BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1    Tinjauan Umum
2.1.1   Rumah Susun 
1.  Menurut Undang – Und ang nomor 20 tahun 2011 
1.  Pasal  1  ayat  (1):  rumah  susun  adalah  bangunan  gedung 
bertingkat  yang dibangun dalam  suatu lingkungan  yang terbagi 
dalam  bagian-bagian  yang  distrukturkan  secara  fungsional, 
baik  dalam  arah  horizontal  maupun  vertikal  dan  merupakan 
satuan-satuan  yang  masing-masing  dapat  dimiliki  dan 
digunakan secara  terpisah,  terutama untuk tempat  hunian  yang 
dilengkapi  d engan  bagian  bersama,  benda  bersama,  dan  tanah 
bersama. 
2.  Pasal 1 ayat (2): penyelenggaraan rumah susun adalah kegiatan 
perencanaan,  pembangunan,  penguasaan  dan  pemanfaatan, 
pengelolaan,  p emelihar aan,  dan  per awatan,  pengendalian, 
kelembagaan,  pendanaan  dan  sistem  pembiayaan,  serta  peran 
masyarakat  yan g  dilak sanakan  secara  sistematis,  terpadu, 
berkelanjutan, dan bertanggung jawab. 
2.  Menurut ketentuan p asal 1 angk a 1 UU Rumah Su sun 
Rumah  susun  (Rusun)  adalah  bangunan  gedung  bertingkat 
yang diban gun d alam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian 
– 
bagian  yang  distrukturkan  secara  fungsional,  baik  dalam  arah 
horizontal  maupun  vertikal  dan  merupakan  satuan  –  satuan  yang 
masing  –  masing  dapat  dimiliki  dan  digunakan  secara  terpisah, 
terutama  untuk  tempat  hunian  yan g  dilengkapi  dengan  bagian 
bersama, b enda bersama, dan tanah bersama.
3.  Menurut  kuswahyono  (2004)  ditinjau  dari  sudut  penggunaanya, 
rumah susun dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: 
1.  Rumah  susun  hunian  yaitu  rumah  susun  yang  seluruhnya 
berfungsi sebagai tempat tinggal, 
13 
  
2.  Rumah  susun  bukan  hunian  yaitu  rumah  susun  yang 
seluruhnya  berfun gsi  sebagai  tempat  usaha  atau  kegiatan 
social, 
3.  Rumah  susun  campuran  yaitu rumah  susun  sebagian  berfungsi 
sebagai  tempat  tinggal  dan  sebagian  b erfungsi  sebag
tempat 
usaha.  
2.1.2   Jenis – Jenis Rumah Susun 
UU Rumah Susun mengenal beberapa jenis Rumah Susun, yaitu   
1.  Rumah Susun Umum 
Rumah  susun  yang  diselenggarakan  untuk  memenuhi 
kebutuhan  rumah  bagi  masyarakat  berpenghasilan  rendah.  Rumah 
Susun  Umum  inilah  yang  kemudian  berkembang  menjadi 
Rusunami  dan  Rusunawa.  Rusunami  adalah  akronim  dari  Rumah 
Susun  Umum  Milik,  sedangkan  Rusunawa  adalah  akronim  dari 
Rumah Susun Umum Sewa, 
2.  Rumah Susun Khusus 
Rumah  susun  yang 
diselenggarakan  untuk  memenuhi 
kebutuhan khusus, 
3.  Rumah Susun Negara 
Rumah susun  yang dimiliki oleh Negara yan g menjadi tempat 
tinggal,  sarana  pembinaan  dan  penunjang  pelaksanaan  tugas 
pejabat dan pegawai negeri, 
4.  Rumah Susun Komersial 
Rumah  susun  yang  diselenggarakan  untuk  mendapatkan 
keuntungan.  Rumah  Susun  Komersial  oleh  pengembang  sering 
disebut apartemen,  flat atau kondominium. 
Berdasarkan  penggunaannya,  Rumah  Susun  kemudian  dapat 
dikelompokkn menjadi: 
1.  Rumah    susun  hunian,  yaitu  rumah  susun  yan g  seluruhnya 
berfungsi sebagai tempat tinggal, 
2.  Rumah  susun  bukan  hunian,  yaitu  rumah  susun  yang  seluruhnya 
berfungsi sebagai tempat usaha dan atau kegiatan social,
  
15 
3.  R umah  susun  campuran,  yaitu  rumah  susun  yang  sebagian 
berfungsi  sebagai  tempat  tinggal  d an  sebagian  berfungsi  sebagai 
tempat usaha. 
Terdapat 3 macam rumah susun (Neufert, 1986) yaitu : 
1.  R umah  susun  bertin gk at  rendah  (low  rise  apartment)  atau 
bertingkat  tinggi  (high  rise  apartment).  Merupakan  rumah  susun 
yang  dimana  pencapaian  vertikalnya  mempunyai  lebih  dari  1 
tangga  atau  lift.  Untuk  rumah  susun  bertingkat  rendah,  jumlah 
lantai maksimal  adalah 4,  sedangkan jika  lebih dari 8  lantai  disebut 
rumah susun bertin gkat tinggi. 
2.  R umah  susun  memusat  (point  block)  yaitu  rumah  susun  dengan 
pencapaian  vertikal  hanya  menggunakan  1  (satu)  tangga  atau  lift 
(single  vertical  acess  system).  Dalam  perkembangannya  rumah 
susun  memusat  berkembang  pula  menjadi  rumah  susun  memusat 
panjan g  atau  disebut  dengan  tipe  cluster  (cluster  type),  yan g 
mempun yai keuntungan privasi yang tinggi.
3.  Maisonet (maisonette)  merupakan hunian 22  lantai dan  memanjang 
dan  mempunyai  potensi  memanfaatakan  pemandanga
Tipe  ini 
juga disebut rumah susun tipe memanjang (row type).  
Berdasarkan  pada  golo ngan  pendapatan  p enghuni  serta  luasan 
satuan  unit  rumah   susun,  rumah  susun  di  Ind onesia  dapat  dibagi 
menjadi (Kantor Menteri Negara Perumah an Rakyat, 1986) : 
1.  Rumah  susun  sederhana,  adalah  rumah  susun  yang  diperuntukkan 
untuk masyarakat dengan penghasilan sederhana atau rendah. Luas 
satuan  rumah  susun  antara  21  m²  -  36  m²,   tanpa  perlengkapan 
mekanikal dan elektrikal 
2.  Rumah  susun  menengah,  adalah   rumah  susun  dengan  luas  satuan 
rumah  susun  antara  36  m²  -  54  m².  Kadang  dilengk api  dengan 
peralatan  mekanikal  dan  elektrikal  tergantung  konsep  dan  tujuan 
pembangunan.  Rumah  susun  ini  diperuntukkan  untuk  masyarakat 
golongan berpen gh asilan menengah. 
  
3.  Rumah  susun  mewah,  adalah  rumah  susun  bagi  golongan 
berpenghasilan  atas.  Luas  ruang,  kualitas  bangunan, perlengkapan 
bangunan  tergantung  dari  konsep  dan  tujuan  pembangunan. 
Dengan  beberapa  fasilitas  yang  lengkap  dan  status  kepemilikan 
tertentu  rumah  susun  mewah  ini  disebut  pula  dengan 
kondominium. 
2.1.3  Fasilitas Lingkungan rumah susun 
Fasilitas  lingkungan  rumah  susun  harus  memenuhi  persyaratan 
sebagai berikut : 
1.  Memberi  rasa  aman,  ketenangan  hidup,  kenyamanan  dan  sesuai 
dengan budaya setempat; 
2.  Menumbuhkan  rasa  memiliki  dan  merubah  kebiasaan  yang  tidak 
sesuai den gan gaya hidup di rumah susun; 
3.  Mengurangi  kecenderungan  untuk  memanfaatkan  atau 
menggunakan  fasilitas  lingkungan  bagi  kepentingan  pribadi  dan 
kelompok tertentu; 
4.  Menunjan g  fungsi-fungsi  aktivitas  penghuni  yang  paling  pokok 
baik  dari  segi  besaran  maupun  jenisnya  sesuai  dengan  keadaan 
lingkun gan yang ada; 
5.  Menampun g  fungsi-fungsi  yang  berkaitan  dengan 
penyelenggaraan  dan  pengembangan  aspek-aspek  ekonomi  dan 
sosial budaya 
Tabel 2.1 : Fasilitas Lingkungan Rusun 
No.  Jenis Fasilitas Lingkungan  Fasilitas Yang Tersedia
Warung 
Toko-toko perusahaan dan 
1  Fasilitas niaga 
d agang 
Pusat perbelanjaan  
Ruang belajar untuk pra 
b elajar 
Ruang belajar untuk sekolah 
d asar 
Ruang belajar untuk sekolah 
2  Fasilitas pendidikan 
lanjutan tingkat pertama 
Ruang belajar untuk sekolah 
menengah umum 
  
17 
No.  Jenis Fasilitas Lingkungan  Fasilitas Yang Tersedia 
-  Posyandu 
Balai pengo batan 
BKIA dan ruamah bersalin  
Puskesmas 
Praktek dokter 
Apotek 
3  Fasilitas kesehatan 
4  Fasilitas peribadatan  -  Musola 
Masjid kecil 
-  Kantor RT 
Kantor/balai RW 
Post hansip/siskamling 
Pos polisi 
Telepon umum 
Gedung serba guna 
Ruang duka 
Kotak Surat 
5  Fasilitas pelayanan umum 
-  Taman 
Tempat bermain 
Lapangan olah raga 
Peralatan usaha 
Sirkulasi  
Parkir 
6  Ruang terbuka 
  Sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)   
2.1.4  Persyaratan dan jenis peruntukan 
Persyaratan lok asi pembangunan rusuna antara lain sebagai berikut: 
1.  Tersedianya saran dan prasarana berupa: 
a.  Rencana  jalan palin g  sedikit  12 meter  dan lebar  badan jalan 
ekisting paling sedikit 8 meter; 
b.  Saluran air dengan system drainase yang baik; 
c.  Jalur angkutan umum menuju lokasi; dan 
d.  Terjangkau pelayanan jaringan utilitas kota 
2.  Berada  pada kawasan  peremajaan lingkungan dan pembangunan 
baru; 
3.  Terhad ap pembangunan  rusuna  pada kawasan peremajaan, maka 
masyarak at  yang  tinggal  pada  kawasan   tersebut  mendapat 
prioritas  untuk  menempati  rusuna  yang  akan  dibangun  dan 
dikembangkan; 
4.  Pola  pembangunan  dan  pembangunan  rusuna  dibatasi  sampai 
dengan luas lahan 3 h ektar; 
5.  Pada  daerah  yang  memiliki  potensi  strategis  dapat  diberikan 
insentif  berupa  pengembangan  dan  pembangunan  rusuna  lebih 
dari  3  hektar  den gan  terlebih  dahulu  mendapat  persetujuan 
  
Gubernur dan dikenakan kewajiban tambahan berupa  sarana  dan 
prasarana  kota  sebagai  bentuk  kontribusi  terhadap  kota  yang 
besarn ya ditetapkan kemudian; 
6.  Perencanaan  rusuna  diwajibkan  men yediakan  fasum/  fasos 
paling  sedikit  50%  dari  standar  sebagaiman a  diatur  dalam 
Peraturan  Daerah  Nomor  6  Tahun  1999,  atau 
mempertimbangkan  ketersediaan  fasum/  fasos  pada  lingkungan 
sekitarnya,  kecuali  perbelanjaan  niaga  untuk  melayani 
kebutuhan  lingkungannya  diberikan  tambahan  luas  sampai 
dengan 100% dari standar yang ditetapkan; 
7.  Menyediakan  ruang  terbuka  yang  besarannya  2  m²  per  jiwa 
(sebagai  ruang  gerak  pribadi  atau  personal  space  atau  tempat 
bermain)  yang  berada  pada  halaman  dan/  atau  bangunan,  dan 
gerak  p ribadi  tidak  boleh  difungsikan  untuk  kegiatan  lain, 
halaman  yan g  digunakan  untuk  ruang  gerak  pribadi  sekaligus 
berfungsi sebagai ruangan terbuka evakuasi bencana; 
8.  Menyediakan sarana dan prasarana bagi pen yandang cacat; 
9.  Perencaan pada lantai dasar bangunan han ya untuk fungsi sarana 
penunjang dan fasum/ fasos dengan  luas paling b anyak 50%  dan 
sisanya sebagai ruang terbuka tanpa dinding; 
10.  Setiap  10 unit  hunian  menyediakan lokasi  parkir  satu  mobil  dan 
5 motor dalam halaman bangunan; 
11.  Perhitungan jumlah  penghuni berdasarkan luas lantai, setiap luas 
lantai hunian 45 m² gross adalah 4 jiwa 
12.  Permukaan  atap  ban gu nan  dibangun  sebagai  taman  (roof 
garden) dan difungsikan sebagai ruang public. 
13.  Pada  lokasi  yan g  termasuk  dalam  Kawasan  Keselamatan 
Operasional  Penerbangan  (KKOP)  diperlukan  rekomenda
dari 
instansi berwenang 
2.1.5 Karakteristik Rumah Susun 
  Berdasark an  peraturan  pemerintah,  karakteristik  rumah  susun  di 
Indonesia  memiliki  ketetapan standar sebagi berikut  (Tedd y,  2010 : 11) 
  
19 
1)   Satuan Rumah Susun  
• 
Mempunyai  ukuran  standar  minimum  18  m2,  lebar  muka 
minimal 3 meter. 
• 
Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruan g  tidur)  dan ruang lain 
(ruang penunjang) di dalam dan/atau diluar ruang utama. 
• 
Dilengkapi  dengan  sistem  penghawaan  dan  pencahayaan 
buatan  yang  cukup,  sistem  evakuasi  penghuni  yang  menjamin 
kelancaran dan kemudahan, serta  penyediaan  daya listrik yan g 
cukup, serta sistem pemompaan air. 
• 
Batas  pemilikan  satuan  rumah  susun  dapat  b erupa  ruan g 
tertutup dan/atau sebagian terbuka dan/atau ruang terbuka. 
2)   Benda  Bersama 
  Benda bersama  dapat berupa  prasaran  lingkungan dan fasilitas 
lingkungan.  
3)   Bagian Bersama 
  Bagian bersama dapat berupa ruan g untuk umum, struktur, dan 
kelen gkapan  rumah  susun,  prasarana  lingkungan  dan  fasilitas 
lingkungan  yang men yatu dengan bangunan rumah susun.  
4)   Prasarana Lingkungan  
  Prasarana  lin gkun gan  b erupa  jalan  setapak,  jalan  kendaraan 
sebagai  penghubung  antar  bangunan  rumah  susun  atau  keluar 
lingkungan  rumah  susun,  tempat  parkir,  utilitas  umum  yang 
terdiri  dari  jaringan  air  limbah,  sampah,  pemadam  kebakaran, 
listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi lainn ya. 
5)   Fasilitas Lin gkun gan  
Lingkungan rumah  susun  harus dilengkapi  fasilitas  perniagaan 
dan  perbelanjaan,   lapangan  tebuka,  kesehatan,  pendidikan, 
peribadatan, pelayanan umum, serta pertanaman.  
Tipe  unit  rumah  susun  juga  beragam.  Kisaran  luas  unit  rumah 
susun  pada  umumnya  minimal  18m2  dan  paling  besar  adalah  50 
m2. 
  
Tabel  2.2 : tipe unit rumah susun 
Tipe Unit
Fasilitas
-
1 kamar tidur 
-
ruang tamu/keluarga 
-
kamar mandi 
-
dapur/pantry 
Tipe 18 m2 
Tipe 21 m2 
Tipe 24 m2   
Tipe  ini  biasanya  untuk  keluarga 
muda  atau  seseorang  yang  belum 
memiliki keluarga
-
2 kamar tidur 
-
ruang tamu / keluarga 
-
kamar mandi / WC 
-
dapur / pantry 
-
ruang makan 
Tipe 30 m2 
Tipe 36 m2 
Tipe 42 m2 
Tipe 50 m2 
Tipe  ini  untuk  keluarga  yang 
sudah memiliki anak
Sumber : Rosfian (2009)
2.1.6 Karakteristik Penghuni Rumah Susun 
Berdasark an  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Harsiti  (2003:99-115) 
pola  perilaku  masyarakat  penghuni  rumah  susun  dalam  melestarikan 
fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut :  
1) Sikap terhadap lin gkun gan ikut menentukan perilaku melestarikan 
fungsi  lingkungan  per mukiman.  Makin  tinggi  sikap  terhadap 
lingkungan  maka  makin  baik  perilaku  melestarikan  fungsi 
lingkungan permukiman. 
2) Motivasi  hidup  sehat  ikut  menentukan  perilaku  melestarikan 
fungsi lingkungan  permukiman.  Makin kuat motivasi  hidup sehat, 
maka  makin  baik  perilaku  masyarkat  dalam  melestarikan  fungsi 
lingkungan. Sehin gga untuk dapat melestarikan fungsi lingkungan 
permukiman, pola hidup sehat harus ditanamkan. 
3) Status  sosial  ekonomi  turut  menentukan.  Makin  tinggi  status 
sosial  ekonomi  maka  makin  baik  perilaku  melestarikan  fungsi 
lingkungan permukiman.  
Dari  ketiga  faktor  tersebut,  faktor  yang  paling  kuat  dalam 
menentukan  perilaku  melestarikan  lingkungan  secara  beru rutan  adalah 
(1)  status  sosial, 
(2)  sikap  terhadap  lingkun gan,  dan  (3)  motivasi  hidup 
sehat. 
  
 
       
       
    
 
         
        
              
    
            
         
   
        
   
      
     
   
             
        
            
            
        
 
           
       
           
          
        
        
       
        
       
  
      
     
      
    
     
                    
   
   
  
                    
                   
  
                 
                 
 
                 
 
 
                  
 
 
                  
                 
                 
                 
                
       
             
            
           
   
       
   
    
       
    
  
 
    
    
    
   
 
       
 
   
  
      
       
    
      
 
      
   
     
    
    
    
   
   
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
21 
2.1.7 Luas lahan 
Luas lahan harus memenuhi ketentuan sesuai tabel 2.3   
Tabel 2.3: Luas lahan untuk fasilitas lingkungan rumah susun dengan kdb 50 
60% 
  
Sumber : SNI 03-7013-2004 
2.2  Tinjauan Khusus
II.2.1  Sustainable Development   
       Pembangunan  berkelanjutan  adalah  proses  p emban gunan  (lahan, 
kota,  bisnis,  masyarakat,  dll)  yan g  berprinsip  “memenuhi  kebutuhan 
sekarang  tanpa  mengorbankan  pemenuhan  kebutuhan  generasi  masa 
depan” (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987).
Menurut  World  Commission  on  Environment  and  Development’s 
(the  Brundtland  Commission)  report  Our  Common  Future  
(Oxford: Oxford University Press, 1987).
 
"Development  that  meets  the  needs  of  the  present  without 
compromising  the  ability  of  future  generations  to  meet  their  own 
needs
  
  
Gambar 2.1 : Scheme of sustainable development 
Sumber : www.wikipedia.com, diakses 05 April 2014 
  
  
Gambar 2.2 : Scheme of sustainable development 
Sumber : http://www.worldbank.org diakses 05 April 2014  
Pembangunan  berkelanjutan  tidak  hanya  berkonsentrasi  pada  isu-
isu  lingkungan  melainkan  mencangkup  tiga  lingkup  kebijakan  yaitu 
pembangunan  ekonomi,  pembangunan  sosial  dan  perlindungan 
lingkun gan. Ketiga  hal tersebut  saling berkaitan  dan  merupakan  suatu 
pilar  pendorong  bagi  pembangunan  berkelanjutan  (lihat  gambar  2.1 
dan 2.2) 
  
  
23 
Sustainable Development
  
Specific Concept Sustainable
in Sustainable Development
Energy  Resource
Resource
Product & 
Techology
Other
& Waste
& Waste
Sustaina ble Design
Economy of
Living Circle
Human Design
Recources
Design
Energy 
Water 
Material 
Conservation 
Conservatio n 
Conservatio n 
Reductio n : 
Indigenous   
Landscaping 
Lo w-Flo w  
Shower Heads 
 
Vacuum Assist  
Toilets or Smaller Toilets 
Tanks 
Reuse: 
Rainwater Collection 
Graywater Collection 
Gambar  2.3: Skematik hubungan Sustainable Development hingga den 
Penerapan Sustainable Design 
Sumber :Sustainable Architecture Module: Introduction to Sustainable Design (1998). 
 
 
2.2.2   Air 
Air  adalah  senyawa  yang  penting  bagi  semua  makhluk  hidup  di 
Bumi  ini.  Air  hampir 71 % menutupi perrmukaan bumi.  Walaupun  air 
  
yang  diperoleh  sangat  banyak  tetapi  kebutuhan  akan  air  bersih  makin 
lama  semakin  sulit  untuk  didapatkan  karena  sebagian  besar  dari 
kandungan air di bumi adalah air asin (97%) dan air tawar (2,6%).  
  
       Gambar 2.4: Peredaran air 
Sumber: Dasar-dasar Arsitektur Ekologis, Heinz Frick 
 
Standar  kelayakan  akan  kebutuhan  air  bersih  adalah  49,5 
liter/kapita/hari. Badan dunia  UNESCO sendiri pada tahun 2002  telah 
menetapkan  hak  dasar  manusia  atas  kebutuhan  akan  air  yaitu  sebesar 
60 ltr/org/hari. 
  
25 
  
  
  
Gambar  2.5 : Water consumption  
diakses 26 maret 2014 
Pada  gambar  2.5  d apat  disimpulkan  bahwa  hanya  beb erapa  dari 
penggun aan  air    yang  d apat  digantikan  oleh   air  hujan  yaitu  laundry 
(17  liter), cleaning  dan  cleaning  car  (10  liter),  irigasi  taman  (5 
liter), 
dan yang paling besar digunakan untuk wc flushing (45 liter).   
 
2.2.3 Jenis-jenis Air 
Kita  ketahui  bahwa  sumber  air  merupak an  komponen  penting 
untuk  penyediaan  air  bersih  karena  tanpa  sumber  air  maka  suatu 
system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. 
Berikut  ini  adalah  4  macam  sumber  air  minum  yang  dapat 
digunakan;
1. Air Hujan
Cara  menjadikan  air  hujan  sebagai  air  minum  hendaknya 
jangan  saat  air  hujan b aru mulai  turun, karena masih mengandung 
banyak  kotoran.  Air  hujan  juga mempun yai  sifat  agresif terutama 
terhadap  pipa-pipa  penyalur  maupun  bak-baik  reservoir  sehingga 
  
hal  ini  akan  mempercepat  terjadin ya  korosi  atau  kar atan.  Air 
hujan  juga  mempunyai  sifat  lunak  sehingga  akan  boros  terhadap 
pemakaian sabun 
2. Air Permukaan
Air  permukaan  adalah  air  yang  mengalir  di  perbukaan  bumi, 
Pada  umumnya  air  permukaan  ini  akan  mend apat  pengotoran 
selama  pengalirannya,  misaln ya  oleh  lumpur,  batang  kayu,  daun, 
kotoran industri dan lainnya.  Untuk meminumnya  harus melewati 
proses pembersihan yang sempurna. 
3. Air Tanah
Air tanah adalah air yang  berada  di bawah tanah di dalam zona 
jenuh  dimana  tekanan  hidrostatiknya  sama  atau  lebih  besar  dari 
tekanan atmosfer (Suryono, 1993:1). 
4. Mata Air
Mata  air  adalah  air  tanah  yang  keluar  d engan  sendirinya  ke 
permukaan  tanah  dengan  hampir  tidak  dipengaruhi  oleh  musim, 
sedangkan kualitasnya sama dengan air dalam. 
 
2.3  Pendekatan Teknis
2.3.1  Pertimbangan sebelum perancangan 
Terdapat  beberapa  faktor  yang  harus  dipertimbangkan  sebelum 
merancan g  sistem  rainwater  harvesting  pada  sebuah  hunian  untuk 
keperluan domestik. Faktor-faktor tersebut antara lain : 
1.  Faktor lingkungan (khususnya iklim) 
2.  Faktor teknis 
3.  Faktor kebutuhan air 
Faktor Lingkungan
  Menurut buku Rainwater Harvesting for Domestic Use (2006), 
angka  curah  hujan  merupakan  kunci  utama  dalam  mengetahui 
apakah  penggunaan  sistem  rainw ater  harvesting  mampu  bersaing 
dengan penggunaan sistem sumber air dari PDAM. 
Daerah  yang  berada  di  iklim  tropis  dengan  musim  kemarau 
pendek  yang  disertai  dengan  beberapa  hujan  badai  berintensitas 
  
27 
tinggi  merup akan  daerah  yan g  memiliki  kondisi  yang  paling  cocok 
untuk pengaplikasian sistem rainwater harvesting. 
Tabel 2.4 : Curah hujan rata-rata per-tahun berdasarkan iklim kawasan 
  
Sumber : Rainwater Harvesting for Domestic Use 
Faktor Teknis
Selain  faktor  lingkun gan,  terdapa  faktor  lain  yang  dapat 
mepengaruhi  konstruksi  dari  sistem  rainwater  harvesting  yaitu 
faktor teknis antara lain : 
1.  Penggunaan  material  penangkap  air  hujan  yang  tentu  saja 
harus kedap air seperti metal, keramik, asbestos, atau semen 
2.  Ketersediaan area untuk penyimpanan air hasil tangkap an 
3.  Jumlah pengguna air dan peruntukan pengunaan air 
4.  Ketersediaan  sumber  air  antara  lain  seperti air permukaan atau 
air  dari  PDAM  sebagai  alternatif  ketika  air  hasil  rainwater 
harvesting habis 
5.  Tersediannya  pekerja  d an  material  lokal  yang  cocok  untuk 
perancangan dan manajemen sistem rainwater harvesting. 
Menurut  Janette  Worm  dan  Tim  van  Hattum  (2006),  terdapat  4 
jenis pengguna sistem Rainwater Harvesting. Antara lain: 
1. Pengguna Tidak Berkala 
Pengguna  yang  men yimpan  persedian  a
hujan  dalam 
penyimpanan  yang  relatif  kecil.  Air  yan
ditangkap  hanya 
digunakan untuk beberapa hari. 
  
2. Pengguna Berselang 
Pengguna  yan g  menggunakan sistem  rainwater  harvesting  ketika 
musim hujan panjang. 
3. Pengguna Sebagian 
Pengguna  yang  menggunak an  air  dari  sistem  rainwater 
harvesting  secara  terus  menerus  sepanjang  waktu  namun  tidak 
mencukupi  seluruh  kebutuhan  air  yang  diperlukan  sehingga 
peruntukan kebutuhan airnya dibagi. 
4. Pengguna Penuh 
Hanya  menggunakan  air  yang  berasal  dari  siste
rainwater 
harvesting  sepenuhn ya  untuk  semua  keperluan  ruma
tangga 
sepanjang waktu.   
Faktor Kebutuhan Air
  Didalam  Rainwater  Harvesting  for  Domestic  Use  (2006) 
dinyatakan  bahwa  dalam  keadaan  terdesak  dan  krisis  air,  sedikitnya 
manusia dapat  menggunakan  seban yak 15  Liter  air  untuk  mandi  dan 
kebutuhan  higienis  lainnya  dalam  sehari.  Menurut  Fenty 
Wisnuwardhani  (2006),  kebutuhan  air  bersih  di  perkotaan  pasti 
meningkat  jumlahn ya  dari  periode  ke  periode  seiring  dengan  laju 
perkembangan  dan  pertambahan  penduduk.  Pern yataan  tersebut 
dijabarkan kedalam tabel seperti berikut 
Tabel 2.5 : Pedoman konsumsi air 
 
Sumber : Kimpraswil   
 
Menurut  Rainwater  Harvesting  for  Domestic  Use  (2006), 
poin-poin  krusial  tersebut  dapat  dijabarkan  menjadi  sebuah  skema 
dasar  menyerupai  kerangka  berpikir  yang  menjadi  acuan   dalam 
  
29 
perancangan  awal  sebuah sistem  rainwater  harvesting (lihat  gambar 
2.6) 
  
  
Gambar 2.6 : Skema perencanaan Rainwater Harvesting  
Sumber : Rainwater Harvesting for Domestic Use 
  
2.3.2    Definisi Rainwater Harvesting 
Maryono  dan  Santoso  (2006)  menyebutkan  bahwa  rain  water 
harvesting  dapat  didefinisikan  sebagai  salah  satu  cara  pen gumpulan 
atau  penampun gan  air  hujan  atau  aliran  permukaan  pada  saat  curah 
hujan  tinggi  untuk  selanjutn ya  digunakan  pada  waktu  air  hujan 
rendah. 
UNEP  (2001)  dan  Abdullaet  al  (2009)  menyebutkan  bahwa 
rainwater  harvesting  merupakan  teknolo gi  yang  digunakan  untuk 
pengumpulan air hujan yang berasal dari atap 
Memanen air hujan merupakan alternatif  sumber  air  yang sudah 
dipraktekkan  selama  berabad-abad  di  b erbagai  negara  yang  serin g 
mengalami  kekurangan  air  (Chao-Hsien  Liaw  &  Yao-Lung  Tsai, 
  
2004).  Air  hujan  yang  dipanen  dapat  digunakan  untuk  multi  tujuan 
seperti  menyiram  tan aman,  mencuci,  mandi  dan  bahkan  dapat 
digunak an  untuk  memasak  jika  kualitas  air  tersebut  memenuhi 
standar  kesehatan  (Sharpe,  William  E.,  &  Swistock,  Bryan,  2008; 
Worm, Janette & van  Hattum, Tim, 2006). 
Secara  ekologis  ad a  empat  alasan  men gapa  memanen  air  hujan 
penting  untuk  konservasi  air  (Worm,  Janette  &  Hattum,  Tim  van, 
2006), yaitu: 
1. Peningkatan  kebutuhan  terhadap  air  berakibat  meningkatnya 
pengambilan  air  bawah  tanah  sehingga  mengurangi  cadangan  air 
bawah  tanah.  Sistem  pemanenan  air  hujan  merupakan  alternatif 
yang bermanfaat. 
2. Keberadaan  air  dari  sumber  air   seperti  danau,  sungai,  dan  air 
bawah  tan ah  sangat  fluktuatif.  Mengumpulkan  dan  menyimpan 
air hujan dapat  menjadi solusi saat kualitas air permukaan, seperti 
air  danau  atau  sungai,  menjadi  rendah  selama  musim  hujan, 
sebagaimana sering terjadi di Bangladesh. 
3. Sumber air lain biasan ya  terletak  jauh  d ari  ru mah  atau  komunitas 
pemakai.  Mengumpulkan  dan  menyimpan  air  di  dekat  rumah 
akan meningkatkan  akses  terhadap  persediaan  air  dan  berdampak 
positif  pada  kesehatan  serta  memperkuat  rasa  kepemilikan 
pemakai terhadap sumber air alternatif ini. 
4. Persediaan  air  dapat  tercemar  oleh  kegiatan  industri  mupun 
limbah  kegiatan  manusia  misalnya  masuknya  mineral  seperti 
arsenic,  garam  atau  fluoride.  Sedangkan  kualitas  air  hujan  secara 
umum relatif baik. 
2.3.3. Keuntungan rainwater harvesting     
Dalam  memikirkan  gagasan  untuk  merancang  sebuah  sistem
rainwater  harvesting  sangat  penting  untuk  mengetahui  keuntungan 
dan  kerugian  dari  sistem  tersebut.  Keuntungan  mendasar  pertama 
dari sistem rainwater harvesting adalah  
  
31 
1.  Minimn ya  penggunaan  energi  dalam  proses  penangkapan  air
hujan.  Keuntungan  ini  sesuai  dengan  prinsip  sustainable 
development    yang  sudah  dibahas  pada  pembahasan 
sebelumnya.
2.  Mengu rangi  penggunaan  air  dan  mengu rangi  dampak  banjir  di
lingkungan  
3.  Air hujan bersih, tidak mengandung garam 
4.  Pemanenan air  hujan  dapat  mengurangi  akumulasi  garam
didalam  tanah  yang  dapat  membahayakan  pertumbuhan  pada 
akar tanaman.. 
2.3.4. Kerugian rainwater harvesting 
Namun adapula kerugian  paling mendasar  dari  sistem rainwater
harvesting. Kerugiannya adalah 
1.  Sebuah kenyataan bahwa kita tidak bisa mengetahui secara pasti
seberapa banyak dan kapan hujan akan turun
2.3.5. Prinsip Dasar
Menurut  buku  Rainwater  Harveting  for  Domestic  Use  (2006),
pada  dasarnya  rainwater  harvesting  dapat  didefinisikan  sebagai 
kumpulan  aliran  air hujan  yang d apat  dimanfaatkan  untuk  keperluan 
domestik  rumah  tangga,  kebutuhan  agrikultural,  dan  manajemen 
lingkungan.
Sistem  rainwater  harvesting  terdiri  dari  3 komponen dasar  yang
penting, antara lain: 
1.  Penangkap atau permukaan atap yang berfungsi untuk menangkap
air hujan.
2.  Sistem  pengiriman  untuk  memindahkan  air  hujan  yang  sudah
ditangkap  dari  penangkap  atau  permukaan  atap  ke  bak 
penyimpanan.
3.  Bak penyimpanan atau  tangki air untuk  men yimpan  air  hingga  air
itu dipergunakan. 
  
2.3.6. Perancan gan Sistem Rainwater Harvesting  
Berdasarkan  Rainwater  Harvesting  for  Domestic  Use  (2006),
terdapat  4  lan gk ah  sistematis  dalam  merancang  sebuah  sistem
rainwater harvesting.
Tahap 1. Merancang area penan gkap air hujan. 
Tahap 2. Merancang sistem pengiriman air hujan. 
Tahap 3. Menentukan ukuran pen yimpanan air  yang diperlukan. 
Tahap 4.  Memilih  desain pen yimpanan air  yang cocok  untuk  proyek
yang bersangkutan
 
   
Gambar 2.7 : Rainwater Collection System 
Sumber : http://www.allthingsrainwater.com/ diakses 4 April
2014 
Tahap 1. Menentukan Jumlah Total Kebutuhan Air
Total  kebutuhan  air  yang  akan  digunakan  sebagai  acuan 
adalah  kebutuhan  air  per  tahun.  Untuk  mengetahui  jumlah  tersebut 
didapati persamaan: 
Kebutuhan Air = Rata-rata konsumsi air per orang x 365 hari 
  
33 
Walaupun  pada  kenyataannya  konsumsi  air  tiap  orang  pasti 
berbeda,  namun  dengan   asumsi  rata-rata  konsumsi  harian  oran g, 
persamaan ini dapat dijadikan acuan yang valid. 
Selain  kebutuhan  air,  perlu  juga  diketahui  mengenai 
perkiraan jumlah  air yan g  akan diterima.  Dengan  menggunakan data 
curah  hujan  yang  tersedia,  dan  koefisien  run-off,  maka  dapat 
diketahui persamaan jumlah air yang akan diterima. 
Supply = Rainfall x Area x Run-off coefficient
 
Supply         = Rata-rata air yang akan diterima dalam setahun
Rainfall      = Rata-rata curah hujan tahunan
Area       = Area penangkap air hujan
          Run-off coefficient  = Koefisien Run-off
Tabel 2.6 : Koefisien Run-off 
Sumber: Rainwater Harvesting for Domestic Use 
 
Pengertian  dan  Definisi  istilah  aliran Runoff dipergun akan  untuk 
menunjukan  adanya  variasi  proses  pengumpulan  air  mengalir  yan g 
akhirnya  menghasilkan aliran sungai.  Variasi  proses  aliran itu adalah 
sebagai berikut: 
1.  Air hujan yan g  langsung  pada  tubuh  perairan sungai adalah  air 
hujan  yang  pertama  langsung  menjadi  satu  dengan  aliran 
sungai.  
2.  Aliran  di  atas  permukaan  tanah  (overland  flow)  adalah  air 
hujan  yang  menin ggalkan  daerah  aliran  sun gai  (DAS)  setelah 
terjadi  hujan (badai)  atau disebut  sebagai bagian  air  dari aliran 
sungai  yang  terjadi  dari  hujan  neto  yang  tidak  lagi  mengalami 
infiltrasi  ke  tanah  mineral,  dan  mengalir  di  atas  permukaan 
tanah menuju sungai terdekat.  
  
3.  Aliran  permukaan  (surface  runoff)  adalah  sinonim  dengan 
overland  flow  (b),  tetapi  lebih  banyak  dipergunakan  untuk 
penguku ran air di pemuk aan sungai.  
4.  Aliran langsung di bawah permukaan  (sub surface storm flow) 
bagian  aliran  sun gai  yang  dipasok  dari  sumber  air  di  bawah 
permukaan   tanah,  dan  sampai  di  saluran  sungai  secara 
langsun g.  Proses  ini  tidak  dapat  diamati  d engan  mata,  namun 
menambah  debit  sun gai.  Kadang-kadang  dipergunakan  kata 
sinonim,  yaitu  aliran  dalam  (interflow),  tetapi  kata  ini  sering 
dipergunakan   untuk  aliran  di  bawah  permukaan  tanah  yang 
tidak berada di  atas permukaan air tanah.  
5.  Aliran  permukaan  langsung  (direct  runoff,  strom  flow); 
merupakan  total  dari  ketiga  komponen  aliran  sungai  yaitu 
curah  hujan  yang  langsung  tersalur  aliran  ke  sungai  di  atas 
permukaan  tanah  (o verland  flow,  surface  runoff),  dan  aliran 
cepat  di  bawah  permukaan  tanah  (sub  surface  storm 
flow,interflow)  yang umumnya dipergunakan untuk mencirikan 
banjir akibat karakteristik DAS.  
6.  Aliran  dasar  ( base  flow,  grand  water  outflow):  keluaran  dari 
equifer  air  tan ah  yang  dihasilkan  dari  air  perkolasi  vertical 
melalui  profil  tanah  ke  air  tanah,  dan  ditopang  oleh  aliran 
perlahan -lahan  dari  zona  aerasi  (zone  of aeration)  pada  daerah 
miring.  
Tahap 2. Merancang Area Penangkap Air Hujan
Desain  area  penangkap  air  hujan  diharapkan  efisien  d an 
memenuhi luas  rata-rata yang  dibutuhkan agar meningkatkan jumlah 
air yan g  dapat  dipanen. Selain  menurut aspek teknis  tersebut, desain 
area  penangkap  hujan  juga  diharapkan  dapat  menjadi  komponen 
vocal  point  pada  bangunan  sehingg
komponen  tersebut  terlihat 
menarik dan tidak mengganggu nilai estetika pad
bangunan. 
  
35 
Tahap 3. Merancang Sistem Pengiriman Air Hujan
Desain  sistem  pengiriman  air  hujan  juga  diharapkan  berfungsi 
se-efisien  mungkin  d engan  mempertimbangkan  jarak  antara  area 
penangkap  dengan  bak  penyimpanan.  Tidak  lupa  untuk  tetap 
mempertimbangkan aspek-aspek utilitas arsitektural. 
Pada  umumnya,  rainwater  harvesting  pada  hunian 
menggunakan sistem pengiriman  dengan pengaplikasian  talang air di 
ujung  genteng.  Material  yang  digunakan  sebagai  talang  pada 
umumnya  adalah  Aluminium  dikarenakan  material  Aluminium 
memiliki  sifat  anti  karat.  Bentuk  yang  dapat  digunakan  beragam 
antara lain kotak, setengah lingkaran, atau b entuk huruf “v”. 
  
  
Gambar 2.8: Contoh Jenis Talang 
Sumber: Utilitas Bangunan, Penyediaan Jaringan Air Hujan. 
 
Namun,  pengaplikasian  talang  tersebut  dibatasi  hanya  pada 
bangunan  yang  menggunakan  atap  miring.  Lain  halnya  dengan 
bangunan  yang  memiliki  area  penangkap  air  hujan  dengan  desain 
  
khusus,  sistem  pengiriman  tidak  memerlukan  talang  air  sebagai 
komponen penyambun g  area p enangkap dengan pipa pengirim. 
Sedangk an  untuk  pipa 
pengirim  cukup  menggunakan  pipa 
PVC  berdiameter  4  Inchi  yang  juga  digunakan  pada  landed  house 
pada umumnya.  
Tahap 4. Menentukan Ukuran Penyimpanan Air
Ukuran  penyimpanan  air  dapat  ditentukan  berdasark an 
persamaan  pertama  pad a  tahap   1.  Berdasarkan  kebutuhan  air  dan 
prakiraan  jumlah  air  yang  akan  diperoleh,  dapat  diketahui  pula 
ukuran pen yimpanan air  yang dibutuhkan. 
Tahap 5. Memilih Desain Penyimpanan Air
Desain  penyimpanan  yang  cocok  untuk  proyek   amat  sangat 
bergantung  kepada  kond isi  tapak  setempat  dan  zoning  pada  tapak 
sekaligus b angunan. 
  
  
  
37 
2.4 Kerangka Berfikir
 
Tabel 2.7 : Skema kerangka berfikir 
TOPIK
ENVIRONMENTALLY, SUSTAINABLE, HEALTHY, AND LIVEABLE
HUMAN SETTLEMENT
TEMA
RAINWATER
JUDUL
SISTEM PEMANFAATAN AIR HUJAN PADA FLAT 
  
DI JAKARTA 
  
LATAR BELAKANG
Menyediakan rumah susun sewa bagi warga kumuh dengan 
mengefisiensi penggunaan air dengan pemanfaatan air hujan 
  
Curah Hujan
Rumah Susun
Jumlah curah 
hujan rata-rata 
selama 5 
tahun terakhir 
Pokok Permasalahan
Rainwater 
Harvesting
Pemenuhan kebutuhan air 
harian dengan 
memanfaatkan air hujan 
1.  Memanfaatkan 
air  hujan  untuk 
water efficiency 
Rainwater Harvesting
2.  Pengolahan 
selubung 
bangunan  dengan 
sistem  rainwater 
harvesting  untuk 
memenuhi 
kebutuhan  air 
harian 
ANALISIS
PERANCANGAN