![]() 28
d. mengevaluasi program, dengan melakukan evaluasi perencanaan, dan
menganalisa umpan balik untuk penyesuaian program.
a.
For ma t t e d: Fo nt: T im es N ew Ro ma n , 12 p t
For ma t t e d: Lis t Pa ra gr ap h, In de nt : Le f
0 cm , Fi rs t li ne :
0 cm , Rig h t: 0 cm , Lin e s pa cin g : 1 . 5 l in e
Nu mb er ed +
Leve l: 1 + N um b eri n g Sty le : a, b, c,
St art at: 1 +
Al ig n me nt: L eft + A l ig ne d at: 1. 9 cm + I
de nt at: 2. 5 4
cm, W i do w /O rp ha n co ntr ol , A d j us t s pa ce
etw e en La tin a nd
As i an t ext, Ad j u st s pa ce b et w een A s i an
xt a nd n um b ers ,
Ta b s top s : 0 cm, Left + Not at 0. 5 cm
3 . 49 cm + 5. 3 6
cm
2.2.5 Gaya Kepemimpinan
Resonansi bukan hanya berakar pada kemampuan pemimpin untuk
mengatakan suatu hal dengan benar tetapi juga pada sekumpulan kegiatan
terkoordinasi yang tercakup dalam gaya kepemimpinan tertentu. Secara tipikal,
pemimpin terbaik dan terefektif bertindak berdasarkan salah satu dari enam
pendekatan kepemimpinan dan dengan terampil mengganti gaya, tergan tung pada
situasi. (Goleman, et al., 2004)
Firma konsultan di Boston, McBer & Company mengumpulkan data yang
dianalisis oleh Stephen Kelner Jr., Christine A. Rivers, dan Kathleen H. OConnel
dalam Managerial Style as Behavior Predictor of Organizational Climat. Hasilnya
menunjukkan bahwa para pemimpin yang menggunakan gaya-gaya kepemimpinan
yang berdampak emosi positif jelas menghasilkan hasil keuangan yang lebih baik
dan yang terpenting adalah para pemimpin yang mempunyai hasil terbaik ternyata
tidak menggunakan satu gaya saja. Berikut adalah enam gaya kepemimpinan dimana
empay gaya pertama akan mendukung terjadinya resonansi dan dua gaya lainnya
akan segera menciptakan disonansi apabila tidak digunakan secara efektif. Beberapa
gaya yang resonan, di antaranya:
1. Visioner adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan inspirasi bersama
dengan ttritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati,
pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya
merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama dengan orang-orang
yang dipimpinnya. Dan karena memang meyakini visi itu, maka dapat
membimbing orang-orang menuju visi tersebut dengan tegas. Faktor tranparansi
juga penting karena visi yang tidak murni dari seorang pemimpin, orang-orang
akan merasakannya. Gaya kepemimpinan ini efektif ketika bisnis mengalami
pergeseran selama kemunduran atau ketika membutuhkan visi baru. Namun
gaya ini tidak cocok pada situasi dimana pemimpin bekerja dengan tim ahli atau
rekan kerja yang lebih berpengalaman (cenderung terlihat sombong atau
|