BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Consumer B ehavior
Pengertian Consumer Behavior adalah studi dari individu, kelompok, atau organisasi
dan proses yang mereka gunak an untuk memilih, mengamankan, m
ggunakan, menempatk an
produk, pelayanan, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kemau
dan dampak dari proses
ini kepada konsumen dan masyarak at (Hawkins et al., 2007:
Ruang lingkup Consumer
Behavior mencakup banyak hal karena Consumer Behavior adalah sebu
studi dari proses yang
berkembang k etika individu atau sekelompok orang memil
menggunakan, atau membu ang
sebuah produk, pelayanan, ide, atau pengalaman untuk memuask
kebutuhan dan keinginan
(Solomon, 2007:7). Sehingga C onsumer Behavior bisa disimpulk
sebagai studi mengenai
pribadi seseorang atau kelompok dalam menentukan hak mere
dalam memilih, membeli,
menggunakan, dan men gganti suatu produk atau layanan a
tercapainya apa yang mereka
inginkan dari suatu produk atau layanan tersebut.
2.1.2 Merek (Brand)
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, r ancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut
untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible yang
terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh
tersendiri dipasar bila dikelola dengan tepat. (Durianto, Sugiarto & Budiman, 2004:2).
Menurut Ellena Delgado Ballester (2005 dalam Fatih Geçti1 & Hayrettin Zengin 2013),
Brand Trust (kepercayaan merek) adalah perasaan aman yang dimiliki konsumen akibat dari
interaksinya dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek tersebut dapat
diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan dan keselamatan dari konsumen.
Menurut Hermawan Kertajaya (2004:11), Marketing Icon of Indo nesia, merek
merupakan indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan dengan memperkuat lo yalitasnya.
American Marketing Association mendefenisikan merek sebagai nama,istilah, tanda, simbol,
atau desain kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mendefenisikan baran g atau jasa
|
seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakann ya dari barang atau jasa pesaing.
(Kotler,2005:82).
Menurut para ahli, definisi brand (merek) adalah:
1) Brand atau merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat, dan
jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli (Ko tler, Armstrong,2005:82).
2) Brand adalah ide, kata, desain grafis dan suara/bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa,
dan perusah aan yang memproduksi produk dan jasa tersebut (Janita, 2005:15).
3) American Marketing Association dalam Arif R ahman (2010:179) mendefinisikan merek
sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuan ya, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sek elompok penjual
dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Merek menjadi tanda pengenal
yang sangat penting bagi penjual atau pembu at.
Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakann ya dari
produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan dari produsen
kepada konsumen dengan menjamin konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat
menyampaikan nilai yang dihar apkan konsumen dari sebuah produk.
Merek dap at memiliki enam level pengertian (Kotler, 2005:460):
1. Atribut. Atribut berarti bahwa merek mengingatkan pada atibut-atribut tertentu
2. Manfaat. Manfaat berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional
dan emosional
3. Nilai. Nilai berarti bah wa merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4. Budaya. Budaya berarti bahwa mer ek juga mewakili budaya tertentu.
5. Kepribadian. Kepribadian berarti bahwa merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
6. Pemakai. Pemakai berarti bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli
atau menggunakan merek tersebut.
2.1.2.1 Manfaat Merek
Merek dapat bermanfaat bagi pelanggan, perantara, produsen, maupun publik (Simamora
dalam Tjiptono 2005:62), sebagai berikut:
|
Bagi pembeli, manfaat merek adalah:
1. Sesuatu kepada pembeli tentang mutu
2. Membantu perhatian pembeli terhadap produk-produk baru yang bermanfaat bagi
mereka
Bagi penjual, man faat merek adalah:
1. Memudahkan penjual mengolah p esanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul.
2. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk
3. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yan g setia dan men gu ntungkan.
4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
Bagi masyarakat, merek bermanfaat dalam hal:
1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih
konsisten.
2. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat men yediakan informasi tentang
produk dan dimana membelinya.
3. Meningkatnya inovasi-
inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk
menciptakan keunikan-keunikan baru gun a mencegah peniruan oleh pesaing.
Menurut Temporal dan Lee 2002 (dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin 2013), alasan
merek merup akan hal yang penting bagi konsumen adalah dikarenakan:
1. Merek memberikan pilihan
Manusia menyen angi pilihan dan merek memberi mereka kebebasan untuk memilih. Sejalan
dengan semakin terbagi-baginya pasar, perusahaan melihat pentingnya memberi pilihan
yang berbeda kepada segmen konsumen yang berbeda. Merek d apat memberikan pilihan,
memungkinkan konsumen untuk membedakan berbagai macam tawaran perusahaan.
2. Merek memudahk an keputusan
Merek membuat keputusan untuk membeli menjadi lebih mudah. Konsumen mungkin tidak
tahu banyak mengenai suatu produk yang membuatnya tertarik, tetapi merek dapat
membuatnya lebih mudah untuk memilih. Merek yan g terkenal lebih menarik banyak
perhatian dibanding yang tidak, umumnya karena merek tersebut dikenal dan bisa dipercaya.
3. Merek memberi jaminan kualitas
Para konsumen akan memilih produk dan jasa yang berkualitas dimana pun dan kapan pun
mereka mampu. Sekali mereka mencoba suatu merek, secara otomatis mereka akan
|
menyamakan pengalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu. Pengalaman yang
menyenangkan akan menghasilkan ingatan yan g b aik terhadap merek tersebut.
4. Merek memberikan pen cegahan resiko
Sebagian besar konsumen menolak resiko. Mereka tidak akan membeli suatu produk, jika
ragu terhadap hasilnya. Pengalaman terhadap suatu merek, jika positif, memberi keyakinan
serta kenyamanan untuk membeli sekalipun mahal. Merek membangun keper cayaan, dan
merek yang besar b enar-benar dapat dipercaya.
5. Merek memberikan alat untuk mengeksp resikan diri
Merek menghasilkan kesempatan pada konsumen untuk mengekspresikan diri dalam
berbagai cara. Mer ek dapat membantu konsumen untuk mengekspresikan kebutuhan sosial-
psikologi.
2.1.2.2 Cara Membangun Merek
1. Memiliki positioning yang tepat
Merek dapat di-positioning-kan dengan berbagai cara, misalnya dengan menempatkan
posisinya secara spesifik di benak pelanggan. Membantu Positioning adalah
menempatkan semua aspek dari brand value (termasuk manfaat fun gsional) secara
konsisten sehingga selalu jadi nomor satu di benak pelanggan.
2. Memiliki brand-value yang tepat
Semakin tepat merek di-positioning-kan di benak pelanggan, merek tersebut akan
semakin kompetitif. Untuk mengelola hal tersebut kita perlu mengetahui brand value.
Brand Value membentuk brand personality. Brand personality lebih cepat berubah
dibandingkan brand positioning, karena brand personality mencerminkan gejolak
perubahan selera konsumen.
3. Memiliki konsep yang tepat
Tahap akhir untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat kepada
konsumen harus didukung oleh konsep yan g tepat. Pengembangan kon sep merupakan
proses kreatif, karena berbeda dari positoning, konsep dapat terus menerus berub ah
sesuai dengan daur hiduo produk yang bersan gk utan. Konsep yang baik adalah dapat
mengkomuniksiakan semua elemen-elemen brand value dan positoning yang tepat,
sehingga brand image dapat terus-menerus diingkatkan.
|
2.1.3 Brand Trust
Menurut Murthy (dalam Kertajaya, 2009:11) dari sudut pandang perusahaan, brand trust
adalah merek yang berhasil menciptakan brand experience yang berkesan dalam diri konsumen
yang berkelanjutan dalam jangka panjang, berdasarkan integritas, kejujuran dan kesantunan
brand tersebut. Menurut Guviez & Korchia (dalam Ferinnadewi, 2008:14 8) dari sudut pandang
konsumen, brand trust merupakan variabel psikologis yang mencerminkan sejumlah asumsi
awal yang melibatkan kredibilitas, integritas, dan benevolence, yang dilekatkan pada merek
tertentu.
Brand trust akan mempengaruhi customer satisfaction dan customer loyalty.
Mempertimbangkan hal tersebut, brand trust memiliki peran yang penting bagi produk. Sesuai
dengan pendapat Delgado (dalam Ferinnadewi, 2008:150) brand trust adalah harapan akan
kehandalan dan intensi baik merek. B erdasarkan defenisi ini brand trust merefleksikan dua
komponen penting, yang pertama yakni, keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu
memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu
memenuhi harapan konsumen dengan terpenuhinya janji merek yang pada akhirnya menciptakan
customer satisfaction, yang kedua, keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara
tidak terduga.
Brand trust bersandar pada penilaian konsumen yang subjektif didasarkan pada
beberapa persepsi yaitu:
1. Persepsi konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk/merek
2. Persepsi konsumen akan reputasi merek, persepsi konsumen akan kesamaan
kepentingan dirinya dengan penjual dan persepsi mereka pad a sejauh mana
konsumen dapat men gendalikan penjual.
3. Persepsi Walzuch, Teltzrow et.al (dalam Ferinnadewi, 2008:149). Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa pengaruh faktor pengetahuan, faktor p
galaman, dan faktor
persepsi akan menentukan kepercayaan konsumen.
|
2.1.3.1 Pengukuran Brand Trust
Menurut Delgado (dalam Ferinnadewi, 2008:150)
kepercayaan merek adalah harapan
akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu kepercayaan merek merefleksikan 2 h al yakni
brand reliability dan brand intensions.
1. Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa
produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain persepsi
bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan. Brand
reliability merupakan hal yang esensial bagi ter ciptanya kepercayaan terhad ap merek karena
kemampuan merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh
rasa yakin akan mendapatkan apa yang dibutuhkan dlam hal ini kebutuhan untuk keluar dari
perasaan terancamn ya.
2. Brand Intension didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentin gan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul
secara tidak terduga. Kedua komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian
konsumen yang subjektif atau didasarkan pada persepsi masing-masing konsumen terhadap
manfaat yang dapat diberikan produk/merek.
Kesimpulannya penulis menggunakan pengukuran Kepercayaan merek menurut Delgado
(dalam Ferinnadewi, 2008:150) untuk mengukur subvariabel pada brand trust yaitu dengan
brand reliability dan brand intention untuk mengukur kepercayaan terhadap merek dan
keyakinan konsumen b ahwa merek
tersebut mengutamakan kepentingan ketika masalah dalam
konsumsi produk.
2.1.3.2 Faktor- Faktor yang mempengaruhi Brand Trust
Menurut Lau dan Lee 2000 (dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin 2013) terdapat tiga
faktor yang mempengaru hi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan
tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga faktor
tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan
membuat merek, dan konsumen. Selanjutnya Lau
dan Lee memproporsisikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas
merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek d apat dijelaskan sebagai
berikut :
|
![]() 1. Brand characteristics mempun yai perasn yang sangat penting dalam menentukan
pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan
oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang
berkait dengan kepercayaan merek memliputi dapat diramalkan, mempu nyai reputasi,
dan kompeten.
2. Company characteristics yang ada dibalik suatu merek juga d apat mempengaruhi
tingkat kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang
perusahaan yang ada dibalik merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi
suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suuatu
perusahaan.
3. Consumer Brand Characteristic merupakan dua kelompok yan g saling
mempengaruhi. Oleh sebab itu karakteristik konsumen merek dapat mempengaruhi
kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep
emosional dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pen galaman
terhadap merek.
2.1.3.3 Indikator Brand Trust
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut :
1. I trust this brand Kepercayaan terhadap merek
a. Merek sudah diakui oleh banyak orang
b. Merek sudah dikenal oleh banyak orang
2. This brand is safe Keamanan suatu merek
a. Merek tidak mudah ditiru
b. Merek dilindungi oleh undang-undang
3. This is an honest brand Kejujuran suatu merek
a. Kualitas produk
b. Keamanan produk
2.1.4 Brand Affect
Penelitian Holbrook dan Hirscham 2001 (dalam Holbrook dan Hirscham 2013)
menunjukkan bahwa pada perilaku konsumen , aspek emosi, kenikmatan dan kesenengan
|
merupakan aspek yang mendukung konsumen dalam mengambil keputusan memilih suatu
merek. Terkait dengan h al ini (Babin, BJ, Darden, W.R dan Griffin, 200 4:42) membandingkan
antara potensi nilai kesenangan, kenikmatan dengan nilai manfaat saat konsumen memilih suatu
merek, yaitu merek yang dipilih hanya berdasarkan peningkatan kepuasan pribadi atau untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. (Aaker dalam Kotler dan Keller 2007:339) menyatakan
bahwa brand affect is trateted as a global evaluative concept. Brand affect merupakan konsep
penilaian secara global.
Merek mempengaruhi menggambarkan hubungan antara konsumen dan merek dalam
kategori tertentu dan dapat dianggap sebagai evaluasi umum dari konsumen untuk merek
(Matzler et al.,2006). Merek mempengaruhi dap at didefinisikan sebagai potensi merek untuk
mendatangkan emotional respon positif konsumen rata-rata sebagai akibat dari penggunaann ya
(Chaudhuri & Holbrook , 2001 dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin 2013). Hal ini menyatakan
bahwa di
bawah kondisi ketika merek mempengaruhi jauh, loyalitas merek juga harus lebih
tinggi (Dick & Basu, 1994 dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin 2013 ). Mengingat penciptaan
hubungan merek dan keberlanjutann ya, dinyatakan bah wa merek mempengaruhi harus
dipertimbangkan sebagai anteseden penting dari loyalitas merek (Matzler et al., 2006). Ketika
literatur yang relevan ditinjau ; dapat dilihat bahwa ada beberapa penelitian mengungkapk an
hubungan antara
merek dan mempengaruhi loyalitas merek. Studi ini membahas bahwa merek
mempengaruhi memiliki dampak berarti p ada sikap dan perilaku lo yalitas merek (Taylor et al ,
2004; Matzler et al , 2008; . Jahangir et al , 2009).
2.1.4.1 Penilaian Brand Affect
Konsumen pada umumnya sulit membedakan antara daya tarik dengan penerimaan
informasi produk pada saat mengadakan penilaian merek, Daniel Enpark (2002). Ditegask an
penilaian brand affect dibagi menjadi 2 kriteria.
1. Nilai hedonik (Nilai yang berdasarkan emosi,kepuasan dan kenikmatan)
Yaitu harapan konsumen untuk merasakan adanya kepuasan kenikmatan pada saat
menggunakan produk dengan pilihan merek tertentu. Konsumen yan g memberikan
keputusannya berdasarkan kriteria hedonic relatif lebih dapat dipercaya karena nilai yang
langsung dialami oleh konsumen.
2. Nilai utilitarian (Nilai yang berdasarkan asas man faat)
|
kriteria utilitarian men ekankan kemampuan merek yang ses
dengan fungsi kehidupan
konsumen sehari-hari. Yan g mempunyai konsep berdasarkan crite
utilitarian tidak
mengaitkan pengalaman informasi yang telah diterima sebelumn
sebagai dasar
keputusannya.
2.1.4.2 Indikator Brand Affect
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut :
1. This brand gives me pleasure Merek memberi kepuasan
a. Membuat banyak pilihan produk
b. Membuat banyak pilihan harga
2. This brand makes me happy Merek membuat kepuasan
a. Model sesuai dengan keinginan p elan ggan
b. Produk sesuai dengan harga yang diberikan
3. I feel good when I use this brand Merasa puas saat memakai merek
a. Merasa nyaman saat memakai produk
b. Merasa percaya diri saat memakai produk
2.1.5 Brand Loyalty
Menurut Aaker (dalam Kotler dan Keller 2007:347) membahas peran penting dari
loyalitas merek dalam proses ekuitas merek yan g menghasilkan beberapa keuntungan pemasaran
seperti biaya ku rang pemasaran, lebih basis pelanggan baru, dan leverage perdagangan yang
lebih besar. Keberhasilan organisasi tergantun g pada kemampuann ya untuk menarik dan
membuat pelanggan lo yal. Hal ini untuk menciptakan organisasi untuk memiliki kemampuan
untuk menjaga pelanggan saat ini dan membuat mereka loyal kepada merek untuk jangka
panjang. Para pelan ggan mungkin memiliki gelar yan g berbeda dari loyalitas merek
(Kandampully & Suhartanto, 2000). Loyalitas berarti pelan ggan membeli produk atau jasa
berulang kali. Lo yalitas merek adalah komitmen dan sikap positif untuk membeli merek yang
sama dengan cara tahan lama dalam situasi pembelian masa depan mereka (Y. Liu , 2007) .
Jacoby dan Chestnut (1978) konseptual didefinisikan loyalitas merek sebagai respon
perilaku bias diungkapkan dari waktu ke waktu
oleh beberapa unit pengambilan keputusan
sehubungan dengan satu atau lebih merek dari satu set merek tersebut, dan merupakan fungsi
|
psikologis (pen gambilan keputusan mengevaluasi) proses. Lo yalitas merek dapat diperkirakan
dalam tiga bentuk seperti perilaku , sikap atau komposit pendekatan (Jacob y & Chestnut, 1978).
Loyalitas Perilaku telah dioperasionalkan sebagai frekuensi pembelian berulang (eg.Brown,
1953) atau proporsi pembelian merek yang sama dari waktu ke waktu (eg.Cunningham, 1956),
sedangkan lo yalitas merek sikap dianggap sebagai preferensi menyatakan, komitmen atau niat
pembelian dari pelanggan terhadap produk atau jasa.
Banyak penelitian yang berkaitan dengan hasil dan anteseden sikap konsumen tentang merek.
Namun, sikap konsumen sebagai hasil dari pengalaman merek telah mend apat sedikit perhatian
dalam literatur (Bieden bach & Marell, 2009; O'Cass & Grace, 2004). Dengan demikian,
penelitian ini mencoba untuk mencari tahu hubungan dari pen galaman merek dan sikap merek
terhadap loyalitas merek .
2.1.6 Attitudinal Loyalty
Literatur psikologi berpendapat, sikap optimis memainkan peran penting untuk percaya
dan percaya seseoran g (Baier, 1986 dalam Sivarajah Rajumesh 2014). Sikap Merek dianggap
sebagai sikap yang kon sumen mengungkapkan menuju merek tertentu yang mereka temui
dengan (De Chernatony & Riley, 1998 dalam Sivarajah Rajumesh 2014). Peneliti pemasaran
dianggap sikap brand sebagai titik kunci karena sangat dianggap bahwa sikap merek berpengaruh
terhadap perilaku pelanggan (Chaudhuri & Holbrook, 2001; Keller, 2003; Suh & Yi , 2006).
Peneliti pemasaran telah mengambil sikap dan kepercayaan menjadi pertimbangan untuk
mempelajari hubungan companycustomer (eg.Delgado - Ballester & Munuera - Aleman, 2001;
Ha & Perks, 2005). Sikap positif dari merek, yang menginduksi keputusan konsumen untuk
membeli merek tertentu, membantu menciptakan kepercayaan pada merek, (Chaudhuri &
Holbrook , 2001; Morgan & Hunt, 1994 dalam Fatih Geçti1 & Hayrettin Zengin 2013). dia sikap
merek yan g ada membantu pelan ggan untuk membuat keputusan pembelian terhadap produk
baru (HÃubl , 1996 dalam Sivarajah Rajumesh 2014). Dalam situasi yang tidak
menentu
mengenai sebuah merek, konsumen bergantung pada produk perusahaan tertentu yang mereka
telah mengembangkan sikap positif (Hess & Story, 2005). Selain untuk mengulang pembelian,
pelanggan harus memiliki sikap yan g menguntungkan relatif kuat terhad ap merek untuk benar-
benar setia kepada merek (Day, 1969 dalam Sivarajah Rajumesh 2014). Evaluasi internal
seseorang dari sebuah o bjek seperti produk bermerek menciptakan sikap tentang produk, yang
|
sering stabil dan tahan lama kecenderungan untuk perilaku (Mitchell & Olson, 1981 dalam
Sivarajah Rajumesh 2014). Menurut literatur yang ada, sikap adalah salah satu anteseden
intensions perilaku konsumen (Bearden & Teel, 1983; Hellier, Geursen, & Rickard, 2003; Oliver
, 1981 dalam Sivarajah Rajumesh 2014). Sikap positif , negatif , atau netral fitur mempelajari
pelanggan terhadap suatu merek, yang memainkan peran penting dalam perilaku konsumen pola
( Hellier , et al , 2003; . Suh & Yi , 2006) .
Attitudinal Loyalty (Day 1969 dalam Liezl-Marie Kruger,et al 2013), secara khusus,
mengkritisi konseptualisasi behavioral tentang loyalitas, dan berpendapat loyalitas merek
dibangun sebagai hasil dari usaha sadar untuk mengevaluasi merek yan g berkompetisi. Beberap a
yang lainnya menambahkan dimensi sikap ini meliputi preferensi atau niat konsumen (Jarvis et
al 1976; Pritchard 1991 dalam dalam Liezl-Marie Kruger,et al 2013).
Attitudinal Loyalty berfo kus pada dasar kognitif lo yalitas dan isolat pemb elian didorong
oleh sikap yang kuat dari pembelian karena situasional kendala. Pelan ggan Loyal Attitudinal
berkomitmen untuk merek atau perusahaan dan mereka melakukan pembelian berulang
berdasarkan disposisi internal yang kuat (Day, 1961 dalam Liezl-Marie Kruger,et al 2013). Sikap
loyalitas juga dipandang sebagai tingkat lampiran psikologis pelanggan dan advokasi sikap
terhadap organisasi (Rauyruen dan Miller, 2007). Oleh karena itu, loyalitas sikap meliputi kata
positif dari mulut niat, kemauan untuk mereko mendasikan kepada orang lain dan mendorong
orang lain untuk menggunakan produk dan jasa perusahaan (Zeithaml et al., 1996 dalam Liezl-
Marie Kruger,et al 2013).
2.1.6.1 Indikator Attitudinal Loyalty
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut :
1. I will not switch to other brand even though there are lots of other brand option
Konsisten terhadap merek
a. Tidak beralih ke merek yang lain
b. Tidak terpengaruh terhadap merek lain
2. I am willing to pay more than any other brand to get this particular brand
Komitmen terhadap merek
a. Membayar lebih untuk merek ini
b. Selalu membeli trend terbaru merek ini
|
3. I will always use this brand Fanatik terhadap merek
a. Mengunggulkan suatu merek dengan merk lain
b. Akan selalu membeli merek ini
2.1.7 Behavioral Loyalty
Loyalitas perilaku menganggap loyalitas merek sebagai perilaku. Orang yang membeli
merek tertentu terus setia kepada merek ini (Odin et al., 2001 dalam Fatih Geçti1 & Hayrettin
Zen gin 2013). Namun; pengukuran perilaku tidak cukup untuk menjelaskan bagaiman a dan
mengapa loyalitas merek berkemban g pada konsumen (Dick & Basu, 1994 dalam Fatih Geçti1 &
Hayrettin Zengin 2013) dan mereka tidak memungkinkan penelitian untuk mengungkapkan
apakah pemb elian berulang timbul dari alasan situasional atau
penyebab psikologis rumit
berbeda selain Habitu al tindakan (Odin et al., 2001 dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zengin
2013). Loyalitas perilaku dapat digambarkan sebagai loyalitas pembelian juga.
Behavioral Loyalty Definisi awal dari lo yalitas berfokus hampir secara keseluruhan pada
dimensi behavioral. Secara khusus, loyalitas diinterpretasikan sebagai bentuk dari perilaku
konsumen (seperti halnya pembelian berulang) langsung kepada merek tertentu selama beberapa
waktu (Sheth 1968; Tucker 1964 dalam Fatih Geçti & Hayrettin Zen gin 2013). Jadi secara
keseluruhan behavioral loyalty adalah suatu tingkat loyalitas konsumen yang tercermin dalam
perilaku konsumen tersebut terhadap suatu produk.
2.1.7.1 Indikator Behavioral Loyalty
Menurut (Fatih Geçti & Hayrettin Zengin) sebagai berikut :
1. I will buy this brand in the future loyalitas terhadap merek
a. Tidak tertarik dengan merek lain
b. Tetap akan membeli merek tersebut di masa akan dating
2. I will fulfill the everlasting purchasing will over this brand kekekalan terhadap merek
a. Tetap akan membeli lebih dari satu produk dari merek ini
b. Setiap produk baru yan g dikeluarkan oleh merek ini akan selalu dibeli
3. I wish to continue purchasing over this brand berkelanjutan terhadap merek
a. Melanjutkan pembelian akan produk merek ini
b. Tidak akan berhenti untuk membeli produk merek ini
|
![]() 2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasark an tinjauan pustaka maka kerangka pemikiran penelitian san gat dibutuhkan
sebagai alur berpikir sekaligus sebagai landasan untuk menyusun hipotesis penelitian.
Penyusunan kerangka pemikiran juga akan memudahkan pembaca untuk memahami
permasalah an utama yang dikaji dalam penelitian ini. Secara lengkap kerangka pemikiran dapat
dilihat pada gambar berikut
Brand Trust
Brand Trust
(X1)
(X1)
Attitudinal
Behavioral
Attitudinal
Behavioral
Loyalty (Z)
Loyalty
Loyalty
Loyalty (Y)
(Y)
(Z)
Brand Affect
Brand Affect
(X2)
(X2)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Berdasark an asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berkut:
Dasar pengambilan keputusan:
Sig > 0,05: Ho diterima, Ha ditolak
Sig < 0,05: Ho ditolak, Ha diterima
Pengujian secara parsial antara Brand Trust (X1) dan Attitudinal Lotalty (Y)
Hipotesis 1 :
Ho : Brand Trust (X1) tidak berkontribusi secara parsial terhadap Attitudinal Loyalty
(Y)
|
Ha : Brand Trust (X1) berkontribusi secar a parsial terhadap Attitudi
Loyalty (Y)
Pengujian secara parsial antara Brand Affect (X2) dan Y (Attitudinal Loyalty)
Hipotesis 2 :
Ho: Brand Affect (X2) tidak berkontribusi secar a parsial dan signifikan terhadap
variabel Attitudinal Loyalty (Y)
Ha : Brand Affect (X2) berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel
Attitudinal Loyalty (Y)
Pengujian secara simultan antara Brand Trust (X1), Brand Affect (X2),
dan Y (Attitudinal Loyalty)
Hipotesis 3 :
Ho : Brand Trust (X1) dan Brand Affect (X2) tidak berkontribusi secara simultan
terhadap Attitudinal Loyalty (Y)
Ha : Brand Trust (X1) dan Brand Affect (X2) berkontribusi secara simultan terhadap
Attitudinal Loyalty (Y)
Pengujian secara parsial Brand Trust (X1) dan Behavioral Loyalty (Z)
Hipotesis 4 :
Ho: Brand Trust (X1) tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap
Behavioral Loyalty (Z)
Ha : Brand Trust (X1) berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap Behavioral
Loyalty (Z)
Pengujian secara parsial Brand Trust (X2) dan Behavioral Loyalty (Z)
Hipotesis 5 :
Ho : Brand Affect (X2) tidak berkontribusi secar a parsial dan signifikan terhadap
Behavioral Loyalty (Z)
Ha: Brand Affect (X2) berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap Behavioral
Loyalty (Z)
Pengujian secara parsial Attitudinal Loyalty (Y) dan Behavioral Loyalty (Z)
Hipotesis 6 :
Ho : Attitudinal Loyalty (Y) tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap
Behavioral Loyalty (Z)
|
Ha : Attitudinal Loyalty (Y) berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap
Behavioral Loyalty (Z)
Pengujian secara simultan antara Brand Trust (X1), Brand Affect (X2),
Attitudinal Loyalty (Y), dan Behavioral Loyalty (Z)
Hipotesis 7:
Ho : Brand Trust (X1), Brand Affect (X2) dan Attitudinal Loyalty (Y) tidak
berkontribusi secara simultan terhadap v ariabel Behavioral Loyalty ( Z)
Ha : Brand Trust (X1), Brand Affect (X2) dan Attitu dinal Loyalty (Y) berkontribusi
secar a simultan terhadap variable Behavioral Loyalty (Z)
|