BAB 2
L ANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Rumah Sakit Anak
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat daru rat.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan;
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit;
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarak at, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan
berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan,
kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan (PERMENKES RI NO.
340/MENKES/PER/III/2010).
1. Jenis Pelayanan
Berdasarkan Jenis Pelayanann ya, Rumah Sakit dapat digolongkan
menjadi 2 tipe yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah
Sakit ini memberi pelayanan kepada berbagai penderita, diagnosis dan
terapi untuk berbagai kondisi medis.
b. Rumah Sakit Khusus
|
10
Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang mempun yai fungsi
primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yan g
mempunyai kondisi medik khusus, misalnya Rumah Sakit Ginjal,
Rumah Sakit Anak, Rumah Sakit Jantung, dan lain-lain.
2. Kepemilikan
Kepemilikan Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Rumah
Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
a. Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit pemerintah adalah Rumah Sakit umum milik
pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan
Keaman an, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah Sakit
pemerintah dapat dibedakan berdasarkan fasilitas pelayanan dan
peralatan menjadi empat kelas, yaitu Kelas A, B, C, dan D.
b. Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit swasta adalah Rumah Sakit umum milik suatu
perkumpulan atau yayasan tertentu, antara lain:
1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit swasta
yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan
rumah sakit pemerintah kelas D.
2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit swasta
yang memberikan pelayanan medik b ersifat umum dan
spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit
pemerintah kelas C.
3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit swasta
yang memberikan pelayanan medik, spesialistik dan
subspesialistiksetara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.
3. Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur
Sesuai SK Menteri Kesehatan No. 920/MENKES/PER/XII/1986
fasilitsa pelayanan rumah sakit dibagi sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Kelas A
Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan
kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.
b. Rumah Sakit Kelas B
|
11
Rumah sakit kelas B dibagi menjadi:
1. Rumah Sakit B1, melaksanakan pelayanan medik minimal 11
(sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas
dengan kapasitas 300-500 tempat tidur.
2. Rumah Sakit B2, melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan
sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.
c. Rumah Sakit Kelas C
Rumah sakit yang mempunyai k emampuan pelayanan medik
spesialisti dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau
kenadungan, d an kesehatan anak dengan kap asitas 100-500 tempat
tidur.
d. Rumah Sakit Kelas D
Rumah sakit yang mempunyai k emampuan pelayanan medik
dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.
2.1.2 Rumah Sakit Anak
Berdasarkan jenis pelayananya, Rumah Sakit Anak termasuk R umah
Sakit Khusus karena fungsinya sebagai rumah sakit yang memberikan
pelayanan pada satu bidang atau jenis perawatan berdasarkan golongan
umur, yaitu anak dengan usia 0-18 tahun (SK MENTRI KESEHATAN
NO.920/MENKES/PER/XII/1986). Berdasarkan kepemilikannya, rumah
sakit anak termasuk Rumah Sakit Swasta Madya karena memberikan
pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik, setara dengan Rumah Sakit
Pemerintah Kelas C.
Faktor Penyebab Adanya Rumah Sakit Anak
Pen yebab adanya rumah sakit anak adalah sebagai berikut:
a. Takut rumah sakit
Suasana rumah sakit sering menjadi fenomena bagi anak. Jarum
suntik, alat bedah, atau mungkin darah merupakan sesuatu yang sangat
ditakuti oleh anak-anak.
b. Kurang rasa aman dan nyaman
Bangunan rumah sakit yang ada saat ini cenderung kurang
memperhatikan unsur-unsur anak di dalamnya, sehingga anak-anak akan
merasa tidak nyaman di dalamnya.
|
12
c. Kesadaran perlunya perlakuan khusus bagi anak
Dalam bidang kesehatan, anak membutuhkan perlakuan yang tidak
dapat disamakan dengan orang dewasa pada umumnya. Anak yang
berada dirumah sakit, cenderung mengalami reaksi-reaksi kecemasan
yang perlu penanganan khusus.
Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Anak
Pelayanan pada rumah sakit anak yang diberikan kepada pasien menurut SK
MENTRI KESEHATAN NO.920/MENKES/PER/XII/1986, antara lain:
1. Preventif
Merupakan pelayan an untuk mencegah pasien terjangkit dari pen yakit,
hal ini dapat dilakukan dengan cara :
Konsultasi kesehatan
Penyuluhan tentang gizi anak
Imunisasi dan vaksin
2. Kuratif
Merupakan usaha pen yembuhan pada pasien dengan cara pengobatan
dan perawatan berupa:
Pembedahan
Pengobatan
3. Rehabilitasi
Merupakan tindakan penyembuhan kondisi fisik pasien setelah
melampaui masa pengobatan berupa :
Perawatan atau pemulihan kesehatan
Perawatan bayi
Tinjauan kegiatan di Rumah Sakit Anak
1. Kegiatan Medis
a. Poliklinik
Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan
khususnya pasien bayi atau anak. Poliklinik biasanya erdiri dari
beberapa poli, antara lain :
Poli Umum (Pediatric)
Poli Gizi Anak (Odontologi)
|
13
THT Anak (Oto-Rino-Laringolo gi)
Tumbuh Kembang Anak
b. Unit Gawat Darurat (UGD)
Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit
ini bekerja tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga
merupakan unit penggan ti poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan
pelayanan di UGD meliputi :
-
Pasien diterima di UGD;
-
Pemeriksaan dan pen gob atan oleh dokter;
-
Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk
pulang, namun jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.
c. Farmasi
Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-
obatan. Sasarann ya adalah pasien poloklinik dan umum.
Pendistribusian obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan dan
penunjang secara medis.
d. Terapi
Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk
memulihkan kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan otot-
otot motorik pada tingkat sederhana b aik pada pasien rawat jalan
maupun rawat inap.
e. Bedah. Terdiri dari bagian operasi k ecil pada p asien anak.
f. Perawatan
Perawatann ya dibedakan antara perawatan normal dengan
perawatan isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan neonatus
dan anak, masing-masing bagian perawatan mendapat pengawasan
dari stasiun perawat. Beberapa macam perawatan antara lain :
-
Perawatan umum. Perawatan kepada pasien yang bersifat
umum, dalam arti tidak memiliki pen yakit khusus yang harus
dirujuk ke unit lain.
-
Perawatan isolasi. Merawat pasien yan g memiliki penyakit
khusus, biasanya jenis penyakit menular. Memiliki ruangan
yang serba tertutup guna men ghindari persebaran penyakit.
g. ICU
|
14
Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan
pengawasan secara intensif karena kondisi tubuhnya tergolong kritis.
2. Kegiatan Non Medis
Kegiatan Administratif
Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan dan
penyakit pasien, serta laporan perkembangan pasien.
Kegiatan Perawatan Inap
Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya.
Unit-unit pendukung pelayanan medis
Fun gsi-fun gsi yang terkait seperti: laboratorium, farmasi, radiologi,
UGD, ICU, dan Instalasi bedah.
Kegiatan Pendukung Non Medis
Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll.
Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial
Fun gsin ya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir,
kantin, wartel, dll.
Service penunjang
Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos
keamanan, janitor, dll.
2.1.3 Pesyaratan Rumah Sakit Anak
Persyaratan Lokasi
Pemilihan lokasi untu k pengadaan Rumah Sakit Swasta Madya
menurut SK Menteri Kesehatan RI NO.7 25/MENKES/E/PER/VI/2004
memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi guna mendukung aktivitas
Rumah Sakit dalam melayani masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan
dapat di lakukan dengan optimal, ketentuan itu adalah sebagai berikut :
1. Upaya pelayan an kesehatan harus mempunyai lokasi tersendiri, tidak
boleh berada satu gedung ataupun satu halaman den gan pasar, toko,
supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya karena fungsi yan g
sangat berbeda.
2. Tempat pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialistik
harus di tempat yang sesuai dengan fun gsin ya.
|
15
3. Lokasi memiliki kondisi lingkungan hunian yang berdekatan dengan
daerah hijau dan terbuka. Kualitas kesegaran udara serta suhu tidak
terlalu panas atau dingin, sehingga dapat mendukung proses pengobatan.
Persyaratan Bangunan / Gedung
Persyaratan Ban gun an untuk pengadaan Rumah Sakit Anak
megadopsi persyaratan Rumah Sakit tipe C, karena memiliki kapasitas
tempat tidur dan fasilitas peralatan yang setara. Menurut SK Menteri
Kesehatan RI NO. 725/MENKES/E/PER/VI/2004 yaitu:
1. Bangunan RS harus memiliki beberapa ruang fungsional yan g terdiri
dari:
a. Ruangan untuk rawat jalan dan gawat daru rat
b. Ruangan instalasi penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi dan
sebagain ya.
c. Bangunan pembina sarana RS yaitu gudang, bengkel, dsb.
d. Bangunan rawat inap minimal 100 (seratus) tempat tidur.
e. Bangunan administrasi, ruang tenaga medis dan pramedis.
f. Bangunan instalasi non medis yaitu ruang dapur, ruang cuci, dsb.
g. Taman, dan Bangunan-bangunan lain yang diperlukan.
2. Luas bangunan pad a Rumah Sakit adalah dengan perbandingan minimal
50 m2 (lima puluh meter persegi ) untuk satu tempat tidur.
3. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal dua kali luas tanah untuk
bangunan lantai dasar.
4. Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal satu setengah kali
luasbangunan yang di rencanakan.
5. Adanya lapangan parkir dan taman seluas 50 % dari luas lantai bangunan
tidak bertingkat atau sama dengan luas lantai dasar untuk rumah
sakit bertingkat. untuk parkir minimal 1 mobil untuk 10 tempat tidur.
6. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1.5 kali luas lantai
bangunan yang direncanakan, dan untuk bangunan bertingkat minimal 2
kali luas lantai dasar.
7. Mempunyai peralatan medis, penunjang medis dan non medis.
|
![]() 16
Persyaratan Ruang Rawat Inap
Pembagian Ruang Rawat Inap p ada Rumah Sakit Anak sangat
berbeda dengan Rumah Sakit Umum, berdasarkan klasifikasi jenis
penyakitnya, bagian rawat inap di bagi atas :
1. Ruang Non -Isolasi
2. Ruang Isolasi
3. Ruang Perawatan Intensif (ICU)
Den gan adanya pertimbangan skala pertumbuhan dan perkembangan
maka pelayanan di rumah sakit (kecuali perawatan di ICU karena
pertimbangan kemudahan pengontrolan serta efisiensi, biaya, dan tenaga)
dibedakan menurut k elompok umur yaitu:
Tabel 2.1
Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Usia Anak
1. 0-1 Tahun Bayi
Kelompok Bayi
2. 1-5 Tahun Usia Anak-anak Kelompok Non Bayi
3. 5-14 tahun Usia Sekolah
Sumber: PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/XII/1986
Menurut Petunjuk Pelaksanaan SK Menteri Kesehatan RI NO. 920/
MENKES/PER/XII/1986, menentukan jumlah tempat tidur untuk tiap-tiap
kelas ruangan hendaknya tidak melebihi prosentase berikut :
1. Kelas Utama : 5%
2. Kelas I : 15%
3. Kelas II : 15%
4. Kelas III : 40 % (termasuk golongan kurang/tidak mampu membayar, di
tetapkan seban yak 25%)
Pembagian tempat tidur menurut kelompok anak, jenis pen yakit
(menular atau tidak menular), dan kelas:
Tabel 2.2
PembagianTempat Tidur Pasien Anak
Kelompok Umur Jenis Perawatan Menurut Kelas
Tidak ada
ICU (5% dari seluruh jumlah tt) Tidak ada
perbedaan umur
pengelompokkan
|
![]() 17
kelas
Non Isolasi
Kelas Utama (VIP)
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Bayi
Isolasi
Kelompok Umur Jenis Perawatan Menurut Kelas
Non Isolasi
Kelas Utama (VIP)
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Non Bayi
Isolasi
Sumber: PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/XII/1986
Untuk menciptakan ruang perawatan yang nyaman, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu ruangan yang memnuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25°C.
2. Pencahayaan
Cahayan berdasarkan sumbernya dibedak an menjadi dua jenis, yaitu:
Cahaya alami
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam ruangan (Notoatmodjoyo, 2003). Penggunaan
jendela untuk memasukkan cahaya alami juga berguna sebagai
ventilasi udara.
Cahaya Buatan
Index pencahayaan untu k ruang rawat inap adalah 100-200 lux pada
saat pasien tidak tidur dan maksimal 50 lux pada saat pasien tidur
(Kepmenkes 1204).
3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam
udara (Depkes RI, 1989 ). Menurut indikator pengawasan, kelembaban
udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam ruangan 40 -60%.
4. Ketersediaan Ventilasi
Fungsi ventilasi yang pertama adalah menjaga aliran udara di dalam
ruangan tetap segar seh ingga terjadi keseimbangan oksigen di dalam
|
![]() 18
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama patogen. Fungsi lainnya adalah
untuk menjaga agar ruangan tetap di dalam k elembaban yang optimum.
Ukuran ventilasi yang memenuhi standar keseh atan adalah 15-20% luas
lantai ruan g (Depkes R I, 2004).
5. Ketersediaan Air
Air bersih berasal dari air PAM atau air tanah. Tujuan penyediaan air
bersih adalah untuk tetap terjaga keb ersihan ruangan. Ketersediaan air
yang memenuhi standar kesehatan adalah 500 liter.
Studi Preseden Rumah Sakit
1. Kemang Medical Care
Gambar 2.1 Kemang Medical Care
Sumber: kemangmedicalcare.com, diakses 14 Maret 2014
Kemang Medical C are merupakan Rumah Sakit Ibu dan Anak
yang terletak di lokasi strategis di Jalan Ampera Raya no. 34, Jakarta
Selatan. Kemang Medical Care menyediakan pelayanan kesehatan
kepada wanita dan anak. Pelayanan Medis Rumah Sakit Ibu dan Anak
dikembangkan berdasarkan prinsip Keamanan Pasien, mengacu
kepada Depkes RI, Persi dan pedoman WHO serta merujuk kepada
rumah sakit terkemuka di negara-negara lain. Kemang Medical Care
terdiri dari tiga puluh empat kamar rawat inap yang cantik dengan
kenyamanan layaknya di rumah sendiri khusus diperuntukkan bagi
ibu dan anak.
Visi
Kemang Medical Care akan menjadi penyedia layanan kesehatan
prima bagi wanita dan anak di Indonesia.
|
![]() 19
Misi
Kemang Medical Care akan memberikan layanan kesehatan yang
holistik bagi wanita dan anak di Indonesia.
Adapun pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Kemang
Medical Care adalah:
Pelayanan Rawat Jalan
a. Poli Umum, Poli Anak & Poli Obgyn
b. Poli Gigi
c. Poli Bedah Umum dan Bedah Plastik
d. Poli Penyakit Dalam
e. IGD (Instalasi Gawat Darurat) 24 jam
f. Konseling Psikologis
g. Klinik Laktasi
Pelayanan Rawat Inap
a. Kamar Perawatan Perempuan (19 unit kamar rawat inap)
b. Kamar Perawatan Anak (15 unit kamar rawat inap)
c. Ruang Operasi
d. Ruang Melahirkan
e. ICU (Intensive Care Unit) & NICU (Neonatal In tensive Care
Unit)
2. RSUD Pasar Rebo
Gambar 2.2 RSUD Pasar Rebo
Su mber: rsudpasarrebo.com, diaskes 18 Maret2014
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo sebagai
rumah sakit milik pemerintah propinsi DKI Jakarta terletak didaerah
yan g strategis di wilayah Jakarta Timur yang mudah dijangkau
|
20
dengan berbagai alat transfortasi. Letak yang strategi
memposisikan
RSUD Pasar Rebo sebagai rumah sakit rujukan bagi b erbag
lapisan
masyarakat, baik menengah keatas maupun menengah kebawah.
Visi
Menjadi Rumah Sakit unggulan yang bermutu internasional dan
rujukan terbaik di Ibukota Negara RI tahun 2017.
Misi
1. Menyediakan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Unggulan
2. Membangun kolaborasi dengan sarana pelayanan kesehatan dan
pendidikan yang bermutu internasional
3. Terciptanya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan di Ibukota Negara RI
Jasa Pelayanan yan g disediakan di RSUD Pasar Rebo adalah:
a. Gawar Darurat 24 jam
b. Pelayanan Dokter Spesialis R awat Jalan
c. Pelayanan Kamar Operasi dan Bersalin
d. Medical Check Up
e. Laboratorium & Radiologi 24 jam
f. Pelayanan lainn ya di bidang kesehatan lainnya, seperti:
Klinik Saraf
-
Klinik Karyawan
-
Klinik Urologi
-
Klinik Bedah Syaraf
-
Klinik Anak
-
Klinik Laktasi
-
Klinik Gizi
-
Klinik Senam Hamil
-
Klinik Jantung
-
Klinik Psikiatri
-
Klinik Penyakit Dalam
-
Klinik Paru-paru
-
Klinik Mata
-
Klinik Bedah
-
Klinik Kebidanan
-
Klinik Gigi & Mulut
-
Klinik THT
-
Klinik Kulit Kelamin
-
Klinik Medical Check Up
-
Klinik Orthopedi
-
-
Klinik Rehab Medik
2.1.4 Tinjauan Anak
Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah sesorang yang b elum
|
21
berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-
2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun) (Azis, 2005).
Menurut Wong (2002) periode perkembangan anak terbagi menjadi:
a. Periode Prenatal
Terdiri atas fase germinal, embrio, d an fetal. Fase germinal yaitu
mulai dari konsepsi sampai masa kurang lebih usia kehamilan dua
minggu. Fase embrio mulai dari usia kehamilah dua minggu sampai usia
kehamilan 8 minggu, dan periode fetal mulai dari 8 minggu sampai 40
minggu atau kelahiran.
b. Periode Bayi
Terdiri atas periode neonatus (0-28 hari) dan
bayi (1-12 bulan) pada
periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada
aspek kognitif, motorik dan sosial dan pembentukan rasa percaya diri
anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.
c. Periode Kanak-Kanak Awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut dengan toddler dan
prasekolah yaitu usia 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan
motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuasn aktivitas
lebih banyak bergerak mengembangkan rasa ingin tahu dan tahap
eksplorasi terhadap benda yang berada di sekelilingnya.
d. Periode Kanak-Kanak Pertengahan
Yang dimulai dari usia 6-11tahun atau 12tahun. Pertumbuhan anak
laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan danperkembangan
motorik lebih sempurna.
e. Periode Kanak-Kanak Akhir
Yang merupakan fase tr ansisi, yaitu anak-anakmulai memasuki usia
remaja, yaitu 11 atau 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Anak perempuan
mulai memasuki masa pubertas pada usia 11 tahun, sedan gkan laki-laki
pada usia 12 tahun. Perkembangan yang mencolok pada periode ini
adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangan organ
|
22
reproduksi dan pencapaian identitas diri anak sebagai remaja yang akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki perkembangan seb agai
orang dewasa terutama pada fase remaja akhir.
2.1.5 Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses, yang karena suatu alasan tertentu baik
darurat atau ber encana yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah
(Supartini, 2004; Suryanti, Sodikin, Yulistiani, 2012).
Sedangkan menurut Wong (2000) hospitalisasi merupakan suatu keadaan
krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini
terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asin g dan
baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi
anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga.
Anak yang sedang menjalani masa perawatan dalam rumah sakit akan
merasakan stress, cemas, dan gelisah karena perpisahan dengan keluarga,
jauh dari kegiatan sehari-hari, dan berada pada lingkungan baru, reaksi-reaksi
inilah yan g disebut den gan reaksi hospitalisasi.
Reaksi anak terhad ap hospitalisasi dipengaruhi oleh faktor usia,
pengalaman di rawat di rumah sakit, pembawaan anak d an keterampilan
koping, kegawatan diagnosa, dan support system (Hockenberry & Wilson,
2009; Solikhah, 2013).
Menurut Sur yanti, Sodikin, dan Yulistiani (2012), dampak negatif dari
efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan
pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada
anak akan berbeda antar a satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami
perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan rek asi berb eda bila
dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah dirawat di
rumah sakit telah memiliki pengalaman akan k egiatan yang ada di rumah
sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang
dialami. Sedangkan anak yan g baru pernah dirawat mungkin mengalami
kecemasan yang lebih tin ggi.
Hospitalisasi dapat menyebabkan stres yang berpengaruh negatif yan g
kemudian disebut dengan distress. Distres terbagi menjadi:
|
23
a. Distress psikis: cemas, takut, marah, kecewa, sedih, malu, rasa bersalah.
b. Distres fisik : imobilisasi, kurang tidur karena nyeri, bising, silau dll.
Adapun reaksi anak terhadap stres menurut tahap perkembangannya adalah:
a. Infant
Cemas akibat perpisahan den gan orang tua akan menyebabkan gangguan
pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pasa usia 6 bulan akan
menyebabkan stranger axiety dimana anak akan menan gis, marah, dan
gerakan yang berlebihan.
Pada usia 6 bulan ke atas, anak akan memperlihatkan separation anxiety
dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa
sakit menyebabkan ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan
tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.
b. Toddler
Perpisahan merupakan sumber strees pada usia toddler. Respon perilaku
anak usia toddler yang diperlihatkan adalah:
4. Tahap protes: menan gis kuat, menjerit memanggil orang tua, menolak
disentuh oleh orang lain.
5. Tahap putus asa: mengangis berkurang, kur ang minat bermain dan
makan, menarik diri, sedih dan apatis.
6. Tahap denial: samar menerina, membina hubun gan dangkal dan anak
mulai men yukai lingkungan.
7. Kehilangan kontrol: setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa
tidak aman danmengancam, terganggu aktivitas rutin.
8. Reaksi perlukaan
dan sakit: meringis dan menggigit, menggigit dan
memukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyer i dan menunjukkan
lokasi.
c. Prasekolah
1. Reaksi terhadap perpisahan: menolak makan, sering bertanya,
menangis pelan-pelan dan tidak kooperatif.
2. Kehilangan control: pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehilangan
kekuatan diri.
3. Reaksi perlukaan dan sakit: menganggap tindakan dan prosedur
mengancam integritas tu buh. Reaksi yang timbul seperti: anak agresif,
ekspresi verbal, dan regresi.
|
24
d. Usia Sekolah
1. Perpisahan: berpisah dengan teman-teman sebaya.
2. Kehilangan control: kelemahan fisik dan takut akan kematian.
3. Reaksi perlukaan dan sakit: mengkomunikasikan rasa sakit dan
mampu mengontrol rasa sakit (menggigit bibir dan menggenggam)
e. Usia Remaja
1. Perpisahan: pisah dengan teman-teman sebaya.
2. Kehilangan control: menolak, tidak kooperratif dan menarik diri.
3. Reaksi perlukaan dan dakit: perasaan tidak aman sehingga
menimbulkan respon banyak bertanya, menarik diri, dan menolak
oran g lain.
Faktor-Faktor Hospitalisasi
Umur pasien
Kedekatan anak d engan
orang tua
Perkemban gan kognitif
pasien
Penyakit yang diderita
Tipe frekuensi tindakan
Lingkungan rumah sakit
infasif yan g dilakukan
Kesiapan perawat
Pembatasan aktivitas dan
Alat Terapi d an Bermain
merasa hukuman
Pengalaman Anak
Respon kecemasan pada
Status Sosial dan Ekonomi
anak
Kondisi Fisik dan
Perpisahan
Psikologi Individu
Rasa Takut
2.2 Tinjauan Lingkungan Terapetik
Pengertian Lingkungan Terapetik
Lin gkun gan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya
manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta k esejahteraan manusia dan
jasad hidup lainnya (Darsono, 1995).
Terapetik berasal dari kata therapeutic yang secara harfiah berarti
terakait dengan pen yembuhan penyakit atau berkaitan dengan pengobatan
|
25
penyakit atau gangguan oleh agen perbaikan atau metode terapi daripada
diagnostik khusus.
Dari kedua pengertian tesebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
lingkungan terapetik adalah suatu modifikasi unsur-unsur pada kondisi
tertentu baik fisik maupun non-fisik yang dapat dikaitkan dengan metode
penyembuhan penyakit atau berkaitan dengan penyakit terntentu yang dapat
memberikan pengaruh positif.
Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpen garuh terhadap
upaya perawatan d an pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi
yang dimunculkan pada anak akan berbed a antara satu dengan lainnya. Anak
yang pernah mengalami perawatan di rumah sakittentu akan menunjukkan
rekasi berbeda biladibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang
pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang
ada di rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tin gkat
kecemasan yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin
mengalami kecemasan yang lebih tin ggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan
suatu tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Menurut Umi Solikhah dalam Jurnal Keper awatan Anak tahun 2013,
reaksi hospitalisasi yang ditujukan pada anak usia sekolah lebih ringan
dibandingkan dengan anak usia toddler dan pra sekolah.
Ron Smith dalam jurnal World Building Design Guid e (WBDG)
tentang lingkungan terapetik mengatakan, secara umum, lingkungan terapetik
telah terbukti efektif dalam biaya dengan meningkatkan hasil penyembuhan
pasien, mengu rangi lama tinggal, dan dengan meningkatkan kepuasan staf,
perekrutan, dan retensi staf.
Teori lingkungan terapetik berasal dari bidang psikologi lingkungan
(efek psiko-sosial lingkungan). psikoneuroimunologi (efek dari lingkungan
pada sistem kekebalan tubuh), dan neuroscience
(bagaimana otak merasakan
arsitektur). Pasien di fasilitas kesehatan serin g takut dan tidak pasti tentang
kesehatan mereka, k eselamatan mereka, dan isolasi mereka dari hubungan
sosial yang normal. Secara umum, lingkungan kompleks rumah sakit yang
khas lanjut berkontribusi terhadap situasi stres. Stres dapat menyebabkan
sistem kekebalan tubuh seseorang untuk ditekan, dan dapat mengurangi
|
26
sumber daya seseorang emosional dan spiritual, menghambat pemulihan dan
penyembuhan (Smith, 2013).
Menurut Smith dan Watkins (2010), untuk menciptakan lingkungan
terapetik, arsitek, desainer interior, dan peneliti telah mengidentifikasi empat
faktor kunci yang, jika diterapkan dalam desain lingkungan kesehatan yang
dapat menin gkatkan p enyembuh an pasien:
Reduce or eliminate environmental stressors
Provide positive distractions
Enable social support
Give a sense of control
Keempat faktor kunci tersebut memiliki kriteria desain sebagai berikut:
Reduce or eliminate environmental stressor
a. Artwork dan estetika dapat menenangkan dan meningkatkan kualitas
ruang
b. Di tempat umum dan ruang tunggu harus disediakan ruang yan g
cukup untuk menghind ari crowdin g
c. Privasi visual dan kebisingan
d. Wayfinding: lingkungan binaan yang harus memberikan tanda
orientasi visual yang jelas kepada pasien dan keluarga, dan
membimbing mereka ke tujuan. Lansekap, elemen bangunan, warna,
tekstur, dan pola yang harus memberikan tanda, serta artwork dan
signage
e. Mengurangi atau menghilangkan sumber kebisingan; pasien lain,
pusat informasi, peralatan, dan per cakap an yang bising di nurse
station
f. Treatment akustik pada k oridor yang berdekatan dengan ruang pasien
g. Pemisahan akustik pada area kerja staf dari ruang pasien. Akustik
yang buruk dap at mengurangi kualitas tidur pasien
h. Sistem pencahayaan yang tep at. Pencahayaan dapat menjadi stressor
yang mengubah suasan a hati, meningkatkan stress, mengganggu ritme
harian, dan memodulasi produksi hormon
i. Menjaga kualitas udara dalam ruang den gan baik. 100% merupakan
udara dari luar, jika kondisi memungkinkan
|
27
j. Warna secara subjektif dapat menjadi faktor desain dalam men gur angi
stressor lingkungan ketika dipahami dan digunakan dalam konteks
preferensi warna dalam populasi tertentu
Provide Positive Distractions
a. Pemandangan alam dari ruang pasien, lobby, ruang tunggu, dan ruang
lain yang merupakan high stress area
b. Akses ke ruang luar, healing garden
c. Kapel, ruang meditasi, dan taman meditasi
d. Artwork yang melukiskan alam, termasuk fotografi alam
e. Musik: live piano di area publik, rekaman mu sic di ruang pasien
untuk menciptakan lingkungan penyembuhan
f. Olahraga ringan: koridor, area publik, dan taman
Enable Social Support
a. Family zone di ruang pasien: dengan furniture untuk tidur, telepon
dan koneksi internet, lampu baca dengan kontrol terpisah
b. Menyediakan tempat dimana pasien dapat bersosialisasi dengan
keluarga dan penjenguk lain
c. Menyediakan akomodasi bagi keluarga saat menemani pasien saat
pemeriksaan dan proses perawatan
Give a Sense of Control
a. Ruang rawat privat lebih memberikan hasil yang baik pada
penyembuhan, menurut penelitian dari Facilities Design Institute
b. Memberikan ruang privasi yang cukup bagi pasien
c. Memberikan pasien mengendalikan lingkungannya, seperti radio, TV,
lampu baca, dan lampu tidur
2.3 Novelty (Unsur Kebaruan)
Menurut Prof. Muhammad Nasikin, Guru Besar Teknik Kimia UI, bahwa
novelty adalah hasil penelitian yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang
faktual dan berkontribusi pada dunia ilmiah. Apabila sebelumnya sudah ada
penelitian serupa, cek terus kebaruan dan lakukan modifikasi agar menjadi
sesuatu yang baru atau disebut similarity.
Novelty dari hasil penelitian ini adalah munculnya kriteria desain dari
lingkun gan terapetik pada rumah sakit yang sebelumnya telah dipaparkan
|
28
oleh Smith dan Watkins (2010) yang kemudian diterapkan pada lingkungan
rumah sakit khusus anak melalui penelitian ini. Kriteria desain lingkungan
terapetik menurut Smith dan Watkins (2010) tersebut diujikan ketersediaanya
pada tiga rumah sakit yang menjadi objek perbandingan. Dari hasil studi
banding tersebut kemudian dianalisa dengan teori-teori yang telah ada dan
didapatkan hasil kriteria tambahan tentan g lingkungan terapetik terhadap
anak yang kemudian diterapkan pad a rumah sakit anak di Jakarta Bar at.
|