BAB 2
KAJIAN TE ORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1   Kajian Teori 
2.1.1   Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen  sumber  daya  manusia  adalah  bagian  dari  manajemen,  yang  
merupakan  salah  satu  hal  penting  bagi  keberlangsungan  hidup  perusahaan. 
Perusahaan  perlu  mengelola  sumber  daya  manusian ya  secara  baik,  karena  sumber 
daya manusia akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan perusahaan. 
Menurut  Henry  Simamora  (2004:4)  manajemen  sumber  daya  manusia 
sebagai  pendayagunaan,  pengembangan,  penilaian,  pemberian  balasan  jasa  dan 
pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. 
Menurut  Mathis  dan  Jackson  (2006:46)  manajemen  sumber  daya  manusia 
adalah lingkungan yang mempengaruhi perubahan yang signifikan sebagai berikut: 
A.  Perubahan ekonomi dan teknologi. 
B.  Ketersediaan dan kualitas angkatan kerja. 
C.  Pertumbuhan angkatan kerja tidak tetap 
D.  Persoalan demografi 
E.  Pen yeimbangan pekerja/keluarga 
F.  Pen yusunan ulang organisasional dan merger/akuisisi 
Menurut  Abdurrahmat  Fathoni  (2006:8)  sumber  daya  manusia  merup akan 
modal  dan  kekayaan  yang terpenting  dari  setiap  kegiatan manusia.  Manusia sebagai 
unsur  terpenting  mutlak  dianalisis  dan  dikembangkan  den gan  cara  tersebut.  Waktu, 
tenaga  dan  kemampuannya  benar-benar  dapat  dimanfaatkan  secara  optimal  bagi 
kepentingan organisasi, maupun bagi kepentingan individu. 
Jadi  menurut  peneliti  manajemen  sumb er  daya  manusia  adalah  sistem  yang 
telah  tersusun  untuk  mewujudkan  unsur-unsur  berjalannya  suatu  organisasi  secara 
fungsional  dan  dapat  dikembangkan  untuk  kepentingan  organisasi  dan  kepentingan 
individu.  Selaras dengan  pengembangann ya maka kesesuaian  akan  kemampuan  dari 
karyawan  sangat  penting 
dengan  didasari  atas  person  job  fit  sehingga  baik  dari 
perusahaan  maupun  karyawan  dapat  mengetahui  seberap a  besar  k emampuan  dan 
penyesuaian pekerjaan yang dilakukan. 
  
2.1.2  Teori Job Characteristic
Dalam  buku  karangan  Debra  dan  James  (2008:338)  disebutkan  bahwa  telah 
dilakukan  studi untuk mengetahui karakteristik pekerjaan seperti apa yang umumnya 
sering  muncul.  Penelitian  terus  dilakukan  hingga  akhirn ya  menghasilkan  lima 
karakteristik  inti  dari  pekerjaan  yang  dijelaskan  melalui  model  job  characteristic. 
Teori  job  characteristic  menjelaskan  bahwa  pekerjaan memiliki desain  karakteristik 
tertentu. Teori ini memiliki hubungan yang erat dengan person-job fit karena teori ini 
menekankan  interaksi  antara  individu  dengan  atribut  spesifik  dari  pekerjaan. Model 
job  characteristic adalah sebuah kerangka  yang digunakan untuk memahami person-
job  fit  melalui  interaksi  antara  dimensi  inti  pekerjaan  dengan  keadaan  psikologi 
dalam diri seseorang. Model job characteristic dapat dilihat pada gambar berikut : 
Gambar 2.1 Model Job Characteristic
Sumber : Debra and James (2008:338) 
Secara  garis  besar  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  berdasarkan  gambar  di 
atas,  lima  karakteristik  inti  pekerjaan  akan  memengaruhi  kondisi  psikologikal 
seseorang  dalam  bekerja.  Kondisi  Psikologikal 
ini  akan  berpengaruh  juga  terhadap 
hasil  kerja  karyawan.  Proses  ini  dipengaruhi  oleh  kebutuhan  karyawan  akan 
kekuatan  untuk  berkembang.   Jika  lima  karakteristik  inti  terpenuhi  dan  dijalankan 
dengan benar, maka hasil yang baik dapat diraih oleh perusahaan. 
  
2.1.3  Person-Job Fit
Teori  kesesuaian  kepribadian-pek erjaan  (Person-Job  Fit)  adalah  milik  dari 
John  Holland,  teori  ini  didasarkan  dari  kesesuaian  si  pekerja  dengan  pekerjaanya. 
Holland  melakukan  penelitian  dan  penelitian  tersebut  menunjukan  bahwa  ketika 
kepribadian  dan  pekerjaan  sangat  co cok,  kepuasan  dalam  diri  meningkat.  Seperti 
contohnya  orang  yan g  realistis  berada  dalam  situasi  yang  realistis  lebih  sesuai  dari 
pada orang yang realistis berada dalam  situasi  yang konvension al (Robbins & Judge, 
2008).  
Person-Job Fit  diartikan  sebagai cocoknya  kemampuan dari individu  dengan
tuntutan dari sebuah pekerjaan (Edwards, 1991, Ho, 2011).  
Menurut  Steven  G.  Rogelberg  (2012)    Person  -job  (PJ)  fit  didefinisikan 
sebagai kompatibilitas antara individu dan pekerjaan atau tugas yang mereka lakukan 
di  tempat  kerja.  Definisi  ini  mencakup  kompatibilitas  berdasarkan  kebutuhan 
karyawan  dan  perlengkapan  pekerjaan  yang  tersedia  untuk  memenuhi  kebutuhan 
tersebut, 
serta  tuntutan  pekerjaan  dan  kemampuan  karyawan  untuk  memenuhi 
permintaan  tersebut.  Di  masa  lalu,  istilah  PJ  fit  telah  digunakan  untuk 
menggambarkan  cocok  dengan  pekerjaan  atau  panggilan  juga,  tetapi  baru-baru  ini 
telah  dibedakan  d ari  bentuk  yang  lebih  luas.  Berdasarkan  tegas  dalam  psikologi 
interaksional,  premis  yang  mendasari  PJ  fit  adalah  bahwa  karakteristik  pribadi  dan 
pekerjaan kerja bersama untuk menentukan hasil individual. 
Kristof-Brown dalam bu ku karangan Rogelberg (2007) menjelaskan“Person–
job (P-J  fit)  is defined as  the compatibility between  individuals  and the  job  or tasks 
that  they perform  at  work.  This  definition  includes  compatibility  based on  employee 
needs 
and  job  supplies  available  to  meet  those  needs,  as  well  as  job  demands  and 
employee  abilities  to  meet  those  demands.”  Yang  berarti  P-J  Fit  diartikan  sebagai 
kesesuaian  antara  individu  dengan  pekerjaan  atau  tugas-tugas  yang  dilakukan  di 
tempat  kerja.  Definisi  ini  mencakup  kesesuaian  berdasarkan  kebutuhan  karyawan 
dan  perlengkapan  kerja  yang  tersedia  untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut,  serta 
tuntutan pekerjaan dan keterampilan karyawan untuk memenuhi permintaan tersebut.
Sejalan  dengan itu menurut  Landy dan Conte (2010:469),“Person-job fit  (P-J 
Fit)  refers to the extent to which the skills, abilities, and interest of an individual are 
compatible  with  the  demands  of  the  particular  job”.  Maksudnya  adalah  P-J  Fit 
memperhatikan  sejauh   mana  kesesuaianantara  keterampilan,  kemampuan,  dan 
ketertarikan individu dengan tuntutan suatu pekerjaan tertentu.
  
10 
Jadi  Person-job  fit  adalah  kesesuaian  antara  pengetahuan,  keahlian  dan 
keterampilan  kar yawan  dengan  pekerjaan  atau  tugas  tertentu.  Kesesuaian  ini 
diharapkan agar karyawan dapat melaksan akan dan menyelesaiakn pekerjaan den gan 
baik  tanpa  menghadapi  kendala  yang  berarti.  Kendala  yang  muncul  akan 
menghambat  aktivitas  p erusahaan,  oleh  karena  itu  perusahaan  harus  merencanakan 
karyawan yang tep at untuk mengisi posisi yang juga tepat. 
2.1.3.1 Dimensi Person-Job Fit
Daniel dan  Elizabeth  (2007:214)menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan 
dimensi P-J fit, yaitu : 
1.  Supply-Value Fit (S-V Fit) 
Individu  menentukan  sendiri  lingkungan  atau  pekerjaan  mana  yang  dir asa 
sesuai  dengan  motif  atau  kebutuhan  mereka.  Menurut  jurnal  Muhammad  Tahir 
Iqbal,  Waqas  Latif  dan  Wahab  Naseer  (201 2:524)  individu  menginginkan 
kesesuaian : 
Nilai. Yaitu kesesuaian diri dengan setiap pekerjaan yan g diberikan 
Tujuan. Yaitu pemahaman akan tujuan dari pekerjaan yan g diberikan 
Kebutuhan Fisiologi. Yaitu kebutuhan fisik seseorang yang dibutuhkan   
untuk  mengerjakan  suatu  pekerjaan  terdiri  dari  tingkat  keamanan 
lingkungan kerja. 
Minat.  Yaitu 
bagaimana  seseoran g  karyawan   dapat  berfokus  dalam 
pekerjaan    yang  dilakukan  dan  menyukai  pekerjaan  tersebut  serta 
memahami akan tugas dan konsekuensi pekerjaan yan g dilakuk an. 
2.  Demand-Abilities Fit (D-A Fit) 
Sejauh  mana  keterampilan  individu  untuk  memenuhi  permintaan  atas 
pekerjaan.  Menurut  Livingstone  dalam  buku  “Refining  Familiar  Constract” 
(2007:215),  dalam  pendekatan  D-A  Fit  dibutuhkan  pengetahuan  keterampilan 
keahlian,  dan  kepribadian  lainnya  untuk  melihat  seberap a  baik  individu  mampu 
menyelesaikan tu gas  atas pekerjaannya (KSAOs) . 
  
11 
2.1.3.2 Manfaat Person-Job Fit
Dalam  jurnalnya,  Upulka  dkk  (2008:78)  menjelaskan  manfaat  person-job  fit 
adalah,  jika  perusahaan  mempekerjakan  karyawan  dengan  keterampilan  dan 
preferensi  yang  sesuai  dengan  karakteristik  yang  dibutuhkan  pekerjaan,akan 
memungkinkan  perusahaan  mendapat  nilai  dari  karyawan,  tanpa  harus  mengad akan 
program pelatihan yang lama. 
Menurut  Holloway  pada artikel  dalam  situs  www.aboutpeople.com (2003:3), 
person-job  fit  tidak  hanya  baik  untuk  dimiliki,  namun  sangat  penting  bagi 
keberhasilan  perusahaan.  Person-jobfit  menawarkan  banyak  manfaat,  memecahkan 
banyak  masalah  dan  memungkinkan  p erusahaan  untuk  memanfaatkan  peluang. 
Berikut adalah manfaat P-J Fit menurut Holloway :
Tabel 2.1– Manfaat Person-Job Fit 
 
Jika  karyawan  merasa  senan g  dan  puas 
Retensi 
dengan  pekerjaan  mereka,  maka  mereka 
akan tetap tinggal di perusahaan. 
&Turnover 
P-J  Fit  membantu  perusahaan 
Brain Drain
menentukan  orang  yang  tepat  dalam 
perusahaan  
Menarik 
Menjadi  perusahaan  yang  komit  kepada 
Pelamar 
Berbakat 
karyawan  dan  menyediakan  pekerjaan  yang 
bermakna akan menarik pelamar baru. 
Membantu  perusahaan  men yaring 
Recruiting &
karyawan  yang  tidak  sesuai  dan  sesuai 
sehingga han ya fokus kepada  yang sesuai. 
Staffing
Ketika  seseorang  sesuai  dengan 
Kinerja 
pekerjaannya,  maka  p roduktivitas  akan 
meningkat. 
Kar yawan  memiliki  kesempatan  yang 
jauh  lebih  besar  untuk  bisamengambil 
pekerjaan  tambahan  jika  pekerjaan  utama 
sesuai dengan 
Efektif 
keterampilan mereka mereka 
Sumber : Pamela Holloway (2003:3)    
  
12 
2.1.3.3 Langkah-langkah Membangun Person-Job Fit
Dalam  artikel  lain,  Holloway  (2003:3)  mengatakan  bahwa  kesalahan  yang 
umum dilakukan oleh perusahaan adalah,mereka  tidak memiliki gambaran  yang jelas 
atau  kriteria  khusus  mengenai  apa  yang 
mereka  butuhkan.Lan gkah-lan gkah  yang 
dapat diambil untuk menanggulangi hal tersebut,  yaitu : 
1.  Mendefinisikan makna “orang yang tep at” 
Orang  yang  tepat  adalah  seseorang  yang  memiliki  bakat  alami  sesuai 
dengan  yang  dibutuhkan  oleh  pekerjaan  dan  memiliki  nilai-nilai  dan 
hasil yan g sesuai dengan perusahaan.  
2.  Merencanakan tes 
Melakukan  penilaian  dan  wawancara  selama  ini  dirasa  cukup  efektif 
dalam  menentukan  orang  yang  tepat.  Pada  area  ini,  perusahaan  harus 
berhati-hati  dengan  menganalisa  tiap  kandidat  dengan  sebaik-baikn ya. 
Perusahaan  d apat  mempertimbangkan  untuk  men yewa  jasa  konsultan 
untuk  membantu  mengidentifikasi  apa  yang  dibutuhkan  dan  memilih 
program atau metode yang paling baik, jika dirasa perlu. 
3.  Mulai dengan kandidat terbaik 
Cari  seseoran g  yangbenar-benar  paling  baik  untuk  melakukan  pekerjaan 
dan mengidentifikasi apa yan g merek a ketahui dan dapat lakukan. 
4.  Membedakan bakat dengan keter ampilan 
Perusahaan harus  fokus  kepada bakat dan  kekuatan alami ketika  memilih 
seseorang  untuk  mengisi  pekerjaan.  Karyawan  dapat  diajarkan 
keterampilan  khusus  yang  merek a  butuhkan,  tetapi  bakat  tidak  bisa 
diajarkan. Bak at memiliki dampak yang lebih besar pada kinerja. 
5.  Mengidentifikasikan bakat dan kekuatan 
Setiap  orang  unik,  diantara  yang  satu  dengan  yang  lain  tidaklah  sama. 
Untuk  membedakannya  perusah aan  harus  fokus  pada  tiga  h al  yaitu, 
faktor  kognitif,  nilai,  dan  keyakinan  serta  faktor  eksternal  atau 
lingkungan 
6.  Pengetahuan 
Pengetahuan  berhubungan  dengan  bagaimana  seseoran
melakukan 
ap a 
yang  mereka  lakukan.  Bagaimana  otak  mereka  bekerja,  da
bagaiman a 
mereka men yaring infor masi. 
  
13 
7.  Nilai dan Kepercayaan 
Mengukur nilai dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu. 
8.  Lingkungan eksternal 
Sebuah  perusahaan  biasanya  melakukan  kesalahan  umum,  yaitu  terlalu 
fokus  pada  individu  sehingga  mengesampingkan  masalah  eksternal  atau 
lingkungan.  Perusahaan  lupa  melihat  b agaimana  individu  berinteraksi 
dengan  dunia  luar.  Faktor  eksternal  utama  adalah  lingkungan  fisik, 
budaya  dan  atasan.  Ketiga  dapat  secara  dramatis  berdampak  kepada 
kesesuaian dan kinerja. 
Dari  penjab aran  diatas  d apak  diketahui  bahwa  person-job  fit  fokus  terhadap 
hubungan antara individu  karyawan  dengan pekerjaan  yang dilakukan. Harus  terjadi 
kesesuaian  diantara  ked ua  hal  tersebut,  karena  apabila  seorang  karyawan  memiliki 
kesesuaian  yang  meliputi  seluruh  dimensi  person-job  fit  dengan  k riteria  pekerjaan, 
maka karyawan akan melakukan pekerjaannya den gan mudah dan optimal. 
Dalam  kaitann ya  dengan  person-job  fit  ini,  yaitu  dimana  secara  umum 
kepuasan  kerja memengaruhi  penilaian  dan  tugas dari  karyawa
dengan  komponen-
komponen  untuk  saling  mengevaluasi  hasil  dari  kaitanny
terhadap  kepuasan  kerja 
bagi  karyawan.  Dapat  mengoptimalkan  hasil  bagi  perusahaa
sesuai  dengan 
kebutuhan  dan   proses  dari  pekerjaan  yang  dihasilkan  yan
berhubungan  dengan 
tingkat kepuasan kerja  yang akan dicapai. 
2.1.4   Kepuasan Kerja
Kepuasan  kerja  merupakan  bentuk  perasaan  seseorang  terhadap 
pekerjaannya,  situasi  kerja  dan  hubungan  dengan  rekan  kerja.  Dengan  demikian 
kepuasan  kerja  merupakan  sesuatu  yang  penting  untuk  dimiliki  oleh  seorang 
pegawai,  dimana  mereka  dapat  berinteraksi  dengan  lingkungan  kerjanya  sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan. 
Menurut  Malayu  S.P.  Hasibuan  (2006:202)  kepuasan  kerja  adalah  sikap 
emosional  yang    dan  mencintai  pekerjaannya.  Sikap  ini  dicerminkan 
oleh  moral  kerja,  kedisiplinan,  dan  prestasi  kerja.  Kepuasan  kerja    dinikmati  dalam 
pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi antara keduanya. 
  
14 
Menurut  Mathis  dan  Jackson  (2006:121),  kepuasan  kerja  adalah  keadaan 
emosional  yang  berdampak  positif  yang  merupakan  hasil  dari  evaluasi  pengalaman 
kerja seseorang.  
Sedangkan  menurut Wagner dan  Hollenbeck (200 9:106), kepuasan kerja (job 
satisfaction) memiliki tiga komponen, yaitu :
• 
Value:  Dimana  seseorang  secara  sengaja  atau  tidak  sengaja, 
menginginkan  untuk  memperoleh  nilai  atau  manfaat  dari  pekerjaan  itu 
sendiri. 
• 
Importance of value :Manusia dibedakan tidak  hanya dari  nilai-nilai  yang 
ia yakini, tapi juga dari b eban atau usaha yang diberikan untuk memenuhi 
nilai-nilai  tersebut.  Perbedaan  inilah  yang  mempengaruhi  tingkat  dari 
kepuasan seseorang. 
• 
Perception:  Kepuasan  mencerminkan  persepsi  kita  terhadap  situasi  saat 
ini  dan  nilai-nilai  yang  kita  yakini.  Dari  kumpulan  definisi  diatas  dapat 
disimpulkan  bahwankepuasan  kerja  karyawan  merupakan  hasil  keadaan 
emosional  yan g  dirasakan  seorang  karyawan  atas  apa  yang  dilakuk an 
terhadap pekerjaan mer eka. 
Maka  dapat  disimpulkan  bahwa  kepuasan  k erja  adalah  suat
keadaan 
emosional  yang  menyenangkan  atau  tidak  men yenangkan  yan
dicerminkan  oleh 
pegawai  terhadap  pekerjaan  yang  sedang  dilakukannya  untu
mendapatkan  hasil 
yang maksimal bagi setiap individu karyawan. 
2.1.4.1   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut  A.  A.  Anwar  Prabu  Mangkunegara  (2007:120)  mengatakan  bahwa 
ada 2 faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : 
a.  Faktor Pegawai 
Yaitu, kecerdasan (IQ), kecakapan  khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, 
pendidikan,  pengalaman kerja,  masa kerja,  keprib adian,  emosi, cara  berpikir, 
persepsi, dan sikap kerja. 
b.  Faktor    Pekerjaan,  yaitu  jenis  pekerjaan,  struktur  organisasi, 
pangkat(golongan),  kedudukan,  mutu  pengawasan,  jaminan  financial, 
kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja. 
  
15 
2.1.4.2   Teori Kepuasan Kerja
Salah  satu  model  teori  yang  berkaitan  dengan  kepuasan  kerja,  yaitu  teori 
yang  dikemukakan  oleh  Edward  Lawyer  yang  dikenal  dengan  equity  model 
theory/teori  kesetaraan.  Intinya  teori  ini  menjelaskan  kepuasan  dan  ketidakpuasan 
dengan  p embayaran  perbedaan  antara  jumlah  yang  diterima  dengan  jumlah  yang 
dipersepsikan  oleh  karyawan  lain  merupak an  penyebab  utama  terjadinya 
ketidakpuasan. 
Untuk itu pada dasarnya ada 3 tingkatan karyawan,  yaitu : 
1.  Memenuhi kebutuhan dasar karyawan. 
2.  Memenuhi  harapan  karyawan  sedemikian  rupa,  sehingga  tidak  mungkin 
mau pindah ke tempat lain. 
3.  Memenuhi  kein ginan  karyawan   dengan  mendapat  lebih  dari  apa  yang 
diharapkan. 
Kepuasan kerja  pada dasarnya  merupakan  suatu  hal  yang  bersifat  individual. 
Setiap  individu  memiliki  tingkat  kepuasan  yang  berbeda-beda  sesuai  dengan  sistem 
nilai  yang  berlaku  pada  dirinya.  Makin  tinggi  penilaian  pada  kegiatan  didasarkan 
sesuai  dengan  keinginan  individu  maka  semakin  tinggi  kepu asannya 
terhadap 
kepuasan  tersebut.  Dengan  demikian  k epuasan  merup akan  evaluasi  yang 
menggambarkan  seseorang  atas  perasaan sikap senang/tidak senang, puas/tidak puas 
dalam bekerja.  
Menurut Veithzal Rivai (2004:480), teori kepuasan kerja antara lain : 
1.  Teori Ketidaksetaraan (Discrepancy Theory) 
Teori  ini  mengukur  kepuasan  kerja  seseorang  dengan  menghitung selisih 
antara  sesuatu  yang  seharusnya  dengan  kenyataan  yang  dirasakan.  Sehingga 
apabila  kepuasann ya  diperoleh  melebihi  yang  diterimanya  maka  orang  akan 
lebih  puas lagi,  sehin gga  terdap at  discrepancy  tetapi  merupakan  discrepan cy 
yang  positif.  Kepuasan kerja seseorang tergantung p ada selisih antara sesuatu 
yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai. 
2.  Teori Keadilan (Equety Theory) 
Teori  ini  mengemukakan  bahwa  orang  akan  merasa  puas/tidak  puas, 
tergantung  p ada  ada/tidak  ad anya  keadilan  (equity)dalam  suatu  sistem, 
khususnya  sistem  kerja.   Menurut  teori  ini  ko mponen  utama  dalam  teori 
keadilan  adalah  input, hasil,  keadilan, dan  ketidakadilan.  Input adalah  faktor 
  
16 
bernilai  bagi  pegawai  yan g  dianggap  menduk ung  pekerjaannya  seperti, 
pendidikan,  pengalaman,  kecakapan,  jumlah  tugas&peralatan/perlengkapan 
yang  dipergunakan  untuk  melaksanakan  pekerjaannya.   Hasilnya  adalah 
sesuatu  yang  dianggap  bernilai  oleh  seorang  karyawan  yang  diperolehn ya 
dari  pekerjaann ya, seperti : upah/gaji,  keuntungan  sampingan, symbol,  status, 
penghar gaan,&kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. 
3.  Teori 2 faktor (Two Factor Theory) 
Menurut  teori  ini  kepuasan  kerja  &  ketidakpuasan  kerja  itu  merupakan  hal 
yang  berbeda.  Kepuasan  &  ketidakpuasan  itu  bukan  satu  variabel  yang 
continue. Teori  ini  menunjukkan karakteristik  pekerjaan menjadi 2  kelompok 
yaitu  satisfieas/motivator  &  dissatisfieas.  Satisfieas  adalah  faktor-
faktor/situasi  yang  dibutuhkan  sebagai  sumber  yang  dibutuhkan.  Kepuasan 
kerja  yang  terdiri  dari  :  pekerjaan  yang  menarik,  penuh  tantangan,  ada 
kesempatan  untuk  berprestasi,  kesempatan  untuk  memperoleh  penghargaan 
&  promosi.  Terpenuhinya  faktor  tersebut  akan  menimbulkan  kepuasan, 
namun  tidak  terpenuhinya  faktor  ini  tidak  selalu  mengakibatkan 
ketidakpuasan.  Dissatisfieas  (Hegein  Factor)  adalah  faktor- faktor  yang 
menjadi  sumber  ketidakpuasan  yang  terdiri  dari  gaji/upah  pen gawasan, 
hubungan antara pribadi, kondisi kerja & status. 
Faktor  ini  diperlukan  untuk  memenuhi  dorongan   biologis  serta  kebutuhan 
dasar  karyawan.  Jika  tidak  terpenuhi  faktor  ini,  karyawan  tidak  akan  puas.  Jika 
besarnya  f aktor  ini  memadai  untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut,  karyawan 
tidak akan kecewa meskipun belum terpuaskan. 
2.1.4.3 Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasan Kerja
Menurut  Robbins  dan 
Judge  (2007:83)  ketidakpuasan  karyawan  dapat 
dinyatakan dengan sejumlah cara, diantaranya: 
a.  Keluar  (Exit):  Perilaku  yang  mengarah  untuk  meninggalkan  organisasi. 
Mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti. 
b.  Suara  (Voice):  Dengan  aktif  dan  konstruktif  mencoba  memperbaiki 
kondisi.  Mencakup  saran  perbaikan,  membahas  problem-problem den gan 
atasan, dan beber apa bentuk kegiatan serikat buru h. 
  
17 
c.  Kesetiaan  (Loyalty): Pasif  tetapi  optimis menunggu membaiknya  kondisi. 
Mencakup  berbicara  membela  organisasi  menghadapi  kritik  luar  dan 
mempercayai  organisasi  dan  manajemennya  untuk  melakukan  hal  yang 
tepat. 
d.  Pengabaian  (Neglect):  Secara  pasif  membiarkan  kondisi  memburuk, 
termasuk  kemangkiran  atau  datang  terlambat  secara  kronis,  upaya  yang 
dikurangi, dan tingkat kekeliruan  yang meningkat. 
  
Gambar 2.2 R esponse to Job Dissatisfaction
Sumber : Robbins dan Judge (2007:84)  
2.1.4.4 Panduan Meningkatkan Kepuasan Kerja
Menurut  Greenberg  dan  Baron  (2003:159)  ada  beberapa  cara  untuk 
meningkatkan  kepuasan  dan  mencegah  ketidakpuasan  pada  pekerjaan,  diantaranya 
sebagai berikut: 
a.  Membuat pekerjaan menyenangkan 
Karyawan akan lebih  puas dengan  pekerjaan  yang mereka  senangi  ketimbang 
dengan  pekerjaan  yang  membosankan.  Meskipun  beberapa  pekerjaan  secara 
instrinsik  membosankan,  pekerjaan  tersebut  masih  mungkin  meningkatkan 
kesenangan ke dalam setiap pekerjaan. 
b.  Kar yawan dibayar secara adil 
Karyawan  yang  meyakini bahwa sistem  pengupahan organisasinya  tidak adil 
akan  cenderung  tidak  puas  dengan  pek erjaannya.  Hal  ini  diberlakukan  tidak 
hanya  untuk    gaji  dan  upah  per  jam,  tetapi  juga  fringe  benefit.  Konsisten 
  
18 
dengan  value  theory,  karyawan  yan g  merasakan  dibayar  secara  adil  dan 
apabila  karyawan  diberi  peluang  untuk  memilih  fringe  benefit  yang  paling 
mereka in ginkan, maka kepuasan kerjanya cenderung akan meningkat. 
c.  Mencocokan karyawan d engan pek erjaan yang sesuai dengan minatn ya. 
Semakin  banyak  karyawan  menemukan  bahwa  dirinya  dapat  memen uhi 
minatnya  pada  pekerjaan  mereka,  maka  mereka  akan  lebih  puas  terhadap 
pekerjaann ya. Perusahaan  dapat  menawarkan jasa  konseling  individu  kepada 
pekerja  sehingga  kepentingan  pribadi  dan  professional  dapat  diidentifik asi 
dan disesuaikan. 
d.  Mengindari kebosanan dan Pekerjaan yang berulang-ulang. 
Kebanyakan karyawan cenderung  mend apat  sedikit  kepuasan  apabila  mereka 
dihadapi  dengan  pekerjaan  yang  membosank an  dan  berulang-ulang.  Sesuai 
dengan  two-factor  theory,   karyawan  jauh  lebih  puas  dengan  pekerjaan  yang 
meyakinkan  mereka  memperoleh  sukses  dengan  secara  bebas  melakukan 
kontrol atas bagaimana cara mereka melakukan sesuatu. 
2.1.4.5   Dimensi Kepuasan kerja
Menurut  Marihot  Tua  (2007:291)  mengemukakan  bahwa  kepuasan  kerja 
meliputi enam dimensi yaitu : 
a.  Gaji 
Yaitu  sejumlah  bayaran  yang  diterima  seseo rang  akibat  dari  pelaksanaan 
kerja  apak ah  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  dirasakan  adil  sesuai  dengan 
ketrampilan dan pen go rbanan yan g diberikan.  
b.  Pekerjaan itu sendiri 
Salah  satu  faktor  kepuasan  kerja  ad alah  pekerjaan  yang  menantang, 
bervariasi  dan  memberikan  kesempatan  kepada  karyawan  un tuk 
menggunakan kemampu an dan  keterampilan  yang dimilikinya sehingga tidak 
menimbulkan  kejenuhan  dan  kebosanan  bagi  karyawan  dalam 
mengerjakann ya. 
c.  Atasan 
Seseorang  yang  senantiasa  memberikan  perin tah  atau  petunjuk  dalam 
pelaksanaan  pekerjaan.  Cara  atasan  memberi  perintah  kepada  bawahan  bisa 
  
19 
berdampak menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi karyawan sehingga 
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang. 
d.  Rekan kerja 
Rekan kerja yan g  ramah, hubungan  kerja sama  dan komunikasi  dengan r ekan 
kerja  yang  terjalin  dengan  baik  akan  mendatangkan  kepuasan  kerja  yang 
tinggi. 
e.  Promosi 
Pemberian  kesempatan  kepada  k aryawan  untuk  mengembangkan   karirnya. 
Seseorang  dapat  merasakan  adanya  kemungkinan  yan g  besar  untuk  n aik 
jabatan  atau  tidak.  Proses  kenaikan  jabatan  yang  kurang  terbuka  dapat 
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang. 
f.  Lingkungan kerja 
Terdiri  dari  lin gkun gan  kerja  fisik  dan  psikologis.  Karyawan  akan  mudah 
mengerjakan dan menyelesaikan  pekerjaannya bila  kondisi  seakan  sekitarnya 
bersih,  terang,tidak  terlalu  sempit  dan  bising.  Sehingga  karyawan  akan 
mudah  mengerjakan  dan  menyelesaikan  pekerjaan  dalam  suasana  atau 
kondisi  yang mendukung atau harmonis. 
2.1.5    Kinerja Karyawan 
2.1.5.1 Pengertian Kinerja karyawan
Kinerja  merupakan  hasil  kerja  secara  kualitas  dan  kuantitas  yang  dap at 
dicapai  oleh  seorang  pegawai  dalam  melaksanakan  tugas  sesuai  dengan   tanggung 
jawab yang diberikan kepadanya guna mencapai hasil yang diinginkan. 
Menurut  Hasibuan  (2003:94)  kinerja  merupakan  suatu  hasil  kerja  yang 
dicapai  seseorang  d alam  melaksanakan  tugas-tugasnya  yang  dibebankan  kepadanya  
yang didasarkan  atas kecakapan, p engalaman  dan  kesungguhan  serta waktu. Kinerja 
merupakan gabungan   d ari  tiga  faktor  penting,  yaitu  kemampuan  dan  minat  seorang 
pekerja,  kemampuan  dan  penerimaan  atas  pelaksanaan  delegasi  tugas,  serta  peran 
tingkat motivasi seorang pekerja. 
Menurut  Mathis  dan  Jackson  (2006:378)  berpendapat  bahwa  kiner ja 
(perfomance)  pada  dasarn ya  apa  yang  yang  dilakukan  atau  tidak  dilakukan  oleh 
karyawan.  Kinerja  kar yawan  yan g  umum  untuk  kebanyakan  pekerjaan  meliputi 
elemen  yaitu  kuantitas  dari  hasil,  kualitas  dari  hasil,  ketepatan   waktu  dari  hasil, 
kehadiran atau absensi, dan kemampuan bekerja sama.
  
20 
Menurut  Stephen  P.  Robbins  dalam  buku  I  Gusti  Agung  r ai  (2008:401) 
kinerja  karyawan  adalah  hasil  evaluasi  terhadap  pekerjaan  yang  telah   dilakukan 
dibandingkan dengan kinerja yan g diterapkan bersama.  
Maka  dapat  disimpulkan  bahwa  kinerja  kar yawan  adalah  penilaian  yang 
dilakukan  secara  sistematis  untuk  mengetahui  hasil  pekerjaan  karyawan  dan  kinerja 
organisasi dan kontribusi yang dilakukan oleh karyawan terhadap perusahaan. 
2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut  Mathis  dan  Jackson  (2006:113)  terdapat  tiga  faktor  utama  yang 
mempengaruhi kinerja seorang karyawan : 
1.  Kemauan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut 
2.  Tingkat usaha yang dicurahkan  
3.  Dukungan organisasi 
Hubungan  ketiga  faktor  ini  di  akui  secara  luas  dalam  literature  manajemen 
sebagai berikut : 
Kinerja ( Performance -  P) = Kemampuan  ( Ability  -  A) x Usaha  (Effort –  E) 
x Dukungan ( Support – S) 
Kinerja  individual  ditingkatkan  sampai  tingkat  di  mana  ketiga    komponen 
tersebut  ada  dalam  diri  karyawan.  Akan  tetapi,  kinerja  berkurang  apabila  salah 
satu faktor di kurangi atau tidak ada.  
Menurut  Atmosoeprapto,  dalam  Hessel  No gi  (2005  :  181)  mengemukakan 
bahwa  kinerja  organisasi  dipengaruhi  oleh  faktor  internal  dan  faktor  eksternal, 
secara lebih lanjut kedua factor tersebut diuraikan sebagai berikut : 
a.  Faktor eksternal,  yang ter diri dari : 
1)  Faktor  politik,  yaitu  hal  yang  berhubungan  dengan  keseimban gan 
kekuasaan   Negara  yan g  berpengaruh  pada  keamanan  dan  ketertiban, 
yang  akan  mempengaru hi  ketenangan  organisasi  untuk  berkarya  secar a 
maksimal. 
2)  Faktor ekonomi,  yaitu tingkat  perkembangan  ekonomi yan g  berpen garuh 
pada  tingkat  pendapatan  masyarakat  sebagai  daya  beli  untuk 
menggerakkan  sektor-sektor  lainya  sebagai  suatu  system  ekonomi  yang 
lebih besar. 
  
21 
3)  Faktor  sosial,  yaitu orientasi nilai yang  berkembang  di  masyarakat,  yang 
mempengaruhi  pandangan  mereka  terhadap  etos  kerja  yang  dibutuhkan 
bagi peningkatan kinerja organisasi. 
b.  Faktor intern al, yan g terdiri dari : 
1)  Tujuan  organisasi,  yaitu  apa  yang  ingin  dicapai  dan  apa  yang  ingin 
diproduksi oleh suatu organisasi. 
2)  Struktur  organisasi,  sebagai  hasil  d esain  antara  fungsi  yang  akan 
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada. 
3)  Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelo laan anggota or ganisasi 
sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan. 
4)  Budaya Organisasi,  yaitu  gaya dan  identitas  suatu  organisasi dalam pola 
kerja  yang  baku  dan  menjadi  citra  organisasi  yang  bersangkutan.  Dari 
berbagai  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  banyak 
faktor  yang  mempengaruhi  tingkat  kinerja  dalam  suatu  organisasi. 
Namun  secara  garis  besarnya,  faktor  yang  sangat  dominan 
mempengaruhi  kinerja  organisasi  adalah  faktor  internal  (faktor  yang 
datang  dari  dalam  organisasi)  dan  faktor  eksternal  (faktor  yang  datang 
dari  luar  organisasi).  Setiap  organisasi  akan  mempunyai  tingkat  kinerja 
yang  berbeda-beda  kar ena  pada  hak ekatn ya  setiap  organisasi  memiliki 
ciri  atau  karakteristik  masing-masing  sehingga  permasalahan  yang 
dihadapi  juga  cenderung  berbeda  tergantung  pada  faktor  internal  dan 
eksternal organisasi. 
2.1.5.3 Dimensi Kinerja Karyawan
Menurut  Mathis dan Jackson (2006:113)  kinerja para kar yawan adalah  su atu 
awal  keberhasilan  organisasi  untuk  mencapai  tujuannya.  Ada  3  f aktor  utama  yang 
mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu :  
1)  Kemampuan individual 
Kemampuan  individual  kar yawan  ini  mencakup  bakat,  minat,  dan  faktor 
kepribadian.  Tingkat  keterampilan,  bah an  mentah  yang  dimiliki  seseorang 
berupa  pen getahuan,  pemahaman,  kemampuan,  kecakapan  interpersonal,  dan 
kecakapan  tekhnis.  Dengan  demikian,  kemungkinan  seoran g  karyawan  akan 
mempunyai  kinerja yang baik, jika karyawan tersebut  memmiliki  keterampilan 
yang baik maka karyawan tersebut akan menghasilkan kinerja yang baik pula. 
  
22 
2) 
Usaha yan g dicurahk an 
Usaha  yang  dicurahkan  oleh  karyawan  bagi  perusahaan  adalah motivasi,  etika 
kerja,  kehadiran,  dan  motivasinya.  Tingkat  usahanya  merupakan  gambaran 
motivasi  yang  diperlihatkan  karyawan  untuk menyelesaikan  pekerjaan  dengan 
baik.  Dari  itu,  kalaupun  karyawan  memiliki  tingkat  keterampilan  u ntuk 
mengerjakan  pekerjaan, akan  tetapi  tidak  akan  bekerja  dengan  baik jika  han ya 
sedikit  upaya. Hal ini berkaitan  dengan perbedaan anatara  tingkat keterampilan 
dengan  tingkat  upaya.  Tingkat  k eterampilan  merupakan  cermin  dari  apa  yang 
dilakukan,  sedangkan  tingkat  upaya  merupakan  cermin  dari  apa  yang 
dihasilkan. 
3)  Dukungan organisasional 
Dalam  dukungan  organisasional,  perusahaan  menyediakan  fasilita
bagi 
karyawan  meliputi  pelatihan  dan  pengembangan,  peralatan  da
teknologi, 
standar kinerja, dan  man ajemen  dan rekan  kerja.  Kinerja pad
dasarnya adalah 
apa  yang  dilakukan  atau  tidak  dilakukan  kar yawan.  Kinerj
karyawan  adalah 
apa  yang  mempengaru hi  seban yak  mereka  memberika
kontribusi  pada 
organisasi. 
2.1.5.4 Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut  Larry  D.  Stout  dalam  Hessel  Nogi  (2005  :  174)  mengemukakan 
bahwa  pengukuran  atau penilaian  kinerja  organisasi  merupakan  proses  mencatat  dan 
mengukur  pencapaian  pelaksanaan  kegiatan  dalam  arah  pencapaian  misi  (mission 
accomplishment)  melalu i  hasil  yang  ditampilkan  berupa  produk  dan  jasa  ataupun 
suatu proses. 
Berbeda  dengan  pern yataan  yang  dikemukakan  oleh  Bastian  (2001  :  330) 
dalam  Hessel  Nogi  (20 05  :  173)  bahwa  pengukuran  dan  pemanf aatan  penilaian 
kinerja  akan mendorong  pencapaian  tujuan  organisasi  dan  akan  memberikan  umpan 
balik  untuk  upaya  perbaikan  secara  terus  menerus.  Secara  rinci,   Bastian 
mengemukakan peran an penilaian pengukuran kinerja organisasi sebagai b erikut : 
a.  Memastikan  pemahaman  para  pelaksana  dan  ukuran  yang  digunak an 
untuk pencapaian prestasi, 
b.  Memastikan tercapaianya skema prestasi yang disepakati, 
  
23 
c.  Memonitor  dan  mengevaluasi kinerja dengan perbandingan  antara skema 
kerja dan pelaksanaanya, 
d.  Memberikan  pen gh argaan  maupun  hukuman  yang  objektif  atas  pr estasi 
pelaksanaan  yang  telah  diukur,  sesuai  dengan  sistem  pengukuran  yang 
telah disepakati, 
e.  Menjadikan ya  sebagai  alat  komunikasi  antara  bawahan  dan  pimpinan 
dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi, 
f.  Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi, 
g.  Membantu proses kegiatan organisasi, 
h.  Memastikan  bahwa  pengambilan  keputusan   telah  dilakukan  secara 
objektif, 
i.  Menunjukkan peningkatan yan g p erlu dilakukan,  
j.  Mengungkapkan permasalahan yang terjadi, 
Begitu  pentingn ya  penilaian  kinerja  bagi  keberlangsungan  organisasi  dalam 
mencapai  tujuan,  maka  perlu  adanya  indikator-indikator  pengukuran  kinerja  yang 
dipakai secara tepat dalam organisasi tertentu. 
2.1.6  Penelitian Terdahulu 
  Penelitian  terdahulu  sangat  penting  sebagai  tinjauan  pustaka  dalam    rangka 
penyusunan  penelitian  ini.  Kegunaan  dari  penelitian  ini  untuk  mengetahui  hasil 
penelitian yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu. B erikut  ini adalah hasil-hasil 
dari  penelitian  terdahulu  yan g  dianggap  relevan  dengan  penelitian  yang  akan 
dilakukan penulis :
Pengaruh Person-Job Fit terhadap Kinerja Karyawan
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Muhammad  Tahir  Iqbal  (2012), 
ditemukan  bahwa  person-job  fit  dan  kinerja  karyawan  memiliki  hubungan  yang 
terikat  secar a  keseluruhan.  ketika  person-job  fit  telah  dilengkapi  sebagai 
perbandingan  dari  keterampilan  yang  dimiliki  karyawan  dan  permintaan  pekerjaan
dengan  kepribadian.  Jadi  di  sini,  hubungan  langsun g  antara  person-job  fit  sesuai 
dengan kinerja kar yawan. memverifikasi  bahwa k inerja karyawan dapat  menentukan 
pengambilan  keputusan  dan  dikoordinasikan  jumlah  pengambilan  keputusan 
di 
tangan  karyawan  itu  sendiri.  Jadi  dapat  disimpulkan  bahwa  kinerja  karyawan 
  
24 
mempengaruhi  kemampuan  mereka  dan keterampilan  sesuai  denga
pekerjaan  yang 
diperlukan.  Mendukun g  penelitian  sebelumn ya  Upulka  (2011)  me
gemukakan 
bahwa  manfaat  person-job  fit  memiliki  pengaruh  yang  signifika
terhadap  kinerja 
karyawan,  jika  perusahaan  mempek erjakan  kar yawan  denga
keterampilan  dan 
preferensi  yang  sesuai  dengan  karakteristik  yang  dibutuhka
pekerjaan,  akan 
memungkinkan  perusahaan  mendapat  nilai  dari  karyawan  tanpa  haru
mengadakan 
program pelatihan  yang lama.
Dari  penelitian-penelitian  di  atas  dapat  diambil  kesimpulan  bahw
sebagian 
peneliti  berpendapat  bahwa  person-job  fit  berpengaruh  secar
signifikan  terhad ap 
kinerja  karyawan. Untuk  itu  penulis  mengadakan  penelitian  ini  untu
melihat faktor 
sumber  daya  manusia  yang  bagaimana  yang  sesuai  dengan  kondi
dari  CV.  Pion 
Pring  
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Menurut  Alamdar Hussain Khan,  Ishfaq Ahmad,  Muhammad Aleem,  Wasim 
Hamed  (2011).  Menemukan  dalam  penelitiannya  bahwa  untuk  mengetahui  faktor-
faktor  penentu  kepuasan  kerja  dan  dampaknya  kepuasan   kerja  terhadap  kinerja 
karyawan.  Hal  ini  dapat  disimpulkan  dari  penelitian  yang  meliputi  asp ek  kepuasan 
kerja  seperti  upah,  pro mosi,  keselamatan  kerja  dan  keamanan  ,  kon disi  kerja, 
otonomi  kerja,  hubungan  dengan  rekan  kerja,  hubungan  dengan  pengawas,  secara 
signifikan  mempengaruhi  tingkat  kepuasan  kerja.  promosi  ,  kondisi  kerja  ,  rekan 
kerja  dan  sifat  pekerjaan  yang  memiliki  dampak  signifikan  terhadap  tingkat 
kepuasan  kerja  yang  dibuktikan  dalam  kasus.  Mendukung  penelitian  sebelumnya    
Menurut  Hira  &  Waqas  (2012)  job  satisfaction  memiliki  pengaruh 
signifikan 
terhadap  job  performance,  temuan  ini  berdasarkan  dari  hasil  yang  menunjukkan 
bahwa  pegawai yang  puas akan pekerjaan  mer eka  akan selalu  memiliki  produktifitas 
yang  baik.  Sehingga  hal-hal  yang  d apat  meningkatkan  kepuasan  kerja  seperti 
insentif,  motivasi,  tunjangan  dan  hadiah  berupa  uan g  akan  membantu  dalam 
meningkatkan kinerja. 
Dari  penelitian-penelitian  di  atas  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  sebagian 
peneliti  berpendapat  bahwa  kepuasan  kerja  berpengaruh  secara  signifikan  terhadap 
kinerja  karyawan.  Kaitannya  dengan  CV.  Pion  Pring  dengan  adanya  penelitian 
terdahulu  adalah  dengan  melihat  faktor  apakah  yang  dapat  meningkatkan  kepuasan 
kerja karyawan. 
  
25 
Pengaruh Person-Job Fit terhadap Kepuasan Kerja
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  oleh   Saqib  Ilyas  (2013).  Menemukan 
dalam  penelitiannya  bahwa  person-job  fit  memiliki  hubungan  yang  positif  dengan 
kepuasan  kerja Person-job  fit
   ,  , 
        , 
  ,     
    
,    person-job  fit  akan     
   
  
      
   
   tingkat  di  mana 
            . Jika karyawan 
puas  akan  hasil  yang  didapatkannya,  berarti  dapat  disimpulkan  bahwa  karyawan 
memiliki  person-job  fit  yang  sesuai  dalam  organisasi.  Mendukung  penelitian 
sebelumnya  Avolio  (2010)  menemukan  bahwa  person-job  fit  berpengaruh  secara 
signifikan  terhadap   kepuasan  kerja  menun jukkan  perilaku  pegawai  dan 
kesesuaiannya  men genai  bagaimana  pegawai  cocok  atas  pekerjaan  yang 
dikerjakannya.  Sehingga  hal-hal  pekerjaan  yang  sesuai  dapat  meningkatkan 
kepuasan kerja karyawan itu sendiri dengan kemu ngkinan kecil karyawan yang tidak 
puas atas hasil kerjanya, 
dan mempunyai tingkatan  untuk hubungan sosial yang lebih 
tinggi. 
Penelitian  yang  dilakukan  pada  tahun  2013  dan  2010  menemukan  pengaruh 
yang signifikan  antara  person-job  fit  terhadap  kepuasan  kerj
Penulis ingin  mencari 
tahu  dari  kedua  penelitian  tersebut  penelitian  manakah  yan
sesuai  dengan  kondisi 
yang ada pada CV. Pion Pring saat ini serta dampak yang dihasilka
dapat membawa 
perusahaan kearah yang lebih baik. 
Pengaruh Person-Job Fit, Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Muhammad  Tahir  Iqbal  (2012), 
ditemukan  bahwa  kepu asan  kerja  penting  dalam    tu gas  dan  tanggung  jawab  yang 
ditugaskan  kepada  karyawan  harus  sesuai  dengan  kompetensinya. Tugas-tugas  yang 
tidak  cocok  dengan  kemampuan  karyawan  akan  mengarah  kepada  ketidakpuasan 
kerja.  person-job  fit  merupakan  variabel  penting  yang  mengarah  ke  kepuasan  kerja. 
Dengan  demikian  kepuasan  kerja  mengarah  ke  kinerja  karyawan.  Ketika  seseorang 
memiliki tanggung jawab  yang terbaik sesuai kemampuannya,  ia  akan  menunjukkan 
  
26 
hasil  yang  memuaskan  dan  menunjukkan  hasil  yang  lebih  besar  atau  kinerja  yang 
lebih  tinggi.  Jadi  Manajer  sumber  daya  manusia  harus  men yadari  fakta  ini,  mereka 
harus  mempertimbangkan  kemampuan  kar yawan  dalam  menyusun  setiap  pekerjaan 
yang  diberikan  kepada  karyawan.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  terdapat 
hubungan  antara  person-job  fit  dan  kepuasan  kerja  dan  kinerja  karyawan  dan 
hasilnya  adalah  positif.  Dimana  hubungan  antara  kepuasan  kerja  dan  kinerja 
karyawan juga memiliki hasil yan g positif. 
Mendukung  penelitian  sebelumn ya  Holloway  (2012)  person-job  fit  tidak 
hanya  baik  untuk  dimiliki,  namun  sangat  penting  bagi  keberhasilan  perusahaan. 
Person-job  fit  menawarkan  banyak  manfaat,  memecahkan  ban yak  masalah  dan 
memungkinkan  perusahaan  untuk  memanfaatkan  peluang  yang  ada  dalam 
perusahaan  untuk  meningkatkan  kinerja  karyawan  serta  hasil  yan g  akan  dicapai 
mendukung kepuasan kerja baik bagi karyawan maupun perusahaan.
Dari  seluruh  hasil  penelitian  terdahulu  yang  dihasilkan  oleh  Muhammad 
Tahir  Iqbal  dan  Holloway  mengemukakan   bahwa  Ketika  seseoran g  memiliki 
tanggung  jawab  yang  terbaik  sesuai  kemampuannya,  ia  akan  menunjukkan  hasil 
yang  memuaskan  dan  menunjukkan  hasil  yang  lebih  besar  atau  kinerja  yang  lebih 
tinggi.  Hal  ini  berkaitan  dengan  kondisi  di  CV.  Pion  Pring  dimana  produktivitas 
karyawan  rendah  diakibatkan  karena  kurangnya  kesesuaian  atas  pekerjaan  yang 
dilakukan  maka  rasa  ketidakpuasan  kerja  yang  otomatis  berpengaruh  pada  kinerja 
karyawan itu sendiri. 
  
27 
2.2   Kerangka Pemikiran
Berdasarkan  tinjauan  pustaka  dan  indentifikasi  permasalahan  diatas,  maka 
penelitian ini dapat ditunjukkan oleh model gambar sebagai berikut:  
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis, 2014 
2.3   Rancangan Hipotesis
Tujuan 1 
Ho : person-job fit tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan 
H1  : person-job fit berpengaruh terhadap kinerja karyawan 
Tujuan 2 
Ho : kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan  
H1  : kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan  
Tujuan 3 
Ho :  person-job  fit  dan  kepuasan  kerja  tidak  berpengaruh  terhadap  kinerja 
karyawan 
H1  : person- job fit dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan 
  
28