BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Data
Menurut Connolly and Begg (2010, p7) data merupakan bagian terpenting
dari komponen sebuah basis data. Data mewakili nilai dari objek dan kejadian
sehingga memiliki arti dan kepentingan bagi pengguna.
Jadi data adalah suatu kumpulan dari fakta-fakta yang ada. Data dapat
berbentuk gambar, keadaan, suara, huruf, angka, matematika, bahasa, atau
symbol yang biasa digunakan untuk menilai suatu keadaan atau obyek.
2.1.2 Database
Menurut Connoly dan Begg (2010,p65), database adalah kumpulan data
yang saling terhubun g secara logis serta deskripsi dari data tersebut, yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi organisasi.
Menurut Gelogo d an Sunguk Lee(2012,p2) dalam jurnalnya
menyebutkan bahwa database adalah kumpulan catatan, file, dan objek data lain
yang terintegrasi.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa database adalah sebuah
kumpulan data yang saling terhubung dan memiliki struktur, untuk diproses
menjadi sebuah informasi yang bermanfaat untuk memenuhi tujuan tertentu.
|
2.1.3 Database System
Database membutuhkan aplikasi untuk mengubah dan men yimpan data
yang ada sebelum menjadi informasi yang akan dimanfaatkan sesuai tujuan
tertentu. Aplikasi ini disebut juga sebagai database system.
Menurut Date (2000, p6) database system adalah system terkomputerisasi
yan g secara keseluruhan memiliki tujuan untuk menyimpan informasi dan
memelihara informasi dan membuat informasi tersebut tersedia pad a saat
dibutuhkan.
2.1.4 Database Management System (DBMS)
2.1.4.1 Definisi Database Management System
Menurut Connolly dan Begg (2010 , p6), database management
system adalah system perangkat lunak yang memungkinkan pengguna
dapat mendefinisikan, membuat, merawat, dan mengatur akses ke
database.
Menurut E.Gelogo dan Sunguk Lee dalam jurnalnya men yebutkan
bahwa DBMS adalah sepaket software dan program komputer yang
mengontrol pembuatan, pemeliharaan dan penggunaan dari sebuah basis
data. DBMS memungkinkan organisasi untuk dengan mudah
mengemban gkan system basis data untuk datab ase administrator atau
spesialis lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa DBMS adalah sekumpulan
perangkat lunak yang berguna untuk mengatur segala data yang ada di
basis data agar dapat dimanfaatkan menjadi suatu informasi yang berguna
bagi organisasi.
|
![]() 2.1.4.2 Komponen DBMS
Menurut C onnolly and Begg (2010,p68-71), terdapat 5
komponen utama dalam DBMS. Kelima komponen tersebut adalah
Hardware, Software, data, Prosedur, dan Manusia.
Gambar 2.1 Komponen DBMS Ennvirontment
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p68)
1. Hardware
Dalam pengaplikasian DBMS sangat diperlukan adanya
perangkat keras yang memadai. Perangkat ini dapat berupa personal
computer, mainframe, atau jaringan komputer. Penggunaan hardware
ini pun harus di sesuaik an dnegan DBMS yang digunakan, hal ini
disebabkan adanya DBMS yang hanya dap at digunakan p ada
hardware dan system operasi tertentu.
2. Software
Perangkat lunak dalam komponen DBMS terdiri dari perangkat
lunak DBMS, program aplikasi, system operasi, juga perangkat lunak
jaringan jika diperlukan, bahasa pemrograman yang umum digun akan
dalam DBMS adalah bahasa pemrograman generasi ketiga seperti C,
C ++, java, Visual Bsic, dll atau generasi ke 4 seperti SQL.
3. Data
|
Data adalah penghubung antara hardware dengan manusia. Data
ini dapat berupa data operasional atau meta data (data yang
menjelaskan data). Data merupakan salah satu komponen terpenting
dalam DBMS, terutama bagi pengguna akhir.
4. Procedures
Prosedur adalah kumpulan aturan dan instruksi yang mengatur
penggunaan basis data. Pengguna system yan g mengelola basis data
membutuhkan prosedur tentang penggunaan system. Instruksi ini
mencakup:
Login ke DBMS
Menggunakan fasilitas DBMS
Memulai dan mengakhiri DBMS
Membuat back-up basis data.
Menangani kerusakan perangkat keras dan lunak.
Mengubah struktur table
Mengatur ulang data antara banyak disk.
Meningkatkan kinerja atau menyimp an arsip pada secondary
storage/cadangan.
5. People
Komponen penting yang terakhir adalah manusia yan g
menggerakan system. Manusia sebagai kunci keberhasilan DBMS.
Ada empat peran manusia dalam sebuah DBMS:
1. Data dan database administrator
Data Administrator (DA) bertu gas untuk mengatur
sumber data. Seperti perencanaan basis data, standart
pengaturan dan pengembangan, kebijak an dan
prosedur dan rancangan konseptual dan lo gical basis
data.
Database Administrator (DBA) bertu gas dalam
merealisasikan basis data. Tugasnya mencakup
|
rancangan physical basis data dan implementasi,
Security, dan pengaturan intehritas, pa
intinya
memastiklan aplikasi bekerja sesu ai deng
kebutuhan
pengguna.
2. Database Designer
Database designer dibagi menjadi 2 bagian, logical database
designer dan physical database designer:
Logical Database Designer berhubungan dengan
dentifikasi entitas dan atribut, hubungan antar data,
dan batasan p ada data untuk disimpan di database.
Physical Database Designer bertugas untuk
merealisasikan logical database yang telah dibuat.
3. Application Developer
Application Developers bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan program aplikasi yang telah dibuat untuk
kemudian digunakan oleh pengguna akhir (end user).
4. End User
End User atau pengguna akhir adalah orang oran g yang
berperan sebagaii klien dan pengguna basis data yang telah
dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2.1.4.3 Fungsi DBMS
Fungsi DBMS menurut Date (2000,p43), adalah sebagai berikut:
o Data Definition Language (DDL)
DDL adalah sebuah bahasa yang memungkinkan DBA atau
pengguna akhir mendeskripsikan dan member nama suatu entitas,
|
atribut, relasi data, dan juga integritas dan keamanan data.
|
o Data Manipulation Language (DML)
DML
adalah bahasa yang menyediakan satu set operasi untuk
mendukung pengoprasian manipulasi data dasar pada b asis data.
Data yang akan dimanipulasi meliputi:
o Penambahan data pada basis data (Add)
o Modifikasi data pada basis data (Alternate)
o Pengembalian data pada basis data (Recovery)
o Penghapusan data pada basis data (Deleting)
o Data Security and Integrity
DBMS harus dapat mengecek keamanan dan integritas data
yang disimpan dan didefinisikan oleh DBA.
o Data Recovery and Concurrency
DBMS harus dapat mengatasi masalah yang timbul oleh
kesalahan sistem atau kerusakan hardware sehingga data yang
hilang atau rusak dapat diambil kembali. DBMS juga harus
mengontrol pen gaksesan data jika data diakses bersamaan oleh
lebih dari satu user.
o Data dictionary
DBMS harus memiliki data dictionary. Informasi Repository
terpusat tentang data seperti arti, hubungan ke data lain, asal,
penggunaan, dan format.
o Data performance
DBMS harus dapat menangani semua pekerjaan dan fungsi
seefisien mungkin.
Sedangkan menurut Connolly and Begg (2010,p100-400),
menjelaskan fungsi-fungsi DBMS sebagai berikut:
|
o Data storage, Retrival, dan Update
DBMS harus dilengkapi dengan kemampuan uintuk
menyimpan, mengambil, dan meng-update data.
A User-Accessible Catalog
DBMS harus memiliki sebuah dokumen yang berisikan
seluruh data yang disimpan dan dapat diakses oleh pengguna.
Transaction Support
DBMS harus memiliki system yang dapat menjamin
semua kegiatan yang berhubungan dengan alternasi data,
sesuai dengan transaksi yang dilakukan.
Concurrency Control Service
DBMS menyediakan system yang menjamin basis data di-
update dengan benar jika ada dua atau lebih user yang meng-
update basis data secara bersamaan.
Recovery Service
DBMS harus menyediakan cara untuk memperbaiki basis
data yang mengalami kerusakan.
Authorization Service
DBMS menyediakan batasan agar hanya pengguna yan g
berhak yang dapat mengakses ke basis data.
Support to Communication Data
DBMS harus dapat berintegrasi dengan per angkat lunak
komunikasi.
Integrity Service
DBMS harus harus menjamin bahwa perubahan apapun
dalam basis data harus mengikuti atu ran yan g ditetapkan pada
basis data tersebut.
Service to promote Data Independence
DBMS harus mencakup fasilitas yan g mendukung
independensi program struktur basis data
|
o Utility Service
DBMS harus menyediakan satu set fasilitas pelayanan.
Contoh nya adalah:
1. Fasilitas import basis data dari flat files, dan fasilitas
export flat files ke basis data.
2. Fasilitas untuk memantau pen ggun aan basis data dan
setiap kegiatan yang dilakukan.
3. Statistical Analysis Program, untuk menganalisa performa
dan statistic penggunaan.
4. Tempat pembu angan dan pemindahan, untuk
memindahkan dan menghapus reco rd secara fisik dari
tempat penyimpanan, dan men yediakan ruang kosog pada
saat dibutuhkan.
2.1.4.4 Keuntungan DBMS
Menurut C onnolly d an Begg (2010,p26), keuntungan
penggunaan DBMS adalah sebagai berikut:
o Kontrol redudansi data
Pendekatan basis data untuk menghilangkan redudansi
dengan mengintegrasikan file-file sehingga salinan data yang
sama tidak disimpan. Walau begitu, penggunaan pendekatan
basis data tidak dapat menghilangkan redudansi sepenuhnya tetapi
hanya mengontrol jumlah redudansi.
o Konsistensi data
Pengurangan redudansi secara otomatis akan
meningkatkan konsistensi data.
o Memberi lebih banyak informasi dengan jumlah data yang sama
Terintegrasinya data operasional akan memungkinkan
organisasi memiliki informasi tambahan dari data yan g sama
|
karena sebuah data dapat dimanfaatkan oleh beberapa pidah
sekaligus.
o Sharing data
Basis data milik sebuah organisasi dapat dimanfaatkan
oleh seluruh bagian organisasi yang berhak mengakses data
tersebut.
o Meningkatkan integrirtas data
Integritas basis data mengacu pada validitas dan
konsistensi data yang tersimpan. Integritas menunjukan batasan
dan aturan yan g tidak boleh dilanggar dalam sebuah basis data.
o Menigkatkan keamanan data
Keamanan basis daya merupakan perlindungan basis data
dari pihak yang tidak berhak. Hal ini dapat dilakukan dengan
member use sebuah username dan password serta melakukan
pembagian hak akses bagi pen gguna (Retrival, insert, update,
delete).
o Meningkatkan standar-standar
Peningkatan integrasi memungkinkan DBA untuk
menetapkan standarisasi. Contoh nya penetapan format data untuk
memfasilitasi pertukaran data antar system, konvensi penamaan,
standarisasi dokumentasi, prosedur update,dan aturan
pengaksesan.
o Skala ekonomi
Menyatu kan data operasional organisasi dalam basis data,
dan membuat serangkaian aplikasi yang bekerja pada sumber data
tunggal untuk menghemat pengeluaran.
o Menyeimbangkan kebutuhan yang salin g berlawanan
Penyeimbangan kebutuhan yang bertentangan dapat
dikontrol oleh Dba sehingga DBMS dapat berfungsi dnegan baik
dan keseimban gan pemenuhan kebutuhan bisa tercapai.
o Meningkatkan akses dan respons data
|
Sebagai hasil dari integrasi, data yan g melewati batasan
departemen dapat langsung diakses oleh end user.
o Meningkatkan produktifitas
DBMS menyediakan fungsi-fungsi standar yang
memungkinkan programmer untuk berkonsentrasi pada fungsi-
fungsi khusus yang dibutuhkan user tanpa perlu memikirkan detil
implementasi yang terlalu ruinci. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas programmer dan memangkas waktu pengembangan.
o Meningkatkan perawatan melalui data independence
DBMS memisahkan aplikasi dengan file data segingga
aplikasi menjadi independen dan perubahan pada data tidak
mempemngaruhi aplikasi.
o Meningkatkan Concurrency
DBMS dapat mengelola pengaksesan data sehingga data
dapat dieakses secara bersamaan tanpa saling mempengaruhi 1
sama lain.
o Meningkatkan layanan backup dan recovery.
DBMS memberikan fasilitas untuk meminimalisasikan
jumlah pemrosesan yang hilang. Hal
mendukung fungsi back
up file pada system berbasis file sebagai keaman
lanjutan.
2.1.4.5 Kerugian DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010, p80-81), kerugian DBMS:
o Kompleksitas
DBMS memiliki kompleksitas tinggi demi menjamin
fungsionalitas yang baik.
o Ukuran
DBMS membutuhkan media pen yimpanan yang sangat
besar agar DBMS bisa berjalan dnegan efisien, hal ini disebabkan
kompleksnya fungsionalitas DBMS itu sendiri.
o Meningkatkan biaya untuk tambahan perangkat keras
|
DBMS membutuhkan media penyimpanan yang besar. Hal
ini akan mempengaruhi biaya yang dibutuhkan dalam
menjalankan DBMS karena perusahaan akan perlu membeli
peran gkat pen yimpanan yang berukuran besar.
o Meningkatkan biaya untu k DBMS
Biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan DBMS
bervariasi tergantun g dari kebutuhan, lingkungan dan
fungsionalitas yan g diberikan.
o Meningkatkan biaya untu k konversi data
Dalam menerakan DBMS, aplikasi ang telah berjalan
kemungkinan tidak kompatibel dengan DBMS. Karena hal ini
dibutuhkan biaya tambahan untuk mengubah aplikasi yang telah
ada ke bentuk yang kompatibel dengan DBMS. Disamping itu
dibutuhka pula biaya untuk pelatihan kar yawan agar dapat
mengopr asikan DBMS.
o Kinerja
DBMS akan menyebabkan beberapa aplikasi tidak dapat
bekerja secepat semestinya. Hal ini dikarenakan DBMS
diciptakan untuk melayani berbagai aplikasi sehingga
kemungkinan besar akan ada hambatan dalam kinerja aplikasi
yang menggunakan DBMS.
o Dampak kegagalan yan g lebih besar
Dalam penerapan DBMS, akan terjadi sentralisasi system
pada DBMS. Hal ini berarti system san gat b ergantun g
pada
DBMS dan semua bagian system terkait satu sama lain sehingga
jika ada kegagalan pada satu bagian system, kegiatan operasional
akan terhenti.
|
![]() 2.1.4.6 Arsitektur Multi-User DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2010, p108 -11 5), terdpaat 3
arsitektur yan umumnya digunakan untuk mengimplementasikan
DBMS yaitu:
1. Teleprocessing
Arsitektur yang tradisional untuk system multi-user adalah
teleprocessing. Teleprocessing adalah sebuah arsitektur diamana
arsitektur ini memiliki 1 CPU dan terhubung dengan beberapa
terminal.
Gambar 2.2 Teleprocessing
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p108)
2. File-Server
Arsitektur file-server adalah sebuah arsitektur yang
menghubungkan beberapa terminal pada satu jaringan sebagai
media penyimpanan yang dap at membagi file seperti dokumen,
gambar, dan database.
|
![]() Ga mbar 2.3 File-Server
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p109)
3. Client-Server
Arsitektur Client-Server men gacu pada cara komponen
software berinteraksi kepada form dari system. Terdapat proses
client yang memerlukan sumber, dan sebuah server yan g
menyediakan sumber tersebut
.
Ga mbar 2.4 Client-Server
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p110)
|
2.1.4.7 Database System Development Lifecycle
Menurut Connolly dan Begg (2010,p315) ada beberapa tahap
dalam pengimplementasian basis data:
o Database Planning
Menurut Connolly dan Begg (2010,p313) database
planning adalah tahap perencanaan dalam membangun siklus
hidup basis data agar menjadi efisien dan efektif. Tahap ini harus
dilakukan dengan cermat berdasarkan masalah yang dihadapi.
Jadi database planning adalah tahap dimana designer
menentukan tujuan dan tugas yang akan dicapai oleh system yang
akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan secara
efisien dan efektif.
Database planning harus berintegrasi dengan keseluruhan
strategi IS organisasi. Ada 3 hal utama dalam membuat strategi
system informasi, yaitu:
Indentifikasi rencana dan tujuan perusahaan berikut IS
yang dibutuhkan.
Evaluasi IS yang sudah ada saat ini untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan yang ada.
Menaksir kekuatan IT yang dimiliki yang mungkin
menjadi keuntungan kompetitif.
o System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2010,p315) system definition
adalah menetapkan batasan batasan pada basis data yang akan
dibuat, termasuk dari
segi user atau aplikasin ya. Dari segi user
basis data harus memenuhi kebutuhan user yang bersangkutan,
karena itu sudut pandang pengguna diperlukan untuk memastikan
tidak ada user yang kebutuhannya tidak terpenuhi oleh basis data
yang dikembangkan.
|
Jadi system definition adalah tahap menentuk an batasan
dari system basis data dan memastikan kebutuhan pengguna
terpenuhi dengan baik, sehingga basis data yang dibangun tepat
guna.
o Requirement Collection and Analysis
Menurut Connolly dan Begg (2010,p316) Requirement
Collection and Analysis adalah proses pengumpulan dan analisa
informasi tentang bagian organisasi yang akan di dukung oleh
system
basis data, dan menggunakan informasi ini untuk
mengidentifikasi k ebutuhan system.
Jadi requirement collection and analysis adalah proses
dimana segala informasi dikumpulkan dan dianalisa. Informasi
dikumpulkan untuk tiap user view utama, meliputi:
Deskripsi data yang dipakai atau dihasilkan
Detil bagaimana data digunakan atau dihasilkan
Segala kebutuhan tambahan untuk system basis data yan g
baru
Dalam pengumpulan informasi , informasi yang didapat
kemungkinan akan tidak terstruktur dan melibatkan permintaan
informal. Karena itu informasi ini harus dirubah menjadi bentuk
yang lebih terstruktur. Hal ini dapat diraih menggunakan
requirement specification technique yang termasuk, structured
analysis design, data flow diagram, dan hierarchical input
process output.
Aktivitas penting lainnya dalam mengumpulkan dan
menganalisa informasi adalah mengatur kebutuhan basis data
dengan menggunak an mu ltiple user view, yaitu:
Centralized Approach
Kebutuhan untuk tiap user view disatukan dalam satu set
kebutuhan untuk system basis data baru. Sebuah model
|
data yang menggamb arkan
seluruh user view dib uat pada
saat pembuatan desain basis data.
View Integrated Approach
Kebutuhan setiap user view tetap berbentuk daftar
terpisah.model data yang menggambarkan setiap user view
dibuat lalu nantinya digabun gk an kembali pada saat
pembuatan desain basis data.
Combination of Both Approach
Kombinasi dari kedua pendekatan di atas.
o Database Design
Menurut Connolly d an Begg (2010,p320) database design
adalah proses mmembuat design yang akan mendukung misi
perusahaaan dan tujuan untuk database system yang dibutuhkan.
Jadi database design adalah proses men-d esign bentuk
konseptual, logical, dan physical dari basis data. Dalam
perancangan database, ada beb erapa langkah yang harus diikuti,
yaitu:
Menentukan pendekatan perancangan b asis data
Bottom-up
Pendekatan yang dimulai dari level dasar dari atribut,
yang melalui analisa hubun gan dari atribut
dikelompokan dalam hubungan yang menggambarkan
tipe entitas dan hubungan antar entitas.
Top-down
Pendekatan ini diawali dengan pengembangan model
data yang mengandung beberapa entitas level tinggi
dan relationship dan kemudian mengembangkan top-
down untuk mengidentifikasi entitas dan hubungan
entitas.
|
Inside-out
pendekatan ini berhubungan dengan pendekatan
bottom-up, tetapi dibedakan den gan langkah awal yaitu
mengidentifikasi set entitas utama dan kemudian
mempertimbangk an entitas , relationship, dan atribut
lain yang diidentifikasi lebih dulu.
Mixed
Pendekatan dengan menggunakan pendekat
bottom-
up dan top-down untuk digunakan ke bagian
bagian
berbeda sebelum kemudian disatukan.
Data modeling
Menurut Connolly dan Begg (2010,p321) ada 2
tujuan utama dari data modeling yaitu untuk membantu
memahami arti dari data (semantic) dan memfasilitasi
komunikasi tentang kebutuhan informasi. Membangun
data model membutuhkan jawaban pertanyaan tentang
entitas, atribut, dan relationship. Dengan melakukannya,
perancang dapat menemukan semantic dari data perushaan
yang ada baik dicatat dalam model formal atau pun tidak.
Sebuah model data memastikan kita untuk dapat
memahami:
Pandangan setiap pengguna pada data.
Asal data itu sendiri, tidak tergantung dari tampilan
fisik.
Kegunaan d ata menurut pengguna.
Conceptual database design
Menurut Connolly dan Begg (2010,p322)
conceptual database design adalah proses membangun
|
sebuah model data yang digunakan perusahaan, terlepas
dari segala pertimbangan fisik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa conceptual database
design adalah proses merancang basis d ata sesuai dengan
fakta yang ad a tanpa mempertimbangkan realisasi bentuk
fisiknya.
Logical database design
Menurut Connolly dan Begg (2010,p323) logical
database design adalah proses pembangunan model data
yag digunakan perusahaan berd asarkan data model yang
spesifik, tetapi tidak bergantung pada DBMS tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa logical database
design adalah lanjutan dari tahap konseptual, yang
diperiksa dan dikembangkan agar dapat digunakan
terlepas dari DBMS yang akan digunakan. Pada proses ini,
teknik normalisasi memiliki peran yang besar untuk
menentukan kebenaran dari logical data model.
Physical database design
Menurut Connolly dan Begg (2010,p324) physical
database design adalah proses produksi deskripsi dari
implementasi database pada pen yimpanan sekunder.
Proses tersebut menjelaskan relasi dasar, perorganisasian
file, dan index yang digunakan untuk mencapai akses data
yang efisien dan integritas constraint yang berhubungan,
dan tingkat keamanan.
Jadi physical database design adalah proses
penerapan logical database design beserta index,
organisasi file, batasan integritas, relasi dan semua yang
berhubungan dengan keamanan media penyimpanan.
|
Jadi, tujuan dari physical database design adalah
untuk mendeskripsikan bagaimana cara untuk
mengimplementasi secara fisik logical database. Untuk
model relational, ini meyangkut:
Menciptakan set relational tables dan konstrain
nyapada table tersebut dari informasi yang ada pada
logical data model.
Mengidentifikasi struktur pen yimpanan tertentu dan
metode akses agar data mencapai performa yan g
makimal untuk system basis data.
Merancang system kemanan untuk system.
Secara ideal, konseptual dan logical basis data yan g
dirancang untuk system yang besar harus dipisahkan dari
rancangan fisik untuk 3 alasan utama:
Berhubungan dengan subjek yang berbeda
Dilakukan di waktu berbeda
Membutuhkan kemampuan yang berbeda.
o Database Management System Selection
Menurut Connolly dan Begg (2010,p325) database
management system selection adalah proses menentukan
DBMS yang cocok untuk mendukung database system.
Jadi database management system selection diperlukan
untuk menentukan DBMS yang sesuai untuk digunakan
dalam basis data yang akan dibuat sesuai den gan kebutuhan
perusahaan. Dalam memilih DBMS yang akan digunakan ada
beberapa tahap yang harus diperthatikan, yaitu:
Mendefinisikan istilah studi refer ensi
Mendaftar dua atau tiga produk
Evaluasi produk
|
Rekomendasi pilihan dan laporan produk
o Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2010,p329) application
design adalah men-design user interface dan aplikasi yang
akan digunakan p ada proses basis data.
Jadi application design adalah tahap untuk menentukan
tampilan dari aplikasi yang akan dibuat agar sesuai dengan
basis data yang akan dibuat. Ada dua aktifitas penting pada
tahap ini:
Transaction design
Transaksi adalah sebuah aksi atau serangkaian aksi
, yang dilakukan oleh seorang user, atau program
aplikasi, yang mengakses atau mengganti isi dari
database
Jadi rancangan tran saksi bertjuan untuk
mendefinisikan dan mendokumentasi karakteristik level
tinggi transaksi yang dibutuhkan database, termasuk:
Data untuk digunakan dalam transaksi
Karakteristif fungsional transaksi
Hasil transaksi
Pentingnya transaksi bagi user
Perikiraan tingkat pengunaan
Aktivitas ini harus dijalankan pada awal proses
perancangan untuk memastikan bahwa implementasi basis
data mampu mendukung seluruh kebutuhan transaksi. Ada
3 tipe utama transaksi, yaitu:
|
Retrival transaction
Retrival transction digunakan untuk
mengambil data untuk ditampilkan pada layar
atau pada laporan produksi.
Update transaction
Update transaction digunakan untuk
memasukan catatan baru, menghapus catatan
lama, atau memodifikasi catatan yang sudah ada
pada database.
Mixed transaction
Melibatkan kedua tipe transaksi
sebelumn ya. C ontohnya tindakan untuk mencari
dan menampilka detil property lalu mengupdate
nilai sewa bulanan.
User interface design
Sebelum mengimplementasi form atau report,
sangat penting untuk merancang dahulu tampilan dari
form atau report terseb ut. Ada beberapa aturan pokok
yang harus diikuti dalam membuat user intrerface, yaitu:
Meaningful title, usahakan nama dari form yan g
dibuat memiliki makna yang menggambarkan
fungsi dari form tersebut.
Comprehensible instruction, terminology yan g
familiar harus dugunakan untuk memberikan
instruksi bagi pengguna. Informasi haru singkat
dan saat dibutuhkan layar bantuan harus tersedia.
Logical grouping and sequencing of field, field
yang berhubungan harus diposisikan berdekatan
dalam form/report. Jarak dari field harus konsisten
dan logis.
|
Visually appealing layout of the
form/report,tampilan form harus menarik, dan
sesuai dengan hard cop y agar konsisten.
Familiar field labels, label yang digunakan harus
familiar.
Consistent terminology and abbreviations,
penggunaan ungkap an dan singkatan haru s
konsisten seperti yang telah disetujui.
Consistent use of color, warna harus digunakan
untuk menandai fields atau pesan yang penting.
Warna ini harus digunakan dnegan konsisten dan
bermakna.
Visible space and boundaries for data-entry fields,
pengguna harus tau total ruang yang
terseduapoada field agar pengguna dap at
menentukan format yang terbaik dalam mengisi
form.
Convenient crusor movement, crusor harus mudah
digunak an untuk menjalankan fungsi yang
diinginkan pad a form/report.
Error correction for individual characters and
entire fields, pengguna harus dapat mengubah
atau memperbaiki inputan pada field.
Error messages for unacceptable values, adanya
pesan eror jika ada kesalahan saat pengguna
memasukan nilai pada field.
Optional fields marked clearly, field yang bersifat
optional harus ditandai agar user dapat
mengetahui dengan b aik.
|
Explatory messages for fields, saat pengguna
meletakan k rusor pad a field, harus muncul
penjelasan tentang field tersebut.
Completion signal, harus ada pesan yan g
menunjukan bahwa form/report yang diisi oleh
pengguna telah selesai/berhasil.
o Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2010,p333) prototyping
adalah proses membuat sebuah model dari system basis data. Jadi
dapat diartikan bahwa prototyping adalah proses pembuatan
model awal yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi
perkiraan hasil akhir dari system oleh perancan g
atau end user.
Ada 2 strategi prototyping, yaitu:
Requirement Prototyping
Requirement prototyping adalah penggunaan prototype
untuk menentukan kebutuhan dari basis data yan g
diajukan, setelah kebutuhan ditetapkan prototype dihapus.
Evolutionary Prototyping
Evolutionary prototyping adalah penggunaan prototype
yang hampir sama dengan requirement prototyping
perbedaannya adalah, di sini prototype tidak dihapus
setelah kebutuh an ditetapkan, tetapi dibangun sebagai
dasar bagi basis data yang dibuat.
o Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2010,p333) implementation adalah
proses realisasi secara fisik dari basis data dan aplikasi yan g
dirancang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
|
implementation adalah proses membuat penjelasan physical database
dan aplikasi program nya untuk diterapkan pad a perusahaan.
o Data Conversional and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2010,p334) Data
Conversional and Loading adalah proses mentransfer data yang
telah ada ke basis data baru dan mengubah aplikasi yang ada
menjadi aplikasi yang dapat berjalan pada basis data baru.
Jadi dapat diartikan bahwa Data Conversional and
Loading adalah proses memindahkan data dari system lama ke
system baru, dan melakukan penyesuaian pa
aplikasi agar
memungkinkan untuk digunakan kembali di system baru.
o Testing
Menuruc Connolly dan Begg (2010,p334) testing adalah
tahap penjalanan system basis data yang baru dengan tujuan
menemukan eror yang ada.
Jadi testing adalah tahap pengujian untuk memastikan
tidak ada eror pada system dan memastikan system dapat berjalan
dengan baik serta memenuhi kebutuhan end user.
o Operational Maintenance
Menurut Connolly dan Begg (2010,p335) operational
maintenance adalah proses mengawasi dan merawat
system basis
data setelah dilakukan instalasi.
Jadi operational maintenance ad alah tahap setelah system
basis data diimplementasikan. System harus terus dipantau dan
dirawat. Maintenance juga meliputi pengimplementasian fungsi
baru pada system b asis data saat diperlukan melalui tahap-tahap
siklus hidup basis data. Pengawasan dan pemeliharaan system
meliputi:
|
![]() Mengawasi performa system. Jika performa system turun
di bawah level yang diterima, mungkin diperlukan
pengaturan ulang system basis data.
Merawat dan meningkatkan system basis data saat
diperlukan. System basis data harus dapat di-update
melalui tahap lifecycles saat kebutuhan baru muncul.
Gambar 2.5 Siklus Hidup Aplikasi Basis Data
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p314)
|
2.1.5 Fact Finding Techniques
Menurut Connolly dan Begg (2010, p341-345), fact finding technique
merupakan sebuah proses formal menggunakan teknik seperti interview dan
kuisioner untuk mengumpulkan fakta mengenai system, kebutuhan, dan preferensi.
Seorang database developer biasanya men ggunakan beberapa fact finding
technique selama mengerjakan proyek basis data.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fact finding technique
merupakan proses pencarian fakta atau data melalui berbagai metode dalam
rangka mencari kebutuhan dari system yang akan dibuat. Ada 5 jenis fact finding
technique yaitu:
o
Examining Documentation
Teknik pencarian yang dilakukan dengan cara memeriksa dan
mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan den gan system seperti
form, laporan, dan file agar dapat memahami system berjalan dengan cepat.
o
Interviewing
Teknik pencarian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara
individual scara langsung. Terdapat 2 jenis wawancara yang dapat dilakukan
yaitu wawancara tidak terstruktur dan wawancara terstruktur. Teknik ini
memberikan data yang detil dan fleksibel, hanya saja tidak efektif dilakukan
jika diperlukan data dengan jumlah yang besar dari berbagai sumber karena
harus dilakukan secara individual.
o
Observing the enterprise in operation
Teknik pencarian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
mengamati aktivitas yang
terjadi sehari-hari. Teknik ini menarik fakta dan
data melalui pengamatan pada system atau aktivitas yang ada sehingga dapat
diketahui kondisi dari system berjalan secara jelas.
o
Research
Teknik pencarian ini dilakukan melalui penelitian yang dilakukan pada
berbagai sumber yang relevan dengan aplikasi dan permasalahan perusahaan.
Teknik ini memanfaatkan data data dari luar perusahaan yang memiliki
kemiripan dengan masalah yang dihadapi untuk diteliti cara pen yelesaian
|
yang telah dilakukan. Cara ini efektif karena kita mendap at referensi
penyelesaian masalah melalui pengalaman orang lain, hanya saja cara ini tidak
efektif untuk permasalahan yan g unik karena sumber data sangat minimal.
o Questionnaires
Teknik pencarian ini dilakukan dengan cara menyebark an kuesioner
kepada banyak sumber data. Ada 2 jenis kuesioner yang dapat digunakan,
free-format questioner yang mengutamakan kebebasan responden dengan
tidak memberikan pilihan jawaban, dan fixed-format questioner yan g
memberikan pilihan jawaban yang spesifik. Questioner efektif jika kita
membutuhkan sumber data yang luas, hanya saja keakuratan dari cara ini
minimal karena data yang dapat ditampung kuestioner terbatas dan jawaban
dari responden belum tentu akurat.
2.1.6 Normalisasi
Menurut Connolly dan Begg (2010,p416), normlaisasi adalah suatu teknik
untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan properties yang diinginkan, untuk
memenuhi kebutuhan data di perusah aan.
Menurut Carlos Coronel, Steven A.Morris dan Peter Rob (2013, p181)
normalisasi adalah sebuah proses untuk mengev aluasi dan memperbaiki struktur
table untuk memminimalisasi redudansi data, dan mengurangi kemungkinan
anomali data.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa normalisasi adalah proses
untuk memperbaiki struktur table d engan menghilangk an redudansi data sehingga
mengurangi anomali data.
|
![]() Gambar 2.6 Tahap normalisasi data
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p429)
2.1.6.1 Unnormalized Form (UNF)
Menurut Connolly dan Begg (2010,p430) UNF adalah sebuah
table yang mengandung satu atau lebih Repeating group. UNF
merupakan table dasar yan g dibuat berdasarkan informasi yang
didapatkan dari form yang ada secara mentah.
Gambar 2.7 Contoh UNF
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p432)
2.1.6.2 First Normal Form (1NF)
Menurut Connolly dan Begg (2010,p430), 1NF adalah sebuah
relasi dimana titik pertemuan antara setiap baris dan kolom hanya berisi
satu nilai.
|
![]() Peroses perubahan dari UNF ke 1NF adalah dengan
mengidentifikasi dan emisahkan repeating group dari table. Menurut
Indrajani, S.Kom., MM. (2011,p60) proses perubahan UNF ke 1NF
adalah sebagai berikut:
Tentukan satu atau kumpulan atribut sebagai kunci untuk table
unnormalized.
Identifikasikan grup yang berulang dalam table unnormalized
yan g b erulan g untuk kunci tersebut.
Hapus grup yang berulang dengan cara:
Memasukan data yang semestinya ke dalam kolom yan g
kosong pada baris yang berisikan data yang berulang
(flatteningthe table)
Menggantikan data yang ada dengan menulis ulang dari
kunci atribut yang sesungguhnya ke dalam r elasi terpisah.
Gambar 2.8 Contoh 1NF
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p432)
2.1.6.3 Second Normal Form (2NF)
Menurut Connolly dan Begg (2010,p434), 2NF adalah sebuah
relasi dalam 1NF dan setiap atribut non-primary-key bersifat fully
functionally dependant pada primary key.
Fully functional dependency sendiri adalah keadaan dimana jika
dalam suatu relasi ter dapat atribut (B) yang bergantun g secara
|
![]() fungsional pada atribut lain (A) tetapi attribute (B) bukan subset dari
atribut (A). Suatu functional dependency A ke B adalah fully functional
dependency jika apabila ada atribut yang dihilangkan dari A maka
dependency B kepada A akan hilang.
Menurut Indrajani, S.Kom., MM. (2011,p60) proses perubahan
1NF ke 2NF adalah sebagai berikut:
Identifikasikan primary key untuk relasi 1NF
Identifikasikan functional dependency dalam relasi
Jika terdapat partial dependencies terhadap primary key,
maka hapus dengan menempatkan relasi yang baru bersama
dengan salinan determinannya.
Gambar 2.9 Contoh 2NF
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p435)
2.1.6.4 Third Normal Form (3NF)
Menurut Connolly dan Begg (2010,p435), Third Normal Form
(3NF) yaitu sebuah relasi yang terdapat pada bentuk normalisasi
|
![]() pertama dan kedua, yang man a atribut non primary key bergantung
pada primary key nya.
Berd asarkan konsep tra nsitive dependency, yaitu suatu kondisi
dimana A,B, dan C adalah atribut sebuah relasi, maka A ke B dan B ke
C, maka transitively dependent pada A melalui B.
Menurut Indrajani, S.Kom., MM. (2011,p60) pro ses perubahan
2NF ke 3NF adalah sebagai berikut:
Id entifikasi primary key dalam relasi 2NF
Id entifikasi functional dependencies dalam relasi
Jika terdapat transitive dependencies terhadap primary key,
hapus dengan menempatkannya dalam relasi yang baru
bersama d engan salinan determinannya.
Gambar 2.10 Gambar 3 NF
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p436)
2.1.7 Entity Relationship Model
Menurut Connolly dan Begg (2010,p371), Entity Relationship Model adalah
sebuah pendekatan top-down pada database design yang dimulai dengan
mengidentifikasi data penting yang disebut entity dan relationship antara data yan g
harus direpresentasikan dalam model. Jadi ER model adalah cara untuk
mengidentifikasi data dan aktivitas dari perusahaan, den gan tujuan agar designer,
programmer, dan end-user dapat memiliki pandangan yang sama pada d ata dan
aktivitas yang ada sehingga database dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
|
![]() 2.1.7.1 Entities Type
Menurut Connolly dan Begg (2010,p372-373 ), Entity Type
adalah sekumpulan objek dengan sifat yang sama, yang
didentifikasikan oleh perusahaan atau perorangan sebagai keberad aan
yang independen. Entity Type memiliki keberadaan yan g independen
dan dapat menjadi objek fisik (nyata) atau objek konseptual
(abstrak).Jadi entity type adalah
objek-objek fisik atau abstrak yang
memiliki sifat/properties yang sama dan bersifat independen.
Gambar 2.11 Contoh tipe entitiy
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p374)
Menurut Connolly d an Begg (2010,p374), entity occurrence
adalah setiap objek unik yang dapat diidentifikasi dari sebuat tipe
entity. Jadi entity occurrence adalah kejadian unik yang terjadi pada
sebuah entitas.
2.1.7.2 Relationship Type
Menurut Connolly dan Begg (2010,p374) relationship type
adalah sebuah set dari asosiasi yan g memiliki arti di antara entity types.
Setiap relationship type diberi nama yang menjelaskan fungsin ya. Jadi
dapat disimpulkan bah wa relationship type adalah suatu kumpulan
hubungan antar entitas yang memiliki arti dan memiliki nama yang
sesuai dengan relationship tersebut.
Menurut Connolly dan Begg (2010,p375) relationship
occurance adalah relationship yang dapat diidentifikasi dan unik yang
|
![]() termasuk sebuah kejadian dari tiap entity type yang berpartisipasi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa relationship occurance adalah kejadian unik
yang menghubungkan tiap entitas.
Gambar 2.12 Semantic net yang menunjukan kejadian dari tipe hubungan has
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p375)
Menurut Connolly dan Begg (2010,p376), terdapat istilah degree
of relationship type yang
menujukan jumlah dari entitiy yang berpartisipasi
dalam sebuah relationship. Entitiy yan g terkait dalam relationship tertentu
disebut dengan participant, jadi degree of relationship adalah jumlah
participant yang terdapat dalam sebuah relationship. Terdapat beberapa tipe
degree of relationship dilihat dari jumlah participant yang terhubun g, yaitu:
Binary relationship,hubungan antara 2 tipe entity, tipe yan g
paling umum ditemukan.
|
![]() Gambar 2.13 Comtoh binary relationship
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p376)
Ternary relationship, hubungan antara 3 tipe en tity. Contoh
dari ternary relationship adalah sbeagai berik ut. Misalnya
register adalah sebuah relationship dengan 3 entity type yang
berpartisipasi: staff, b ranch, dan client. Relationship ini
merepresentasikan registrasi client oleh staff dalam sebuah
branch
Gambar 2.14 Contoh ternary relationship
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p377)
Quaternary relationship, hubungan antara 4 entity type.
Contoh quaternary relationship adalah sebagai berikut.
Misalnya Arr anges adalah sebuah relationship dengan 4 entity
type yang berpartisipasi. Dengan nama bu yer, solicitor,
financial institution, dan bid. Situasi ini merepresentasikan
situasi dimana buyer diberi masukan oleh soliciator
dan
didukung oleh finan cial institution, memberi bid.
|
![]() Ga mbar 2.15 Contoh quaternary relationship
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p377)
Recrusive Relationship merupakan keterlibatan sebuah entity
type lebih dari satu kali pada peran yang berbeda.
R elationship diberikan role name yan g berguna untuk
mengidentifikasikan p eran yan g dimainkan dalam
relationship.
Gambar 2.16 Contoh recursive relationship
(Sumber: Connolly d an Begg,2010,p378)
2.1.7.3 Attribut and Domain
Menurut Connolly dan Begg (2010,p379) attribute adalah
sebuah property dari entity atau tipe relationship.
Menurut Connolly dan Begg (2010,p379) domain atribut
adalah sekelompok nilai yang diperbolehkan bagi satu atau lebih
|
atribut. Jadi atribut adalah properti tertentu dari entity types, dan
domain adalah sekumpulan nilai yang berhubungan dengan atribut.
2.1.7.4 Simple and Composite Attribute
Menurut Connolly dan Begg (2010,p379) atribut simple adalah
sebuah atribut yang terdiri dari komponen tunggal dengan keberadaan
yang independen.
Dan menurut Connolly dan Begg (2010,p380) atribut composite
adalah atribut yan g terdiri dari beberapa komponen yang stiap
bagiann ya memiliki keberadaan yang independen.
Jadi simple attribute adalah atribut yang terdiri dari satu atribut,
dan composite attribute adalah atribut yang merupakan gabungan
beberapa atribut.
2.1.7.5 Single-Valued dan Multi-Valued Attribute
Menurut Connolly dan Begg (2010,p380) single value attribute
adalah sebuah atribut yang memiliki nilai tunggal untuk setiap
occurance dari entity type.
Dan menurut Connolly dan Begg (2010,p380) multi value
attribute adalah sebuah atribut yang memiliki beberapa nilai untuk
setiap occurance dari entity type.
Jadi single value attribute adalah atribut yang hanya memiliki
satu nilai saja, dan multi value attribute adalah atribut yang memiliki
beberapa nilai dalam tiap occurance.
2.1.7.6 Derived Attribute
Menurut Connolly dan Begg (2010,p380) derived attribute
adalah sebuah atribut yang men ggambarkan nilai yang diturunkan dari
nilai atribut yang berhubungan atau satu set atribut, dan tidak harus
dalam entitas yang sama.
|
Jadi derived attribute adalah nilai yang didapatkan dari satu atau
lebih atribut yan g memiliki atau tidak memiliki tipe entitas yang sama.
2.1.7.7 Keys
Menurut Connolly dan Begg (2010,p381) candidate keys adalah
set minimal dari atribut yang mengidentifikasi dengan unik tiap
occurance dari entity type.
Menurut Connolly dan Begg (2010,p381) Primary Keys adalah
candidate key yang dipilih untuk mengidentifikasi secara unik setiap
occurance dari entity type.
Menurut Connolly d an Begg (2010,p382) Composite keys
adalah candidate keys yang memiliki dua atau lebih atribut.
Jadi candidate keys adalah key yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi occurance secara unik, primary key adalah candid ate
key yang terpilih untuk menjadi catatan yang unik dalam sebuah
entitas, dan composite key adalah atribut dalam entitas yang memiliki
lebih dari satu atribut.
2.1.7.8 Strong and Weak Entity
Menurut Connolly dan Begg (2010,p383)
strong entity adalah
tipe entitas yan g tidak existence-dependent pada tipe entitas lain.
Sedangkan menurut Connolly dan Beggg (2010,p383) weak entity
adalah tipe entitas yang existence-dependent pada tipe entitas lain. Jadi
strong entity adalah entitas yang tidak bergantung pada entitas lain, dan
weak entity adalah entitas yang ber gantung pada entitas lain.
|
![]() Gambar 2.17 contoh strong entity dan weak entity
(Sumber: C onnolly dan Begg,2010,p384)
2.1.7.9 Multiplicity
Menurut Connolly dan Begg (2010,p385) multiplicity adalah
jumlah (atau jarak) dari kemungkinan occurance dari sebuah tipe
entitas yan g mungkin berhubungan dengan ocurance tunggal dari
beberapa tipe entitas melalui hubungan tertentu
Jadi multiplicity adalah jumlah atau jarak dari kejadian yang
terjadi antar entitas satu dengan lain yang berhubungan melalui sebuah
relationship. Dengan kata lain multiplicity adalah tipe constraint utama
dalam sebuah relationship. Ada beberapa jenis multiplicity, yaitu:
One-to-one (1:1) Relationship
Gambar 2.18 Contoh one-to-one Relationship
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p386)
|
![]()
One-to-Many (1:* ) Relationship
Gambar 2.19 Contoh One-to-Many Relationship
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p387)
Many-to-Man y (*:*) Relationship
Gambar 2.20 Contoh Many-to -Many Relationship
(Sumber: Connolly dan Begg,2010,p387)
2.1.8 Metodologi Desain Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010: 466), metodologi desain basis data
adalah sebuah pendeketan terstruktur yan g menggunakan prosedur, teknik,
|
peralatan dan dokumentasi untuk mendukung dan memf asilitasi proses
perancangan. Tahap an metodologi desain basis data, yaitu:
2.1.8.1 Desain Basis Data Konseptual
Desain basis data konseptual adalah proses mengkontruksi model
data yang digunakan dalam perusah aan terlepas dari semua pertimbangan
fisik.Langkah-langkah dalam perancangan basis data konseptual adalah
sebagai berikut:
Step 1: Membangun model data konseptual.
Tujuannya adalah untuk membangun model data konseptual dari
data kebutuhan perusahaan
Step 1.1: Mengidentifikasi tipe entitas.
Step 1.2.: Mengidentifikasi tipe relasi.
Step 1.3: Mengidentifikasi dan mengasosiasikan atribut suatu entitas
atau hubungan.
Step 1.4: Menentukan domain atribut.
Step 1.5: Mengidentifikasi atribut candidatekey dari setiap tipe
entitas, dan jika terdapat lebih dari satu candidatekeymaka
dipilih satu menjadi primarykey, dan sisan ya menjadi
alternatekey.
Step 1.6: Mempertimbangkan penggunaan konsep pemodelan
lanjutan (langkah optional).
Step 1.7: Mengecek model untuk redudansi.
Step 1.8: Memvalidasi model konseptual lokal terhadap transaksi
pengguna.
Step 1.9: Meninjau kembali model data konseptual lokal dengan
pengguna.
|
2.1.8.2 Desain Basis Data Logikal
Desain basis data logikal adalah proses mengkonstruksi model dari
informasi yang digunakan dalam p erusahaan berdasarkan model data
spesifik, terlepas dari DMBS khusus dan pertimbangan fisikal lainya.
Step 2: Membangun dan memvalidasi model data logikal.
Tujuann ya untuk menerjemahkan data mod el konseptual kedalam
model data logis, kemudian untuk memvalidasikan model tersebut
guna memerikasa model tersebut benar secar a struktural dan mampu
mendukung transaksi yang dibutuhkan.
Step 2.1: Menurunkan hubungan u ntuk data model logikal.
Step 2.2: Memvalidasikan hubungan menggunakan no rmalisasi.
Step 2.3: Memvalidasi hubungan terhadap transaksi pengguna.
Step 2.4: Mengecek batasan integritas.
Step 2.5: Meninjau data model logikal dengan pengguna.
Step 2.6: Menggabungkan data model logikal kedalam model global
(langk ah opsional).
Step 2.7: Mengecek perkembangan kedepann ya.
2.1.8.3 Desain Basis Data Fisikal
Desain basis data fisikal adalah proses memproduksi deskripsi dari
implementasi basis data pada tempat penyimpanan sekunder, yang
mendefinisikan relasi dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk
mencapai akses efisien ke dalam data, dan batasan integritas terkait dan
batasan keamanan.
Step 3: Menerjemahkan data model logikal untuk target DBMS.
Tujuann ya untuk menghasilkan skema basis data relational dari data
model logikal yang dapat diimplementasikan dalam target DBMS.
Step 3.1: Merancang relasi dasar.
Step 3.2: Merancang representasi dari data turunan.
Step 3.3: Merancang batasan umum.
Step 4: Merancang organisasi file dan index.
|
![]() Tujuannya untuk menentukan file organisasi yang optimal, untuk
menyimpan hubungan dasar dan indeks yang diperlukan untuk
mencapai kinerja yan g p antas untuk diterima.
Step 4.1: Menganalisis transaksi.
Step 4.2: Memilih file organisasi.
Step 4.3: Memilih indeks.
Step 4.4: Memperkirakan kebutuhan space disk.
Step 5: Merancang pandangan pengguna.
Tujuannya untuk merancang tampilan pengguna yang diidentifikasi
dengan menggunakan kumpulan kebutuhan dan tahapan analisis dari
siklus hidup pengemban gan sistem basis data.
Step 6: Merancang mekanisme p engamanan.
Tujuannya untuk merancang mekanisme keamanan basis data seperti
yang yang ditentukan oleh pengguna selama kebutuhan
pengumpulan siklus hidup pengembangan basis data.
Step 7: Mempertimbangkan pen genalan dari redudansi terkontrol.
Tujuanya untuk menentukan apakah memperk enalkan redudansi
secar a terkendali dengan relaksasi aturan normalisasi akan
meningkatk an kinerja sistem.
Step 8: Memantau dan menyesuaikan sistem operasional.
Tujuannya untuk mengawasi sistem operasional dan meningkatkan
kinerja dari sistem untuk memperbaiki ketidaklayakan rancangan
keputusan atau mencerminkan perubah an kebutuh an.
2.1.9 SQL Server
Menurut Knight, Brianet al(2008: 2), SQL Serv er merupakan salah satu
produk database kelas server yang dikemban gkan oleh Microsoft Co. , Release
terbaru yang diluncurkan Microsoft memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
database perusahaan besar dengan fitur-fitur Business Intelegence dan integrasi
yang lebih maksimal platform yang dirilis hingga saat ini.
|
SQL Server memiliki otentikasi yang kuat dan perlindungan akses serta
memiliki fitur manajemen passw ord yang lebih baik. SQL Server menggunakan
Kebijakan Manajemen Berbasis untuk mendeteksi ketidakpatuhan kebijakan
keamanan, yang memungkinkan han ya p ersonil yang berwenang akses ke
database.
2.1.10 State Transition Diagram (STD)
Menurut Whitten (2004,p636) State transition diagram adalah alat yang
digunakan untuk menggambarkan urutan variasi screen yang dapat terjadi selama
satu sesi pengguna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa state transitional diagram adalah diagram
yan g menggambarkan alur kejadian yan g dapat terjadi pada form yang ada secara
berurutan
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Sumber Daya Manusia
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2012: 244), sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu.
Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan
prestasi kerjanya dimotivasi oleh keingin an untuk memenuhi kepuasann ya.
Menurut Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008: 8 ), sumber daya manusia
adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya,
organisasi dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia dan dalam
pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Dengan demikian maka
dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu yang merupakan faktor sentral
dalam suatu organisasi.
2.2.2 Manajemen Sumber Da ya Manusia
Menurut Haslinda,A(2009:181), manajemen sumber daya manusia adalah
sebuah proses dalam mengelola talenta yang dimiliki oleh setiap manusia
untu mencapai tujuan dari perusahaan.
|
2.2.3 Perekrutan Karyawan
Menurut Wilson Bangun (2012: 140), perekrutan (recruitment) adalah
proses pencarian tenaga kerja untuk mengisi kekosongan pekerjaan dalam suatu
perusahaan.
2.2.2.1 Tahap Penyeleksian Karyawan
Menurut Wilson Bangun (2012: 159), seleksi (selection) adalah
proses memilih calon karyawan yang memliki kualifikasi sesuai dengan
persyaratan pekerjaan untuk ditempatkan pada pekerjaan yang lowong.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2012: 54), untuk dapat melakukan proses
perekrutan kar yawan, maka perusahaan wajib untuk melakukan
kualifikasi dalam menyeleksi calon karyawan yang meliputi:
1. Umur
2. Keahlian
3. Kesehatan Fisik
4. Pendidikan
5. Jenis Kelamin
6. Tampang
7. Bakat
8. Temperamen
9. Karakter
10. Pengalaman Kerja
11. Kerja Sama
12. Kejujuran
13. Kedisiplinan
14. Inisiatif dan Kreatif
|
2.2.4 Absensi
Menurut Hasan Alwi (2007). Absensi adalah suatu pendataan keh adiran,
bagian dari pelaporan aktifitas suatu institusi, atau komponen institusi itu sendirir
yang berisi data-data kehadiran yang disusun dan diatur sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu
diperlukan oleh pihak yang berkepentingan.
|