BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Kepemimpinan 
2.1.1  Definisi kepemimpinan
Pemimpin  adalah  seseorang  yan g  membuat  sebuah  keputusan   dan 
mengkomunikasikan  pesan  penting, dan  merupakan  seseorang  yang  bertanggung  jawab 
dalam  memastikan  karyawannya  bekerja  d engan  efektif  guna  mencap ai  gol  ( Osborne, 
2008).  Kepemimpinan  merupakan  suatu  proses  yan g  melibatkan  interaksi  antara 
pemimpin  dengan  pengikut  dalam  mengatur,  melaksanakan  serta  mencapai  tujuan 
(Yukl,  1994).  Kepemimpinan  sering  diasosiasikan  dengan  pengambilan  resiko, 
kreatifitas,  dan  merupakan  suatu  sikap  yang  menggabungkan  antara  science  d an  art 
(Hughes, Ginnet & Curphy, 2009). 
Pendapat  dari  beberapa  tokoh  tersebut  menyebutkan  bahwa  pemimpin 
merupakan  seseoran g  d alam  sebuah  kepemimpinan,  dimana  kepemimpinan  sendiri 
merupakan  suatu  proses  interaksi.  Sehingga  kepemimpinan  itu  sendiri  terdiri  dari 
pemimpin dan pengikut. 
Menurut Pierce  & Newstrom (2006) kepemimpinan  adalah suatu bentuk peranan 
yang  kuat  yang  memotivasi  dan  mengkoordinasikan  organisasi  dalam  mencapai 
tujuannya.  Sehingga  seorang  Pemimpin  harus  mampu  menginspirasi  dan  mendorong 
orang  lain untuk  men gatasi tantangan yang  ada,  mencapai gol,  dan mamp u membangun 
sebuah team yang efektif (Osborne, 2008). 
Kepemimpinan  adalah  suatu  kontribusi  yang  spesial  bagi  perusahaan,  dimana 
pemimpin  dapat  mempengaruhi  dan  menginspirasi  karyawan  dengan  baik  agar  bekerja 
sesuai dengan aturan perusahaan (Jiang, 2010).  
Menurut  Schultz & Schultz  (2006) keefektifan  proses  kepemimpinan  ditentukan 
oleh  tiga  hal,  yaitu:  sifat  dan  perilaku  p emimpin,  karakteristik  karyawan,  dan  keadaan 
atau  situation.  Kepemimpinan  merupakan  serangkaian  fungsi  dalam  mencapai 
kesuksesan  kelompok,  bila  pemimpin  mampu  memperlakukan  an ggo tanya  secara 
manusiawi menurut Jex (2002) & Dore (1973) dalam Rumeser (2013). 
  
Peranan  kepemimpinan  dalam  organisasi  yaitu  harus  bertanggung  jawab  dan 
mampu  menggerakan  berbagai  sumber  daya  sehingga  menciptakan  etos  kerja  dan 
produktifitas  kerja  yang  tinggi  guna  mencapai  tujuan  yang  sudah  ditentukan  (Jabar, 
2006).  
  Berdasarkan  beberapa  pendapat  tersebut  maka  dapa
disimpulkan  bahwa 
kepemimpinan  adalah sebuah  penggabungan  antara  seni  da
ilmu  pengetahuan  dimana 
terjadi  sebuah  proses  peranan  yang  ku at  antara  pemimpi
dengan  pengikutnya  dalam 
mengkoordinasi,  memotivasi,  dan  mendorong  para  pengikutny
guna  mencapai  tujuan 
organisasi. 
2.1.2  Teori kepemimpinan
  Dalam  bukunya,  Schultz  &  Schultz  (2006)  menyebutkan  beberapa  teori 
mengenai  Kepemimpinan  dari  beberapa  tokoh,  yang  didasari  tiga  hal  yaitu:  sifat  dan 
perilaku  pemimpin,  karakteristik  karyawan,  dan  keadaan  atau  situation.  Berikut  empat 
teori yang disebutkan: 
1.  Teori Contingency  
Menurut  Fred  Fiedler  (1978)  mengutip  dari  Schultz  &  Schultz  (2006), 
keefektifan  seorang  pemimpin  diukur  dari  interaksi  antara  karakteristik  pribadi 
pemimpin  dengan  karakteristik  situasi  kepemimpinan.  Secara  ringkas  keefektifan 
seorang  pemimpin ditentukan oleh situasi. Dalam teori  ini  dijelaskan bahwa seorang 
pemimpin diklasifikasikan menjadi 2 tipe  yaitu,  
a.  Person-Oriented:  Pemimpin  lebih  manusiawi  dalam  menjalankan 
tugasn ya bersama para pengikut n ya. 
b.  Task-Oriented:  Pemimpin  sangat  memperhatikan  tenggat  waktu  dalam 
mengerjakan tugas, sehingga cepat menyelesaikan tugas. 
2.  Teori Path-Goal 
Teori ini  berfokus pada bentuk perilaku pemimpin yang membebaskan pengikut 
n ya  untuk  mencapai  tujuan  mereka  diman a  pemimpin  meningkatkan  motivasi 
kepuasan dan  kinerja para pen gikut. Dengan kata lain, pemimpin yang efektif dapat 
membantu  karyawan  dalam  mencapai  goal  atau  tujuan  organisasi.  Huouse  (1971), 
House  &  Mitchell  (1974)  mengutip  dari  Schultz  &  Schultz  (2006) 
mengklasifikasikan pemimpin kedalam 4 tipe: 
  
a.  Directive Leadership: pemimpin  secara langsung  memberitahu  apa  yang 
harus dilakukan ke pengikut. 
b.  Supprotive  Leadership:  pemimpin  banyak  bertanya  dan  memberikan 
perhatian terhadap pengikut. 
c.  Participative  Leadership:  pemimpin  mengajak  pengikut  sehingga  lebih 
merangkul. 
d.  Achievement-Oriented Leadership: pemimpin cenderung  sering  memberi 
tantangan kepada pengikut dan meminta hasil yang baik.  
3.  The Leader-Member Exchange 
Graen  &  Schliemann  (1978)  men gutip  dari  Schultz  &  Schultz  (2006) 
menjelaskan  bahwa  proses  Kepemimpinan  dipengaruhi  oleh  interak si  antara 
pemimpin dengan pengikut. 
4.  Teori Implicit Leadership 
Lord,  Brown  &  Freiburg  (1999)  mengutip  dari  Schultz  &  Schultz  (2006) 
mendeskripsikan  leadership  dari  sudut  pandang  orang-oran g  yang  dipimpinnya. 
Dari pemimpin yang terdahulunya mereka  akan  menilai pemimpin  yang baru,  ideal 
atau  tidak. Seperti memb andingkan  antara Pemimpin yan g  sebelumnya d engan  saat 
ini. 
2.1.3  Efektivitas kepemimpinan
Beberapa  pemimpin  memiliki variasi dalam memandang kekuasaan atas dirinya, 
banyak  yang  merasa  bahwa  kekuatan  yang  dimilikinya  akan  berguna  apabila  dibagi 
dengan  para  pengikutnya  yaitu  dengan  cara  mendelegasikan  kekuasaannya  dalam 
menjalankan  tugas  kepada pengikutnya (Hughes,  Ginnet  &  Curphy,  2009).  Aherman  & 
Webber  (dalam  Yukl,  1994)  men yebutkan  aspek-aspek  yang  didelegasikan  adalah 
tanggung  jawab,  wewenang  dalam  mengambil  tindakan,  dan  melaksanakan  keputusan 
tanpa bertan ya terlebih dahulu. Sama  seperti  salah satu  aspek  efektivitas  kepemimpinan 
yaitu people menurut Dore (1973) dalam Rumeser (2013). 
Menurut  Yukl  (1994),  pemimpin yang efektif  sangat  diperlukan  oleh  organisasi 
atau  perusahaan  agar berkembang dan sukses. Karena efektivitas  kepemimpinan  adalah 
ketepatan  dari  aktivitas  pemimpin  dalam  menggerakkan  karyawan  sesuai  dengan  tugas 
  
dan  fungsinya  untuk  mencapai tujuan  yang telah ditetapkan  bersama (Sutik & Suharno, 
2009). 
Menurut Osborne (2008), salah satu  bentuk kesuk sesan  dari kepemimpinan yang 
dapat terlihat  adalah pemberian umpan balik  berupa  ucapan  terima kasih  dari  pemimpin 
kepada  pengikut.  Dan  mengeksplorasi  para  pengikut,  saling  tukar  pikiran  mengenai 
pengetahuan  dan  hal-hal  unik,  pengalaman  serta  keterampilan  yang  dimiliki  oleh 
pengikut sehingga tahu cara memotivasi mereka untuk bekerja den gan baik.  
Jiang  (2010)  dalam  jurnaln ya  menjelask an  bahwa  pemberian  umpan  balik  oleh 
pemimpin  mengenai  kinerja  para  anggota  tim  akan  meningkatkan  efektivitas  sebuah 
kerja tim karena mereka mengetahui  apa  kekurangan dan  kelebihan  yang  mereka miliki 
sehingga  dapat  dijadikan   pelajaran  dan  dikembangkan  untuk  kedep annya.  Dore  (1973) 
dalam  Rumeser  (2013)  juga  menyebutkan  bahwa  pemimpin  yang  efektif  adalah  yang 
mampu memberikan umpan balik pada anggotanya. 
Dore (1973)  dalam Rumeser (2013)  menyebutkan  bahwa pemimpin  yang efektif 
adalah  p emimpin  yang  mampu  memperlakukan   anggotanya  secara  manusiawi.  Sama 
halnya  dengan  Dore,  teori 
contingency  yang  dicetuskan  oleh  Fiedler  (1978) 
menyebutkan  ada  dua  tipe  pemimpin  yang  salah  satunya  adalah  person-oriented  yaitu 
pemimpin yang  efektif adalah  pemimpin  yang mampu  memandang dan memperlakukan 
pengikutnya sebagai manusia yan g setara dan tidak banyak menuntut pengikutnya. 
Berdasarkan  beberapa  teori  yang  menyebutkan  berbagai  faktor  efektivitas 
kepemimpinan,  peneliti  menggunakan  sebuah  teori  untuk  penelitian  ini  yaitu  konsep 
dasar  kepemimpinan  gun a  mendukung  kinerja  tim  menurut  Dore  (1973)  mengutip  dari 
Rumeser  (2013)  dimana  dalam  teorinya  ter dapat  faktor-faktor  yang  membuat 
kepemimpinan  iu  efektif  dari  beberapa  pendapat  sebelumn ya.  Empat  faktor  tersebut 
yaitu: 
1.  People: Pemimpin memperlakukan anggota secara manusiawi.  
2.  Delegation:  Pemimpin  mendelegasikan  tanggung  jawab  dan  keputusan  kepada 
anggota tim.  
3.  Atmosphere:  Pemimpin  menciptakan  atmosfer  atau  suasana  kerja  yang  baik  guna 
terciptan ya kerjasama tim. 
4.  Feedback:  Pemimpin  memberikan  umpan  balik  kepada  anggota  tim  atas  kinerja 
anggota. 
  
2.2  Tim Kerja 
2.2.1  Definisi tim   
Tim  menurut  Sherif   (1959)  mengutip  dari  Ingram  (1999),  adalah  sebuah  unit 
sosial  yang  terdiri  dari  sejumlah  individu  yang  memiliki  peran  masing-masing  serta 
saling  berhubungan  satu  sama  lain  dan  memiliki  seperan gkat  nilai-nilai  atau  norma-
norma mereka sendiri. 
Dalam  jurnaln ya  Ingram  (1999)  menyebutkan  dua  pendapat  mengenai  tim  dari 
dua  tokoh,  Bass  (1960)  menyebutkan  tim  dapat  diartikan  sebagai  sekumpulan  individu 
yang  keberadaannya  saling  menguntungkan  bagi  masing-masing  individu  tersebut. 
selanjutn ya  pendapat  Shaw  (1981),  tim  merupakan  sekumpulan  individu  yan g  saling 
berpengaruh satu sama lain.
Menurut  Donnellon  (1996)  mengutip  dari  Aamodt  (2009)  ada  beberapa  faktor 
yang harus diperhatikan dalam penyebutan sebuah tim,  yaitu sebagai berikut: 
a)  Identification 
Sebagai  anggota  tim,  harus  dapat  mengidentifikasi  dirinya  sebagai  sebuah  tim 
yang  sedang dijalani saat ini bukan tim yan g  lainnya (Aamodt, 2009).  Sehingga  saat 
sedang  r apat  hendaknya  men yebut  diri  sebagai  kelompok  yang  dibentuk  bukan 
berdasarkan divisinya. 
b)  Interdependence 
Sebagai  anggota  tim,  pasti  membutuhkan  bantuan,  expertise,  dan  pendapat  dari 
anggota  tim  yang  lain.  Karena  jika  tidak  begitu   maka  tidak  dapat  disebut  sebagai 
tim. 
c)  Power Differentiation 
Setiap  anggota  harus  berusaha  men gurangi  Power  Differentiation  dengan 
memperlakukan  secara  seimbang  setiap  anggotanya.  Sopan  terhadap  satu  sama lain 
dan menjauhi perselisihan. 
d)  Social Distance
  Para  anggota  mengurangi social distance atau jara
dalam hubungan  sosial antar 
masing-masing  anggota  dengan  menjadi  lebih  empat
santai,  mudah  memuji  dan 
memiliki pemikiran yang sama. 
  
e)  Conflict Management Tactics
  Para  anggota tim menyelesaikan  konflik dengan b erunding  atau bersatu,  dengan 
memahami  pemikiran  anggota  lainnya  lalu  membuat  upaya  untuk  berkompromi 
dengan tidak menggunakan nada bicara yang mengancam masing-masin g p ihak. 
f)  Negotiation Proces
Menggunakan win-win  solution  sehingga  hasilnya  dapat  menguntun gk an  semua 
pihak yang ada. 
2.2.2  Definisi tim kerja
Menurut  Hartenian  (2003)  dalam  Manzoor,  Ullah,  Hussain  &  Ahmad  (2011), 
Pada  era  masa  kini,  para  manajer sering memberikan tugas atau proyek  yang dikerjakan 
dengan  cara  kerja  tim  karena  dapat  meningkatkan  pengetahuan  karyawan  dan 
mengembangkan  kemampuan  karyawan.  Penelitian  yan g  sebelumnya  dilakukan  oleh 
Jones,  Richard,  Paul, Sloane  &  Peter  (2007)  dalam  Manzoor,  dkk  (2011)  menyebutkan 
bahwa  karyawan  yang  bekerja  dengan  cara  kerja  tim  lebih  produktif  dibandingkan 
dengan bekerja secara individu. 
Menurut  Kirkman  dan  Shapiro  (dalam  Aamodt,  2009),  tim  kerja  merupakan 
sebuah  kelompok  kar yawan  yang  mengatur  diri  mereka  sendiri  dalam  mengerjakan 
tugas, perancanaan, membuat keputusan pekerjaan dan menyelesaik an masalah. 
Sekumpulan  karyawan  yang  saling  tergantung  dalam  mengerjakan  tugas  dan 
berbagi  tanggung  jawab  atas  hasil kerja  merupakan sebuah  tim  kerja  (Cohen  &  Bailey, 
dalam  Manzoor,  dkk,  2011).  Tim  kerja  merupakan  strategi  perusahaan  yang  memiliki 
potensi untuk  meningkatkan performa individu  dan  organisasi,  walaupun  membutuhkan 
waktu yang tidak sebentar (Ingram, 1999).  
Tim  kerja  adalah  sekumpulan  orang  yang  saling  berinteraksi  satu  sama  lain 
secara  intensif  guna  menghasilkan  suatu  rencana  dan  keputusan  (Devine,  Clayton, 
Philips,  Dunford,  dan  Melner  dalam  Aamodt,  2009).  Tim  kerja  terdiri  dari  dua  orang 
atau  lebih, melakuk an tugas-tugas  organisasi yan g  relevan,  memiliki  tujuan  yang  sama, 
berinteraksi 
sosial,  memelihara  dan  menjaga  batasan-batasan  yang  ada  (Kozlowski  & 
Bell, 2003). 
Sebuah  Tim  kerja  juga  merupakan  sebuah  proses  dimana  sekelompok  orang 
menyatukan  kemampuan  dan  keterampilan  mereka  untuk  bekerja  sama  guna  mencapai 
  
tujuan  bersama  (Mackall,  2004).  Menurut  Robbins  (1996),  tim  kerja  adalah  kelompok 
yang  upaya-upaya  individunya  menghasilkan  kinerja  yang  lebih  besar  dibanding 
perorangan.  Secara  singkat  seorang  pimpinan  hanya  ingin  melihat  “tim”  dan  “kerja” 
karena itu lah yang terpenting dari semua definisi tim kerja (Ferguson, 2004). 
Bisa  ditarik  sebuah  kesimpulan  bahwa  tim  kerja  adalah  sekumpulan  individu
yang  terdiri  dari  dua  orang  atau  lebih  yang  bekerja,  men yelesaikan  tugas  dengan 
menyatukan  kemampuan  mereka  dan  saling  berinteraksi  secara  intens  guna  mencap ai 
tujuan yang sama. 
2.2.3  Efektivitas tim kerja 
Sebuah  team  dalam  mencapai  kesuksesan  pasti  melalu  proses,  dimana  proses 
yang  dilewati  ad alah  I-P-O  atau  Input-Process-Output  sesuai  dengan  yang  dicetuskan 
oleh  Hughes,  dkk  (2009)  dijelaskan  juga  bahwa  Ouput  merupakan  hasil  akhir  dari  tim 
kerja  yang  akan  dijadikan  penilaian  keefektifan  tim  kerja.  Namun  Process  merupakan 
suatu  yang  cukup  mempengaruhi  Output  dimana  terd apat  empat  aspek   guna  menilai 
keefektifan  proses  tim  kerja  yaitu: kerja  keras,  memiliki pengetahu an  dan  keterampilan 
yang  memadai  dalam  tim  untuk  melakukan  tugas,  memiliki  strategi  yang  sesuai  untuk 
menyelesaikan tugas, dan memiliki dinamika kelompok yang positif. 
Beberapa  individu  yang  bekerja  sama  dalam  lingkungan  yang mendukung  guna 
mencapai  tujuan  bersama  dengan  saling  ber bagi  pengetahuan  dan   kemampuan 
merupakan  gambaran  tim  kerja  yang  efektif.  Dimana  mereka  semua  memiliki  sinergi 
yang  membuat  para  anggota  mau  b ekerja  bersama  dan  saling  berkontribusi  satu  sama 
lain (Tarricone & Luca, 2002).  
Menurut  DeMeuse  dan  Futrell  (1990) dalam Hamlyn-Harris,  Hurst,  von  Baggo, 
&  Bayley  (2006),  sebuah  tim  kerja  yang  efektif  yaitu  dimana  para  anggotanya  merasa 
puas  akan  kinerja  tim  dan  hasil  kerjanya  b aik.  Dimana  kepu asan  para  anggota  adalah 
saat  kebutuhan  anggota  sesuai  dengan  situasi  yang  terjadi  dalam  proses  kerja  tim. 
Sedangkan  untuk  hasil  kerja  dinilai  secara  objektif  dalam  kualitas  dan  kuantitas 
(Hackman, 1990, Klimonski & Jones, 1995). 
Hoegl  dan Gemuenden ( 2006)  dalam jurnalnya menyebutkan ada  enam hal yang 
menjadi  faktor  penting  dalam  menilai  kualitas  sebuah  tim  kerja,  yaitu:  komunikasi, 
koordinasi,  kontribusi  yang  setara,  saling  men dukung,  usaha  yang  dilakukan,  dan 
  
perpaduan  antar  anggota.  Menurut  Hackman  (1990)  dan  Klimonski  &  Jones  (1995) 
sebuah  tim  kerja  akan  mencapai  kepuasan  dari  hasil  kerja  sehingga  akan  muncul 
keinginan untuk kembali bekerja dalam tim yang sama. 
Jika anggota  tim merasa bahwa  mereka ber ada di tim yang  tepat, nyaman berada 
didalam  tim,  belajar  sesuatu  yang  baru,  merasa  bahagia,  dan  dapat  mencapai  tujuan 
maka hal tersebut merupakan ciri-ciri tim kerja yang efektif (Parker, 2008). 
Berdasarkan  pada  beberapa  faktor  efektivitas  tim  kerja  yang 
disebutkan  oleh 
berbagai  tokoh  tersebut  maka  dalam  penelitian  ini,  peneliti  menggunakan  teori 
efektivitas  Tim  kerja  menurut  Hackman  (1990)  dan  Klimonski  &  Jones  (1995) 
mengutip  dari  Rumeser  (2013)  yang  menyebutkan  ada  tiga  kriteria  utama  dalam 
menentukan keefektifan sebuah tim kerja, yaitu: 
1.  Hasil  kerja  tim,  yaitu  penilaian  kinerja  yang  dihasilkan  secara  kualitas  maupun 
kuantitas. 
2.  Kepuasan, yaitu  kepuasan  yang  didapatkan  oleh  masing-masin g  anggota tim dalam 
kerja tim sehingga ingin bekerja lagi dalam tim yang sama. 
3.  Belajar,  yaitu  anggota  tim  dapat  pemb elajaran  yang  bermanfaat  dari  tim  kerja 
tersebut. 
2.3  Latar Belakang PT. Tripatra Engineering
Tripatra  didirikan  oleh  Bapak  Wiwoho  Basuki  Tjokrohadiningrat  dan  Bapak 
Iman  Taufik  pada  tanggal  10  Oktober  1973  dengan  n ama  Tripatra  Engineering.  
Perusahaan  ini  bergerak  di  bidang  pengembangan  teknik,  usaha  pengadaan,  pengawan 
konstruksi dan proyek jasa konsultasi management industri minyak dan  gas di indonesia 
yang  bertujuan  untuk  menjadi  pionir  di  Indonesia  dalam  bidang  pembangun an  dan 
proyek jasa konsultasi manajemen pada sektor minyak dan gas. 
Arti  nama  Tripatra  dibentuk  dari  kata  Tri  yang  artinya  tiga  bidang  (Industrial, 
Kelautan,  dan  Infrastruktur),  sedangkan  Patra  yang  artinya  dunia  perminyakan  yang 
merupakan  lahan  kegiatan  dari  Perusahaan  ini.  Dalam  perjalanannya  PT.  Tripatra 
berdiri  sebagai  pelopor  dalam  pengembangan  engineering  dan  project  management, 
yang  akhirn ya  berk embang  ke  arah  EPC  (Engineering,  Procurement,  Constructions) 
yang  berfokus  pada  bidang  industri, petrokimia,  minyak  dan  gas.  Fokus  perusahaan  ini 
berkembang  ke  sektor  lainn ya  yaitu  pengembangan  fasilitas  kelautan  dan  lepas  pantai, 
  
petrokimia  dan  industri  lainnya,  tenaga  generator  dan  transmisi  serta  sistem 
telekomunikasi  sehingga  PT.  Tripatra  Engineers  and  Constructors  (TPEC)  dibangun 
pada tahun 1987.  
Pada tahun 2007, sektor  komunikasi dilepas untuk  kepentingan bisnis  yang lebih 
besar,  dan  pada  tahun  yang  sama,  PT.  Tripatra  memutuskan  untuk  bergabung  dengan 
PT  Indika Energy  Tbk.  Pada  tahun  2008,  PT  Indika  Energy  Tbk  yang berperan  sebagai 
induk  Tripatra  melepas  saham  perdananya  di  Bursa  Efek  Indonesia.  Sehingga 
memperkuat posisi Tripatra secara nasional maupun internasional.
Visi  dari  Tripatra  adalah  menjadi  perusahan  kelas  dunia  yang  menyediakan 
solusi teknik  terintegrasi inovatif melalui  berbagai bidang teknik yan g  terbaik. Misi  dari 
Tripatra adalah  memberikan jasa  teknik kelas dunia, pengadaan barang, konstruksi,  dan 
solusi  manajemen  proyek  untuk  energi  &  sektor  sumber  daya  alam.  Menciptakan 
sinergi  di  seluruh  platform  kelompok  terintegrasi.  Memastikan  keuntungan  dan 
pertumbuhan  yang  berkelanjutan.  Mencapai  dan  mempertahankan  pengembangan 
sumber  daya  manusia  yang  berkesinambungan  dan  menamb ah  nilai  kehidupan 
stakeholder. 
2.4  Kerangka Berpikir
Guna  mengerjakan  satu  proyek,  dibutuhkan  kerjasama  dari  beberapa  disiplin 
divisi.  Dimana  kepala  divisi  akan  menunjuk  pimpinan  untuk  membentuk  tim  kerja 
untuk  masing-masing  divisi.  Masing-masing  tu gas  proyek  sudah  disesuaikan  dan 
diberikan  tenggat  waktu  dalam  pengerjaann ya.  Guna  mencapai  tenggat  waktu  yang 
diberikan  maka  dibutuhkan    tim  kerja  yang  efektif.  Sesuai  dengan  Hawthorne  study, 
yang  menyebutkan  bahwa  kar yawan  membutuhkan  pemimpin  yang  memperlakukan 
mereka  dengan  baik  guna  mendukung  mereka  secara  psikologis  dan  meningkatkan 
kinerja  mereka.  Mak a  dibutuhkan  kepemimpinan  yan g  efektif  juga  guna  menghasilkan 
tim yang efektif. 
Melihat  adan ya  keterlambatan  atau  hambatan  dalam  penyelesaian  proyek  yang 
dikerjakan oleh  tim  kerja,  maka  dibutuhkan  tim  kerja  yang  efektif  guna  menyelesaikan 
tepat  waktu.  Adanya  kepemimpinan  dalam  suatu  tim  kerja  dan  adanya  penelitian 
Hawthorne  Study’s,  maka  dilakukan  penelitian  ini  untuk  mencari  tahu  apakah  ada 
hubungan  antara  kedua  variab el  tersebut.  penelitian  ini  melihat  tingkat  ef ektivitas 
  
masing-masing  variabel  apabila  tingkat  efektivitas  kepemimpinan  tinggi  maka 
diharapkan tingkat efektivitas tim kerja juga tinggi.  
Dalam  teorinya,  Dore  (1973)  mengutip  dari  Rumeser  (2013)  menyebutkan 
bahwa  indikator  penilaian  efektivitas  kepemimpinan  dilihat  dari  empat  hal  yaitu 
pemimpin  mendelegasian  tugas  dan  tanggung  jawab,  pemimpin  memperlakukan 
anggota  tim  secara  man usiawi,  pemimpin  memberikan  umpan  balik  pada  anggota  dan 
pemimpin  mampu  menciptakan  atmosfir  guna  membangun  kerja  sama  tim.  Dalam 
penelitian  sebelumnya,  Rumeser  (2013)  men yebutkan  bahwa  indikator  kepemimpinan 
memberikan dampak  positif terhadap  hubungan  antara mental  model dengan efektivitas 
tim  kerja.  Dengan  begitu  peneliti  ingin  mencari  tahu  tingkat  efektfitas  kepemimpinan 
tim  sesuai  den gan  teori  yang  digunakan  yaitu  efektivitas  kepemimpinan  dalam  tim 
kerja. 
Menurut  Hackman  (1990)  dan  Klimonski  &  Jones 
(1995)  mengutip  dari 
Rumeser  (2013)  tim  kerja  dinilai  efektif  dengan  melihat  tiga  indikatornya  yaitu  hasil 
kerja  tim,  kepuasan  anggota  tim  sehin gga  ingin  bekerja  kembali  dalam  tim  yan g  sama 
dan  pembelajaran  yang didapat. Penelitian  ini  akan melihat  apakah  ada hubungan antara 
kepemimpinan  dengan tim  kerja, dilihat dari  tingkat efektivitas masing-masing  variabel. 
Apabila  tingkat  efektivitas  kepemimpinan  tinggi  maka  diharapkan  tingkat  efektivitas 
tim kerja juga tinggi, begitupun sebaliknya. 
  
Kepemimpinan 
Tim kerja 
People
Hasil kerja 
Delegation
Kepuasan 
Atmosphere
Belajar 
Feedback
Efektivitas 
Efektivitas 
Kepemimpinan  
Tim kerja 
Gambar 2.1  Gambar Kerangka Berpikir