internal  dan  men ghindari  ancaman  eksternal. Strategi   
defensif      mencakup      p enciutan,      divestasi,      likuidasi,      dan  diversifikasi 
terkait. 
• 
Kuadran kompetitif -
kuadran kanan bawah dari matriks SPACE  
Strategi   kompetitif    mencakup   integrasi   ke   belakang,   integrasi    ke  depan,  
dan   integrasi   horizontal,   penetr asi  pasar,  pen gemban gan  pasar  dan 
pengemban gan produk. 
  
28 
3.  Matriks Internal Eksternal (IE)  
Menurut  David,  terjemahan  Sunardi  (2010  :  344-347),  matriks  IE 
memosisikan  berbagai  divisi  suatu  organisasi  dalam  tampilan  sembilan  sel, 
sebagaimana  diilustrasikan  dalam  gambar  2.9  .   Matriks  IE  didasarkan   pada  dua 
dimensi  kunci  :  skor  bobot  IFE  total  pada  sumbu  x  dan  skor  bobot  EFE  total  pada 
sumbu  y.  Setiap  divisi  dalam  suatu  organisasi  harus  membuat  matriks  IFE  dan 
matriks  EFE  dalam  kaitannya  den gan  organisasi.  Pada  sumbu  x  dari  matriks  IE, 
skor  bobot  IFE  total  1,0  sampai  1,99  menunjukkan  posisi  internal  yang  lemah; 
skor 2,0 sampai 2,99  dianggap sedan g; dan  skor 3,0 sampai  4,0  adalah  kuat.  Serupa 
dengann ya,  p ada  sumbu  y,  skor  bobot  EFE  total  1,0  sampain  1,99  dipandang 
rendah;  skor  2,0  sampai  2,99  dianggap  sedang;  dan  skor  3,0  hingga  4,0  adalah 
tinggi.  
Matriks  IE  dapat  dibagi  menjadi  tiga  bagian  besar  yang  mempunyai 
implikasi  strategi  yang  berbeda-beda  yang  diilustrasikan  pada  gamb ar  2.8  divisi 
yang  masuk  dalam  sel  I,  II,  atau  IV  dapat  digambarkan  sebagai  tumbuh  dan 
membangun  (growth  and  build).  Strategi  inensif  (penetrasi  pasar,  pengembangan 
pasar,  dan  pengembangan  produk) atau  integrative  (integrasi  ke  belakang,  intergrasi 
ke  depan, dan integr asi  horizontal)  bisa  menjadi  yang palin g  tepat bagi  divisi-divisi 
ini. 
• 
Divisi  yang  masuk  dalam  sel  III,  V,  atau  VII  dapat  ditangani  dengan  baik 
melalui strategi menjaga dan mempertahankan (ho ld and maintain); penetrasi 
pasar  dan  pengembangan  produk  adalah  dua  strategi  yang  paling  b anyak 
digunak an dalam jenis divisi ini. 
• 
Divisi  yang  masuk   dalam  sel  VI,  VII,  atau  IX  adalah 
panen  atau 
divestasi    (harvest    or    divest).    Or ganisasi    yan g    berhasil    mampu 
mencapai  portfolio  bisnis  yang  masuk  atau  berada  di  seputar  sel  I  dalam 
matriks IE. 
4.  Matriks Strategi Besar 
  Menurut  David,    terjemahan    Sunardi  (2010  :347-348),  pada  matriks 
strategi  besar  semua  organisasi  dapat  diposisikan  di  salah  satu  dari  empat 
kuadran  sebagaimana  diilustrasikan  pada  gambar  2.9.  Matriks  ini  didasarkan  pada 
  
29
dua  dimensi  evaluative:  posisi  kompetitif  dan  pertumbuhan    pasar.  Dimana  empat 
kuadran memiliki posisi strategi  yang berbeda-beda : 
• 
Kuadran I 
Perusahaan   yan g   berada   pada   kuadran  I   memiliki   posisi  strategis  yang 
sempurna.  Untuk  perusahaan-perusahaan  tersebut,  konsentrasi  pada  pasar 
(penetrasi  pasar  dan  pengemb angan  pasar)  dan  produk  (pengemban gan 
produk) yang ad a saat ini. 
• 
Kuadran  II 
Perusahaan  yang  berada  pada  posisi  II  perlu  secara  serius  mengevalu asi 
pendekatan   mereka  terhadap  pasar.  Walaupun   industry  mereka  tengah 
tumbuh,  mereka  tidak  mampu  bersaing  secara  efektif.  Strategi  intensif 
biasanya menjadi pilihan pertama untuk dipertimbangkan. Jika    perusahaan   
kurang  memiliki  kompetensi  khusus  maka  sebagai  pilihannya  adalah 
divestasi. 
• 
Kuadaran III 
Perusahaan  pada  posisi  ini  bersaing  di  industri  yang  pertumbuhann ya 
lambat   serta   memiliki    kompetitif   lemah.    Berbagai    perusahaan   ini 
harus segera membuat  perubahan drastis untuk  menghindari penurunan 
yang lebih jauh.  
• 
Kuadran  IV 
Pada posisi  ini, bisnis  memiliki kompetitif kuat  namun berada di d alam 
industri  yang  pertumbuhannya  lambat.  Perusahaan  pada  posisi  ini 
mempunyai  kekuatan  untuk  mengadakan  program  diversifikasi  ke 
bidang-bidang pertumbuhan baru yang lebih menjanjikan. 
  
30 
  
 
Gambar 2.9 Matriks Strategi Besar 
(Sumber : David, terjemahan Sunardi,2010 :348) 
2.4    7C Framework 
Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  150),  mengidentifikasi  7C   dalam  desain 
website  yang  efektif  antara  lain  Context,  Content,  Community,  Customization, 
Communication, Connection, dan   Commerce. Banyak  dari  "C " diterjemahkan sangat 
baik untuk e-CRM  dan  teori  pembangunan  hubungan.  Oleh  karena itu,  penelitian ini 
berfokus  pada  bagaimana  mengidentifikasi  fitur-fitur  yang  dibutuhkan  oleh  anggota 
dari Forum Manajemen Indonesia. 
1.  Konteks (C ontext)
Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  150)  berdasarkan  klasifikasi,  context  dapat 
dibagi menjadi : 
a.  Aesthetically Dominant
Situs  dominan  estetika  tinggi  dalam  estetika  (aesthetics),  tetapi  rendah  dalam 
fungsi (fun ction). 
b.  Functionality Dominant
Situs  dominan  fungsional  mengasumsikan  bahwa  user  lebih  care  tentang 
informasi dari pada elemen visual. 
  
31
c.  Integrated
Integrated berlaku  untuk  situs-situs  yang  men yeimbangkan  antara  estetika  dan 
fungsi, menciptakan interface yang menarik dan mudah digunakan.
2.     Konten (Content)
  Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  150)  konten  mengacu  pada  apa  yang 
disajikan meliputi teks, video, audio, dan grafik. Fitur konten terdiri dari: 
a.  Offering Mix
  Offering mix mengacu  pada bobot diberikan untuk setiap jenis  konten yan g 
meliputi produk, informasi dan jasa.
b.  Appeal Mix
  Appeal mix mengacu pada pesan promosi perusahaan.
c.  Multimedia Mix
  Multimedia mix menggabungkan teks, audio, gambar, video dan grafis.
d.  Timeless Mix
  Time  les  mix  adalah  seberapa  up-to-date  informasi  yang  ditampilkan 
karena mempunyai tingkat sensitifitas terhadap waktu
Berdasarkan klasifikasi, konten dapat dibagi menjadi : 
a.  Product Dominant         
  Toko  online  atau  situs  website  yang  tujuan  utamanya  adalah  menjual 
barang fisik, dianggap situs dominan produk. 
b.  Information Dominant
  Situs yang memiliki dominan informasi seperti situs majalah dan koran. 
c.  Service Dominant
  Situs  yang    memiliki  dominan  layanan  yang  memberikan  layanan  bagi 
pengguna dengan biaya tertentu. 
  
32 
  
3.    Komunitas (Community)
  Menurut  Rayport  &  Jaworski (2003:  150), komunitas adalah interaksi  antara 
pengguna  situs. Hal ini dapat terjadi melalui interaksi one-to one (seperti e-mail) atau 
di  antara  ban yak  pengguna  (chat room).  Komunikasi  menciptakan  rasa  keanggotaan 
melalui  keterlibatan  atau  kepentingan  umum  bersama.Berdasarkan  klasifikasi, 
komunitas dapat dibagi menjadi : 
a.  Nonexistent
Situs  yang  tidak  memiliki  komunitas  sehingga    tidak  ada  cara  bagi  pengguna 
untuk  berinteraksi  dengan  satu  sama  lain,  baik  secara    one-to-one  ataupun 
secara one-to many. 
b.  Limited
Situs  yang  menawarkan  fitur  seperti  membaca  dan  posting  informasi,  cerita, 
atau  pendapat  bagi    ko munitas  terbatas  situs  tersebut.  Fitur   yang  ditawarkan 
umumnya non-interactive. 
c.  Strong
Situs  dengan  komunitas  yang  kuat  menawarkan  fungsi  komunitas  yang  
interaktif seperti chat room dan message boards. 
4.    Kustomisasi (Customization)
  Menurut  Raypo rt  &  Jaworski  (2003:  150),  kustomisasi  adalah  kemampuan 
situs  untuk  menyajikan   konten  yang  sesuai  untuk  setiap  pengguna.  Berdasarkan 
klasifikasi, fitur kostumisasi dapat dibagi menjadi : 
a.  Generic  
  Generic  menyajikan  konten  yang  sama  ke  setiap  pengguna.  Pada 
umumnya ad alah dominan informasi, seperti situs surat kabar.
b.  Moderately Customized
  
33
  Moderately  customized  mengacu  pada  kustomisasi  pengguna  dengan 
memanfaatkan  penyimp anan  informasi  dengan  cookie  dan  "remember"  yang 
berguna untuk kunjungan berikutnya.
c.  Highly Customized
  Highly  customized  mengacu  pada  melakukan    upaya  yang  ekstrim  untuk 
memberikan  setiap  pengguna  pengalaman  individual  yan g  memungkinkan 
pengguna untuk memilih tampilan dan konten sendiri.
5.    Komunikasi (Communication)
  Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  150),  komunikasi  mengacu  pada dialog 
antara  organisasi  dan  pengguna.  Hal  ini  dapat  berupa  komunikasi  site-to-user  
(seperti  notifikasi  e-mail),  komunikasi  users-to-site  (seperti  permintaan  layanan 
anggota),  atau komunikasi  dua  arah  (instant  messaging).  Fitur  dalam communication 
dapat berupa : 
a.  Broadcast
  Komunikasi  broadcast  adalah  komunikasi  satu  arah  yang  dikirim  dari 
organisasi ke pengguna, tanpa mekanisme respon pengguna. 
b.  Interactive
  Komunikasi  interaktif  adalah  komunikasi  dua  arah  antara  organisasi  dan 
pengguna. 
c.  Hybrid
  Hybrid  adalah  situs  k omunikasi  yang  mendukung  bentuk  komunikasi 
broadcast dan interactive.
6.    Koneksi (Connection)
  Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  150),  koneksi  mengacu  pad a  sejauh 
mana  link  situs  ke  situs  lain.  Hal  ini  sering  terjadi  melalui  hyperlink  yang  tertanam 
dalam sebuah halaman web, biasanya disajikan kepada pengguna dengan garis bawah 
atau highlight, gambar, atau grafis. Ketika pengguna mengklik pada link, itu memulai 
pengiriman segera dari teks, grafis, atau suara.  Empat  jenis koneksi yang ada: 
  
34 
  
a.  Outside Links
  Outside  links  adalah  link  yang    memindahkan  pengguna  dari  situs  asli  ke 
situs lainnya.
b.  Frame Links
  Frame link mirip  dengan Outside link, frame link membuka situs baru dalam
frame dari situs asli. 
c.  Pop-Up  Windows
  Pop-Up  Windows  membuka  halaman  situs  baru  di  browser  lain  sementara 
situs asli berada di belakang  (background).
d.  Outsourced Content  
  Outsourced  content  mengacu  pada  konten  yang  berasal  dari  pemasok  luar. 
Konten  ini  biasanya  ditampilkan  dengan  jelas,  biasanya  dengan  link  ke  situs 
pemasok,  namun  pengguna  tidak  perlu  meninggalkan  situs  asli  utnuk  melihat 
konten.
7.    Perdagangan (Commerce)
  Menurut  Rayport  &  Jaworski  dalam  jurnal  (2003:  150),  commerce  adalah 
kemampuan  situs  untuk  melakukan  transaksi  keuangan.  Seperti  yang  diharapkan, 
fitur  commerce  yang  paling  penting  untuk  situs-situs  dominan  produk,  yang 
bertujuan  utnuk    menju al  produk,  tetapi  juga  sering  ditemukan  di  situs  dominan 
informasi dan dominan layanan.  
  Berdasark an klasifikasi, fitur commerce dapat dibagi menjadi : 
a.  Low
  Situs  dengan  klasifikasi  low,  memiliki  sedikit  bahkan  tidak  memiliki  fitur 
fungsional  e-commerce  yang  telah  disebutkan  sebelumn ya.  Biasanya  dimiliki 
oleh  bisnis kecil  atau  web tersebut  memiliki  bagian yang kecil dalam  persentase 
penjualan mer eka. 
  
35
b.  Medium
  Situs  yang  memiliki  beberapa  fungsi  e-commerce,  tapi  digunakan  sebagai 
pendukung.  Situs  dengan  tujuan  utama  menjual  produk  dapat  dimasukkan 
kedalam klasifikasi ini. 
c.  High
  Situs  yang  telah  memiliki  hampir  atau  semua  fitur  e-commerce,  biasanya 
dimiliki oleh perusahaan online besar dengan volume penjualan yang tinggi. 
  Menurut  Rayport  &  Jaworski  (2003:  183-185)  berdasarkan  elemen-elemen 
7C  framework  yan g  telah  dijabarkan  pada  bagian  sebelumnya,  maka  dapat  dibua 
pemetaan  7C  framework  yang  biasan ya  digunakan  untuk  menganalisis  suatu  model 
bisnis  yang akan diterjemahkan dalam perancangan sebuah situs  yang konkret.  
     Tabel 2.8  Pemetaan 7C Framework 
Context  Asthetically
Functionally 
dominant
Integrated
dominant 
Content   Product dominant  Information
Service dominant
dominant-timeless 
mix
Community  Nonexistent  Limited  Strong
Customization   Generic  interactive  Highly customized
Communication  Broadcast  Moderately
Hybrid
customized
Connection  Outside Link   Framelink   Pop-up window
Commerce  Low  Medium  High
  
36 
2.5   Analisis Konjoin 
  Menurut  Singgih Santoso  (2014 :  285), pada dasarnya tujuan  analisis konjoin 
adalah  untuk  mengetahui  bagaimana  persepsi  seseorang  terhadap  suatu  objek  yang 
terdiri atas satu atau banyak bagian. Hasil utama  analisis konjoin  adalah suatu bentuk 
(desain)  produk  barang  atau  jasa,  atau objek  tertentu  yang  diinginkan  oleh  sebagian 
besar responden.   
   Menurut  Singgih  Santoso  (2014  :  287)    analisis  konjoin  termasuk  dalam
Multivariate Dependance Method dengan model :
Y1        =  X1 + X2 + ... + Xn  
Metrik / Non Metrik      Non Metrik 
Keterangan :   
•    Variabel  independen  (X1  dan  seterusn ya)  adalah  faktor,  yang  berupa  data 
non-metrik  (ype  mobil,  Desain  mobil,  dan  sebagainya).  Termasuk  disini  adalah 
bagian dari  Faktor (Level). 
•    Variabel  Dependen  (Y1)  adalah  pendapat  keseluruhan  (overall  preference) 
dari seorang responden terhadap sekian faktor dan level dari sebuah p roduk. Variabel 
dependen  ini  juga  mencakup  tingkat  kepentingan  faktor  dari  seorang  responden 
terhadap atribut – atribut produk.  
2.5.1  Proses dasar analisis konjoin 
  Menurut Singgih  Santoso (2014 : 286)   pada  dasarnya  proses  analisis konjoin 
terdiri dari :  
1.  Menentukan  FAKTOR  (atribut  spesifik)  kemudian  LEVEL  (bagian-bagian 
dari  faktor)  dari  sebuah   objek.  Contoh  :  objek  yang  akan  diteliti  yaitu 
kemeja.  
-
faktor   warna, motif  
-
level     warna : merah , biru , kuning  
  
37
                  motif  : kotak-kotak, polkadot  
2.  Mendesain stimuli dengan SPSS, melalui kombinasi faktor dan level.   
3.  Mengumpulkan pendapat responden terhadap stimuli yang ada.  
4.  Melakukan  proses  konjoin,  untuk  memperkirakan  (prediksi)  bentuk  produk 
yang diinginkan responden.  
5.  Menentukan  Predictive  Accuracy,  dari  hasil  konjoin  diatas,  yaitu  proses 
pengujian  konjoin  dengan  sejumlah  sample  untuk  mengetahui  apakah 
prediksi yang dilakukan memiliki keepatan yang tinggi.  
2.5.2    Langkah –langkah dalam Melakukan Analisis Konjoin
Menurut  Singgih  Santoso  (2014:288-305),  ada  beberapa  lan gkah  yang  harus 
dilakukan dalam penghitungan konjoin melalui SPSS yaitu :  
  Membuat kombinasi produk (stimuli) 
  Kombinasi  didasarkan  pada  atribut  produk  yang  sudah  didefinisikan,  dengan 
melakukan perkalian  setiap sub-atribut yang  ada.  Seperti contoh terdapat  tiga  atribut 
(bentuk,  warna,  manfaat)  dan  6  sub-atribut  (dua  untuk  bentu,  dua  untuk  warna,  dan 
dua untuk manfaat), maka kemungkinan kombinasinya adalah : 
2x2x2 = 8 stimuli 
  Demikian  seterusnya  dengan  item  produk  yang  tentu  berbeda  satu  dengan 
yang lain,  entah  atribut  bentuk,  warna,  ataupun  manfaat.  Tentu  saja jika  atribut atau 
sub atribut yang  diteliti cukup banyak, maka membuat kombinasi  seperti diatas tentu 
tidak  mudah. Misal  ada 4  atribut dengan  subatribut adalah  3,2,3,dan 
2. Maka stimuli 
yang mungkin muncul adalah : 
3x2x3x2 = 36 stimuli 
  Proses  untuk  membuat  kombinasi  produk  merupakan  proses  yang  disebut 
SYNTAX1,  dimana  langkah  yan g  dilakukan  adalah  dengan  memasuk an  syntax 
orthoplan,  kemudian  faktor-  faktor  yang    akan  dibuat  menjadi  kombinasi  produk.
  
38 
Hasil  dari  SYNTAX1.  harus  disimpan  untuk  dapat  dipanggil  kembali  pada 
pengerjaan SYNTAX2. Syntax 1 harus sukses dan menghasilkan kombinasi card.  
2.    Mengisi skala angka (pendapat responden) 
  Jika  terdapat  8  stimuli,  maka  setiap  responden  akan  mengisi  setiap  stimuli 
tersebut dengan angka  1 hingga 8.  Dengan  angka  1 stimuli produk  yang p aling tidak 
disukai, sampai angak 8 stimuli produk yang paling di sukai, begitu juga sebaliknya.  
Membuat stimulasi dengan SPSS 
  Langkah  pembuatan  stimuli  tidak  dilakukan  lewat  menu  atau  kotak  dialog, 
namun  lewat  penulisan  dan  sksekusi  di  SYNTAX  Editor.  Dan  berbeda  dengan  kasus 
lainnya,  p ada  konjoin  analisis  tidak  ada  data  yang  ditulis  terlebih  dahulu  di  data 
editor,  sehingga  proses  langsung  dilakukan  lewat  syntax.  Proses  ini  disebut  juga 
sebagai  SYNTAX2.  Dalam  Pengerjaan  SYNTAX  dua  langkah  yan g  dilakuk an    adalah 
memasukan syntax selanjutnya dari hasil pengisian skala pendapat responden. 
4.    Membuat konjoin dengan SPSS 
  Sama  dengan  pembuatan  stimulasi,  proses  konjoin  tidak  dilakukan  lewat 
menu atau kotak dialog, namun melewati SYNTAX  EDITOR.  Pada proses ini konjoin 
ini akan dipanggil kembali orthoplan yan g  dibuat sebelumnya (syntax1), apabila data 
syntaxt1 tidak berhasil  menghasilkan kombinasi  card, maka hasil konjoin tidak dapat 
ditampilkan.  
2.6 Segmentasi 
  Menurut  Phillip  Kotler  &  Amstrong    (2010  :  215)  segmentasi  pasar  adalah 
segmentasi  pasar  adalah  divisi  dalam  pasar  menjadi  grup-grup  yang  dap at  di 
kelompokan  berdasarkan  kebutuhan,  karakteristik,  perilaku  dan  siap a  yang  dapat 
memenuhi sebagian prod uk atau marketing mix.  
  Menurut  Phillip  Kotler  &  Amstrong    (2010:  216  )  Segmentasi  pasar  adalah 
sebuah  grup  konsumen  yang memiliki tanggapan  yang  sama terhad ap prekembangan 
  
39
marketing.  Segmentasi  pasar  merupakan  proses  yang  dugunakan  perusahaan  untuk 
menyelekasi  berb agai macam  tipe  pasar  menjadi  bagian  kecil  sehingga  lebih efisien 
dan efektif dan disesuaikan dengan produk dan service yan g diinginkan. 
  Menurut  Phillip  Kotler  &  Amstrong    (2010:    220)  terdapat  beberapa 
segmentasi yaitu :   
• 
Segmentasi geo grafi memisahkan pasar berdasarkan  geografis, seperti negara, 
bagian, provinsi, maupun kota.  
• 
Segmentasi  demografi  memisahkan  pasar  menjadi  group  berdasarkan 
variabel seperti umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, agama, dll.  
• 
Segmentasi psiko grafi memisahakn  pasar menjadi beberapa grup berdasarkan 
kelas sosial, lifestyle, dan perlakuan personalisasi.  
• 
Segmentasi  behavioral  memisahkan  pasar  menjadi  grup  berdasarkan 
pengetahuan, etika, penggunaan, respon, status kegunaan, status loyalitas. 
2.7  Analisis Cluster 
Menurut  Ali  baroroh  (2013  :117),  analisis  cluster  merupakan  suatu  analisis 
statistik  yang  berfungsi  untuk  mengelompokan  data-data/objek  yang  memiliki 
kesamaan karakteristik diantara data-data tersebut.  
  Sama  halnya  menurut  Singgih  Santoso  (2014:  125),  pada  dasarnya  analisis 
cluster  akan  men ghasilkan sejumlah  kluster (kelompok).  Analisis  ini  diawali  dengan 
pemahaman  bahwa  sejumlah  data  sebenarnya  memiliki  kemiripan  diantara 
anggotan ya, karena  itu  memungkinkan  untuk mengelompokan  anggota  yang ‘mirip’ 
atau  mempunyai  karakteristik  yang  serupa  tersebut  dalam  satu  atau  lebih  dari  satu 
kluster.  Cara  kerja  dan 
tujuan  analisis  cluster  adalah  mengelompokan  objek-objek 
berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek tersebut.
  Menurut Singgih Santoso (2014: 125). Ciri sebuah cluster  yang baik adalah : 
• 
Homogenitas  (kesamaan)  yang  tinggi  antar  anggota  dalam  satu  cluster. 
Sebagai  contoh  :  cluster  konsumen  rumah  yang  p eduli  lingkungan  terntu 
terdiri  dari  orang-orang  yang  mengutamakan  k ebersihan  dan  kenyamanan 
lingkunganrumahnya,  lain  halnya  dengan  mereka  yang  mengutamakan  harga 
  
40 
rumah  murah  tentu  tidak  dapat  digabungkan  sebagai  ‘anggota’  cluster 
tersebut.  
• 
Heterogenitas (perbedaan)  yang tinggi antara cluster  yang satu dengan cluster 
yang  lainn ya.  Dalam  contoh  diatas,  cluser  konsumen  rumah  yang  peduli 
lingkungan  tentu  memiliki  pendapat  yang  jelas  berbeda  dengan  anggota 
cluster konsumen yang mementingkan h arga mu rah. 
Menurut  Ali  Baroroh    (2013:117),  tujuan  dilakukannya  analisis  cluster  pada 
bidang p emasar an yaitu :  
• 
Membuat segmen pasar 
• 
Memahami perilaku pembeli 
• 
Mengenali peluan g b aru produk 
• 
Memilih uji pasar 
• 
Mereduksi data/objek  
2.7.1   Proses Dasar Analisis Cluster
  Menurut Singgih Santoso (2014: 125), proses dasar cluster analisis : 
1.  Menerapkan ukuran jarak antar-d ata.  
  Ada 3 metode yang digu nakan yaitu : 
• 
mengukur  korelasi  antara  sepasang  objek  pada  beberapa 
variabel. 
• 
mengukur jarak antara dua objek 
• 
mengukur asosiasi antar objek  
2.  Melakukan proses standarisasi data jika diperlukan  
  Setelah  mengukur  jarak,  yang  ju ga  perlu  diper haikan  adalah  apakah 
satuan  data  mempunyai  perbedaan  yang  besar.  Jika  data  memiliki  perbedaan 
besar maka harus di standarisasi dengan mengubah data yang ada ke z-score.  
  
41
3.  Melakukan proses clustering 
  Pengelompoan  data dapat dilakukan  dengan  menggunakan  dua  metode 
yaitu:  
a  Hirarchical Method.   
  Metode  ini  memulai  pengelompokan  dengan dua atau  lebih  objek  yan g 
memiliki  kesamaan  paling  dekat.  Kemudian  proses  diteruskan  ke  objek  lain 
yang  memiliki  kedekatan  kedua,  hingga  seterusnya.  Secara  logika  semua 
objek  akhirnya  akan  membentuk  sebuah  clu ster.  Dendogram  biasanya 
digunakan untuk membantu memperjelas proses hirarki tersebut.  
b  Non-Hirarchial Method.  
  Berb eda  den gan  metode  hirarki,  metode  ini  justru  dimulai  dengan 
menentukan  terlebih  dahulu  cluster  yang  diinginkan.  Setelah  jumlah  cluster 
diketahui,  baru  proses  kluster  ranpa  mengikuti  proses  hirarki.  Metode  ini 
biasa disebur K-means Cluster.  
4.  Melakukan penanaman cluster-cluster yang terbentuk 
  Setelah  sejumlah  kluster  terbentu,  baik  dengan  metode  hirarchial 
maupun  non-hirarchial.  Langkah  selanjutnya  adalah  melakukan  interpretasi 
terhadap  cluster  yang  terbentuk,  yang  pada  intinya  membeti  nama  spesifik 
untuk menggambarkan isi kluster.  
5.  Melakukan validasi dan profiling kluster.  
  Kluster  yang  terb entuk  kemudian  diuji  apakah  hasil  tersebut  valid. 
Kemudian  dilakukan  proses  profiling  untuk  menjelaskan  karakteristik  setiap 
cluster berdasarkan profil tertentu. 
2.7.2   Analisis Cluster Non Hierarki ( K-Means C lustering) 
  Menurut Ali Baroroh (2013:118) analisis kluster dengan metode non hirarki 
merupakan merode kluster  yang menentukan jumlah kluster secara manual.  
  
42 
a.       Tahapan Analisis Cluster : K-Means Cluster 
Menurut  Singgih  Santoso  (2010  :  133  )  ada  beberapa  tahapan  penghitungan 
analisis cluster, yaitu : 
1.  Menilai perlu tidaknya melakukan transformasi data.  
Maksud  dari  tahapan  ini  adalah  data  harus  distandarisasi  kedalam  Z-score 
sehingga  tidak  akan  mendapatkan  nilai  jarak  yang  terlampau  jauh.  Langkah 
yan g dilakuk an adalah : 
• 
Membuat  variabel  data  kemudian  dianalisis    secara  deskriptif 
statistik. Dimana hasil yang akan didapatk an yaitu berupa Zvariabel.   
• 
Pada SPSS langkah yan g harus dilakukan adalah : 
-
buat variabel yang ada, dari hasil kuisioner yang telah disebar. 
masuk  kedalam  spss,  pilih  menu  analyze    descriptive  statistic   
descriptive.
-
hasil yang akan di dapat yaitu output berupa  Zscore atau Zv ariab el.  
2.   Analisis Cluster 
  Setelah  dilakukan  standarisasi, proses dilakukan dengan pembentukan 
kluster,  yakni  dengan  metode  non-hierarchial  cluster  atau  K-Means  Cluster. 
Langkah yan g h arus dilakukan adalah :   
• 
Buka file Z variabel-nya 
• 
Pilih menu analyze  classify   K -Means Cluster  
• 
Kemudian  masukan  variabel  yang  telah  di  Zvariabel-kan  kedalam 
kolom  “variabels”.  Lalu  masukan  variabel  persamaan  dari  variabel 
yan g  akan di-cluster-kan  masukan kedalam kolom “label Case By” .  
• 
Masukan banyakn ya kluster yang akan dibuat.  
• 
Lalu pilih  menu  save,  kemudian  centang kedua pilihan  yang ada pada 
menu save. 
• 
Lalu  pilih  menu  option,  dan  lakukan  pilihan  pada  statistic  yaitu 
“initial cluster center”.  
  
43
• 
Lalu  tekan  CONTINUE,  maka  akan   muncul  tampilan  tabel    initial 
cluster , proses iterasi , dan final cluster centers. 
• 
Untuk  mengetahui  jumlah  anggota  tiap  cluster,  maka  dapat  melihat 
tabel “number of cases in each cluster”.  
3.  Analisis 
  Setelah  dilakukan  penghitungan  maka  output  (  hasil  )  akan  dianalisis,  proses 
penganalisisan yaitu hanya dengan membaca  tabel final  cluster centers, perbedaan 
dapat  ditelusuri  melalui  tanda  +  dan  –  yang  terd apat  pada  tabel.  Tanda  +  dapat 
diartikan cenderung lebih suka  , dan tanda  – dapat diartikan cenderung tidak  suka. 
Setelah itu dapat dinamakan cluster yan g terbentuk sesuai keinginan.  
2.8   Analisa Perancangan Sistem Informasi 
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :4),  analisis  sistem  adalah  suatu 
proses  untuk  memahami  dan  mengerti  sistem  informasi  secara  detail  utnuk 
merekomendasikan sistem informasi bagaimana selanjutnya. 
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010:  4),  perancangan  sistem  adalah 
gamabran  umum  kepada  user  mengen ai  sistem  yang  baru  dengan  mengkonfigurasi 
komponen-komponen sistem informasi. 
2.8.1    Sistem Informasi 
  Menurut  James  A.  O’Brien  &  George  Marakas  (2010  :  26),  sistem  adalah 
sekelompok  komponen  yang  saling  bekerja  sama  menuju  tujuan  bersama  dengan 
menerima  input  dan  output  dalam  suatu  proses  transformasi  yang  terorganisir. 
Sedangkan informasi  adalah data yang telah diubah menjadi sesuatu yang b erarti dan 
pernyataan berguna bagi pengguna akhir. 
  Menurut James  A.  O’Brien,  George Marakas (2010: 31-34), ada 5  komponen 
sistem informasi : 
  
44 
1.    People Resource
  Keberhasilan  dari  pengoperasian  sebuah  sistem  informasi  haruslah  di 
dasari  pada  unsur  sumber daya manusia  yang merancangnya  maupun  yang 
akan menggunakan sistem tersebut.  
2.    Hardware Resources
  Perangkat  keras  merupakan  komponen  inti  dari  sistem  informasi, 
karena sistem informasi  akan  diimplementasikan  didalam  perangkat  keras, 
sehingga end user akan dipermudah.  
3.    Software Resource
  Perangkat  lunak  juga  merupakan  komponen  dari  sebuah  sistem 
informasi ,  karena  dengan adanya  software  aplikasi maka  akan membantu 
pengguna untuk menngunakan sistem informasi.  
4.    Data Resources
  Data  merupakan   komponen  dari  sistem  informasi  ,  dengan  adanya 
data  yang  lengkap  dan  dan  dikelola  secara  efektif  akan  san gat  membantu 
untuk end user.  
5.    Network Resoures
  Jaringan  seperti  internet maupun  intranet  menjadi komponen  penting 
agar sebuah sistem informasi yang dijalankan dapat berkembang cepat  dan 
memudahkan  sebuah  perusahaan  maupun  organisasi  yang  menerapkan 
sistem informasi dapat lebih berkemban g.   
2.8.2   OOAD (Object Orient ed Analysis and Design) 
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :  60),  Object-Oriented  Analysis 
(OOA)  mendefinisikan  semua  jenis  objek  yang  melakukan  pekerjaan  dalam  suatu 
sistem  dan  menunjukkan  interaksi  dari  pengguna  yang  dibutuh kan  untuk 
menyelesaikan tu gas.  
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :  60) ,  Object-Oriented  Design 
(OOD),  mendefinisikan  semua  jenis  objek  dari  objek  yang  diperlukan   untuk  dpat 
berkomunikasi  dengan  orang  dan  peran gk at  yang  ada  didalam  sistem, 
  
45
menggambarkan  bagaimana objek dapat menyelesaikan  tugas dan menyesuaikan dan 
menyempurnakan  masing-masing  jenis  objek  sehingga  dapat  diimplementasikan 
dengan bahasa tertentu atau lingkungan. 
2.8.3   Pengembangan Sistem
    Menurut  Satzinger,  Jakson,  &  Burd  (2010  :  53)  terdapat  dua  pendekatan 
umum  dalam  pengembangan  sistem  yang  menjadi  dasar  dalam  semua  metodologi, 
yaitu  pend ekatan  tradisional  (traditional  approach)  dan  pend ekatan  berbasiskan 
objek (object oriented approach). 
1.  Pendekatan Tradisional 
  Pengembangan  sistem  yang  menggunakan  teknik  analisis  terstruktur,  desain 
terstruktur,  dan  pemrograman  terstruktu r.  Program  terstruktur  adalah  program  atau 
modul  program  yang  memiliki  satu  awal  dan  satu  akhir,  dan  setiap  langkah  dalam 
pelaksanaan  program  yang  terdiri  dari  urutan,  keputusan,  atau  konstruksi 
pengulangan.  Desain  terstruktur  adalah  teknik  menyediakan  pedoman  untuk 
memutuskan  serangkaian  program,  apa  yang  masing-masing  program  harus  capai, 
dan  bagaimana  program  harus  disusun  dalam  sebuah  hirarki.  Analisis  terstruktur 
adalah  teknik  yang  digunakan  untuk  mendefinisikan  sistem  pengolahan  apa  yan g 
harus  dilakukan, data apa yang  dibutuhkan untuk menyimpan dan  menggunakan, dan 
input dan output apa yang dibutuhkan.
2.  Pendekatan Object Oriented 
  Pendekatan  untuk  pen gembangan  sistem  yang  memandang  sistem  informasi 
sebagai koleksi objek-objek  yang berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan 
tugas-tugas.  Sistem  ini  terdiri  dari  objek-objek.  Objek  adalah  sesuatu  dalam  sistem 
komputer yang mampu menanggapi pesan.  
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :  205),  perbedaan  utama  an tara 
pendekatan  tr adisional  dan  pendekatan  berorientasi  objek  adalah  pendekatan 
tradisional  memandang  sistem  sebagai  sekumpulan  proses,  beberapa  dilak ukan  oleh 
  
46 
orang  dan  beberap a  dilakukan  oleh  komputer.  Sedangkan  pada  pendekatan 
berorientasi objek memandang sistem seb agai sek umpulan objek yan g berinteraksi. 
2.8.4   Unified Modeling Language (UML)
    Menurut  Satzinger, Jackson,  &  Burd (2005:  48),  Unified  Modeling Language 
(UML)  adalah  serangkaian  standar  konstruksi  model  dan  notasi  yang  dikembangkan 
secara khusus untuk pengembangan object-oriented. 
1.     Activity Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010  :141) ,  activity  diagram  adalah 
jenis  diagram  alur  kerja  yan g  menggambarkan  kegiatan  pengguna  dan  aliran 
sekuensial mereka. 
  
Gambar 2.10 Activity Diagram 
                         ( Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 :142) 
    Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010  :141),  dalam  activity  diagram 
terdapat beberapa simbol yang digunakan, yaitu :  
a.  Synchronization bar 
  
47
  Merupakan  notasi  yang  digunakan  untuk  mengontrol  pemisahan  atau 
panyatuan dari jalur yang berurutan. 
b.  Swimlane 
  Merupakan  suatu  daerah  persegi  dalam  activity  diagram  yang  mewakili 
aktifitas-aktifitas yang diselesaikan oleh agen tunggal. 
c.  Starting activity (pseudo)
  Merupakan notasi yang menandakan dimulainya sebuah aktifitas. 
d.  Transition arrow 
  Merupakan garis penunjuk  arah  yang  men ggambarkan transisi  dari  suatu 
aktifitas dan arah dari suatu aktifitas. 
e.  Activity 
  Merupakan notasi yang menggambarkan suatu aktifitas 
f.  Ending activity (pseudo) 
  Merupakan notasi yang mendakan berakhirnya suatu aktifitas. 
1.  Usecase Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010  :  242),  use  case  diagram 
merupakan  sebuah  diagram  yan g  menunjukkan  bermacam-macam  per an  pengguna 
dan cara mereka berinteraksi dengan sistem. 
  
48 
  
Gambar 2.11 Usecase diagram 
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 243) 
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :  243),  langkah  pengembangan 
usecase:   
a.    Mengidentifikasi aktor-aktor dari sistem.  
    Aktor  adalah    peran  yang  dimainkan  oleh  pengguna.  Harus  mengidentifikasi 
peran  spesifik  pengguna,   orang  yang  sama  dapat  memainkan  berbagai  peran  karena 
ia menggunakan sistem.  Hal 
ini  penting untuk  mengidentifikasi  setiap  kemungkinan 
peran dalam men ggunakan sistem. 
b.    Mengembangkan daftar tujuan peran  
    Setelah  peran  aktor  telah  diidentifikasi,  langkah  berikutnya  adalah  untuk 
mengemban gkan  daftar  tujuan  peran-peran  yang  ada  dalam  penggunaan  sistem 
otomatis.  Tujuan  adalah  tugas  yang  dilakukan  oleh  seorang  aktor  untuk  mencapai 
beberapa  fungsi  bisnis  yang  memberikan  nilai  tambah  dalam  bisnis.  Tujuan  adalah 
tugas-tu gas seperti "proses penjualan," "menerima  retur,"  atau "men girimkan order". 
Pada pen yelesaian tujuan, data dari sistem harus stabil untuk beberapa waktu. 
2.   Use Case Description
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010  :  171),  use  case  description 
adalah penjelasan yang lebih detil mengenai proses dari sebuah use case. 
  
49
Gambar 2.12 Usecase description
(Sumber :  Satzinger, Jackson, & Burd, 2012: 124) 
a.    Fully Developed Description
  Fully  developed  description  adalah  metode  yan g  paling  formal  yang  dapat 
digunakan untuk mendokumentasikan use case.
3.    Class Diagram
  Menurut Satzinger, Jackson, &  Burd  (2010 : 60),  class diagram adalah model 
grafis  yang  digunakan  d alam  pendekatan  object-oriented  untuk  menunjukkan  kelas 
objek dalam sistem.  
  Menurut  Satzinger,  Jackson  &  Burd  (2010  :  60)    ada  3  tahapan  dalam  class 
diagram : 
  
50 
a.  Domain Class Diagram
  
Gambar 2.13 Domain Model Class Diagram 
(Sumber : Satzinger, Jackson & Burd, 2012: 130) 
  Dalam  domian  class  memiliki  2  bagian.  Bagian  atas  berisi  nama  class,  dan 
bagian  bawah  berisi  atribut  dari  kelas.  Nama  Class  selalu  dimulai  dengan  huruf 
kapital, dan nama atribut selalu diawali dengan huruf kecil. 
b.  First Cut Design Class Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010:  413)  ,  first-cut  design  class 
diagram    adalah  pengembangan  dari  domain    class  diagram  yang  membutuhkan  2 
tahap, yaitu :   
1.   Menetukan tipe data dari atribut kelas dan inf ormasi initial value.  
2.   Menambahkan  panah navigation visibility.  Navigasi  visibilitas adalah  prinsip 
desain di mana  satu objek memiliki referensi ke  obyek lain dan d engan demikian 
dapat berinteraksi dengan objek. 
   Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd 
(2010:  413)  ada  beberapa  panduan 
umum untuk menentukan panah navigation visibility : 
1.  One-to-many relationships  
Hubungan  superior/subordinate  biasan ya  arah  panahnya    dari  superior  ke 
subordinate. 
2.  Mandatory relationships 
Merupakan   objek  dalam  satu  kelas  tidak  dapat  eksis  tanpa  objek  dari  kelas 
lain, arah panahnya  d ari class independen ke class dependen. 
  
51
3.  Ketika  sebuah  objek membutuhkan  informasi  dari  objek lain,  panah navigasi 
diperlukan, baik untuk  menunjuk objek itu sendiri atau induknya dalam suatu 
hirarki. 
4.  Panah Navigation mungkin juga dua arah. 
4.  Sequence Diagram
  Menurut  Satzinger  Jackson  &  Burd  (2010  :  242-454),  ada  3  tahapan  dalam 
sequence diagram :  
a.   System Sequence Diagram (SSD)  
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010:  242)  SSD  adalah  diagram  yang 
menunjukkan  urutan  pesan  antara  aktor  eksternal  dan  sistem  selama  use  case  atau 
skenario.  
  
Ga mbar 2.14 System Sequence Diagram (SSD)  
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 253) 
b.  First Cut Sequence Diagram
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2005  :  316)  membangun  first  cut 
sequence  diagram  den gan  elemen-elemen  dari  System  Sequence  Diagram  (SSD). 
Mengganti object system dengan use case controller. Kemudian menambahkan objek 
lain  yang 
diperlukan  use  case.   Lan gk ah  selanjutnya  adalah  menentukan   message, 
  
52 
termasuk  objek  yang  harus  menjadi  sumber  dan  tujuan  dari  setiap  message  untuk 
mengumpulkan semua informasi yan g diperlukan  
  
Gambar 2.15 First Cut Sequence Diagram 
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 439) 
c.     Three Layer Design Sequence Diagram
  Three  layer  design    sequence  diagram  merupak an  gambaran  lengkap  dari 
sequence diagram  dan  juga  pengembangan  dari  first  cust  sequence diagram   dengan 
menambahkan  layer-layer berikut ; 
•   View layer 
View  Layer  melibatkan  interaksi  manusia-ko mputer  dan  membutuhkan 
merancan g  user interface  untuk setiap  use  case. Desain user interface  adalah 
salah satu aktifitas  utama dari disiplin desain united process. 
• 
Data Access Layer 
  Prinsip pemisahan tanggung jawab juga berlaku u ntuk data access layer.  
  Desain  multi  layer  penting  untuk  mendukung  jaringan  multitier  di  mana 
database  pad a  satu  server,  logika  bisnis  pada  server  lain,  dan  user  interface  pada 
beberapa  klien desktop.  Cara  baru  merancang    sistem  yang  tidak hanya  menciptakan 
sistem yang lebih kuat, tetapi juga sistem  yang lebih fleksibel.   
  
53
Gambar 2.16 Three Layer Design Sequence Diagram 
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2010 : 454) 
5.  User Interface
  Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2010  :  531),  user interface  merupakan 
bagian  sistem  informasi yang membutuhkan inter aksi user untuk menghasilkan  input 
dan output. Input terjadi ketika user mencatat transaksi dengan menggunakan sistem, 
dan output berupa infromasi yang dihasilkan setelah user melakukan query.  
  Menurut  Satzinger,  Jackson, &  Burd (2010  :  531)  delapan aturan  emas  untuk 
merancang interface yang interaktif : 
a  Konsistensi 
  Memungkinkan pen ggun a untuk menggunakan shortcut
  Feedback yang informative
  Desain dialo g untuk penutupan
  Menawarkan Error Handling yang mudah
  Mengizinkan pengguna untuk membatalkan tindakan 
  Dukungan Locus Control internal
  Mengurangi beban memori jangka pendek
  
54 
6.      ERD ( Entity Relationship Diagram ) 
     Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2012  :  98),  Entity  Relationship 
Diagram (ERD) merupakan sebuah pendekatan tradisional.  
     Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd  (2012  :  98)  berikut  ini 
merupakan  gambar  ERD  dengan  atribut  yan g  dimilikinya  dan  hubungan  antar 
ERD. 
  
Gambar 2.17 Entity Relationship Diagram (ERD)
(Sumber: Satzinger, Jackson, & Burd, 2012 : 98) 
      Menurut  Satzinger,  Jackson,  &  Burd   (2012  :  98 ),  penjelasan  untuk 
gambar ER D diatas adalah: 
• 
PK  merupakan  penanda  bahwa  atribut  tersebut  adalah  atribut  primary 
key,  dan  untuk  atribut  yang  datanya  akan  diambil  maka  disebut  atribut 
FK ( foreign key) .  
• 
Hubungan antar diagram dilambangkan dengan  
|   : merupakan hubun gan 1..1  
O<  : menjelaskan adanya hubungan 0..*  
|<   : menjelaskan adanya hubungan 1..* 
  
55
7 .   Arsitektur Jaringan  
  
Gambar 2.19  Desain Arsitektur jaringan 
(Sumber : Satzinger, Jackson, & Burd, 2012 : 98) 
  Menurut Satzinger, Jackson,  &  Burd  (2012  :  98), dalam pen gimplementasian 
aplikasi via website memiliki beberapa keuntungan diantaranya :  
• 
Pengaksesan,  web-base  applikasi  menjadi  mudah  diakses  untuk  banyak 
potensial user. 
• 
Low–cost  communication,  koneksi  ke  internet  dapat  di  beli  dari  berbagai 
private internet service provider, sehingga har ganya lebih murah. 
• 
Widely implemented standard- seperti  standart web biasan ya, dapat  membuat 
website.
  
56 
2.9    Kerangka Pemikiran 
Wawancara  
Strategi 
Efe-ife 
Analisis Masalah  
Preferensi anggota 
Conjoin 
analisis  
segmentasi 
Analisis cluster 
Pengusulan perancangan sistem  Fase e-CRM 
Perancangan sistem 
OOAD 
Gambar 2.20  Kerangka Pemikiran