BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Kajian Teori  
2.1.1   Consumer B ehavior
Pengertian    Consumer  Behavior  adalah  studi  dari  individu,  kelompok,  atau    organisasi 
dan  proses  yang  mereka  gunak an  untuk  memilih,  mengamankan,  m
ggunakan,  menempatk an 
produk,  pelayanan,  pengalaman,  atau  ide  untuk    memuaskan  kemau
dan  dampak  dari  proses 
ini  kepada  konsumen  dan  masyarak at  (Hawkins  et  al.,  2007:
Ruang  lingkup  Consumer 
Behavior mencakup  banyak  hal  karena Consumer  Behavior adalah  sebu
studi dari  proses  yang 
berkembang  k etika  individu  atau  sekelompok  orang  memil
menggunakan,  atau  membu ang 
sebuah  produk,  pelayanan,  ide,  atau  pengalaman  untuk  memuask
kebutuhan  dan  keinginan 
(Solomon,  2007:7).  Sehingga  C onsumer  Behavior  bisa  disimpulk
sebagai  studi  mengenai 
pribadi  seseorang  atau  kelompok  dalam  menentukan  hak  mere
dalam  memilih,  membeli, 
menggunakan,  dan  men gganti  suatu  produk  atau  layanan  a
tercapainya  apa  yang  mereka 
inginkan dari suatu produk atau layanan tersebut.  
2.1.2   Merek (Brand)
Merek  adalah  nama,  istilah,  tanda,  symbol,  r ancangan,  atau  kombinasi  hal-hal  tersebut 
untuk  mengidentifikasi  barang  atau  jasa  seseorang  atau  sekelompok  penjual  dan  untuk 
membedakannya  dari  produk  pesaing  dan  merek  merupakan  nilai  tangible  dan  intangible  yang 
terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark)  yang mampu menciptakan nilai  dan pengaruh 
tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat. (Durianto, Sugiarto & Budiman, 2004:2). 
Menurut  Ellena  Delgado  Ballester  (2005  dalam  Fatih  Geçti1  &  Hayrettin  Zengin  2013), 
Brand  Trust  (kepercayaan  merek)  adalah  perasaan  aman  yang  dimiliki  konsumen  akibat  dari 
interaksinya  dengan  sebuah  merek,  yang  berdasarkan  persepsi  bahwa  merek  tersebut  dapat 
diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan dan keselamatan dari konsumen. 
Menurut  Hermawan  Kertajaya  (2004:11),  Marketing  Icon  of  Indo nesia,  merek 
merupakan  indikator value  yang ditawarkan  kepada pelanggan  dengan  memperkuat lo yalitasnya.
American  Marketing  Association    mendefenisikan  merek  sebagai  nama,istilah,  tanda,  simbol, 
atau  desain  kombinasi  semuanya,  yang  dimaksudkan  untuk  mendefenisikan  baran g  atau  jasa
  
seseorang  atau  sekelompok  penjual  dan  untuk  membedakann ya  dari  barang  atau  jasa  pesaing. 
(Kotler,2005:82). 
Menurut para ahli, definisi brand (merek) adalah:  
1)   Brand  atau  merek  adalah  janji  penjual  untuk  menyampaikan  kumpulan  sifat,  manfaat,  dan 
jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli (Ko tler, Armstrong,2005:82).  
2)   Brand adalah ide,  kata, desain  grafis dan suara/bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa, 
dan perusah aan yang memproduksi produk dan jasa tersebut (Janita, 2005:15).  
3)   American  Marketing  Association  dalam  Arif  R ahman  (2010:179)  mendefinisikan  merek 
sebagai  nama,  istilah,  tanda,  simbol,  atau  desain,  atau  kombinasi  semuan ya,  yang 
dimaksudkan  untuk  mengidentifikasi  barang  atau  jasa  seseorang  atau  sek elompok  penjual 
dan  untuk  membedakannya  dari  barang  atau  jasa  pesaing.  Merek  menjadi  tanda  pengenal 
yang sangat penting bagi penjual atau pembu at. 
Brand adalah identitas tambahan  dari  suatu  produk yang tak hanya membedakann ya dari
produk  pesaing,  namun  merupakan  janji  produsen  atau  kontrak  kepercayaan  dari  produsen 
kepada  konsumen  dengan  menjamin  konsistensi  bahwa  sebuah  produk  akan  selalu  dapat 
menyampaikan nilai yang dihar apkan konsumen  dari sebuah produk.   
Merek dap at memiliki enam level pengertian (Kotler, 2005:460):  
1.  Atribut. Atribut berarti bahwa merek mengingatkan pada  atibut-atribut tertentu  
2.  Manfaat. Manfaat  berarti bahwa atribut  perlu  diterjemahkan  menjadi manfaat  fungsional 
dan emosional  
3.  Nilai. Nilai berarti bah wa merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.  
4.  Budaya.  Budaya berarti bahwa mer ek juga mewakili budaya tertentu.  
5.  Kepribadian. Kepribadian berarti bahwa merek juga mencerminkan kepribadian  tertentu.   
6.  Pemakai.  Pemakai  berarti  bahwa  merek  menunjukkan  jenis  konsumen  yang    membeli 
atau menggunakan merek tersebut.  
2.1.2.1 Manfaat Merek 
Merek  dapat bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen, maupun  publik  (Simamora 
dalam Tjiptono 2005:62), sebagai berikut:  
  
Bagi pembeli, manfaat merek adalah:  
1.  Sesuatu kepada pembeli tentang mutu  
2.  Membantu  perhatian  pembeli  terhadap  produk-produk  baru  yang  bermanfaat  bagi  
mereka  
Bagi penjual, man faat merek adalah:  
1.  Memudahkan penjual mengolah p esanan dan menelusuri masalah-masalah  yang  timbul.  
2.  Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk 
3.  Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yan g setia dan  men gu ntungkan.  
4.   Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.  
Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal:   
1.  Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.  
2.   Meningkatkan  efisiensi  pembeli  karena  merek  dapat  men yediakan  informasi    tentang 
produk dan dimana membelinya.  
3.  Meningkatnya  inovasi-
inovasi  produk  baru,  karena  produsen  terdorong  untuk  
menciptakan keunikan-keunikan baru  gun a mencegah peniruan oleh pesaing.   
Menurut  Temporal  dan  Lee  2002  (dalam  Fatih  Geçti  &  Hayrettin  Zengin  2013),  alasan 
merek merup akan hal yang penting bagi konsumen adalah dikarenakan:  
1.  Merek memberikan pilihan  
Manusia  menyen angi pilihan dan  merek memberi mereka kebebasan  untuk   memilih. Sejalan 
dengan  semakin  terbagi-baginya  pasar,  perusahaan  melihat    pentingnya  memberi  pilihan 
yang  berbeda  kepada  segmen  konsumen  yang  berbeda.  Merek  d apat  memberikan  pilihan, 
memungkinkan konsumen untuk membedakan berbagai macam tawaran perusahaan.  
2.  Merek memudahk an keputusan 
Merek  membuat  keputusan  untuk  membeli  menjadi  lebih  mudah.  Konsumen  mungkin  tidak 
tahu  banyak   mengenai  suatu  produk  yang  membuatnya  tertarik,  tetapi  merek  dapat 
membuatnya  lebih  mudah  untuk  memilih.  Merek  yan g  terkenal  lebih  menarik  banyak 
perhatian dibanding yang tidak, umumnya karena merek tersebut dikenal dan bisa dipercaya.  
3.  Merek memberi jaminan kualitas    
Para  konsumen  akan  memilih  produk dan  jasa  yang  berkualitas  dimana  pun  dan    kapan  pun 
mereka  mampu.  Sekali  mereka  mencoba  suatu  merek,  secara  otomatis  mereka  akan 
  
menyamakan  pengalaman  ini  dengan  tingkat  kualitas  tertentu.    Pengalaman  yang 
menyenangkan  akan menghasilkan ingatan yan g b aik terhadap  merek tersebut.  
4.  Merek memberikan pen cegahan resiko   
Sebagian  besar  konsumen  menolak  resiko.  Mereka  tidak  akan  membeli  suatu  produk,  jika 
ragu  terhadap  hasilnya.  Pengalaman  terhadap  suatu  merek,  jika  positif,  memberi  keyakinan 
serta  kenyamanan  untuk  membeli  sekalipun  mahal.    Merek  membangun  keper cayaan,  dan 
merek yang besar b enar-benar dapat dipercaya.   
5.  Merek memberikan alat  untuk mengeksp resikan diri  
Merek  menghasilkan  kesempatan  pada  konsumen  untuk  mengekspresikan  diri  dalam 
berbagai  cara.  Mer ek dapat  membantu konsumen untuk mengekspresikan   kebutuhan sosial-
psikologi. 
2.1.2.2 Cara Membangun Merek
1.  Memiliki positioning yang tepat  
Merek  dapat  di-positioning-kan  dengan  berbagai  cara,  misalnya  dengan   menempatkan 
posisinya  secara  spesifik  di  benak  pelanggan.  Membantu  Positioning  adalah 
menempatkan  semua  aspek  dari  brand  value  (termasuk  manfaat  fun gsional)  secara 
konsisten sehingga selalu jadi nomor satu di benak pelanggan. 
2.  Memiliki brand-value yang tepat 
Semakin  tepat  merek  di-positioning-kan  di  benak  pelanggan,  merek   tersebut  akan 
semakin  kompetitif.  Untuk  mengelola  hal  tersebut  kita  perlu  mengetahui  brand  value. 
Brand  Value  membentuk  brand  personality.  Brand  personality  lebih  cepat  berubah 
dibandingkan  brand  positioning,  karena  brand  personality  mencerminkan  gejolak 
perubahan selera konsumen. 
3.  Memiliki konsep yang tepat 
Tahap  akhir  untuk  mengkomunikasikan  brand  value  dan  positioning  yang  tepat  kepada 
konsumen  harus  didukung  oleh  konsep  yan g  tepat.  Pengembangan  kon sep  merupakan 
proses  kreatif,  karena  berbeda  dari  positoning,  konsep  dapat  terus  menerus  berub ah 
sesuai  dengan  daur  hiduo  produk  yang  bersan gk utan.  Konsep  yang  baik  adalah  dapat 
mengkomuniksiakan  semua  elemen-elemen  brand  value  dan  positoning  yang  tepat, 
sehingga  brand image dapat terus-menerus diingkatkan. 
  
2.1.3  Brand Trust
Menurut  Murthy  (dalam Kertajaya, 2009:11)  dari  sudut pandang   perusahaan, brand trust 
adalah  merek  yang  berhasil  menciptakan  brand  experience  yang berkesan  dalam  diri  konsumen 
yang  berkelanjutan  dalam    jangka  panjang,  berdasarkan  integritas,  kejujuran  dan  kesantunan 
brand    tersebut. Menurut  Guviez  &  Korchia (dalam Ferinnadewi,  2008:14 8) dari  sudut pandang 
konsumen,  brand  trust  merupakan  variabel  psikologis  yang    mencerminkan  sejumlah  asumsi 
awal  yang  melibatkan  kredibilitas,  integritas,  dan  benevolence,  yang  dilekatkan  pada  merek 
tertentu.   
Brand  trust  akan  mempengaruhi  customer  satisfaction  dan  customer  loyalty.
Mempertimbangkan  hal  tersebut,  brand  trust  memiliki  peran  yang  penting  bagi  produk.  Sesuai 
dengan  pendapat  Delgado  (dalam  Ferinnadewi,  2008:150)  brand  trust  adalah  harapan  akan 
kehandalan   dan  intensi  baik  merek.  B erdasarkan  defenisi  ini  brand  trust  merefleksikan  dua 
komponen  penting,  yang  pertama  yakni,  keyakinan  konsumen  bahwa  produk  tersebut  mampu 
memenuhi  nilai  yang  dijanjikan    atau  dengan  kata  lain  persepsi  bahwa  merek  tersebut  mampu 
memenuhi harapan konsumen  dengan terpenuhinya janji merek yang  pada akhirnya menciptakan 
customer  satisfaction,  yang  kedua,  keyakinan  konsumen  bahwa  merek  tersebut  mampu 
mengutamakan  kepentingan  konsumen  ketika  masalah  dalam  konsumsi  produk  muncul  secara 
tidak terduga. 
Brand trust bersandar pada penilaian konsumen yang subjektif  didasarkan pada
beberapa persepsi yaitu:  
1.  Persepsi konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk/merek  
2.   Persepsi  konsumen  akan  reputasi  merek,  persepsi  konsumen  akan  kesamaan 
kepentingan  dirinya  dengan  penjual  dan  persepsi  mereka  pad a  sejauh  mana 
konsumen dapat men gendalikan penjual.  
3.  Persepsi Walzuch,  Teltzrow et.al (dalam Ferinnadewi,  2008:149). Hasil penelitian ini 
menjelaskan  bahwa  pengaruh  faktor  pengetahuan,    faktor  p
galaman,  dan  faktor 
persepsi akan menentukan kepercayaan  konsumen.  
  
2.1.3.1  Pengukuran Brand Trust
  Menurut  Delgado  (dalam  Ferinnadewi,  2008:150) 
kepercayaan  merek  adalah  harapan 
akan kehandalan  dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 h al  yakni 
brand reliability dan  brand intensions.
1.  Brand reliability atau  kehandalan merek  yang  bersumber pada  keyakinan 
konsumen  bahwa 
produk  tersebut  mampu  memenuhi  nilai  yang  dijanjikan  atau  dengan  kata  lain  persepsi 
bahwa  merek  tersebut  mampu  memenuhi  kebutuhan  dan  memberikan  kepuasan.  Brand 
reliability merupakan hal yang esensial bagi ter ciptanya kepercayaan terhad ap merek karena 
kemampuan  merek  memenuhi  nilai  yang  dijanjikannya  akan  membuat  konsumen  menaruh 
rasa yakin akan  mendapatkan apa yang dibutuhkan  dlam hal  ini  kebutuhan  untuk keluar dari 
perasaan terancamn ya. 
2.  Brand  Intension  didasarkan  pada  keyakinan  konsumen  bahwa  merek  tersebut  mampu 
mengutamakan  kepentin gan  konsumen  ketika  masalah  dalam  konsumsi  produk  muncul 
secara  tidak  terduga.  Kedua  komponen  kepercayaan  merek  bersandar  pada  penilaian 
konsumen  yang subjektif atau  didasarkan  pada  persepsi  masing-masing  konsumen  terhadap 
manfaat yang dapat diberikan produk/merek. 
  Kesimpulannya  penulis menggunakan  pengukuran Kepercayaan merek  menurut Delgado 
(dalam  Ferinnadewi,  2008:150)  untuk  mengukur  subvariabel  pada  brand  trust  yaitu  dengan 
brand  reliability  dan  brand  intention  untuk  mengukur  kepercayaan  terhadap  merek  dan 
keyakinan  konsumen  b ahwa  merek 
tersebut  mengutamakan  kepentingan  ketika  masalah  dalam 
konsumsi produk.
2.1.3.2  Faktor- Faktor yang mempengaruhi Brand Trust
  Menurut  Lau  dan  Lee  2000  (dalam  Fatih  Geçti  &  Hayrettin  Zengin  2013)  terdapat  tiga 
faktor  yang  mempengaru hi  kepercayaan  terhadap  merek.  Ketiga  faktor  ini  berhubungan  dengan 
tiga  entitas  yang  tercakup  dalam  hubungan  antara  merek  dan  konsumen.  Adapun  ketiga  faktor 
tersebut  adalah  merek  itu  sendiri,  perusahaan 
membuat  merek,  dan  konsumen.  Selanjutnya  Lau 
dan  Lee  memproporsisikan  bahwa  kepercayaan  terhadap  merek  akan  menimbulkan  loyalitas 
merek.  Hubungan  ketiga  faktor  tersebut  dengan  kepercayaan  merek  d apat  dijelaskan  sebagai 
berikut : 
  
1.  Brand  characteristics mempun yai  perasn  yang  sangat  penting dalam menentukan 
pengambilan  keputusan  konsumen  untuk  mempercayai  suatu  merek.  Hal  ini disebabkan 
oleh  konsumen  melakukan  penilaian  sebelum  membeli.  Karakteristik  merek  yang 
berkait  dengan  kepercayaan  merek  memliputi  dapat  diramalkan,  mempu nyai  reputasi, 
dan kompeten. 
2.  Company characteristics yang ada dibalik suatu  merek juga d apat mempengaruhi 
tingkat kepercayaan konsumen terhadap  merek tersebut. Pengetahuan konsumen  tentang 
perusahaan  yang  ada  dibalik  merek  suatu  produk.  Karakteristik  ini  meliputi  reputasi 
suatu  perusahaan,  motivasi  perusahaan  yang  diinginkan,  dan  integritas  suuatu 
perusahaan.  
3.  Consumer  –  Brand  Characteristic  merupakan  dua  kelompok  yan g  saling 
mempengaruhi.  Oleh  sebab  itu  karakteristik  konsumen  –  merek  dapat  mempengaruhi 
kepercayaan  terhadap  merek.  Karakteristik  ini  meliputi  kemiripan  antara  konsep 
emosional  dengan  kepribadian  merek,   kesukaan  terhadap  merek,  dan  pen galaman 
terhadap merek. 
2.1.3.3 Indikator Brand Trust
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut : 
1.  I trust this brand   Kepercayaan terhadap merek  
a.   Merek sudah diakui oleh banyak orang 
b.  Merek sudah dikenal oleh banyak orang 
2.  This brand is safe   Keamanan suatu merek 
a.  Merek tidak mudah ditiru 
b.  Merek dilindungi oleh undang-undang
3.  This is an honest brand   Kejujuran suatu merek 
a.  Kualitas produk 
b.  Keamanan produk  
2.1.4   Brand Affect
Penelitian  Holbrook  dan  Hirscham  2001  (dalam  Holbrook  dan  Hirscham  2013) 
menunjukkan  bahwa  pada  perilaku  konsumen ,  aspek  emosi,  kenikmatan  dan  kesenengan 
  
merupakan  aspek  yang  mendukung  konsumen  dalam  mengambil  keputusan  memilih  suatu 
merek.  Terkait  dengan  h al  ini  (Babin,  BJ,  Darden,  W.R  dan  Griffin,  200 4:42)  membandingkan 
antara  potensi nilai kesenangan,  kenikmatan dengan  nilai  manfaat  saat  konsumen  memilih  suatu 
merek,  yaitu  merek  yang  dipilih  hanya  berdasarkan  peningkatan  kepuasan  pribadi  atau  untuk 
pemenuhan  kebutuhan  sehari-hari.  (Aaker  dalam  Kotler  dan  Keller  2007:339)  menyatakan 
bahwa  brand  affect  is  trateted  as  a global  evaluative  concept”. Brand  affect  merupakan  konsep 
penilaian secara global. 
Merek  mempengaruhi  menggambarkan  hubungan  antara  konsumen  dan  merek  dalam 
kategori  tertentu  dan  dapat  dianggap  sebagai  evaluasi  umum  dari  konsumen  untuk  merek 
(Matzler  et  al.,2006).  Merek  mempengaruhi  dap at  didefinisikan  sebagai  potensi  merek  untuk 
mendatangkan  emotional  respon  positif  konsumen  rata-rata  sebagai  akibat  dari  penggunaann ya 
(Chaudhuri & Holbrook , 2001  dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin 2013). Hal ini menyatakan 
bahwa  di 
bawah  kondisi  ketika  merek  mempengaruhi  jauh,  loyalitas  merek  juga  harus  lebih 
tinggi  (Dick  &  Basu,  1994 dalam  Fatih  Geçti  &  Hayrettin  Zengin 2013 ). Mengingat  penciptaan 
hubungan  merek  dan  keberlanjutann ya,  dinyatakan  bah wa  merek  mempengaruhi  harus 
dipertimbangkan  sebagai  anteseden  penting  dari  loyalitas  merek  (Matzler  et  al.,  2006).  Ketika 
literatur  yang  relevan  ditinjau  ;  dapat  dilihat  bahwa  ada  beberapa  penelitian  mengungkapk an 
hubungan  antara 
merek  dan  mempengaruhi  loyalitas  merek.  Studi  ini  membahas  bahwa  merek 
mempengaruhi  memiliki  dampak  berarti  p ada  sikap  dan  perilaku  lo yalitas  merek  (Taylor  et  al  , 
2004; Matzler et al , 2008; . Jahangir et al , 2009). 
2.1.4.1  Penilaian Brand Affect
Konsumen  pada  umumnya  sulit  membedakan  antara  daya  tarik  dengan  penerimaan 
informasi  produk  pada  saat  mengadakan  penilaian  merek,  Daniel  Enpark  (2002).  Ditegask an 
penilaian brand affect dibagi menjadi 2 kriteria.  
1.  Nilai hedonik (Nilai yang berdasarkan emosi,kepuasan dan kenikmatan)  
Yaitu  harapan  konsumen  untuk  merasakan  adanya  kepuasan   kenikmatan  pada  saat 
menggunakan  produk  dengan  pilihan  merek  tertentu.  Konsumen  yan g  memberikan 
keputusannya  berdasarkan  kriteria  hedonic  relatif  lebih  dapat  dipercaya  karena  nilai  yang 
langsung dialami oleh konsumen. 
2.  Nilai utilitarian (Nilai yang berdasarkan asas man faat)  
  
kriteria  utilitarian  men ekankan  kemampuan  merek  yang  ses
dengan  fungsi  kehidupan 
konsumen  sehari-hari.  Yan g  mempunyai  konsep  berdasarkan  crite
utilitarian  tidak 
mengaitkan  pengalaman  informasi  yang  telah  diterima  sebelumn
sebagai  dasar 
keputusannya. 
2.1.4.2 Indikator Brand Affect
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut : 
1.  This brand gives me pleasure   Merek memberi kepuasan 
a.   Membuat banyak pilihan produk 
b.  Membuat banyak pilihan harga 
2.  This brand makes me happy   Merek membuat kepuasan 
a.  Model sesuai dengan keinginan p elan ggan 
b.  Produk sesuai dengan harga  yang diberikan 
3.  I feel good when I use this brand   Merasa puas saat memakai merek 
a.  Merasa nyaman saat memakai produk 
b.  Merasa percaya diri saat memakai produk 
2.1.5  Brand Loyalty
Menurut  Aaker  (dalam  Kotler  dan  Keller  2007:347)  membahas  peran  penting  dari 
loyalitas merek dalam  proses  ekuitas merek yan g  menghasilkan  beberapa keuntungan  pemasaran 
seperti  biaya  ku rang  pemasaran,  lebih  basis  pelanggan  baru,  dan  leverage  perdagangan  yang 
lebih  besar.  Keberhasilan  organisasi  tergantun g  pada  kemampuann ya  untuk  menarik  dan 
membuat  pelanggan  lo yal.  Hal  ini  untuk  menciptakan  organisasi  untuk  memiliki  kemampuan 
untuk  menjaga  pelanggan  saat  ini  dan  membuat  mereka  loyal  kepada  merek  untuk  jangka 
panjang.  Para  pelan ggan  mungkin  memiliki  gelar  yan g  berbeda  dari  loyalitas  merek 
(Kandampully  &  Suhartanto,  2000).  Loyalitas  berarti  pelan ggan  membeli  produk  atau  jasa 
berulang  kali.  Lo yalitas  merek  adalah  komitmen  dan  sikap  positif  untuk  membeli  merek  yang 
sama dengan cara tahan lama dalam situasi pembelian masa depan mereka (Y. Liu , 2007) . 
Jacoby  dan  Chestnut  (1978)  konseptual  didefinisikan  loyalitas  merek  sebagai  respon 
perilaku  bias  diungkapkan  dari  waktu  ke  waktu 
oleh  beberapa  unit  pengambilan  keputusan 
sehubungan  dengan  satu  atau  lebih  merek  dari  satu  set  merek  tersebut,  dan  merupakan  fungsi 
  
psikologis  (pen gambilan  keputusan  mengevaluasi)  proses.  Lo yalitas  merek  dapat  diperkirakan 
dalam  tiga bentuk seperti perilaku  , sikap atau  komposit pendekatan  (Jacob y  &  Chestnut,  1978). 
Loyalitas  Perilaku  telah  dioperasionalkan  sebagai  frekuensi  pembelian  berulang  (eg.Brown, 
1953)  atau  proporsi  pembelian  merek  yang  sama  dari  waktu  ke  waktu  (eg.Cunningham,  1956), 
sedangkan  lo yalitas  merek  sikap  dianggap  sebagai  preferensi  menyatakan,  komitmen  atau  niat 
pembelian  dari  pelanggan  terhadap  produk  atau  jasa. 
Banyak  penelitian  yang  berkaitan  dengan  hasil  dan  anteseden  sikap  konsumen  tentang  merek. 
Namun,  sikap  konsumen  sebagai  hasil  dari  pengalaman  merek  telah  mend apat sedikit perhatian 
dalam  literatur  (Bieden bach  &  Marell,  2009;  O'Cass  &  Grace,  2004).  Dengan  demikian, 
penelitian  ini  mencoba  untuk  mencari  tahu  hubungan  dari  pen galaman  merek  dan  sikap  merek 
terhadap loyalitas merek . 
2.1.6  Attitudinal Loyalty
Literatur  psikologi  berpendapat,  sikap  optimis  memainkan  peran  penting  untuk  percaya 
dan  percaya  seseoran g  (Baier,  1986  dalam  Sivarajah  Rajumesh  2014).  Sikap  Merek  dianggap 
sebagai  sikap  yang  kon sumen  mengungkapkan  menuju  merek  tertentu  yang  mereka  temui 
dengan  (De  Chernatony  &  Riley,  1998  dalam  Sivarajah  Rajumesh  2014).  Peneliti  pemasaran 
dianggap sikap brand sebagai titik kunci karena sangat dianggap bahwa sikap merek berpengaruh 
terhadap  perilaku  pelanggan  (Chaudhuri  &  Holbrook,  2001;  Keller,  2003;  Suh  &  Yi  ,  2006). 
Peneliti  pemasaran  telah  mengambil  sikap  dan  kepercayaan  menjadi  pertimbangan  untuk 
mempelajari  hubungan  companycustomer  (eg.Delgado  -  Ballester  &  Munuera  -  Aleman,  2001; 
Ha  &  Perks,  2005).  Sikap  positif  dari  merek,  yang  menginduksi  keputusan  konsumen  untuk 
membeli  merek  tertentu,  membantu  menciptakan  kepercayaan  pada  merek,  (Chaudhuri  & 
Holbrook , 2001; Morgan &  Hunt, 1994 dalam  Fatih Geçti1 & Hayrettin Zengin 2013).  dia  sikap 
merek  yan g  ada  membantu  pelan ggan  untuk  membuat  keputusan  pembelian  terhadap  produk 
baru  (HÃubl  ,  1996  dalam  Sivarajah  Rajumesh  2014).  Dalam  situasi  yang  tidak 
menentu 
mengenai  sebuah  merek,  konsumen  bergantung  pada  produk  perusahaan  tertentu  yang  mereka 
telah  mengembangkan  sikap  positif  (Hess  &  Story,  2005).   Selain  untuk  mengulang  pembelian, 
pelanggan  harus  memiliki  sikap  yan g  menguntungkan  relatif  kuat  terhad ap  merek  untuk  benar-
benar  setia  kepada  merek  (Day,  1969  dalam  Sivarajah  Rajumesh  2014).  Evaluasi  internal 
seseorang  dari  sebuah  o bjek  seperti  produk  bermerek  menciptakan  sikap  tentang  produk,  yang 
  
sering  stabil  dan  tahan  lama  kecenderungan  untuk  perilaku  (Mitchell  &  Olson,  1981  dalam 
Sivarajah  Rajumesh  2014).  Menurut  literatur  yang  ada,  sikap  adalah  salah  satu  anteseden 
intensions perilaku konsumen (Bearden & Teel, 1983; Hellier, Geursen, &  Rickard, 2003; Oliver 
,  1981  dalam  Sivarajah  Rajumesh  2014).  Sikap  positif  ,  negatif  ,  atau  netral  fitur  mempelajari 
pelanggan  terhadap  suatu merek,  yang  memainkan peran penting  dalam  perilaku konsumen pola 
( Hellier , et al , 2003; . Suh & Yi , 2006) . 
Attitudinal  Loyalty  (Day  1969  dalam  Liezl-Marie  Kruger,et  al  2013),  secara  khusus,
mengkritisi  konseptualisasi  behavioral  tentang  loyalitas,  dan  berpendapat  loyalitas  merek 
dibangun sebagai hasil dari usaha sadar untuk  mengevaluasi merek yan g  berkompetisi.  Beberap a 
yang  lainnya menambahkan  dimensi  sikap  ini  meliputi  preferensi  atau  niat  konsumen  (Jarvis  et 
al 1976; Pritchard 1991 dalam dalam Liezl-Marie Kruger,et al 2013). 
Attitudinal  Loyalty  berfo kus  pada  dasar  kognitif  lo yalitas  dan  isolat  pemb elian  didorong
oleh  sikap  yang  kuat  dari  pembelian  karena  situasional  kendala.  Pelan ggan  Loyal  Attitudinal 
berkomitmen  untuk  merek  atau  perusahaan  dan  mereka  melakukan  pembelian  berulang 
berdasarkan disposisi internal yang kuat (Day, 1961 dalam Liezl-Marie Kruger,et al  2013). Sikap 
loyalitas  juga  dipandang  sebagai  tingkat  lampiran  psikologis  pelanggan  dan  advokasi  sikap 
terhadap  organisasi  (Rauyruen  dan  Miller,  2007).  Oleh  karena  itu,  loyalitas  sikap  meliputi  kata 
positif  dari  mulut  niat,  kemauan  untuk  mereko mendasikan  kepada  orang  lain  dan  mendorong 
orang  lain  untuk menggunakan  produk  dan  jasa  perusahaan  (Zeithaml  et  al.,  1996  dalam  Liezl-
Marie Kruger,et al 2013). 
2.1.6.1  Indikator Attitudinal Loyalty
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut : 
1.  I will not switch to other brand even though there are lots of other brand option   
Konsisten terhadap merek 
a.   Tidak beralih ke merek  yang lain 
b.  Tidak terpengaruh terhadap merek lain  
2.   I am willing to pay more than any other brand to get this particular brand   
Komitmen terhadap merek 
a.  Membayar lebih untuk merek ini 
b.  Selalu membeli trend terbaru merek ini 
  
3.  I will always use this brand   Fanatik terhadap merek 
a.  Mengunggulkan suatu merek dengan merk lain 
b.  Akan selalu membeli merek ini 
2.1.7  Behavioral Loyalty
Loyalitas  perilaku  menganggap  loyalitas  merek  sebagai  perilaku.  Orang  yang  membeli 
merek  tertentu  terus  setia  kepada  merek  ini  (Odin  et  al.,  2001  dalam  Fatih  Geçti1  &  Hayrettin 
Zen gin  2013).  Namun;  pengukuran  perilaku  tidak  cukup  untuk  menjelaskan  bagaiman a  dan 
mengapa loyalitas merek berkemban g  pada konsumen (Dick & Basu, 1994  dalam Fatih Geçti1 & 
Hayrettin  Zengin  2013) dan  mereka  tidak  memungkinkan  penelitian  untuk  mengungkapkan 
apakah  pemb elian  berulang  timbul  dari  alasan  situasional  atau 
penyebab  psikologis  rumit 
berbeda  selain  Habitu  al  tindakan  (Odin  et  al.,  2001  dalam  Fatih  Geçti  &  Hayrettin  Zengin 
2013). Loyalitas perilaku dapat digambarkan sebagai loyalitas pembelian juga. 
Behavioral  Loyalty Definisi  awal  dari  lo yalitas berfokus  hampir secara  keseluruhan pada 
dimensi  behavioral.  Secara  khusus,  loyalitas  diinterpretasikan  sebagai  bentuk  dari  perilaku 
konsumen  (seperti halnya pembelian  berulang) langsung kepada merek  tertentu selama  beberapa 
waktu  (Sheth  1968;  Tucker  1964  dalam  Fatih  Geçti  &  Hayrettin  Zen gin  2013).  Jadi  secara 
keseluruhan  behavioral  loyalty  adalah  suatu  tingkat  loyalitas  konsumen  yang  tercermin  dalam 
perilaku konsumen tersebut terhadap suatu produk.  
2.1.7.1 Indikator Behavioral Loyalty
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut : 
1.  I will buy this brand in the future   loyalitas terhadap merek 
a.   Tidak tertarik dengan merek lain 
b.   Tetap akan membeli merek tersebut di masa akan  dating 
2.  I will fulfill the everlasting purchasing will over this brand   kekekalan terhadap merek 
a.  Tetap akan membeli lebih dari satu produk dari merek ini 
b.  Setiap produk baru yan g  dikeluarkan  oleh merek ini akan selalu dibeli 
3.  I wish to continue purchasing over this brand   berkelanjutan terhadap merek 
a.  Melanjutkan pembelian akan produk merek ini 
b.  Tidak akan berhenti untuk membeli produk merek ini 
  
2.2  Kerangka Pemikiran
Berdasark an  tinjauan  pustaka  maka  kerangka  pemikiran  penelitian  san gat  dibutuhkan 
sebagai  alur  berpikir  sekaligus  sebagai  landasan  untuk  menyusun  hipotesis  penelitian. 
Penyusunan  kerangka  pemikiran  juga  akan  memudahkan  pembaca  untuk  memahami 
permasalah an  utama  yang  dikaji  dalam  penelitian  ini. Secara  lengkap  kerangka  pemikiran  dapat 
dilihat pada gambar berikut 
Brand Trust 
   
Brand Trust
(X1)
  
(X1)
Attitudinal
Behavioral
Attitudinal
Behavioral 
Loyalty (Z)
Loyalty 
Loyalty 
Loyalty (Y)
(Y)
(Z)
Brand Affect 
Brand Affect
(X2)
(X2)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
 
2.3     Hipotesis
Berdasark an  asumsi-asumsi  penelitian  sebagaimana  diuraikan  diatas,  maka  dapat 
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berkut: 
Dasar pengambilan keputusan: 
Sig > 0,05: Ho diterima, Ha ditolak 
Sig < 0,05: Ho ditolak, Ha diterima 
• 
Pengujian secara parsial antara  Brand Trust (X1) dan Attitudinal Lotalty (Y) 
Hipotesis 1 : 
Ho :   Brand  Trust  (X1)  tidak  berkontribusi  secara  parsial  terhadap  Attitudinal  Loyalty
(Y)   
  
Ha :   Brand Trust (X1) berkontribusi secar a parsial terhadap Attitudi
Loyalty (Y)  
• 
Pengujian secara parsial antara Brand Affect (X2) dan Y (Attitudinal Loyalty) 
Hipotesis 2 :   
Ho:   Brand  Affect  (X2)  tidak  berkontribusi  secar a  parsial  dan  signifikan  terhadap
variabel Attitudinal Loyalty (Y)   
Ha :   Brand  Affect  (X2)  berkontribusi  secara  parsial  dan  signifikan  terhadap  variabel
Attitudinal Loyalty (Y) 
• 
Pengujian secara simultan antara  Brand Trust (X1), Brand Affect (X2), 
dan Y (Attitudinal Loyalty) 
Hipotesis 3 :
Ho :   Brand  Trust  (X1)  dan  Brand  Affect  (X2)  tidak  berkontribusi  secara  simultan
terhadap Attitudinal Loyalty (Y)  
Ha :   Brand  Trust  (X1)  dan  Brand  Affect  (X2)  berkontribusi  secara  simultan  terhadap
Attitudinal Loyalty (Y) 
• 
Pengujian secara parsial Brand Trust (X1) dan Behavioral Loyalty (Z) 
Hipotesis 4 : 
Ho:   Brand  Trust  (X1)  tidak  berkontribusi  secara  parsial  dan  signifikan  terhadap
Behavioral Loyalty (Z)  
Ha :   Brand  Trust  (X1)  berkontribusi  secara  parsial  dan  signifikan terhadap  Behavioral
Loyalty (Z) 
• 
Pengujian secara parsial Brand Trust (X2) dan Behavioral Loyalty (Z)  
Hipotesis 5 : 
Ho :   Brand  Affect  (X2)  tidak  berkontribusi  secar a  parsial  dan  signifikan  terhadap
Behavioral Loyalty (Z)  
Ha:   Brand  Affect  (X2) berkontribusi secara  parsial dan signifikan  terhadap  Behavioral
Loyalty (Z) 
• 
Pengujian secara parsial Attitudinal Loyalty (Y) dan Behavioral Loyalty (Z)  
Hipotesis 6 : 
Ho :   Attitudinal  Loyalty  (Y)  tidak  berkontribusi  secara  parsial  dan  signifikan  terhadap
Behavioral Loyalty (Z)  
  
Ha :   Attitudinal  Loyalty  (Y)  berkontribusi  secara  parsial  dan  signifikan  terhadap
Behavioral Loyalty (Z)  
• 
Pengujian  secara  simultan  antara  Brand  Trust  (X1),  Brand  Affect  (X2), 
Attitudinal Loyalty (Y), dan Behavioral Loyalty (Z) 
Hipotesis 7: 
Ho :   Brand  Trust  (X1),  Brand  Affect  (X2)  dan  Attitudinal  Loyalty  (Y)  tidak
berkontribusi secara simultan terhadap v ariabel Behavioral Loyalty ( Z)  
Ha :   Brand  Trust  (X1),  Brand  Affect  (X2)  dan  Attitu dinal  Loyalty  (Y)  berkontribusi
secar a simultan terhadap  variable Behavioral Loyalty (Z)