BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Bali
Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan Ibukota
provinsinya ialah De npasar yang terletak di bagia n selatan pulau Bali. Selain
terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau
yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan,
Nusa Ceningan, dan Pulau Serangan. Bali sendiri terletak di antara Pulau
Jawa dan Pula u Lombok Bali secara keseluruhan memiliki panjang 153 km
dan lebar 112 km. Terdapat be berapa gunung berapi di Bali, namun yang
tertinggi adalah Gunung Agung dengan ketinggian 3.148 m. Penduduk Bali
kira-kira sejumlah 4 juta jiwa le bih. Mayoritas penduduk Bali bera gama
Hindu dan sisa nya beragama Islam, Protestan, Katolik, dan Buddha. Di dunia,
Bali terkenal sebagai tujuan Pariwisata dengan keunikan be rbagai hasil seni-
budayanya. Bali juga dikenal de ngan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu
Pura.
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2000SM
yang bermigrasi dari Asia. Pe ninggalan peralatan batu dari ma sa tersebut
ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian barat pulau. Zaman
prasejarah kemudian berakhir dengan da tangnya ajaran Hindu dan tulisan
Bahasa Sansekerta dari India pada 100SM. Orang Eropa yang pertama kali
menemukan Bali ialah Corne lis De Houtman dari Belanda pada 1597.
Pasukan Jepang menduduki Pulau Bali selama pera nd dunia 2 dan saat itu ada
seorang perwira militer bernama I GustiNgurah Rai yang me mbentuk
pasukan Bali dengan nama 'Pejuang Kemerdekaan'.
Jenis pekerjaan yang mendominasi di Bali adalah pekerjaa n yang
terkait dengan industri wisata, pertanian, perikanan dan juga seniman. Baha sa
|
yang digunakan a dalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Bali, sedangkan Bahasa
Inggris dan bahasa asing lainnya seperti Je pang digunakan untuk menunjang
komunikasi khususnya dalam industri pariwisata di Bali.
Masyarakat Bali menganut sistem kasta dalam kehidupannya yang
membentuk tatanan sosial di Bali, pembagian strata sosial yang dibagi ke
dalam:
1. Brahma, merupa kan strata te rtinggi yang diisi oleh para
roha niawa n/pendeta.
2. Ksatria, merupakan strata yang diisi oleh para bangsawan dan pejabat
kerajaan.
3. Waisya , merupakan strata yang diisi oleh para prajurit dan peda gang.
4. Sudra, strata untuk masyarakat bia sa.
Na ma masing-masing individu dapat dilihat sebagai penunjuk strata
sosial sekaligus eksistensi budaya ya ng ada di Bali, misal: Ida Bagus atau Ida
Ayu merupakan nama yang dipakai oleh para Brahmana. Anak Agung,
Cokorda atau Dewa merupakan nama yang digunakan oleh para Ksatria. I
Gusti merupakan nama yang digunakan bagi para Waisya, dan Wa yan, Made,
Nyoman, Ketut diguna kan oleh para Sudra.
Meski berge lut dengan hantaman arus globalisasi yang dibawa
bersama denga n pa ra turis dan pedagang asing, serta derasnya informasi dan
teknologi yang masuk, kebudayaan khas yang telah lama mengakar tetap
kokoh sebagai ciri khas me reka dan hal itu pula yang menarik wisatawan
untuk datang ke Bali. (http://erbinaba roes.wordpress.com/2013/08/23/sejarah-
singkat-pulau-bali-informasi-singkat-bagi-traveler. Diakses 2 Mei 2014)
|
![]() Gambar 2.1 Peta Indonesia
Sumber: www.google.com
2.1.1.1 Seni Budaya Bali
Bali merupakan pulau yang berhasil memperkenalkan seni budayanya
hingga dikena l oleh dunia. tarian, musik, dan seni patung dan ukir
merupakan bidang kesenian yang menjadi pusat konsentrasi eksplorasi
kreatifitas seni masyarakat di Bali. Kebudayaan Ba li pada dasarnya dilandasi
oleh nilai-nilai yang bersumbe r pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali
mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), ya ng sering ditentukan oleh
faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi keadaan di lapangan
( patra ).
Kebudayaan Bali sesungguhnya menjunjung tinggi nilai-nilai
keseimbangan dan ha rmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan
( parhyangan ), hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan
manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran Tri
Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraa n). Apabila manusia mampu
menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek
tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jela s yaitu budaya
ekspresif yang mencakup nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius,
nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan. Kelima
|
![]() nila i dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut menghadapi
berbagai tantangan.
Beberapa seni budaya yang menjadi ciri khas Bali diantaranya adalah
Tari Keca k, Tari Pendet, Garuda Wisnu Kencana, Upacara Ada t (ngabe n,
pernikahan, upacara hari raya Nyepi), pakaian ada t Bali, rumah adat Bali,
Pura Ba li dan masih banyak lainnya. Di Bali upacara keagamaan menjadi
daya tarik terse ndiri ba gi para wisatawan, dan masyarakat Bali sendiri tidak
merasa terganggu kare na dari pihak Tidak ketinggalan pula cagar budaya
a lamnya yang inda h, dan ha l-hal tersebutlah yang menarik minat pengunjung
dari dalam maupun luar negeri dan menjadi ikon kota Bali itu sendiri.
2 Mei 2014)
Gambar 2.2 Penari Kecak
Sumber: www.google.com
2.1.1.2 Ar sitektur Bali
Arsitektur Tradisional Bali dapat diartika n sebagai tata ruang dari
wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah be rkembang secara turun-
|
temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu,
sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap
pada lontar Asta Koasala-Kosali, Asta Patali dan lainnya, sampai pada
penyesuaia n-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan
petunjuk-petunjuk dimaksud. Yang dimaksud dengan Asta Kosala a dalah
aturan tentang bentuk-bentuk nisca ya (symbol) pelinggih, yaitu ukuran
panjang, lebar, tinggi, pe palih (tingkatan) dan hiasa n.
Arsitektur Bali diwujudkan pada bangunan tempat ibadah (pura),
tempat musyawarah (Bale Banjar), dan tempat tinggal yang masing-masing
dilengakapi tempat penyimpanan. Baik Pura, Bale Banjar, maupun te mpat
tingga l membentuk masa ba ngunan didalam suatu pekarangan berdasarkan
falsafah dan konsep tata-ruang. Komposisi, proporsi, ke satuan, harmoni,
kenyamanan serta keindahan sebagai unsur-unsur arsitektur modern terwujud
sempurna dalam a rsitektur Bali.
Tipe bangunan terbagi menurut jumlah tiang, mula i dari tiang empat,
tiang e nam, tiang delapan, tia ng Sembilan dan tiang dua belas. Penyelarasan
bertingkat (kepala-badan-kaki) diterapkan sampai detail terkecil dari suatau
bangunan. Secara struktural ata p adalah kepala, tiang dan dinding se bagai
badan, lantai ba tur sebagai kaki bangunan. Keseluruhan struktural bangunan
membentuk kesatuan kontruksi yang setabil, estetis, fungsional dan tahan
gempa. Hubunga n elemen-elemen kontruksi hanya memakai pasak, baji dan
tali sehingga mudah untuk dibongkar-pasang.
Baik Pura, rumah atau banjar semuanya dikelilingi pagar tembok,
Pagar masif (penyengker) yang dipadu candi bentar sebagai ekspresi citra tata
ruang yang tinggi nilai budayanya. Penyengker dipercaya sebagai wujud
perlindungan empat kekuatan alam (air,a pi, tanah, udara) ya ng me nempati
sudut-sudut pekarangan. Dalam hal ragam hias sebagai ciri khas arsitektur
Bali mengambil tiga bentuk kehidupa n makhluk bumi (manusia, flora dan
fauna ). Unsur-unsur estetika, etika dan logika mendasari pengolahan dan
penempatan ragam hias, denagn mengingat nilai nilai ritual yang
disandangnya.
|
![]() Gambar 2.3 Arsitektur Bali
Sumber: Dokumen Pribadi
2.1.1.3 Tipe Bangunan Tradisional Bali
Bangunan perumahan tradisional bali mempunyai beberapa type dari
yang terkecil sakapat bangunan bertiang e mpat. Membesar bertiang enam,
bertiang de lapan, bertiang sembilan dan be rtia ng dua belas. Ba ngunan bertiang
dua belas dikembangkan la gi denga n e mper kedepan atau kesamping dengan
tiang sejajar. Dan berikut pengertian da ri setiap tpe bangunan :
1. Sakepat bangunan bertiang e mpat. Bangunan sakapat tergolong bangunan
sederhana ukura n sekitar 3 m x 2,5 m. Konstruksi be rtiang empat denah segi
e mpat, satu balai balai mengikat tiang atau tanpa balai-balai. Atap dengan
konstruksi pelana atau limasan.
2. Sakenem. Bangunan sakenem tergolong sederhana berbentuk segi empat
panjang, dengan panjang sekitar tiga kali lebar .Ukuran bangunan sekitar 6 m
x 2m, mendekati dua kali ukuran sakepat, Konstruksi bangunan terdiri enam
tiang berjaja r, tiga tiga pada ke dua sisi panjang. Keena m tiang disatukan oleh
satu ba lai-balai atau empat tiang pada sa tu balai- balai dan dua tiang di teben
|
pada sa tu balai -
balai dengan dua sa kapandak. Hubungan balai-balai dengan
konstruksi perangkai sunduk waton,likah dan galar. Konstruksi a tap dengan
pelana atau limasan
3. Sakutus. Bangunan tergolong madia bentuk bangunan segi empat panjang,
dengan ukuran 5 m x 2,5 m. Konstruksi terdiri dari de lapan tiang yang
dirangkai empat empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai
memanjang kaja kelod denga n kepala kearah luan kaja. Tiang tiang
dirangkaikan dengan sunduk waton/selima r, likah dan galar. Stabilitas
konstruksi de ngan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang,
sengga wang tidak ada pada bangunan sakutus. Siste m konstruksi atap dengan
pelana.
4. Tiangsanga. Tergolong bangunan utama bentuk banguna n segi empat
panjang, de ngan
ukuran sekitar 4 m x 5 m tiangnya sembilan. Konstruksi
bangunan dengan satu balai - balai mengikat empat tiang di teben tiangnya
tiga dengan senggawang sebagai stabilitas. Letak tiang ma sing-masing pada
keempa t sudut,tengah-tenga h keempat sisi da n dite ngan dengan kencut
seba gai kepala tiang , Konstruksi atap atap de ngan limasan dengan puncak
dedeleg, penutup ata p alang-alang atau ge nteng,
5. Sakarora s. Bangunan tergolong utama be ntuk bangunan denah bujur sangkar
dengan ukuran sekitar 5 m x 5 m, Jumlah tiang dua belas buah, empat empat
tiga deret dari luan keteben. Letak tiang empat buah masing-masing sebuah di
sudut-sudut, empat buah masing-masing dua buah di sisi luan dan teben. Dua
buah masing-masing di sisi samping dan dua buah di tengah dengan kencut
seba gai kepala tiang. Dua bala i-balai masing-masing mengikat empat-empat
tiang dengan sunduk, waton/se limar dan likah sebagai stabilitas ikatan. Empat
tiang sederet diteben dengan senggawang sebagai stabilitas tiang. Bangunan
tertutup dua sisi terbuka kearah na tah, Konstruksi atap atap dengan limasan
dengan puncak dedeleg, penutup atap alang-alang atau genteng
|
![]() Gambar 2.4 Arsitektur Bale
Sumber: www.google.com
2.1.1.4 Bagian Pada Bangunan :
1. Be baturan. Bagian bawah atau ka ki bangunan yang terdiri dari jongkok
asu sebagai pondasi tiang, ta pasujan sebagai perkerasan tepi bebatura n.
Be baturan merupaka n lantai bangunan, undag atau tangga sebagai
lintasan naik turun lantai kehalaman. Satuan modul adalah musti setinggi
genggaman tangan sampai ke ujung ibu jari ditegakka n + 15 cm . Sloka
ke lipa tan adalah watu untuk bebatura n perumahan, kelipatan rubuh
dihindari. Sloka kelipatan adalah candi - watu - segara - gunung - rubuh,
dihitung dari bawah. Bahan banguna n yang digunakan, jongkok asu
sebagai pondasi alas tiang disusun dari pasangan batu alam atau batu
buatan perekat pasir semen. Pasangan bida ng te gak te pi lantai bebaturan
pa sangan batu cetak, batu bata atau ba tu alam, lantai menggunakan
ba han-bahan
produk
industri.
2. Tembok. Te mbok dan pilar-pilarnya dibangun dengan pola kepala
ba dan kaki, dihias dengan pe palihan dan orname n bagian-bagian tertentu.
|
Tembok tradisional dibangun terlepas tanpa ika tan deng
konstruksi
ra ngka bangun. Tembok tidak terpengaruh bila terj
goncangan pa da
konstruksi rangka atau konstruksi rangka tidak terpengaruh bil
konstruksi tembok roboh. Bahan bangunan yang digunakan, da
pasangan batu ba ta, batu padas jenis-jenis batu a lam yang ses
i bahan
tembok..
3. Tiang (Sesaka). Tiang yang disebut Se saka ada lah elemen utama dalam
bangunan tradisioanl, Penampang tiang bujur sang
dengan sisi-sisi
sekitar 10 cm pa njang tiang sekitar 250 cm. Bah
yang dipakai untuk
tiang ada lah kayu dengan kelas-kelas kwalitas d
kelompok kelempok
tertentu yang diidentikkan dengan pe rsonal keraja
Kayu untuk bahan
bangunan perumahan ditentuka n raja kayu ketewel (ka
nangka), patih
kayu ja ti. Penempatannya pa da ba gian konstru
disesuaikan dengan
kehormata n kedudukan perangkat ke rajaan, di punc
konstruksi
dibagian tengah dan dibawah. Bentuk hia san tia
dari yang paling
sederhana kayu dolke n, sampa i tiang berhiask
ornamen berukir.
4. La mbang/Pementang, Lambang adalah balok belanda r sekeliling
ra ngkaian tiang , lambang rangkap yang disatukan, balok rangkaian yang
dibawa h disebut lambang yang diatas disebut sineb. Ba lok tarik yang
membentang ditengah-tengah mengikat jajaran tiang tengah di sebut
pementang. Balok yang mengikat pementang berakhir di atas tiang
tengah di sebut tada paksi. Rusuk-rusuk bangunan tradisional disebut iga-
iga , pangkal iga-iga dirangkai dengan kolong ata u dedalas yang
merupakan bingkai luar bagian atap. Ujung atasnya me nyatu dengan
puncak a tap yang disebut dedeleg. Rusuk-rusuk yang mene mpati sudut
sudut atap da ri tia ng-taiang sudut kepuncak disebut pemucu. Rusuk-
rusuk yang menempati dipertenga han bidang atap kepuncak disebut
pemade. Untuk
mendapatkan bidang atap, lengkung, kemiringan
dibagian bawah lebih kecil dari bagian atas. dibuat rusuk bersambung
yang disebut gerantang. Raab adalah penutup atap bahan yang dipakai
genteng
pres.
Hiasan-hiasannya be rpedoman pada aturan tata hiasan yang umum
|
be rlaku untuk masing-masing elemen. Keseluruhan konstruksi rangka
ba ngunan membentuk suatu kesatuan stabilitas struktur yang estetis
fungsional. Hubunga n elemen-elemen konstruksi dikerjakan dengan
sistim pa sak, baji dengan perkembanga n arsite ktur tra disional dibutuhkan
menggunaka n paku untuk penguat konstruksi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Bali. Diakses 3 Mei 2014)
2.1.2 De finisi Hotel
Hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersil yang
menye diakan jasa penginapan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
yang ingin bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang ha nya
menggunakan fa silitas tertentu yang dimiliki hotel tersebut. Hotel berasal dari
kata hostel ya ng diambil dari bahasa Perancis kuno yang memiliki arti
tempat penampungan buat pendatang ata u bangunan penyedia pondokan
dan makanan untuk umum. Adanya beberapa pengertian hotel menurut :
a. Menurut Kamus Besar Baha sa Indonesia
Hotel sebagai bangunan berkamar banya k yang disewakan sebagai
te mpat untk menginap dan tempat makan orang yang sedang dalam
perjalanan, atau bentuk akomodasi yang dikelola se ca ra komersial,
disediakan ba gi setiap orang untuk memepe rolah pelayana n,
penginapan, makan da n minum.
b. Menurut Kamus Oxford
Hotel is building where rooms and usually meals are provided for
people in return for payment. Atau jika diterjemahkan secara bebas
menjadi, ba ngunan dimana kamar-kamar dan sarapan tersedia sebagai
ganti dari pembayara n.
|
c. Berdasarkan Keputusan Menteri Parpostel no KM 94/HK103/MPPT
1987
Hotel adalah suatu jenis akomoda si yang mempergunakan sebagian
atau seluruh bangunannya untuk menye diakan jasa pelayanan,
penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum yang
dikelola secara komersial serta me menuhi kete ntuan persyaratan yang
ditetapkan dida lam keputusan pemerintah.
d. Menurut SK.MenHub. RI. No. PM 10/PW.391/Phb-77
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara
komersial, disediaka n bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan
penginapan berikut makan dan minum.
e. Menurut the American Hotel and Motel Association (AHMA)
Sebagaimana dikutif oleh Steadmon dan Kasavana: A hotel may be
defined as an establishment whose primary business is providing
lodging facilities for the general public and which furnishes one or
more of the following services: food and beverage service, room
attendant service, uniformed service, Launde ring of linens and use of
furniture and fixtures. Yang dapat diartikan seba gai berikut: Hotel
dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara
komersial dengan memberikan fasilitas pe nginapan untuk umum
dengan fasilitas pela yanan sebagai be rikut: pelayanan makan dan
minum, pelayanan kamar, pelaya naan bara ng bawaan, penc ucian
pakaian dan dapat menggunakan fasilitas/perabotan dan menikmati
hiasan-hiasan yang ada didalamnya.
f. Budi, Perma na, Agung. (2013). Manajemen Marketing Perhotelan.
Yogyakarta: ANDI
Hotel adalah salah satu usahayang bergerak dalam bidang jasa untuk
mencari keuntungan melalui sua tu pelayanan kepada para tamunya
yang menginap sepe rti pelayanan ka ntor depan, tata graham, makan
dan minum, MICE, serta rekreasi.
|
g. Ha yes, David K. (2007). Amerika: Hotel Operations Management
Full service hote l is a lodging property that offers complete food and
beverage produc ts and services.
Di Indonesia, hotel dieratkan denga n sebuah tempat penginapan yang
mahal dikarenakan pola pikir masyarakat yang menganggap hotel
berbintanglah yang paling diakui ke beradaannya karena memiliki fasilitas
paling lengkap dan mewah dan hanya orang-orang tertentu yang bisa
menginap di da lamnya. Padahal disamping itu masih ada be berapa tipe hotel
yang harga nya masih bisa terjangkau seperti hotel melati yang tarifnya cukup
terjangkau namun mema ng ha nya menyediaka n tempat menginap dan
sarapan pagi, serta guest house ata u mess yang dikelola oleh suatu
perusahaan sebagai tempat menginap bagi para ta mu atau pegawai
perusahaan yang a da kaitannya dengan kegiatan dengan urusan perusahaa n.
Adapula jenis hotel resort yang kini sedang banya k digemari oleh
masayarakat khususnya di daera h wisata dikarena kan re sort sendiri
mempunyai konsep yang nyaman, tenang dan letaknya lebih menya tu dengan
a lam.
2.1.2.1 Klasifikasi Hotel
Pe nentuan je nis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri
a tau sifat khas yang dimiliki wisata wan (Tarmoezi, 2000). Hotel memiliki
banyak jenis yang dinila i dari kebutuhan da n juga fasilitas yang telah
disedia kan. Berikut klasifikasi jenis hotel yang di dapatkan berdasarkan buku
Introduction to Hospitality Management:
a. City Center Hotels
Berdasarkan lokasinya City Center Hotel berdekatan dengan tempat
rekre asi juga area bisnis. Hotel ini dapat digunakan pada kelas mewa h,
menengah atas, bisnis, suites, ekonomi, atau residensial. Hotel ini
menawarkan beberapa akomodasi dan pelayanan.
b. Resort Hotels
|
Some re sort focus on majr sporting activities such as sk iing, golf, or
fishing, others offer family vacation. Dapat dilihat bahwa loka si
Resort Hotels tidak jauh dari tempat vaka nsi dan rekreasi. Tamu yang
datang sa ngat menikmati waktu senggangnya untuk bersantai juga
berekreasi. Untuk menaikan rama inya pe ngunjung, resort terkadang
menyediakan fasilitas seperti ruang mee ting untuk bisnis dan group,
fasilitas olahraga da n rekreasi, spa, da n lainnya.
c. Airport Hotels
Banyak Airport Hotels suda h memiliki banyak pengunjung,
dikare nakan banyak tamu yang datang terutama wisatawan, yang
dikare nakan penundaan penerbangan, pe nukaran penerbanga n, juga
wisatawan yang baru tiba, dikare nakan Airport Hotel berjarak tidak
jauh dari landasan udara.
d. Fre eway Hote ls and Motels
Freeways atau jalan raya dalam bahasa Indone sia. Freeway Hotel and
Motels bertujua n untuk membantu aktifitas pada jala n ra ya. Tamu
yang datang untuk beristirahat dari perjalanan jauh.
e. Casino Hotels
Casino Hote ls me rupakan hotel yang berdekatan dengan tempat
rekrea si kasino. Sebagai tempat pe risirahata n para tamu pengunjung
kasino juga tamu yang sekedar ingin menginap pada hotel ini. Casino
Hotels juga membuat sistem pelayanan dengan family-friendly atau
keluarga-pe rtemanan. Dengan sistem pelayanan seperti ini Casino
Hotel mengharapkan tamu hotel dapa t tinggal lebih lama.
f. Convention Hotels
Convention Hotels mengutamakan fasilitas dan kebutuhan kelompok
yang akan menghadiri konvensi atau rapat. Biasanya hotel ini
memiliki 500 kamar juga area publik yang besar se rta akomodasi
untuk ra tusan orang dalam waktu yang bersamaan.
|
g. Full-Service Hotels
Cara untuk memastikan hotel ini adalah dengan tingkat pelayanan
yang di berikan. Full-Service Hote l sa ngat mengutamakan fasilitas
dan pelayana n yang akan di berikan pada tamu.
h. Economy/Budget Hotels
Hotel ini dibilang juga seba gai hotel kelas ekonomi. Persa ingan ketat
dalam hotel ekonomi sangat ketat belakangan ini. Hotel ini tidak
memiliki restoran di dalamnya hanya saja menyediakan sarapan pagi
untuk tamu pada lobi hotel.
i. Butique Hotels
Butik hotel menawarkan penawaran yang berbeda da n penga laman
yang berbeda. Butik hotel memiliki arsitektur, gaya, decor, ukuran,
yang unik. Dengan kapasitas 25-125 kamar da n pelayanan yang sangat
baik.
j. Extended-Stay Hotels
Extended-Stay Hotel merupakan hotel dimana mengutamakan kepada
ta mu yang menginap lebih lama dari biasanya, walaupun hotel ini juga
te tap menerima tamu yang menginap dengan waktu yang tidak lama.
k. All-Suites Extended-Stay Hotels
Sa ma seperti Extende d-Stay Hotels, hanya saja hotel jenis ini
menawarkan ruang yang lebih luas denga n harga yang sama dengan
hotel biasa. Ruang tambahan dari hotel ini biasanya sebuah lounge
dan kitchenette area.
l. Condote ls
Condote ls adalah ga bungan dari hotel dan kondominium. Pemilik
hotel menyewakan hote l dalam bentuk kondominium.
m. Mixed-Use Hote ls
|
Hotel ini memiliki beberapa fungsi lainnya selain hanya untuk
menginap. Mix-Use Hotels juga memiliki Office Building, Convention
Center, tempat olahraga, atau Mall.
n. Bed and Breakfast Inns
Bed and Breakfast Inns, atau dikenal juga denga n B&Bs, menawarkan
fasilitas alternatif dari hotel normal atau motel. Menurut Travel Assist
Magazine, B&B adalah sebuah konsep yang dimulai di Eropa se bagai
penginapan rumah pribadi. Menawarka n sarapan pa gi, akomodasi,
juga memberikan inforasi tentang hiburan loka l dan tujuan wisata.
(Walker, John R. (2010). Introduction to Hospitality Management
Third Edition. U.S.A: Pearson Prentic e Hall)
2.1.2.2 Klasifikasi Hote l Berdasarkan Kriteria Pengelompokan Hotel
a. Berdasarkan Siste m penetapan tarif kamar (room rate)
1) Full American Plan (FAP), yaitu hotel yang menganut sistem
dimana harga kama r sudah termasuk tiga kali makan.
2) Modified American Plan (MAP), yaitu hotel yang menganut
sistem dimana ha rga kamar sudah termasuk makan dua kali.
3) Continental Plan, yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga
kamar sudah termasuk makan pagi (continental breakfast).
4) Bermuda Plan, hotel dengan sistem harga ka mar sudah termasuk
makan pagi (American Breakfast).
5) European Plan, yaitu hotel dengan sistem dimana harga kamar
tidak termasuk makan (room rate only).
b. Berdasarkan ukuran dan jumlah kamar
1) Hotel kecil, jumlah kamar sampai dengan 25 kamar
2) Hotel mene ngah, memiliki jumlah kamar antara 25 sampai 100
3) Hotel sedang, jumlah kamar antara 100 sampai 300
|
4) Hotel besar, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar diatas 300
c. Ber dasar kan jenis atau tipe tamu
1) Family hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya terdiri dari
keluarga
2) Business hotel, sebagian besar tamunya merupakan orang
orang
yang sedang melakukan tugas atau usaha
3) Tourist hotel, yaitu hotel yang seba gain besar tamunya adalah
wisatawan
4) Transit hotel, yaitu hotel yang seba gian besar tamunya adalah
mereka yang akan melanjutkan perjalanan (hotel hanya sebagai
tempat pe rsingga han sementara saja)
5) Cure Hotel, ya itu hotel yang sebagian besar tamunya adalah
dengan tujuan pengobatan
d. Berdasarkan tarif hote l
1) Economy Hotel, yaitu hote l dengan tarif yang relatif murah
2) First Class Hotel, yaitu hotel dengan tarif sedang
3) Deluxe Hotel, yaitu hotel dengan tarif mahal
e. Ber dasar kan lokasi hotel
1) Mountain Hotel, yaitu hote l yang berlokasi di daerah pegunungan.
2) Beach Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di dekat pantai.
3) City Hotel, yaitu hotel yang berlokasi di pe rkotaan.
4) Highway Hotel, yaitu hotel yang berlokasi ditepi jalan bebas
hambata n dan biasanya diperbatasan antara dua kota.
5) Airport Hotel, yaitu hotel yang berlokasi dekat dengan lapangan
terbang.
|
f. Berdasarkan lama tamu menginap
1) Transient Hotel, hotel dimana pa ra tamunya rata-rata menginap
hanya untuk satu atau dua malam.
2) Residential Hotel, yaitu hotel dima para tamunya menginap untuk
jangka waktu lama, lebih dari satu minggu.
3) Semi Reside ntial Hotel, yaitu hotel dima na para tamunya
menignap lebih dari dua malam sampai satu minggu.
g. Berdasarkan Disain dan struktur hotel
1) Conventional Hotel, hotel yang bentuknya tinggi bertingkat
menjulang kelangit .
2) Bunga lows, hotel yang bentuknya tidak bertingkat dan setiap
bangunan berlokasi menyebar satu dengan yang lain.
3) Motor Hotel, hotel yang mempunya i garasi di masing-masing
kamar atau ke lompok kamar.
2.1.2.3 Persyaratan Hotel Berbintang
Hotel berbintang memiliki persyaratan sebagai berikut:
1) Fisik, meliputi lokasi, kondisi, dsb
2) Bentuk pelayanan (service)
3) Kualifikasi tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan
4) Fasilitas olah raga dan fasilitas lainnya
5) Jumlah kamar yang tersedia:
10 - 14 kamar untuk bintang 1
15 - 29 kamar untuk bintang 2
30 - 49 kamar untuk bintang 3
50 - 99 kamar untuk bintang 4
Di atas 99 kamar untuk bintang 5
|
2.1.2.4 Jenis Tamu Hotel
a. Walk in guest, Tamu datang langsung ke hotel untuk menginap
tanpa melakukan reservasi terlebih dahulu.
b. Group (GIT), tamu datang minimal 20 orang dan 10 kamar.
c. Trave l agent, ada beberapa hotel yang mempunyai kontrak dengan
travel agent.
d. Corporate, ta mu datang dari sebuah perusahaa n yang sudah
mempunyai kontrak harga sendiri (kerja sa ma) dengan hotel.
e. Embassy, tamu yang datang dari kedutaan.
f. Airline crew, tamu dari awak penerbangan.
g. Airline passenger, tamu dari pengguna pesawat terbang
(penumpang).
h. Stranded passenger, penumpang yang menginap di hotel karena
kerusakan pesawat dan merupakan fasilitas akomodasi dari
perusahaan penerba ngan.
i. Weekend rate, harga dari sebuah hotel khususnya pada hari, jumat,
sabtu, minggu dan tanggal merah.
j. Airport rep, hotel di wilayah bandara dan disediakan untuk ta mu
yang butuh penginapan saat landing, harganya lebih murah dan
biasanya untuk transit.
k. Membership card, tamu yang datang menggunakan kartu membe r.
Ada ketentuan tertentu dari hotel baik harga maupun fasilitas tidak
dapat dialih tangankan. Min 1 th dan ma x. 3 th.
l. Hotelier, tamu yang datang / harga yang diberikan pada karyawan
sebuah hotel. Diskon 40-60%.
m. Press, tamu yang da tang berasal dari wartawan.
|
n. Government, tamu dari pemerintahan. System pemba yarannya
dilakukan setelah selesai acara. Jangka waktunya 1-3 bulan (LS).
o. Long stay, tamu yang menginap di hotel lebih dari 8 minggu.
p. Cetain package, harga yang ditawa rkan pada tamu yang berupa
paket.
2.1.2.5 Tujuan dan Fungsi Hotel
Tujuan dari hotel sendiri a dalah untuk mendapatkan keuntungan
dengan menyewakan atau menjual fasilitas pelayanan kepada para tamu yang
datang. Seda ngkan fungsi utama dari hotel adalah sebagai sarana untuk
memenuhi ke butuhan tamu sebagai tempat tinggal sementara sela ma jauh dari
tempat asalnya. Pada umumnya kebutuhan utama para tamu dalam hotel
adalah istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan da n lain-lain. Namun
dengan perkembangan da n kemajua n hotel sekarang ini, fungsi hotel bukan
saja sebagai tempat menginap da n istirahat bagi para tamu yang datang,
namun fungsinya bertamba h sebagai tempat tujuan untuk rapa t atau seminar,
konferensi, hingga tempat penyelenggaraan pesta pernikahan ya ng tentunya
segala kebutuhan sarana dan prasarananya telah disiapkan dengan lengkap
oleh pihak hotel tersebut.
Dalam hal la in hotel juga merupakan ase t dalam pembangunan
negara, ka rena usaha perhotela n mempunyai beberapa peran penting dalam
pembangunan negara antara lain:
a. Meningkatkan industri rakya t.
b. (Hotel banyak memakai barang-barang yang diproduksi oleh industri
rakyat, se perti meubel, bahan pakaian, makanan, minuma n dan lain
sebagainya.)
c. Menciptakan lapangan kerja.
d. Membantu usaha pendidikan dan latihan.
e. Meningkatkan pendapatan daerah dan negara.
f. Meningkatkan devisa negara.
|
g. Meningkatkan hubungan anta r bangsa.
2.1.2.6 Definisi Lobi Hote l
Lobi hotel merupakan area pertama dan elemen penting dalam sebuah
hotel yang aktifitas kunjungan tamunya sangat tinggi dikare nakan di lobi lah
proses uta ma tra nsaksi check in dan check out berlangsung. Selain itu area
lobi juga digunakan se bagai ruang menunggu bagi para tamu yang datang.
Area lobi yang biasa difasilitasi dengan beberapa furnitur utama seperti
sarana duduk (kursi atau sofa), coffee table, console table, standing lamp dan
bebera pa aksesoris lainnya. Ke adaan fisik lobi itu sendiri bisa mencerminkan
keadaan ke seluruhan dari hotel tersebut, karena lobi adalah sebuah kesan
pertama dari suatu hotel dan tempat untuk pe nyambutan tamu-tamu yang
datang. Oleh karena itu dewasa ini banyak usaha perhotelan yang sudah
mulai membenahi dan membuat konsep-konsep baru untuk sebuah lobi agar
terlihat lebih menarik dan mengundang minat pengunjung.
Menurut Kamus Be sar Bahasa Indonesia Lobi adalah ruang teras di
dekat pintu masuk hotel bioskop dsb), yang dilengkapi dengan perangkat
meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
2.1.3 De finisi Furnitur
Pe ngertian furnitur/me bel secara umum adalah benda paka i yang
dapat dipindahkan, berguna bagi ke giatan hidup manusia, mula i dari duduk,
tidur, be kerja, makan, bermain dan sebagainya, yang memberi kenyamanan
dan keindahan bagi pemakainya (Baryl, 1977 dalam Marizar, 2005). Kata
mebel berasal da ri bahasa Peranc is yaitu meubel, atau bahasa Jerman yaitu
mobel. Dalam bahasa Inggris mebel berarti furniture. Me bel a tau furnitur
sekarang ini buka n hanya menjadi kebutuhan dala m pe ngisia n ruang tetapi
telah menjadi gaya hidup tersendiri. Mebel yang biasa kita kenal dan
digunakan untuk mengisi ruang adalah kursi, meja, tempat tidur, lemari, rak
dan masih banyak lagi. Bahan baku yang diguna kanpun se karang banyak
macamnya, tidak hanya dari kayu dan rotan, tetapi ada yang terbuat dari
bambu, be si hingga plastik fiber.
|
Pada zaman dahulu furniture berbentuk besar dan menggunakan
bahan yang sangat kuat, dengan tujuan dipakai turun menurun di dalam
rumah dan tidak dipindah-pindah. Akibatnya furnitur pada zaman dahulu
bentuknya besar-besar dan berat. Se iring berja lannya waktu budaya orang
menjadi lebih dinamis dan sering be rpindah-pindah tempat tinggal, manusia
mode rn pun mulai mengutamakan kepraktisa n seperti tinggal di apartemen
atau rumah susun dan hal ini pula yang membuat berkembangnya desain dan
fungsi furnitur. Pada masa kini furnitur dibuat da ri bahan ringa n, praktis, bisa
dilipat dan banyak ya ng menggunakan knockdown atau do it yourself. Dahulu
kursi dan meja menggunakan ba han yang kuat sehingga bisa diguna kan
seba gai tempat tumpuan atau menjadi tempat berdiri orang dewasa (misalnya
jika ingin menga mbil bola lampu yang berada di langit-langit rumah),
seda ngkan saat ini meja dan kursi kebanyaka n sudah terbuat dari bahan yang
lebih ringkih seperti kayu MDF atau particle board yang fungsinya ha nya
seba gai meja makan dengan ke kuatan terbatas. Pergeseran pola penggunaan
bahan pada furnitur mengakibatkan munculnya dua jenis furnitur yaitu
Modern Furniture dan High End Classic Furniture. (Lensufiie, Tikno, (2008).
Bisnis Furniture dan Handic raft Be rkualitas Ekspor. Jakarta : Erlangga.)
2.1.3.1 Klasifikasi Fur nitur Berdasarkan Material
Berdasarkan buku Pengantar Studi Pe rancangan Fasilitas Duduk
Sriwarno Andar (1998), bahan baku untuk membuat furnitur terbagi dalam
beberapa jenis yaitu :
a. Kayu
Kayu merupakan salah satu hasil hutan dan sumber kekayaan alam.
Kayu termasuk bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan
barang sesuai kebutuhan manusia dan kemajuan teknologi kerja kayu.
Kayu yang berasal dari be rbagai jenis pohon memiliki sifat yang
berbeda-beda, bahkan kayu yang berasal dari sa tu pohon memiliki
sifa t yang berbeda jika dibandingkan antara bagian ujung dan bagian
pangkalnya. Dalam hubungannya dengan pembuatan konstruksi kursi,
tidak semua ka yu dapat diperguna kan. Ada beberapa persyaratan
teknis yang harus dipenuhi antara lain :
|
1) Tidak terlalu be rat dan tidak terlalu ringan.
2) Dimensinya stabil, tidak memiliki kembang susut yang besa r.
3) Dekoratif. Nuansa tampilan seratnya indah.
4) Mudah dikerjakan seca ra manual maupun masinal (machinable).
Tidak terlalu keras atau mudah patah.
b. Rotan
Tanaman rotan banyak terdapat dan tumbuh subur di hutan-hutan
Indonesia se perti Kalimantan, Sumatera, Sula wesi dan sebagainya.
Rotan tergolong tanaman Palm (Palmae) dari jenis Manao, Mandola,
Suti, Umbulu atau Pulut yang meramba t dan dapat tumbuh me ncapai
panjang 10m lebih. Yang sering dipergunakan adalah je nis mandola
dan yang memiliki kualitas terbaik adalah Mana o. Berda sarkan
fungsinya rotan dibagi menjadi :
1) Rota n Ba tang
2) Rota n Koor
3) Vitrit
4) Lasio
5) Wibing
c. Bambu
Bambu (bambuseae) termasuk dalam kelua rga rumput-rumputa n,
te patnya jenis rumput ra ksasa (pe reunial grass). Bambu memiliki
batang-batang yang berbentuk pipa atau berongga dengan ruas-ruas
seperti sekat. Hampir di seluruh Indone sia bambu bisa tumbuh subur
dengan baik. Bambu mempunyai karakter ya ng unik, bentuknya
silinder dengan lubang di tengah. Batangnya terbagi atas beberapa
ruas. Konstruksi bambu jarang sekali memakai lem, sistem
sambungan dibuat dengan cara dipaku, dipasak, dan diikat dengan
rotan. Je nis bambu yang umum dipakai untuk furnitur antara la in :
1) Bambu Apus
2) Bambu Gombong
3) Bambu Tutul
4) Bambu Betung
|
5) Bambu Kuning
d. Logam
Beralihnya penggunaan bahan furnitur dengan logam didasari
pemikiran tentang kelemahan-kelemaha n yang dimiliki oleh kayu.
Logam memiliki kemampuan yang lebih baik dibanding denga n kayu,
seperti sta bilitas bentuk yang baik, tingkat fleksibilitas da n kekerasan
yang tinggi. Ada berbagai jenis logam yang dapat dipakai se bagai
bahan uta ma atau penunjang produk furnitur, baik dalam bentuk
batangan maupun lembaran. Dala m bentuk batangan dikenal dengan
istilah square cube dan circle tube da n untuk lembaran tersedia dalam
beberapa jenis ketebalan.
e. Plastik
1) Thermoplastics adalah je nis polimer plastik yang meleleh bila
dipastikan. Pada kondisi panas, butiran bahan plastik
(polypropilene) yang cair disuntikka n kedalam kontainer untuk
mengisi cetakan yang suda h didesain dengan be ntuk terntentu
(infection moulding process). Contoh produk furnitur hasil
infection moulding a dalah kursi tama n, kursi makan, dan bangku
tanpa sandaran (stool). Keuntungan pemakaian bahan plastik jenis
thermoplastic ini adalah harga yang rela tif murah dan sesuai
diaplikasikan untuk produk-produk yang diproduksi masal.
2) Thermosetting adalah jenis pla stik yang membeku (setting) pada
saat bahan (misalnya resin) dica mpur denga n material katalis.
Pla stik aka n mengeras pada suhu yang cukup tinggi. Contoh bahan
ini adalah FRP (fiberglass reinforced plastic), ya ng sering kita
jumpai sebagai kursi tunggu di terminal atau stasiun. Jenis plastik
ini mempunyai resistansi pana s yang cukup baik dan tahan lama.
PU (poly urethane) adalah contoh lain yang umum dipakai se bagai
busa untuk bantalan duduk atau sanda ran. Untuk ba han pe rekat
kayu dipakai jenis PF (phe nol formaldehyde , UF (urea
formaldehyde), dan Epocx y.
|
f. Bahan Upholstery
Upholstery merupaka n bahan yang umum diguna kan untuk
membungkus bantalan duduk atau sandaran (cushion cover).
Tujuannya selain melindungi permukaan duduk da n sandaran juga
berfungsi memperindah penampilan kursi dengan menonjolkan corak
dan karakter materialnya. Jenis ada bermacam-macam antara lain :
1) Wol
2) Kanvas
3) Kulit
4) Sintetis
2.1.3.2 Klasifikasi Furniture Berdasarkan Fungsi
Da ri segi kegunaan atau fungsi, menurut Karl Mang dalam History of
Furniture (1978) dan Edward Lucie-Smith dalam Furniture : a Concise
History (1993) dalam (Jamaludin 2007) sesungguhnya bisa dikategorikan
dalam 4 jenis saja yaitu tempat untuk menyimpan sesuatu di dalamnya se perti
lemari dan rak; tempat menyimpan sesuatu di atasnya seperti segala macam
meja; tempat tidur-yang ini untuk menyimpa n tubuh kita se lama tidur; dan
mebel untuk duduk alias kursi beserta turunannya seperti bangku, sofa, kursi
makan atau jok.
a. Tempat Penyimpan Sesuatu di Atasnya .
Pe rabot de ngan jenis ini keita kenal de ngan nama meja. Syaratnya
adalah satu bidang datar sebagai bagian utama dan kaki atau penyangga
untuk membuatnya be rada pada ketinggia n tertentu yang cocok dengan
posisi manusia untuk kegiatan yang memerlukan permukaan datar yang
dekat dengan tanga n sepe rti makan-minum, menulis, atau be kerja. Fungsi
sebagai tempat menyimpan sesuatu di atasnya berkembang menjadi
berba gai macam meja yang menunjuk pa da fungsi khusus.
b. Tempat Penyimpan Sesuatu di Dalamnya.
Fungsi sebagai tempat menyimpan ini merupakan kata lain dari
gudang bagi barng tertentu yang berukuran relatif kecil atau dapat
|
dilipat. Furnitur yang umum pada fungsi ini dulu berupa peti dan
sekarang dalam be ntuk berbagai macam lemari. Masih termasuk
dalam jenis ini adalah berbagai jenis dan be ntuk rak. Laci adalah jenis
mebel
untuk penyimpanan ba rang-bara ng kecil, biasanya disatukan
pada meja kerja a tau lemari.
c. Tempat Untuk Tidur.
Elemen penting tempat tidur adala h bidang datar (horizontal) tempat
tubuh telenta ng dengan luas minimal seukuran tubuh. Waktu tidur
yang rela tif lama menciptakan lapisan pengempuk agar tulang
punggung atau bagian tubuh yang menerima beban berat badan tera sa
nyaman. Lapisan pengempuk ini umumnya
dikenal dengan nama
kasur a tau matras.
d. Tempat Untuk Duduk.
De sain Kursi belum selesai sampai seseorang duduk diatasnya
(Hans J. Wegner, Denmark). Duduk merupakan aktivitas pertengahan
antara berdiri dan telentang atau posisi
ketiga setelah berdiri. Selain
oleh manusia duduk juga dilakukan ole h hewan berkaki dua lainnya
seperti monye t, kera, orangutan dan gorila. Hal itu disebabkan karena
sama-sama memiliki sendi lutut da n pinggul serta postur tubuh yang
relativ ve rtikal. Kursi sendiri memiliki simbol yang paling bergengsi
yang tidak dimiliki furniture lain atau artefak lain. Kedudukan yang
berasal dari duduk berarti kekuasaan. Tak heran bila kursi me njadi
simbolnya.
2.1.3.3 Klasifikasi Fur niture Berdasarkan Tempat Pe makaian
a. Loose Furnitur
Jenis furnitur yang sering kita jumpai sehari-hari se perti meja
makan dan kursi makan dan masih ba nyak jenis lainnya. Furnitur
ini memiliki banyak jenis dan bentuk yang bisa di gerakkan dan
dipindahkan.
b. Indoor Furnitur
|
Furnitur yang peleta kkannya tidak bisa terkena sinar mata hari
secara langsung, dan tidak memaka i finishing yang tahan cuaca
pana s dan hujan. contoh furnitur jenis indoor ini ada lah sofa yang
biasa diletakkan di ruang keluarga.
c. Outdoor Furnitur
Furnitur ya ng bisa terkena sinar matahari secara langsung dan
tahan terhadap cuaca karena memaka i finishing khusus yang
diperuntukkan untuk cuac a ekstrim. Furnitur ini biasa diletakkan
di teras atau taman terbuka.
d. Multifungsi Furnitur
Furnitur yang memiliki lebih dari satu fungsi, bisa
dimanfaatkan
secara maksimal dengan volume ruang yang tidak terlalu luas.
Salah satu c ontohnya adalah tempat tidur tingkat yang bagian
bawahnya dibuat me njadi meja belajar dan bagian ata snya untuk
tempat tidur.
2.1.3.4 Klasifikasi Furnitur Berdasarkan Sistem Konstruksi
Berdasarkan buku Pengantar Studi Pera ncangan Fasilitas Duduk
Sriwarno Andar (1998), furnitur bisa dibedakan dalam sistem konstruksinya
yaitu :
a. Built in Furnitur
Built in Furniture ada lah suatu konstruksi furnitur yang
memanfaatkan bangunan rumah atau gedung sebagai bida ng penguat
konstruksi. Konstruksi furniture menempel pada dinding yang khusus
dibangun untuk penempatan furnitur. Sepintas akan mnampak bahwa
furnitur tersebut rata dengan dinding dari langit-langit hingga lantai.
Umumnya dipakai untuk pembuatan le mari atau rak. Keuntungan dari
konstruksi ini adalah kemuda han perawatan dan kebersihan karena
sedikit sekali adanya celah yang terbuka. Namun kelema hannya
mudah terserang lapuk bila dinding bangunan terlampau lembab dan
berjamur.
|
b. Knock Up Furnitur
Konstruksi furnitur ini menggunakan sistem sambungan konstruksi
mati (fixed construction). Seluruh sambungan tergabung secara
perma nen oleh bahan lem, pa ku, atau ba hkan tertanam dalam
konstruksi bangunan. Contohnya kursi tamu, bangku belaja r di
sekolah, kursi panjang di ruang tunggu, dan street furnitur. Dengan
teknik ini pemakai tidak me miliki pelua ng membongkar kembali
furnitur menjadi komponen-komponen lepas.
c. Knock Down Furnitur
Keuntunga n sistem knockdown adalah dapat dilepas pasang untuk
memudahkan penyimpanan dan pengemasan. Furnitur knock down
sangat efisien dalam penyimpanan atau pengiriman karena tidak
memakan banyak tempat dan bisa memuat banyak dalam pengiriman.
Untuk sistem konstruksinya dipusa tkan pada kekuatan sekrup dan baut
yang diguna kan sebagai penyambung bagian-bagian furnitur tersebut.
d. Folding Furnitur
Alternatif lain dalam penyelesaian problema ruang ada lah dengan
pendekatan sistem lipat. Konstruksi yang dilipat, selain ringkas juga
dapat menghe mat pemakaian ruang pada saat penyimpanan. Furnitur
yang paling sering menggunakan sistem konstruksi ini adalah kursi.
Dalam mendesain kursi lipat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
1) Prosedur operasional melipa t dan membuka kursi.
2) Keamanan dalam melipat dan membuka kursi agar tidak
terjadi resiko terjepitnya tanga n atau kaki pe makai.
e. Stacking Chair
Selain sistem lipat, konstruksi kursi dapa t didesain dengan pende katan
susun. Dalam sistem susun, bagian kaki kursi yang berada di atas akan
masuk ke bagian badan kursi yang berada dibawa hnya. Desain
|
konstruksi stacking menuntut perhitungan yang presisi pada saa t dua
atau lebih kursi disusun. Adapun kemungkinan penyusunannya adalah
:
1) Tumpukan mengarah keatas (vertic al arrange ment).
2) Tumpukan mengarah miring (diagonal arrangement).
3) Tumpukan mengarah ke sejajar permukaa n lantai (horizontal
arrange ment).
Ha l-hal yang harus diperhatikan dalam sistem susun adala h :
1) Kekuatan struktur kursi yang menghasilka n perhitungan
berapa jumlah maksimum kursi yang dapat ditumpuk.
2) Pemilihan mate rial dan finishing yang tepat agar permukaan
kursi yang ditumpuk tahan gores da n tidak terjadi cacat.
2.1.4 Sistem Konstruksi
Da lam membuat sebuah furnitur diperlukan sebuah konstruksi yang
kuat dan dalam pembuatan kosntruksi tersebut terdapat beberapa teknik
menya mbung kayu mula i dari yang mudah sampai dengan te knik yang sulit.
Dalam membuiat se buah sambungan furnitur kita juga harus memperhatikan
bebera pa aspek ya itu kekuatan, fungsi, serta keindahan atau kerapihan dari
sambungan kayu yang hendak dibuat. Keda aspek tersebut sangat diutamakna
dalam membuat
sebuah furniture kare na memiliki fungsi untuk digunakan
oleh manusia.
Berikut ini beberapa contoh teknik teknik konstruksi sambungan
dalam furnitur berdasarkan buku Konstruksi Kayu untuk Furniture &
Bangunan, yaitu:
a. Butt Joints
Butt Joints ada lah teknik menyambung kayu membe ntuk siku yang
paling mudah dila kukan. Sambungan Butt Joints dibuat dengan
|
![]() menumpukkan dua buah kayu. Untuk mengika t sambungan ini
diperlukan bantuan pa ku, sekrup, atau lem.
Gambar 2.5 Teknik Butt Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
b. Mitered Butt Joints
Mitered Butt Joints adalah sambunga n Butt Joints dimana ujung siku
sambungan dipotong membentuk sudut 45 derajat, se hingga ketika
kedua pa pan dipadukan, ke dua ujung siku akan berte mu dan
membe ntuk sudut tepa t 90 derajat. Di Indonesia sambungan dengan
teknik ini biasa disebut dengan adu manis.
Gambar 2.6 Teknik Mitered Butt Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
|
![]() c. Lap Joints
Lap Joints memiliki kemiripan dengan Butt Joints, hanya yang
disambung adaah bagian ketebalan papan, bukan bagian sudut papa n.
Sa mbungan ini juga sederha na, hanya memerlukan paku sebagai
pengikatnya.
Gambar 2.7 Teknik Lap Joints
Sumber: Konstruksi Kay u Untuk Furniture & Bangunan
d. Half Lap Joints
Sa mbungan ini termasuk
sambungan sudut, namun yang membentuk
sudut adlah bagian ke tebalan papan. Sambungan jenis ini dibuat
dengan memotong ketebalan papan masing masing menjadi
setengahnya, kemudian ditumpuk menjadi satu. Setelah itu baru
dipaku atau dilem.
|
![]() Gambar 2.8 Teknik Half Lap Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
e. Rabbet Joints
Rabbet Joints adalah system sambungan dengan c ara membuat alur
sepanjang ka yu atau papan yang hendak disambung secara
berpasangan. Ke dua kemudian dipaduka n satu sesuai alur yang telah
dibuat.
Gambar 2.9 Te knik Rabbet Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
|
![]() f. Dado Joints
Dado J oints merupakan sistem sambunga n mirip seperti Rabbet
Joints, namun digunakan untuk proses menyambung kayu, papa n,
ata u balok di bagian tengah.
Gambar 2.10 Teknik Dado Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
g. Box Joints
Box Joints merupakan cara menyambung sudut kayu dengan cara
membuat ge rigi pada ujung sambungan secara tumpang-tindih.
Keuntungan sambungan ini hasilnya lebih kokoh dan kuat, tapi cara
pembuatannya lebih sulit dan memerluka n peralata n yang lengkap
karena diperlukan kerapihan serta presisi disetiap sambunga nnya.
|
![]() Gambar 2.11 Te knik Box Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
h. Dovetail Joints
Dovetail Joints adalah sambunga sudut yang mirip dengan Box Joints.
Keduanya dibuat dengan cara membuat gerigi pada ujung sambungan,
dan dibuat tumpa ng-tindih. Pada bagian ujung Dovetail Joints dibuat
lebih lebar mirip dengan ekor burung, sehingga lebih kokoh dari Box
Joints. Dalam membuat Dovetail J oints diperlukan ketelitian dan
keahlian untuk mengha silkan sambungan yang rapih dan detail.
Beberapa contoh variasi sambungan Dovetail Joints, yaitu:
1) Common Dovetail
Gambar 2.12 Teknik Common Dovetail
|
![]() Sumber: www.craftmanspace.com
2) Through Dovetail
Gambar 2.13 Teknik Through Dovetail
Sumber: www.craftmanspace.com
3) Dovetail-Keyed Mitte r
Gambar 2.14 Teknik Dovetail-Keyed Mitte r
Sumber: www.craftmanspace.com
|
![]() 4) Lapped Dove tail
Gambar 2.15 Teknik Lapped Dovetail
Sumber: www.craftmanspace.com
5) Secret Lapped Dove tail
Gambar 2.16 Teknik Decret Lapped Dove tail
Sumber: www.craftmanspace.com
6) Sliding Dove J oints
|
![]() Ga mbar 2.17 Teknik Sliding Dove Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
i. Finger Joints
Finger Joints adalah system penyambung kayu dengan membuat
lidah-lidah pada ujung kayu, sehingga kedua ujung kayu dapat
dipadukan menjadi satu. Finger Joints biasanya diguna kan unutk
membentuk papan lebar. Dalam me mbuat sambunga n ini memerlukan
ketepatan yang tinggi, sehingga meme rlukan bantuan mesin untuk
membuat lidah-lidahnya.
Ga mbar 2.18 Teknik Finger Joints
|
![]() Sumber: www.craftmanspace.com
j. Mortise & Tenon Joints
Mortise & Tenon Joints adalah system pe nyambungan ayu dengan
membuat luba ng (mortise) pa da alah satu kayu yang hendak
disambung, dan membuat lidah (tenon) untuk dimasukkan pada
lubang mortise tersebut.
Gambar 2.19 Teknik Mortise & Tenon Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
k. Spline Joints
Spline Joints adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat
alur pada kedua buah kayu yang akan disambung, dan memberikan
sepotong kayu sebagai baha n pe nyambung di tengah keduanya.
|
![]() Gambar 2.20 Teknik Spline Joints
Sumber: www.craftmanspace.com
l. Domino Spline
Domino Spline merupakan system Spline yang digunaka n untuk
menyambung bagian tengah kayu. Sistem ini dapat digunakan untuk
papan maupun balok dan juga dapat dibuat kemiringan yang diingikan
sesuai sudut yang pas.
Gamba r 2.21 Teknik Domino Spline
Sumber: www.craftmanspace.com
|
![]() m. Dowel
Sistem ini merupakan penyambung kayu yang mi
dengan system
Spline, yaitu kayu yang disambung de ngan pa s
(dowel). Bedanya
adalah kayu penyambungnya (dowel) berbentuk bun
dan cara
penyambungnya adalah dengan membuat lubang pa
kayu-kayu
yang hendak disambung. Dowel bia sanya db
bergerigi, dengan
tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung.
Ga mbar 2.22 Teknik Dowel
Sumber: www.craftmanspace.com
n. Pocket Joints
Pocket Joints adalah system penyambung sudut dengan cara
mempe rkuat sambungan dengan menamba hkan sekrup, setelah
membuat lubang kecil dengan sudut kemiringan 30-45 derajat. Sistem
ini tidak berbeda dengan Mortise & tenon atau Dowel hanya saja
ditambahkan dengan sekrup denga n diagonal kayu.
|
![]() Gambar 2.23 Teknik Pocket joints
Sumber: www.craftmanspace.com
o. Tongue & Groove
System ini biasanya digunakan untuk menyambung lantai kayu
(parquet) tujuannya untuk me mperleba r bidang tersebut. Pada
selembar kayu dibuat tongue (lida h) pada salah satu sisinya, dan
groove pada sisi la innya. Ke dua sambungan ini kemudian
disambungka n dan akan mengunci setelah terpasang dengan tepat.
Gambar 2.24 Teknik Tongue & Groove
Sumber: www.craftmanspace.com
|
2.1.5 Definisi Aksesoris Furnitur Interior
Aksesoris furnitur adalah se buah be nda yang dimana fungsinya
seba gai pelengkap furnitur yang be rada disuatu ruang, dika langan masyarakat
umum aksesoris furnitur telah menjadi salah satu hal penting dan mulai
banyak dicari. Pengembangan dari bentuk-bentuk aksesoris interior telah
mengalami banyak kemajuan dan pengembangan dari be ntuk-bentuk
sebelumnya. Dan be rikut bebe rapa contoh benda ya ng berperan se bagai
akse soris furnitur :
Berikut ini adala h beberapa contoh aksesoris interior yang a da pada
sebuah lobi, yaitu:
a. Standing Lamp
Standing lamp adalah sebuah lampu yang memiliki ka ki yang panjang
dan dapat berdiri sendiri.
b. Table Lamp
Table lamp ada lah sebuah lampu ya ng berukuran tidak besar dan
peletakka nnya berada di atas meja.
c. Hanging lamp
Hanging lamp adalah lampu yang penerapannya digantungkan di
langit-langit pada sebuah ruangan.
d. Tempat majalah
Tempat majalah digunakan untuk meleta kan majalah dan koran agar
lebih rapi dan teratur. Tempat majalah ini bisa dibuat dengan mudah
dan simple sesuai denga n konsep da ri ruangan te rse but.
e. Tray
Tray adalah sebuah alas yang digunakan untuk menaruh benda
benda yang biasanya dile takkan diatas meja. Biasanya tray digunakan
untuk menaruh buku, piring, gelas, catalog, dan juga ba rang barang
lain yang berfungsi memperindah.
|
f. Vas Bunga
Va s bunga adalah sebuah tempat untuk menaruh bunga, biasanya vas
bunga terbuat dari kaca dan ke ramik.
g. Asba k
Asbak adala h sebuah wadah yang digunakn untuk membuang abu
rokok dari pengunjung ya ng merokok.
h. Tempat Sampah
Tempat sampah digunakan untyuk membuang sampah dari
pengunjung. Dan untuk di tempat umum biasanya tempat sampah
merupakan salah satu hal penting.
2.1.6 Prinsip Desain
Untuk dapat menciptakan desain perancangan yang lebih baik dan
menarik perlu diketahui te ntang prinsip-prinsip desain. Adapun prinsip-
prinsip desain itu sendiri yaitu :
1) Harmoni
Ha rmoni adalah prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya kesatuan
melalui pemilihan dan susunan objek atau ide atau adanya keselarasan
dan kesan kesesuaian antara bagian yang satu de ngan bagian yang lain
dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang
dipadukan. Dala m suatu bentuk, harmoni dapa t dica pai melalui
kesesuaian setiap unsur yang membentuknya.
2) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan anta ra bagia n yang satu denga n bagian
yang lain yang dipadukan. Untuk mendapatkan suatu susunan yang
menarik perlu diketahui baga imana cara menciptakan hubungan ja rak
yang tepat atau membandingkan ukuran objek yang satu dengan objek
yang dipaduka n secara proporsional.
3) Balance
|
Balance atau ke seimbanga n adalah hubungan yang me nyena ngkan antar
bagian-bagian dalam suatu desain sehingga mengha silkan susunanyang
menarik. Kese imbangan ada 2 yaitu :
a.Keseimbanga n simetris atau formal maksudnya yaitu sama a ntara
bagiankiri dan ka nan se rta mempunyai daya tarik yang sama.
Keseimbangan ini da pat memberikan rasa te nang, rapi, agung dan abadi.
b.Keseimbangan asimetris atau informal yaitu keseimbangan yang
diciptakandengan cara menyusun beberapa objek yang tidak serupa tapi
mempunya i jumla h perha tian yang sama. Objek ini dapat diletakkan pada
ja rak yang berbeda dari pusat perhatian. Kese imbangan ini lebih halus
dan lembut serta menghasilkan variasi yang lebih banyak dalam
susunannya.
4) Irama
Irama dalam desain dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat
menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari ba gian yang
satu ke bagian yang lain pa da suatu benda, sehingga akan membawa
pandangan mata berpindah-pindah dari suatu bagia n ke bagian lainnya.
Akan tetapi tidak semua pe rgerakan akan menimbulkan irama.
Irama dapat diciptakan melalui :
a.Pengulangan bentuk secara teratur
b.Perubahan atau peralihan ukuran
c.Melalui pancaran atau radiasi
5) Aksen/center of interest
Aksen merupakan pusat perhatian yang pertama kali membawa mata
pada sesuatu yang penting dala m suatu ranca ngan. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menempatkan aksen :
a.Apa yang akan di jadikan aksen
b.Bagaimana menciptakan aksen
|
c.Berapa banyak aksen yang dibutuhkan
d.Dimana aksen ditempatkan
6) Unity
Unity ata u kesatuan merupakan sesuatu yang memberikan kesan adanya
ke terpaduan tiap unsurnya. Hal ini te rgantung pada bagiamana suatu
ba gian menunja ng bagian yang lain secara sela ras sehingga terlihat
seperti sebuah benda yang utuh tidak terpisah pisah.
2.1.7 Dasar Desain Kursi
Tujuan dari fasilitas duduk a dalah menyanga tubuh manusia sehingga
kestabilan postur tubu dapat terjaga dengan baik. Dengan demikian
didapatkan rasa nyaman untuk beberapa waktu lamanya secara psikis
merasa kan kepuasan. Pheasat 1988, memberikan acuan sebagai titik tolak
dalam mendesain sebuah kursi sebagai berikut :
A. Tinggi Alas Duduk (Seat Height)
Tinggi alas duduk adalah jarak yang didapat dari la ntai ke arah
permukaan alas duduk. Bila alas duduk memakai bantalan busa, ja rak
dihitung sampai permukaan busa tersebut kempes ketika diduduki.
Pe nting sekali mengetahui ukuran rata-rata panjang kaki bagian
bawah (popliteal). Pertimbangan lainnya adalah ala s ka ki yang
dipakai oleh pemakai, misalnya sepatu atau sandal. Tinggi outsole
(haq sepatu) cukup berpengaruh pada pe nentuan tinggi alas duduk.
Jika ukuran tersebut terlalu tinggi, posisi kaki akan menggantung dan
mengakibatkan pembebanan statik yang berlebih pa da lipatan lutut
bagian dalam. Namun sebaliknya, jika ala s duduk te rlampau renda h.
kaki akan terlipat. Akibatnya, distribusi beban mengalir ke arah
pinggul dan mengakibatkan kele lahan pada otot di sekitar tulang
duduk. Energi yang dibutuhkan untuk berdiri pun relatif lebih besar
dibanding dengan tinggi alas duduk normal.
|
Karena bentuk kaki manusia yang orga nis, kontur permukaan alas
duduk sangat berpe ngaruh pada kenyamanan. Bentuk alas duduk
paling dasar adalah flat/datar. Namun, denga n desain yang berbentuk
kurva yang mengikuti kontur paha akan terasa lebih nyaman karena
bagian kaki sebagian besar disangga oleh alas duduk te rsebut.
Rentang dimensinya dihara pkan dapat dipakai oleh populasi pria dan
wanita. Oleh karena itu disarankan untuk memakai acuan ukuran
pemakai pende k. Dengan de mikian ma sih bisa diperkirakan pemakai
dengan ukuran tinggi juga dapat memakai kursi. Asumsinya , te lapak
kaki harus terletak pada permukaan lantai dan tinggi duduk dapat
diatur sedemikian rupa se hingga tidak terjadi tekanan pada bagian
bawah paha.
Pemanfaatan bantalan busa (cushion) sanga t disarankan dalam
melapis permukaan alas duduk. Bahan ini sangat membantu dalam
distribusi beban ke seluruh bagian paha. Konsensus Perkumpulan
Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association)
dan The Hinnan Factors Society membe rikan aturan untuk pema kaian
bantalan (padding) tersebut sebagai berikut :
1. Permukaan alas duduk harus datar dan bagian ujung yang
menyentuh lutut bagian da lam dibuat melengkung (rounded
edge).
2. Elastisita s baha n busa diusahakan tidak terlalu empuk, tetapi
padat. Meski demikian, jangan terlampau keras sehingga dapat
diperkirakan pemakai yang berbobot besar tidak membuat
lapisan busa tersebut kempes atau turun.
B. Kedalaman Alas Duduk (Seat Depth)
Jara k ini diukur dari ujung alas duduk sampai ke belakang menyentuh
sandaran punggung. Jarak ini be rgantung pada ukuran rata-rata
panjang paha pemakai. Jika terlalu panjang, ujung ala s duduk akan
menekan daerah lutut bagian dalam (popliteal). Semakin dalam
ukuran alas duduk. Akan mempersulit pengguna kursi untuk duduk
dan berdiri.
|
C. Sandaran Duduk (Backrest)
Pa da prinsipnya, sandaran punggung berfungsi untuk menahan beban
anggota tubuh bagian atas dan hal ini yang membedakan dengan
bangku tanpa sandaran. Sec ara ideal posisi sandara n duduk tidak
tegak lurus terha dap alas duduk,
melainkan agak condong ke
belakang. Ini berguna agar pinggul tidak menahan sec ara langsung
tubuh bagian atas, melainkan se bagian didistribusikan ke a rah
sandaran (garis berat menjadi mundur). Oleh karena mobilitas gerakan
bahu yang tinggi, ada bebe rapa varia si sandaran punggung yang dapat
direkomendasi dalam desain :
1. Sandaran Lumbar (low-level back rest). Lumbar adalah
bagia n tubuh yang terletak di daera h punggung bagian bawah
dan di atas pinggang. Pende katan ini ditujukan untuk
mengura ngi usaha otot ya ng diperlukan untuk menjaga suatu
sikap duduk yang kaku dan tegang. Hal ini juga dapat
mengura ngi kecende rungan tulang belakang berubah
konfigurasi bentuknya. Umumnya ,
kursi kantor banyak
memakai pendekatan ini kare na fungsi kerja menjadi le bih
optimal. Hal itu disebabkan oleh posisi tubuh yang cenderung
terus tegak dan tidak mengakibatkan posisi duduk melorot
atau meluncur ke arah depan.
2. Sa ndaran Bahu (me dium -level back rest). Sandaran yang
dirancang untuk menyangga punggung dan berakhir sampai ke
bahu. Tinggi idealnya adalah 645mm de ngan pertimbangan
pria 95`x% tile (paling tinggi), dapat duduk dengan nyaman.
3. Sandaran Penuh Bahu dan Kepala. Pendekatan ini banyak
dipakai pada kursi eksekutif. The Swan dan The Egg ka rya
desainer Arne Jacobsen memanfaa tkan sandaran kepala (head
rest) agar pengguna dapat menyandarkan kepala untuk
istirahat tanpa harus meluncurkan badan ke bawah.
|
Tinggi idealnya 900 mm dengan pertimbangan pria (paling tinggi)
dapat menyandarkan kepalanya dengan nyaman.
D. Lebar Alas Duduk (Seat Width)
Pada prinsipnya sejauh tulang duduk dapat tersangga dengan baik
oleh ala s duduk, dapat dika takan kita telah duduk dengan baik. Akan
teta pi, dari perhitungan kenyamanan, hal tersebut belum dapat
dikatakan sepenuhnya nyaman karena ada bagian pantat yang harus
disa ngga. Dengan sendirinya jara k minima l antar tulang duduk
(isc hial tuberosities / IT) harus diperleba r.
E. Sudut sandaran
Agar beban terdistribusi secara merata, sandaran perlu dibuat sedikit
condong ke be lakang. Jika pengukuran sudut rebah lebih besar dari
yang direkomendasikan, akan terjadi kemungkinan kesulitan untuk
berdiri karena badan harus ditarik ke depan terlebih da hulu.
F. Sudut Alas Duduk
Sudut ini dibentuk oleh bida ng alas duduk terhadap permukaan lantai.
Fungsi sudut ala s duduk ini adala h memperbe sar bidang tekan dan
sentuh antara permukaan sandaran dengan punggung dan
mempe rkecil resiko tergelincir ke depan pada saat duduk (slide out).
G. Sandaran Lengan
Komponen ini tidaklah terlalu mutla k harus ada pa da setiap desain
kursi. Untuk beberapa kasus memang diperlukan adanya sandaran
tangan sebagai ala s istirahat tangan dan tumpuan pada saat pengguna
berdiri. Lebih disarankan ujung sandaran yang tidak terlalu tajam
(wide rounded edge).
2.1.8 Pengertian Ergonomi dan Antopemetri
Aspek ergonomi (ergo = kerja, nomos = peraturan dan hukum
kerja). Ergonomi mengintegrasikan ilmu biologi tenta ng manusia dengan
|
ilmu teknik dan teknologi. Konsep ergonomi tercapai ketika suatu desain
dapat berfungsi efisien di tangan manusia.
Prinsip-prinsip ergonomi ini sudah diteta pkan sec ara internasional.
Standar ergonomi dalam de sain tempat duduk sama mutla knya dengan
standar-standar ergonomi di bidang lain, se perti arsitektur, interior, dan la in-
lain . Artinya , ini harus dijadikan da sar dalam perancangan untuk mencapai
fungsinya yang maksimal. Kenyamanan, sa lah satunya. Misalnya, sudut
kemiringan kursi. Ukuran standar kemiringan kursi menurut ilmu ergonomi
a dalah 95-107°. Jika kurang dari itu, kursi tidak akan nyaman diduduki.
Jika hendak mencipta kan sebuah desain yang ergonomis, salah satu
bidang penyelidikan yang ha rus diperhatikan adalah antropometri. Khusus
untuk desain alat duduk, antropometri memungkinkan para desainer
menciptakan alat duduk yang menunjang kenyamanan, kemudahan, dan
keamanan melalui ukuran-ukuran baku yang bisa diikuti. Wa laupun be gitu
kursi tiruan tidak benar benar bisa sama dengan yang asli. Berikut pengertian
e rgonomi dan antropometri :
a. Ergonomi adalah sebuah studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara a natomi, fisiologi, psikologi,
rekayasa, manajemen, dan desain. Istilah ergonomi berasal dari
bahasa Latin yaitu ergon kerja dan nomos hukum ala m
(Bridger,1995). Menurut Grandjean (1980), inti e rgonomi adalah
kesesuaian antara karakter pe kerjaan dengan karakter manusia (fitting
the task to the man) permasalahan aktivitas manusia, di Amerika
Se rikat, ergonomi bisa pula disebut dengan istilah Human Factors.
b. Antropometri menurut Bridger (1995) adalah ukuran tubuh manusia.
Antropometri berasal dari baha sa Yunani yaitu anthropos ma nusia
dan metron mengukur. Antropometri merupakan kumpulan
informasi dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain
sistem kerja agar didapat suatu kondisi yang nyaman dan aman.
(Sriwarno, Andar Bagus (2011) Pe ngantar Studi Perancangan
Fasilitas Duduk.)
|
![]() Berikut ini standar ukuran kursi untuk kategori dewasa dengan ukuran norma l
:
1) Dudukan
Lebar : 40-50cm
Dalam : 37,5-45cm
Tinggi : 40-45cm
2) Armre st (Sandaran tangan)
Tinggi dari dudukan : 17,5 - 22,5 cm (7"-9")
Lebar: rata-rata 5 cm (2")
Panjang dari pangkal hingga ujung: minimum 20 cm (8")
Kemiringan dari depa n: 5 - 7,5 cm (2"-3")
3) Sandaran
Tinggi : 30-40cm da ri atas dudukan
Sudut kemiringan : 0°-5° (formal); 10°-15° (casual)
Gambar 2.25 Posisi Standar Duduk
|
![]() Sumbe r : Human Dimension & Interior Space.
Gambar 2.26 Posisi Sta ndar Duduk Kursi Santai
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
|
![]() Gambar 2.27 Posisi Standar Duduk Sofa Pria & Wanita
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
|
![]() Ga mbar 2.28 Posisi Standar Duduk Lounge
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
|
![]() Ga mbar 2.29 Posisi Kerja Penerima Tamu/Tinggi Konter
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
Gambar 2.30 Posisi Kerja Penerima Tamu/Tinggi Meja Tulis
Sumber : Human Dimension & Interior Space.
|
2.1.6 Warna
Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur
yaitu, Cahaya, Objek, dan Observer (dapat berupa mata kita ataupun alat
ukur). Didalam ruang gelap dimana tidak ada cahaya kita tidak bisa
menge nali warna. Demikia n juga jika kita menutup mata, maka kita tidak
dapat melihat warna suatu objek, sekalipun ada c ahaya. Begitu juga halnya
bila tidak ada sesuatu objek yang kita lihat maka kitapun tida k bisa mengenali
warna.
Warna mempunyai tiga bagian yang terdapat dalam lingkaran warna
(color wheel). Warna pada lingkaran tersebut a dalah :
a) Warna Primer terdiri atas warna merah, kuning, da n biru. Wa rna
primer merupakan warna dasar dalam lingkara n warna.
b) Warna Sekunder terdiri dari orange, hijau, dan ungu. Warna sekunder
merupakan pencampuran dua warna primer dengan perbandingan
yang sama.
c) Warna Tersier merupakan pencampuran antara warna primer dan
sekunder disebelahnya dengan perbandingan yang sama.
Da ri warna-warna primer, sekunder dan te rsier bisa diartikan sifa t dari
warna tersebut yaitu :
a) Warna biru selalu dihubungkan dengan langit dan air bagai kehidupan
dan kekuata n. Mempunyai sifat tenang dan menyejukkan.
b) Warna hijau mempunyai kesan alami dan sehat. Warna hijau adalah
wa rna yang langsung mengasosiasikan kita akan pemandangan alam.
c) Warna Kuning ide ntik dengan kemegahan dan teriknya matahari.
Mempunyai kesan terang dan kehangatan.
d) Warna Hitam mempunyai kesan ke abadian dan keanggunan. Hitam
sendiri sebagai simbol kekuatan, kecanggihan dan menggambarkan
kematangan berpikir dan kedalaman akal yang menghasilkan ka rya.
e) Warna Ungu adalah warna yang mewa h dan kompleks,lebih disukai
oleh tipe yang sangat kreatif dan eksentrik da n mempunyai kesan
agung dan ke indahan.
|
![]() f) Warna Merah Jambu adalah warna yang dapat memberikan suasana
berbeda-beda tergantung pada intensitas kita, tetapi
kecenderungannya mengara h kepada kelembutan dan roma ntis.
g) Warna Orange bukanlah warna yang serius, umumnya le bih disukai
oleh orang-orang berkepribadian extrovert. Dalam kehidupan
sehari-hari warna orange juga diasosiasikan pada kehangata n alam,
khususnya warna matahari te rbena m.
h) Warna Merah berasosiasi pada sesuatu yang membangkitkan selera,
kega ira han, emosi, mengge legak dan semangat yang membara.
i) Coklat adala h warna tanah sebagai simbol warna dari sifat positif dan
stabilitas. Coklat dihubungkan dengan kesederhanaan dan abadi.
j) Warna Putih adala h warna yang memberikan kemurnian dan
kesederhanaan. Putih juga me lambangkan kesucian karena itulah
putih sering digunakan untuk acara-acara yang bersifat sa kral seperti
acara pernikahan ata u acara keagamaan. (Dameria Anne, 2007 color
basic panduan dasar warna untuk desainer & industri grafika)
Gambar 2.31 Color Wheel
Sumber : http://moyuc.com
|
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Se jarah The Patra Bali Re sort & Villas
Pa da 1972, Pertamina, perusahan minyak nasional membangun
guesthouse di pantai Kuta Sela tan yang ditujukan untuk para pekerja
Pertamina. Seiring de ngan perkembangannya maka gue sthouse ini sema kin
terkenal sebagai tempat para expatriat yang be kerja di Pertamina untuk
menghabiskan waktu berlibur mereka di Bali, maka pada tahun 1973, Dr.
Ibnu Sutowo, Direktur Utama Pertamina saat itu, memutuska n untuk merubah
guesthouse menjadi tempa t penginapan yang mewah dengan kapasitas le bih
dari 22 bunga low, ada restoran, bar, kola m renang, perkantoran le ngkap
dengan tata kebun yang menarik, kemudian dikenal dengan nama Pertamina
Guesthouse (WISMA PERTAMINA).
Pa da 1975, penambahan bangunan dan berbagai fa silitas yang
diperlukan guesthouse telah diselesaikan mencapai 156 kamar termasuk
Presidential Suite, Coffee Shop, Bar, ruang konferensi yang luas dengan
kapasitas mencapai 800 tempat duduk, sebuah ruang pertemuan serta
berbagai fasilitas lainnya yang terbentang di atas lahan seluas 10.4 hektar.
Pada 9 Agustus 1975, Dr. Ibnu Sutowo, Direktur Utama Pertamina,
meresmikan Pertamina Cottages, sebagai hotel inte rnasional yang terbuka
untuk umum. Pada tahun 1976, pertama ka linya PERTAMINA COTTAGES
menjadi tempat diadakannya meeting-meeting berskala interna sional, yaitu
The Inte rnational World for ASEAN Summit Conferenc e & OPEC
Conferenc e.
Tahun 1979 Pertamina Cottages mendapat anugera h Five Star Hotel
oleh Dirjen Pariwisata (Hotel Bintang Lima pertama yang ada di Ba li). Tahun
1980 adalah masa keemasan Pertamina Cottages dalam tingkat huniannya
selama 10 tahun beroperasi. 1983 Menamba h fasilitas: Yashi Re staurant,
Restaurant masa kan Eropa, dan ka mar dengan tota l kamar menjadi 178
kamar. 04 February 1983, Pertamina Cottages menerima « International
Award for Hotel ». 21 Agustus 1984, PT Patra Jasa, anak perusahaan
Pertamina ditunjuk secara ekslusif untuk bertanggung jawab dan memanage
Pertamina Cotta ges, yang berada dilahan tanah sebesar 10.4 hektar.
|
Direktur Umum Pertamina R. Hasmoro menyerahkan Pertamina
Cottage s kepada Ben S. Samsu, Direktur PT Patra Ja sa.Semenja k pembukaan
pertama sebagai guesthouse, Pertamina Cottages te lah dikelola dan di bawah
pengawa san langsung Pertamina sampai denga n Agustus 1984, kemudian
manajemen memutuskan untuk mengalihkan tanggung jawab pengelolaannya
kepada PT Patra Jasa, dan menjadi Patra Jasa Resort Bali yang telah
mendapat kunjungan kehormatan dari para pemimpin dunia.
10 Maret 1997 PERTAMINA COTTAGES berganti namanya
menjadi LTI PATRA JASA HOTEL. Bersa ma Marketing International dari
Ge rman ini, LTI PATRA JASA HOTEL, pada saat itu dipimpin langsung
oleh seorang General Manager dari SWITZERLAND yaitu MR. ALEX
KUENZLI, Denga n jumlah kamar pada saat itu adalah 206 kamar. Pada 10
April 2000, diba wah Kepemimpinan Bapa k Jasa Purba nama LTI PATRA
JASA HOTEL na manya diganti lagi dengan nama PATRA JASA BALI
RESORT. Pada tahun 2001, mulai diadakan re novasi be sar besaran dan
berganti lagi denga n nama PATRA RESORT BALI sampai tahun 2002
dengan GM be rnama Bapak Soekima n Surip.
Bali, 10 September 2003 diumumkan peresmian wajah baru The
Patra Bali Resort & Villas yang dibuka se cara resmi oleh Menteri Negara
Kebudayaan dan Pariwisata Re publik Indonesia, I Gede Ardika. Pada
Oktober 2003, saat itu General Manager bernama Djinaldi Gosana, THE
PATRA BALI RESORT & VILLAS mendapat ke hormata n untuk dijadikan
tempat pertemuan antara Presiden USA, GEORGE W. BUSH dengan
Presiden RI, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI.
The Patra Bali Resort & Villas sebelumnya bernama Patra Jasa Bali,
mulai direnovasi total pada bulan Maret 2002, perombakan menyeluruh baik
dari segi fisik maupun konsep dengan total da na yang dibutuhkan sebesar Rp.
170 miliar. The Patra Ba li Resort & Villas diranca ng dengan konsep yang
unik yaitu perpaduan dua compound yang berbeda dalam sa tu lokasi, The
resort dan The villas resort within resort. Dengan total kamar sampai saat
ini berjumlah 228 kamar. Pada tahun 2003 selama be berapa bulan, Bapak
|
Djinaldi Gosana digantikan oleh Bapak Andreas Bindoan sebagai Pjs.
General Manager.
Pa da tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, The Patra Bali Resort &
Villas di pimpin oleh seorang Putra Da erah Bali dari Desa Angligan
Selemadeg Tabana n ya ng bernama I Gst. Kade Herya di Angliga n.
Selajutnya tahun 2007 sampa i dengan Nov. 2008, The Patra Bali Resort &
Villas dipimpin oleh Bapak Tatang S. Herawan. Nov 2008 July 2009
digantikan oleh Ba pak Amir Rohani, sekarang beliu menjabat sebagai Kadiv.
Hotel PT. Patra Jasa. Dari July 2009 July 2011 dipimpin oleh Bapak Hakim
Kurniawan Affa n. Semasa ke pemimpinan beliau banyak telah mendapatkan
penghargaan pengha rgaan. Penghargaan-pengha rgaan / AWARDS te rse but
a dalah:
1) The Best Hotel & Service Excellent of The Year by Kementrian Republic
Indonesia (Pariwisata, Perdagangan, Kadin Indone sia, Education) and
International Business & Company Award.
2) ITTA AWARDS as THE Best Indonesia Leading Airport Hotel in
Indonesia by Tourism Ministry & ITTA Foundation.
3) Gold Meda l Award For Tri Hita Karana.
4) The Best of The Best For Food Festival at Art Centre.
Se menjak July 2011 sekarang, TPBRV dipimpin ole h Bapak I
Nyoman Wirya nata. Pada masa kepemimpinan Bapak I Nyoman Wiryanata
mendapatkan penghargaan sebagai berikut:
1) Patra Adikriya Bhumi Madya PT. Pertamina (tangga l 10 Des. 2011)
2) Tri Hita Karana Award Gold Me dal tahun 2011 (tanggal 17 November
2011)
3) Sertifikat Mlapa Mlapi tahun 2011
Se iring berjalannya waktu, perubahan selalu terjadi, ka rena adanya
penyamaan nama untuk semua corporate PT. Patra Jasa, maka nama The
Patra Bali Resort & Villas dan unit-unit lainnya juga harus diubah dengan
|
![]() mengisi nama depannya Patra Jasa, kalau di Bali sekarang menjadi Patra Ja sa
Bali Resort & Villas mulai tangga l 17 July 2012, berbarengan dengan Ulang
Tahun PT. Patra Jasa yang ke 37 oleh Direktur Umum PT. Patra Jasa yaitu
Bapak Donny J. Subakti. Dan di launching oleh Ge neral Manager waktu itu, I
Nyoma n Wiryanata didepan Keluarga Besa r Patra Jasa Bali Resort & Villas
pada tanggal 21 July 2012 pada perayaan HUT ke 37 Patra JAsa Bali Resort
& Villas.
Se lain itu ada juga be berapa perubahan mengenai fasilita s hotel yaitu :
1) Rena scimento Italian Restaura nt, semenjak tanggal 1 July 2012, di hand
ove r penanganannya atau dioutsourcing pengelolaannya dan juga
SDMnya dengan Maestro Management de ngan nama baru menjadi
MAESTRO BAR LOUNGE & RESTORANTE
2) Tenku Japanese Rest. Ditutup operasionalnya, dan dipinda hkan ke Coffee
Shop
Pada tanggal 08 Februa ry, Tugas GM diserahterimakan ke Ibu Cok
Istri Rai La hriani, yang ba ru saja dilantik sebagai Executive Asst. Manager
per tanggal 01 February 2013. Beliau menjabat sebagai Pjs. General Manager
sampai tanggal 15 April 2013. Dan disera hterimaka n kembali kepada pejabat
Ge neral Mana ger yang baru yaitu Bapak Teguh Supriyanto, mantan GM
Patra Jasa Semarang.
Gambar 2.32 Logo Patra Jasa
sumber : Data Priba di Patra Ja sa
|
2.2.1.1 Konse p Desain The Patra Bali Resort & Villas
The Patra Bali Resort & Villas adalah sebuah hote l yang berada di
Bali tepa t berada di bibir pantai Kuta. The Pa tra Bali Resort & Villa s sendiri
mengusung konsep modern tradisional balinese yang bisa terlihat sejak
pertama memasuki a rea lobi. Pada area lobi sendiri terdapat dua patung besar
yang terletak di tangga utama pintu masuk lobi dan juga terdapat satu buah
gong, dimana gong itu dibunyikan saat menyambut tamu yang datang. Pada
bagian dalam kita bisa melihat dua dinding yang dihiasi dengan dua lukisan
besar yang menggambarkan tentang kehidupan masyaraka t Bali. Lobi
memiliki desain interior yang menerapkan ketinggian ceiling diatas tiga
meter, lalu memiliki mezanin yang langsung me nghadap kelaut. Untuk
bagian lobi sendiri menghadap ke ara h timur, tetapi hotel Patra te rsebut
menetapkan fasat dari bangunan hotel menghadap barat atau pantai Kuta
selatan.
Pa tra Jasa sendiri merupa kan hotel lama, sudah mengala mi beberapa
kali perubahan dari awa l sampai sekara ng aga r bisa me ngikuti perkembangan
jaman. Karakte r dari hotel patra sendiri adalah bangunan yang terdiri dari
banyak c otta ge dan villa di dalamnya. Para pegawai dan pekerja disana yang
ramah
da n selalu memakai baju atau sekedar aksen-aksen khas Bali
menambah atmosfer tradisiona l kehidupan Bali di dalamnya. Kesan
tradisional sangat terasa jika kita berada dida lam kawasan hotel Patra Jasa.
2.2.1.2 Visi Misi The Patra Bali Resort & Villas
VISI DARI PT.PATRA JASA
MENJADI PERUSAHAAN DI INDUSTRI HOSPITALITI DAN
PROPERTI YANG SELALU DIPILIH PELANGGAN
MISI DARI PT. PATRA JASA
MISI 1
Mengutamakan kepua san pelanggan untuk memaksimalkan hasil
perusahaan
|
Apabila pelanggan puas, pelanggan akan setia dan mendatangkan pelanggan
baru, hasil perusahaa n meningkat demikian juga dengan kesejahteraan
seluruh karyawan
MISI 2
MENJALANKAN USAHA DENGAN PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
Good Corporate Governance akan membuat Patra Jasa berkembang bukan
hanya jangka pendek atau menenga h melainkan berkesinambungan untuk
jangka panjang.
MISI 3
MENGEMBANGKAN PERUSAHAAN MELALUI PENINGKATAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
Patra Jasa adalah perusahaan yang percaya sepenuhnya bahwa kemajuan
hanya bisa dicapai melalui sumber daya manusia yang dimilikinya dan
me ngembangkan sesuai dengan potensi da n kompetensinya.
TATA NILAI PERUSAHAAN
TATA NILAI 1
SATISFACTION
Kepuasan disini meliputi kepuasan para stakeholder yang terdiri dari :
pelanggan, pemegang saham, pemasok, pemerintah, masyarakat dan para
karyawan.
TATA NILAI 2
MAXIMIZATION OF PROFIT
Keuntungan perusahaan harus diraih setinggi mungkin karena dengan
demikia n dapat menjadi modal untuk mengembangkan pe rusahaan dan
sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan
TATA NILAI 3
|
![]() INNOVATION
Hanya de ngan melakukan inovasi-inovasi baru baik dalam ha l layanan,
system, manajemen maka kepuasan da n keuntungan dapat diraih.
TATA NILAI 4
LEARNING CONTINOUSLY
Agar semua yang dicita-cita kan dapat tercapai maka dibutuhkan
pembelajaran te rus menerus di semua lapisan manajemen baik belajar dari
dan ole h orang la in maupun belajar dari dan oleh diri sendiri.
TATA NILAI 5
ENVIRONMENTAL And SOCIAL RESPONSIBILITY
Kita sadar bahwa kita adalah bagian dari ke hidupan yang le bih besar, maka
kita akan meraih itu semua dengan tetap memperhatikan lingkungan serta
aspek social disekitar kita.
2.2.1.3 Struktur Organisasi The Patra Bali Resort & Villas
Gambar 2.33 Struktur Organisasi
Sumber : Dokumen Patra Jasa
|
![]() 2.2.2 Data Proyek
Dilihat dari letak bangunan yang berada di tepi pantai dan fungsi dari
hotel Patra sendiri adalah diperuntukkan untuk berlibur ma ka hotel Patra
termasuk dalam jenis hotel Resort Pantai. Letaknya yang berada dekat
bandara dan memiliki akses langsung ke pantai Kuta membuat The Patra Bali
Resort & Villas menjadi pilihan favorit bagi para pengunjung dan menjadi
salah satu tempat terhormat karena seringnya acara-acara yang berhubungan
dengan kenegaraa n yang menja dikan The Patra Bali Resort & Villas tempat
menginap para tamu terhorma t internasional dan kepala negara. The Patra
Bali Resort & Villas sendiri tergolong hotel berbintang lima di Bali.
Mengusung tema Modern Tradisional Balinese membuat nilai-nilai
tradisional masih kental didalamnya de ngan se ntuhan modern yang sejalan
dan menciptakan kehangatan dan ketenangan saat berada pada area hotel
tersebut.
Alamat The Patra Bali Resort & Villas
Jl. Ir. H. Juanda, South Kuta Beach , Kuta 80361, Bali - Indonesia
Telp. No : (0361) 9351161
Fax No : (0361) 9352030
Email : reservation@thepatrabali.com
Website : www.thepatrabali.com
|
![]() Gambar 2.34 Peta Loka si
Sumber : Data Pribadi Patra Ja sa
KATEGORI KAMAR
Tabel. 2.1 Kategori Kamar
TIPE KAMAR
FOTO RUANGAN
Royal Villa
3 be d rooms
1 unit
US$1,750
Royal Villa
2 be d rooms
3 units
|
![]() US$1,500
e
President Suite
1 unit
US$1,250
|
![]() Crown Villa
1 units
US$1,000
Honeymoon Villa
6 units
US$ 950
|
![]() Garden Villa
4 units
US$ 900
|
![]() Executive Suite
3 units
US$ 750
Studio Suite
3 units
US$ 300
|
![]() Embassy Suite II
2 units
US$ 480
Embassy Suite I
8 units
US$ 420
Deluxe Suite
124 units
|
![]() US$ 330
Deluxe Room
72 units
US$ 228
Sumber: Dokumen Pribadi
Resort: 206 unit
The Resort dibidik untuk pasar middle-up. Mendapatka n layanan yang tidak
kalah ekslusif de ngan dapat menikmati berbagai fa silitas baru seperti dengan
a danya Mainpool dikombinasikan de ngan lagoon, menghadap kelaut.
Villas: 22 unit
Resort within Resort semi-boutique dibidik untuk pasar tingkat upper-class
a tas karena lebih mendapat la yanan eksklusif seperti: proses check-in,
layanan butler 24 jam, floating restaurant, villas dengan plunge pool sendiri,
dll.
Luas kamar
Standard kamar yang sangat luas antara 40 45 m2 (hotel lain mengklaim
suite). Lahan yang sebesar 10.4 hektar
|
Service & Fasilitas
a. NIRVANA SPA THE PATRA SPA, per Agustus 2011 di handle oleh
Nirvana Spa (Outsourcing) yang khusus memberikan treatment untuk 3
hal: Rejuvenation (peremajaan), Stress Management (menga tasi dan
memanage stress), Detoxification (mengeluarkan racun dari dalam tubuh)
b. KIDS CLUB dengan berba gai fasilitas yang bisa menampung 200
orang anak, ada Children Pool, Play Sta tion (PS One & PS Two), VCD,
Kid bed room, Baby Sitting Room, Games room, homely TV Channel,
The Kids Club Merchandises (T-shirt, Bag, Passport Bag, Bottle bag,
The kids Club ID Card) dengan program Educative art dan Sport
activities. Di Kids Club juga tempat untuk menyewa sepeda gunung
untuk tamu sebesar Rp. 30.000,-/jam/sepeda .
c. KOLAM RENANG (Kintamani Lagoon Pool, Tamblingan Pool, Beratan
Pool)
d. MEETING ROOM:
1) The Denpasa r Ba llroom
2) (bisa di bagi bagi menjadi denpasar room 1 4)
3) The Gianyar
4) The Tabanan
5) The Jembrana
6) Pre Function Room
7) The Wantilan
e. FOOD & BEVERAGE OUTLET
1) Teratai Coffee Shop
2) Sunset Mezzanine
3) The Lobby Lounge
|
![]() 4) Ten Ku Japanese Restaurant
5) Renascimento Italian Restaurant
6) The Cellar Unde rground Pub
7) Matahari Ampitheater
8) The Heritage Floating Restaurant
9) Chef Table Lunch
10) Pool Sunken Bar
11) Room Service
12) The Bars
f. Te nnis Courts
g. Laundr y & Dr y Cleaning
h. Drugstore
i. Shopping Arcades
j. Shuttle Services
|
![]() Gambar 2.35 Fasilitas Hotel
Sumber : www.thepatraba li.com
2.2.3 Hasil Observasi Lapangan
Berikut hasil observasi dari ketiga hotel resort yang berada di Bali :
|
![]() Tabel 2.2 Hasil Observasi
KETERANGAN
HOTEL FASILITAS HOTEL GAMBAR
12Food and beverages
outlets
Kids Playground
Swimming Pool
Spa & Health Club
Tennis Court
Wifi In The Room &
Hotel Area
Shopping Arcades
Drugstore
Business Cente r
Shuttle Service
Pick up and Transfer
From/To Airport
Tour Service
6 Function Room
Room Service 24hr
The Patr a Bali
Resort & Villas
Jl. Ir. H. Juanda,
South Kuta Be ach ,
Kuta 80361, Bali
Indonesia.
|
![]() Alila Gallery
Spa Alila
Sunset Cabana
Chauffeur Service s
Gym and Wellness
Activities
Cliff-edge 50-metre
pool
Wifi In The Hote l
Area
Library
24-hour clinic
Room Service 24hr
Alila Uluwatu Bali
Jl Belimbing Sari
Banja r Tambiyak,
Desa Pecatu, Bali,
80364, Indonesia
|
![]() Swimming Pool
Spa & Massage
Tennis Court
Bicyc le Rental
Surf School
Atm Booths
Baby Cot
Car Park
Laundry, Pressing &
Dry
Mone y Changer
Pick up and Transfer
From/To Airport
Tour Service
Wifi In The Hote l
Area
Grand Inna Bali
Jl. Pa ntai Kuta No. 1
Benoa Kuta Selatan
Badung Bali, 80361,
Indonesia
|
![]() Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada ketiga lobi dari hasil observasi ketiga hotel dapat disimpulkan
bahwa area lobi merupakan area publik, dimana area lobi yang merupakan
area utama pa da suatu hotel memiliki peran penting didalamnya. Pada setiap
lobi hotel memiliki ke giata n yang sama di dalamnya, yaitu proses check in-
check out, menunggu, dan mencari informasi. Lalu dapat juga disimpulkan
dari setiap lobi hotel dipastikan memiliki furnitur utama ya ng terdiri dari :
1) Kursi
Kursi sudah dikenal oleh ha mpir seluruh manusia dengan fungsi
umumnya yaitu untuk dipakai duduk oleh mereka. Biasanya memiliki
4 kaki untuk mendukung berat, dan kursi memiliki banyak jenis sesuai
dengan tempat penempatan dan kebutuhan. Pada area lobi kursi
digunakan sebagai tempa t untuk menunggu para pengunjung yang ada
di area te rsebut, dan kursi merupakan ha l ya ng paling dibutuhkan dan
dicari saat seseorang melakukan aktifitas menunggu.
2) Sofa
Sofa adalah sarana duduk yang me miliki ukuran besar. Sofa memiliki
tipe yang berbeda pada setiap kebutuhannya, ada sofa 1 seat, 2 seat,,
sofa 3 seat dan masih banyak sesuai dengan kebutuhan dan ruang.
Sofa juga dilapisi dengan busa yang membuat pemakainya mera sa
nyaman. Selain kursi, sofa juga banyak dicari dan dibutuhka n pada
area lobi disaat seseorang me lakukan aktifitas menunggu.
|
3) Coffee Table
Coffee table
adalah sebuah meja yang berukuran tidak terlalu besar
dan memiliki ketinggan yang rendah. Pada area lobi coffee table
disandingkan dengan kursi atau sofa sebagai penunjang kebutuhan
pengunjung yang datang dan bisa digunakan untuk meletakkan suatu
benda diatasnya.
4) Meja Front Office
Meja yang berada didepan yang berfungsi untuk menunjang aktifitas
pegawai melayani pengunjung yang datang. Pada area lobi meja front
office berfungsi sebagai tempat para tamu melakukan tra nsaksi check
in dan check out dan memberikan segala informasi yang dibutuhkan.
2.3 Data Aktual Lapangan
2.3.1 Data Lingkungan
Lokasi The Patra Bali Resort & Villa s yang hanya membutuhkan
waktu kurang le bih lima menit ke bandara adalah sala h satu keunggulan dari
The Patra Bali Resort & Villas itu sendiri. Mengingat The Patra Bali Resort
& Villas sering diguna kan sebagai tempat beristira hat dan tempat acara untuk
kenega raan sehingga memudahkan akses para tamu kenegaraan yang datang
ke Bali. The Patra Ba li Resort & Villas juga teretak tepat berada di bibir
pantai kuta, hal membuat
The Patra Bali Resort & Villas mempunyai private
beach.
2.3.2 Layout Lobi
Lobby The Patra Bali Resort & Villas memliki dua zona, yaitu zona
public atau area menunggu da n zona semi private atau area resepsionis. Pada
bagian lobi juga terdapat mezzanine yang disertai ruang pe rtemuan dan
restoran Jepang. Jika diteruskan, dari area lobi terdapat lounge area dimana
a ktifita s breakfast dilakukan disana. Terdapat dua area pada lounge tersebut,
yaitu indoor dan outdoor ya ng langsung berhadapan dengan kolam renang
|
![]() utama The Patra Bali Resort & Villa s. Dilihat dari leta k bangunan yang
berada di tepi pantai dan fungsi dari hotel Patra sendiri adalah diperuntukkan
untuk berlibur maka hotel Patra termasuk dalam jenis hotel Resort Pantai.
Ga mbar 2.36 Denah Patra Jasa
Sumber : Dokumen Patra Jasa Bali
|
![]() Gambar 2.37 Layout Lobi
Sumber : Dokumen Patra Jasa Bali
2.3.3 Hasil Survei Pengunjung
Area lobi yang merupakan pusat pelayanan pada hote l mempunyai
kegiatan yang c ukup padat. Pengguna area lobi sendiri adalah para pegawai
hotel serta pengunjung hotel. Setelah melakukan survei lapangan dan
wawancara kepada salah satu pegawai The Patra Bali Resort & Villas dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu :
1) The Patra Bali Resort & Villas diperuntukkan untuk tempat berlibur
ata u beristirahat para keluarga .
2) The Patra Bali Resort & Villas juga sering digunakan sebagai tempat
pertemuan kenegaraan atau pertemuan dari suatu perusahaan.
|
![]() 3) Pengunjung ya ng datang kebanyakan wisatawan asing.
4) Rata-ra ta usia pengunjung yang datang adalah 40tahun keatas.
5) Rata-ra ta pengunjung tinggal di The Patra Bali Resort & Villas dalam
jangka waktu yang lama sekitar 2 minggu hingga 1 bulan.
6) Area lobi sering dipenuhi para tamu disaat-saat tertentu yaitu pagi dan
sore hari.
7) Area resepsionis juga cukup sibuk di jam-jam te rtentu untuk melayani
kebutuhan para ta mu.
8) Jika area lobi sedang penuh, sarana duduk yang tersedia tidak
mencukupi kebutuhan pengunjung.
Berikut gambaras secara umum pola sirkulasi ya
ng terjadi di Hotel
Patra Jasa :
Ga mbar 2.37 Pola Sirkula si
Sumbe r: Dokumen Pribadi
|
![]() 2.3.4 Data Furnitur The Patra Bali Resort & Villas
Gambar 2.38 Area Lobi
Sumber: Dokumen Pribadi
Ta bel 2.3 Data Furnitur The Patra Bali Resort & Villas
KETERANGAN
GAMBAR
Area Resepsionis
Kursi 45x50x40cm, kayu solid
Meja Rese psionis 150x80x70cm,
kayu solid
Table Lamp
Pot Bunga
|
![]() Area Menunggu
Sofa 1 sea t 60x80x40cm, kayu
solid & ana yaman rotan
Coffe Table 40x40x40cm, kayu &
top table marmer
Meja Console Tengah r120, kayu
solid
Meja Console
Side Table
Meja Counter Bell Boy
Sumbe r: Dokumen Pribadi
|
2.3.5 Warna The Patra Bali Resort & Villas
The Patra Bali Resort & Villas seca ra keseluruhan bangunan dan
isinya menggunakan warna na tural yaitu warna coklat. Coklat yang
digunakan beragam jenisnya, mulai dari coklat tua hingga coklat muda.
Warna coklat sendiri mencerminkan tradisi dan se gala sesuatu yang berbau
kebudayaan dan memiliki karakter yang hangat.
2.3.6 Data Material The Patra Bali Resort & Villas
Material yang digunakan pada furniture lobby ini hampir 80%
menggunakan kayu dan 20% rotan. Pengaplikasian kayu bisa kita lihat pada
furniture se perti meja rese psionis, meja console, coffee table, meja counter,
kursi dsb. Sedangkan pengaplikasian rotan digunakan denga n sistem anayam,
dan digabungkan denga n kayu sebaga i rangka utama.
2.3.7 Data Finishing The Patra Bali Resort & Villas
Finishing yang digunakan untuk furnitur yang berada di lobi rata-rata
menggunakan sistem finishing politure dan melamin. Kedua sistem finishing
ini sangat popule r dan banyak digunakan oleh kalangan pembuat furnitur.
2.3.8 Masalah Pada Lobi The Patra Bali Resort & Villas
Masalah yang signifikan pada lobby The Patra Bali Resort & Villas
a dalah kurangnya sarana duduk untuk para pengunjung yang sedang
menunggu di area tersebut. Akibatnya para pengunjung duduk di te mpat yang
sebenarnya tidak diperuntukkan untuk duduk, seperti duduk diatas koper
yang mereka bawa.
2.3.9 Furnitur Yang Diharapkan
Diharapkan peranca ngan furnitur dan aksesoris pada The Patra Bali
Resort & Villas ini bisa memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang dan
bisa memberikan sentuhan baru pada area lobi tersebut.
|