BAB 2
KAJIAN TEORI,  KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN
HIPOTESIS
2.1  Kajian Teori 
2.1.1   Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Dessler (2010:  5) pengertian  manajemen sumber daya  manusia ialah 
suatu kebijakan dan praktik  menentukan aspek ”manusia” atau sumber daya manusia 
dalam  posisi  manajemen,  termasuk  merekrut,  men yaring,  melatih,  memberi 
penghargaan dan penilaian. 
Lalu  menurut  Mathis  dan  Jackson  (2006:  3)  mendefinisikan  manajemen 
sumber  daya  manusia  merupakan  rancangan  sistem-sistem  formal  dalam  sebuah 
organisasi  untuk  memastikan  penggunaan  bakat  manusia  secara  efektif  dan  efisien 
guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. 
Sedangkan  menurut  Hasibuan  (2005:  10)  manajemen  sumber  daya  manusia 
adalah  ilmu  dan  seni  mengatur  hubungan 
dan  peranan  tenaga  kerja  agar  efektif  dan 
efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. 
Dari beberapa  defenisi diatas, defenisi  menurut Mathis  dan Jackson (2006:  3) 
yang menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian kali ini. 
2.1.2  ManajemenOutsourcing
2.1.2.1  Pengertian Outsourcing
Defenisi  outsourcing  menurut  Yasar  (2012:  20)  ialah  pen yerahan  kegiatan 
perusahaan  baik  sebagian  maupun  secara  keseluruhan  kepada  pihak  lain  yang 
tertuang dalam  kontrak perjanjian.  Penyerahan kegiatan ini meliputi bagian produksi 
beserta tenaga kerjanya, fasilitas, peralatan, teknologi dan aset lain serta pengambilan 
keputusan dalam kegiatan perusahaan. 
Menurut  David  outsourcing  (2011:  193)  adalah  sebuah  kegiatan  ketika 
perusahaan  memutuskan  untuk  menyerahkan  sebagian  kekuasaanya  ke  perusahaan 
lain  yang melakukan  tugas-tugas  fungsional  perusahaan  utama,  seperti  tenaga  kerja, 
sistem  informasi,  pembagian  gaji,  akuntansi,  layanan   kosumen  dan  bahkan 
pemasaran. 
  
Sedangkan  menurut  Greaver  dalam  Sunyoto  (2013:  260)  outsourcing  ialah 
sebuah  tindakan  dengan  mengalihkan  sebagian  aktivitas  intern
persusahaan  yan g 
terjadi  secara  berulang  kali  dan  hak  pengambilan  keputusa
kepada  penyedia  luar, 
sesuai kesepakatan kontrak di awal. Karena kegiatan-kegiatanny
mencakup kegiatan 
yang berulang  dan  menggunakan  kontrak, outsourcing lebih  da
sekedar  konsultasi. 
Pada  kenyataann ya  tidak  hanya  kegiatan  yan g  dialihkan  teta
juga  faktor  produksi 
dan  terkadang  hak  pen gambilan  keputusan.  Faktor-fakto
produksi  adalah  berbagai 
sumber  daya  yang  membuat  aktivitas  terjadi  meliputi  oran
fasilitas,  peralatan, 
teknologi  dan  aset  lainn ya.  Hak  pen gambilan  keputusa
adalah  tanggung  jawab 
untuk mengambil keputusan terkait beberapa elemen pada aktivitas yan
dialihkan. 
Berdasarkan  berbagai  definisi  tersebut,  defenisi  outsourcin
menurut  Yasar 
(2012: 20) yang menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian ka
ini. 
2.1.2.2  Dimensi Outsourcing
Dimensi outsourcing menurut Sudarso dan Anshori et al (2011: 106) ialah: 
1.  Teknik: Pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki  untuk menyelesaikan 
tugas. 
2.  Kehati-hatian: Sikap bertanggung  jawab,  tekun dan disiplin  yang dimiliki 
untuk men yelesaikan tugas. 
3.  Keyakinan:  Suatu  bentuk  nilai  tambah,  rasa  bangga  dan  rasa  membela 
terhadap pekerjaan yang ditekuni. 
4.  Harapan:  Bahwa  pengharapan merupakan keku atan keyakinan  pada  suatu 
perlakuan  yang  diikuti  dengan  hasil  khusus.  Hal  ini  menggambarkan 
bahwa  keputusan  pegawai  yang  memungkinkan  mencapai  suatu  hasil 
dapat menuntun hasil lainnya. 
5.  Kuantitas:  Jumlah  hasil  kerja  yang  dapat  dikerjakan  dalam  kurun  waktu 
tertentu. 
2.1.2.3  Indikator Outsourcing
Indikator Outsourcing menurut Sudarso dan Anshori et al (2011: 106) ialah: 
1.  Pendidikan non formal. 
2.  Disiplin. 
3.  Nilai tambah. 
4.  Menikmati. 
  
5.  Jumlah hasil kerja. 
2.1.2.4  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Outsourcing
Adapun  faktor-faktor  yang  memp engaruhi  outsourcing  menurut  Suyonto 
(2013: 270) ialah sebagai berikut: 
1.  Mempercepat hubungan reengineering. 
2.  Mendapatkan akses pada kemampuan kelas dunia. 
3.  Memperoleh suntikan kas. 
4.  Membebaskan sumber daya untuk kepentingan lain. 
5.  Membebaskan diri dari fungsi yang sulit dikelola atau dikendalikan. 
6.  Memperbaiki fokus perusahaan. 
7.  Memperoleh dana kapital. 
8.  Mengurangi biaya operasional. 
9.  Mengurangi resiko usaha. 
10. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki di dalam perusahaan. 
2.1.2.5  Tipe-tipe Outsourcing
Tipe-tipe  outsourcing  menurut  Indrajit  dan  Djokopranoto  dalam  Sunyoto 
(2013: 266-267) ialah: 
1.  Contracting 
Contracting  adalah  bentuk  penyerahan  aktivitas  perusahaan  ada  pihak 
ketiga  yang  paling  sederhana  dan  merupakan  bentuk  yan g  paling  lama. 
Biasanya  men yangkut  kegiatan  yang  sederhana atau  jenis layanan tingkat 
rendah.
2.  Outsourcing 
Outsourcing  adalah  penyerahan   aktivitas  perusahaan  pad a  pihak  ketiga 
dengan  tujuan  untuk  mendapatkan  kinerja  pekerjaan  yang  profesional. 
Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa  merupakan hal  yang sangat vital. 
Diperlukan  pemberi  jasa  yang  menspesialisasikan  dirinya  pada  jenis 
pekerjaan  yang  akan  diserahkan.  Den gan  demikian  diharapkan  bahwa 
kompetensi utamanya juga berada di jenis pekerjaan tersebut.
3.  Insourcing 
Insourcing  adalah  perusahaan  mengambil  atau  menerima  pekerjaan  dari 
perusahaan lain dengan berbagai motivasi.
  
10 
4.  Co-sourcing 
Co-sourcing  ialah  jenis  hubungan  pekerjaan  dan  aktivitas  dimana 
hubungan antar  perusahaan  lebih  erat dari  sekedar  hubungan  outsourcing 
biasa.
5.  Benefit-based-relationship 
Benefit-based-relatinship  ialah  hubungan  outsourcing  dimana  sejak 
semula  kedua  belah  pihak  men gadakan  investasi  bersama,  dengan 
pembagian  pekerjaan  tertentu.  Maka  kedua  belah  pihak  akan  saling 
mendukung dan saling ketergantungan antar satu sama lain.
2.1.2.6  Manfaat Outsourcing
Manfaat outsourcing yang dikemukakan oleh Yasar (2012: 29-30) ialah: 
-
Manfaat bagi pemerintah: 
1.  Dapat  membantu  mengembangkan  dan  mendorong  pertumbuhan 
ekonomi masyarakat dan perekonomi nasional. 
2.  Sebagai  pembinaan  d an  pengembangan  kegiatan  koperasi  dan  usaha 
kecil karena perusahaan berbentuk koperasi maup un usaha kecil. 
3.  Menguran gi  beban  pemerintah  dalam  pen yediaan  fasilitas  umum 
seperti  transportasi,  listrik,  air  dan  pelaksanaan  ketertiban  umum 
karena  kegiatan  tersebut  bisa  dilakukan  oleh  perusahaan  pen yedia 
tenaga kerja. 
Manfaat bagi  masyarakat dan pekerja: 
1.  Outsourcing  akan  mempercepat  pertumbuhan  industri  yan g  pada 
gilirannya  akan  mendorong  ekonomi  penunjang  di  lingkungan 
masyarakat. 
2.  Mengembangkan  infrastruktur  sosial  masyarakat,  budaya  kerja, 
disiplin dan peningkatan kemampuan ekonomi.  
3.  Mengurangi pengangguran dan mencegah terjadinya u rbanisasi. 
4.  Meningkatkan  kemampuan  budaya  perusahaan  di  lingkungan 
masyarakat. 
5.  Dapat menjadi jembatan untuk karir yan g sesungguhnya.  
  
11 
Manfaat bagi perusahaan: 
1.  Meningkatkan  fokus  p erusahaan  inti.  Jika  semua  kegiatan  dilakukan 
sendiri  oleh  perusahaan,  maka  perhatian  perusahaan  dan  energi 
perusahaan  akan  terserap  pada  hal-hal  yang  bukan  inti  bisnisnya. 
Dengan  menyerahkan  sebagian  pekerjaan  kepada  pihak  lain  yang 
lebih ahli, maka perusahaan bisa fokus pada bisnis inti. 
2.  Penghematan  dana  kapital.  Outsourcing  memberikan  fleksibilitas 
keuangan pada perusahaan. 
3.  Efisiensi  biaya  operasional.  Outsourcing  dapat  mengu rangi  biaya 
operasional. 
4.  Memperoleh sumber daya manusia yang lebih profesional,  perusahaan 
dapat  memperoleh  sumber  daya  manusia  yang  profesional  sebab 
karyawan  outsourcing  biasanya  dibekali  kemampuan  dan 
keterampilan yang cukup mengenai bidang–bidang yang ditangani. 
2.1.2.7  Syarat – Syarat Menjadi Perusahaan Outsourcing
Syarat  –  syarat  wajib  yang  harus  dipenuhi  perusahaan  outsourcing  (Sutedi 
2009: 218) ialah: 
1.  Perusahaan  pen yedia  jasa  pekerja  merupak an  bentuk  usaha  berbadan  hukum 
dan memiliki izin dari instansi  yang berwenang. 
2.  Pekerja  atau  karyawan  yan g  ditempatkan  tidak  boleh  digunakan  untuk 
melaksanakan  kegiatan  pokok  yang  berhubungan  langsung  den gan  proses 
produksi. 
3.  Adan ya  hubungan  kerja  yang  jelas  antara  pekerja  atau  buruh  dengan 
perusahaan  penyedia  jasa  pekerja,  sehingga  pekerja  yang  ditempatkan 
tersebut  mendapat  perlindungan  kerja  yang  optimal  sesuai  standar  minimum 
ketenagakerjaan. 
4.  Hubungan  kerja  harus  dituangkan  dalam  perjanjian  secara  tertulis,  yang 
memuat  seluruh  hak  dan  kewajiban  par a  pihak  sesu
dengan  ketentuan 
peraturan perundang–undangan ketenagakerjaan. 
  
12 
2.1.2.8  Alasan MelakukanOutsourcing
Alasan  Melakukan  Outsourcing  menurut  Indrajit  dan  Djokopranoto  dalam 
Sunyoto (2013: 262-265) ialah: 
1.  Meningkatkan Fokus Perubahan:  
Dengan  melakukan  str ategi  outsourcing,  perusahaan  dapat  memusatkan  diri 
pada  masalah  dan  strategi  utama  dan  umum,  sementara  pelaksanaan  tugas 
sehari-hari  yang  kecil-kecil  diserahkan  oleh  pihak  ketiga.  Alasan  ini 
seringkali  digunakan  oleh  perusahaan-p erusahaan   untuk  mengadopsi  strategi 
outsourcing. 
2.  Memanfaaatkan Kemampuan Kelas Dunia 
Secara  alamiah,  spesialisasi  pekerjaan  seperti  yang  dimiliki  dan 
dikembangkan  oleh  para  kontraktor  mengakibatkan  kontraktor  tersebut 
memiliki  keunggulan  kelas  dunia  dalam  bidangnya.  Tentu  saja  hal  ini  dapat 
diasumsikan  bahwa outsourcing diberikan betul-betul kepada kontraktor yan g 
unggul dibidang pekerjaan yan g dikontrakkan. 
3.  Mempercepat Keuntungan yang Diperoleh dari Reengineering 
Outsourcing menjadi  salah satu cara dalam reengineering untu
mendapatkan 
manfaat  dengan  cara  menyerahkan  tugas  kepada  piha
ketiga  yang  sudah 
melakukan reengineering dan menjadi unggul atas berbag
aktivitas tertentu.  
4.  Membagi Risiko 
Outsourcing  dapat  meringankan  dan  memperkecil  risik
perusahaan.Risiko
tidak  han ya  menyan gku t  keuangan,  tetapi  juga  kekakua
operasi.  Dengan 
pembagian  risiko,  perusahaan  akan lebih  dapat bergera
secara fleksibel, dan 
dapat cepat berubah ketika diperlukan. 
5.  Sumber Daya Sendiri Dapat Digunakan Untuk Kebutuhan-Kebutuhan Lain 
Setiap  perusahaan  memiliki  keterbatasan  dalam  kepemilikan  sumber  daya. 
Outsourcing  memungkinkan perusah aan  untuk  melakukan  sumber  daya yang 
dimiliki  secara  terbatas  tersebut  untuk  berbagai  bidang  kegiatan  utama. 
Sumber  daya  perusahaan  termasuk  permodalan,  sumber  daya  manusia  dan 
fasilitas.Dalam  hal  sumber  daya  manusia,  tenaga  mereka  yang  selama  ini
  
13 
difokuskan  untuk  menangani  hal-hal  intern  yang  rutin  dan  kecil-kecil,  dapat 
dialihkan untuk menangani berbagai hal eksternal. 
6.  Memungkinkan Tersedianya Dana Pribadi 
Outsourcing  juga  bermanfaat  untuk 
mengurangi  investa
dana  kapital  pada 
kegiatan  pek erjaan  pen unjang.  Sebagai  ganti  da
melakukan   investasi  di 
bidang kegiatan  tersebut,  lebih  baik  mengontrakkan  sesu
dengan kebutuhan 
yang  dibiayai  dengan  dana  operasi,  bukan  dana  investas
Dengan  demikian 
dana kapital dapat digunakan pada aktivitas yang lebih bersif
utama.  
7.  Menciptakan Dana Segar 
Outsourcing  sering kali  dapat dilakukan  tidak hany
mengontrakkan 
aktivitas 
tertentu  pada  pihak  ketiga,  tetapi juga  disertai  dengan
enyerahan,  penjualan 
atau  pen yewaan  aset  yang  digunakan  untuk  melakuka
aktivitas  tersebut, 
seperti  kendaraan,  per alatan  angkut,  dan  lain-lai
Dengan  demikian 
akan 
masuk  dana  segar  ke  dalam  perusahaan.  Dana  ini  aka
menambah  likuiditas 
perusahaan dan dapat digunakan untuk tujuan lain yang lebi
bermanfaat. 
8.  Mengurangi dan Mengendalikan Biaya Operasi 
Salah  satu  keuntungan  dari  outsourcing 
adalah  memungkinkan  untuk 
mengurangi  dan  mengendalikan  biaya  operasi.  Pengurangan  biaya  ini 
diperoleh  dari  mitra  outsourcing  melalui  berbagai  hal,  misalnya  spesialisasi, 
struktur  pembiayaan  yang  lebih  rendah,  dan  ekonomi  skala  besar. 
Pengurangan ini juga dapat diperoleh jika aktivitas yang bersangkutan  sendiri 
karena  tidak  mempunyai  kemudahan  seperti  yang  dimiliki  oleh  mitra 
outsourcing di atas. 
9.  Memperoleh Sumber Daya yang Tidak Dimiliki Sendiri. 
Perusahaan  perlu  melakukan  outsourcing  untu
suatu  aktivitas  tertentu 
karena  perusahaan  tidak  memiliki  sumber  day
yang  dibutuhkan  untuk 
melakukan  aktivitas  tersebut  secara  baik da
memadai.Oleh  karena  itu,  jalan 
  
14 
10. Memecahkan Masalah yang Sulit Dikendalikan atau Dikelola 
Outsourcing  juga  dapat  digunakan  untuk  mengatasi  pengelolahan  hal  atau 
mengawasi  fungsi  yang  sulit  dikendalikan.  Fungsi  yang  sulit  dikelola  dan 
dikendalikan  ini,  misalnya  birokrasi  eksternalyang  sangat  berbelit  dan  harus 
ditaati  oleh  perusahaan  yan g  dimiliki  negara  dalam  menjalankan  fungsi 
pembelian  barang  dan  jasa,  yang  sulit  ditembus  melalui  berbagai  cara  biasa. 
Hal  ini  mungkin  dapat  dipecahkan  dengan  mengontrakkan  saja  selur uh 
pekerjaan  tersebut  kepada  pihak  ketiga  yang  berbentuk  swasta  dan  tidak 
terikat pada birokrasi tertentu.
2.1.3  Manajemen Outsourcing
2.1.3.1  Pengertian Manajemen Outsourcing
Menurut  Scess  C onsulting  (2011)  manajemen  outsourcing  adalah 
kemampuan  untuk  mengontrol  kinerja  outsourcing  dan  mengatasi  masalah 
outsourcing  yang  mun gkin  untuk  terjadi  di  masa  depan.  Manajemen  outsourcing 
juga  meliputi  pengumpulan  informasi  ter kait  outsourcing  di  perusahaan, 
menstrukturisasi,  dan  menganalisis  informasi  untuk  memungkinkan  pengambilan 
keputusan  lebih lanjut yang  lebih  solid.  Dalam  perusahaan  besar  yang mampu untuk 
memiliki orang yang berdedikasi untuk melakukan  manajemen outsourcing termasuk 
masalah  penanganan  terkait  kebijakan  outsourcing,  kegiatan  ini  dilakukan  oleh 
departemen sumber daya atau manajer sumber daya.
2.1.3.2  Langkah Mengefektifkan Sistem Manajemen Outsourcing
Alternatif  untuk  membangun  sistem  manajemen  outsourcing  pada  beberapa 
tahapan operasional adalah hal yan g san gat menarik untuk dijadikan penetapan solusi 
atau  strategi  implementasi  dalam  perusahaan.  Menurut  Suryani  (2013)  agar  dapat 
mengefektifkan  dan  memberikan  sinergi  sistem  outsourcing,  terdapat  beberapa 
tahapan yang harus menjadi perhatian bagi perusahaan yaitu: 
1.  Pemetaan Proses 
Perusahaan  sebaiknya  menjalankan  p emetaan  proses  terlebih  dahulu  untuk 
melakukan  pemisahan  antara  core  process  dan  support  process.  Harus 
dilakukan  suatu  identifikasi  nilai  produk  terpenting  bagi  perusahaan.  Nilai 
produk  terpenting  inilah  nanti  yang  dapat  teridentifikasi  kaitannya  dengan 
  
15 
aspek  core  process  dan  support  process.  Penetapan  fungsi  outsource 
sebaiknya  dihindari  pada  elemen  core  process,  terkecuali  adanya  jaminan 
kompetensi dari pemasok outsource tersebut. 
2.  Proses Seleksi dan Evaluasi Fungsi Outsource 
Parikan  pemasok  tenaga  kerja  outsource  adalah  perusahaan  resmi  dan 
memiliki  sistem  manajemen  yang  baik,  seperti  berlisensi  ISO  9001  atau 
memiliki  sertifikasi  keahlian  yang  dipersyaratkan.  Tidak  ada  salahn ya  bagi 
perusahaan  untuk  mengemb angkan  fungsi  audit  dalam  memastikan 
manajemen  perund angan  sumber  daya  manusia  dijalankan  sesuai  dengan 
standar  persyaratan  yan g  ditetapkan.  Perusahaan  pemasok  juga  dipastikan 
memberikan  pelatihan  yang  sesuai  sehingga  aspek  fungsi  personel  dalam 
sistem outsourcing sesuai dengan sistem outsourcing yang dipersyaratkan. 
3.  Proses Penilaian Fungsi Outsource. 
Pastikan  bahwa  fungsi  outsource  yang  ada  mendapatkan  evaluasi  dan 
penilaian  untuk dapat  memastikan  bah wa  performa  kualitas p ekerjaan  sesuai 
dengan standar persyaratan serta  tar get kerja  sesu ai  dengan budget  yang telah 
ditetapkan. 
2.1.3.3  Manfaat PelatihanPada Manajemen Outsourcing
Adapun  manfaat  pelatihan  pada  manajemen  outsourcing  menurut  Harto no 
(2014): 
1.  Memahami  kelebihan  dan  kekurangan  menggunakan  tenaga  outsourcing 
baik dari segi aturan maupun hukum. 
2.  Dapat menciptakan proses outsourcing yang etis dan legal. 
3.  Mengetahui bentuk hubungan kerja dengan pihak ketiga. 
2.1.4  Restrukturisasi Kerja 
2.1.4.1  Pengertian Restrukturisasi Kerja
Defenisi  restrukturisasi  kerja  menurut  David  (2011:  315)  ialah  mengurangi 
ukuran perusahaan  yang  berkaitan  den gan jumlah karyawan,  jumlah  divisi  atau  unit, 
jumlah  tingkatan  hierarki,  didalam  struktur  organisasi  perusahaan  yan g  bertujuan 
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. 
Lalu  menurut Cummings dan  Worley (2011: 315) restrukturisasi  kerja adalah 
kegiatan  untuk  mengurangi  konflik  antar  para  manajer  dan  pemegang  saham  yang 
  
16 
dilakukan  dengan  memindahkan  aset  kepihak  lain  yang  bisa  melakukan  tugas  dari 
sebuah unit atau departemen secara efektif guna meningkatk an nilai. 
Sedangkan  menurut  Djohanputro  (2004)  restrukturisasi  kerja  merupakan 
penyusunan  ulan g  komposisi  manajemen,  struktur  organisasi,  pembagian  kerja, 
sistem  operasional,  dan  hal-hal  lain  yang  berkaitan  dengan  masalah  managerial  dan 
organisasi.  Dalam  hal  restrukturisasi  manajemen  atau  organisasi,  perbaikan  kinerja 
dapat  diperoleh  melalui  berbagai  cara,  antara  lain  dengan  pelaksanaan  yang  lebih 
efisien  dan  efektif,  pembagian  wewenang  yan g  lebih  baik  sehingga  keputusan  tidak 
berbelit-belit  dan  kompetensi  staf  yang  lebih  mampu  menjawab  permasalahan  di 
setiap unit kerja. 
Dari  beber apa  definisi  diatas,  defenisi  menurut  Djohanputro  (2004)  yang 
menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian kali ini. 
2.1.4.2  Dimensi Restrukturisasi Kerja
Dimensi  Restrukturisasi  Kerja  menurut  Wayne  dalam  Iksan  et  al  (2013:  15) 
adalah: 
1.  Pengaturan  jadwal  kerja:  Bekerja  sesuai  piket  atau  waktu  yang  telah 
ditentukan. 
2.  Kesempatan  menin gkatkan  keterampilan:  Pengayaan  materi  yang  didapat 
selama  bekerja  dan  memiliki  peluang  dalam  pengembangan  karir  yang 
memadai. 
3.  Ketersediaan  SOP  (Standard  Operating  Procedure),  peraturan,  pen garahan, 
bimbingan  kerja:  Memiliki  desain  dan  sistem-sistem  teknis  yang  lengkap, 
serta adanya aturan baku untuk pedoman pelaksan aan kerja. 
4.  Kesempatan  unjuk  kerja  atau  kemampuan:  Mampu  menunjukkan  apa  yang 
dikuasai untuk menyelesaikan pekerjaan. 
2.1.4.3  Indikator Restrukturisasi Kerja
Indikator  restrukturisasi  kerja  menurut  Wayne  dalam  Iksan  et  al  (2013:  15) 
ialah: 
1.  Jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. 
2.  Pekerjaan memberi  kesempatan  untuk  meningkatkan  keterampilan  yang  saya 
miliki. 
3.  Pengarahan yang jelas untuk melakukan pekerjaan selalu ada. 
  
17 
4.  Pekerjaan  memberikan  kesempatan  untuk  menunjukkan  kemampuan  yang 
saya miliki. 
2.1.4.4  Faktor–Faktor Restrukturisasi
Faktor–faktor restrukturisasi menurut David (2011: 262) ialah: 
1.  Adan ya  resesi  ekonomi  yang  menyebabkan  perusahaan  harus  men yesuaikan 
diri  dengan  pertumbuhan  ekonomi  setempat,  salah  satunya  d engan  cara 
mengurangi jumlah unit atau departemen. 
2.  Adan ya  perusahaan  lain  yang  dirasa  lebih  mampu  men yelesaikan  berbagai 
tugas  sebuah  unit  atau  departemen,  hal  ini  dapat  menimbulkan  efektifitas 
dalam men yelesaikan berbagai tugas yang ada. 
3.  Menata  ulang  pekerjaan,  unit,  atau  departemen  didalam  sebuah  perusahaan 
yang bisa  meningkatkan kualitas,  servis, dan  kecepatan serta  ketepatan dalam 
menyelesaikan tugas inti dari sebuah perusahaan. 
2.1.4.5  Tipe–Tipe Restrukturisasi Kerja
Adapun tipe-tipe dari restrukturisasi kerja menurut Djohanputro (2004)  ialah:  
1.  Penciptaan dan pemusnahan tugas. 
2.  Penugasan dan pemisahan tugas. 
3.  Penugasan dan pemisahan  Internal. 
4.  Realokasi tugas-tugas  yang berlebih. 
5.  Rotasi pekerja. 
6.  Perubahan dalam rangka interaksi dari tugas-tugas perusahaan. 
2.1.4.6  Jenis-Jenis Restrukturisasi Kerja
Menurut  Djohanputro  (2004)  restrukturisasi  kerja  dapat  dikategorikan   ke 
dalam tiga jenis, yaitu: 
a. 
Restrukturisasi Portofolio atau Aset 
Restrukturisasi  portofolio  merupakan  kegiata
penyusunan  portofolio 
perusahaan  supaya  kinerja perusahaan  menja
semakin  baik.  Yang termasuk 
ke  dalam  portofolio  perusahaan  adalah  setia
aset,  lini  bisnis,  divisi,  unit 
  
18 
b.  Restrukturisasi Modal/Keuangan  
Restrukturisasi  keuangan  atau  modal  adalah  penyusunan  ulang  komp osisi 
modal  perusahaan  supaya  kinerja  keuangan  menjadi  lebih  sehat.  Kin erja 
keuangan  dapat  dievaluasi  berdasarkan  laporan  keuangan,  yang  terdiri  dari: 
neraca, rugi/laba, laporan arus kas, dan posisi modal perusahaan. 
c.  Restrukturisasi Manajemen/Organisasi  
Restrukturisasi  manajemen  dan  organisasi,  merupakan  penyusun an  ulang 
komposisi  manajemen,  struktur  organisasi,  pembagian  kerja,  sistem 
operasional,  dan  hal-hal  lain  yang  berkaitan  dengan  masalah  managerial  dan 
organisasi.  Dalam  hal  restrukturisasi  manajemen/organisasi,  perbaikan 
kinerja dapat diperoleh melalui berbagai  cara, antara lain  dengan  pelaksanaan 
yang  lebih  efisien  dan  efektif,  pembagian  wewenang  yang  lebih  baik 
sehingga  k eputusan  tid ak  berbelit-belit  dan  kompetensi  staf  yang  lebih 
mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja. 
2.1.4.7  Tujuan Restrukturisasi Kerja
Menurut  Djohanputro  (2004)  restrukturisasi  perusahaan  bertujuan  untuk 
memperbaiki  dan  memaksimalisasi  kinerja  perusahaan.  Ba
perusahaan  yang  telah 
mendunia,  maksimalisasi  nilai  perusahaan  dicirikan  ole
tingginya  harga  saham 
perusahaan  dan harga tersebut dapat  bertengger pada tingkat ata
Bertahannya harga 
saham  tersebut bukan  permainan pelaku  pasar  atau hasil  goren
menggoreng  saham, 
tetapi  benar-benar  merupakan  cermin  ekspektasi  investoraka
masa  depan 
perusahaan.  Sejalan  dengan  perusahaan  yang  sudah  go  publi
harga  jual  juga 
mencerminkan  ekspektasi  investor  atas  kinerja  masa  depa
perusahaan.  Sedangkan 
bagi  yang  belum  go  public,  maksimalisasi  nilai  perusahaa
dicerminkan  pada  harga 
jual perusahaan tersebut.  
2.1.5  Kesejahteraan Karyawan 
2.1.5.1  Pengertian Kesejahteraan Karyawan
Kesejahteraan  menurut  Dodge  et  al  (2012:  3)  ialah  sesuatu  yang  tidak  bisa 
didefenisikan,  yang  tidak  dapat  dinyatakan  secara  jelas  dan  bahk an  san gat  susah 
untuk diukur. 
  
19 
Pengertian  kesejahteraan  kar yawan  menurut  Hasibuan  (2005:  185)  adalah  
balas  jasa  pelengkap  (material  dan  non  material)  yan g  diberikan  berdasarkan 
kebijaksanaan. Tujuann ya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan 
mental kar yawan, agar produktivitas kerjanya meningkat. 
Sedangkan  pengertian  kesejahter aan  karyawan  menurut  Yoder  dalam 
Hasibuan  (2005:  186)  ialah  kesejahteraan  dapat  dipandang  sebagai  uang  bantuan 
lebih  lanjut  kepada  karyawan.  Terutama  pemb ayaran  kepada  mereka  yang  sakit, 
uang  bantuan  untuk  tabungan  karyawan,  pembagian  berupa  saham,  asuransi, 
perawatan dirumah sakit, dan pensiun. 
Dari  beberapa  defenisi  diatas,  defenisi  menurut  Hasibuan  (2005:185)  yang 
menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian kali ini. 
2.1.5.2  Indikator Kesejahteraan Karyawan
Menurut  Bockerman  et  al  (2012:  5)  terdapat  delapan  indikator  kesejahteraan 
karyawan, yaitu: 
1.  Kepuasan  kerja:  Keadaan  emosional  yang  positif  yang  merupak an  hasil  dari 
evaluasi  pengalaman  kerja  seseorang.  Ketidakpuasan  kerja  muncul  ketika 
harapan seseorang tidak terpenuhi. 
2.  Ketidakpastian:  Ketidak yakinan  atas  kemungkinan  tersedianya  kontrak 
berikutnya. 
3.  Kecelakaan  kerja:  Musibah  yang  terjadi  pada  saat  melakukan  suatu 
pekerjaan. 
4.  Risiko:  Merupakan  suatu  akibat  yan g  kurang  menyenangkan  dari  suatu 
perbuatan,  atau  kemungkinan  kemalangan  yang  bisa  menimpa  selama 
bekerja. 
5.  Tidak ada promosi: Tidak memiliki kemungkinan untuk naik jabatan. 
6.  Tidak ada suara: Tidak memiliki hak untuk berpendapat. 
7.  Diskriminasi: Perlakuan berbeda-beda yang diterima oleh tiap individu. 
8.  Intensitas kerja: Banyaknya  waktu bekerja dalam suatu periode tertentu.  
2.1.5.3Tujuan dan Manfaat Program Kesejahteraan Karyawan
Program  pemberian  kesejahteraan  yang  diberik an  oleh  perusahaan  pada 
karyawan  hendaknya  bermanfaat  baik  untuk  perusahaan  maupun  untuk  karyawan, 
sehingga  dap at  mendorong  tercapainya  tujuan  perusahaan  yan g  efektif.  Program 
  
20 
kesejahteraan  kar yawan  sebaiknya  sesuai  dengan  ketentuan  yang  telah  ditetapkan 
oleh perusahaan dan tidak melanggar peraturan pemerintah. 
Adapun  tujuan  program  kesejahteraan  pada  pegawai  menurut  Hasibuan  (2005:  187) 
adalah : 
1.  Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan. 
2.  Memberikan  ketenangan  dan  pemenuhan  kebutuhan  bagi  pegawai  beserta 
keluarganya. 
3.  Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai. 
4.  Menurunkan tingkat absensi dan turn over karyawan.
5.  Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman. 
6.  Membantu lancarnya pelaksanaan p ekerjaan untuk mencapai tujuan.  
7.  Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan. 
8.  Mengefektifkan pengadaan karyawan. 
9.  Membantu  pelaksanaan  program  pemerintah  dalam  meningkatkan  kualitas 
masyarakat Inonesia. 
10. Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan. 
11. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.  
Kesejahteraan  dapat  dipandan g  sebagai  uang  bantuan  lebih  lanjut  kepada 
karyawan.  Terutama  pembayaran  kepada  mereka  yang  sakit,  uang  bantuan  untuk 
tabungan  karyawan,  pembagian  berupa  saham,  asuransi,  perawatan  dirumah  sakit, 
dan pensiun. 
Dari  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  yan g  termasuk  dalam 
kesejahteraan  karyawan   dapat  dapat  berupa  uang  bantuan  seperti  bantuan  untuk 
perawatan  untuk  k aryawan  yang  sakit  serta  perawatannya,  bantuan  uang  untuk 
tabungan, pembagian saham, asuransi dan pensiun. 
Program kesejahteraan karyawan  adalah  berbagai  tunjangan  dan  peningkatan 
kesejahteraan  yang  pemberiannya  tidak  berdasarkan  pada  kinerja  pegawai  tetapi 
didasarkan  kepada  keanggotaanya  sebagai  bagian  dari  organisasi  serta  pegawai 
sebagai  seorang  manusia  yang  memiliki  banyak  kebutuhan  agar  dapat  menjalankan 
kehidupann ya secara normal dan bekerja lebih baik. 
  
21 
2.1.5.4  Jenis-Jenis Kesejahteraan Karyawan
Jenis-jenis kesejahteraan karyawan menurut Hasibuan (2005: 188) ialah: 
a.  Dari segi ekonomis: 
1.  Uang pensiun. 
2.  Uang makan. 
3.  Uang transportasi. 
4.  Uang hari raya. 
5.  Bonus atau gratifikasi. 
6.  Uang duka kematian. 
7.  Pakaian dinas. 
8.  Uang pengobatan. 
b.  Fasiltas: 
1.  Tempat ibadah. 
2.  Kafetaria. 
3.  Olahraga. 
4.  Kesenian. 
5.  Pendidikan atau seminar. 
6.  Cuti dan cuti hamil. 
7.  Koperasi. 
8.  Izin. 
c.  Pelayanan: 
1.  Puskesmas atau dokter. 
2.  Jemputan karyawan. 
3.  Penitipan bayi. 
4.  Bantuan hukum. 
5.  Penasihat keuangan. 
6.  Asuransi. 
7.  Kredit rumah. 
  
22 
2.1.5.5  Persamaan  dan  Perbedaan  Kompensasi  Langsung  (Gaji  atau  Upah)
dengan Kompensasi Tidak Langsung (Kesejahteraan Karyawan)
Persamaan  dan  perbedaan  kompensasi  langsung  (gaji  atau  upah)  dengan 
kompensasi  tidak  langsung  (Kesejahteraan  Karyawan)  menu rut  Hasibuan  (2005: 
186-187) ialah: 
Persamaannya : 
1.  Gaji  atau  upah  (kompensasi  langsung)  dan  kesejahteraan  kar yawan  adalah 
sama-sama merupakan pendapat bagi kar yawan. 
2.  Pemberian  gaji  atau  upah  dan  kesejahteraan  bertujuan  sama  yakni  untuk 
memenuhi berbagai kebutuhan dan keterkaitan karyawan. 
3.  Gaji atau upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan. 
4.  Pemberian gaji  atau  upah  dan kesejahteraan dibenarkan  oleh  peraturan  legal, 
jadi bisa dimasukan dalam neraca finansial perusahaan tersebut. 
Perbedaannya : 
1.  Gaji  atau  upah  adalah  hak  karyawan  untuk  menerimanya  dan  menjadi 
kewajiban
perusahaan untuk membayarnya. 
2.  Gaji  atau  upah  wajib  dibayar  perusahaan  sedangkan  kesejahteraan  diberikan 
hanya  atas  kebijaksanaan  saja,  jadi  bukan  kewajiban  perusahaan  atau 
sewaktu-waktu dapat ditiadakan. 
3.  Gaji  atau upah  harus  dibayar  dengan finansial (uang  atau  barang),  sedangkan 
kesejahteraan diberikan dengan financial dan nonfinansial (fasilitas). 
4.  Gaji  atau  upah   waktu  dan  besarnya  tertentu,  sedangkan   kesejahteraan  waktu 
dan besarnya tidak tentu. 
Berbagai  hal  diatas  mendorong  manajer  yang  kreatif  memberikan  balas  jasa 
dengan  secara  langsung  atau  tidak  langsung  untuk  tindaka
berjaga–jaga,  jika  suatu 
saat perusahaan mengalami kesulitan. 
2.2  Penelitian Terdahulu
Berikut  merupakan  berbagai  penelitian  terdahulu  mengenai  manajemen 
outsourcing  terhadap  restrukturisasi  kerja    dan  dampaknya  terhadap  kesejahteraan 
karyawan:
1.  Jurnal  pertama  diambil  berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Petri 
Bockerman  dan  Mika  Maliranta  (2012)  yang  dilakukan  di  Finlandia.  Jurnal 
  
23 
ini  berjudul  “Outsourcing,  Occupational  Restructuring,  and  Employe  Well-
being  Is  There  a  Silver  Lining?”  Jurnal  ini  membahas  dampak  manajemen 
outsourcing  dan  restruktrurisasi  kerja  pada  kesejahteraa
karyawan  yang 
melakukan  kegiatan  outsourcing,  terutama  outsourcing  yan
terjadi  pada 
lintas  negara. Outsourcin g telah  menjadi metode utama  ba
para perusahaan 
untuk  merestrukturisasi  mekanisme  dalam  perusahaa
sebagai  upaya  untuk 
mengoptimalkan  proses  produksinya.  Hal  seperti  ini  diras
mampu  untuk 
memicu  revolusi  berikutnya  dalam  dunia  perindustria
Outsourcing  adalah 
bagian  dari  restrukturisasi  kerja  yan g  mamp
meningkatkan  nilai  tambah 
perusahaan.  Dalam  hal  kesejahteraan  karyawan,  kegiata
outsourcing  dirasa 
mampu  meningkatkan  kesejahteraan  karyawan.  Hal  i
disebabkan  oleh 
kemampuan  outsourcing  yang  dapat  memberika
kesempatan  kep ada  para 
pekerjanya  untuk  saling  transfer  ilmu  dan  pengetahua
satu  sama  lain 
sehingga 
bisa  meningkatkan  kemampuan  kerja  tiap-tia
individu  yang  dapat 
meningkatkan  kualitas  pekerjaan  serta  memberika
kepuasan  tersendiri  bagi 
pekerja. 
2.  Jurnal  kedua  diambil  dari  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Paul  Windrum, 
Andreas  Reinstaller  dan  Christoper  Bull  (2009)  yang  dilakukan  di  Jerman. 
Jurnal  ini  berjudul  “The  Outsourcing  Productuvity  Paradox:  Total 
Outsourcing,  Organisational  Innovation,  and  Long  Run  Productivity 
Growth”.  Jurnal  ini  membahas  tentang  dampak  outsourcing  terhadap 
berbagai  inovasi  yan g  terjadi  di  dalam  suatu  perusahaan  serta  kaitannya 
dengan pertumbuhan tingkat produktivitas  perusahaan dalam  jangka panjang. 
Jurnal  ini  membantu  para  manajer  untuk  meningkatk an  produktivitas 
perusahaan  melalui  karyawan  sebagai  sumber  daya  manusianya  dengan 
mengidentifikasi  struktur  arsitektur  organisasi  yang  mengintegrasikan  nilai 
tambah aktivitas dengan administratif rutin. 
3.  Jurnal  ketiga  diambil  berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Carol 
Ginsburg  and  William  Noorlander  (2008 )  di  Amerika  Serikat.  Jurnal  ini 
berjudul  “Investigating  Outsourcing  and  Offsourcing  Research”.  Jurnal  ini 
membahas seb erapa  besar  pengaruh  outsourcing  dan  offshoring  (outsourcing 
secara  internasional  /  lintas  negara)  terhadap  alur  kerja  yang  maksimal, 
  
24 
operasional yang  efisien, dan  biaya  yang optimal.  Temuan di dalam  jurnal ini 
menunjukkan  bahwa  pentingnya  untuk  selalu  meninjau  kegiatan  outsourcing 
bagi  para  perusahaan  yang  menerapkan  sistem  ini  guna  mencapai  tujuan 
utamanya  mengapa  suatu  perusahaan  memutusk an  untuk  menerapkan 
sistem 
outsourcing, yaitu  untuk  mencapai  efisiensi biaya  dalam  proses produksinya. 
Selain  itu,  kualitas  dan  kinerja  pekerja  juga  patut  untuk  selalu  dimonitor 
secara  berkala  agar kualitas penyelesaian  kerja  yang  diharapkan  tidak berada 
di bawah standar yang telah ditetapkan. 
4.  Jurnal  keempat  diambil  berdasarkan  pen elitian  yang  dilakukan  oleh  Kathr yn 
M.  Page,  Dianne  A.  dan    Vella-Brodrick  (2009)  di  Australia.  Jurnal  ini 
berjudul  “  The  ‘ What’,  ‘Why’ 
and  ‘How’  of  Employee  Well-Being:  A  New 
Model  “.  Jurnal  ini  membahas  tentang  seluk-beluk  kesejahteraan  karyawan. 
Apa  itu,  kenapa  dan  bagaimana  kesejahteraan  bagi  para  karyawan 
digambarkan  melalui  berbagai  dimensi  yang  merepresentasikan  berbagai 
bentuk kesejahteraan kar yawan yan g  dapat diterima  dalam pekerjaannya  baik 
dari  segi  materi  maupun  non-materi,  seperti  kesejahteraan  subjek, 
kesejahteraan kerja, serta kesejahteraan psikologis. 
5.  Jurnal  kelima  diambil  berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Suzan
Lewis  (2010)   di  In ggris.  Jurnal  ini  berjudul  “Restructuring  w orkplace 
cultures:  the  ultimate  work-family  challenge  “.  Jurnal  ini  membahas 
bagaimana  menilai  kebijakan  dan  praktek  kehidupan  kerja  memiliki  potensi 
untuk  meningkatkan  peluang  bagi  perempuan  di  tempat  kerja  (dan 
kesempatan  bagi  pria  untuk  lebih  terlibat  dalam  kehidupan  keluarga),  tapi 
sering  dirusak  oleh  bud aya  kerja.  Jurnal  ini  juga  menyajikan  sebuah  studi 
kasus  dari  suatu  organisasi  yang  menangani  masalah  budaya  kerja  dalam 
kaitannya dengan kebijakan kehidupan kerja dan kesetaraan gend er. 
  
25
2.3  Kerangka Pemikiran
 
Manajemen 
Kesejahteraan 
Karyawan (Z) 
Outsourcing (X)
Restrukturisasi Kerja (Y)  
  
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4  Rancangan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara  yang  harus diuji  kebenarannya.  Oleh 
karena  itu,  hipotesis  sangat diperluk an  dalam  mengerjakan  penelitian  ini yang dapat 
berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. 
H0: Tidak ada pengaruh atau hubungan antar variabel 
H1: Ada pengaruh atau hubungan antar variabel 
Pada penelitian ini, maka hipotesis sementara yang dap at disimpulkan yaitu: 
Tujuan  1:  Untuk  mengetahui  pengaruh  manajemen  outsourcing  terhadap 
restrukturisasi kerja. 
H0  =  Manajemen  outsourcing  tidak  memiliki  pengaruh   terhadap 
restrukturisasi kerja 
H1  =  Manajemen  outsourcing  memiliki  pengaruh  terhadap  restrukturisasi 
kerja 
Tujuan  2:  Untuk  mengetahui  pengaruh  restrukturisasi  kerja  terhadap 
kesejahteraan karyawan. 
H0  =  Restrukturisasi  kerja  tidak  memiliki  pengaruh  terhadap  kesejahteraan 
karyawan 
H1  =  Restrukturisasi  kerja  memiliki  pengaruh  terhadap 
kesejahteraan 
karyawan 
Tujuan  3:  Untuk  mengetahui  pengaruh  manajemen  outsourcing  terhadap 
restrukturisasi kerja dan dampaknya terhadap kesejahteraan karyawan. 
H0  =  Manajemen  outsourcing  tidak  memiliki  pengaruh   terhadap 
restrukturisasi kerja dan dampaknya terh adap kesejahteraan karyawan 
H1  =  Manajemen  outsourcing  memiliki  pengaruh  terhadap  restrukturisasi 
kerja dan d ampaknya terhadap kesejahteraan karyawan. 
  
26