BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan
2.1.1 Definisi kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yan g membuat sebuah keputusan dan
mengkomunikasikan pesan penting, dan merupakan seseorang yang bertanggung jawab
dalam memastikan karyawannya bekerja d engan efektif guna mencap ai gol ( Osborne,
2008). Kepemimpinan merupakan suatu proses yan g melibatkan interaksi antara
pemimpin dengan pengikut dalam mengatur, melaksanakan serta mencapai tujuan
(Yukl, 1994). Kepemimpinan sering diasosiasikan dengan pengambilan resiko,
kreatifitas, dan merupakan suatu sikap yang menggabungkan antara science d an art
(Hughes, Ginnet & Curphy, 2009).
Pendapat dari beberapa tokoh tersebut menyebutkan bahwa pemimpin
merupakan seseoran g d alam sebuah kepemimpinan, dimana kepemimpinan sendiri
merupakan suatu proses interaksi. Sehingga kepemimpinan itu sendiri terdiri dari
pemimpin dan pengikut.
Menurut Pierce & Newstrom (2006) kepemimpinan adalah suatu bentuk peranan
yang kuat yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Sehingga seorang Pemimpin harus mampu menginspirasi dan mendorong
orang lain untuk men gatasi tantangan yang ada, mencapai gol, dan mamp u membangun
sebuah team yang efektif (Osborne, 2008).
Kepemimpinan adalah suatu kontribusi yang spesial bagi perusahaan, dimana
pemimpin dapat mempengaruhi dan menginspirasi karyawan dengan baik agar bekerja
sesuai dengan aturan perusahaan (Jiang, 2010).
Menurut Schultz & Schultz (2006) keefektifan proses kepemimpinan ditentukan
oleh tiga hal, yaitu: sifat dan perilaku p emimpin, karakteristik karyawan, dan keadaan
atau situation. Kepemimpinan merupakan serangkaian fungsi dalam mencapai
kesuksesan kelompok, bila pemimpin mampu memperlakukan an ggo tanya secara
manusiawi menurut Jex (2002) & Dore (1973) dalam Rumeser (2013).
|
![]() Peranan kepemimpinan dalam organisasi yaitu harus bertanggung jawab dan
mampu menggerakan berbagai sumber daya sehingga menciptakan etos kerja dan
produktifitas kerja yang tinggi guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan (Jabar,
2006).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapa
disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sebuah penggabungan antara seni da
ilmu pengetahuan dimana
terjadi sebuah proses peranan yang ku at antara pemimpi
dengan pengikutnya dalam
mengkoordinasi, memotivasi, dan mendorong para pengikutny
guna mencapai tujuan
organisasi.
2.1.2 Teori kepemimpinan
Dalam bukunya, Schultz & Schultz (2006) menyebutkan beberapa teori
mengenai Kepemimpinan dari beberapa tokoh, yang didasari tiga hal yaitu: sifat dan
perilaku pemimpin, karakteristik karyawan, dan keadaan atau situation. Berikut empat
teori yang disebutkan:
1. Teori Contingency
Menurut Fred Fiedler (1978) mengutip dari Schultz & Schultz (2006),
keefektifan seorang pemimpin diukur dari interaksi antara karakteristik pribadi
pemimpin dengan karakteristik situasi kepemimpinan. Secara ringkas keefektifan
seorang pemimpin ditentukan oleh situasi. Dalam teori ini dijelaskan bahwa seorang
pemimpin diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu,
a. Person-Oriented: Pemimpin lebih manusiawi dalam menjalankan
tugasn ya bersama para pengikut n ya.
b. Task-Oriented: Pemimpin sangat memperhatikan tenggat waktu dalam
mengerjakan tugas, sehingga cepat menyelesaikan tugas.
2. Teori Path-Goal
Teori ini berfokus pada bentuk perilaku pemimpin yang membebaskan pengikut
n ya untuk mencapai tujuan mereka diman a pemimpin meningkatkan motivasi
kepuasan dan kinerja para pen gikut. Dengan kata lain, pemimpin yang efektif dapat
membantu karyawan dalam mencapai goal atau tujuan organisasi. Huouse (1971),
House & Mitchell (1974) mengutip dari Schultz & Schultz (2006)
mengklasifikasikan pemimpin kedalam 4 tipe:
|
![]() a. Directive Leadership: pemimpin secara langsung memberitahu apa yang
harus dilakukan ke pengikut.
b. Supprotive Leadership: pemimpin banyak bertanya dan memberikan
perhatian terhadap pengikut.
c. Participative Leadership: pemimpin mengajak pengikut sehingga lebih
merangkul.
d. Achievement-Oriented Leadership: pemimpin cenderung sering memberi
tantangan kepada pengikut dan meminta hasil yang baik.
3. The Leader-Member Exchange
Graen & Schliemann (1978) men gutip dari Schultz & Schultz (2006)
menjelaskan bahwa proses Kepemimpinan dipengaruhi oleh interak si antara
pemimpin dengan pengikut.
4. Teori Implicit Leadership
Lord, Brown & Freiburg (1999) mengutip dari Schultz & Schultz (2006)
mendeskripsikan leadership dari sudut pandang orang-oran g yang dipimpinnya.
Dari pemimpin yang terdahulunya mereka akan menilai pemimpin yang baru, ideal
atau tidak. Seperti memb andingkan antara Pemimpin yan g sebelumnya d engan saat
ini.
2.1.3 Efektivitas kepemimpinan
Beberapa pemimpin memiliki variasi dalam memandang kekuasaan atas dirinya,
banyak yang merasa bahwa kekuatan yang dimilikinya akan berguna apabila dibagi
dengan para pengikutnya yaitu dengan cara mendelegasikan kekuasaannya dalam
menjalankan tugas kepada pengikutnya (Hughes, Ginnet & Curphy, 2009). Aherman &
Webber (dalam Yukl, 1994) men yebutkan aspek-aspek yang didelegasikan adalah
tanggung jawab, wewenang dalam mengambil tindakan, dan melaksanakan keputusan
tanpa bertan ya terlebih dahulu. Sama seperti salah satu aspek efektivitas kepemimpinan
yaitu people menurut Dore (1973) dalam Rumeser (2013).
Menurut Yukl (1994), pemimpin yang efektif sangat diperlukan oleh organisasi
atau perusahaan agar berkembang dan sukses. Karena efektivitas kepemimpinan adalah
ketepatan dari aktivitas pemimpin dalam menggerakkan karyawan sesuai dengan tugas
|
dan fungsinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Sutik & Suharno,
2009).
Menurut Osborne (2008), salah satu bentuk kesuk sesan dari kepemimpinan yang
dapat terlihat adalah pemberian umpan balik berupa ucapan terima kasih dari pemimpin
kepada pengikut. Dan mengeksplorasi para pengikut, saling tukar pikiran mengenai
pengetahuan dan hal-hal unik, pengalaman serta keterampilan yang dimiliki oleh
pengikut sehingga tahu cara memotivasi mereka untuk bekerja den gan baik.
Jiang (2010) dalam jurnaln ya menjelask an bahwa pemberian umpan balik oleh
pemimpin mengenai kinerja para anggota tim akan meningkatkan efektivitas sebuah
kerja tim karena mereka mengetahui apa kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki
sehingga dapat dijadikan pelajaran dan dikembangkan untuk kedep annya. Dore (1973)
dalam Rumeser (2013) juga menyebutkan bahwa pemimpin yang efektif adalah yang
mampu memberikan umpan balik pada anggotanya.
Dore (1973) dalam Rumeser (2013) menyebutkan bahwa pemimpin yang efektif
adalah p emimpin yang mampu memperlakukan anggotanya secara manusiawi. Sama
halnya dengan Dore, teori
contingency yang dicetuskan oleh Fiedler (1978)
menyebutkan ada dua tipe pemimpin yang salah satunya adalah person-oriented yaitu
pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu memandang dan memperlakukan
pengikutnya sebagai manusia yan g setara dan tidak banyak menuntut pengikutnya.
Berdasarkan beberapa teori yang menyebutkan berbagai faktor efektivitas
kepemimpinan, peneliti menggunakan sebuah teori untuk penelitian ini yaitu konsep
dasar kepemimpinan gun a mendukung kinerja tim menurut Dore (1973) mengutip dari
Rumeser (2013) dimana dalam teorinya ter dapat faktor-faktor yang membuat
kepemimpinan iu efektif dari beberapa pendapat sebelumn ya. Empat faktor tersebut
yaitu:
1. People: Pemimpin memperlakukan anggota secara manusiawi.
2. Delegation: Pemimpin mendelegasikan tanggung jawab dan keputusan kepada
anggota tim.
3. Atmosphere: Pemimpin menciptakan atmosfer atau suasana kerja yang baik guna
terciptan ya kerjasama tim.
4. Feedback: Pemimpin memberikan umpan balik kepada anggota tim atas kinerja
anggota.
|
2.2 Tim Kerja
2.2.1 Definisi tim
Tim menurut Sherif (1959) mengutip dari Ingram (1999), adalah sebuah unit
sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang memiliki peran masing-masing serta
saling berhubungan satu sama lain dan memiliki seperan gkat nilai-nilai atau norma-
norma mereka sendiri.
Dalam jurnaln ya Ingram (1999) menyebutkan dua pendapat mengenai tim dari
dua tokoh, Bass (1960) menyebutkan tim dapat diartikan sebagai sekumpulan individu
yang keberadaannya saling menguntungkan bagi masing-masing individu tersebut.
selanjutn ya pendapat Shaw (1981), tim merupakan sekumpulan individu yan g saling
berpengaruh satu sama lain.
Menurut Donnellon (1996) mengutip dari Aamodt (2009) ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan dalam penyebutan sebuah tim, yaitu sebagai berikut:
a) Identification
Sebagai anggota tim, harus dapat mengidentifikasi dirinya sebagai sebuah tim
yang sedang dijalani saat ini bukan tim yan g lainnya (Aamodt, 2009). Sehingga saat
sedang r apat hendaknya men yebut diri sebagai kelompok yang dibentuk bukan
berdasarkan divisinya.
b) Interdependence
Sebagai anggota tim, pasti membutuhkan bantuan, expertise, dan pendapat dari
anggota tim yang lain. Karena jika tidak begitu maka tidak dapat disebut sebagai
tim.
c) Power Differentiation
Setiap anggota harus berusaha men gurangi Power Differentiation dengan
memperlakukan secara seimbang setiap anggotanya. Sopan terhadap satu sama lain
dan menjauhi perselisihan.
d) Social Distance
Para anggota mengurangi social distance atau jara
dalam hubungan sosial antar
masing-masing anggota dengan menjadi lebih empat
santai, mudah memuji dan
memiliki pemikiran yang sama.
|
e) Conflict Management Tactics
Para anggota tim menyelesaikan konflik dengan b erunding atau bersatu, dengan
memahami pemikiran anggota lainnya lalu membuat upaya untuk berkompromi
dengan tidak menggunakan nada bicara yang mengancam masing-masin g p ihak.
f) Negotiation Proces
Menggunakan win-win solution sehingga hasilnya dapat menguntun gk an semua
pihak yang ada.
2.2.2 Definisi tim kerja
Menurut Hartenian (2003) dalam Manzoor, Ullah, Hussain & Ahmad (2011),
Pada era masa kini, para manajer sering memberikan tugas atau proyek yang dikerjakan
dengan cara kerja tim karena dapat meningkatkan pengetahuan karyawan dan
mengembangkan kemampuan karyawan. Penelitian yan g sebelumnya dilakukan oleh
Jones, Richard, Paul, Sloane & Peter (2007) dalam Manzoor, dkk (2011) menyebutkan
bahwa karyawan yang bekerja dengan cara kerja tim lebih produktif dibandingkan
dengan bekerja secara individu.
Menurut Kirkman dan Shapiro (dalam Aamodt, 2009), tim kerja merupakan
sebuah kelompok kar yawan yang mengatur diri mereka sendiri dalam mengerjakan
tugas, perancanaan, membuat keputusan pekerjaan dan menyelesaik an masalah.
Sekumpulan karyawan yang saling tergantung dalam mengerjakan tugas dan
berbagi tanggung jawab atas hasil kerja merupakan sebuah tim kerja (Cohen & Bailey,
dalam Manzoor, dkk, 2011). Tim kerja merupakan strategi perusahaan yang memiliki
potensi untuk meningkatkan performa individu dan organisasi, walaupun membutuhkan
waktu yang tidak sebentar (Ingram, 1999).
Tim kerja adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi satu sama lain
secara intensif guna menghasilkan suatu rencana dan keputusan (Devine, Clayton,
Philips, Dunford, dan Melner dalam Aamodt, 2009). Tim kerja terdiri dari dua orang
atau lebih, melakuk an tugas-tugas organisasi yan g relevan, memiliki tujuan yang sama,
berinteraksi
sosial, memelihara dan menjaga batasan-batasan yang ada (Kozlowski &
Bell, 2003).
Sebuah Tim kerja juga merupakan sebuah proses dimana sekelompok orang
menyatukan kemampuan dan keterampilan mereka untuk bekerja sama guna mencapai
|
tujuan bersama (Mackall, 2004). Menurut Robbins (1996), tim kerja adalah kelompok
yang upaya-upaya individunya menghasilkan kinerja yang lebih besar dibanding
perorangan. Secara singkat seorang pimpinan hanya ingin melihat tim dan kerja
karena itu lah yang terpenting dari semua definisi tim kerja (Ferguson, 2004).
Bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa tim kerja adalah sekumpulan individu
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja, men yelesaikan tugas dengan
menyatukan kemampuan mereka dan saling berinteraksi secara intens guna mencap ai
tujuan yang sama.
2.2.3 Efektivitas tim kerja
Sebuah team dalam mencapai kesuksesan pasti melalu proses, dimana proses
yang dilewati ad alah I-P-O atau Input-Process-Output sesuai dengan yang dicetuskan
oleh Hughes, dkk (2009) dijelaskan juga bahwa Ouput merupakan hasil akhir dari tim
kerja yang akan dijadikan penilaian keefektifan tim kerja. Namun Process merupakan
suatu yang cukup mempengaruhi Output dimana terd apat empat aspek guna menilai
keefektifan proses tim kerja yaitu: kerja keras, memiliki pengetahu an dan keterampilan
yang memadai dalam tim untuk melakukan tugas, memiliki strategi yang sesuai untuk
menyelesaikan tugas, dan memiliki dinamika kelompok yang positif.
Beberapa individu yang bekerja sama dalam lingkungan yang mendukung guna
mencapai tujuan bersama dengan saling ber bagi pengetahuan dan kemampuan
merupakan gambaran tim kerja yang efektif. Dimana mereka semua memiliki sinergi
yang membuat para anggota mau b ekerja bersama dan saling berkontribusi satu sama
lain (Tarricone & Luca, 2002).
Menurut DeMeuse dan Futrell (1990) dalam Hamlyn-Harris, Hurst, von Baggo,
& Bayley (2006), sebuah tim kerja yang efektif yaitu dimana para anggotanya merasa
puas akan kinerja tim dan hasil kerjanya b aik. Dimana kepu asan para anggota adalah
saat kebutuhan anggota sesuai dengan situasi yang terjadi dalam proses kerja tim.
Sedangkan untuk hasil kerja dinilai secara objektif dalam kualitas dan kuantitas
(Hackman, 1990, Klimonski & Jones, 1995).
Hoegl dan Gemuenden ( 2006) dalam jurnalnya menyebutkan ada enam hal yang
menjadi faktor penting dalam menilai kualitas sebuah tim kerja, yaitu: komunikasi,
koordinasi, kontribusi yang setara, saling men dukung, usaha yang dilakukan, dan
|
perpaduan antar anggota. Menurut Hackman (1990) dan Klimonski & Jones (1995)
sebuah tim kerja akan mencapai kepuasan dari hasil kerja sehingga akan muncul
keinginan untuk kembali bekerja dalam tim yang sama.
Jika anggota tim merasa bahwa mereka ber ada di tim yang tepat, nyaman berada
didalam tim, belajar sesuatu yang baru, merasa bahagia, dan dapat mencapai tujuan
maka hal tersebut merupakan ciri-ciri tim kerja yang efektif (Parker, 2008).
Berdasarkan pada beberapa faktor efektivitas tim kerja yang
disebutkan oleh
berbagai tokoh tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
efektivitas Tim kerja menurut Hackman (1990) dan Klimonski & Jones (1995)
mengutip dari Rumeser (2013) yang menyebutkan ada tiga kriteria utama dalam
menentukan keefektifan sebuah tim kerja, yaitu:
1. Hasil kerja tim, yaitu penilaian kinerja yang dihasilkan secara kualitas maupun
kuantitas.
2. Kepuasan, yaitu kepuasan yang didapatkan oleh masing-masin g anggota tim dalam
kerja tim sehingga ingin bekerja lagi dalam tim yang sama.
3. Belajar, yaitu anggota tim dapat pemb elajaran yang bermanfaat dari tim kerja
tersebut.
2.3 Latar Belakang PT. Tripatra Engineering
Tripatra didirikan oleh Bapak Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat dan Bapak
Iman Taufik pada tanggal 10 Oktober 1973 dengan n ama Tripatra Engineering.
Perusahaan ini bergerak di bidang pengembangan teknik, usaha pengadaan, pengawan
konstruksi dan proyek jasa konsultasi management industri minyak dan gas di indonesia
yang bertujuan untuk menjadi pionir di Indonesia dalam bidang pembangun an dan
proyek jasa konsultasi manajemen pada sektor minyak dan gas.
Arti nama Tripatra dibentuk dari kata Tri yang artinya tiga bidang (Industrial,
Kelautan, dan Infrastruktur), sedangkan Patra yang artinya dunia perminyakan yang
merupakan lahan kegiatan dari Perusahaan ini. Dalam perjalanannya PT. Tripatra
berdiri sebagai pelopor dalam pengembangan engineering dan project management,
yang akhirn ya berk embang ke arah EPC (Engineering, Procurement, Constructions)
yang berfokus pada bidang industri, petrokimia, minyak dan gas. Fokus perusahaan ini
berkembang ke sektor lainn ya yaitu pengembangan fasilitas kelautan dan lepas pantai,
|
petrokimia dan industri lainnya, tenaga generator dan transmisi serta sistem
telekomunikasi sehingga PT. Tripatra Engineers and Constructors (TPEC) dibangun
pada tahun 1987.
Pada tahun 2007, sektor komunikasi dilepas untuk kepentingan bisnis yang lebih
besar, dan pada tahun yang sama, PT. Tripatra memutuskan untuk bergabung dengan
PT Indika Energy Tbk. Pada tahun 2008, PT Indika Energy Tbk yang berperan sebagai
induk Tripatra melepas saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Sehingga
memperkuat posisi Tripatra secara nasional maupun internasional.
Visi dari Tripatra adalah menjadi perusahan kelas dunia yang menyediakan
solusi teknik terintegrasi inovatif melalui berbagai bidang teknik yan g terbaik. Misi dari
Tripatra adalah memberikan jasa teknik kelas dunia, pengadaan barang, konstruksi, dan
solusi manajemen proyek untuk energi & sektor sumber daya alam. Menciptakan
sinergi di seluruh platform kelompok terintegrasi. Memastikan keuntungan dan
pertumbuhan yang berkelanjutan. Mencapai dan mempertahankan pengembangan
sumber daya manusia yang berkesinambungan dan menamb ah nilai kehidupan
stakeholder.
2.4 Kerangka Berpikir
Guna mengerjakan satu proyek, dibutuhkan kerjasama dari beberapa disiplin
divisi. Dimana kepala divisi akan menunjuk pimpinan untuk membentuk tim kerja
untuk masing-masing divisi. Masing-masing tu gas proyek sudah disesuaikan dan
diberikan tenggat waktu dalam pengerjaann ya. Guna mencapai tenggat waktu yang
diberikan maka dibutuhkan tim kerja yang efektif. Sesuai dengan Hawthorne study,
yang menyebutkan bahwa kar yawan membutuhkan pemimpin yang memperlakukan
mereka dengan baik guna mendukung mereka secara psikologis dan meningkatkan
kinerja mereka. Mak a dibutuhkan kepemimpinan yan g efektif juga guna menghasilkan
tim yang efektif.
Melihat adan ya keterlambatan atau hambatan dalam penyelesaian proyek yang
dikerjakan oleh tim kerja, maka dibutuhkan tim kerja yang efektif guna menyelesaikan
tepat waktu. Adanya kepemimpinan dalam suatu tim kerja dan adanya penelitian
Hawthorne Studys, maka dilakukan penelitian ini untuk mencari tahu apakah ada
hubungan antara kedua variab el tersebut. penelitian ini melihat tingkat ef ektivitas
|
masing-masing variabel apabila tingkat efektivitas kepemimpinan tinggi maka
diharapkan tingkat efektivitas tim kerja juga tinggi.
Dalam teorinya, Dore (1973) mengutip dari Rumeser (2013) menyebutkan
bahwa indikator penilaian efektivitas kepemimpinan dilihat dari empat hal yaitu
pemimpin mendelegasian tugas dan tanggung jawab, pemimpin memperlakukan
anggota tim secara man usiawi, pemimpin memberikan umpan balik pada anggota dan
pemimpin mampu menciptakan atmosfir guna membangun kerja sama tim. Dalam
penelitian sebelumnya, Rumeser (2013) men yebutkan bahwa indikator kepemimpinan
memberikan dampak positif terhadap hubungan antara mental model dengan efektivitas
tim kerja. Dengan begitu peneliti ingin mencari tahu tingkat efektfitas kepemimpinan
tim sesuai den gan teori yang digunakan yaitu efektivitas kepemimpinan dalam tim
kerja.
Menurut Hackman (1990) dan Klimonski & Jones
(1995) mengutip dari
Rumeser (2013) tim kerja dinilai efektif dengan melihat tiga indikatornya yaitu hasil
kerja tim, kepuasan anggota tim sehin gga ingin bekerja kembali dalam tim yan g sama
dan pembelajaran yang didapat. Penelitian ini akan melihat apakah ada hubungan antara
kepemimpinan dengan tim kerja, dilihat dari tingkat efektivitas masing-masing variabel.
Apabila tingkat efektivitas kepemimpinan tinggi maka diharapkan tingkat efektivitas
tim kerja juga tinggi, begitupun sebaliknya.
|
![]() Kepemimpinan
Tim kerja
People
Hasil kerja
Delegation
Kepuasan
Atmosphere
Belajar
Feedback
Efektivitas
Efektivitas
Kepemimpinan
Tim kerja
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berpikir
|