BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Supply Chain 
Supply  Chain  adalah  jaringan  perusahaan-perusahaan  yang  secara  bersama-
sama  bekerja  untuk  menciptakan  dan  men ghantarkan  suatu  produk  ke  tangan 
pemakai  akhir.  Perusahaan-perusahaan  tersebut  biasanya  termasuk p emasok,  pabrik, 
distributor,  toko  atau  ritel,  serta  perusahaan-perusahaan  pendukung  seperti 
perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2005)  
Supply  Chain  adalah  suatu  sistem  pada  organisasi  yang  menyalurkan  barang 
produksi dan jasanya  kepada para  pelanggannya.  Rantai  ini merupakan  jaringan  dari 
berbagai  organisasi  yang  saling  berhubungan  yang  mempunyai  tujuan  yang  sama. 
(Indrajit & Djokopranoto, 2006) 
Supply  Chain  mengacu  pada  aliran  material,  informasi,  uang,  dan  jasa  dari 
pemasok  bahan baku,  melalui  pabrik  dan  gudang  ke pelanggan akhir. Sebuah supply 
chain  juga  mencakup  organisasi  dan  proses  yang  menghasilkan  dan  mengirimkan 
produk, informasi, dan layanan untuk konsumen akhir (Rainer Jr. & Cegielski, 2011)
  Teori  Supply  Chain  ini  mengacu  pada  ketiga  identifika
masalah.  Supply 
Chain  merupakan  proses  penting  bagi  PT.  United  Tractor
Tbk.  dalam  kegiatan 
bisnis  mereka,  karena  proses  ini  merupakan  sebuah  prose
secara  menyeluruh  yang 
dimiliki  setiap  perusahaan  dalam  menjalankan sebuah  bisni
Dari proses  pengadaan 
bahan  b aku  suku  cadang  hingga  produksi  suku  cadan
menjadi  sebuah  barang  jadi, 
dan seterusn ya proses distribusi hingga ke konsumen akhir. 
2.1.1 Strategi Supply Chain
  Strategi  Supply  Chain  merupakan  pengembangan  dari  strategi  yang  tidak 
hanya  mempertimbangkan perusahaan tetapi juga  strategi supply  chain yang  dimiliki 
oleh  rekan  bisnis.  Strategi  supply  chain  harus  berfokus  terhadap  keunggulan 
kompetitif yang berkelanjutan untuk keseluruhan (Schroeder, 2007). 
Heizer  dan  Render  menjelaskan  ada  6  strategi  dalam  rantai  pasok  yaitu 
strategi  negosiasi  dengan  ban yak  pemasok,  strategi  menghubungkan  kemitraan 
jangka  panjang  dengan  sedikit  pemasok  untuk  memuaskan  pelanggan,  integrasi 
vertikal, joint venture, keiretsu networks dan virtual companies. 
  
10 
2.1.2 Komponen Supply Chain
Turban,  et  al.  mengemukakan  bahwa  Supply  Chain  terbagi  menjadi  3 
komponen utama  yaitu : 
1.  Upstream Supply Chain
Pada  bagian  hulu  dari  rantai  pasokan  meliputi  kegiatan  perusahaan  
dengan  pemasoknya  (memproduksi,  merakit,  penyedia  layanan)  dan  
mereka  terhubung  dengan  pemasok.  Dalam  upstream  supply  chain,  
kegiatan utama adalah pengadaan. 
2.  Internal Supply C hain  
Pada  bagian internal  rantai  pasok  mencakup  semua proses in-house yan g 
digunakan  dalam  mengubah  input  yang  diterima  dari  pemasok  menjadi 
output  dari  organisasi.  Bagian  internal    dari  supply  chain,  fokus 
utaman ya  adalah  manajemen  produksi,  manufaktur,  dan  pengendalian  
persediaan. 
3.  Downstream supply chain 
Pada  bagian hilir  dari rantai paso mencakup semua kegiatan  yang terlibat 
dalam  proses  pengiriman  produk  kepada  pelanggan  terakhir.  Bagian  
downstream  supply  chain,  kegiatan  utaman ya  berada  pad
distribusi, 
per gudangan, transportasi, dan layanan purna jual 
2.1.3 Arus dalam Supply Chain
Rainer Jr. dan Cegielski mengemukakan ada tiga  aliran dalam supply chain :  
1.  Materials
Aliran  material  meliputi  produk  fisik  bahan b aku,  pasokan  yang  mengalir  di 
keseluruhan  rantai pasok. Aliran material juga termasuk arus terbalik (reverse 
logistic). 
2.  Information
Aliran informasi terdiri dari data yang terkait dengan permintaan, pengiriman, 
pesanan,  pengembalian,  dan  jadwal,  serta  perubahan  dalam  salah  satu  dari 
data.  
3.  Financial
Aliran  keuangan  melibatkan  transfer  uang,  pembayaran,  informasi  kartu 
kredit  dan  otorisasi,  jadwal  pembayaran,  e-payments,  dan  data  kredit  yang 
terkait. 
  
11 
Gambar 2.1 Generic Supply Chain 
   Sumber : Felea & Albastroiu (2012)
2.1.4 Tipe Supply Chain
Turban, et al. menyatakan ada empat tipe umum Supply chain  yaitu: 
1.  Intergrated Make-to-Stock 
Tipe  ini  merupakan  proses  pelacakan  permintaan  konsumen  pada  waktu 
yang  sama  (real  time),   sehingga  proses  produksi  dapat  menyediakan 
persediaan  ulang  barang  secara  lebih  efisien  integrasi  dalam  tipe  ini 
biasanya dapat dilakuk an dengan sebuah sistem informasi  yang memadai 
dalam sebuah perusahaan. 
2.  Continous Replenishment 
Tipe  ini  merupakan  cara  perusahaan  untuk  memenuhi  persediaan  ulang 
secara  tetap  dengan  bekerja  sama  dengan  pemasok  atau  perantara. 
Apabila  proses  penyediaan  melibatkan  banyak  pengiriman  sehingga 
biaya  menjadi  tin ggi,  maka  proses  supply  chain  pun  akan  buruk.  Untuk 
itu,  diperlukan  integrasi  ketat  antara  proses  pemenuhan  pesanan  dan 
proses  produksi.  Informasi  y a n g   d i d a p a t  s e ca r a  real  time 
mengenai  perubahan  permintaan  dibutuhka
agar  proses  produksi  sesuai 
jadwal dan penyediaan ulang barang dapat terpenuhi.
  
12 
3.  Build-to-order 
Penerapan 
tipe  ini  terjadi  apabila  perusahaan  dapat  langsung 
memproduksi saat konsumen melakukan permintaan atau pemesanan.  
4.  Channel Assembly
Channel  assembly  merupakan  modifikasi  singkat  dari  mod
build-to-
order.  Pada      model      ini,      komponen      produ
digabungkan      dan   
dirakit   selama pergerakan arus produk melalui  saluran  distribusi
2.2 Supply Chain Management
Supply  Chain  Management  sendiri  dapat  dikatakan  sebuah  strategi
perusahaan  dalam mengelola dan mengatur setiap proses bisnis yang
erkaitan dalam 
menyalurkan  barang  dari  pemasok  hingga  ke  pelanggan.  Council  o
Logistic 
Management’s men gun gkapkan Supply Chain Management adalah sebaga
berikut: 
Supply 
chain  management  is  the  systemic,  strategic,  coordination  of  the 
traditional  business  functions  and  the tactics  across  these  business  functions 
within a  particular company and  across  business within  the supply chain  for 
the  purposes  of  improving  the  long-term  performance  of  the  individual 
companies and the supply chain as a whole (Long, 2004).
Supply  Chain  Management  adalah  proses  merencanakan,  mendesain,  dan
mengendalikan arus informasi  dan  material  di  sepanjang  rantai  suplai  den gan  tujuan 
untuk  memenuhi  keinginan  konsumen  pada  sebuah  cara  efisiensi  sekarang  dan  di 
masa mendatang (Schroeder, 2007). 
Supply  Chain  Managament  adalah  suatu  proses  yang  kompleks  yang
memerlukan  koordinasi  ban yak  kegiatan  sehingga  pengiriman  baran g  dan  jasa  dari 
pemasok  sampai ke  pelanggan  dilakukan secara  efisien dan efektif  bagi  semua pihak 
yang terkait  (Turban, et al., 2008).  
Supply  Chain  Management  adalah  manajemen  berbagai  aktivitas perngadaan
bahan  dan  pelayanan,  pengubahan  menjadi  barang  setengah  jadi  dan  produk  akhir, 
serta pen giriman produk melalui suatu sistem distribusi (Heizer & Render,  2011). 
Dari  pengertian   yang  dikemukakan  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  supply 
chain  management  merupakan  suatu  integrasi  dan  koordinasi  secara  sistem  dalam 
proses  perencanaan,  mendesain  dan  mengendalikan  arus  informasi  dan  material 
sehingga bar ang dapat sampai di tangan konsumen secara cepat dan tepat.
  
13 
  Teori  ini  mengacu  p ada  identifikasi  masalah  nomor  2  dan   3,  karena  Supply 
Chain  Management  berperan  penting  bagi  PT.  United  Tractors  Tbk  salah  satun ya 
dalam  mengurangi  persediaan  barang  dengn  cara  melakukan  pengendalian 
persediaan  yan g  paling  sesuai  bagi  setiap  suku  cadang  yang  ada.  Setelah  itu  proses 
distribusi  barang  diharapkan  tetap  terjaga  dengan  baik  apabila  SC M  dalam 
perusahaan diterapkan dengan baik.  
Tabel 2.1 Supply Chain Management Stages 
SCM Stage  Management Fo cus  Organizational Design
Operations performance 
Support for sales/marketing 
Warehousing 
Inventory control 
Transportation efficiencies
Decentralized logistics 
functions 
Weak internal linkages 
between logistics functions 
Little logistics management 
authority
Stage 1 to 1960s
Warehousing and 
Transportation
Stage 2 to 1980
Logistics centralization 
Total cost management 
Optimizing operations 
Customer service 
Logistics as a competitive 
advantage
Centralized logistics functions 
Growing power of logistics 
management authority 
Application of computer
Total Cost 
Management
Logistics planning 
Supply chain strategies 
Integration with enterprise 
functions 
Integration with channel 
operations functions
Expansion of logistics 
functions 
Supply chain planning 
Support for TQM 
Expansion of logistics 
management functions
Stage 3 to 1990
Integrated Logistics 
Management
Stage 4 to 2000
Strategic view of supply 
chain 
Use of extranet technologies 
Growth of co evolutionary 
channel alliances 
Collaboration to leverage 
channel competencies
Trading partner networking 
Virtual organization 
Market co evolution 
Benchmarking and 
reengineering 
Supply chain TQM metrics
Supply Chain 
Management
  
14 
Application of the Internet to  
the SCM concept 
Low-cost instantaneous 
sharing of all databases e-
Information 
SCM synchronization
Networked, multi-enterprise 
supply chain .coms, e-tailers, 
and market exchanges 
Organizational agility and 
scale ability
Stage 5 2000+
e-Supply Chain 
Management
Sumber : Felea & Alb astroiu (2012) 
2.2.1 Manfaat Supply Chain Management
  Manfaat  dari Supply Chain Management  yang dikemukakan  oleh Indrajit  dan 
Djokopranoto  adalah sebagai berikut: 
1.  Mengu rangi inventori barang.  
Inv entori  merupakan  bagian  palin g  besar  dari  aset  perusahaan  yan g 
berkisar  antara  30-40%.  Sedangkan  biaya  permintaan  barang  berkisar 
antara  20-40%  dari  nilai 
barang  yang  disimpan.  Oleh  karena  itu,  usaha 
dan cara harus dikembangkan untuk menekan pen imbunan barang. 
2.  Menjamin kelancaran barang. 
Kelancaran  barang  yang  perlu  dijamin  adalah  mulai  dari  barang  asal, 
pemasok,  wholesaler,  retailer,  sampai  kepada  final  customer.  Jadi, 
rangkaian  perjalanan  dari  bahan  baku  sampai  menjadi  barang  jadi 
diterima  oleh  pemakai/  pelanggan  merupakan  rantai  yang  perlu  dikelola 
dengan baik. 
3.  Menjamin mutu. 
Mutu  barang  jadi  ditentukan    tidak   hanya    oleh    prose
produksi  baran g 
tersebut,  tetapi  juga  oleh  mutu  barang  mentahnya  dan  mut
keamanan 
pengirimannya.  Jaminan  mutu  ini  juga  merupakan  serangkaia
mata 
rantai panjang yang harus dikelola dengan baik. 
2.3 Persediaan
Persediaan  adalah barang-barang (produk) dan bahan  baku  yang masih dalam 
proses  produksi, serta barang-baran g  (produk) jadi  yang disediak an untuk memenuhi 
permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu (Assauri, 2004). 
  
15 
  Sedangkan  definisi persediaan yang  dikemukakan  oleh Taylor  III  adalah  stok 
barang  yang  disimpan   oleh  suatu  perusahaan  untuk  memenuhi  permintaan 
pelanggan. 
Teori  ini  mengacu  pada  identifikasi  masalah  nomor  2  dan  3.  Tujuan 
perusahaan  ingin  men gendalikan  persediaan  utnuk  mengefisiensikan  biaya  yang
timbul  akibat  persediaan  yang  terlalu  banyak,  ataupun  sebaliknya  p erusahaa
harus 
memiliki ketersediaan barang yang tepat untuk tetap dapat memenuhi p ermintaan.
  
2.3.1 Biaya dalam Persediaan
Taylor  III  mengungkapkan  terdap at  tiga  biaya  dasar  yang  berhubungan 
dengan persediaan. Biaya – biaya ini terdiri dari: 
1.  Biaya Penyimpanan (Carrying / holding Costs) 
Biaya  penyimpanan  merupakan  biaya  menyimpan  barang  dalam 
persediaan. Biaya ini berubah tergantung tingkat persediaan dan  biasanya 
dengan periode waktu baran g  yang disimpan,  yaitu semakin besar tingkat 
persediaan sepanjang waktu, semakin tinggi biaya penyimpanannya.  
Biaya  penyimpanan  biasan ya  dinyatakan  dalam  dua  cara.  Bentuk  yang 
paling  umum  adalah  dengan  men galokasikan  total  biaya  pen yimpanan, 
yang  ditentukan  dengan  menjumlahkan  setiap  biaya  yang  telah 
disebutkan  sebelumnya,  atas  dasar  unit  selama  suatu  periode,  misaln ya 
sebulan, atau setahun.  
2.  Biaya Pemesanan (Ordering Costs) 
Biaya  pemesanan  merupakan  biaya  yang  terkait  dengan  pembelian 
kembali  untuk  mengisi  persediaan  yang  dimiliki.  Biaya  ini  biasan ya 
dinyatakan  dengan  jumlah  dolar  per  pesanan  dan  besarn ya  tidak 
tergantung  dengan  kuantitas  pesanan.  Jadi,  biaya  pemesanan  dapat 
berubah  tergantung  dari  berapa  k ali  pesanan  dibuat  (atau  jika  kuantitas 
pesanan meningkat, biaya pemesan an meningkat).  
Biaya  p emesanan  biasanya  bersifat  berlawanan  dengan  biaya 
penyimpanan. Jika jumlah yang dipesan  bertambah,  frekuensi pemesanan 
berkurang  kar enanya  mengurangi  biaya  pemesanan  per  tahun.  Namun, 
memesan  dalam  jumlah  banyak  menyebabkan  tingginya  tingkat 
persediaan  dan  biaya  penyimpan an  yang  tinggi.  Secara  umum,  ketika 
  
16 
kuantitas pesanan  meningkat,  biaya  pemesanan  tahunan  turun  sementara 
biaya pen yimpanan tahu nan meningkat.  
3.  Biaya Kekuran gan (Shortage Costs) 
Biaya  kekurangan,  juga  disebut  biaya  kehabisan  stok,  terja
jika 
permintaan  pelanggan  tidak dapat  dipenuhi karena  kurangny
persediaan  
di  tangan.  Jika  kekuran gan  ini  menyebabkan  hilangy
penjualan  secara 
permanen,  maka  biaya  ini  juga  menyebabkan  berkurangn y
keuntungan.  
Kekurangan  juga  menyebabkan  ketidakpuasan  pelanggan  da
hilangnya 
nama  baik  yang  dapat  menyebabkan  hilangnya pelan ggan  da
penjualan  
di masa yan g akan datang. 
2.3.2 Tujuan dari Persediaan
  Simchi-Levi,  Kaminsky,  &  Simchi-Levi  menyatakan  ada  beberapa  alasan 
adanya sebuah persediaan, yaitu : 
1.  Perubahan  permintaan  pelan ggan  yan g  tidak  terprediksi.  Permintaan  
pelanggan  yang  sulit  untuk  diramalkan  dan  adan ya  ketidakp astian 
permintaan  yang  terus  meningkat  serta  munculnya  produk  pesaing  di 
pasar.  
2.  Adanya  banyak  keadaan  dari  ketidakpastian  yan g  men yangkut  kuantitas 
dan kualitas dari persediaan, biaya penyimpanan, dan waktu pengiriman. 
3.  Adanya   waktu   tenggang  pengiriman   yang   panjang,   bahk an   jika   ada  
ketidakpastian dalam permintaan atau penawaran. 
4.  Skala  ekonomis  yang  ditawarkan  oleh  perusahaan  lo gistik  yan g 
mendorong  perusahaan  untuk  mengirimkan  barang  dalam  jumlah  yan g 
besar, oleh karena itu diperlukan gudang persediaan yang besar. 
5.  Kapasitas  produksi  yang  terbatas  dan    jumlah  diskon    yang    ditawarkan   
oleh supplier (pemasok).  
   
2.4 Logistik
Council  of  Logistic  Management’s  mengungkapkan  definisi  logistik
dikemukakan sebagai berikut: 
That part of the supply chain process that plans, implements, and controls the 
efficient,  effective  flow   and  storage  of  goods,  services,  and  related
  
17 
information  from  point  of  origin  to  point  of  consumption  in  order  to  meet 
customer requirements. (Long, 2004) 
Manajemen  logistik  adalah  suatu  pendekatan  yang  mengupayakan  efisiensi
operasi  melalui  integrasi  aktivitas  pengadaan,  pemindahan,  dan  penyimpanan  bahan 
(Heizer & Render, 2011). 
Pada  sisi logistik, perusahaan saat ini  melakukan proses logistik den gan pihak 
lain  sehingga  isu  mengenai  persediaan  saat  ini  yang  lebih  cenderung  menerapkan 
EOQ. Teori ini mengacu pada identifikasi masalah nomor 2 dan 3.
2.4.1 Tujuan Logistik
Donald  Bowersox   dan  David  Closs  menyatakan  tujuan  logistik  adalah 
otoritas  pencatatan  dan  logistik  memerlukan  koordinasi  dari  kegiatan  yang 
mengelilingi  dan  mengontrol  transportasi  termasuk  network  design,  information, 
transportation, inventory dan warehousing. 
Terdapat  6  objek  operasional  dari  sebuah  sistem  logistik  yan g  din yatakan 
oleh Donald Bowersox dan David Closs (Long, 2004), antara lain: 
1.  Rapid Response
Sebuah  perusahaan  memerlukan  cara  untuk  bereaksi  secara  cepat  untuk 
merubah  dan  melakukan  pengemban gan  baru.  Seringkali  kemammpuan 
untuk menyediakan  apa  yang pelan ggan inginkan  merupakan kunci untuk 
memperoleh tujuan bisnis perusahaan. 
2.  Minimum Variance
Yang  dihasilkan  seperti  waktu  pengiriman  harus  dilakukan  secara 
konsisten dan tepat. 
3.  Minimum Inventory
Inventori  atau  persediaan  sangat  mahal  oleh  karena  itu  harus  disimpan 
seminimal mungkin. 
4.  Movement Consolidation
Biaya  transportasi  dapat  dikurangi  dengan  konsolidasi  pengiriman-
pengiriman  kecil  ke  pengiriman  yang  lebih  besar  sehin gga  dapat 
mengurangi frekuensi pengiriman. 
5.  Quality
Tidak  hanya  pada  sisi  produk  yang  memiliki  kualitas  terbaik  tetapi  jasa 
logistik juga dibutuhkan untuk men yesuaikan standar kualitas. 
  
18 
6.  Life Cycle Support
Diartikan  bahwa  tidak  hanya  sekedar  men girimkan  produk,  tetapi 
bagaimana  menangani  pengembalian  produk  secara  baik.  Pengembalian 
ini  dapat  terjadi  apabila  ada  barang  yang  cacat  atau  kerusakan  dari 
kemasan maupun produk itu sendiri.
2.5 Manajemen Operasi
Heizer  dan  Render  mengemukakan  Manajemen  Operasi  (Operation 
Management)  adalah  kumpulan  aktivitas  yang  menghasilkan  nilai  dalam  bentuk 
barang  dan  jasa  d engan  mengubah  input  menjadi  output.  Kegiatan  yang 
menghasilkan  barang  dan  jasa  berlangsung  di  semua  organisasi.  Aktivitas  produksi 
dalam  perusahaan  manufaktur  yang  menghasilkan barang  dapat  terlihat  secara jelas.  
Produk  yang  dihasilkan  adalah   produk-produk  fisik,  seperti  motor,  mobil,  dan 
lainnya.  Dalam  organisasi  yang  tidak  menghasilkan  produk  secara  fisik,  fungsi 
produksinya  mungkin  tidak  terlihat  jelas,  ak tivitas  ini  disebut  sebagai  jasa. 
Produknya  dapat  berbentuk  layanan  pengiriman  barang,  proses  pendidikan,  dan 
lainnya.  Terlepas  d ari  produk  akhirnya  berupa  barang  atau  jasa,  aktivitas  produksi 
yang  berlangsun g  d alam  organisasi  biasan ya  disebut  operasi  atau  manajemen  
operasi. 
Dalam  manajemen  operasi  terdapat  suatu  proses  yaitu  pengendalian 
persediaan  yang  akan  menjadikan  sebuah  keputusan  manajemen  dalam  menentukan  
pengendalian  persediaan  yang  palin g  sesuai.  Dan  dalam  mencapai  proses  tersebut 
perusahaan  dapat  melakukan  penghitungan  untuk  mencapai  tujuan  mengendalikan 
persediaan  untuk  mengefisiensikan  total  biaya  persediaan.  Salah  satu  prosesn ya 
adalah den gan melakukan peramalan, dan metode  pengendalian persediaan.  Teori ini 
mengacu pada ketiga identifikasi masalah. 
2.5.1 Keputusan Kritis  dalam Manajemen Operasi
Heizer  dan  Render  menjelaskan  mengenai  10  bidang  keputusan  kritis  dari 
manajemen operasi Antara lain: 
1.  Perancangan produk dan jasa  
2.  Pengelolaan kualitas   
3.  Perancangan proses dan kapasitas  
4.  Strategi lokasi   
  
19 
5.  Strategi tata letak  
6.  Sumber daya manusia dan perancangan pekerjaan  
7.  Manajemen rantai pasokan  
8.  Persediaan,  perencanaan  kebutuhan  b ahan  baku,  dan  JIT  (Just  in 
Time) 
9.  Penjadwalan jangka menengah dan jangka pendek  
10.  Perawatan  
2.6 Inventory Control
  Metode  penghitungan  persediaan  dibagi  menjadi  beberapa  bagian, 
diantaran ya:  ABC  Analysis,  Economic  Order  Quantity,  Safety  Stock,  Reorder  Point 
dan  Just  in  Time  (Heizer  &  Render,  2011).  Teori  ini  men gacu  pada  seluruh 
identifikasi masalah yang teejadi. 
2.6.1 ABC Analysis
Analisis  ABC  adalah  sebuah  metode  yang  memisahkan  on-hand  inventory 
menjadi  3  klasifikasi  berdasarkan  besarnya  nilai  uang.  Untuk  menentukan  annual 
dollar  volume  untuk  an alisis  ABC,  annual  demand  diukur  dari  barang  persediaan 
dikali dengan biaya per unit (Heizer & Render, 2011). 
Analisis  ABC  pada  PT.  United  Tractors  berfungsi  untuk  memprioritaskan 
barang dalam persediaan yang memiliki kontribusi besar bagi perusahaan. 
2.6.2 Economic Order Quantity (E OQ)
Heizer  dan  Render  menjelaskan  bahwa  Economic  Order  Quantity  (EOQ) 
adalah  sebuah  teknik  atau  cara  mengontrol  persediaan  yang  meminimalkan  biaya 
total atau keseluruhan dari pemesanan dan penyimpanan barang. 
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam pemakaian model ini antara lain: 
1.  Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. 
2.  Waktu  tunggu  yaitu  waktu  antara  pemesanan  dan  penerimaan  pesanan 
diketahui dan konstan. 
3.  Penerimaan persediaan instan dan selesai seluruhnya. 
4.  Tidak ada diskon berdasarkan kuantitas. 
5.  Biaya  variabel  hanya  biaya  untuk  menyiapkan  atau  melakukan 
pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan dalam waktu tertentu. 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
  
  
  
 
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
   
  
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
    
 
   
 
 
 
20 
6.  Kekurangan  persediaan  sepenuhn ya  dapat  dihindari  jika  pemesanan  
dilakukan pada waktu yang tepat. 
  
Gambar 2.2 Inventory Usage Over Time 
Sumber: Render, M. Stair,Jr., & E.Hanna  (2011) 
Variabel – variabel dalam penghitungan EOQ yaitu: 
EOQ / Q*  = Jumlah optimum sebuah unit dalam 1 pemesanan. 
Q    = Jumlah unit dalam 1 pemesanan. 
D    = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan. 
S    = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan.  
H    = Biaya penyimpanan atau penyimpanan per unit/tahun. 
Rumus EOQ:  
EOQ =  
Rumus biaya pemesanan: 
Biaya pemesanan =  
Rumus biaya penyimpanan: 
Biaya penyimpanan =  
Rumus biaya total: 
Biaya total =   
  
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
  
  
   
 
 
   
  
 
 
    
 
   
 
   
 
 
 
 
  
  
  
  
  
  
  
 
 
     
 
  
 
     
 
   
  
 
     
 
     
  
  
 
 
    
 
  
  
      
   
 
  
 
 
 
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
 
 
     
  
   
 
  
 
    
 
    
 
 
   
 
 
 
 
 
   
  
  
  
 
 
  
 
 
 
21 
  
Gambar 2.3 Total Cost as a Function of Order Quantity 
Sumber: Render, M. Stair,Jr., & E.Hanna (2011) 
Penentuan  jumlah  pemesanan  dalam  1  tahun  dan  waktu  antara  pesanan  yang 
diperkirakan dapat dirumuskan sebagai berikut: 
Jumlah pesanan yang diperkirakan = N =   =  
Waktu antara pesanan yang diperkirakan = T =
 
Pada jurnal yang disusun oleh Zinn dan Charnes yang berjudul “A Comparison of the 
Economic  Order  Quantity  and  Quick  Response  Inventory  Replenishment  Methods”, 
model EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut: 
   QEOQ =  
Dimana: 
QEOQ= Quantity delivered for the EOQ method 
d = Average daily demand in units
  
  
    
  
    
  
    
 
 
  
  
 
  
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
  
 
  
  
  
  
 
 
 
 
 
22 
P = Cost of an order 
H = Average annual cost of holding inventory 
V = Unit product value 
Rumus  biaya  total  dari  biaya  pemesanan,  penyimpanan  dan  asumsi  resiko 
pada metode EOQ: 
ELV =  (QEOQ-QQR) VR
CEOQ =  +  VH + (QEOQ-QQR) VR
  Dimana: 
ELV = Expected Loss of Value 
CEOQ = Total cost if the firm buy EOQ quantity. 
2.6.3 Safety Stock
Sofjan  Assauri  menjelaskan  bahwa  Safety  Stock  adalah  persediaan  tambahan 
yang  diadakan  untuk  melindungi  atau  menjaga  kemungkinan  terjadi  kekurangan  
bahan (Stock Out). 
Heizer  dan Render Safety Stock menjelaskan bahwa atau persediaan cadangan  
merupakan  persediaan  tambahan  untuk  mengantisipasi  terjadinya  naik  turunnya 
permintaan.  
  
 
  
  
 
 
 
23 
Gambar 2.4 Use of Safety Stock 
Sumber: Render, M. Stair,Jr., & E.Hanna (2011) 
Variabel-variabel penghitungan Safety Stock yaitu: 
  SS  = Safety Stock 
Z  = Jumlah standar deviasi 
d_d LT  = Standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu [(dd) x  
   vLeadtime] 
  dd  = Standar deviasi permintaan 
Rumus Safety Stock: 
     SS = Z x  vLeadtime
  
24 
2.6.4 Reorder Point (ROP)
Heizer  dan  Render  menjelaskan  bahwa  Reorder  Point  (ROP))  adalah 
tingkatan  persediaan  dimana  ketika  persediaan  telah  mencapai  titi
tersebut  maka 
pemesanan ulang harus d ilakukan. 
  
Gambar 2.5 Reorder Point Graphs 
Sumber: Render, M. Stair,Jr., & E.Hanna  (2011) 
  Variabel-variabel penghitungan Reorder Point (ROP)  yaitu: 
  
ROP  = Reorder Point atau titik pemesanan ulang. 
d  = Permintaan harian. 
L  = Waktu tunggu pemesanan/ jumlah hari kerja yang dibutuhkan untuk  
    mengirimkan sebuah pesanan  
   
Rumus ROP (Permintaan  variabel dan  waktu tunggu konstan ): 
ROP = dxL + SS
  
25 
2.6.5 Just in Time
  Just  in  Time  adalah  usaha  untuk  meningkatkan  produktivitas  dengan 
mengeleminasi pemborosan dalam segala bentuk (Sukendar W., 2011). 
Just  in  Time  adalah  pendekatan  berkelanjutan  dan  penyelesaian  masalah 
secara   paksa  yang  berfokus pada keluaran dan pengu rangan  penggunaan persediaan 
(Heizer & Render, 2011) 
Just  in  Time  merupakan  suatu  strategi  yang san gat  baik  untuk  meningkatkan 
operasi  bisnis,  dengan  JIT  bahan-bahan  dapat  tiba  di  waktu  dan  tempat  yang  tepat 
ketika  dibutuhkan.  Metode  ini  biasanya  bermanfaat  dalam  mendukung  strategi  fast 
respons dan pengurangan biaya.  
Tabel 2.2 Teknik-teknik JIT 
Supplier 
   Reduced number of vendors 
  Supportive supplier relationship 
  Quality deliveries on time 
Layout
   Work-cell layout with testing at each 
step of the process
  Group technology 
  Movable, changeable, flexible 
machiner
  High level inventory 
  Delivery directly to work areas. 
Inventory
   Small lot size 
  Low setup time 
  Specialized bins for holding set 
number of parts
Scheduling
   Zero deviation from schedule 
  Level schedule 
  Suppliers informed of Schedule 
  Kanban techniques 
Prenventive Maintenance    Scheduled
  Daily routine 
  Operator involvement 
  
26 
Quality Production
   Statistical process control 
  Quality supplier 
  Quality within the firm 
Employee Enpowerment    Empowered and cross-trained
employess
  Training support 
  Few job classifications to ensure 
flexibility of employees. 
Commitment
   Support  of  management  : employees, 
and suppliers
Sumber: Heizer & Render (2011) 
2.6.5.1 Just in Time Partnerships
  Heizer  dan  Render  mengemukakan  pentingnya  JIT  Partnerships  untuk 
mengeliminasi  aktivitas  yang  tidak  perlu,  eliminasi  persediaan  dalam  pabrik, 
mengeliminasi  persediaan  dalam  perjalanan,  dan  mengeliminasi pemasok  yang tidak  
berkualitas. Berikut beb erapa sasaran dari kemitraan JIT: 
1.  Menghilan gk an  aktivitas  yang  tidak  perlu,  seperti  penerimaan,  pemeriksaan  
barang  yang  datang,  serta  pekerjaan  dokumentasi  yan g  berkaitan  dengan  
penawaran, penagihan, dan pembayaran. 
2.  Menghilan gk an  perlunya  pen yimpanan  persediaan  di  pabrik  dengan  
mengirimkan  baran g  dalam  lot-lot  yan g  kecil  langsung  ke  departemen 
yang 
menggunakannya saat baran g tersebut diperlukan. 
3.  Menghilan gk an  persediaan  dalam  transit  den gan  mendorong  para  pemasok 
dan  calon  pemasok  untuk  memilih  lokasi  di  dekat  penjual,  serta  melakukan 
pengiriman  dalam  jumlah  kecil  tetapi  sering.  Semakin  pendek  aliran  bahan 
pada salur an sumber daya, maka semakin sedikit pula jumlah persediaannya. 
4.  Meningkatkan  kualitas  dan  keandalan  melalui  komunikasi,  kerjasama,  dan 
komitmen jangka panjang. 
  
27 
2.6.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Just in Time
  Mengutip  dari  jurnal  Heri  Sukendar  yang  berjudul  “Penerapan  Just  in  Time 
dalam  sistem  pembelian  dan  sistem  produksi” 
terdapat  kekurangan  dan  kelebihan 
penerapan Just in Time, yaitu: 
a.  Kelebihan Just in Time 
1.  Mengurangi  work  in  process inventory maka  dari  itu  lebih  sedikit 
area dan biaya. 
2.  Kualitas yang lebih tinggi. 
3.  Produktivitas yang lebih tinggi. 
4.  Lead time  yang pendek. 
5.  Biaya  pengawasan  yang  lebih  rendah  karena  adan ya  integrasi 
sistem. 
6.  Pengurangan biaya administrasi seperti kertas. 
7.  Reliabilitas  dari  produksi  yang  lebih  tinggi  karen a  masalah 
terlihat. 
b.  Kekurangan Just in Time
1.  Dibutuhkan  waktu  yang  lama  agar  d apat  mengimplementasikan 
Just in Time dengan baik.
2.  Penerapan Just  in  Time dapat  berpengaruh buruk  terhadap pekerja 
karena  adan ya  perubahan  alur  kerja  yang  drastis  dengan  tidak 
adan ya persediaan. 
3.  Munculnya  resiko  kekurangan  barang  d an  kehilangan  penjualan 
karena tidak ada persediaan yang banyak. 
2.6.5.3 Quick Response Inventory
Metode penghitun gan Quick Response Inventory menurut jurnal  yang disusun 
oleh  Zinn  dan Charnes,  Quick  Response Inventory  dapat dirumuskan  dengan  formula 
sebagai berikut : 
QQR = td
  Dimana: 
QQR = Quantity delivered for the QR method 
t = Time between deliveries, in days 
d = Average daily demand in units 
  
  
 
     
  
     
  
   
 
 
 
 
 
   
   
 
 
 
 
  
 
    
    
 
 
 
 
  
  
  
 
 
 
 
 
 
    
    
    
    
    
  
  
  
 
 
 
 
 
 
  
 
 
      VH - (QEOQ-QQR) VR
  
  
  
 
 
 
 
  
    
  
  
  
    (QEOQ-QQR) VR
 
    (QEOQ-QQR) VR
 
    (QEOQ-QQR) VR
  (QEOQ-QQR) VR
 
 
  
  
  
  
  
 
  
  
  
 
  
  
  
  
  
  
 
 
 
 
28 
Penghitungan  diatas  didasari  oleh  beberapa  asumsi  yan g  membandingkan   EOQ  dan 
QR yaitu:
1.  Kedua  metode  diaplikasikan  di  dalam  peninjauan  kembali  sistem  persediaan 
secara  berulang  dengan  deterministic  order  quantity  dan  deterministic  time 
between deliveries dimana produk dibuat untuk disimpan. 
2.  Lingkup dari perbandingan terbatas pada base or cycle stock. 
3.  Biaya  dari  setiap  pemesanan  (P)  diasumsikan  sama  diantara  kedua  metode 
tersebut.  
Untuk rumus total biaya penyimpanan dan pemesanan dari Quick Response 
Inventory  : 
CQR =  +  VH
Dimana: 
CQR = Total cost if the firm buys the QR quantity 
Rumus perbandingan total biaya: 
C =  +  VH -   -    VH - (QEOQ-QQR) VR
2.7 Pera malan (Forecasting) 
Heizer  dan  Render  menyatakan  bahwa  per amalan  (forecasting)  adalah  seni 
dan  ilmu  untuk  memperkirakan  kejadian  di    masa    depan.    Hal  ini  dapat  dilakukan  
dengan  melibatkan  pengambilan  data masa  lalu dan menempatkannya  ke  masa  yan g 
akan datang den gan suatu bentuk model matematis. 
Pujawan  menjelaskan  b ahwa  peramalan  permintaan  adalah  kegiatan  untuk 
mengestimasi  besarn ya  permintaan  terhadap  barang- barang  atau jasa  tertentu  pada 
suatu  periode  dan  wilayah  pemasaran  tertentu.  Teori  ini mengacu  pada identifikasi 
masalah nomor 1 yan g b erkaitan dengan permasalahan nomor 2 dan 3. 
2.7.1 Jenis – Jenis Pera malan
Heizer  dan R ender mengatakan  bahwa berbagai organisasi menggunakan  tiga 
jenis peramalan yan g utama dalam perencanaan operasi di masa depan: 
  
29 
1.  Peramalan Ekonomi 
Peramalan  ekonomi  menjelaskan  siklus  bisnis  dengan  memprediksikan 
tingkat  inflasi,  ketersediaan  uang,  dana  yang  dibutuhkan  untuk 
membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 
2.  Peramalan Teknologi 
Peramalan  teknologi  memperhatikan  tingkat  kemajuan  teknologi  yang 
dapat meluncurkan p roduk baru yan g  menarik, yang membutuhkan pabrik 
dan peralatan baru. 
3.  Peramalan Permintaan  
Peramalan  permintaan  adalah  proyeksi  permintaan  untu
produk  atau 
layanan  suatu  perusahaan.  Peramalan  ini  diseb
peramalan  penjualan 
yang  mengendalikan  produksi,  kapasitas,  serta  siste
penjadwalan  dan 
menjadi  input  bagi  perencanaan  keuan gan,  pemasara
dan  sumber  daya 
manusia. 
2.7.2 Metode Peramalan
Heizer dan Render mengemukakan ada 2 metode peramalan  yaitu: 
1.  Metode kualitatif  
Metode  peramalan  yang  menggabungkan  faktor  intuisi  emosi, 
pengalaman  pribadi  dan  nilai  terhadap  sesuatu  untuk  mengambil  sebuah 
keputusan. 
2.  Metode kuantitatif 
Metode  peramalan  yang  menggunakan  data-d ata  mas
lalu  dan  variabel 
sebab  –  akibat.  Teknik  kuantitatif  ini  biasany
dikelompokkan  menjadi 
dua, yaitu teknik statistik dan teknik deterministik. 
2.7.2.1 Metode Kualitatif
Metode kualitatif dibagi menjadi empat teknik peramalan, yaitu: 
1.  Juri dari opini eksekutif (Jury of executive opinion)  
Metode  ini  menjelaskan  mengenai  pendapat  sekumpulan  kecil  manajer  atau 
ahli yang umumnya digabungkan  dengan model  statistik,  dikumpulkan  untuk 
mendapatkan prediksi permintaan sebuah kelompok.  
  
30 
2.  Metode Delphi (Delphi method)  
Ada  3  (tiga)  jenis  partisipan  dalam  metode  Delphi,  yaitu:  pengambil 
keputusan,  karyawan,  dan  responden.  Pengambil  keputusan  melakukan 
peramalan,  karyawan  menyiapkan,  menyebarkan,  mengumpulkan,  dan 
meringk as  kuesioner  dan  hasil  survei.  Responden  adalah  sekelompok  orang 
yang ditempatkan di tempat yan g berbeda dimana penilaian dilakukan.  
3.  Komposit tenaga penjual (Sales force composite)  
Setiap  tenaga  penjual  memperkirakan  berapa  penjualan  yang  dapat  ia  capai 
dalam  wilayahnya,  dan   melakukan  pengkajian 
untuk  memastikan  apakah 
peramalan  cukup  realistis,  dan  kemudian  digabungkan   pada  tingk at  wilayah  
dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan.  
4.  Survei pasar konsumen  (Consumer market survey)  
Metode  ini  meminta  masukan  dari  konsumen  mengenai  rencana  pembelian 
mereka  di  masa  mendatang.  Hal  ini  juga  membantu  dalam  menyiapkan 
peramalan,  tetapi  juga  membantu  dalam  merancang  desain  produk  baru  dan  
perencanaan  produk  baru.  Namun,  metode  ini 
dapat  menjadi  tidak  benar 
karena masukan dari konsumen yan g terlalu optimis.  
2.7.2.2 Metode Kuantitatif
  Metode  ini  terbagi  menjadi  5  metode  peramalan  yang  menggunakan  data 
historis, 5 metode ini dibagi kembali menjadi 2 kategori  yaitu: 
1. 
Model Deret-Waktu   
Model  deret  waktu  membuat  prediksi  dengan  asumsi  bahwa  masa  depan 
merupakan fungsi  dari  masa  lalu. Dengan kata  lain, mereka  melihat apa  yang 
terjadi selama kurun waktu  tertentu  dan menggun akan data  masa lalu  tersebut 
untuk  melakukan  peramalan.  Rata-rata  ber gerak,  terbagi  menjadi  beberapa 
jenis,  yaitu:  rata-rata  bergerak,  pembobotan  rata-rata  bergerak,  penghalusan 
eksponensial  dan  penghalusan  eksponensial  dengan  penyesuaian  proyek si 
tren. 
2.  Model Asosiatif 
Model  asosiatif  (atau  hubungan  sebab-akibat)  menggabun gk an  banyak 
variabel  atau  faktor  yang  mungkin  mempengaruhi  kuantitas  yang  sedan g 
diramalkan. Salah satu d ari model asosiatif adalah regresi linier. 
  
31 
  
Gambar 2.6 Forecasting Models 
Sumber: Render, M. Stair,Jr., & E.Hanna (2011) 
2.7.3 Teknik Peramalan 
Teknik –  Teknik peramalan  yang ak an digunakan  dalam  penelitian ini  adalah
naïve approach,  moving  average, weighted moving  average,  exponential  smoothing, 
exponential smoothing with trend, linear regression.
1.  Naive  Approach:  merupakan  cara  peramalan  yang  paling  sed erhana  dengan
berasumsi  bahwa  permintaan  di  periode  mendatang  akan  sama  dengan 
permintaan  pada  periode  terakhir.  Beberap a  jenis  produk  dengan 
menggunakan  p endekatan  ini  terbukti  efektif  dan  efisien  dari  segi  biaya
(Heizer &  Render,  2011). Penghitungan ini dapat dirumuskan sebagai  berikut 
Ft+1 =Ft
Dimana: 
  
 
  
   
  
 
   
 
  
 
 
   
  
 
  
 
 
  
 
   
 
 
  
 
   
 
 
 
 
   
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
  
 
  
 
  
 
 
  
 
  
  
 
  
  
  
 
 
  
  
  
 
  
  
  
   
  
 
 
   
 
   
 
   
 
 
 
  
   
  
     
 
   
 
   
 
 
 
  
   
 
  
 
   
 
 
 
  
 
  
 
   
 
 
  
 
  
 
        
      
 
  
   
   
 
  
      
 
  
   
 
  
 
 
  
 
  
  
  
 
32 
Ft  = permintaan aktual periode sebelumnya,  
Ft+1   = peramalan permintaan periode berikutnya. 
2.  Moving  Average:  suatu  metode  peramalan  yang  menggunakan  n  rata-rata
periode  terakhir   data  untuk  meramalkan  periode  berikutn ya.  Rata- rata 
bergerak  akan  berguna  jika  diasumsikan  bahwa  permintaan  pasar  akan stabil 
sepanjan g masa yan g akan kita ramalkan (Heizer & Render, 2011).  
Penghitungan ini dapat dirumuskan sebagai berik ut: 
 
Ft+1  = 
Dimana: 
Ft+1 = peramalan permintaan periode berikutnya,
n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3.  Weighted  moving  average:  suatu  peramalan  rata-rata  bergerak  yang
sederhana  dengan  memberikan pembobotan  untuk setiap  hasil  observasi  yang 
telah dilakukan dan  dapat digunakan untuk pengembangan peramalan. Teknik 
ini  lebih  tanggap  akan  perubahan  karena  periode  yang  lebih  dekat 
medapatkan  bobot  yang lebih berat. (Render,  M.  Stair,Jr.,  & E.Hanna, 201 1). 
Penghitungan ini dapat dirumuskan sebagai berik ut : 
 
Ft+1 =
4.  Exponential  smoothing:    merupakan  metode  peramalan  r ata-r ata  bergerak
dengan  pembobotan  yang  canggih,  tetapi  masih  mudah  digunakan.  Metode 
ini  menggunakan  data  masa  lalu  yang  sangat  sedikit  (Heizer  &  Render, 
2011). Penghitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 
Pera malan baru = Peramalan periode terakhir + a (Permintaan
sebenarnya periode akhir – Peramalan periode  terakhir) 
  
33 
Dimana: 
a = konstanta penghalusan yang dipilih antara nilai 0 dan 1. 
Persamaan tersebut juga dapat ditulis secara matematis sebagai berikut:
Ft = Ft-1 + a(At-1- Ft-1)
Dimana: 
Ft  = Peramalan baru
Ft-1  = Peramalan sebelumnya
a   = Konstanta pengahalusan (pembobotan) (0=a=1) 
At-1  = Permintaan actual periode lalu 
5.  Exponential  smoothing  with  trend:  merupakan  jenis  lain  dari  exponential
smoothing  yang  digunakan  ketika  sebuah  deret  waktu  menunjukkan  sebuah 
tren  linier  (Heizer  &  Render,  2011).  Penghitungan  ini  dapat  dirumuskan 
sebagai berikut :
FITt = Ft + Tt
Ft = a (At-1) + (1- a)( Ft-1 + Tt-1)
Tt = ß (Ft  - Ft-1) + (1 – ß) Tt-1
Dimana: 
Ft  =  peramalan  den gan  eksponensial  yan g  dihaluska
dari  data  berseri  pada 
periode t 
Tt = tren dengan eksponensial  yang dihaluskan pada periode t 
At = permintaan aktual pada periode t 
a   = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 =a= 1) 
ß = konstanta penghalusan untuk tren (0 =ß= 1) 
6.  Linear  regression:  merupakan  model  matematika  garis  lurus  untuk
menggambarkan  hubungan  fungsional  antara  variabel-variabel  yang  bebas 
maupun  variabel  terikat  (Heizer  &  Render,  2011).  Penghitungan  ini  dapat 
dirumuskan sebagai berikut : 
  
 penghitun gan  yang  paling  terken al  yang  dikemukakan  oleh  Heizer  dan  Render   adalah  deviasi  mutlak  merata  (mean  absolute  deviation-MAD),  kesalahan  kuadrat  rerata  (mean  squared  error-MSE),  kesalahan  persen  mutlak  rerata  (mean  absolute  percent error-MAPE).
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
  
  
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
  
 
  
 
  
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
  
 
  
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
  
  
  
  
  
  
 
 
34 
 
 
y =  a + bx
Dimana: 
y = nilai terhitung dari variabel yan g akan diprediksi 
a = persilan gan sumbu y 
b  =  kemiringan  garis  regresi  (atau  tingkat  perubahan  pad
untuk  perubahan 
yang terjadi di x) 
x = variabel bebas (dalam kasus ini adalah waktu ) 
y = permintaan dalam suatu periode 
n = jumlah data atau p engamatan 
x  = rata-rata nilai x, 
ý = rata-rata nilai  y 
2.7.4 Menghitung Kesalahan Peramalan 
Akurasi  keseluruhan  dari  setiap  model  persamaan  dapa
dijelaskan  dengan 
membandingkan  nilai  yang  diramal  dengan  nilai  aktual  ata
nilai  yang  sedan g 
diamati.  Kesalahan  peramalan  menunjukan  seberapa  baikny
model  tersebut  dapat 
bekerja  saat  menggunakan  data  lama.  Ada  beberap
penghitungan  yang  biasa 
digunakan  untuk  menghitung  kesalahan  p eramalan  tota
Penghitungan  ini  dapat 
digunakan  untuk membandingkan model-model peramalan yan
berbeda,  mengawasi 
peramalan,  dan  untuk  memastikan  peramalan  berjalan  denga
baik.  Tiga  dari 
  
  
 
 
 
 
 
  
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
   
      
 
 
 
  
   
 
 
 
  
     
 
 
 
  
 
  
  
    
  
 
  
 
 
 
   
    
 
    
  
  
 
    
  
  
 
  
   
    
  
 
 
 
 
 
 
 
35 
2.7.4.1 Deviasi Mutlak Merata (Mean Absolute Deviation-MAD) 
Ukuran  pertama  kesalahan  peramalan  keseluruhan  untu
sebuah  model 
adalah  MAD.  Nilai  ini  dihitung  dengan  mengambil  jumla
nilai  absolut  dari 
kesalahan  peramalan  dibagi  dengan  jumlah  periode  dat
(n)  (Heizer  &  Render, 
2011). Penghitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 
MAD =  
2.7.4.2 Kesalahan Kuadrat Rerata (Mean Squared Error-MSE)
  Merupakan  cara  kedua  untuk  mengukur  kesalaha
peramalan  keseluruhan. 
MSE  merupakan  rata-rata  selisih  kuadrat  antara  nil
yang  diramalkan  dan  diamati 
(Heizer & Render, 2011). Penghitungan ini dapat dirumuska
sebagai berikut: 
MSE =
  
36