BAB 2 
LANDASAN TEORI
2.1  Manajemen Operasional
2.1.1  Pengertian Manajemen Operasional
Definisi  dasar  dari  Manajemen  Operasional  (Stevenson,  2010)  yaitu 
sebuah  ilmu  manajemen  atau  pengendalian  dari  sebuah  sistem  atau  proses 
yang menciptakan sebuah produk atau menyediakan sebuah bentuk jasa.  
2.1.2  Tujuan Manajemen Operasional
Tujuan  dan  fungsi  dari  pengaplikasian  ilmu  Manajemen  Operasi 
berdasarkan  buku  Operation  Management  (Heizer  &  Render,  2009),  yaitu 
adalah: 
1.  Pemasaran  yang  menghasilkan  permintaan,  paling  tidak, 
menerima  pemesanan  untuk  sebuah  barang  dan   jasa  (tidak  akan 
ada aktivitas jika tidak ada penjualan) 
2.  Produksi/operasi  yang menghasilkan produk 
3.  Keuangan  atau  akuntansi  yang  mengawasi  sehat  tidaknya  sebuah 
organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang 
2.1.3  Pentingnya Manajemen Operasi
Berikut  adalah  beberapa  sebab  mengapa  mempelajari  ilmu 
Manajemen  Operasi  menjadi  penting  mengacu  kepada  buku   Operation 
Management  (Stevenson,  2010)  yaitu  dikarenakan  semua  aspek  dalam  bisnis 
mempengaruhi  atau  dipengaruhi  oleh  operasional.  Ilmu  Manajemen  Operasi 
juga  dap at  membantu  seseorang  memiliki  pemahaman  yang  lebih  baik  dan 
mendalam atas pentingnya berkolaborasi dan hub ungan kerjasama antara satu 
instansi  dengan  yang  lain  atau  hubungan  kerjasama  antar  Negara,  karena 
setiap  sukses  atau  gagalnya  sebuah  perusah aan  atau  negara  dipen garuhi  oleh 
pengaruh faktor internal dan eksternal yang saling berhubungan.  
2.1.4  Manajemen Operasi dan Penga mbilan Keputusan
Berdasarkan  buku  Operation  Management  (Stevenson,  2010)  peran 
utama  dari  Manajemen  Operasi  ad alah  pada  p ara  peren cana  dan  pen gambil 
  
keputusan.  Dalam  kapasitas  ini,  manajer  operasional  memiliki  pengaruh 
dalam  pencapaian  tujuan  organisasi  dan  penetapan  tujuan  yang  hendak  
dicapai. 
Beberap a  komponen  utama  yang  digunakan  dalam  proses 
pengambilan  keputusan  tersebut  menggunakan  ilmu  Manajemen  Operasi 
antara lain adalah: 
1.  Model.  Sebuah  abstraksi  realita  yang  disederhanakan  sebagai 
representasi dari sesuatu 
2.  Pendekatan  kuantitatif.  Sebuah  aktivitas  yang  bertujuan  untuk 
menyelesaikan  suatu  masalah  dengan  perhitungan  numerik  secara 
matematis untuk mendapatkan solusi yang optimal. 
3.  Matriks kinerja.  Sebuah  sistem  perhitungan yan g  digunak an untuk 
mengukur  tingkat  kualitas  kinerja  yang  dilakukan,  selain  kinerja 
matriks  juga  dapat  digunakan  untuk  pengukuran  produktifitas, 
fleksibilitas, asset, akurasi peramalan, dan lainnya. 
4.  Analisa  Pertukaran.  Sebuah  analisa  yang  seringk ali  dihadapi  oleh 
pengambil  keputusan  dalam  mengambil  kebijakan,  seringk ali 
suatu  keadaan  dapat  dicapai  dengan  mengorbankan  sesuatu  yan g 
lain sebagai pertukarannya. 
5.  Pendekatan  sistem.  Pengertian  dari  sistem  sendiri  adalah 
serangkaian  dari  bagian-bagian  yang  saling  terkait  dan  harus 
mampu  bekerja  bersama.  Ini  berarti  pendekatan  sistem  adalah  
pendekatan  yang  fokus  kepada  hubungan  internal  antara  sub-
sistem yan g membentuk sebuah sistem dalam or ganisasi 
2.2  Pera malan
2.2.1  Def inisi Peramalan
Definisi  dari  peramalan  (forecasting)  adalah  seni  dan  ilmu  untuk 
memperkirak an kejadian di masa depan.  Hal  tersebut dapat dilakukan dengan 
menggunakan  data  historis  dan  proses  kalkulasi  untuk  memprediksikan 
sebuah proyeksi  atas  kejadian di  masa  datang. Cara lain yang dapat ditempuh 
adalah  dengan  intuisi  subjektif  atau  dengan  model  matematis  yang  disusun 
oleh pihak manajemen. (Heizer & Render, 2009) 
  
Definisi  lain  dari  peramalan  (Stevenson,  2010),  adalah  pern yataan 
atas  suatu  nilai  di  masa  depan  dari  variable  permintaan.  Oleh  karena  itu, 
peramalan  adalah 
men genai  prediksi  di  masa  depan,  semakin  baik  sebuah 
prediksi maka akan semakin baik pula keputusan yang diambil. 
Dari  beberapa  definisi  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pengertian 
dari  peramalan  (forecasting)  adalah  sebuah  alat  yan g  digunakan  oleh  pihak 
manajemen  untuk  dapat  memperkirakan  suatu  nilai  di  masa  depan  yang 
berguna  sebagai  dasar   pengambilan  keputusan  dan  persiapan  di  masa 
sekarang dengan dasar dari data historis  yang telah dimiliki sebelumnya. 
2.2.2  Pendekatan Dalam Peramalan (Forecasting)
Menurut  teori  manajemen  operasi  (Stevenson,  2010),  dalam 
melakukan aktivitas peramalan terdapat beberapa pendekatan b erikut: 
1.  Peramalan  Penilaian  (Judgemental),  yaitu  pendekatan  peramalan 
dengan  analisa  subjektif  yang  didapatkan  dari  berbagai  sumber 
sebagai  dasar  pertimbangan,  pengamatan  ini  memberikan 
wawasan  baru  yang  sebelumn ya  tidak  diketahui.  Sumber 
informasi  tersebut  dapat  berupa  panel  para  ahli,  keterangan  pihak 
staf, serta survey konsumen. 
2.  Peramalan  Model  Asosiatif  (Associative Model),  pada  pendekatan 
ini  dilakukan  peramalan  dengan  memberikan  penjabaran  atas 
variabel  yang  berpengaruh  terhadap  permintaan  barang  di  masa 
depan.  Sebagai  contoh,  suatu  permintaan  atas  produk  mobil 
dipengaruhi oleh harga  dan konsumsi bahan bakarnya. 
3.  Peramalan  Urutan  Waktu  (Time-Series),  yaitu  teknik  peramalan 
dengan  memproyeksikan  pola  di  masa  depan  berdasarkan  atas
observasi di masa sekarang. 
2.2.3  Jenis Peramalan
Penggolongan  peramalan  berdasarkan  jenisnya  (Heizer  &  Rend er, 
2009) dibagi menjadi sebagai berikut: 
1.  Peramalan  Ekonomi  (Economic  Forecast)  merupakan  jenis 
peramalan d engan  memprediksi  tingkat  inflasi, tingkat  persediaan 
uang  dan  beberapa  indikator  ekonomi  lainnya  yang  bermanfaat 
untuk perencanaan keuangan. 
  
2.  Peramalan  Teknologi  (Technological  Forecast)  yaitu  teknik 
peramalan  dengan memp erhatikan tingkat kemajuan teknolo gi, hal 
ini  dilakukan  untuk  memprediksi  kebutuhan  peralatan  serta 
fasilitas produksi teknologi yan g terbaru. 
3.  Peramalan  permintaan  (Demand  Forecast)  yaitu  teknik  yang 
memberikan  proyeksi atas  tingkat  permintaan  produk  perusahaan. 
Pengamatan  dilakukan  berdasarkan  tingkat  penjualan  yang 
berpengaruh  terhadap  penentuan  kapasitas  produksi,  infrastruktur, 
serta faktor produksi lainnya. 
2.2.4  Metode Peramalan (Forecasting)
Melakukan  aktivitas  per amalan  perlu  didasari  dengan  metode  yan g 
tepat  dan  terstand arisasi,  hal ini  dilakukan  untuk  dapat  memberikan  proyeksi 
masa  depan  yang  jelas  dan  dapat  dipertanggung  jawabkan  dasar 
pemikirannya.  Dengan  dasar  pemikiran  atas  proyeksi  peramalan  yang  jelas, 
pihak  manajemen dapat  menggunakan dasar  pemikiran  tersebut sebagai dasar 
pengambilan  keputusan yang berguna untuk mengantisipasi skenario kejadian 
di masa depan. 
2.2.4.1 Metode Peramalan Kuantitatif
Merupakan  metode  peramalan  dengan  men ggun akan  model 
matematis  dan  kalkulasi  berdasarkan  atas  data  historis  numerik  yang 
telah  dimiliki  untuk  memberikan  proyeksi  di  masa  depan.  Beberapa 
metode tersebut antara lain adalah: 
1.  Moving Average 
Menurut  Heizer  dan  Render  yan g  diterjemahkan  oleh  
Sungkono,  C.  (Heizer  &  Render,  2009)  adalah  suatu 
metode  peramalan  yang  menggunakan  n  rata-rata  periode 
terakhir  data  untuk  meramalkan  periode  berikutnya.  Rata-
rata  bergerak  diasumsikan  bahwa  permintaan  pasar  akan 
stabil sepanjan g masa yang akan diramalkan.  
Y  =   permintaaan dalam periode sebelumnnya
n
Keterangan: 
Y  = peramalan permintaan periode berikutnya 
  
n  = jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 
2.  Weighted Moving Average 
Pembobotan  rata-rata  bergerak  mirip  dengan  rata-rata 
bergerak,  yang  membedakan  adalah  penempatan  bobot. 
Saat  terdapat  tren  atau  pola  yang  terdeteksi,  bo bot  dapat 
digunakan untuk  menempatkan penekanan  yang lebih pada 
nilai  terkini.  Praktik  ini  membuat  teknik  peramalan  lebih 
tanggap 
terhadap  p erubahan  karena  periode  yang  lebih 
dekat  mendapatkan  bobot  yang  lebih  berat.  Oleh  karena 
itu,  pemutusan  bobot  yang  digunakan  membutuhkan 
pengalaman.  
Rumus  pembobotan  rata-rata  bergerak  (Stevenson,  2010) 
adalah:  
Ft = wt (At) + wt-1 (At-1) + … + wt -n(At-n) 
Keterangan: 
wt = bobot untuk periode t, 
wt-1 = bobot untuk periode t – 1, dan seterusnya,  
At = permintaan aktual pada periode t, 
At-1 = permintaan aktual pada periode t – 1, dan 
seterusnya 
3.  Additive Seasonal 
Penulis menggunakan 2 jenis additive decomposition, yaitu 
dengan dasar penghalusan (basis for smoothing) (Jacobs, 
Chase, & Aquilano, 2009) 
Average for all data
CTD MA =   = y 
                        x 
Difference = Demand –  CTD MA 
Seasonal =   Ratio quarter ke –
              n 
  
Smoothed = Demand – Seasonal 
Y unadjusted = a + bx 
Y adjusted = Y unadjusted  x Seasonal 
Keterangan:  
CTD MA  = Centered Moving Average  
yunadjusted   = peramalan yan g tidak d isesuaikan  
yadjusted   = peramalan yan g disesu aikan 
Centered Moving Average 
CTD MA = yt-1 + yt + yt+1 
     3 
Difference = Demand – CTD MA 
Seasonal =   Ratio quarter ke – i 
                n 
Smoothed = Demand – Seasonal 
Y unadjusted = a + bx 
Y adjusted = Y unadjusted  x Seasonal 
Keterangan:  
CTD MA  = Centered Moving Average  
yunadjusted   = peramalan yan g tidak d isesuaikan  
yadjusted   = peramalan yan g disesu aikan 
4.  Multiplicative Seasonal 
Penulis  menggunakan  2  jenis  multiplicative 
decomposition,  yaitu  dengan   dasar  penghalusan  (basis  for 
smoothing) (Jacobs, Chase, & Aquilano, 2009) 
  
Average for all data
CMA = y
Ratio = Demand 
CMA 
Seasonal =   Ratio quarter ke – i 
Smoothed = Demand 
  Seasonal 
Y unadjusted = a + bx 
Y adjusted = Y unadjusted  x Seasonal 
Keterangan:  
CMA      = Centered Moving Average  
yunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan   
yadjusted     = peramalan yan g disesuaikan   
Centered Moving Average
CMA = yt-1 + yt + yt+1 
Ratio = Demand 
CMA 
Seasonal =   Ratio quarter ke – i 
Smoothed = Demand 
  Seasonal 
  
   
Y unadjusted = a + bx 
Y adjusted = Y unadjusted  x Seasonal 
Keterangan:  
CMA   = Centered Moving Average  
yunadjusted   = peramalan yan g tidak d isesuaikan  
yadjusted   = peramalan yan g disesu aikan 
2.2.5  Mengukur Kesalahan Peramalan
Terdap at  beberapa  cara  sebagai  alternatif  untuk  mengukur  tingkat 
kesalahan  dari  suatu  metode  per amalan  yan g  telah  dilakukan,  antara  lain 
adalah: 
Mean Squared Error (MSE) 
Merupakan nilai tengah  kesalahan dalam kuadrat dengan rumus 
|
peramalan
kesalahan 
|
2
=
MSE
n
  
Mean Absolute Deviation (MAD) 
Merupakan  nilai  absolut  rata-rata dari  deviasi  peramalan,  dihitung 
dengan rumus 
|
peramalan
-
aktual
|
MAD  
=
n
  
Tiga  metode  tersebut  adalah  merupakan  teknik  pengukuran  tingkat 
kesalahan  yang  didapatkan  dari  suatu  aktivitas  peramalan,  tiga  metode 
tersebut  dapat  diaplikasikan  terhadap  berbagai  metode  peramalan  yang 
dilakukan.  Semakin  kecil  nilai  MAD  dan  MSE  maka  semakin  per hitungan 
peramalan  yang  dilakukan  semakin  mendekati  terhadap  kecenderungan  pola 
data historis. 
Selain  tiga  metode  perhitungan  keakuratan  tersebut,  terdapat  satu 
metode yang dapat  berfungsi sebagai validasi  dari sebuah aktifitas  peramalan, 
yaitu  adalah  metode  Tracking Signal.  Pada metode ini dilakukan perhitungan  
  
  
  
 
 
      
   
 
 
    
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
        
 
  
 
       
 
  
     
 
      
  
  
 
   
  
    
  
   
  
    
     
  
 
    
  
   
 
  
   
  
    
 
  
 
  
  
  
   
 
 
  
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
  
  
  
   
  
   
  
   
 
     
 
  
  
 
 
  
 
 
untuk  dapat  mengetahui  simpangan  dari  tingkat  peramalan  yang  dilakukan 
baik batas positif maupun negative dengan batasan sebesar ±4. 
Cara  untuk  memantau  dan  mengendalikan  peramalan  adalah  dengan 
menggunakan  sin yal  penelusuran.  Menurut  Operational  Management. 
(Heizer  &  Render,  2009)  sinyal  penelusuran  (tracking  signal)  ad alah  suatu 
pengukuran  seberapa  jauh  peramalan d apat memperkirakan  nilai-nilai aktual. 
Sinyal  penelusuran  dapat  dihitung  berd asarkan  p embagian  dari  running  sum 
of the forecast errors (RSFE) dengan mean absolute deviation (MAD), secara 
matematis seperti berikut:  
(Permintaan aktu al per iode i  - Permintaan peramalan periode i) 
MAD 
Sinyal penelusuran  yang bernilai positif menandakan permintaan lebih 
besar dari hasil peramalan. Sinyal negatif berarti permintaan lebih sedikit dari 
peramalan.  Sinyal  penelusuran  yan g  bagus  adalah  yang  memiliki  RSFE 
rendah.  Satu  MAD  senilai  dengan  ±  0,8  standar  deviasi,  ±2  MAD  =  ±1,6 
standar  deviasi,  ±3  MAD  =  ±2,4  standar  deviasi,  dan  ±4  MAD  =  ±  3,2 
standar  deviasi.  Kenyataan  ini  menyarankan  sebuah  peramalan  untuk  dapat 
“terkendali”,  89%  kesalahan  diharapkan  jatuh  dalam  rentang  ±2  MAD,  98% 
dalam rentang ±3 MAD,  atau 99,99% dalam rentang ±4 MAD.  
2.2.6  Peramalan dengan QM For Windows
Teknik  peramalan  saat  ini  kalkulasinya  dapat  dibantu  dengan  adan ya 
sebuah  program  perhitungan  berbasis  sistem  operasi  komputer  Windows. 
Program  yang dapat  digunakan antara  lain adalah program QM For  Windows 
yang  mampu  mengolah  data  dan  memberikan  hasil  peramalan  secara  lebih 
cepat  karena  pengguna  han ya  perlu  memberikan  input  data  yang  hendak 
dikalkulasi. Beberapa langkahnya antara lain adalah: 
1.  Buka program QM For Windows 
2.  Pilih Module – Forecasting 
3.  Pilih File – New - Time Series Analysis  
4.  Masukkan periode waktu data historis 
5.  Masukkan data aktual dari data historis 
  
6.  Pilih metode yang hendak digunakan 
7.  Klik pada tombol solve 
8.  Hasil  peramalan  untuk  periode  depan  akan  keluar  serta 
kalkulasi kesalahan peramalannya 
2.3  Konsep Perencanaan Agregat
2.3.1  Def inisi Perencanaan Agregat
Perencanaan  agregat  berarti  menggabungkan  sumber  daya-sumber 
daya  yang  sesuai  ke  dalam  istilah-istilah  yang  lebih  umum.  Dengan  adanya 
ramalan  permintaan,  serta  kapasitas  fasilitas,  persediaan  jumlah  tenaga  k erja 
dan  input  produksi  yang  saling  berkaitan,  maka  perencana  harus  memilih 
tingkat  output  untuk  fasilitas  selama  tiga  sampai  delapan  belas  bulan  ke 
depan (Sukendar  & Riki, 2008) 
Perencanaan  agr egat  merupakan  bagian  dari  sistem  perencanaan 
produksi yang  lebih besar,  sehingga  pemahaman mengenai  keterk aitan antara 
rencana  dan  beberapa  factor  internal  dan  eksternal  merupakan  sesuatu  yang 
berguna.  Di lingkungan  perusahaan manufaktur, jadwal  produksi utama yang 
dihasilkan  memberikan  input  untuk  sistem  MRP  yan g  mengutamakan 
mengenai  perolehan  atau  produksi  komponen-komponen  yang  diperlukan. 
Jadwal  kerja  yang  mendetil  untuk  tenaga  kerja  dan  penjadwalan  berprioritas 
untuk  produk  dihasilkan  sebagai  tahapan  terakhir  sistem  perencanaan 
produksi. 
2.3.2  Strategi Perencanaan Agregat
Perencanaan  agregat  memiliki  berbagai  metode  (Nahmias,  2008 ), 
beberapa metode diantar anya yaitu adalah: 
Strategi  Perburuan (Chase Strategy).  Men coba  untuk  mencapai 
tingkat  output  untuk  setiap  periode  yang  memenuhi  prediksi 
permintaan  untuk  perio de  tersebut.  Strategi  ini  dapat  terpenuhi 
dengan  berbagai  cara.  Sebagai  contoh,  manajer  operasi  dapat 
mengubah  tingkat  tenaga  kerja  dengan  merekrut  atau 
memberhentikan  karyawan,  atau  dapat  mengubah   jumlah 
produksi  dengan  waktu  lembur,  waktu  kosong,  karyawan  paruh  
waktu,  atau  subkontrak.  Banyak  organisasi  jasa  lebih  menyukai 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 
 
   
    
 
  
 
     
 
  
   
  
  
 
   
 
 
  
   
   
   
    
  
   
 
    
    
   
    
  
   
   
 
    
    
  
    
 
   
   
 
    
 
 
 
 
   
 
 
  
 
 
 
 
 
  
  
 
  
   
 
  
  
  
 
  
 
  
  
 
  
  
 
  
 
  
 
  
 
 
  
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
    
  
   
  
 
     
  
 
       
  
   
 
   
 
 
 
 
  
 
     
  
     
   
 
    
  
  
 
 
    
   
  
  
  
 
 
 
    
   
  
 
 
 
 
 
 
  
   
 
 
  
   
 
 
  
   
 
 
    
 
   
   
     
 
  
  
 
     
 
 
   
  
   
    
 
  
  
  
 
  
 
 
   
 
  
  
 
  
 
  
 
 
 
 
  
  
  
 
  
   
    
 
 
 
  
 
 
     
 
 
  
 
   
  
  
 
  
    
  
 
  
   
   
  
  
   
 
  
  
  
 
  
  
  
 
   
  
  
   
 
  
  
  
 
 
  
  
   
 
 
   
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
strategi  perburuan  ini  karena  pilihan  persediaan  sangatlah  sulit 
atau mustahil untuk diadopsi.  
Strategi  tingkat  atau  penjadwalan  tingkat  (Level  Strategy). 
Adalah  rencan a  agregat  dimana  tingkat  produksi  tetap  sama  dari 
periode  ke  periode.  Perusahaan  seperti  Toyota  dan  Nissan 
mempertahankan  tingk at  produksi  mereka  pada  tingkat  yang 
seragam dan  mungkin  (1) memberikan persediaan produk mereka 
naik  atau  turun  untuk  menopang  perbed aan  antara  jumlah 
permintaan dan produksi  atau  (2) menemukan  pekerjaan alternatif 
bagi  karyawan.  Filosofi  mereka  adalah  tenaga  kerja  yang  stabil 
menciptakan  produk  dengan  kualitas  lebih  baik,  lebih  sedikit 
perputaran  karyawan  dan  ketidakhadiran,  serta  karyawan  yang 
lebih berkomitmen terhadap  tujuan perusahaan. Penghematan lain 
mencakup karyawan  yang lebih  berpengalaman, penjadwalan dan 
pengawasan  yang lebih mudah, serta lebih sedikit pembukaan dan 
penutupan  usaha  yang  dramatis.  Penjadwalan  bertingkat  akan 
bekerja dengan baik ketika permintaan cukup stabil. 
2.3.3  Rumus Perencanaan Agregat
Dalam  perhitungan  Agregat,  terdapat  beberapa  rumus  dasar  dalam 
prosesn ya (Nahmias, 2008). Beberapa rumus tersebut antara lain adalah: 
Nilai Angka Agregat 
Nilai Agregat = 
  
Produksi perorang 
  x  Nilai Agregat 
Pekerja Minimum 
  
Biaya Simpan 
Holding C ost x  Inventory
  
  
  
  
   
 
  
 
 
      
 
   
  
 
      
      
 
    
  
 
 
  
 
    
  
    
   
     
  
 
 
    
  
 
 
 
 
    
  
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
  
    
 
    
 
   
       
    
      
    
   
 
 
   
 
    
 
 
  
  
     
 
    
  
 
 
 
  
  
   
 
    
 
 
  
  
    
  
 
    
  
  
 
 
  
 
   
 
 
 
  
   
         
  
   
 
  
 
   
 
 
  
      
     
     
  
 
  
      
  
   
 
 
  
  
    
     
   
  
  
   
 
  
 
  
   
      
    
  
     
  
  
 
   
   
 
  
   
 
 
 
 
  
 
  
   
  
 
  
   
  
 
  
   
 
    
 
  
 
 
   
  
 
  
    
   
 
   
  
     
   
 
 
  
   
   
   
   
 
 
  
 
    
 
 
  
 
 
   
 
   
  
  
 
  
  
 
 
 
  
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Biaya Rekrut 
Hiring Cost  x   
Biaya Pecat 
Firing Cost  x   
Rasio Pekerja 
  
2.4  Konsep MPS (Mast er Production Schedule)
2.4.1  Def inisi MPS
Master  Production  Schedule  adalah  sebuah  jadwal  yang  menjadi 
indikator  dari  jumlah  dan  waktu  dari  rencana  produksi  yang  berhasil 
diselesaikan.  Berdasarkan  definisi  tersebut,  MRP  berhubungan  kepada  dua 
hal  yaitu  untuk  pemenuhan  jadwal  waktu  produksi  dan  juga  pengendalian 
persediaan  yang  berhubungan  d engan  jumlah  produksi  yang  ingin  dicapai. 
(Stevenson, 2010) 
Terdap at  tiga  hal  utama  yang  dibutuhkan  sebagai  input  dari  MPS 
yaitu  adalah  p ersediaan  awal  yang  dimiliki  saat  ini  sebagai  dasar  perkiraan,  
peramalan 
permintaan  yang  hend ak  dipenuhi  dalam  setiap  periode 
penjadwalan,  dan  ter akhir  adalah  tingkat  permintaan  konsumen  yang  sudah 
dijanjikan  untuk  dipenuhi.  Sebagai  hasil  dari  proses    MPS  ini  maka  akan 
didapatkan  pro yeksi  atas 
peramalan  yang  dilakukan,  jadwal  dari  struktur 
MPS, dan tingkat persediaan  yang diperkirakan.  
2.4.2  Format Metode MPS
Metode  MPS  adalah  metode  dengan  format  berupa  tabel  yang 
menunjukkan  berbagai  informasi  dalam  proses  produksi  seperti  peramalan, 
tingkat  permintaan  konsumen,  proyeksi  persediaan,  jadwal  dan  terakhir 
adalah proyeksi persediaan yang dapat dijanjikan. 
Berikut  adalah  gambaran  dari  format  MPS  tersebut  dan  juga 
penjabarannya: 
  
Tabel 2.1 Format MPS  
Bulan n2 
A  Bulan n1
Week  1  2  3  4  1  2  3  4
Forecast  B1  B2  B3  B4  …  …  …  Bn
Orders  C1  C2  C3  C4  …  …  …  Cn
Projected 
On-Hand 
Inventory
D1  D2  D3  D4  …  …  …  Dn
MPS  E1  E2  E3  E4  …  …  …  En
Available-to-
promise 
Inventory
F1    F2    F3    …  Fn
Sumber : Studi Literatur  
Berdasarkan  tabel  di  atas,  kita  dapat  mengisinya  dengan  b eberapa 
informasi yang terkait dengan proses produksi seperti 
1.  Pada kolom A kita dapat mengisin ya dengan persediaan awal  yang 
dimiliki oleh perusahaan. 
2.  Pada  kolom  B1..Bn  kita  dapat  mengisin ya  berdasarkan  dari  data 
peramalan yang telah dikalkulasikan secara terpisah. 
3.  Pada  kolom  C1..Cn  kita  dapat  mengisinya  dengan  data  tingkat 
permintaan dari konsumen. 
4.  Pada  kolom  D1..Dn  dapat  diisi  dengan  kalkulasi  berdasarkan 
rumus: 
Previous Inventory – Current Requirement
Sehingga  pada  kolom  D1  bisa  diisi  dengan  persediaan  awal  A 
dikurangi  dengan  C1  sedangk an  pada  kolom  D2  diisi  dengan  D1 
dikurangi B2, D3= D2 – B3 dan seterusnya. 
5.  Pada  baris E  yang b erisi  MPS, kolom hanya diisi  jika pada kolom 
D  terdapat  nilai  yang  minus.  Kolom  ini  diisi  dengan  rencana 
jumlah produksi  yang telah  direncanakan  sebelumnya. Setelahn ya,
  
jumlah  tersebut  ditambahkan  pada  nilai  di  kolom  D  yang 
berjumlah minus. 
6.  Pada kolom F diisi dengan rumus 
F1 = MPS – (C1 + C2) (sisanya jika ad a) 
Kolom ini diisi secara berkala, pada ilustrasi di atas diisi setiap 2 
minggu sekali. 
2.5  Pengendalian Persediaan
2.5.1  Def inisi Pengendalian Persediaan
Arti  kata persediaan  atau  inventory  sendiri adalah  stok  atau  simpanan 
suatu  barang.  Pengend alian  persediaan  berarti  adalah  suatu  cara  yang 
dilakukan  oleh  perusahaan  untuk  dapat  mengatur  dan  mengendalikan  tingkat 
persediaan stok tersebut. 
2.5.2  Peran Pengendalian Persediaan
Dalam  buku  Operation  Management  (Stevenson,  2010)  dijelaskan 
beberapa peran dasar yang dilakukan oleh persediaan / inventory, yaitu: 
1.  Untuk memenuhi antisipasi permintaan dari konsumen.  
2.  Mengh aluskan  kebutuhan produksi  untuk  barang-barang  musiman 
/  seasonal.  Hal  ini  terjadi  pada  produk  seperti  buah  dan 
perlen gkapan hari raya. 
3.  Untuk  memisahkan  tahapan  oper asional,  jika  terjadi  gangguan  
terhadap  suatu  tahap  maka  barang  yang  sudah  dalam  stok  dapat 
melanjutkan operasion alnya sementara. 
4.  Untuk  melindungi  dari  habisnya  stok.  Bisa  dikarenakan  
keterlambatan pengiriman atau peningkatan permintaan. 
5.  Untuk  memanfaatkan  siklus  order,  dengan  melebihkan  jumlah 
pembelian untuk men gur angi biaya order.  
6.  Untuk melindungi dari fluktuasi harga bahan baku. 
7.  Untuk  memanfaatkan  diskon  kuantitas  dalam  melakukan  
pembelian.  
2.5.3  Jenis Biaya Pengendalian Persediaan
Tiga  biaya  dasar  yang  selalu  dapat  diasosiasikan  dengan  adanya 
pengendalian p ersediaan antara lain adalah: 
  
 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
1.  Holding  cost.  Biaya  yang  timbul  dari  penyimpanan  persediaan 
untuk periode waktu tertentu. 
2.  Ordering  cost. Biaya untuk melakukan pembelian dan penerimaan 
stok. 
3.  Shortage  cost.  Biaya  yang  timbul  saat  permintaan  yang  ada  tidak 
dapat  terpenuhi  dengan  baik  oleh  pasokan  dari  persediaan, 
biasanya dalam satuan profit per unit. 
2.5.4  Metode Pengendalian Persediaan
2.5.4.1 Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode  EOQ  adalah  metode  yang  bertujuan  untuk  mendapatkan 
tingkat  order  yang  bersifat  tetap  besarannya.  Karena  bertujuan  untuk 
mendapatkan  tingkat  besaran  order  yang  tetap,  maka  metode  ini  berusaha 
untuk  mendapatkan  tingkat  besaran  order  yang  optimal  jumlahnya  mengacu 
kepada  permintaan  yang  dihadapi  oleh  perusahaan.  Pada  perhitun gan  ini 
faktor  tunggu 
(lead  time)  diperhitungkan  untuk  meletakan  titik order kembali 
berdasarkan  jumlah  optimal  yang  telah  diperhitungkan  sebelumnya  sehingga 
datangnya order tepat waktu untuk mengantisipasi permintaan  yang muncul. 
Perhitungan  EOQ  dengan  jumlah  besar  tingkat  order  k embali  yang 
kecil  akan  meminimumkan  tingkat  biaya  p enyimpanan  namun  akan 
meningkatkan intensitas  order  kembali,  namun dengan  jumlah  order  kembali 
yang  besar  maka  perusahaan  akan  mengurangi  intensitas  order  dengan 
konsekuensi  pada  bertambahn ya  biaya  p enyimpanan  karena  stok  yang 
membesar.  Pada  umumnya  perencanaan  ini  dilakukan  untuk  lama  periode 
selama setahun ke depan. (Stevenson, 2010) 
  Rumus Annual Carrying Cost 
  . H 
Rumus Ordering C ost 
  . S 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
  
   
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
  
 
 
 
 
Rumus Total Biaya 
  . H +   . S = TC 
Rumus Tingkat Permintaan Optimum 
Q* =   
Rumus Panjang Siklus Order 
Q  = Order Quantity 
H  = Annual Holding Cost 
D  = Annual Demand 
S  = Annual Setup Cost 
TC  = Total Cost 
Pada  sistem  pengendalian  persediaan,  terdapat  rumusan  untuk 
mengetahui  titik  melakukan  order  kembali  untuk  mengembalikan  tingkat 
persediaan (Mangan & Lalwani, 2012), rumus perhitungannya adalah :  
ROP = D x L + SS 
ROP  = Reorder Point 
D  = Annual Demand 
L  = Lead Time 
SS  = Safety Stock 
Rumus untuk mengetahu i kapan waktu order adalah: 
T = EOQ / D 
  
 
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
    
 
 
  
  
  
  
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 
   
 
 
   
 
 
   
 
 
   
 
 
  
 
 
 
 
 
 
    
   
  
T  = Waktu 
D  = Annual Demand 
Q = M – I 
M  = Max  Inv  
I  = C urrent Inv 
Q  = Order quantity 
2.5.4.2 Metode Lot For Lot (LFL)
Mengacu  pada buku  Manajemen  Operasi (Haryanto, 2008)  metode ini 
dikenal  juga  dengan  nama  metode  persediaan  minimal  dikarenakan  proses 
dalam  metode  ini  yang  men yediakan  persediaan  atau  melakukan  produksi 
hanya  jika  diperlukan  saja  sehingga  tingkat  persediaan  terjaga  pada  tingkat 
yang rendah dan seminimal mungkin.  
Kondisi  yang  sesuai  un tuk  dapat  menggunakan  metode  ini  adalah 
kondisi  dimana  perusahaan  menjual  atau  men yimpan  barang  yang  sifatnya 
tidak  tahan  lama,  namun  dengan  konsekuensi  risiko  keterlambatan 
pengiriman yang harus diperhitungkan sebelumnya. 
2.5.4.3 Metode Production Order Quantity (POQ)
Metode  POQ  atau  juga  dikenal  dengan  metode  Economic 
Manufacturing  Quantity  (EMQ)  adalah  variasi  dari  bentuk  konvensional 
metode  EOQ.  Metode  ini  biasanya  dipakai  u ntuk  horizon  perencan aan 
selama  satu  tahun  atau  selama  12  bulan.  Metode  in i  baik  digunakan  bila 
terdapat  satu  dari  dua  situasi  berbeda,  yaitu  jika  persediaan   secara 
berkelanjutan  terus  menerus  bertambah  seiring  dengan  adanya  ko nsu msi 
untuk  pemenu han  p ermintaan,  atau  jika  unit  yang  diproduk si  juga  dijual 
secara  simultan.  Keadaan  tersebut  yang  membedakan  metode  ini  bila 
dibandin gkan dengan metode EOQ. (Wisner,  Tan , & Leong,  2011) 
Rumus jumlah order optimal (Q*)
Q*=  
  
 
 
 
  
  
 
 
 
 
 
 
D : Annual Demand 
H : Annual Holding Cost/ Unit 
S : Setup Cost 
d : Daily Demand 
p : Daily Production Rate 
Rumus Persediaan Maksimum 
Max Inv = Q (  ) 
Rumus Tingkat Rata-rata Persediaan 
Avg Inv  = pt – dt 
Biaya Pen yimpan an Persediaan Tahunan 
Annual Holding Cost = Avg Inv x H
2.5.5  Penerapan Material Resource Planning (MRP)
2.5.5.1 Def inisi
Material  Requirement  Planning  (MRP)  adalah  sebuah  metode
perencanaan  dan  pengendalian  pesanan  dan  persediaan  untuk  barang-barang 
yang  b ersifat  dependant  terhadap  benda  yang  lain,  sehingga  permintaannya 
cenderung  berfluktuasi. Barang  yang  termasuk  dalam  kategori  ini  antara  lain 
adalah  bahan   baku,  parts,  subassembly  d an  assemblies  yang  kesemuanya 
merupakan persediaan manufaktur. (Kumar & Meade, 2002) 
Sedangkan menurut William J. Stevenson (2010), MRP adalah sebuah  
sistem informasi berb asis komputer yang menterjemahkan MPS untuk produk 
akhir  menjadi  kebutuhan  berbasis  waktu  untuk  bahan  baku,  komponen,  dan 
subassembly.
Beberap a  elemen  yang  harus  dimiliki  sebagai  input  dari  sistem  MRP 
mengacu kepada William J. Stevenson (2010) adalah: 
1.  Master  Schedule.  Dikenal  juga  sebagai  MPS,  yaitu  adalah  sebuah 
bentuk  pernyataan  mengenai  produk  akhir  apa  yang  hendak 
diproduksi, dengan jumlah dan waktu penyelesaian tertentu. 
2.  Bill  of  Material (BOM).  Adalah sebuah daftar  dari bahan-bahan baku 
yang diperlukan dalam menghasilkan satu unit produk akhir tertentu.  
  
3.  Inventory  Record.  Sebuah  daftar  mengenai  status  barang  persediaan 
perusahaan berdasarkan periode waktu. 
Beberapa  keuntungan  dari  pengaplikasian  sistem  MRP  pada  proses 
produksi antara lain adalah: 
1.  Tingkat  persediaan-terproses  yang  rendah,  dikarenakan  tepatn ya 
jumlah pasokan terhadap permintaan 
2.  Kemampuan untuk melacak arus kebutuhan material 
3.  Kemampuan  untuk  mengevaluasi  kebutuhan  kapasitas  yang 
dihasilkan dari penjadwalan utama yang ada 
4.  Perkiraan alokasi waktu produksi 
5.  Kemampuan  untuk  mengidentifikasi  persediaan  dengan  lebih  mudah 
secara  Backflushing,  yaitu  cara  menjabarkan  produk  berdasarkan  Bill 
of Material untuk mengetahui jumlah bahan baku dan komponen  yang 
digunakan. 
Tujuan  dari  pengaplikasian  sistem  MRP  seperti  dijelaskan  dari  buku 
Introduction Materials Management (Arnold, 2000) yaitu adalah:
1.  Menentukan  kebutuhan,   dengan  tujuan  untuk  memperoleh  jumlah 
material  yang  tepat  serta  waktu  yang  dibutuhkan  dalam  proses 
produksi  diketahui  tingkat  kebutuhannya.  Den gan  adanya  MRP  kita 
mengetahui  material  yang  dibutuhkan  sebagai  input  MPS  serta 
diketahui lead time. 
2.  Menjaga  prio ritas,  untuk  mengantisipasi  perubahan  dalam  proses 
produksi atau  keadaan  di  pasar  maka sistem  MR P  fleksibel  dan  harus 
dapat diatur ulang. 
2.5.5.2 Format
Dalam format utama berupa tabel yang berisi atas informasi-informasi 
bahan  baku  dalam  proses  produksi,  berikut  adalah  contoh  dari  format  tabel 
yang digunakan. 
  
Tabel 2.2 Format MRP 
Past 
Due  1  2  3  4  5  6 
Gross 
Requirement              
Schedule Receipt              
Projected on 
Hand              
Net Requirement              
Order Receipt              
Order Release              
Sumber : Studi Literatur  
Tabel tersebut berisi komponen-komponen yang adalah: 
1.  Gross  Requirement,  adalah  total  ekspektasi  dari 
permintaan  atas  barang  atau  bahan  baku  tertentu  dalam 
suatu periode waktu 
2.  Scheduled  Receipt,  menyatakan  jumlah  material  yang 
dipesan dan akan diterima dalam suatu periode waktu 
3.  Projected  On-Hand,  merupakan  perkiraan  jumlah 
persediaan  yang  akan  dimiliki  saat  permulaan  dari  setiap  
periode waktu 
4.  Net  Requirements,  tin gkat  kebutuhan  yang  sebetulnya 
diperlukan dalam suatu p eriode waktu 
5.  Planned  Order  Receipt,  jumlah  pesanan  yang  akan  
diterima  dalam  setiap  awal  dari  suatu  periode  waktu  
dengan sekaligus mempertimbangkan tingkat Safety Stock. 
6.  Planned  Order  Releases,  menyatakan  kapan  suatu  order 
sudah  harus  diberikan  atau  dilepas  ke  proses  manufaktur 
sehingga  komponen  tersebut  tersedia  ketika  dibutuhkan 
oleh  produk  induknya.  Penetapann ya  dilakuk an  sebelum 
barang tersebut dibutuhkan 
  
7.  Projected  Availability  Balance  1-2  (PAB1-PAB2),  adalah 
merupakan  pernyataan  atas  jumlah  material  yang  dimiliki 
saat ini sebagai persediaan awal dan akhir periode.