BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum Galeri
Dikemukakan dari The New Lexicon Webster Dictionary of The English
Language (1988:220), galeri adalah sebuah ruang tertutup yang panjang (lorong),
sebuah pengkiatan ruang yang diguna kan untuk pame ran benda-be nda seni dengan
fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan penge rtia n galeri se ni dari Websters
Collegiate Dictionary adalah suatu wadah tetap berupa bangunan tertutup yang
merupakan te mpat menampung kegiatan komunikasi visual di dalam suatu ruangan,
selasar-selasar da n lorong yang panjang antara kolektor atau seniman dengan
masyarakat luas melalui kegiatan pameran. Walaupun dipergunakan sebagai te mpat
pameran karya seni, galeri seni juga terkadang dipergunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan seni lainnya, seperti seni pertunjukkan, konser musik,
a tau pembacaan puisi.
Melalui keberadaa n sebuah galeri di suatu wilayah dapat menjadi media
bertemunya para seniman lokal, berkumpulnya seniman lokal dengan dan
masyarakat mela lui karya-karya baru yang nantinya akan dipublikasikan untuk
umum. Selain itu masyarakat dapat mengetahui karya-karya se perti apa yang sedang
berkembang.
2.1.1. Fungsi dan Macam Galeri
Fungsi baru yang menjadi tujuan galeri seni dicoba untuk
diungkapkan sebagai servis baru untuk publik di bidang seni rupa.
Terjemahan fungsi baru ya ng terjadi adalah sebagai berikut :
(Harjendro, 2004:37)
1. Sebagai tempat mengumpulkan hasil karya seni.
2. Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni agar dikenal
masyarakat.
3. Sebagai me melihara hasil karya seni agar tidak rusak.
|
12
4. Se bagai tempat mengajak / mendorong / meningkatkan apresiasi
masyarakat.
5. Se bagai tempat transaksi jual beli untuk merangsang
kelangsunga n se ni.
Dari perkembangan ga leri seni rupa tampak jelas bahwa fungsi galeri
seni rupa menuju penyesuaian anta ra kebutuhan seni dan tuntutan
masyarakat,yang makin lama aktifitas-aktifitas yang timbul didalamnya
makin didominasi oleh kegiatan servis.
Untuk mengetahui macam-macam galeri seni dilakukan pendekatan
metode a nalisis, maka galeri dapat dikelompok berdasarkan:
(Rahayu, 2000:23)
1. Bentuk
a. Gale ri tradisional: merupakan galeri yang mempunyai
kegia tan pada selasar atau lorong.
b. Gale ri modern : merupakan galeri ya ng menggunakan sebua h
perencanaan ruang.
2. Kepemilikan
a. Gale ri privat: merupakan galeri ya ng dimiliki oleh satu orang
dan memamerkan karya - karya dari pemilik sendiri.
b. Gale ri publik: merupakan galeri yang sifatnya umum, yaitu
milik ba dan / lembaga.
3. Isi / Benda yang dipamerkan
a. Gale ri Primitif : merupakan galeri ya ng me mamerka n karya
karya seni primitif.
b. Gale ri Klasik : merupakan gale ri yang memamerkan karya-
karya seni klasik.
c. Gale ri Modern : merupakan galeri yang memamerka n karya-
karya seni mode rn.
2.1.2. Pe nggolongan Jenis Pameran
1. Berdasarkan dari sifat penyelenggaranya, terbagi atas:
a. Pameran Tetap
|
13
Pameran ini berlangsungnya relatif lama bisa berbulan-bulan
(3-5 bulan ) ba hkan tahunan dengan sistem penataan produk
yang diatur dalam unit-unit showroom, panel dan mock-up
b. Pameran Temporal
Pameran ini waktu berlangsungnya relatif pendek (1-2
minggu) namun kadang sampai 4 minggu tergantung dari
pihak swasta (sponsor) sela ku panitia penyelenggara suatu
event pameran.
2. Berdasarkan wilayah jangkauan seniman
a. Pameran Loka l
Pame ran seni rupa yang hanya dilaksanakan hanya satu orang
seniman dengan menggelar karya pribadi.
b. Pameran Bersama
Pame ran seni rupa yang dilaksanakan seca ra kolektif dengan
mengambil sa tu tema. Pame ran ini biasanya dilakukan oleh
para perupa muda.
c. Pameran Internasional
Pame ran seni rupa yang diikuti oleh be berapa seniman
terkenal mancanegara di dunia.
3. Berdasarkan dari bentuk/materi obyek yang dipamerkan, terbagi
menjadi 2 ma cam yaitu :
a. Dua dimensi (2D), bentuk obyek pamer yang ha nya dapat
dilihat dalam satu bidang (sisi) pamer de ngan dimensi panjang
dan lebar.
b. Tiga dimensi (3D), bentuk obyek pamer dapat dilihat dari
segala bidang dan arah dengan dimensi panjang, lebar dan
tinggi.
4. Berdasarkan dari fa silitas yang disediakan, terbagi atas :
a. Pameran Teta p
Showroom, me miliki modul ruang ya ng bervariasi
disesuaikan dengan obyek yang akan dipamerkan.
|
14
Panel Promotion, memiliki unit ruang pamer / display
terkecil.
Mock-Up, mempunyai ruang yang digunakan untuk
memame rkan obyek barang dengan teknik sampel /
contoh satu ruang dalam yang dilengkapi dengan
produk seni rupa dan memiliki skala yang sebenarnya.
b. Pameran Temporal
Exhibition hall da n area kavling pamer, penyediaan kapling-
kapling pamer ini dengan modul yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan tuntutan obyek pamer.
5. Berdasarkan dari tempat / area lokasi penyelenggaraan, terbagi
atas :
a. Area Outdoor, pameran dilakukan di luar bangunan atau ruang
terbuka (open space).
b. Area Indoor, pameran dilakukan di dala m ruangan bangunan.
6. Berdasarkan dari ta ta letak obyek karya seni rupa yang
dipamerkan, terbagi menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Digantung.
b. Ditempelkan di dinding dan plafon.
c. Diletakkan di lantai (split level).
d. Sistem panel.
e. Disangga (materi masif, ra k/lemari, kotak kaca, dan lainnya)
7. Berdasarkan tata letak obyek pamer yang dilihat oleh pengamat,
terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
a. Sejajar dengan pengamat
b. Dibawah pengama t
c. Diatas pe ngama t
2.1.3. Standar Ruang Pamer
Didalam perancanga n, perlu bebe rapa pertimbanga n yang
berkaitan de ngan penataan ruang dan bentuk sebuah galeri, antara
lain:
|
15
1. Ditemukan tema pameran untuk membata si benda-benda yang
termasuk dalam kategori pameran
2. Merencanakan sistema tika penyajian sesuai dengan tema yang
terpilih, je nis penyajian terse but terdiri dari:
Sistem menurut kronologis
Sistem menurut fungsi
Sistem menurut jenis kole ksi
Sistem menurut bahan koleksi
Sistem menurut asal daerah
3. Memilih metode penyajian agar dapa t tercapai maksud penyajian
berdasarkan tema yang dipilih
metode pendekatan estetis
metode pendekatan romantic/tematik
metode pendekatan intelektual (Susilo Tedjo, 1988).
2.1.4. Sistem Pamer Koleksi
Sistem pamer koleksi terdiri dari 3 je nis, yaitu :
1. Metode e stetik, yaitu meningkatkan penghayatan terhadap nilai-
nilai artistik dari warisan budaya yang tersedia.
2. Metode tematik dan intelektual, yaitu berupa penyebarluasan
mengenai arti, fungsi dan guna koleksi.
3. Metode romantic, yaitu dengan mengubah suasana penuh dengan
pengertian dan harmoni pengunjung menge nai suasana dan
kenyataan-kenya taan social budaya diantara berbagai suku bangsa.
Salah satu unsur penting di dalam pelaksanaan suatu pameran
adalah cara memajang karya. Memajang karya adalah memasang
karya seni rupa yang dipamerkan agar dapat dinikmati pengunjung
secara nyaman. Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi
antara pengunjung dengan benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks,
gambar, foto, ilustrasi dan pendukung lainnya
Penataan Koleksi dapat menggunakan :
|
![]() 16
1. Panel
Digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi ya
bersifat dua
dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan. Selain itu digunak
menempelkan
label atau koleksi penunjang lainnya seperti peta, graf
Panel yang
digunakan pada galeri ini:
(Gamba r 2.1. Konstruksi Panil dan Ukurannya)
Sumber : DPK,1994 : 32
2. Vitrin, digunakan untuk meletakkan benda-benda koleksi yang umumnya tiga
dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan.Berdasarkan
dimensinya
a. Vitrin Tunggal
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang saja
b. Vitrin Ganda
Vitrin yang berfungsi sebagai almari pajang d
tempat
penyimpanan benda koleksi.
|
![]() 17
(Ga mbar 2.2. 1. Vitrin Tunggal, 2. Vitin Ganda)
Sumber : DPK,1994 : 37
(Gambar 2.3. Vitrin Dinding / Vitrin Tepi)
Sumber : DPK,1994 : 40
(Gambar 2.4. Vitrin Tengah)
Sumber : DPK,1994 : 43
|
![]() 18
(Gambar 2.5. Vitrin Sudut)
Sumber : DPK,1994 : 45
3. Pedestal
Pedestal a tau alas koleksi, meletakkan koleksi berbentuk tiga
dimensi. Ukuran tinggi rendahnya harus disesuaikan dengan besar
kecilnya koleksi yang diletakkan di atasnya.
(Gambar 2.6. Pedestal / alas kaki yang disesuaikan dengan benda
kole ksi)
Sumber : DPK,1994 : 47
|
![]() 19
2.1.5. Standar Luas Rua ng Objek Pamer
Dalam luas objek pamer akan me merluka n ruang
dinding yang
lebih banyak (dala m kaitannya dengan luas lantai) dibandingkan
dengan penyediaan ruang yang be sar. Hal ini sangat diperlukan untuk
lukisan-lukisa n besar dimana ukutan ruang tergantung pada ukuran
lukisan. Sudut pa ndang manusia biasanya 54 atau 27 da ri ketinggian
dapat disesuaikan terhadap lukisan yang diberi cahaya pada jarak
10m, artinya tinggi gantungan lukisan 4900 diatas ketinggian mata
dan kira-kira 700 di bawahnya.
Tabel 2.1. Standar Luas Objek Pamer
Ruang yang Dibutuhakan Objek Pamer
Lukisan
3-5 m² luas dinding
Patung
6-10 m² luas lantai
Benda-benda kecil / 400
keping
1 m² ruang lemari kabinet
(Sumber: Neufert, 1997:135)
2.1.6. Standar Visual Objek Pamer
Galeri dan Ruang pameran harus merupakan sebuah
lingkungan visual ya ng murni, tanpa kekacauan visual (thermostat),
alat pengukur suhu/kelembapan, alat pemadam kebakaran, akses
panel, signage, dll). Baha n permukaan display tidak boleh dapat
teridentifikasi (secara pola atau tekstur). Permukaannya harus dapat
dengan mudah di cat, se hingga warna dapat diatur menyesuaikan
setiap pameran.
Dinding display dengan tinggi minimal 12 kaki diperlukan
bagi sebagian besar galeri seni ba ru, namun museum yang
didedikasikan untuk seni konte mporer harus memiliki langi-langit
yang lebih tinggi, 20 kaki adala h ketinggian yang cukup fleksibel.
|
![]() 20
(Gambar 2.7. Jarak Pengamatan)
Sumber : Neufert, 1997
Ruang pameran dengan pencahayaan dari samping, tinggi
tempat gantung yang baik antara 30 dan 60 dengan ke tinggian ruang
6700 dan tinggi ambang 2130 untuk lukisan 3040-3650
2.1.7. Sistem Display
Pengelompokan benda-benda menurut bentuk dan jenisnya
dapat
mempermudah pemilihan sistem penyimpana n yang paling tepat.
Cara penyajian koleksi dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Berdasarkan bentuk penyajian (tempat materi koleksi yang
ditampilkan)
a. Bentuk sistem pane l (panel sistem)
b. Bentuk sistem box standart
c. Bentuk sistem box khusus
d. Bentuk vitrin
e. Bentuk diorama
2. Berdasarkan aspek aksentualisasi yang ditampilkan
Hal ini dilakukan sebagai upaya benda/materi sebagai point of
intere st, aspek estetika lebih ditonjolkan, persepsi dan
penghayatan komunikasi dapat lebih de tail dan teliti. Adapun cara
yang dilakukan yaitu :
a. Perbedaa n tinggi lantai
|
21
Penyajian untuk benda Peralatan,
miniatur, replika patung, dan
lain-lain. Aksentualisasi yang ditampilkan :
Materi koleksi sebagai point of interest
Kecende rungan komunikasi visual lebih detail.
b. Sistem mezanin, memungkinkan pengamat berinteraksi dari
rua ng atas dengan materi koleksi di bawah Dipakai pada ruang
pamer yang multi lev el, sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi pengamat dari ruang ata s dengan materi koleksi di
rua ng bawah penyajia n untuk benda 3D seperti : Peralatan
miniatur, replika patung, dan lain-lain
c. Memasukkan ke dalam dinding de ngan dekorasi mural
Penya jian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan dengan
dekorasi mural. Aksentualisasi yang ditampilkan adalah :
Materi koleksi diperagakan pada lubang dinding dengan
penerangan di atasnya yang terfokus.
Aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih
menonjol.
d. Split level pla fon
Penya jian untuk benda 3D Aksentualisasi yang ditampilkan
adalah:
Penuruna n ceiling pada materi koleksi dengan fokus
penerangan yang da pat meningkatkan daya tarik obyek
pame r.
Materi koleksi sebagai pusat utama.
3. Berdasrkan faktor teknologi
Teknologi seba gai sarana yang mampu menambah dan
mendukung fungsi yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat
informatif, edukatif, dan rekrea tif. Hal ini lebih menimbulkan
persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti. Dilakukan
dengan cara :
a. sistem display film/cinema tografi
b. Sistem display kompute r
|
![]() 22
c. Sistem display remote control
d. Sistem materi koleksi berputar
Ja rak pengamatan mencakup batasan-batasan rentang
pergerakan kepa la. Se berapa ja uh seorang pengamat dapat merotasi
kepalanya dalam bidang vertikal dan bidang horizontal yang
membatasi bidang-bidang pandangan. Rentang geraka n mata ke a tas
ata u ke bawah, serta dari sisi sa tu ke sisi lainnya, menambah
kemampuan pengamat untuk menandai display-display visual.
(Gambar 2.8. Bidang Pandang Optimal)
Sumber : Panero, 2003 :200
(Gamba r 2.9. Rotasi Kepala Manusia)
Sumber : Panero, 2003 :113
|
![]() 23
(Gambar 2.10. Daerah Visual dalam Bidang Horizontal)
Sumber : Panero, 2003 :290
(Gambar 2.11. Daerah Visual dalam Bida ng Vertikal)
Sumber : Panero, 2003 :290
(Gambar 2.12. Ketinggian Jarak Pengamatan Display Pa meran)
Sumber : Panero, 2003 :200
Persyaratan media display koleksi antara lain:
1. Kerangka harus kuat dan kokoh.
2. Tahan debu dan kutu
|
24
3. Tahan terhadap kelembaban.
4. Aman terhadap pencuri, na mun mudah dibuka.
5. Kelihata n baik pada saat digunakan.
6. Pe nutupnya harus terkunci.
2.2. Tinjauan Umum Karya Seni Rupa
Menurut Sulastianto,dkk (2006:2), berdasarkan kajia n terhadap artefak
prasejarah dan kelompok suku primitif yang masih hidup di zaman modern ini, dapat
dipastikan bahwa se ni tumbuh dan be rkembang seiring dengan peradaba n manusia
serta bersifat universal. Berikut ini beberapa pengertian seni yang dikemukakan oleh
filsuf, paka r seni, hingga pakar kebudayaan:
1. Plato (428-348SM), menyatakan bahwa seni adalah hasil tiruan alam (arts
imitator naturam).
2. S. Soedjojono, salah seorang pelukis terkemuka Indonesia menyatakan
bahwa se ni adalah jiwa tampak.
3. Ki Hajar Dewantara, seora ng tokoh pendidikan nasional, be rpendapat
bahwa seni a dalah segala perbuatan manusia yang timbul dari
perasaannya yang hidup dan bersifat inda h, hingga dapat menggerakkan
jiwa pera saan manusia. (Sulastianto,dkk, 2006:2),
Menurut Ensiklopedia Indonesia, seni adalah penc iptaan segala hal atau
benda yang ka rena keindahannya orang senang melihatnya atau mendengarnya.
Argumen yang dirasa cukup kuat dari definisi sebuah seni dikemukakan pula oleh
Read (1998) bahwa, sebuah sensibilitas dari expresi sebuah seni yang me njadi kunci
utama penggambaran perasaan individu maupun emosi kepada suatu objek di dunia
dari setiap ma nusia. Selain itu Aristoteles mengemukaka n pengertian seni sebagai
penirua n terhadap alam tetapi sifa tnya harus ideal.
Dari perbedaan-perbedaan pandangan tersebut itu yang membuktikan definisi
seni sangat beragam bahkan ada yang sangat be rtentangan, hal ini menunjukan
bahwa definisi seni tidak mungkin dise ragamkan atau dibuat tunggal karena masing
masing definisi seni mewakili baik jenis, sifat maupun bentuk seni tersebut yang
sesuai dengan kondisi serta zamannya (Rea d, 1998).
|
25
2.2.1 Sejarah Perkembangan Seni
Hingga abad ke-18, pe mahaman mengenai seni di Eropa selalu
berkaitan dengan hal yang bersifat indah, halus, da n luhur. Pada
perkembangan selanjutnya kata indah dipada nkan artinya dengan
mempunyai nilai estetis yang biasa dipe rgunakan untuk mengaitkan
seni denga n alam. Namun pada
perkembangan mutakhir seni tidak
selalu be rkenaa n dengan kata indah atau keindahan ka rena makna,
tujuan, proses, dan bentuk seni terus tumbuh secara dinamis.
Sedangkan seni rupa yang merupakan caba ng da ri seni
merupakan seni ya ng penera pan utamanya menggunaka n indra
penglihatan. Seni rupa sudah tumbuh sejak zaman prasejarah. Hal ini
dapat ditelusuri dari be nda-benda peninggalannya, baik yang berupa
karya dua dimensi ma upun ka rya tiga dimensi.
Seni Kontemporer adalah pe rkembanga n se ni yang
terpengaruh dampak modernisasi dan digunakan sebagai istilah umum
sejak istilah Contemporary Art berkembang di Barat sebagai produk
seni ya ng dibuat sejak Perang Dunia II. Istilah ini berkembang
di Indonesia seiring makin be ragamnya teknik dan medium yang
digunakan untuk memproduksi suatu karya seni, juga karena telah
terjadi suatu pe rcampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda,
pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya ya ng tidak te rikat batas-
batas ruang da n waktu.
Khalayak seni visual di Indonesia, mencatat istila h ini sejak
awa l '70-an, ketika Gregorius Sidharta memberi judul pamerannya
sebagai Seni Patung Kontemporer. Pelaku seni lain, Gerakan Seni
Rupa Baru-dimediasikan Sanento Yuliman dan Jim Supangkat-
berusaha menegaskan kebe radaan praktik seni yang percaya dengan
adanya berbagai tata acuan untuk masyarakat ya ng tidak tunggal.
Bagi Sanento, seni rupa modern Indone sia bukanlah lanjutan dari seni
rupa tradisional.
Perkembanga n karya seni kontemporer di setiap Negara
berbeda-beda. Hal itu dipenga ruhi oleh berbagai aspek kehidupan,
baik yang menyangkut politik, sosial, maupun budaya serta aspek
|
26
lainnya dari masing-masing Negara ya ng bersangkutan. Di Nega ra-
negara yang sudah maju peradabannya, perkembangan seni
menda patkan perhatian yang cukup serius dibandingkan di Negara
berkembang. Oleh karena itu, di Negara maju banyak dibangun galeri
dan ruang pamer untuk memfa silitasi para seniman dalam menggelar
karyanya . Melalui pameran, masyaraka t dididik untuk mengenal,
memahami, dan menilai karya seni ya ng disuguhkan sehingga dapat
meningkatkan apre siasi seni di ka langan masyarakat.
(Margono, dkk, 2007)
2.2.2. Kategori Seni
Menurut Oswald Kulpe, berdasarkan pemanfaatan indra,
media, dan paduan unsur-unsurnya, cabang seni dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Se ni Penglihatan / Visual Art
a. Seni dua dimensi yang terdiri atas:
1) Seni dua dimensi tanpa gerak, misalnya seni lukis dan
gambar;
2) Seni dua dimensi dengan gerak, misalnya seni film dan
kembang api.
b. Seni tiga dimensi yang terdiri atas:
1) Seni tiga dimensi dengan gerak, misalnya seni pahat
dan ukiran;
2) Seni tiga dimensi dengan gerak, misalnya seni tari dan
pantomime tanpa musik.
3) Seni integral yang memadukan unsur permukaan dan
bentuk, misalnya arsitektur dan pertamana n.
2. Se ni Pendengaran / Auditory Art
a. Seni nada yang terdiri atas:
1) Musik instrumental dari a lat tunggal, misalnya piano
dan biola;
2) Musik instrumental da ri gabungan beberapa a lat musik,
misalnya konser band dan orkes simfoni.
|
27
b. Seni kata yang te rdiri atas:
1) Puisi berirama, misalnya sajak;
2) Puisi tidak berirama, misalnya novel da n cerita pendek.
c. Seni integrasi yang memaduka n nada dan kata, misalnya
nyanyian dan te mbang.
3. Seni Penglihatan-Pendengaran / Auditory-Visual Art
a. Seni gerak da n nada, misalnya tarian koreografis dan musik.
b. Seni gerak, kata, dan pemandangan, misalnya drama.
c. Seni gerak, kata, pemandangan, dan nada misalnya ope ra.
Sejalan dengan perkembangan jaman dan peradapan manusia maka
berke mbanglah pula seni da lam kehidupan. Kategori seni berdasarkan fungsi
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fungsi individual dan fungsi sosial.
1. Fungsi Individual Seni
Fungsi individu merupakan suatu fungsi seni yang
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pribadi individu itu
sendiri. Terdapat dua ma cam fungsi seni untuk individu a ntara
lain:
a. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan
fisik sehingga segi kenyamana n menjadi hal penting. Se bagai
contoh seni bangunan, seni furniture, seni pa kaian/ textile, seni
kerajinan dan lain-lain.
b. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional
Untuk memenuhi kebutuhan emosaonal manusia memerlukan
dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyena ngkan,
memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai contoh menonton
hiburan teater, me nonton film di bioskop, konse r, pame ran seni
rupa.
2. Fungsi Sosial Seni
a. Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh :
kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lago rohani Seni
|
28
yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan
dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernika han.
b.
Fungsi Pendidikan
Seni sebaga i media pendidikan misalnya musik. Contoh :
Ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, Angklung
dan Gamela n juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian
terse but mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.
Pelajara n menggunaka n bantuan karya seni.
c. Fungsi Komunikasi
Seni da pat diguna kan sebagai alat komunikasi seperti pesa n,
kritik sosial, kebijakan, ga gasan, dan memperkenalkan produk
kepa da masyarakat. Melalui media seni tertentu se perti,
wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair
se buah lagu ya ng mempunyai pesan, poster, dra ma komedi,
dan reklame.
d. Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana me lepas kejenuha n atau
mengura ngi kesedihan, sebuah pe rtunjukan khusus untuk
berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa
dikaitka n dengan sebuah upaca ra ataupun dengan kesenian
lain.
e. Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi seba gai media ekspresi seniman dalam
menyajikan karyanya tidak untuk hal ya ng komersial,
misa lnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer,
dan seni rupa kontemporer, tidak biasa dinikmati
pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para seniman dan
komunitasnya.
f. Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa me mperhitungkan kegunaannya
kecua li se bagai media
ekspresi dise but sebagai karya seni
murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus
|
29
mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini
disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : Kriya, karya seni
yang dapat diperguna kan untuk perlengkapan/peralatan rumah
tangga yang berasa l dai gera bah dan rotan.
g. Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Menurut Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik
menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat
mera ngsang sistem limbic jaringan ne uron otak. Menurut
Gregorian bahwa ga melan dapat mempertajam pikiran.
2.2.3. Klasifikasi Karya Se ni Rupa
Dilihat dari tujuan, nilai dan fungsinya karya seni rupa dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu karya se ni rupa murni
dan seni te rapan.
1. Karya Seni Rupa Murni (Fine Art)
Sebuah karya seni rupa murni mengutamakan nilai dan ekspresi
perupanya dibandingkan nilai terapannya. Misalnya, lukisan dan
patung.
2. Karya Seni Rupa Terapan (Applied Art)
Tujuan penciptaan karya seni rupa terapan lebih diutamakan pada
nilai pakainya daripada nilai ekspre sinya. Pertimbangan aspek
gagasan, media, teknik, prosedur, dan keahlian berkarya seorang
perupa harus mengikuti fungsi terapan atau pakainya. Misalnya,
karya seni kriya dan desain.
2.2.4. Cabang Seni Rupa Murni dan Terapa n
Seni rupa murni (purelfine art) merupakan seni rupa yang
tidak mempe rhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni diciptakan
khusus berda sarkan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya.
Dalam seni rupa murni terdapat beberapa aliran gaya. Aliran
gaya yaitu aliran dalam gerakan seni rupa yang memliki ideologi dan
ciri khas ya ng unik dan baru dalam karya-karya yang dihasilkannya.
Aliran seni rupa, diantaranya romantisme, ekspresionisme,
impresionisme, dan surealisme. Cabang-cabang seni rupa murni di
Indone sia dianta ranya sebagai berikut:
|
![]() 30
1. Se ni Lukis
(Gambar 2.13. Seni Lukis)
Sumber : http://yanartsoul.blogspot.com/
2. Se ni Grafis
(Gamba 2.14. Seni Grafis)
Sumber : http://www.tituitbom.com/
3. Se ni Patung
(Gambar 2.15. Se ni Patung)
|
![]() 31
4. Seni Keramik
(Gambar 2.16. Seni Keramik)
Sumber : http://www.anneahira.com/se ni-kerajinan-keramik.htm
Seni rupa terapa n merupaka n cabang seni rupa yang mengkhususkan
penciptaannya pada nilai praktis karya yang dihasilkan. Sala h satu cabang
seni rupa terapan yaitu desain. Desain merupa kan aktivitas seni rupa yang
mengutamakan unsur, guna, ekonomi, promosi dan ke butuhan masyarakat.
Cabang-c abang seni desain dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Desain Produk
Desain proda k a dalah cabang seni rupa ya
berupaya untuk
memecahkan persoalan kebutuha n masayrakat ak
peralatan dan
benda-benda sehari-hari untuk menunjang kegiat
sehari-hari.
Dia ntaranya alat transportasi, alat rumah tang
mebel,sepatu,
mainan, dan lain sebga inya.
(Gamba r 2.17. Seni Desain Produk)
|
![]() 32
2. Desain Grafis / De sain Komunikasi Visual
desain grafis merupakan cabang seni rupa yang berupa
untuk
memecahkan kebutahan masyarakat akan komunikasi ru
yang
dicetak, seperti poster, undangan , maja lah,surat kaba
logo
perusahaan.
(Gambar 2.18. Seni Desain Grafis)
Sumber : http://indramaji-art.blogspot.com/
3. Desain Arsitek
Desain Arsitek merupakan kegiatan yang be rusaha memecahkan
kebutuhan dalam ma salah hunian masyarakat ya ng indah dan
nyaman. Karya desain arsitektur diantaranya rumah tempat
tinggal, perkantoran, rumah sakit.
(Ga mbar 2.19. Seni Desain Arsitektur)
Sumber : http://www.skyscrapercity.com/
|
![]() 33
4. Desain Interior
desain interior merupakan suatu ke giatan ya
berusaha
memecahkan kebutuhan manusia untuk mempun
ruangan yang
nyaman dan indah. Contoh karyanya adalah ruan
n museum,
restoran, hote l, kafe, dan pusat hiburan.
(Gambar 2.20. Seni Desain Interior)
Sumber : http://www.rumahuni.com/
2.3. Tinjauan umum Budaya Jawa
Dise but kebudayaan Ja wa dikarenakan penja baran berbagai informasi
mengenai sejarah, tokoh, ataupun seluk beluk sosialitas ya ng berkembang. Hal ini
berkaitan dengan penelitian kultur dan peninggalan sejara h yang dilakukan oleh
inte lektual colonial yang bertujuan untuk mempelajari keberagaman
dan kekayaan
kebudayaan Jawa.
Kedatangan ke budayaan Hindhu di Jawa mela hirkan kebudayaan Islam Jawa.
Kedata ngan bangsa Barat untuk berdagang dan menjajah beserta kebudayaannya
mela hirkan kebudayaan Barat Jawa yang cenderung ma terialistik. Masa Hindu-
Budha membuka babakan sejarah karena pada masa inilah orang Jawa mulai
menggunakan tulisan, baik aksara Siddamatrka (a tau disebut juga aksara Pre-Nagari
yang
hanya digunakan pada tahapan awal masa Hindu-Budha ) ataupun turunan dari
a ksara Pallawa (yaitu aksara Jawa Kuno yang untuk selanjutnya berkembang ke
dalam berbagai gaya dan akhirnya menjadi aksa ra Jawa seperti ya ng dikenal
sekarang) (Sedyawati, 2006: 425).
Daerah kebudayaa n Jawa luas yaitu meliputi seluruh bagia n Tengah dan
Timur dari Pulau Jawa. Sesungguhnya demikian ada daerah-daerah yang secara
kolektif sering disebut daera h kejawen. Sebelum terjadi pe rubahan-perubahan status
|
34
wilayah seperti sekarang ini, dae rah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogya karta,
Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Dae rah di luar itu
dinamakan pesisir dan Ujung Timur (Sedyawati, 2006: 429).
2.3.1. Pe ngertian Ke buda yaan
Menurut Raymond Williams, pengamat dan kritikus
kebudaya an terkemuka, kata ke budayaan (culture) merupa kan salah
satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaannya
dalam bahasa inggris. Ka ta culture yang merupa kan kata asing yang
sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colere atau
berarti mengolah atau mengerjakan, terutama mengolah ta nah atau
bertani. Dari kata ini berkembang arti culture sebagai segala daya
upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah da n merubah
ala m.
Ruang lingkup kajian budaya yang sangat luas membuat
sejumlah pakar kebudayaan mencari arti kebudayaan melalui
pengertian etimologis. Koentjaraningrat (1983: 5) umpamanya
menulis se bagai berikut kata ke budayaan berasal dari bahasa
sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak buddhi ya ng berarti
budi atau akal.
2.3.1.1. Wujud Kebudayaa n
Koentjaraningrat (1983: 5-6) menyetujui pendapat para
a hli yang menyatakan bahwa ada tiga wujud kebuda yaan yaitu:
1. Sebagai suatu tindaka n kompleks dari ide -ide, gagasa n,
norma-norma, peraturan dan se bagainya.
2. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang
berpola dari manusia dalam masyarakat.
2.3.1.2. Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya terse but, budaya memiliki
beberapa elemen a tau komponen yaitu :
|
![]() 35
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Contoh : mangkuk tanah
liat, perhiasan, senja ta,
2. Kebudayaan nonmate rial
Kebudayaan nonmaterial ada lah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari gene rasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisiona l.
3. Lembaga sosial
Lembaga sosial da n pendidikan memberikan peran yang
banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di
alam masyarakat.
4. Sistem kepercayaan
Baga ima na masyarakat me ngembangkan dan membangun
siste m kepercayaan atau keyakinan terhadap se sua tu, hal
ini akan mempe ngaruhi sistem penilaian di masyarakat.
5. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenia n, musik, cerita,
dongeng, hikayat, drama dan tari tarian, yang berlaku dan
berke mbang dalam masyarakat.
6. Baha sa
Baha sa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi,
bahasa untuk setiap walayah, ba gian dan Negara memiliki
perbe daan yang sangat komplek.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya)
|
36
2.3.2. Kebudayaan Jawa
Kebudayaan dalam arti sempit sering diartikan sebagai
kesenian. Menurut Koentjaraningra t (1978: 11-12) yang menunjukkan
identitasnya suatu kebudayaan adalah unsur-unsur yang menonjol dari
kebudayaan itu. Jadi yang menjadi identitas kebudayaa n Jawa adalah unsur
yang menonjol dari kebudayaan Jawa yaitu bahasa dan komunikasi, kesenia n,
dan kesusastraan, keyakinan keaga maan, ritus, ilmu gaib, dan beberapa
pranata dalam organisasi sosial.
Masyarakat Jawa a dalah suku yang terbesar jumlahnya di Indonesia.
Hampir setengah dari sekitar 240 juta jiwa pe nduduk Indonesia merupakan
suku Jawa. Ora ng Jawa ada lah pendukung da n pe nghayat kebudayaan Jawa.
Orang Ja wa terkenal dengan budaya seninya ya ng terutama dipengaruhi oleh
a gama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Reporter cerita wayang
a tau lakon sebagian besar berdasarka n wiracarita Ramaya na dan Mahabarata.
Sistem kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah
dan jawa timur.
1. Kesenian dari jawa tengah
Wujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya
sebagai be rikut :
a. Seni Tari Contoh : Seni tari tipe jawa tenga h adalah tari
se rimpi dan tari ba mbang cakil
b. Seni Te mbang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-
lagu dolana n suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung
c. Seni pewaya ngan merupakan wujud seni teate r di jawa tengah
d. Seni teater tradisional wujud seni teater tra disional di jawa
tenga h antara lain adalah ketoprak
2. Kesenian dari jawa timur
Wujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga
bermacam-macam, misa lnya sebagai berikut :
a. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan
tari kuda lumping
b. Seni pe wayangan antara lain wayang beber
|
![]() 37
c. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk
majeng (da ri Madura) dan ngidung (dari Surabaya)
d. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.
3. Rumah adat tipe jawa, antara lain cora k limasan dan joglo. Rumah
situbondo me rupakan model rumah adat jawa timur yang
mendapat pengaruh dari rumah Madura
4. Pakaian adat jawa,
Pakaian pria jawa tengah adalah penutup kepa la ya ng di sebut
kuluk, be rbaju jas sikepa n, korset dan kris yang terselip di
pinggang. Memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama
dengan wanita. Wanitanya memakai kain keba ya panjang dengan
batik sanggulnya disebut bakor mengkurep yang diisi denga n daun
pandan wangi.
(Koentjara ningrat 1982:2)
Selain sistem ke senian Ja wa di atas, terdapat penjabaran dari sumber
lain yakni Indriya wati (2009:137) sebagai berikut:
1. Seni Bangunan
Rumah ada t di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan
rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana Mangkunegaran. Istana
Mangkunegaran merupakan rumah adat Jawa asli.
Terdapat pula bagian atau dinding suatu ba ngunan yang berupa
relief. Relief pada suatu bangunan ada yang menga ndung cerita
ataupun hanya hiasan belaka.
(Gambar 2.21. 1.Seni Bangunan Ja man dulu, 2.Bangunan Modern
adat Jawa )
Sumber : http://www.google.com/
|
![]() 38
2. Se ni Tari
Tarian-ta ria n di Jawa berane ka ragam di antaranya sebagai
berikut:
a. Tari tayuban ada lah tari untuk meramaikan suasana acara,
se perti: khitanan dan perkawinan. Penari tayuban terdiri a tas
bebe rapa perempuan.
b. Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan
topeng.
c. Tari serimpi a dalah tari yang bersifat sakral dengan irama
lembut.
d. Tari gambyong.
e. Tari bedoyo.
Tabel 2.2. Tabel Ra gam Seni Ta ri Jawa
Nama Seni Tari
Gambar
Tari Tayuban
Tari Reog
Tari Serimpi
Tari Gambyong
|
![]() 39
3. Seni Musik
Gamelan merupakan seni musik Ja wa yang terke
l. Gamelan
terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, reb
seruling,
kenong, dan kempul.
(Gambar 2.22. Seni Musik Gamelan)
4. Seni Pertunjukkan
Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu juga
kethoprak, ludruk, dan kentrung
(Gambar 2.23. Pertunjukan Matah Ati)
Sumber: http://z iahzone.blogspot.com/
|
![]() 40
Tabel 2.3. Tabel Ra gam Seni Pertunjukkan Jawa
Nama Seni Pertunjukkan Gambar
Wayang Orang
Wayang Kulit
Ke thoprak
Ludruk
Kentrung
|
![]() 41
2.3.3. Karya Seni Rupa Jawa
Karya seni rupa yang ada di Indonesia telah ada sejak zaman purba,
hal ini terbukti dari berbagai peninggalannya yang masih dapat kita lihat,
Seperti arca, lukisan, dan dolmen. Adapun karya se ni rupa yang terdapat di
Indonesia yang diambil dari Siswandi,dkk,(2006) dapat dibedakan me njadi
berba gai jenis berikut ini.
1. Seni Lukis
Seni lukis, yaitu karya seni yang dibuat dengan proses melukis.
Karya seni lukis muncul sejak zaman prasejarah. Lukisan se bagai
media ekspresi dan sekaligus media pe rmohonan sehingga bentuk
yang dilukis berupa simbol-simbol yang mengandung makna
tertentu. Seni lukis terapan yang ada di Indonesia da pat dijumpai
di berbagai daerah, seperti:
a. Seni Lukis Batik Pekalonga n
Pekalongan terkena l sebagai kota batik kare
banyak
penduduknya yang membuat kerajinan bat
Hampir di
seluruh wilayah Pekalongan terdepat sentra-sen
kerajinan
batik. Batik tidak hanya digunakan sebaga i bah
pa kaian
saja, te tapi dapa t digunakan untuk keperluan
in, seperti
untuk hiasan dinding, gorden, taplak meja, tut
saji, payung,
dan kap la mpu.
(Gambar 2.24. Seni Lukis Ba tik Pekalongan)
Sumber: http://se hatcantikblog.blogspot.c om/
|
![]() 42
b. Seni Lukis Sukaraja
Sukaraja ada lah sebuah ke camatan di Jawa Tengah. Sel
itu,
Sukaraja juga me miliki daerah yang menghasilk
lukisa n.
Lukisan Sukaraja tidak dibuat se bagai benda seni mur
tetapi
lebih sebaga i kegiatan kerajinan karena pembuatannya bersif
massal. Lukisan Sukaraja ba nyak mengambil tema-te
yang
se ragam, yaitu pemandangan alam, yang terdiri d
pohon,
sungai, langit, awan, gunung, air panc uran, dan laut.
(Ga mbar 2.25. Seni Lukis Sukaraja)
2. Se ni Patung
Se ni patung adalah karya seni yang dibuat deng
proses
membentuk sebuah benda, yang biasanya terbuat da ri ba
kayu,
semen, dan baha n lainnya. Karya seni patung suda
ada sejak
zaman purba berupa patung-patung primitif. Patung-patu
tersebut digunakan se baga i sara na pemujaan terhad
roh nenek
moyang. Contoh patung khas Jawa:
|
![]() 43
Tabel 2.4. Tabel Ragam Kera jinan Patung Ja wa
Nama Kerajinan Patung Gambar
Patung Kasongan
Patung Ukir Jepara
Patung Akar Jati
3. Seni Relief
Seni Relief, yaitu karya seni yang dibuat de ng
prose mengukir.
Karya seni relief mulai nampak pada za m
Hindu, Budha, dan
Isla m. Tema yang dipakai bia sanya berkaitan deng
kepentingan
agama. Hal ini bisa dilihat dari relief pa
dinding candi
pra mbanan dan candi Borobudur.
|
![]() 44
(Gambar 2.26. Seni Ukir Mengga mbarka n Penye baran Islam)
Sumber: http://www.indone siakaya.com/
4. Se ni Grafis
Se ni grafis, yaitu karya seni yang dibua t dengan proses diceta k.
Ada beberapa teknik cetak ya ng biasa dipakai untuk membuat
karya seni grafis, di antaranya adalah ceta k tinggi, ceta k dalam,
cetak da tar, dan cetak saring (sablon).
5. Se ni Keramik
Se ni keramik, yaitu karya seni yang dibuat dari bahan tanah liat
yang dibakar dengan suhu terte ntu. Karya seni ini lebih dikenal
dengan nama gerabah. Da erah pengrajin karya seni keramik,
diantaranya Plered Purwakarta, dan Ka songan-Yogyakarta.
|
![]() 45
Tabel 2.5. Tabel Ragam Kera jinan Karya Seni Jawa
Nama Karya Seni Keramik Gambar
Gerabah Kasongan
Ka rya Keramik Bentuk
Wanita Jawa
6. Seni Desain
Seni desain, yaitu karya seni yang dibuat dengan proses
pembuatan suatu rencana. Ada berbagai macam seni desain, di
antaranya adalah de sain interior, desain produk, desain arsitektur,
dan desain grafis. Karya seni ini lebih
dikenal pada zaman
modern.
2.4. Tinjauan Umum Epos Mahabarata
Dalam kasusastraan kuna kita mengenal dua epos yang besar, yaitu Ramayana
dan Mahabarata, ya ng dahulunya ditulis da lam bahasa sansekerta. Pengarang-penyair
e pos maha barata dikatakan Bhagawan Wya sa. Adapun etimologi kata Mahabarata itu
berasal da ri kata Maha yang berarti be sardan kata bharata yang berarti bangsa
|
![]() 46
bharata (Pendit, 2003). Pujangga Panini menyebut Mahabhrata itu sebagai Kisah
Pertempuran Besar Bangsa Bharata. Yaitu Ka urawa dan Pandawa. Kitab-kitab
parwa yang terdapat dalam epos Maha barata banyak dijumpai ajaran-ajaran spiritual
keagamaan. Kitab Mahabarata itu sendiri terdiri dari 18 Pa rwa (Purwadi,2007:10-
16). Berikut Silsilah Kaurawa dan Pandawa:
(Diagram 2.1. Silsilah Mahabara ta Versi Pustaka Raja Purwa)
Sumber: DPK,1983 : 43
Seperti telah disebutkan di a tas, epos Mahabarata mengalami tambahan-
tambahan dari berbagai pengarang pe nyair dari masa ke masa. Epos Mahabarata
dalam bentuknya yang seka rang, jika dibaca secara keseluruhan, me ngandung
berbagai dongeng, legenda (purana), mitos, falsafah, sejarah (itihasa), kosmologi,
|
47
geografi, geneologi, dan sebagainya. Dalam bentuknya yang kita kenal sekarang,
e pos Mahabarata adala h naskah yang lebih besa r dibandingkan kitab-kitab suci
Weda. Menurut Prof. Heinrich Zimmer, isi Mahabarata delapa n kali lebih besar
daripada Odyssey and Illiad. Epos Ramayana dan Mahabarata dengan ekspre si yang
lain di Indonesia ditulis dalam bahasa Ja wa Kuno. Sebagai contoh, Ramayana dan
Mahabarata secara ringkas telah disusun di Jawa Timur dalam bentuk yang
disebut kakawin.
Kakawin-ka kawin tersebut sesungguhnya bukan salinan dari karya asalnya.
Selanjutnya, secara ve rbal serta khas ka kawin-ka kawin tersebut divisua lkan dalam
bentuk dra ma/tea ter atau wayang yang pelaku-pelaku utamanya diambil dari epos
Ramaya na dan Mahaba rata (misalnya Rama, Kaurawa dan Panda wa) dan dilengkapi
dengan tokoh-tokoh sejarah dan ke susastraan tradisional, serta tokoh-tokoh lain yang
diambil da ri mitos daera h di Indonesia (Pendit, 2003).
Na ma-nama c andi peninggalan kerajaan Kalingga dan nama tempat yg
terletak di datara n tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara
semuanya berasal dari dunia pewayangan ataupun kisah Maha barata. misalnya :
1. Candi Gatotkaca, candi Arjuna, candi Sema r, candi Srika ndi (istri
arjuna), candi Puntadewa (yudhistira), candi Sembadra (istri arjuna),
candi Bima.
2. Kawah Candra dimuka (bene r kawah), Sumur Jalatunda (kaldera dengan
tebing yg curam da n danau di dasarnya )
3. Goa Semar (goa vulkanik dengan bau belerang yg sangat menyengat,
serasa berada di puncak gunung Merapi), tela
Merda da (danau
vulkanik)
2.4.1. Mahabrata Jawa
2.4.1.1. Ringkasan Cerita
Isi epos Mahabarata secara garis besar mengisahkan :
1. Prabu Santanu dan Keturunannya
|
![]() 48
(Diagram 2.2. Silsilah Prabu Santanu dan Keturunannya)
2. Pandawa dan Korawa
Ketika Kunti dan Madrim kawin dengan dewa-dewa,
Kunti me lahirkan 3 orang anak masing dengan dewa
Darma la hirlah Yudistira, denga n dewa Bayu lahir
Werkodara atau Bima dan dengan dewa Surya lahirlah
Arjuna. Sedangkan Madrim yang menikah dengan dewa
kembar A win, la hir ana k kembar bernama Na kula dan
Sadewa.Selanjutnya,
keturunan-keturuan itu dibagi dua
yakni keturunan Destarasta disebut Kaum Kurawa
se dangkan keturunan Pandu disebut ka um Pandawa.
Dimulailah perpecahan antara kaum Pa ndawa dan
Kura wa dalam memperebutkan takhta sampai berlarut-
larut, hingga akhirnya pe cah perang dahsyat yang dise but
bara tayuda yang berarti peperangan memperebutkan
kerajaan Barata.
3. Permainan Dadu
Yudhistira yang gemar main dadu main dadu dijebak
oleh pihak Kurawa. hal ini dilakukan untuk menipu
Pandawa mengundang Yudistira untuk main dadu dengan
|
49
taruhan. Pada permainan ini Pandawa kalah dan harus
meninggalkan kerajaan 12 tahun.
4. Pertempuran di Kurukshetra
Terjadi pelanggara n janji oleh Kurawa sehingga
terjadliah perang 18 hari yang menyebabkan lenyapnya
kaum Kurawa. Dengan demikian, kaum Pandawa dengan
leluasa mengambil alih kekua saan di Barata.
5. Penerus Wangsa Kuru
Setela h perang berakhir, Yudistira dinobatkan se bagai
Ra ja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa
lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna,
ya itu Parikesit. Parikesit memerinta h kerajaan Kuru
dengan bijaksana.
2.4.1.2. Perbedaan pada Mahabarata Jawa
Cerita Mahabarata memang berasal da ri India yang notabene
adalah pemeluk agama Hindu. Tetapi Mahabarata juga sudah
dikenal di Indonesia sejak sebelum Sunan Kalijaga menciptakan
pementasan Wa yang Kulit untuk pe rta ma kali. Pengaruh kisah
lege nda ini sangat penting bagi ora ng Jawa disebabka n Nilai-nilai
universal etika Hindu telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam
budi pekerti Jawa. Terdapat dasar-dasar budi pekerti Jawa yang
mengutamakan ketentraman Kejawen atau pandangan hidup orang
Jawa ya ng sesungguhnya dibe ntuk berdasarkan dari agama Hindu
dan Buddha (Guntur 2007:18).
Meskipun cerita dalam wayang itu berasal dari agam Hindu,
tidak semua ceritanya dise rap orang Jawa. Artinya ketika a gama
Hindu diperkenalkan kepada orang Jawa dengan segala sistem
keimanan dan kepatuhannya , orang Jawa tidak serta merta
menerimanya. Ada hal-hal yang perlu diterima dan ada pula yang
ditolak serta digantikan dengan sistem Jawa (Chodjim, 2003:346).
Berikut beberapa hal yang merupakan gubahan dari Sunan Kalijaga
ini yang hingga saat ini diyakini dalam kebuda yaan Jawa:
|
![]() 50
1. Beliau mena mbahkan tokoh punakawan yang tidak ada di
versi India.
Sosok Punakawan ini (Semar, Gareng, Petruk, Bago
serta
Togog dan Mbelung) menjadi sangat pe nting kare
secara
logika, tidak mungkin sebuah kerajaan tidak
nyertakan
Abdi/Rakyat ya ng disebut puna kawan oleh Kalija
dalam
perjalanannya. Hal yang tidak ada di India hing
jika kita
membaca Mahabarata India, kesannya sangat gari
Puna
bisa juga disebut Pa na yang berarti terang, sedangkan kaw
berarti teman atau saudara. Jadi penafsiran lain dari a
kata
Punakawan adalah teman atau sa udara ya
mengajak ke
jalan yang terang.
(Gambar 2.27. Punakawan)
Sumber : www.wayang.wordpress.com
2. Dari beberapa edita n Kalijaga, a danya konsep Demokrasi
dan penghilangan ka sta khas Hindu yang disembunyikan
oleh Kalija ga da lam sosok Semar.
Semar sebagai sosok abdi/rakyat dan juga berposisi sebagai
Dewa ini secara tidak langsung te lah mengubah sistem kasta
yang tadinya linear vertical, maka kehadiran Se mar
menempa ti 2 posisi sekaligus yaitu Brahmana dan Sudra
yang me mbuat sistem kasta menjadi melingkar. Letak
konsep Demokrasi ala Kalijaga adalah dimana seorang
Semar selalu menjadi pemberi nasihat dan masuka n kepada
Pandawa yang berposisi se bagai pa ra Raja. Hal ini
|
51
Menyimbolkan bahwa da lam pengambilan suatu keputusan,
Raja harus meminta pertimbangan kepada para rakyatnya,
dimana rakyat ini memiliki posisi tertinggi.
3. Dalam wayang Jawa, gandarwa, yaksa, se rta ra ksasa
dianggap sama. Dalam cerita India, itu a dalah kelompok
makhluk ya ng berbeda.
4. Dalam cerita Jawa, Pandu a dalah anak Abiyasa dan cucu
Palasara. Da lam versi India, Pandu adalah c ucu Santanu dan
keponakan Bhisma.
5. Dewi Drupadi dala m cerita maha barata yg asli dr India
merupakan istri dari kelima pandawa (yudhistira, bima,
arjuna, nakula, sadewa), sedangkan dalam mahabarata versi
Indonesia merupakan istri dari Yudhistira karena dalam
Islam tidak mengenal Poliandri.
6. Dalam Mahabarata asli India dewa tertinggi adalah (Syiwa,
Wisnu, dan Brahma ). Maha barata versi Indonesia terdapat
karakter De wa Ruci (dikena l dengan nama Sang Hyang
Wenang atau Sang Hyang Tunggal) yg merupa kan dewa dari
para dewa.
7. Dalam cerita mahabarata versi Indonesia, dewa Syiwa
digambarkan sebagai karakter egois yang selalu ingin
menang se ndiri.
2.5. Tinjauan Khusus Hasil Survei
Untuk kebutuhan penulis agar semakin dapat memperluas wawasan dan
menguatkan desain pe rancangan Galeri Karya Seni dan Budaya Jawa, maka
dila kukan survey sebanyak tiga Ga leri yang berlokasikan di Jakarta dan Bandung.
2.5.1. Selasar Soenaryo Art Space di Bandung
2.5.1.1. Informasi Selasar Soenaryo Art Space
A. Informasi Umum Sela sar Soenaryo
Jam Opera sional : Selasa Minggu pk 10.00 17.00
|
![]() 52
Alamat : Bukit Pakar TImur no. 100
Bandung-40198, Jawa Ba rat,
Indonesia
(Gambar 2.28. Lokasi Sela sar Sunaryo)
Sumber: https://www.google.com/ma ps/pla ce/Selasa r
Sela sar Soe naryo Art Space
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah
ruang da n organisasi nirlaba ya ng bertujuan mendukung
pengemba ngan praktik dan pengkajian se ni dan
kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada tahun
1998 oleh Sunaryo, SSAS aktif menyelenggarakan
kegia tan-kegiatan yang berorientasi pada edukasi publik.
Fokus utama SSAS adalah pada penyelenggaraan
program-program se ni rupa kontemporer, melalui
pameran, diskusi, residensi dan loka karya.
SSAS menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan desain, kriya, seni pertunjukan,
sa stra, arsite ktur, da n lain sebagainya. Selain memajang
kole ksi permanen, SSAS juga menyelenggarakan
pameran-pameran tunggal a tau bersama yang
menampilkan karya-karya para seniman muda dan senior,
dari Indonesia maupun mancanegara.
|
![]() 53
Semua jenis kegiatan di SSAS mencakup program
anak-anak, konse r musik, pementasan teta
pemutaran
film, pembacaan karya sastra , ce ramah da
berbagai
aktivitas l SSAS juga berkiprah dalam jejari
seni
rupa kontemporer inte rnasional mela
kerjasama dengan
berbagai insitusi di lua r negeri.
(Sumber : www.selasarsunaryo.com)
(Gambar 2.29. Se lasar Sunaryo)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
Menerima tur sekola h dan tur kelompok.
Aturan bagi pengunjung selama berada di dalam galeri:
o Dilarang menyentuh karya seni dan menjaga jarak
o Mengambil gambar dan pereka man video
o Makan dan minum di dalam ga leri
o Dilarang merokok di dalam galeri
B. Sejarah Berdirinya Selasar Soenaryo
Soenaryo Art Space (SSAS), yang dahulu dikenal dengan
nama Selasar Seni Sunaryo, dirintis sebagai realisasi dari mimpi
berkepanjangan Sunaryo untuk mewujudkan sebuah rumah bagi
karya-karyanya. SSAS mulai dibangun pada tahun 1994 di atas
lahan seluas 5000 m² oleh Sunaryo dan arsiteknya ada lah Baskoro
Tedjo. Penyelesaiannya hingga tiga tahun.
|
![]() 54
Soenaryo Art Space (SSAS), se cara resmi dibuka pada bulan
Se ptember tahun 1998 dengan pamerang tunggal dari karya seni
Sunaryo sendiri dengan berjudulkan Titik Nadir. Pameran
tersebut merupakan refleksi Sunaryo terhadap kondisi social-
politik di Indonesia. Didorong oleh situasi terse but Sunaryo
membungkus sebagian besar ba ngunan dna ka rya-karyanya
dengan kain hitam.
C. Visi & Misi
to support the de velopment of arts and culture, and the
development of sustainable cultural infrastructure in
Indonesia;
to deliver opportunities to the gene ral public to engage
with cultural activities, the visual arts and educational
arts programs;
to become a resource centre, offering access to
information about Indonesian and International fine arts;
and,
to house and study Sunaryo's artworks as one of the
leading figures in the development of Indonesian art.
(Sumber : www.se lasarsunaryo.com)
D. Struktur Organisasi Selasar Sunaryo
Se lasar Sunaryo Art Space didukung dan dibawa hi hukun dari
Yayasan Selasar Sunaryo. Berikut susunan organisasi dari yang
tertinggi:
The Curatorial Board:
Bambang Sugiharto
Garin Nugroho
Hendro Wiyanto
Direktur : Sunaryo
Wakil Direktur : Siswadi Djoko M
Manajer : Rosiyani Aman
|
55
Kurator : Chabib Duta Hapsoro
Keuangan : Conny Rosmawati
Manajer Progra m : Elaine V. B. Kustedja
Arsip & dokumentasi : Diah Handayani
IT Research and Development : Maksi Nirwanto
Front Desk Officer : Irma Melati
Manajer Operasional :Yus Herdiawan
Koordinator Keamanan :Suherman
E. Informasi Khusus
Terdapat program yang te rbagi atas dua prioritas berdasarkan
waktu pelaksanaannya:
a. Program Regular
Berupa karya-karya terpilih Sunaryo dan seniman lain yang
dipajang setia p hari buka.
b. Program Khusus
Program temporer da lam skala tahunan (secara pe riodik).
Program khusus mencakup seni rupa, seni pertunjukkan,
desain, kriya, sastra, dan film.
2.5.1.2. Desain dan Fasilitas Selasar Soenaryo Art Space
A. Desain Bangunan Selasar Sunaryo
Bangunan SSAS diranc ang denga n konse p museum seni rupa
moder, selain itu me ngambil inspirasi dari ka rakter artistik karya-
karya Sunaryo. Selasar ya ng bera rti beranda mencerminkan
konsep desain ruang yang terbuka yang mampu me nyambut
semua pa ra penikmat seni.
|
![]() 56
(Gambar 2.30. Signage Selasar Sunaryo)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
Terlihat sebuah bangunan dengan dinding yang besar
bertuliskan Selasar Sunaryo, dari luar terlihat seperti vila dia tas
gunung. Didepannya terdapat se buah sculpture kecil yang berupa
2 batu yang juga memiliki Nilai estetis. Selasa r Suna ryo terdiri
dari be berapa ruang indoor dan outdoor yang begitu mendukung
kenyamanan bagi pengunjungnya untuk menikmati setiap karya.
Bagia n-bagian dari bangunan Selasar Sunaryo:
1) Ruang A (Galeri A)
Ruang A (sekitar 177 m²), digunakan untuk rum
dan
pameran karya Sunaryo. Ruangan ini ju
digunakan
untuk pameran skala besar me mpromosikan senim
Indonesia dan luar negeri.
(Gambar 2.31. Ruang A)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
|
![]() 57
2) Stone Garden
Stone Garden (sekitar 190 m²), sebuah ruang yang
digunakan untuk memperlihatkan Sunaryo karya seni
yang terbuat dari batu.
3) Ruang Sa yap
Ruang Sayap (sekita r 48 m²), digunaka n untuk
menampilkan pameran karya seniman muda dari
Indonesia maupun luar negeri. Rua ng ini juga digunakan
untuk menyajikan koleksi permanen yang mencakup
karya -karya yang dipilih seniman dari Indonesia dan luar
negeri.
4) Ruang B (Ga leri B)
Ruang B (se kitar 210 m²), digunakan untuk menyajikan
pameran seniman muda dari Indonesia maupun luar
negeri.
5) Kopi Selasar (kafe)
Kopi Se lasar (sekitar 157 m²), sebuah kafe outdo
yang
besar. Tersedia kopi, makanan ringan, dan mak
siang.
(Gambar 2.32. Selasar Kafe)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
|
![]() 58
6) Cinderamata selasar
Pengunjung dapat membeli karya seni da n budaya
seperti buku, souvenir, ka rtu, poster, kerajinan dan lain
sebagainya.
7) Amphitheater
Amphitheatre (sekitar 198 m²), ruang melingka
terbuka
dengan layar leba r, memiliki kapasitas maksi
300
orang dan khusus dibangun dan
terstruktur untuk
pementasan acara pertunjukkan seni, pembaca
puisi,
pemutara n dan acara budaya lainnya.
(Gambar 2.33. Amphitheater)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
8) Rumah Bambu
Luas sekitar 76 m², rumah yang terbuat da
bambu.
Berfungsi sebagai te mpat menginap dan beristirahat pa
senima n/ tamu terte ntu.
(Gambar 2.34. Rumah Bambu)
Sumber: http://www.selasarsunaryo.com/
|
![]() 59
9) Ba le Handap
Bale handap adalah ruang serba guna ya
digunakan
untuk diskusi, pertunjukan, acara dan
lokakarya. Bangunan ini terinspirasi ol
arsitektur
tradisional jawa denga n teras terbu
Kapasitas orang
duduk sebanyak 250 orang.
(Gamba r 2.35. Bale Handap)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
B. Fasilitas Selasar Sunaryo
Pada dasarnya fasilitas Selasa r Sunaryo Art Space dibagi dua,
yaitu fasilitas di lantai ata s da n fasilita s di la ntai bawah.
1) Lantai atas
Menunjukkan karya seni yang memamerk
gaya
konte mporer dari seniman-seniman Indone
dan
pameran seni visual dari wilayah Asia Pasifik.
(Gambar 2. 36. Denah La ntai atas)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
|
![]() 60
2) Lantai bawah
Terdapat pame ran dalam dan di luar ruang
yang
mempertunjukkan karya seni yang terpilih d
Sunaryo
termasuk lukisan, patung, seni ceta kan dan seni instalasi.
(Gambar 2.37. Denah Lantai Bawah)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2.5.1.3. Analisa S.W.O.T Selasar Soenaryo Art Space
Strength
Selasar Soenaryo Art Space sudah memiliki jam terbang
sangat lama diantara galeri seni di Bandung.
Desain dan perancangannya berbeda dari galeri seni
biasanya.
Memiliki pemandangan yang indah sekaligus udara yang
mendukung
Weakness
Pera turan bagi pengunjung yang terlalu ketat di dalam
galeri
Loka si yang agak susah dijangka u
Opportunity
Adanya pasar yang luas dika renakan terbuka untuk
umum dan me miliki banyak fasilitas dan rua
ya ng
beragam
|
![]() 61
Thread
Jalanan menuju lokasi semakin padat dan membuat para
ca lon pengunjung lebih memilih tempat ya
dapat
dijangkau lebih mudah.
2.5.2. Lawangwangi Art Space di Bandung
2.5.2.1. Informasi Lawangwangi Art Space
A. Informasi Umum Lawangwangi Art Space
Jam Opera sional : Selasa Kamis pk 11.00-22.00
Jumat Sabtu pk 10.00-23.00
Minggu pk 11.00-22.00
Alamat : Jl. Dago Giri 99
Warungcaringin-Mekarwangi
Bandung 40391, Indonesia
(Ga mbar 2.38. Lokasi Lawangwangi)
Lawangwangi Art Space
Lawangwangi merupa kan re sto yang menawarkan
tempa t makan sekaligus juga galeri karya seni dari
kalangan seniman kenamaan. Sela in itu merupakan te mpat
bagi mereka yang mencintai seni dan pemandangan. Galeri
ini menyediakan wadah untuk seniman Indonesia
menunjukkan karya seni mereka kepada publik atau
kepada sesama seniman. di samping gale ri seni,
lawangwangi juga memiliki lounge
bagi para pengunjung
|
![]() 62
yang ingin bersantai dan menikmati perpaduan seni dan
pemandangan sambil menikmati makanan dan minuman.
Dengan keberadannya yang ada di bukit dago atas,
mampu meraih pemandangan kota Bandung, dari
persawahan/perkebuna n, pohon-pohon tinggi, dan hawa
yang sejuk. Di dalamnya pengunjung disuguhkan banyak
karya seni yang unik dan kreatif. Letak cafe ada di lantai
paling atas sehingga tidak mengganggu pengunjung yang
datang untuk sekedar me liha t bagian galeri.
B. Se jara h Lawangwangi Art Space
Lawangwangi merupakan sebuah bangunan dengan fungsi
creative space ya ng pa da banguna nnya terdapat ga leri, resto &
café, sekaligus laboratorium mate matika. Didirikan pa da tahun
2007. Januari 2010, Lawangwangi diresmikan sebaga i Art &
Science Estate, sebuah infrastruktur yang menyerupai model
Taman Seni dan Sains. Tidak hanya galeri pameran seni rupa
saja, ditambah dengan restora n yang dioperasikan sejak November
2012, tempat ini resmi dibuka untuk umum.
Pemiliknya bernama Andonowa ti yang merupakan peme rhati
dan pecinta karya seni Indonesia dan ahli di bidang matematika.
Se pulangnya dari Belanda, ia me mbutuhkan sebuah tempa t untuk
kantor sekaligus galeri. Ka rena itu ia membangun Lawangwa ngi
Art and Sc ience Estate dengan laha n seluas 6000 m² dengan luas
bangunan kurang lebih 2000m². Bangunan tersebut dirancang oleh
arsitek bernama Baskoro Tedjo.
|
![]() 63
(Gambar 2.39. Bangunan La wangwangi)
Sumber: http://kazwini13.wordpress.com/
C. Visi dan Misi
Didasa ri karena lambatnya pemerintah dalam memba ngun
infrastruktur kesenia n se rta tidak ada visi yang aplikatif
mendorong masyarakat untuk 'berja lan sendiri' dalam menghidupi
keseniannya, muncul lembaga pecinta karya seni visual yakni
ARTSociate (pihak yang ikut serta dan membawahi Lawangwangi
Art Space).
ARTSociate yang menunjukkan visi dan misinya dalam
memajukan gagasan artistik perupa muda dan memba ngun
jeja ring pasarnya yang se hat di Indonesia, Asia, sampai Eropa.
Dalam rangka membangun tatana n seni rupa Indone sia yang lebih
baik itulah ARTSociate membangun sebuah lingkungan atau
kawasan dimana produsen, konsumen dan a lat produksinya
diperte mukan da lam sebuah ruang dan waktu dan di tempat yang
nyaman. Visi misi tersebut yang secara garis besar melanda si
perancangan Lawangwangi Art Space.
2.5.2.2. Desain dan Fasilitas Lawangwangi Art Space
A. Desain Bangunan Lawangwangi
Bangunan Lawangwangi merupakan bangunan publik yang
memmiliki bera gam fungsi. Penc apaian antar rua ng pameran
memudahkan pengunjung untuk dapat me nikmati seluruh karya.
Lawangwa ngi memiliki ikon tersendiri yakni jembatan kayu yang
mengarah ke pemandangan kota Bandung dengan kapasitas
maksimal 10 orang.
|
![]() 64
(Gambar 2.40. Jembatan Ka yu Lawangwangi)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
Pertenga han 2012, bangunan utama Lawangwangi berubah
fungsi menjadi Creative Space, yang terdiri dari 3 fondasi utama
perusahaan yang bergera k di bidang Art Gallery, Design Space
dan Café.
(Gamba r 2.41. Design Space)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
B. Fa silitas La wangwangi
1) Amphitheatre
Dapat dipakai sebagai area pertunjukkan dengan latar
belakang pemandangan alam kota Bandung.
2) Area Taman
3) Ruang Multifungsi
|
![]() 65
Bisa dipakai sebgai galeri dan Ruang seminat/konferensi
(Gambar 2.42. Ruang Multifungsi/Galeri)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
4) Ruang Workshop
Dengan kapasitas 30-50 orang
5) Ruang private lunch/ dinner (Informal meeting)
6) Design Store
Berada di lantai 1
(Gamba r 2.43. Design Store pada Lawangwangi)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
7) Creative Lounge dengan teras yang dapat menampung
kurang lebih 150 orang.
Ruang pamer Creative Design & Fine Craft yang
dilengkapi dengan Cafe dengan suasa na artistik dan
pemandanga n a lam yang lua r biasa yang dapat dilihat
dari anjungan.
|
![]() 66
(Gambar 2.44. Café pada Lawangwangi)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2.5.2.3. Analisa S.W.O.T
Strength
Pemanfaatan laha n sangat baik dan tercapai semua
fungsinya
Karena leta k bangunan tinggi, pemandangan ke sekitarnya
sa ngat mendukung
Tidak terdapat peraturan yang terla lu keta t bagi para
pengunjung
Desain yang ditawarkan sangat a tra ktif dan bersifat
univ ersal
Weakness
Tidak dilalui ke ndaraan umum
Lokasi perlu me lalui jalur yang cukup sulit
Terdapat beberapa pola sirkulasi yang membingungka n
Opportunity
Adanya nilai lebih dalam me raih perhatia n para seniman-
se niman muda untuk memamerkan karyanya di
Lawangwangi dan me mbua tnya semakin dirambah olrh
generasi muda.
Thread
Hadirnya tempat yang lebih kompetitif dengan lokasi yang
lebih muda h dijangkau.
|
![]() 67
2.5.3. Galeri Nasional di Jakarta
2.5.3.1. Informasi Galeri Nasional
A. Informasi Umum Galeri Nasional
Jam Opera sional : Pameran Tetap, Selasa-Minggu,
pk 10.00-15.00
Pameran Temporer, Selasa-Minggu
Pk 10.00-19.00
Alamat : Jl. Medan Merdeka Timur No.14
Jakarta 10110 Indonesia
(Gambar 2.45. Lokasi Galeri Nasional)
Sumber:
Galeri Nasional
Galeri Nasional Indonesia hadir sebagai sebuah
lemba ga museum (Art Museum) da n pusat kegiatan seni
rupa yang resmi beropera si sejak 8 Mei 1999. Institusi ini
mengemban peran penting dalam meningka tkan apresia si
masyarakat Indone sia terhadap karya-karya se ni rupa
melalui agenda perlindungan, pengembangan dan
pema nfaatan karya-karya se ni rupa di Indonesia.
Keberadaan Galeri Na sional Indonesia memberikan
pelua ng bagi masyarakat umum, pelaja r da n pecinta seni
untuk memanfaatkan sarana yang be rmuatan edukatif,
kultural dan rekreatif. Galeri Nasional Indone sia semakin
|
![]() 68
penting kehadirannya sebaga i salah satu museum seni rupa
di Indonesia yang memiliki sekitar 1750 koleksi karya-
karya seni rupa.
Galeri Nasional Indonesia dalam memantapkan
langkahnya di masa menda tang diharapkan ak
menjadi
barometer perkembangan seni rupa Indonesia serta
se kaligus menjadi fasilitator dalam penge mbang
potensi
perupa Indonesia dalam peta regional dan internasional.
(Sumber: www.galeri-nasional.or.id)
(Gambar 2.46. Gale ri Nasional)
Sumber:
B. Se jara h Galeri Nasional
Berdirinya Ga leri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah
satu wujud dari upaya pembentukan Wisma Seni Nasional/Pusat
Pe ngembangan Kebudayaan Nasional yang telah dirintis sejak
tahun 60'an.
Setelah diperjua ngkan secara intensif sejak ta hum 1995,
kemudian institusi GNI terbentuk tahun 1998 dan dire smikan
operasionalnya pada tanggal 8 Mei 1999.
Gedung ini terletak di Koningsplein Cost No. 14, yang
sekarang disebut Jala n Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta
Pusat. Pada tahun 1817 G.C. van Rijck membangun
sebuah Indisc he Woonhuis diatas ka vling ini dengan material
|
![]() 69
yang diambil da ri bekas Kasteel Batavia. Pada tahun 1900 gedung
ini merupaka n bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh
Yayasan Kristen Carpentier Alting Stiching (CAS)
Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda ini dipergunakan
untuk Asrama khusus bagi wanita, sebagai usaha pendidikan yang
pertama di Hindia Belanda.
Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia melarang
kegiatan pemerintah dan masyarakat Belanda. Bangunan dan
pengelolaan usaha pendidikan terse but kemudian dialihkan kepada
Yayasan Raden Saleh. Berdasarkan keputusa n ya ng dikeluarkan
penguasa perang tertinggi No. 5 tahun 1962, yang ditandatangani
oleh Pre siden Sukarno, gerakan Vrijmetselaren Lorge dilarang dan
Yayasan Raden Saleh dibubarkan. Sekolah-sekolah beserta segala
peralatannya diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.
Tanggal 28 Februari 1982, pengelola annya diserahkan kepada
Direktorat Jendral Kebudayaan. Bangunan induk (Gedung A)
tersebut selanjutnya difungsikan sebaga i Gedung Pameran Seni
Rupa (kini Galeri Nasional Indonesia).
(Sumber: www.galeri-nasional.or.id)
C. Visi dan Misi Galeri Nasional
Visi
Menjadi pusat pelestarian dan pa meran karya seni rupa untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang kreatif, apresiatif dan
mencintai karya budaya bangsa di era globalisasi.
Misi
Menghimpun, melindungi, mengembangkan dan
mema nfaatkan karya seni rupa dalam lingkup nasional
maupun interna sional.
Menganalisis dan menyebarluaskan data informasi tentang
koleksi Galeri Nasional Indonesia.
Meningkatkan krea tivitas da n apre siasi seni rupa di
kalangan perupa, pe lajar dan masyarakat umum.
|
![]() 70
Mengembangkan pemikira n (wacana), wawasan, perluasan
komunitas dan jaringan kerjasama dibidang seni rupa.
Membe rikan bimbinga n, pemanduan (guiding) dan
keterampilan se ni rupa (edukasi) melalui program ke giatan
yang bersifa t eduka tif dan rekrea tif.
(Sumber: www.galeri-nasional.or.id)
D. Struktur Organisasi
(Diagram 2.3. Ba gan Struktur Organisasi Galeri Nasional)
Sumber: www.galeri-nasional.or.id
2.5.3.2. Desain dan Fasilitas Galeri Nasional
A. Desain Banguna n Galeri Nasional
Desain Gedung berarsitektural Kolonial Belanda. Berikut denah
dan keterangan dari bangunan Galeri Nasional:
|
![]() 71
(Gambar 2.47. Denah dan Keterangan Ruang Galeri Nasional)
Sumber: www.galeri-nasional.or.id
B. Fasilitas Galeri Nasional
Galeri Nasional Indonesia memiliki fasilitas yang memadai
untuk mendukung setiap aktivitas yang dilaksana kan oleh Galeri
Nasional Indonesia. Adapun fasilitas tersebut terdiri dari:
1) Ruang pameran temporer :
Gedung A (luas 1350 m² - kapasita s 150 karya),
Gedung B (luas 180 m² - kapasitas 50 karya),
Gedung C (luas 840 m² - kapasitas 100 karya).
Gedung D (luas 600 m² - untuk pameran, work shop
dan pertunjukan seni, dll).
(Gambar 2.48. Ruang Pameran Temporer Gedung A)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
|
![]() 72
(Gambar 2.49. Ruang Pameran Temporer Gedung C)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
2) Ruang pameran tetap : Gedung B (luas 1400 m²),
Gedung C (luas 840 m²).
(Gambar 2.50. Ruang Pameran Tetap)
Sumber: www.galeri-nasional.or.id
3) Ruang Seminar (luas 95 m² - kapasitas 150 orang).
(Gambar 2.51. Ruang Seminar)
Sumber: www.galeri-nasional.or.id
|
![]() 73
4) Ruang Auditorium (luas 75 m² - kapasitas 100 orang).
5) Plaza (lua s 4000 m²).
6) Areal Parkir (kapasitas 200 kendaraan).
7) Gedung Perpustaka an Kebudayaan dan Pariwisata.
(Gambar 2.52. Ge dung Perpustakaa n)
Sumber: www.galeri-nasional.or.id
8) Ruang Laboratorium (Konservasi / Restorasi).
Pekerjaan konservasi-restorasi dilakukan pada
Laboratarium Konservasi dengan fasilitas penerangan
lampu polikhromatis dan ultra-violet. Bersikulasi udara,
ber- AC, dan dialiri air distilasi.
9) Ke dai Galeri (Galnas Café dan Galnas Shop).
(Gambar 2.53. Kedai Galeri)
Sumber: Dokumen Pribadi Penulis
|
74
10) Ruang Administrasi / Tata Usaha.
11) Kuratorial.
12) Ruang Simpan Koleksi.
Karya-karya seni rupa koleksi Galeri Nasional
Indonesia sebagian besar di tempatkan di ruang
penyimpanan /storage yang sudah meme nuhi persyaratan
peyimpanan karya seni rupa karena rua ng penyimpanan
tersebut sudah dile ngkapi de ngan fasilitas mesin penye juk
ruangan, alat penga tur suhu udara, lemari kayu, panel
geser, pane l kawat dan panel kayu, serta dilengkapi juga
dengan a larm sistem sebagai sara na pe ngamanannya.
13) Gudang.
14) Mushola.
15) Toilet.
(Sumber : www.galeri-nasional.or.id)
2.4.1.1. Analisa S.W.O.T
Strength
Satu-satunya Galeri terbesar dan terluas di Jakarta dan
telah berada bertahun-tahun lalu. (Dikarenakan merupakan
Galeri milik Negara)
Memiliki fasilitas dan ruang yang memadai dengan jumlah
kapasitas yang besar
Berada di lokasi yang mudah dijangkau dan sering dilewati
kendaraan umum
Weakness
Bentuk ma upun perubahan desain dan banguna n masih
tergolong kuno (Kolonial Belanda)
Kura ng mengikuti perkembangan ja man dan keinginan
generasi muda / masa kini.
Cenderung kaku dan formal
|
75
Opportunity
Dapat meraih pasar interna sional dikarenakan memiliki
koleksi ya ng terbilang banyak dan me rupakan karya
seniman-seniman terkenal. Selain itu sanga t terkenal
dikarenakan satu-satunya galeri milik pemerintah di
Jakarta.
Thread
Tertinggal oleh jaman dan peminat maupun se niman muda
lebih memilih menuju ke galeri-galeri lain yang lebih
interaktif dengan desain yang lebih baru dan tidak
membosankan.
|