BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bisnis
Menurut  Hughes  dan  Kapoor  seperti  yang  dikutip  dalam  (Sugiyono, 
2003  p20)  “Bisnis  adalah  suatu  kegiatan  usaha  individu  yang 
teror ganisir  untuk  menghasilkan  dan  menjual  barang  d an  jasa  guna 
mendapat keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarak at.” 
Keseluruhan  rangkaian  kegiatan  menjalankan  usaha  (bisnis)  yang 
lengk ap  akan  membentuk  kelompok-kelompok  kegiatan  menurut 
fungsinya,  sehingga  masing-masing  kelompok  kegiatan  tersebut 
dinamakan fun gsi bisnis. 
Berdasarkan  definisi  yan g  dipaparkan  diatas,  maka  dapat  disimpulkan 
bahwa  kegiatan  bisnis  itu  dapat  dilakukan  oleh    individu  dan 
sekelompok  orang  (organisasi)  yang  menciptakan  nilai  (create  value) 
melalui  penciptaan  bar ang  dan  jasa  (create  of  goods and service)  untuk 
memenuhi kebutuhan  masyarakat  dan  memperoleh  keuntungan  melalui 
transaksi. 
2.2 Strategi Bisnis
2.2.1  Pengertian Strategi 
Menurut  luis  dan  Biromo  (2007,p52),  strategi  adalah  serangkaian 
akivitas  yan g  dilakukan  secara  berbeda  dibandingkan  dengan  pesaing 
untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan. 
Menurut Pear ce, J.A. dan Robinson R.B. (2008:6) Strategi ialah rencana 
berskala besar, bertujuan  ke masa depan untuk berinteraksi dengan 
kondisi persaingan demi mencapai tujuan perusah aan.
Menurut  Fred.  R.  David  (2011:18)  Strategi  adalah  sarana  bersama 
dengan  tujuan  jangka  panjang  yang  hendak  dicapai.  Strategi  bisnis 
mencakup ekspansi 
  
geografis,  diversifikasi,  akuisisi,  pengembangan  produk,  penetrasi 
pasar, pen getahuan, divestasi, likuidasi, dan join venture. 
Dapat  sisimpulkan  bahwa strategi  adalah  rencana  tentang serangkaian 
manuver,  yang  mencakup  seluruh  elemen  yang  kasat  mata  maupun 
yang  tak-kasat  mata,  un tuk  menjamin  keberhasilan  mencapai  tujuan 
perusahaan.
Strategi perusahaan ak an menentukan keberhasilan dan hidup matinya 
perusahaan tersebut. Strategi menempatkan parameter-parameter 
sebuah organisasi dalam pengertian men entukan tempat bisnis dan 
cara bisnis untuk bersaing. Strategi ini merupakan rencana besar dan 
rencana penting. Setiap organisasi yang dikelola secara baik memiliki 
strategi, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit. (Pandji Anoraga, 
2011:357) 
2.2.2   Manajemen Strategis
Menurut  Robbin  dan  C oulter  (2007:218)  manajemen  strategis  adalah 
sekelompok  keputusan  dan  tindakan  manajerial  yang  menentukan 
kinerja jangka panjang organisasi. 
Menurut  siagian  (2007:7)  “Manajemen  strategis  adalah  serangkaian 
keputusan  dan  tindakan  yang  mendasar  yan g  dibuat  oleh  manajemen 
puncak  dan  diimpelemtasikan  oleh  seluruh  jajaran  suatu  organisasi 
dalam ran gka pencapaian tujuan organisasi tersebut. 
Menurut  Dewanti  (2008:30)  manajemen  strategis  adalah  suatu  proses 
yang  digunakan  untuk  mengimpelentasikan  strategi  dalam 
menyediakan  nilai  yang  tinggi  bagi  pelanggan   untuk  mencapai  visi 
perusahaan. 
Menurut  Hubies  dan  najib  (2008:18),  manajemen  strategis  adalah 
seperan gk at  keputusan  dan  tindakan manajerial  yang merupakan hasil 
dari  rumusan  dan  implementasi  rencana  strategi  yang  dibuat  untuk 
  
menentukan  kinerja  organisasi  dalam  jan gka  panjang  dan  dalam 
rangka mencapai tujuan  perusahaan  
Menurut  Fred  R.David  (2011:5).  Manajemen  strategis  didefinisikan 
sebagai  seni  dan  pengetahuan  dalam  merumuskan, 
mengimpelentasikan,  serta  mengevaluasi  keputusan  lintas  fungsional 
yang memampukan sebuah or ganisasi mencapai tujuannya.  
2.2.3  Hirarki Strategi
Pada  dasarnya ada  2  tipe  perusahaan,  yakni  perusahaan besar  dimana 
tipe  strategi  nya  sesuai  dengan  level  pada  hirarki  organisasi.  Ada  4  level 
yaitu: level korporasi,  level divisional, level fun gsional dan level op erasional. 
Sedangkan  Tipe  perusahaan  kecil  terdiri  d ari  paling  banyak  3  level,  yaitu: 
level  perusahaan,level  f ungsional,  dan   level  operasional.  Karen a  biasanya 
perusahaan  kecil  hanya  terdiri  dari  1  divisi  atau  bisnis  tunggal  (Fred  R. 
David, 2011:250). 
2.2.4  Level Strategi
Menurut  Stoner,  Freeman,&  Gilbert  yang  dikutip  oleh  Robin  dan 
Coulter (2007:228-235) secara umum level strategi dibagi menjadi: 
1)   Strategi pad a tingk at per usahaan (corporate-level strategy) 
Dirumuskan  oleh  manajemen  puncak,  biasan ya  CEO  atau  direktur 
yang memiliki lini atau unit bisnis lebih dari satu.  
Menurut  Stephen  P.Robin  strategi  tingkat  perusahaan  berusaha 
menentukan  bisnis  apakah  yang  seharusnya  dimasuki  atau  yang  in gin 
dimasuki  perusahaan.  Strategi  tingkat  perusahaan  menentukan  arah  yang 
akan  dituju  organisasi  itu  dan  peran  yang  akan  dimainkan  oleh  tiap  unit 
bisnis organisasi itu dalam mengejar arah tersebut. 
2)  Strategi pad a tingk at bisnis (bisnis-level strategy)  
Di  level tingkat bisnis  lebih  diarahkan p ada  pengelolaan kegiatan  dan 
operasi suatu bisnis tertentu. 
Berdasarkan  Stephen  P. Robin,  strategi  pada  tingkat  bisnis  adalah  strategi 
bisnis  yang  berusaha  menentukan  cara  organisasi  bersain g  dalam  tiap 
bisnisnya.  Sedangkan  unit  bisnis strategis  adalah  bisnis  tunggal organisasi 
  
yang  berada  dalam  sejumlah  bisnis  yang  berbeda-beda  yang  independen 
serta merumuskan sendiri strateginya. 
3)   Strategi pad a tingk at fungsional (functional level strategy) 
Merupakan  strategi  dalam  kerangka  fungsi-fungsi  manajemen  yang 
data mendukung strategi  level unit bisnis. 
Menurut  Stephen  P.Robin,  strategi  tingkat  fungsional  adalah  strategi 
organisasi  yang  berusaha  menentukan  car a  mendukung  strategi  tingkatan 
bisnis/ perusahaan. 
2.2.5  Jenis-Jenis Strategi
Menurut  Fred  R.  David  (2011:  253)  ada  4  jenis  strategi  perusahaan, 
yaitu: 
1)  Strategi Integrasi 
Strategi Integrasi dibagi menjadi 3: 
a.  Integrasi ke depan 
Integrasi  ke  depan  berkaitan  dengan  usaha  untuk  memperoleh 
kepemilikan  atau  kendali  yang  lebih  besar  atas  distributor  atau  peritel. 
Semakin  banyak  pemasok  yang  menjalankan  strategi  integr asi  ke  depan 
contohnya  dengan  cara  membangun  situs  web  secara  langsung  menjual 
produk mereka kepada konsumen. 
Cara  yang  efektif  untuk  menerapkan  integrasi  ke  depan  adalah 
pewaralabaan  (franchising).  Bisnis  memanfaatkan  pewaralabaan  untuk 
mendistribusikan  produk  atau  jasa  mereka.  Bisnis  dapat  melakukan 
ekspansi  secara  cepat  melalui  pewaralabaan  karena  biaya  dan  peluang 
yang  muncul  disebar  dikalangan 
banyak  individu  (Fred  R.  David, 
2011:253). 
Enam pedoman integrasi ke depan dapat  menjadi  sebuah strategi  yang 
efektif: 
• 
Ketika  distributor  organisasi  saat  ini  menjadi  sangat  mah al,  atau 
tidak  dapat  diandalkan,  atau  tidak  mampu  memenuhi  kebutuhan 
distribusi perusahaan  
• 
Ketika  ketersediaan  distributor  yang  berkualitas  begitu  terbatas 
untuk  menawarkan  keunggulan  kompetitif  bagi  perusahaan-
perusahaan yang melaku kan integrasi ke d epan 
  
• 
Ketika  sebuah  or ganisasi  berkompetisi  di  industri  yang  tengah 
tumbuh dan diharapkan akan  terus  berkembang  pesat,  ini menjadi 
sebuah  faktor  karena  integrasi  ke  depan  mengurangi  kemampuan 
organisasi untuk mendiversifikasi industri dasarnya 
• 
Ketika  sebuah  organisasi  memiliki  baik  modal  maupun  sumber 
daya  manusia  yang  dibutuhkan  untuk  mengelola  bisnis  baru 
pendistribusian produk-produknya sendiri 
• 
Ketika  keuntungan  dari  produksi  yang  stabil  sangat  tinggi,  ini 
menjadi  pertimbangan  karena  or ganisasi  dapat  meningkatkan 
kemampuan  memprediksi  permintaan  untuk  outputnya  melalui 
integrasi ke depan 
• 
Ketika  distributor  atau  peritel  yan g  ada  saat  ini  memiliki  margin 
laba yang tinggi, situasi ini menyiratkan bahwa sebua
perusahaan 
dapat  mendistribusikan  produknya  sendiri  secar
menguntungkan 
dan  menetapkan  harganya  secara  kompetitif  melal
integr asi  ke 
depan   
(Fr ed R. David, 2011:254) 
b.  Integrasi ke belakan g 
Integrasi  k e  belakang  adalah  sebuah  strategi  yang  mengupayakan 
kepemilikan atau kendali yang lebih  besar atas pemasok perusahaan (Fred 
R. David, 2011:255). 
Tujuh  pedoman  integrasi  ke  belakang  dapat  menjadi  sebuah  strategi 
yang efektif: 
• 
Ketika  pemasok  or ganisasi  saat  ini  menjadi  sangat  mahal  atau 
tidak  dapat  diandalkan  atau  tidak  mampu  memenuhi  kebutuhan 
perusahaan  akan  onderdil,  komponen,  barang  rakitan  atau  bahan 
mentah 
• 
Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing ban yak 
• 
Ketika  industri  bersaing  di  sebuah  industri  yang  berkembang 
pesat,  ini  merupakan  faktor  karena  strategi  jenis  integratif 
mengur angi  kemampuan  organisasi  untuk melakukan  diversifik asi 
di industri yang tengah mengalami kemerosotan 
  
• 
Ketika  organisasi  memiliki  baik  modal  maupun  sumber  daya 
manusia  untuk  mengelola  bisnis  pemasokan  bahan  mentahnya 
sendiri yang baru 
• 
Ketika  keuntun gan  dari  harga  yang  stabil  san gat  penting,  ini 
menjadi  faktor  karena  organisasi  dapat  menstabilkan  biaya  bah an 
mentahnya  dan  biaya-biaya  lain  yang  terkait  dengan  produknya 
melalui integrasi ke belakang 
• 
Ketika  pemasok  saat  ini  memiliki  margin  laba  yang  tinggi,  yang 
menunjukkan  bahwa  bisnis  pemasokan  produk  atau  jasa  di  suatu 
industri layak untuk dikembangkan  
• 
Ketika  organisasi  perlu  mengakuisisi  atau  memperoleh  sumber 
daya  yang dibutuhkannya secara cepat 
(Fr ed R. David, 2011:256) 
c.  Integrasi horizontal 
Integrasi  horizontal  mengacu  pada  strategi  yang  mengupayakan 
kepemilikan  atau kendali  yang lebih  besar  atas  pesaing  perusahaan. Salah 
satu  tren  paling  signifikan  dalam  man ajemen  strategis  adalah 
meningkatn ya  pemakaian  integrasi  horizontal  sebagai  strategi 
pertumbuhan.  Dengan  menggunakan  merger,  akuisisi,  dan 
pengambilalihan  (take  over)  di  antara  para  pesaing  memungkink an 
peningk atan  skala  ekonomi  serta  mendorong  transfer  sumber  daya  dan 
kompetensi (Fred R. David, 2011:256). 
Lima  pedoman  integrasi  horizontal  dapat  menjadi  sebuah  strategi 
yang efektif: 
• 
Ketika  organisasi  dapat  memperoleh karakteristik  monopolistic  di 
suatu  wilayah  atau  kawasan  tertentu  tanpa  bertentangan  dengan 
aturan  pemerintah yang melarang  “pen guasaan  substansial”  untuk 
mengh ambat persaingan 
• 
Ketika  organisasi  bersaing  di  sebuah  industri  yang  sedang 
berkembang 
• 
Ketika  meningkatnya  skala  ekonomi  memberikan  keunggulan 
kompetitif yang besar  
  
• 
Ketika  organisasi  memiliki  baik  modal  maupun  sumber  daya 
manusia yang  dibutuhkan untuk mengelola  dengan baik organisasi 
yang bereksp ansi 
• 
Ketika  pesaing  melemah  karena  kurangnya  keterampilan 
manajerial  atau  kebutuhan  sumber  daya  tertentu  yan
dimiliki 
sebuah organisasi 
(Fr ed R. David, 2011:257) 
2)  Strategi Intensif 
Strategi Intensif dibagi menjadi 3: 
a.  Penetrasi pasar 
Penetrasi  pasar  adalah  strategi  yang  mengusahakan  peningkatan 
pangsa  pasar  untuk  produk  atau  jasa  yang  ada  di  pasar  saat  ini  melalui 
upaya-upaya  pemasaran  yang  lebih  besar.  Penetrasi  pasar  meliputi 
penambahan  jumlah  tenaga  penjualan,  peningkatan  pengeluaran  untuk 
iklan,  penawaran  produk-produk  promosi  penjualan secara  ekstensif  atau 
pelipatgandaan up aya-upaya pemasaran (Fred R. David, 2011:257). 
Lima  pedoman  penetrasi  pasar  dapat  menjadi  sebuah  strategi  yang 
efektif: 
• 
Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu 
• 
Ketika  tingkat  pemakaian  konsumen  saat  ini  dapat  dinaikkan 
secar a signifikan 
• 
Ketika  pangsa  pasar  pesaing  utama  menurun  sementara  total 
penjualan industri meningkat
• 
Ketika  korelasi  antara  pengeluaran penjualan  euro  dan  pemasaran 
euro secara historis tinggi
• 
Ketika  meningkatnya  skala  ekonomi  memberikan  keunggulan 
kompetitif yang besar  
(Fr ed R. David, 2011:258) 
b.  Pengemb angan pasar  
Pengemb angan  pasar  meliputi  pengen alan   produk  atau  jasa  yang  ada 
saat  ini  ke  wilayah-wilayah  geo gr afis  yan g  baru  (Fred  R.  David, 
2011:258). 
  
Enam  pedoman  pengembangan  pasar  dapat  menjadi  sebuah  strategi 
yang efektif: 
• 
Ketika  saluran-saluran  distribusi  baru  yang  tersedia  dapat 
diandalkan, tidak mahal, dan berkualitas baik 
• 
Ketika organisasi sangat  berhasil dalam bisnis yang dijalankannya 
• 
Ketika  pasar  baru  yang  belum  dikembangkan  dan  belum  jenuh 
muncul 
• 
Ketika  organisasi  mempunyai  modal  dan  sumber  daya  manusia 
yang dibutuhlan untuk mengelola perluasan operasi 
• 
Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih 
• 
Ketika  industri  dasar  organisasi  dengan  cep at  berkembang 
menjadi global dalam cakupannya 
(Fred R. David, 2011:259) 
c.  Pengemb angan produk 
Pengemb angan  produk  adalah  sebuah  strategi  yang  mengupayakan 
peningk atan  p enjualan  dengan  cara  memperbaiki  atau  memodifikasi 
produk  atau  jasa  yang  ada  saat  ini.  Pengembangan  produk  biasanya 
membutuhkan  pengeluaran  yang  besar  untuk  penelitian  dan 
pengembangan  (Fred R.  David, 2011:259). 
Lima  pedoman  pengembangan  p roduk  dapat  menjadi  sebuah  strategi 
yang efektif: 
• 
Ketika organisasi memiliki  produk-produk  berhasil yang berada  di 
tahap  kematangan  dari  siklus  hidup  produk,  gagasannya  disini 
adalah menarik konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk 
baru  ( yang  lebih  baik)  sebagai  hasil  dari  pengalaman  positif 
mereka den gan produk atau jasa or ganisasi saat ini 
• 
Ketika  organisasi  berkompetisi  di  industri  yan g  ditand ai  oleh 
perkembangan teknolo gi yang cepat 
• 
Ketika  pesaing  utama  menawarkan  p roduk  berkualitas  lebih  baik 
dengan harga bagus 
• 
Ketika  organisasi  bersaing  dalam  industri  dengan  tingkat 
pertumbuhan tinggi 
  
Ketika  organisasi  memiliki  kapabilitas  penelitian  dan 
pengembangan  yang sangat ku at (Fred R. David,  2011: 260) 
3)  Strategi Diversifikasi 
Strategi diversifikasi dibagi menjadi 2: 
a.  Diversifikasi terkait 
Diversifikasi  terkait  ketika  rantai  nilai  bisnis  memeiliki  kesesuaian 
strategis  lintas  bisnis  yang  bernilai  secara  kompetitif  (Fred  R.  David, 
2011:260). 
Enam  pedoman  diversifikasi  terkait  dapat  menjadi  sebuah  strategi 
yang efektif: 
• 
Ketika  organisasi  berkompetisi  di  sebuah  industri  yang  tidak 
mengalami pertumbuhan atau yang pertumbuhann ya lambat 
• 
Ketika  menambah  produk  yang  baru  namun  terk ait  akan  secara 
signifikan mendongkrak penjualan produk saat ini 
• 
Ketika  produk  yang  baru  namun  terkait  dap at  ditawarkan  dengan 
har ga yang sangat bersaing 
• 
Ketika  produk  yang  baru  namun  terkait  memiliki  tingkat 
penjualan  musiman  yang  dapat  mengimbangi  puncak  dan  jurang 
penjualan yang ada saat ini di perusahaan 
• 
Ketika  produk  organisasi  yang  ada  saat  ini  sedang  dalam  tah ap 
penurunan dari siklus hidup produk 
• 
Ketika organisasi memiliki tim manajemen  yang kuat 
(Fred R. David, 2011:263) 
b.  Diversifikasi tak terkait 
Diversifikasi  tak  terkait  ketika  rantai  nilai  bisnis  sangat  tidak  mirip 
sehingga tidak  ada  hubungan  lintas bisnis  yang  bernilai secara  kompetitif 
(Fr ed R. David, 2011:260). 
Sepuluh  pedoman  diversifikasi  tak  terkait  dapat  menjadi  sebuah 
strategi yan g efektif: 
• 
Ketika  pendapatan  dari  produk  atau  jasa  yang  saat  ini  dimiliki 
organisasi  akan  meningkat  secara  signifikan  dengan  penambahan 
produk baru yan g tidak terkait 
  
• 
Ketika  organisasi  b ersaing  di  sebuah  industri  yang  sangat 
kompetitif  dan/  atau  tidak  mengalami  pertumbuhan  sebagaimana 
diindikasikan  oleh  mar gin  laba  dan  pengembalian  industri  yang 
rendah  
• 
Ketika saluran distribusi organisasi saat ini dapat digunakan  untuk 
memasarkan p roduk-pro duk baru kepada konsumen yan g ada 
• 
Ketika  produk  baru  memiliki  pola  penjualan  kontrasiklis  bila 
dibandingkan den gan produk organisasi saat ini 
• 
Ketika  industri  dasar  suatu  organisasi  mengalami  penurunan 
dalam penjualan dan laba tahunan 
• 
Ketika  organisasi  memiliki  modal  dan  talenta  manajerial  yang 
dibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industri baru  
• 
Ketika  organisasi  memiliki  peluang  untuk  membeli  bisnis  tak 
terkait yang menarik secara investasi 
• 
Ketika ada sinergi  financial antara  perusahaan yang  diakuisisi  dan 
mengakuisisi 
• 
Ketika  pasar  yang ada  sudah  jenuh  dengan  produk  organisasi  saat 
ini 
• 
Ketika  aksi  antitrust  dapat  didakwakan  terhadap  organisasi  yang 
secar a  historis  telah  berkonsentrasi  pada  satu  jenis  industri  (Fred 
R. David, 2011:267) 
4) 
Strategi defensif 
Strategi defensif dibagi menjadi 3: 
a.  Penciutan 
Penciutan  terjadi  manakala  sebuah  or ganisasi  melakukan 
pengelompokan  ulang  melalui  pengurangan  biaya  dan  asset  untuk 
membalik  penjualan  dan  laba  yang  menurun.  Penciutan  bisa  melibatkan 
penjualan  lahan   dan  ban gunan  untuk  mendapatkan  kas  yang  dibutuhkan, 
memangkas  lini  produk,  menutup  bisnis  yan g  tidak  menguntungkan, 
menutup  pabrik  yang  using,  mengotomatisasi  proses, menguran gi  jumlah 
karyawan,  dan  membangun  sistem  pengendalian  beban  (Fred  R.  David, 
2011:267). 
Lima pedoman penciutan dapat menjadi sebuah strategi yang efektif: 
  
• 
Ketika  sebuah  organisasi  memiliki  kompetensi  khusus  yang  jelas 
namun  gagal  untuk  secara  konsisten  memenuhi  maksud  dan 
tujuannya dari waktu ke  waktu 
• 
Ketika  organisasi  merupakan  salah satu pesaing  terlemah  di  suatu 
industri tertentu 
• 
Ketika  organisasi  ditandai  oleh  ketidakefisiensian,  profitabilitas 
yang  rendah,  semangat  kerja  karyawan  yang  buruk,  dan  tekanan 
dari pemegang saham un tuk memperbaiki kinerja  organisasi 
• 
Ketika  organisasi  gagal  untuk  memanfaatkan  peluang  eksternal, 
meminimalkan  ancaman  eksternal,  mengambil  keuntungan  dari 
kekuatan internal, dan mengatasi kelemahan internal dari waktu ke 
waktu,  itu  artinya  ketika  manajer   strategis  organisasi  telah  gagal 
menjalankan tu gasn ya 
• 
Ketika  organisasi  tumbuh  membesar  terlampau  cepat  sehingga 
reorganisasi internal besar-besaran dibutuhkan 
(Fr ed R. David, 2011:270) 
b.  Divestasi 
Divestasi adalah  menjual  satu divisi  atau  bagian dari suatu organisasi. 
Divestasi  sering  digunak an  untuk  mendapatkan  modal  guna  akuisisi  atau 
investasi strategis lebih jauh (Fred R. David, 2011:270). 
Enam pedoman divestasi dapat menjadi sebuah strategi yan g efektif: 
• 
Ketika  sebu ah  organisasi  menjalankan  strategi  penciutan  dan 
gagal untuk mencapai perbaikan yang diperlukan 
• 
Ketika  suatu  divisi  membutuhkan lebih  banyak  sumber  daya agar 
lebih kompetitif dari yang dapat disediakan oleh perusahaan 
• 
Ketika  suatu  divisi  bertanggung  jawab  terhadap  kinerja 
keseluruhan organisasi yang buruk 
• 
Ketika  suatu  divisi  tidak  mampu  menyesuaikan  diri  dengan 
bagian  organisasi  yang  lain,  ini  bisa  merupakan  akibat  dari  pasar, 
konsumen,  manajer,  karyawan,  nilai-nilai,  atau  kebutuhan  yang 
secara radikal berbeda 
• 
Ketika  sejumlah  besar  dana  dibutuhkan  dalam  waktu  dekat  dan 
tidak dapat diperoleh dengan cara lain 
  
• 
Ketika  tindakan  antitrust  pemerintah  mengancam  sebuah 
organisasi 
(Fred R. David, 2011:271) 
c.  Likuidasi 
Likuidasi  adalah  menjual  seluruh  asset  perusahaan,  secara  terpisah-
pisah,  untuk  kekayaan  berwujudnya.  Likuidasi  merupakan  pengakuan 
kekalahan  dan  konsekuensinya  bisa  menjadi  sebuah  strategi  yang  sulit 
secar a emosional (Fred R. David, 2011:272). 
Tiga pedoman likuidasi dapat menjadi sebuah strategi  yang efektif: 
• 
Ketika  sebuah  organisasi  sudah  menjalankan  strategi  penciutan 
dan divestasi, namun tak satu pun berhasil 
• 
Ketika satu-satunya  alternatif  suatu organisasi ad alah menyatakan 
diri  bangkrut.  Likuidasi  merepresentasikan  cara  yang  paling 
sistematis  dan  terencana  untuk  mendapatkan  sebesar  mun gkin 
uang  tunai  dari  penjualan  asset  perusah aan.  Sebuah  perusahaan 
dapat  secara  legal  menyatakan  dirinya  bangkrut  dan  kemudian 
melikuidasi  divisi-divisinya  untuk  memperoleh  modal  yang 
diperlukan  
• 
Ketika  pemegang  saham  perusahaan  dapat  meminimalkan 
keru gian mereka dengan menjual asset organisasi 
(Fred R. David, 2011:272) 
  
2.2.6  Model Manajemen Strategi Komperhensif
 
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Komperhensif
Sumber. Fred R. David, 2011 
2.3  Analisis Kompetitif: Model Lima Kekuatan Po rter
Menurut  Fred  R.  David  (2011:  145)  model  lima  kekuatan  Porter  adalah 
analisis  mengenai  kompetitif  dengan  melakukan  pendekatan  secara  luas 
untuk mengemb angkan strategi dibanyak industri. 
  
   
                      
Sumber: Fred R. David, 2011:146 
    Gambar: 2.2 Model Lima Kekuatan Porter 
Hakikat  persaingan  di  suatu  industri  tertentu  dapat  dipandang  sebagai 
perpaduan dari lima kekuatan : 
1)  Persaingan antar perusahaan saingan 
Persaingan  antar perusah aan saingan biasanya  merupakan  yang paling 
hebat dari lima kekuatan kompetitif. Strategi  yang dijalank an oleh sebu ah 
perusahaan  dapat  berhasil  hanya  sejauh  ia  menghasilkan  keunggulan 
kompetitif  atas  strategi  yang  dijalankan  perusahaan  pesaing.  Perubah an 
dalam  strategi  oleh  satu  perusahaan  bisa  jadi  ditanggapi  den gan  langkah 
balasan, seperti penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, 
penyediaan   layanan,  perpanjangan  garansi,  dan  pengintensifan  iklan. 
Intensitas  persaingan  antar  perusahaan  sejenis  cenderung  meningkat 
ketika  jumlah  pesaing  b ertambah,  ketika  pesaing  lebih  setara  d engan  hal 
ukuran  dan  kapabilitas,  ketika  permintaan  akan  produk  industri  itu 
menurun,  dan  ketika 
potongan  harga  menjadi  lazim  (Fred  R.  David, 
2011:148). 
2)  Potensi masuknya pesaing baru 
Bila  perusahaan  baru  dapat  dengan  mudah  masuk  ke  suatu  industri 
tertentu, intensitas  persaingan  antar perusahaan akan meningkat. Terdapat 
berbagai  hambatan  bagi  masuknya  perusahaan  baru,  seperti  kebutuhan 
  
untuk  mencapai  skala  ekonomi  secara  cepat,  kebutuhan  untuk  teknologi 
dan  trik  -trik  praktis,  kuran gn ya  pengalaman,  loyalitas  konsumen  yang 
kuat,  kurangnya  akses  ke  bahan  mentah  dan  lain  sebagainya.  Terlepas 
dari  ban yaknya  hambatan  bagi  masuknya  per usahaan  baru  tersebut, 
perusahaan  baru  kadang  masuk  ke  industri  dengan  produk  berku alitas 
lebih  tinggi,  har ga lebih  rendah, dan sumber pemasaran yang substansial. 
Oleh  karenanya,  tugas  penyusun  strategi  adalah  mengidentifikasi 
perusahaan-perusahaan  baru  yang  berpotensi  masuk  ke  pasar,  memonitor 
strategi  perusahaan  saingan 
baru,  menyerang  balik  jika  diperlukan,   dan 
memanfaatkan  kekuatan  dan  peluang  yang  ada  (Fred  R.  David, 
2011:149). 
3)  Potensi pengemban gan produk pengganti 
Di  banyak  industri,  perusahaan  berkompetisi  ketat  dengan  produsen 
produk-produk  penggan ti  di  industri  lain.  Hadirnya  produk-produk 
pengganti  itu  meletakkan  batas  tertinggi  (platfon) untuk harga yan g  dapat 
dibebankan  sebelum  konsumen  beralih  ke  produk  pengganti.  Tekanan 
kompetitif yan g  meningkat  dari  produk pengganti  bertambah  ketika harga 
relatif  produk  pengganti  tersebut  turun  dan  manakala  biaya  peralihan 
konsumen  juga  turun.  Kekuatan  kompetitif  produk  pesaing  bisa  diukur 
dengan  p enelitian  terh adap  pan gsa pasar  yang  berhasil  diraih  produk  itu, 
dan  juga  dari  rencana  perusahaan  tersebut  untuk  meningkatkan  kapasitas 
produksi dan penetrasi pasar (Fred R. David, 2011:150). 
4)  Daya tawar pemasok  
Kekuatan penawaran pemasok mempengaruhi  intensitas persaingan di 
suatu  industri,  khususnya  ketika  terdapat  sejumlah  besar  pemasok,  atau 
ketika  hanya  terdapat  sedikit  bahan  mentah  pengganti  yang  bagus,  atau 
ketika  biaya  peralihan  ke  bahan  mentah  lain  sangat  tinggi.  Akan 
menguntungkan  kepentingan  baik  pemasok  maupun  produsen  untuk 
saling  memb antu  dengan  harga  yang  masuk  akal,  kualitas  yang  baik, 
pengembangan  layanan  baru  pengiriman  yan g  tepat  waktu,  dan  biaya 
persediaan  yang  lebih  rendah,  sehin gga  meningkatk  an  profitabilitas 
jangk a  panjang  dari  semua  pihak  yang  berkepentingan  (Fred  R.  David, 
2011:151). 
  
5)  Daya tawar konsumen 
Ketika  konsumen  berkonsentrasi atau  berbelanja  atau  membeli d alam 
volume  besar,  kekuatan  penawaran  mereka  dapat  merep resentasikan 
kekuatan  besar  yang  mempengaruhi  intensitas  persaingan  di  suatu 
industri.  Kekuatan  penawaran  konsumen  bisa  lebih  tinggi  ketika  produk 
yang  dibeli  adalah  standar  atau  tidak  terdiferensiasi.  Jika  demikian, 
konsumen  seringkali  dapat  menegosiasikan  harga  jual,  cakupan  garansi, 
dan  paket-paket  aksesoris  dalam  pengertian  yang  luas    (Fred  R.  David, 
2011:151). 
2.4  Tahap- Tahap Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap,  yaitu (David,2011): 
1.  Perumusan strategi 
2.  Penerapan strategi 
3.  Penilaian strategi 
Perumusan Strategi 
   Perumusan  strategi  mencakup  pengembangan  visi  dan  misi, 
identifikasi  peluan g  dan   ancaman  eksternal  organisasi,  kesadaran  akan 
kekuatan  dan  kelemahan  internal,  penetapan  tujuan  jangka  panjang, 
pencarian  strategi-strategi alternatif, dan  pemilihan  strategi tertentu  untuk 
mencapai  tujuan.  Isu-isu  perumusan  strategi  mencakup  penentuan  bisnis 
apa  yang  akan  dimasuki,  bisnis  apa  yang  tidak  akan  dijalankan, 
bagaimana  mengalok asikan  sumber  daya,  perlukah  perusahaan  terjun  ke 
pasar internasional,  perlukah merger atau penggabungan  usaha dibuat  dan 
bagaimana men gindari p engambilalihan yang mer ugikan.  
Karena  tidak  ada  organisasi  yan g  memiliki  sumber  daya  yan g  tak 
terbatas,  para  penyusun  strategi  harus  memutuskan  strategi  alternatif 
mana  yang  akan  paling  menguntungkan  perusahaan.  Keputusan 
perumusan  strategi mendorong suatu o rganisasi untuk komit pada produk, 
pasar,  sumber  daya,  dan  teknologi  spesifik  selama  kurun  waktu  yang 
  
lama.  Strategi  menentukan  keunggulan  kompetitif  jangka  panjang.  (Fred 
R. David, 2011:7). 
Keunggulan  kompetitif  menurut  Fred  R.  David  (2011:11)  adalah  segala 
sesuatu  yan g  dapat  dilakukan  dengan  jauh  lebih  baik  oleh  sebuah 
perusahaan bila dibandingkan den gan perusahaan-perusahaan saingan. 
-  
Penerapan Strategi 
Penerapan  strategi  mengharuskan  perusahaan  untuk  menetapkan 
tujuan  tahunan,  membuat  kebijakan,  memotivasi  karyawan,  dan 
mengalokasikan  sumber  daya,  sehingga  strategi-strategi  yang  telah 
dirumuskan dapat dijalankan (Fred R. David, 2011:6-7). 
-  
Penilaian Strategi 
Penilaian  strategi  adalah  tahap  terakhir  dalam  manajemen  strategis. 
Manajer mesti tahu  kapan  ketika  strategi  tertentu  tidak berjalan  dengan  baik. 
Penilaian  atau  evaluasi  strategi  merupakan  cara  utama  untuk  memperoleh 
informasi  semacam  ini.  Tiga  aktivitas  penilaian  strategi  yang  mend asar 
adalah:  peninjauan  ulang  faktor-faktor  eksternal  dan  internal  yang  menjadi 
landasan bagi  strategi  saat  ini, penguku ran kinerja, dan pengambilan  langkah 
korektif (Fred R. David, 2011:6-7). 
2.4.1  Menetapkan tujuan-tujuan jangka panjang
Menurut  Fred  R.  David  (2011:244)  tujuan-tujuan  jangka  panjang 
merepresentasikan  hasil-hasil  yang  diharapkan  dari  pelaksanaan  strategi 
tertentu.  Strategi  merepresentasikan  berbagai  tindakan  yang  perlu  diambil 
untuk mencapai tujuan jangka panjang. 
2.4.2  Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi
Menurut  Fred  R.  David  (2011:84-87)  pern yataan  misi  adalah  sebuah 
deklarasi  tentang  “alasan  keberadaan”  suatu  organisasi.  Pern yataan  misi 
menjawab  pertanyaan  paling  pentin g.  “Apakah  bisnis  kita?”  pernyataan 
misi yang jelas  san gat penting  untuk menerapkan tujuan dan merumuskan 
strategi.  Sedangkan  pernyataan  visi  mencoba  member  jawaban  atas 
pertanyaan “Ingin menjadi seperti apak ah kita?”. 
  
 h
Menurut  Wibisono (200 6:43)  visi  merupakan  rangkaian  kalimat  yang 
menyatakan cita-cita atau impian  sebuah  organisasi  ata
perusahaan  yang 
ingin dicapai di  masa  depan. Atau  dapat dikatakan bahwa  vi
merupakan 
pernyataan  want  to  be  dari  organisasi  atau  perusahaan.  Vi
juga 
merupakan  hal  yang  sangat  krusial  bagi  perusahaan  untu
menjamin 
kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. 
Sedangkan  misi  menurut  Wibisono  (2006:46-47)  adala
rangkaian 
kalimat  yang  menyatakan  tujuan  atau  alasan  eksisten
organisasi  yang 
memuat  apa  yan g  disediakan  oleh  perusahaan  kepad
masyarak at,  baik 
berupa produk  ataupun jasa. 
2.5  Menciptakan, Mengevaluasi, dan Memilih Strategi
Menurut  Fred  David  (2011:324)  teknik-teknik  perumusan  strategi 
yang pentin g  dapat diintegrasikan ke dalam  kerangka  pengambilan keputusan 
tiga tah ap: 
  
  Gambar: 2.3 Tiga Tahap Perumusan Strategi 
sumber: Fred R. David, 2011:324 
2.5.1    Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Matriks  EFE  (External  Factor  Evaluation)  memungkinkan  para 
penyusun  strategi  untuk  meringk as  dan  men gevaluasi  informasi  ekonomi, 
  
sosial,  budaya,  demo gr afis,  lingkun gan,  politik,  pemerintahan,  huku m, 
teknologi,  dan  kompetitif.  Matriks  EFE  dapat  dikembangkan  dalam  lima 
langk ah: 
1)   Buat  daftar  faktor-faktor  eksternal  utama  sebagaimana  yang  disebutkan 
dalam  proses  audit  eksternal.  Masukkan  10  sampai  20  faktor,  termasuk 
peluang  dan  ancaman,  yang  memen garuhi  perusahaan  dan  industrinya. 
Daftar   terlebih  dulu  peluangnya,  kemudian  ancamannya.  Buat  sespesifik 
mungkin  den gan  menggunakan  persentase,  rasio,  dan  perbandingan  jika 
dimungkinkan.  
2)  Berilah  pada  setiap  faktor  tersebut  bobot  yang  berkisar  dari  0,0  (tidak 
penting)  sampai  1,0  (sangat  pentin g).  Bobot  itu  mengindikasikan 
signifikansi  relatif  dari  suatu  faktor  terhadap  k eberhasilan  perusahaan. 
Peluang  sering  kali mendapat  bobot  yang  lebih  tinggi  daripada  ancaman, 
tetapi ancaman  bisa diberi  bobot tinggi terutama jika mereka sangat parah 
atau  mengancam.  Bobo t  yang  sesu ai  dapat  ditemukan  dengan  cara 
membandingk an  pesaing  yang  berhasil  dengan  yang  tidak  berhasil  atau 
melalui  diskusi  untuk  mencapai  konsensus  k elompok.  Jumlah  total 
seluruh bobot yang diber ikan pada faktor itu harus sama dengan 1,0. 
3)  Berilah  peringkat  antara  1  sampai  4  pada  setiap  faktor  eksternal  utama 
untuk  menunjukkan  seberapa  efektif  strategi  perusahaan  saat  ini  dalam 
merespons  faktor  tersebut,  di  mana  4  =  responsnya  sangat  bagus,  3  = 
responsnya  di  atas  rata-rata,  2=  responsnya rata-r ata,  dan 1  =  responsnya 
di  bawah  rata-rata.  Peringkat  didasarkan  pada  keefektifan  strategi 
perusahaan.  Oleh  karenanya, p eringkat  tersebut  berbeda  antarperusahaan, 
sementara  bobot  di  langkah  nomor  2  berbasis  industri.  Penting  untuk 
diperhatikan  bahwa  baik  ancaman  maupun  peluang  dapat  menerima 
peringk at 1, 2, 3, atau 4. 
4)  Kalikan  bobot  setiap  faktor dengan  peringkatnya  untuk  menentukan  skor 
bobot. 
5)   Jumlahkan  skor  rata-rata  untuk  setiap  variabel  guna  men entukan  skor 
bobot total untuk organisasi. 
Terlepas  dari  jumlah  peluang  dan  ancaman  utama  yang  dimasukkan 
dalam  Matriks  EFE,  skor  bobot  total  tertin ggi  yang  mungkin  dicapai 
untuk  sebuah  organisasi  adalah  4,0  dan  skor  bobot  terendah  adalah  1,0. 
  
Rata-rata  skor  bobot  total  adalah  2,5.  Skor  bobot  total  sebesar  4,0 
mengindikasikan  bahwa  sebuah  organisasi  merespons  secara  sangat  baik 
peluang  dan  ancaman  yang  ada  di  industrin ya.  Dengan  kata  lain,  strategi 
perusahaan  secara efektif  mampu menarik  keuntungan  dari  peluang  yang 
ada  dan  meminimalkan  pengaruh  negatif  potensial  dari  ancaman 
eksternal.  Skor  total  sebesar  1,0  menandakan  bahwa  strategi  perusahaan 
tidak mampu memanfaatkan peluang yan g  ada atau menghindari an caman 
yang mun cul (Fred R. David, 2011:158-159). 
Tabel 2.1 Matriks EFE
Faktor- faktor 
Bobot  Peringkat  Skor bobot 
eksternal utama 
Peluang 
1.  xx 
xx  xx  xx 
2.  xx 
xx  xx  xx 
Ancaman 
1.  xx 
xx  xx  xx 
2.  xx 
xx  xx  xx 
Total 
xx  xx  xx 
Sumber: Fred R. David, 2011:160 
2.5.2  Melakukan Audit Internal
Proses  melakukan  audit  internal  sangat  mirip  dengan  proses 
melakukan  edit  eksternal.  Audit  internal  membutuhkan  pen gumpulan  dan 
pemaduan  informasi  mengenai  manajemen,  pemasaran,  k euangan/akuntansi, 
produksi/operasi,  penelitian  dan  pengembangan  (litbang),  serta  operasi 
system informasi manajemen perusahaan ( Fred R . David, 2011:178) 
  
Matriks Evaluasi Faktor Internal 
Lan gk ah  terakhir  dalam  melaksanakan  audit  manajemen  strategis 
internal  adalah  Matriks  IFE  ().  Alat  perumusan  strategi  ini  meringkas  dan 
mengevaluasi  kekuatan  dan  kelemahan  utama  dalam  area-area  fungsional 
bisnis,  dan juga  menjadi  landasan untuk mengidentifikasi  serta  mengevalu asi 
hubungan  di  antara  area  tersebut.  Penilaian  intuitif  digunakan  dalam 
pengembangan   Matriks  IFE,  sehingga  tampilan  ilmiahnya  tidak  boleh 
ditafsirkan  sebagai  bu kti  bahwa  teknik  ini  benar-benar  tanpa  celah. 
Pemahaman  yan g  menyeluruh  mengenai  faktor-faktor  yang  tercakup  di 
dalamnya  lebih  penting  daripada  angka-angka  yang  ada.  Matriks  IFE  dapat 
dikembangkan dalam lima langkah: 
1)  Buat  daftar faktor-faktor internal utama  sebagaimana yan g  disebutkan 
dalam  proses  audit  internal.  Masukkan  10  sampai  20  faktor  internal, 
termasuk  kekuatan  maupun  kelemahan  organisasi.  Daftar  terlebih 
dulu  kekuatannya,  kemudian  kelemahannya.  Buat sespesifik mungkin 
dengan  menggunakan  persentase,  rasio,  dan  angka-angka 
perbandingan. 
2)  Berilah  pada  setiap  faktor  tersebut bobot yan g  berkisar dari 0,0  (tidak 
penting)  sampai  1,0  (semua  penting).  Bobot  yang  diberikan  pada 
suatu  faktor  tertentu  menandakan  signifikansi  relatif  faktor  tersebut 
bagi  keberhasilan  industri  perusahaan.  Terlepas  dari  apakah  faktor 
utama itu adalah kekuatan  atau kelemahan internal, faktor-faktor  yang 
dianggap  memiliki  pengaruh  paling  besar  terhadap  kinerja 
organisasional  harus  diberi  bobot  tertinggi.  Jumlah  seluruh  bobot 
harus sama dengan 1,0. 
3)  Berilah  peringkat  1  sampai  4  pada  setiap  faktor  untuk 
mengindikasikan apakah  factor tersebut  sangat  lemah  (perin gk at  =  1), 
lemah  (peringkat  =  2),  kuat  (peringkat  =  3),  atau  san gat  kuat 
(perin gkat = 4).  Perhatikan bahwa kekuatan harus  mendapat peringkat 
3  atau  4  dan  kelemahan  harus  mendapat  peringkat  1  atau  2.  Oleh 
karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot di langkah 
2 berbasis industri. 
4)  Kalikan  bobot  setiap  faktor  den gan  peringkatnya  untuk  menentukan 
skor bobot bagi masing-masing variabel.  
  
5)  Jumlahkan  skor  bobot  masing-masing  variabel  untuk  memperoleh 
skor bobot total organisasi. 
Terlepas  dari  berapa  banyak  faktor  yang  dimasukkan  ke  dalam 
Matriks  IFE,  skor  bobot  total  berkisar antara  1,0  sebagai  titik  rendah  dan  4,0 
sebagai  titik  tertinggi,  dengan  skor  rata-rata  2,5.  Skor  bobot  total  di  bawah 
2,5  mencirikan  organisasi  yang  lemah  secara  internal,  sedangkan  skor  yang 
secar a  signifikan  berada  di  atas  2,5  mengindikasikan  posisi  internal  yang 
kuat. Seperti  Matriks  EFE,  Matriks  IFE  harus  memasukkan antara 10  sampai 
20  faktor.  Jumlah  faktor   tidak  memengaruhi  kisaran  skor  bobot  total  karena 
bobot  selalu  berjumlah  1,0.  Ketika suatu  faktor  internal merupakan kekuatan 
sekaligus  kelemahan  organisasi,  faktor  itu  harus  dimasukkan  dua  kali  dalam 
Matriks  IFE,  dan  bobot  serta  peringkat harus  diberikan  pada masing-masing. 
(Fr ed R. David, 2011:230-231). 
Tabel 2.2 Matriks IFE
Analisis internal 
Faktor- faktor 
Bobot  Peringkat  Skor bobot 
internal utama 
Kekuatan 
1.  xx 
xx  xx  xx 
2.  xx 
xx  xx  xx 
Kelemahan 
1.  xx 
xx  xx  xx 
2.  xx 
xx  xx  xx 
Total   
  
  
Sumber: Fred R. David, 2011:231 
2.5.3  Matriks Profil Kompetitif
Matriks  CPM (Competitive  Profile  Matrix)  mengidentifikasi  pesaing-
pesaing  utama  suatu  perusahaan  serta  kekuatan  dan  kelemahan  khu sus 
mereka  dalam  hubungannya  dengan  posisi  strategis  perusahaan  sampel. 
  
Bobot  dan  skor  bobot  total,  baik  dalam  Matriks  Profil  Kompetitif  (CPM) 
maupun  Evaluasi  Faktor  Eksternal  (EFE),  memiliki  arti  yang  sama.  Namun 
demikian,  faktor  keb erhasilan  penting  (critical  success)  dalam  C PM 
mencakup  baik  isu-isu  internal  maupun  eksternal;  karenanya,  peringkatnya 
mengacu  pada  kekuatan  dan kelemahan,  di mana 4  =  sangat  kuat, 3 =  kuat,  2 
=  lemah,  dan  1  =  sangat  lemah.  Terdapat  beberapa  perbedaan  utama  antara 
EFE dan CPM.  Pertama, faktor-faktor  keberhasilan  penting  dalam CPM lebih 
luas,  karena  tidak  mencakup  data  spesifik  atau  faktual  dan  mungkin  bahkan 
berfokus  pada  isu-isu  internal.  Faktor-faktor  keberhasilan  p enting  d alam 
CPM  juga  tidak  dikelompokkan  menjadi  peluang  dan  ancaman  sebagaimana 
dalam  EFE.  Dalam  CPM,  peringkat  dan  skor  bobot  total  perusahaan-
perusahaan  pesain
g  d apat  dibandingk an  dengan  p erusahaan  sampel.  Analisis 
perbandingan  ini memberikan  informasi strategis  internal  yang penting  (Fred 
R. David, 2011:162) 
Tabel 2.3 Matriks CPM
Faktor-
Perusahaan 1 
Perusahaan 2  Perusahaan 3 
faktor 
keberhas
bobot  peringk
skor  bobot  pering
skor  bobot  pering
skor 
ilan 
at 
kat 
kat 
penting 
1.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
2.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
3.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
4.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
5.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
6.    xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Total  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Sumber: Fred R. David, 2011:162 
  
2.5.4  Matriks SWOT
Matriks  SWOT adalah  sebuah  alat pencocokan yang  penting  yang membantu 
para  manajer  mengembangkan  empat  jenis  strategi:  Strategi  SO  (kekuatan-
peluang),  Strategi  WO  (kelemahan-peluang),  Strategi  ST  (kekuatan 
ancaman ),  dan  Strategi  WT  (kelemahan-ancaman).  Mencocokkan  faktor-
faktor  eksternal  dan  internal  utama  merupakan  bagian  tersulit  dalam 
mengemban gkan  Matriks  SWOT  dan  membutuhkan  penilaian  yang  baik—
dan tidak ada satu pun paduan yang paling ben ar. 
Strategi  SO  (SO  Strategies)  memanfaatkan   kekuatan  internal  perusahaan 
untuk  menarik  keuntungan  dari  peluan g  eksternal.  Semua  manajer  tentunya 
menginginkan  organisasi  mereka  berada  dalam  posisi  di  mana  kekuatan 
internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai  tren  dan 
kejadian  eksternal.  Secara  umum,  organisasi  akan  menjalankan  strategi  WO, 
ST,  atau  WT  untuk  mencapai  situasi  di  mana  mereka  dapat  melaksanakan 
Strategi  SO.  Jika  sebuah  perusahaan  memiliki  kelemahan  besar,  maka 
perusahaan  akan  berjuang  untuk  mengatasinya  dan  mengubahnya  menjadi 
kekuatan.  Tatkala  sebuah  organisasi  dihadapkan  pada  ancaman  yang  besar, 
maka  perusahaan  akan  berusaha  untuk  men ghindarinya  untuk  berkonsentrasi 
pada peluan g. 
Strategi  WO  (WO  Strategies)  bertujuan  untuk  memperbaiki  kelemahan 
internal  dengan  cara  mengambil  keuntungan  dari  peluang  eksternal. 
Terkadang,  peluang-peluang  b esar  muncul,  tetapi  perusahaan  memiliki 
kelemahan internal  yang mengh alan ginya memanf aatkan pelu ang tersebut.
Strategi  ST  (ST  Strategies)  menggunakan kekuatan sebuah perusahaan  untuk 
menghindari  atau  mengurangi  dampak  an caman  eksternal.  Hal  ini  bukan 
berarti  b ahwa  suatu  organisasi  yang  kuat  harus  selalu  menghadapi  ancaman 
secar a lan gsung di dalam lingkun gan eksternal.
Strategi  WT  ( WT  Strategies)  merupakan  taktik  defensif  yang  diarah kan 
untuk  mengurangi  kelemahan  internal  serta  men ghindari  ancaman  eksternal. 
Sebuah  organisasi  yang  men ghadapi  berbagai  ancaman  eksternal  dan 
kelemahan  internal  benar-benar  dalam  posisi  yang  membahayakan.  Dalam 
kenyataann ya,  perusahaan  semacam  itu  mungkin  harus  berjuang  untuk
  
bertahan hidup, melakuk an merger, p enciutan, menyatakan  diri  bangkrut  atau 
memilih likuidasi. 
Terdapat delapan langkah dalam membentuk sebuah Matriks SWOT: 
1.  Buat daftar peluan g-peluang eksternal utama perusahaan. 
2.   Buat daftar ancaman-an caman utama eksternal perusahaan. 
3.   Buat kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan. 
4.   Buat kelemahan-k elemahan internal utama perusahaan. 
5.  Cocokkan kekuatan  internal  dengan  peluang  eksternal,  dan  catat  hasilnya 
pada sel Strategi SO.   
6.  Cocokkan  kelemahan  internal  den gan  p eluan g  eksternal,  dan   catat 
hasilnya pada sel Strategi WO. 
7.  Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya 
pada sel Strategi ST. 
8.  Cocokkan  kelemahan  internal  den gan  ancaman  eksternal,  dan  catat 
hasilnya pada sel Strategi WT. 
Maksud  dari  setiap  alat  pencocokan  di  Tahap  2  ini  adalah  untuk 
mengh asilkan  strategi-strategi  alternatif  yang  masuk  akal,  bukan  untuk 
memilih  atau  menentukan  strategi  mana  yang  terbaik.  Oleh  karena  itu,  tidak 
semua strategi yang dikembangk an  dalam  Matriks  SWOT akan  dipilih  untuk 
diterapkan ( Fred R . David, 2011:327-329). 
Bentuk  matriks  SWOT  menurut  Fred  R.  David  (2011:329)  adalah 
sebagai berikut: 
  
  
Gambar: 2.4 Matriks SWOT
Sumber : Fred R. David, 2011:328-329 
2.5.5  Matriks SPACE
Matriks  SPACE  atau  dapat  juga  disebut  Matriks  Posisi  Strategis  dan 
Evaluasi  Tindakan,   menunjukkan  apakah  strategi  yang  paling  sesuai  untuk 
organisasi  adalah  strategi  agresif,  konservatif,  defensif,  atau  kompetitif.  
Sumbu Matriks  SPACE menujukkan dua dimensi internal kekuatan financial-
FS  dan  keunggulan  kompetitif-CA  dan  dua  dimensi  eksternal  stabilitas 
lingkungan-ES dan keku atan industri-IS. 
Lan gk ah-lan gk ah  yang  dibutuhkan  untuk  mengembangkan  Matriks 
SPACE adalah sebagai b erikut: 
  
1.  Pilihlah  serangkaian  variable  untuk  menentukan  kekuatan  financial  (FS), 
keunggulan  kompetitif  (CA),  stabilitas  lingkungan  (ES),  dan  kekuatan 
industri (IS). 
2.  Nilai  variable-variab el  tersebut  menggunakan  skala  1  (paling  buruk) 
sampai  6  (palin g  baik)  untuk  FS  dan  IS.  Nilai  variable-variabel  tersebut 
menggun akan  skala  -6  (paling  buruk)  sampai  -1  (paling  baik)  untuk  ES 
dan  CA.  Pada  sumbu  FS  dan  CA,  buatlah  perbandingan  dengan  pesaing. 
Pada sumbu IS dan ES, buatlah perbandin gan dengan industri lain, 
3.  Hitunglah  rata-rata  dari  FS,  CA,  IS,  dan  ES  den gan  menjumlahkan  nilai 
yang  diberikan  pada  variable  dari  setiap  dimensi  dan  kemudia 
membagin ya dengan jumlah variable d alam dimensi yang bersan gkutan 
4.  Petakan nilai rata-rata  untuk  FS, IS,  ES, dan  CA  pada sumbu  yang  sesuai 
dalam Matriks SPACE 
5.  Jumlahkan  nilai  rata-rata  pada  sumbu  x  (CA,IS)  dan  petakan  hasilnya 
pada  sumbu  X.  Jumlahkan  nilai  rata-rata  pada  sumbu  y  (FS,  ES)  dan 
petakan  hasilnya  pada  sumbu  Y.  Petakan  perpotongan  kedua  titik  X  dan 
Y tersebut.  
6.  Gambarkan arah  vector dari koordinat  0,0  melalui titik perpotongan  yang 
baru.  Arah  panah  menunjukkan 
jenis  strategi  yang  disarankan  bagi 
organisasi:  agresif,  kompetitif,  defensif,  atau  konservatif.  Kuad ran 
Agresif berarti  organisasi  tersebut  berada dalam posisi  yang sangat bagus. 
Strateginya  adalah  penetrasi  pasar,  pengembangan  produk,  integrasi  ke 
belakang,  integrasi  ke  depan,  intergrasi  horizontal,  diversifikasi,  atau 
strategi  kombinasi  kesemuanya  itu  masuk  akal  untuk  dipilih.  Kuadran 
konservatif  berarti  organisasi disarankan  tetap p ada  kompetensi  dasarnya 
dan  tidak  mengambil  resiko  terlalu  besar.  Strateginya  adalah  p enetrasi 
pasar,  pengemban gan  pasar,  pengembangan  pr oduk,  dan  diversifikasi 
terkait.  Kuadran  def ensif  berarti  or ganisasi  harus  berfokus  pada  usaha 
untuk  mengatasi  kelemahan  internal  dan  menghindari ancaman  eksternal. 
Strateginya  adalah penciutan, divestasi, likuidasi, dan diversifikasi terkait. 
Kuadran  kompetitif  berarti  organisasi  memerlukan  strategi  kompetitif 
yaitu  strategi  integrasi  ke  belakang,  integrasi  ke  depan,  integrasi 
horizontal,  penetrasi  pasar,  pengembangan  pasar,  dan  pen gembangan 
produk (Fred R. David, 2011:332-334) 
  
  
 
 
 
  
 
  
 
  
 
  
 
 
 
 
 
 
  
  
   
   
 
  
 
 
 
 
 
 
  
  
 
 
  
          
  
  
         
         
       
  
          
        
 
       
 
      
 
  
 
  
     
    
         
  
   
  
    
         
   
 
   
   
  
  
         
       
     
  
 
  
 
          
      
    
  
   
  
 
  
 
           
       
   
   
 
         
  
        
    
   
   
        
   
  
       
     
  
 
 
 
 
 
 
           
 
     
      
         
   
         
 
 
     
      
         
   
         
    
           
 
     
      
         
   
         
    
           
 
     
      
         
   
 
         
 
                   
                
       
      
   
 
        
        
      
    
 
         
     
    
      
   
        
      
    
     
          
       
   
        
    
      
 
      
      
   
           
             
        
       
       
     
        
   
        
   
 
 
   
 
     
        
     
      
  
        
       
     
   
  
 
    
      
         
   
       
       
       
     
        
       
              
          
        
      
    
    
  
 
            
      
   
  
   
  
   
     
 
 
   
  
 
         
 
 
    
  
 
 
  
       
     
    
 
 
   
  
        
   
 
 
 
  
 
 
         
        
 
  
 
 
 
 
  
     
        
 
  
 
   
    
  
 
     
       
    
 
 
 
 
    
 
 
 
   
 
 
   
     
 
    
 
   
 
 
     
     
    
 
 
 
 
 
       
                 
       
                 
             
                 
             
 
 
                  
         
       
     
 
 
         
         
      
 
          
      
 
  
     
   
  
         
     
 
     
  
 
     
 
             
     
  
 
    
 
          
        
      
    
  
 
            
     
  
 
   
 
   
  
 
 
             
      
       
     
             
            
          
        
     
  
 
   
 
 
 
            
            
   
 
 
        
        
      
                         
    
    
   
           
          
       
     
   
 
  
       
                        
   
         
      
 
  
     
                       
  
             
 
         
       
    
                      
           
         
       
     
     
 
         
       
    
           
    
   
             
 
 
 
 
         
      
         
      
         
 
      
      
     
  
                   
                 
          
        
     
     
     
  
                           
                        
            
        
      
 
       
      
      
 
                 
               
             
           
         
        
        
      
 
                        
                      
                     
                   
                  
      
     
 
          
                        
                       
                 
          
                        
                      
                  
                
     
   
       
     
  
 
         
      
    
                        
 
   
     
     
     
     
 
 
 
          
   
 
   
 
 
         
                       
    
   
       
   
 
 
       
     
   
                            
                          
                      
  
             
  
             
  
  
 
             
           
         
       
                 
           
   
 
  
  
 
  
  
    
 
       
     
    
   
   
  
      
    
 
   
 
 
            
 
 
                        
            
 
 
                        
            
 
 
                        
            
 
 
 
                        
                     
                    
                 
              
              
             
           
        
       
       
       
     
  
                           
              
       
        
 
              
            
          
        
       
        
      
      
   
    
   
    
  
 
    
     
               
 
      
   
      
    
   
              
              
            
          
        
      
    
  
 
      
   
      
    
 
   
   
 
   
 
       
        
      
    
  
 
     
    
  
 
 
 
      
     
 
 
 
 
 
       
              
            
           
        
        
       
  
 
 
       
   
 
 
  
 
 
       
  
       
     
 
   
        
     
  
  
 
 
       
    
   
 
       
   
       
  
 
       
         
      
 
       
      
  
 
    
 
 
       
     
 
 
 
      
  
      
     
 
     
  
      
 
     
     
    
     
   
      
    
  
   
 
             
            
             
           
    
             
      
         
       
     
   
             
     
    
   
     
    
   
 
 
     
   
 
 
   
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
   
  
  
  
  
      
    
     
 
      
     
 
     
    
   
     
    
   
     
   
   
 
 
 
   
 
 
   
  
 
 
  
   
 
 
  
   
  
  
  
 
 
   
 
 
   
  
  
  
 
   
  
 
 
 
 
   
 
  
  
 
   
 
 
 
   
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
 
  
 
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
  
 
  
  
 
         
    
 
 
  
 
         
    
 
 
 
         
       
        
    
    
  
        
        
      
  
   
 
             
 
                
  
        
      
    
  
    
 
 
    
     
     
    
        
      
    
  
     
   
 
    
    
    
       
     
   
    
    
 
 
 
   
    
 
 
  
 
 
            
 
 
         
 
        
 
            
 
 
         
     
        
       
            
 
 
  
     
 
        
 
            
 
 
 
   
     
   
        
    
        
     
            
         
  
    
  
 
  
        
       
    
  
  
       
 
     
  
     
        
            
          
        
         
   
         
       
    
  
 
 
 
             
  
           
        
     
  
            
          
         
    
          
    
             
    
  
 
             
 
           
     
   
   
           
         
        
    
   
    
  
 
            
       
     
  
  
           
     
 
       
   
   
       
       
     
  
    
  
          
  
     
     
 
          
       
      
   
       
      
       
     
    
          
        
      
  
 
         
    
  
 
   
  
      
  
     
       
      
 
 
 
 
    
  
 
      
  
 
 
 
 
       
              
 
               
          
  
 
 
               
            
           
        
           
        
     
  
 
  
 
 
 
   
 
 
 
  
  
  
     
   
 
           
      
   
 
 
  
 
    
 
          
   
 
       
      
   
 
    
     
   
 
         
  
 
    
   
   
      
     
 
    
   
   
  
  
      
    
     
   
    
   
  
 
    
  
 
 
 
  
      
   
 
 
 
  
     
    
 
 
     
    
 
           
    
 
     
    
 
            
          
     
 
     
    
 
            
 
             
            
          
        
       
     
  
 
             
            
           
         
       
     
            
          
    
 
            
 
    
 
            
 
     
    
 
     
        
      
    
   
           
  
    
    
       
     
    
  
    
 
          
         
    
    
        
   
      
  
        
    
   
  
        
   
   
    
     
 
 
      
    
     
   
       
      
   
      
   
   
 
            
           
 
  
            
          
  
 
 
 
 
 
    
 
    
 
    
 
    
 
            
           
         
       
      
  
 
      
     
    
 
 
             
           
 
     
 
 
           
          
    
 
      
 
 
      
    
   
  
         
 
 
  
    
 
  
           
       
 
 
  
 
          
        
      
      
 
      
 
     
     
     
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
  
  
 
   
 
  
 
   
 
   
 
   
 
  
  
 
  
  
  
 
Gambar: 2.5 Matriks SPACE 
Sumber : Fred R. David, 2011:333 
2.5.6  Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks  IE  (Internal-External)  memposisikan  berbagai  divisi  suatu 
organisasi  dalam  tampilan  sembilan  sel.  Matriks  IE  didasarkan  pada  dua 
dimensi  kunci:  skor bobot  IFE  total  pada  sumbu  x  dan  skor  bobot EFE  total 
pada  sumbu  y.  Setiap  divisi  dalam  suatu  organisasi  harus  membuat  Matriks 
IFE  dan  Matriks  EFE  dalam  kaitannya  dengan  organisasi.  Skor  bobot  total 
yang  diperoleh  dari  divisi-divisi  tersebut  memungkinkan  susunan Matriks  IE 
di  tingkat perusahaan. Pada  sumbu x dari Matriks IE,  skor  bobot IFE total 1,0 
sampai  1,99  menunjukkan  posisi  internal  yang  lemah;  skor  2,0  sampai  2,99 
dianggap 
sedang;  dan  skor  3,0  sampai  4,0  adalah  kuat.  Serupa  dengannya, 
pada  sumbu  y,  skor  bobot  EFE  total  1,0  sampai 1,99  dipandang  rendah; skor 
2,0  sampai  2,99  dianggap  sedan g;  dan  skor  3,0  hingga  4,0  adalah  tinggi. 
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempun yai implikasi 
strategi  yang  berbeda-beda.  Pertama,  ketentuan  untuk  divisi-divisi  yang 
masuk  dalam  sel  I,  II,  atau  IV  dapat  digambarkan  sebagai  tumbuh  dan 
membangun  (grow  and  build). 
Strategi  yang  intensif  (penetrasi  pasar, 
pengembangan  pasar,  dan  pengembangan  produk) atau  integrasi  (integrasi  ke 
belakang,  integrasi  ke  depan,  dan  integrasi  horizontal)  bisa  menjadi  yang 
  
paling  tepat  bagi  divisi-divisi  ini.  Kedua,  divisi-divisi  yang  masuk  dalam  sel 
III,  V,  atau  VII  dapat  ditangani  dengan  baik  melalui  strategi  menjaga  dan 
mempertahankan  (hold  and  maintain);  penetrasi  pasar  dan  pen gembangan 
produk  adalah  dua  strategi  yang  paling  banyak  digunakan  dalam  jenis  divisi 
ini. Ketiga,  ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau 
IX  adalah  panen  atau  divestasi  (harvest  or  divest).  Organisasi  yang  berhasil 
mampu  mencapai  portofolio  bisnis  yang  masuk  atau  berada  di  seputar  sel  I 
dalam Matriks IE. (Fred R. David, 2011:344-345) . 
Gambar: 2.6 Matriks IE
Sumber : Fred R. David, 2011:344 
2.5.7  Matriks Strategy B esar (Grand Strategy)
Matriks  Strategi  Besar  telah  menjadi  sebuah  alat  yang  populer  untuk 
merumuskan  strategi  alternatif.  Semua  organisasi  dapat  diposisikan  di  salah 
satu  dari  empat  kuadran  strategi  Matriks  Strategi  Besar.  Untuk  divisi-divisi 
suatu  perusahaan  dapat  dilakukan  hal  yang  seru pa.  Matriks  Strategi  Besar 
didasarkan  pada  dua  dimensi  evaluatif:  posisi  kompetitif  dan  pertumbuhan 
pasar  (industri).  Strategi  yang  tepat  untuk  dipertimbangkan  organisasi 
ditampilkan dalam urutan daya tarik di setiap kuadran matriks tersebut. 
Perusahaan -perusahaan  yang berada dalam Kuadr an I Matriks Strategi 
Besar memiliki posisi strategis yang sempurn a. Untuk perusahaan-perusahaan 
tersebut,  konsentrasi  pada  pasar  (pen etrasi  pasar  dan  pengembangan  pasar) 
  
dan  produk  (pengembangan  produk)  yang  ada  saat  ini  merupakan  strategi 
yang  sesuai.  Bukan  hal  yang  bijak  bagi  sebuah  perusahaan  Kuadran  I  untuk 
beralih  secara  mendasar  dari  keunggulan  kompetitifnya  yan g  sudah  mapan. 
Bila  perusahaan  Kuadran  I  mempunyai  kelebihan  sumber  daya,  maka 
integrasi  ke  belakang,  integrasi  ke  depan,  atau  integrasi  horizontal  bisa 
menjadi  strategi  efektif.  Ketika  suatu  perusahaan  Kuadran  I  terlalu 
berpatokan  dengan  satu  produk  tertentu,  diversifikasi  terkait  kiran ya  dapat 
membantu mengurangi risiko yang berkaitan dengan lini produk  yang sempit. 
Perusahaan -perusahaan  Kuadran  I  memiliki  sumber  daya  yang  memadai 
untuk mengambil keuntungan dari berbagai  peluang  eksternal yang muncul di 
banyak bidang. Mereka bisa mengambil risiko secara agresif jika perlu. 
Perusahaan -perusahaan  yang terletak di Kuadran  II  perlu  secara  serius 
mengevaluasi  pendek atan  mereka  terhadap  pasar.  Walaupun  industri  mereka 
tengah  tumbuh,  mereka  tidak  mampu  bersaing  secara  efektif,  dan  mereka 
perlu mencari tahu mengapa pend ekatan perusahaan  saat  ini tidak  efektif  dan 
bagaimana  perusahaan  dapat  memperbaiki  daya  saingnya.  Oleh  karena 
perusahaan-perusahaan  Kuadran  II  berad a  di  industri  dengan  pasar  yang 
bertumbuh  cepat,  strategi  intensif  (sebagai  kebalikan  dari  strategi  integratif 
atau  diversifikasi)  biasanya  menjadi  pilihan  pertama  untuk  dipertimbangkan. 
Namun  demikian,  jika  perusahaan  kuran g  memiliki  kompetensi  khusus  atau 
keunggulan kompetitif,  integr asi horizontal dapat  menjadi  alternatif lain  yang 
bagus.  Sebagai  pilihan  terakhir,  divestasi  atau  likuidasi  dapat 
dipertimbangkan.  Divestasi  dapat  menyediakan  dana  yang  diperlukan  untuk 
mengakuisisi bisnis lain atau membeli kembali saham. 
Organisasi-organisasi  Kuadran  III  bersaing  di  industri  yang 
pertumbuhannya  lamb at  serta  memiliki  posisi  kompetitif  lemah.  Berbagai 
perusahaan  ini  harus  segera  membuat  perubahan  drastis  untuk  menghindari 
penurunan  lebih  jauh  dan  kemungkinan  likuidasi.  Pengu rangan  (pen ciutan) 
biaya  dan  aset  yang  ekstensif  harus  dilakukan  pertama  kali.  Strategi 
alternatifnya  adalah  dengan  mengalihkan  sumber   daya  dari  bisnis  saat  ini  ke 
bidang  yang  lain  (diversifikasi).  Jika  kesemuanya  itu  gagal,  pilihan  terak hir 
untuk bisnis Kuadran III  adalah divestasi atau likuidasi. 
Terakhir,  bisnis-bisnis  Kuadran  IV  memiliki  posisi  kompetitif  yang 
kuat  namun  berad a  di  dalam  industri  yang  pertumbuhannya  lambat. 
  
Perusahaan -perusahaan  ini mempunyai kekuatan untuk mengadakan program 
diversifikasi  ke  bidang-bidang  pertumbuhan  baru  yang  lebih  menjanjikan: 
karakteristik perusahaan-perusahaan Ku adran IV adalah memiliki tingkat arus 
kas  yang  tinggi  serta  kebutuhan  pertumbuhan  internal  yan g  terbatas  dan 
sering  kali  dapat  menjalankan  strategi  diversifik asi  terkait  atau  tak  terkait 
dengan  berh asil.  Perusahaan-perusahaan  Kuadran  IV  juga  bisa  melakukan 
usaha patungan. (Fred R. David, 2011:348-349) 
Gambar: 2.7 Mat riks Strategi Besar
             Sumber : Fred R. David, 20 
2.5.8  Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Diluar  strategi-strategi  pemeringkatan  untuk  mendapatkan  daftar
prioritas,  hanya  ada satu  teknik analitis  dalam  literatur  yang  dirancang  untuk 
menentukan  daya  tarik   relatif  dari  berbagai  tindakan  alternatif.  Tek nik 
tersebut  ad alah  Matriks  Perencanaan  Strategis  Kuantitatif  (Quantitative 
Strategic  Planning  Matrix—QSPM),  yang  men yu sun  Tahap  3  dari  keran gka 
analitis perumusan strategi.   
Teknik  ini  secara  objektif  menunjukkan  strategi  mana  yang  terbaik. 
QSPM  menggunakan  analisis  input  dari  Tahap  1  dan  h asil  pencocokan  dari 
analisis  tahap  2  untuk  secara  objektif  menentukan  strategi  yan g  hend ak 
dijalankan  di  antara  strategi-strategi  alternatif.   Itu  artin ya,  Matriks  EFE, 
Matriks  IFE,  dan  Matriks  Profil  Kompetitif  yang  menyusun  Tahap  1, 
ditambah  dengan  Matriks  SWOT,  Matriks  SPACE,  Matriks  IE,  dan  Matriks 
  
Grand  Strateg y  yang  menyusun  Tahap  2,  menyediakan  informasi  yang 
dibutuhkan  untuk  menyusun  QSPM  (Tahap  3).  QSPM  adalah  alat  yang 
memungkinkan   para  penyusun  strategi  mengevaluasi  berbagai  strategi 
alternatif  secara  objektif,  berd asarkan  faktor-faktor  keberhasilan  penting 
eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.  Seperti halnya alat-alat 
analitis perumusan  strategi  yang  lain,  QSPM  membutuhkan  penilaian  intuitif 
yang baik. 
Enam langk ah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM: 
1.     Buatlah  daftar  berbagai  peluang/ancaman  eksternal  dan 
kekuatan/kelemahan  internal  utama  di  kolom  kiri  QSPM.  Informasi  ini 
harus  diambil  langsung  dari  Matriks  EFE  dan  Matriks  IFE.  Minimal  10 
faktor  keberhasilan  utama  eksternal  dan  10  f aktor  keberhasilan  utama 
internal perlu dimasukkan dalam QSPM. 
2.      Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. 
Bobot  ini  sama  dengan  bobot  yang  ada  dalam  Matriks  EFE  dan  Matriks 
IFE.  Bobot  ditampilkan  dalam  kolom  kecil  tepat  di  kanan  faktor-faktor 
keberhasilan p enting  eksternal dan internal. 
3.     Cermatilah  matriks-matriks  Tahap  2  (pencocokan),  dan 
mengidentifikasi  berbagai  strategi  alternatif  yang  harus  dipertimbangkan 
untuk  diterapkan  oleh  organisasi. C atat strategi-strategi ini di baris  teratas 
QSPM.  Kelompokkan  berbagai  strategi  tersebut  dalam  satu  rangkaian 
eksklusif, sebisa mungkin.  
4.     Tentukanlah  Skor  Daya  Tarik  (AS)  didefinisikan  sebagai  nilai 
numerik  yang  mengindikasikan  daya  tarik  relatif  dari  setiap  strategi  di 
rangkaian alternatif tertentu. Skor  Daya Tarik (Attractiveness Score—AS) 
ditentukan 
dengan  cara  mengamati  setiap  faktor  eksternal  atau  internal 
utama,  pada  suatu  waktu  tertentu,  sembari  mengajukan  pertanyaan, 
“Apakah  faktor  ini  memengaruhi  pilihan  strategi  yang  dibuat?”  jika 
jawaban  atas  pertan yaan  ini  adalah  ya,  strategi  kemudian  perlu 
diperbandingkan  relatif  terhadap  faktor  utama  tersebut.  Secara  khusus, 
Skor Daya  Tarik  harus  diberikan  pada  setiap  strategi  untuk  menunjukkan 
daya  tarik  relatif  satu  strategi  atas  strategi  yang  lain,  dengan 
mempertimbangk an  faktor  tertentu.  Kisaran  Skor  Daya  Tarik  adalah  1  = 
tidak  memiliki  daya  tarik,  2  =  daya  tarikn ya  rendah,  3  =  daya  tariknya 
  
sedang,  dan  4 =  daya  tariknya tinggi. Kerjakanlah baris demi  baris  dalam 
mengemban gkan  QSPM.  Jika  jawaban  atas  pertanyaan  di  atas  adalah 
tidak, yang mengindikasikan bahwa faktor utama  yang bersangkutan tidak 
memiliki  pengaruh  terhadap  pilihan  spesifik  yang  dibuat,  jan gan 
memberikan  Skor  Daya  tarik  pada  strategi  dalam  rangkaian  tersebut. 
Gunakan  tanda  hubung  untuk  menunjukkan  bahwa  suatu  faktor  utama 
tidak memengaruhi pilihan yan g dibuat.  
5.     Hitunglah  Skor  Daya  Tarik  Total.  Skor  Daya  Tarik  Total  (Total 
Attractiveness  Score—TAS)  didefinisikan  sebagai  hasil  kali antara  bobot 
(Lan gkah  2)  dengan  Skor  Daya  Tarik  (Lan gkah  4)  di  setiap  baris.  Skor 
Daya  Tarik  Total  mengindikasikan  daya  tarik  relatif  dari  setiap  strategi 
alternatif,  den gan  hanya  mempertimbangkan  dampak  faktor  keberhasilan 
penting  eksternal  atau   internal  yang  berdekatan.  Semakin  tinggi  Skor 
Daya  Tarik  Totaln ya,  semakin  menarik  pula  strategi  alternatif  tersebut 
(hanya  dengan  mempertimbangkan  faktor  keberhasilan  penting  yang 
berdekatan). 
6.     Hitunglah  Jumlah  Keseluruhan  Daya  Tarik  Total.  Jumlahkan  Skor 
Daya  Tarik  Total  di  setiap  kolom  strategi  dari  QSPM.  Jumlah 
Keseluruhan  Daya  Tarik Total (Sum Total Attractiveness  Scores—STAS) 
menunjukkan  strategi  yang  paling  menarik  di  setiap  rangkaian  alternatif. 
Skor  yang  lebih  tinggi  mengindikasikan  strategi  yang  lebih  menarik, 
mengingat  semua  faktor  eksternal  dan  internal  relevan  yang  dapat 
memengaruhi  keputusan  strategis.  Besarnya  selisih  antara  Jumlah 
Keseluruhan  Daya  Tarik  Total  di  rangkaian  alternatif  strategi  tertentu 
menunjukkan  ketertarik an  relative  satu  strategi  terhadap  strategi  yang 
lain. 
Tabel 2.4 Matriks QSPM
Alternatif strategi  Strategi 1  Strategi 2 
Faktor-faktor 
Bobot  AS  TAS  AS  TAS 
utama 
Peluang 
  
1.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
2.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Ancaman  
2  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
3  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Kekuatan  
1.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
2.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Kelemahan 
1.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
2.  xx  xx  xx  xx  xx  xx 
Total 
xx  xx  xx  xx  xx 
Sumber: Fred R. David, 2011:353 
2.6  Teori dasar metode AHP (Analytical Hierarchy  Process) 
2.6.1  Definisi metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analytical Hierarchy Process atau  yang biasa disebut dengan  Analisis
Proses Bertingkat ini merupakan metode yang ditemukan oleh Thomas Lorrie 
Saaty  pada  tahun  1970.  Metode  ini  dapat  diaplikasikan  untuk  kepentingan 
politik,  ekonomi,  militer,  lingkup  makro,  dan  lingkup  mikro.  Menurut  Saaty 
(2012:  1),  AHP  merupakan  pendekatan  dasar  untuk  pengambilan  keputusan. 
Hal  ini  dirancang  untuk  mengatasi  permasalahan  di  dalam  hal  pemilihan 
terhadap  sejumlah  alternatif  yang  di  evaluasi  sehubungan  dengan  b eberapa 
kriteria.  Di  dalam  proses  ini,  pengambil  keputusan  melakukan  perbandingan 
berpasan gan  yang  sifatnya  sederhana  dimana  kemudian  digunakan  un tuk 
mengemban gkan  keseluruhan  prioritas  yang  berfungsi  memberi  peringkat 
pada   
  
Menurut  Marimin  (2004)  dengan  menggunakan  Analytic  Hierarchy 
Process (AHP) ,  persoalan yang sifatnya kompleks dapat  disederhan akan  dan 
dipercepat  proses  pengambilan  keputusannya.   Menurut  Banu  K  (2008)  
Metode  AHP  adalah  sebuah  kerangka  untuk  mengambil  keputusan  dengan 
efektif  atas  persoalan  yang  kompleks  dengan  menyederhanakan  dan 
mempercepat  proses  pengambilan  keputusan  dengan  memecahkan  persoalan 
tersebut  kedalam  bagian-bagiannya,  menata  bagian  atau  variabel  ini  dalam 
suatu  susunan  hirarki,  memberi  nilai  numerik  pada  pertimbangan  subjektif 
tentang  pentingnya  tiap  variabel  dan  mensintesis  berbagai  pertimbangan  ini 
untuk  menetapkan  variabel  yang  mana  yang  memiliki  prioritas  paling  tinggi 
dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. 
Dari  ketiga  definisi  tersebut  maka  dapat  ditarik  sebuah  k esimpulan 
bahwa  metode  AHP  b ertujuan  untuk  menyederhanakan  masalah-masalah 
yang  ada  dan  membuatnya  lebih  dapat  dimen gerti  (sederhana)  sehingga 
membuat keputusan yan g diambil lebih cepat dan mudah untuk diputuskan. 
Untuk  mendapatkan  data  dalam  AHP  ini  diperlukan  wawancara 
ataupun  kuesioner  yang  dapat  diberikan  kepada pihak  yang  ditujukkan.  AHP 
dapat dikatakan  juga   sebagai  analisis  yang  digunakan  di  dalam  pengambilan 
keputusan untuk  dapat  memahami  kondisi  yang  ada  dan  tentunya  membantu 
melakukan  prediksi  dalam  pengambilan  keputusan.  AHP  dapat  digunakan 
sebagai  metode  alternatif  dalam  menyelesaikan  berbagai  macam  masalah, 
diantaran ya  penentuan  u rutan  prioritas  dari  beberapa  alternatif  pilihan.  AHP 
relatif  simpel  dan  mudah  diakses  untuk  mengambil  keputusan  dari  suatu 
masalah,  hal  tersebut  dikarenakan  adanya  duku ngan  dari  software  Expert 
Choice. Menurut Saaty (2012), penyelesaian persoalan dengan AHP  memiliki 
beberapa  tahapan,   yaitu  penguraian/penyusunan  hirarki  (decomposition), 
perbandingan  berpasangan (Pair  Comparisons), sintesa prioritas  (synthesis  of 
priority), dan konsistensi logis (logical consistency). 
  
2.6.2  Kriteria & tahapan dalam AHP
Menurut  Saaty  dalam  jurnal  yang  ditulis  oleh  Banu  K,  ada  beberapa 
syarat  di dalam memilih  suatu  kriteria dalam AHP, berikut  ini adalah syarat-
syarat  yang perlu diperhatikan : 
a. Lengkap 
Kriteria harus  lengkap  sehingga  mencakup semua aspek  yang penting, 
yang digun akan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. 
b. Operasional 
Operasional  dalam  artian  bahwa  setiap  kriteria  ini  harus  mempunyai 
arti  bagi  pengambil  keputusan,  sehingga  benar-benar  dapat  men gh ayati 
terhadap  alternatif  yang  ada,  disamping  terhadap  sarana  untuk  membantu 
penjelasan alat untuk ber komunikasi satu sama lain. 
c. Tidak berlebihan 
Menghindari  adanya  kriteria  yang  pada  dasarnya  mengandung 
pengertian  yang sama.  
d. Minimum 
Diusahakan   agar  jumlah  kriteria  seminimal  mungkin  untuk 
mempermudah  pemahaman  terhadap  persoalan,  serta  menyederhanakan 
persoalan dalam analisis. 
Berikut  ini  merupakan  tahapan  di  dalam  penyelesaian  persoalan  dengan 
AHP menurut Saaty dalam jurnal yang ditulis oleh Luck y Primamantari : 
1.  Decomposition
Yaitu  suatu  proses  memecahkan  persoalan  yang  utuh  menjadi  unsur-
unsurnya.  Jika  ingin  mendapatkan  hasil  yang  akurat,  pemecahan  juga 
dilakukan  terhadap  unsur-unsurnya  sampai  tidak  mungkin  dilakukan 
  
pemecah an  lebih  lanjut,  sehingga  didapatkan  berbagai  tingkatan  dari 
persoalan yang bersan gk utan. 
2.  Comparatif Judgement/ Pair Comparisons
Yaitu membuat penilaian tentang  kepentingan  relatif  dua elemen pada 
suatu 
      tingkat tertentu, dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini 
      merupakan  inti  dari  AHP,  karena  ia  akan  berpengaruh  terhadap  elemen-
elemen.  
Hasil  dari  penilaian  ini  akan  lebih  baik  bila  din yatakan  dalam  bentuk 
matrik  yang  dinamakan  matrik  pairwise  comp arasions  (perbandingan 
berpasan gan).  Dalam  penilaian  kepentingan  relatif  dua  elemen  berlaku 
aksioma  reciprocal,  artinya  jika  elemen  i  dinilai  3  kali  lebih  penting 
dibanding  j,  maka  elemen  j  harus  sama  dengan  1/3  kali  pentingnya 
dibanding  elemen  i. Disamping  itu,  perbandingan  dua  elemen  yang  sama 
akan  menghasilkan  angka  1,  artin ya  sama  penting.  Dua  elemen  yang 
berlainan  dapat  saja  dinilai  sama  penting.  Jika  terdapat  m  elemen,  maka 
akan  diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m  x n. Banyakn ya 
penilaian  yang  diperlukan  dalam  menyusun  matriks  ini  adalah  n(n-1 )/2 
karena  matriks  reciprocal  dan  elemen-elemen  diagonalnya  sama  dengan 
1. 
Agar  diperoleh  skala  yang  bermanfaat  ketika  membandingkan  dua 
elemen,  perlu  dipahami  tujuan  yang  diambil  secara  umum.  Dalam 
penyusunan  skala kepentingan,  Saaty menggunak an  patokan seperti pada 
tabel  berikut : 
Tabel 2.5 Skala Kepentingan
Intensitas Kepentingan
Definisi  Penjelasan
nya
1  Kedua elemen sama 
Dua elemen 
menyumban gn ya sama 
besar pada sifat itu 
pentingnya 
  
3  Elemen yang satu sedikit 
Pengalaman dan 
pertimbangan sedikit 
menyokong satu elemen 
atas yang lainnya 
lebih penting ketimbang 
yang lainn ya 
5  Elemen yang satu esensial 
Pengalaman dan 
pertimbangan den gan kuat 
menyokong satu elemen 
atas elemen  yang lainnya 
atau sangat penting 
ketimbang elemen  yang 
lainnya 
7  Satu elemen jelas lebih 
Satu elemen dengan kuat 
disokong, dan dominannya 
telah terlihat dalam praktek 
penting dari elemen  yang 
lainnya 
9  Satu elemen mutlak lebih 
Bukti yang menyokong 
elemen yang satu  atas yang 
lain memiliki tingkat 
penegasan tertinggi yang 
mungkin menguatkan  
penting ketimbang elemen 
yang lainn ya 
2,4,6,8  Nilai-nilai diantara dua 
Kompromi diperlukan 
antara du a pertimban gan 
pertimbangan yang 
berdekatan 
Kebalikan  Jika untuk aktivitas i 
  
mendapat satu angka bila 
dibandingkan dengan satu 
aktifitas j, maka j 
mempunyai nilai 
kebalikannya bila 
dibandingkan dengan 
aktifitas i. 
Sumber : Saaty (2006, p51) 
3.  Synthesis of Priority  
Yaitu setiap  matriks pairwise comparison kemudian dicari  nilai  eigen 
vectornya  untuk  mendapatkan  local  priority.  Karena  matriks  pairwise 
comparisons  terdapat  pada  setiap  tingkat,  maka  untuk  mendapatkan
global  priority  harus  dilakukan  sintesa  diantara  local  priority.  Prosedur 
melakukan  sintesa  berbeda  menurut  bentuk  hirarki.  Pengurutan  elemen-
elemen  menurut  kepentingan  relatif  melalui  prosedur  sintesa  dinamakan
priority setting.  
4. 
Logical Consistency  
  
Yaitu  semua  elemen  dikelompokkan  secara  logis  dan  diperingkatkan 
secar a konsisten sesuai d engan kriteria yang lo gis. 
2.6.3  Langkah-langkah penggunaan AHP
Menurut  Saaty  dalam  jurnal  yang  ditulis  oleh  Luck y  Primamantari, 
secar a  umum  langkah-langkah  dasar  daripada  AHP  dapat  diringkas  dalam 
penjelasan berikut ini : 
1.  Mendefinisikan masalah  dan menentukan solusi  yang diin ginkan; 
2.  Membuat  struktur  hirark i  yang  diawali  dengan tujuan umum,  dilanjutkan 
dengan  sub  tujuan -sub  tujuan,  kriteria  dan  kemungkinan  alternatif-
alternatif pad a tingk atan  paling bawah; 
3.  Membuat  matrik  perbandingan  berpasangan  yang  menggambarkan 
kontribusi  relatif  atau  pengaruh  setiap  elemen  terhadap  masing-masing 
tujuan  atau  kriteria  yang  setingkat  di  atasnya.  Perbandingan  dilakukan 
dengan  berdasarkan  penilaian  dari  pengambil  keputusan  dengan  menilai 
tingkat  kepentingan  suatu  elemen  dibandingkan  elemen  lainnya. 
Melakukan  perbandingan  berpasangan,  sehingga  diperoleh  penilaian 
seluruhnya  sebanyak  n  x  [(n-1)/2]  buah,  dengan  n  adalah  banyaknya 
elemen  yang dibandingkan; 
4.  Menghitun g  nilai  eigen  dan  menguji  konsistensinya,  jika  tidak  konsisten 
maka  pengambilan  data  diulangi;  (nilai  eigen  merupakan  nilai  yang 
mempresentasikan suatu matriks dalam perkalian dengan suatu vektor) 
5.  Mengulangi langk ah 3 s/d 4 untuk seluruh tingkat hirarki; 
6.  Menghitun g  vektor  eigen  dari  setiap  matrik  perbandingan  berpasan gan. 
Nilai  vektor  eigen  merupakan  bobot  setiap  elemen.  Langkah  ini  untuk 
mensintesis  judgement  dalam  penentuan  prioritas  elemen-elemen  pada 
tingkat hiraki terendah sampai pencap aian tujuan; 
7.  Memeriksa  konsistensi  hirarki,  jika  nilainya  leb ih  dari  10  persen,  maka 
penilaian data harus diperbaiki. 
  
  -
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2.8    Kerangka Pemikiran
  
Matriks Evaluasi Fakt
Matriks Profil                          Matriks Evaluasi Fakt
Eksternal (EF
Kompetitif (CPM)                                  Intern
(IFE) 
TAHAP 1 : TAHAP INPUT
Matriks Kekuata
Matriks Posi
Matriks 
Kelemahan-                                                  
Strategis dan                                          Strate
Besar 
Peluang-Ancaman                                          
Evaluasi Tindakan                                   (Gran
Strategy) 
(SWOT)                                                     
(SPACE)                                                     
TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN
TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) 
METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY  PROCESS)
 
Pemilihan Lokasi Pengembangan Pasar yang  Efektif
REKOMENDASI ATAS PENELITIAN MANAJEMEN STRATEGIK