BAB 2
Tinjauan dan Landasan Teori
2.1 Tinjauan umum
2.1.1  Furnitur 
Kata mebel dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi furniture. 
Istilah “mebel” digunakan karena sifat bergera knya atau mobilitasnya 
sebagai barang le pas di dalam interior arsitektural. Kata mebel berasal dari 
bahasa Perancis yaitu meube l, atau bahasa Jerman yaitu mobel. Pengertian 
mebel secara umum adalah benda pakai yang dapat dipindahkan, berguna 
bagi kegiatan hidup manusia, mulai da ri duduk, tidur, bekerja, makan, 
bermain dan sebagainya, yang memberi kenyamanan dan keinda han bagi 
pemakainya (Baryl, 1977 dalam Marizar, 2005. 20).  
Dijela ska n  pula  oleh  Sudarsono.  Sp,  dalam  mendesain  furnitur 
sangat ditentukan oleh 2 ( dua ) hal ya ng mendasar, yaitu : 
a.  Bangunan  atau  ruangan  yang  akan  diisi oleh  perabot,  misalnya :  ruang 
tunggu,  ruang  tamu,  ruang  keluarga,  ruang  tidur,  ruang  baca  dan  lain-
lain.  (Dalam  penelitian  ini,  penulis  ingin  memperdalam  penelitian 
tenta ng  furnitur  lobby  sepe ti  kursi,  meja  dan  sebagainya  yang  bia sa 
digunakan  pengunjung  untuk  menunggu  atau  melakukan  kegiatan  lain 
yang biasanya tida k terlalu lama .) 
b.  Subjek  ata u  manusia  yang  akan  menggunaka n  furnitur  tersebut, 
misalnya  Pria   atau  wanita,  tua  atau  muda,  proporsi,  anatomi,  serta 
posisi  manusia  yang  beraneka  ragam  da n  lain-lain.  (  Sudarsono.  Sp, 
1987 : 5, dalam Abidin, Zainal. 2000  ) 
2.1.1.1  Kla sifikasi furnitur  
Dikutip  dari  Chandra  ,  D.  Andrea  (2013)  Perenc anaan  Furnitur  dan 
Ak sesoris  Di  ‘Eclectic  Resto  &  Bar’  Cilandak  Town  Square, Binus  University.
Furniture  berasal  dari  bahasa   Inggris  yang  bila  diartikan  ke  bahasa   Indonesia 
memiliki  arti  mebel,  yang  memiliki  definisi  perabot  yang  diperlukan,  berguna,
  
atau  disukai,  seperti  barang  a tau  benda  yang  dapat dipindah-pindah,  digunakan 
untuk melengkapi rumah, kantor, dan sebagainya.   
a.  Knockdown furnitur  
Knockdown furnitur adalah sebua h kontruksi pada produk mebel yang
dalam  pembuatannya  menggunakan  sistem  lepasan  atau  bongkar  pa sang. 
Atau  cara  gampangnya,  furnitur  knockdown  da pat  diartikan  sebagai furnitur 
yang bisa 2 dibongkar pasang (dibongkar lalu dirakit kembali). Jadi kekuatan 
pada  furnitur  knockdown  sebagian  besar  berasal  dari  baut  atau  sekrup  yang 
digunakan  untuk  merekatkan  komponen  -komponen  a ntar  bagian,  sebab 
dalam  konstruksi  ini  tidak  menggunakan  lem  sama  sekali  pada  sambungan 
a ntar komponennya.  
  
Ga mbar 2.1 Furnitur knockdown  
Sumber : Google image 
b.  Furnitur multifungsi 
Furnitur  multifungsi  memiliki  lebih  dari  1  fungsi  dala m  satu  benda. 
Furnitur  jenis  ini  cocok  untuk  ruangan  yang  sempit  seperti  apartemen  tipe 
studio. Contohnya adalah sebuh sofa yang dapet menjadi tempat tidur . 
  
  
Ga mbar 2.2 Furnitur multifungsi 
Sumber : Google image 
c.  Loose furniture 
Loose furniture adalah jenis furnitur yang sangat umum, furnitur ini
memiliki banyak jenis bentuk dan dapat dipindahkan dengan mudah.  
  
Gambar 2.3 Loose furniture 
Sumber : Google image 
  
10 
d.  Indoor furniture
Indoor furniture adalah se mua jenis furnitur yang hanya dapat
digunakan dalam ruangan, seperti sofa. Jenis furnitur ini biasanya tidak 
memiliki finishing yang tahan te rhada p cuaca panas/hujan. 
  
Gambat 2.4 Indoor furniture 
Sumber : Google image 
e.  Outdoor furniture  
Outdoor  furniture   adalah  jenis  furnitur  yang  dapat  diguna kan  di  luar
ruangan, biasanya terbuat  dari  material  yang  tahan  panas dan  hujan. Furnitur 
ini juga memiliki finishing yang tahan panas, air, dan lembab. 
  
Gambar 2.5 Outdoor furniture 
Sumber : Google image 
  
11 
f.  Built-in furniture 
Built-in furniture  adala h  jenis furnitur yang  dibuat khusus dalam area
terte ntu  sehingga  ukurannya  tepat dan tidak  dapat  dipindah-pindahkan. Jenis 
furnitur  ini  banyak  digunakan  agar  dapet  menggunakan  area  dengan 
maksimal, dan dapat dibuat sesuai keinginan kita.  
  
Gambar 2.6 Built-in furniture 
Sumber : Google image 
Klasifikasi  bedasarkan  te knik  pengaplikasian,  Furnitur  Free  Standing  a dalah 
furnitur  yang  tidak  permanen  atau  de ngan  kata  lain  dapat  digeser  dan  dipindahkan, 
yang  termasuk  jenis  ini  adalah  Sofa,  kursi,  coffee  table,  Nackas,  dan  te mpat  tidur 
yang dibuat free standing.  
g.  Furniture  built  in  merupakan  furnitur  yang  di  pa sang  mengikuti  keadaan 
suatu  ruang  da n  setelah  terpasang  tidak  mungkin  untuk  digeser  atau 
dipindahka n.  Furnitur  ini  sanga t  fungsional.,  karena  setiap  jengkal  ruang 
dimanfaatkan semaksimal mungkin. 
h.  Furniture  knock down  merupa kan  furnitur  yang  mudah  dibongkar  pasang. 
Sifat  yang  fle ksibel  dan  ringkas  saat  diangkut  merupa kan  nilai  lebih.  Tetapi 
untuk furniture knockdown yang berukuran  besar  tetap membutuhkan tukang 
untuk  membongkarnya,  seperti  lema ri  pakaian,  ra k  buku,  dan  workstation 
atau office system. 
  
12 
i.  Furniture  mobil  ya itu  furnitur  ya ng  dapat  bergerak  dan  mudah  dipindah 
pindahkan. Furnitur ini biasanya menggunakan elemen pendukung, yaitu roda 
pada  bagian  bawahnya  ata u  dibagian  kaki-kakinya.  seperti  contohnya  kursi 
kerja, meja komputer set, meja teh, dan lain-lain. 
2.1.1.2 Jenis-jenis furnitur lobby hotel 
a.  Kursi 
Kursi  lebih  nyaman  untuk  diduduki  dan  penunja ng  pada  kaki, 
memiliki  sandaran  bagi  punggung  untuk  penunjang  ba gian  belakang  tubuh 
juga  dilengkapi  tanganan  kursi  untuk  penyangga  tangan,  dan  dilengkapi 
cushion atau finishing.( Harold H. Ha rt, 1982; 7 ) 
Menurut  Harold  H.  Hart,  dalam  buku  “  Chairs  Trough  The  Ages  “ 
pada  lembar  pengenalan,  menegaskan  bahwa  pe ngguna an  kursi  belum 
popular,  sebelum  abad  16.  Selanjutnya,  “  Kursi  “  pada  masa  terse but 
berbentuk  seperti  kotak,  sambungan  konstruksi.  Namun  ketika  pe rtengahan 
abad  ke  –  16,  ranc angan  kursi  mulai  me ninggalkan  bentuk  kota k  (  panel 
kotak ) yang berada dibawah dudukan tanganan.( Harold H. Hart,1982; 7 ) 
b.  Meja 
Furnitur  dengan  permukaan  yang  datar  dan  satu  ka ki  atau  lebih, 
menye diakan permukaan yang datar untuk makan, me nulis, atau bekerja.  
Meja  adalah  furnitur  yang  diguna kan  sebagai  tempat  meletakan 
barang-ba rang.  Meja  digunakan  berdasarkan  kebutuhan  memiliki  banyak 
macam  se perti,  meja  makan,  meja  kerja,  meja  kopi  (  coffee  table  ),  meja 
samping  (  Side  Table 
).  dengan  bentuk  meja  yang  bermacam-macam 
berdasarkan  kebutuhan dan kegunaannya serta  penempatannya.  Bentuk  yang 
umum dipakai adalah persegi da n bulat. 
2.1.1.3 Sistem dan konstruksi furnitur  
Berdasarkan  buku  Konstruksi  Perabot  Ka yu,  M.  Gani  Kristianto, 
Yogyakarta : Kanisius (1999) 
a.  Konstruksi dengan paku 
  
13 
Konstruksi  ini  umumnya  dipakai  pada  peti  atau  pra
yang  kurang  halus. 
Pada  prabot  sebaiknya  dipakai  paku  berkepala  ben
sehingga  paku  dapat 
dibenamkan  dan  lubang  pa ku  dapat  ditutup.  Sebel
dipakai,  baik  kalau 
ujung-ujung  paku  ditumpulkan  sedikit  dengan  palu.  Kare
masuknya  paku 
mendesak  serat  kayu,  maka  ujung  paku  yang  tajam  da
mengakibatkan 
timbulnya retak-retak.  Ikatan  kekua tan  ujung paku  han
pada c epitan  serat-
serat  kayu.  Oleh  seba b  itu  paku  hendaknya  dimasuk
miring.  Kalau  jarak 
antar  paku  yang  satu  sengan  ya ng  laik  berdekat
pemakuan  hendaknya 
jangan  dilakukan  dalam garis  lurus  melainkann  selang-seli
berge lombang. 
Jarak  pema kian  150  –  200  mm.  Panjang  paku  ya
masuk  kebagian  papan 
yang kedua kurang lebih 2/3 tebal papan yang dimasuki. 
  
Gambar 2.7 Konstruksi denga n paku a 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.8 Konstruksi dengan paku b 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
14 
b.  Konstruksi dengan Lidah dan Alur 
Panjang lidah 4/10 tebal papan samping,  tebal  lidah 1/3 –  ¼ te
papan atas. 
Tebal  pen/lidah  jangan  lebih  dari  1/3  bagian  unt
menghindarkan 
lepasnyabagian pe nahan (perhatikan arah serat kayu) 
  
Gamba r 2.9 Konstruksi dengan Lidah dan Alur a 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.10 Konstruksi dengan Lidah dan Alur b 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
15 
c.  Konstruksi sudut verstek dengan isia n verstek 
Papan  dipasang  tegak  lurus  dengan  bidang  miring  sud
Papan  dipasang 
dekat  pada sudut dalam  karena te kanan  yang merus
sambungan sudut dari 
sudut dalam. Jarak  da risudut dalam  4  mm.  Isian jang
terlalu panjang,  agar 
bagian  yang  berbentuk  segitiga  tidak  mudah  pata h  kare
alur  yang 
memanjang. Arah isian untuk ka yu masif hendaknya melinta
Isian tripleks 
tidak membawa masalah. 
  
Gambar 2.11 Konstruksi sudut verstek 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.12 Konstruksi sudut verstek tengah 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
 
 
 
16 
  
Ga mbar 2.13 Konstruksi sudut isia n lamello 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
Gambar 2.14 Konstruksi sudut isian tripleks siku 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
Gambar 2.15 Konstruksi sudut isian plastik bergelombang siku 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
17 
d.  Konstruksi dengan pen bulat 
Jarak ujung-ujung 10 –
15 mm. Ja rak anta r pen bulat 150 –
2
mm. 
Diameter pen bulat 1/3 -3/5 tebal papan. 
  
Gambar 2.16 Konstruksi pen bulat 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.17 Konstruksi pen bulat di tengah 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
18 
  
Gambar 2.18 Konstruksi pen bulat siku 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
e.  Konstruksi ekor burung 
Ekor  burung  adalah  sambungan  sudut  ya ng  suda h  la
dikenal.  Terutama 
digunakan  untuk  benda  dari  kayu  ma sif.  Kadang-kadang  ju
diguna kan 
pada be nda kerja dari bahan bloc k board. 
  
Gambar 2.19 Perhitungan jarak konstruksi ekor burung 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
19 
  
Gambar 2.20 Konstruksi ekor burung 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gamba r 2.21 Konstruksi ekor burung setengah tertutup 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogya karta 
(1999) 
  
20 
  
Gambar 2.22 Konstruksi ekor burung tertutup 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
f.  Ekor burung mesin 
Ekor  burung  manual  (dikerjakan  dengan  tangan)  membutuhkan  waktu 
banyk.  Jika dikehendaki  sambungan  ekorburung dalam jumlah banyak, kita 
me ngerjakannya  dengan  mesin ekor  burung. Sebuah  pisau frais  (grigi)  ekor 
burung  pada  mesin  grigi  atas  melalui  pengantar  menggirik  langsung  satu 
dengan  satu  kali  jalan  pen  dan  lubangnya.  Melalui bentuk  pisau  dihasilkan 
dasar  ekor  burung  te rbuka  atau  setengah  tertutup  pada   konstruksi  ½  ekor 
burung  tertutup,  dasar  ekor  burung  (yang  bunnda r)  akan  tertutup  sehingga 
tidak ada bedanya de ngan ekorburung manual. 
  
21 
  
Gambar 2.23 Konstruksi ekor burung mesin 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
g.  Konstruksi Gigi Terbuka 
Tebal gigi 1/2 sampai 1/3 tinggi gigi atau teba l
papan. 
  
  
Gambar 2.24 Konstruksi gigi terbuka 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
22 
h.  Hubungan dengan Kip a tau Takik Se paro 
Dipotong  sepao  tebal  papan  dengan  lebar  bingkau  at
tonggak.  Bisa 
dila kukan  pada  bingkai  (mendatar)  yang  utuh  seperti  pa
gambar  atau 
tonggak (tegak) utuh. Sambungan dimatikan dengan lem. 
  
Gambar 2.25 Konstruksi hubungan kip atau takik separo 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
i.  Hubungan pen terbuka 
Panjang  pen  selebar  tonggak.  Teba l  pen  1/3  bingk
Konstruksi  ini  lebih 
menekankan  segi  teknik  pengerjaannya.  Jadi  diperluka  keteliti
pengerjaa n. 
Ka yu harus cukup kering sehingga sambungan tetap rata. 
  
Gamba r 2.26 Konstruksi hubungan pen te rbuka 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
23 
  
Gambar 2.27 Konstruksi hubunga n pen terbuka satu sisi verstek 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.28 Konstruksi hubungan pen terbuka verstek 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
24 
  
Gambar 2.29 Konstruksi hubungan pen tertutup verstek 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
j.  Hubungan dengan pen ganda 
Panjang pen selebar tonggak. Tebal pen 1/5 tebal bingkai atau tonggak.
Dipakai pada rangka dengan ukuran tebal ya ng besar. 
  
Gambar 2.30 Konstruksi hubungan pen ga nda 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
25 
  
Gambar 2.31 Konstruksi hubungan pen ganda verstek dua sisi muka 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
k.  Hubungsn pen tida k tembus dengan spat pen tersembunyi 
Spat pen tersembunyi digunakan kalau da ri sisi satu rangka tid
ingin terlihat 
spat pen (bersih). Maka spat pen diserong. 
  
Gambar 2.32 Konstruksi hubungan spat pen tersembunyi 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
26 
l.  Hubungan pen tembus dengan (rooter atau mesin bor) 
Pada  suatu  rangka  hub  bingkai  tengah  dengan  tonggak  da
dipakai 
konstruksi  ini.  Karena  ujung  lubang  bulat,  maka  pen  ju
dibulatkan 
ujungnya dengan pingulan. 
  
Gambar 2.33 Konstruksi hubungan spat pen dengan mesin bor 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
m.  Hubungan sudut verste k dengan isian segitiga 
Ke dua  bingkai  dan  tonggak  diserongkan  verstek.  Pada  su
ini  dimasukkan 
kayu  masif  segitiga   sama  kaki  (45°).  Da ri  sudut  dal
rangka,  lubang  isian 
berhenti  5  mm  (disesuaikan  lebar  kayu),  supaya  isiannya  tid
terlihat  dari 
sudut  dalam.  Arah serat  isian  ha rus  memanja ng  melinta
Tebal  isian  tetap 
1/3 tebal kayu. 
  
Gambar 2.34 Konstruksi Hubungan sudut verstek dengan isian segitiga 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
27 
n.  Hubungan sudut rangk dengan pe n bulat 
Panja ng  pe n  bulat  pada  satu  sisi  yang  masuk  pa
lebar  kayu  yang  kecil 
sedalam mungkin  (berhenti  dari sisi  luar 5 mm). Se dangk
kayu  ya ng a gak 
lebar  masuk  2/3  lebar  kayu.  [ada  kayu  yang  tidak  le
sedapa t  mungkin 
menggunakan  2  pen  bulat  untuk  menghindark
berfungsinya  pen  bulat 
menjadi  seba gai  poros.  Jara k  pen  bulat  pada  ujung-uju
minimal  10  mm. 
De ngan  begitu  bagian  ini  terikat,  tidak  hanya  tergantu
pada  lem  saja. 
Diamter  1/3  -3/5  tebal  kayu.  Lubang  pada  ar
panjangnya  diberi  speling  2 
mm. Ujung-ujung pen dipingul. Baik kalu dipakai pen bulat beruli
  
Gambar 2.35 Konstruksi hubungan sudut rangka dengan pen bula t 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
Gambar 2.36 Konstruksi Hubungan sudut rangka pen bulat verstek 45° 
Sumbe r : Konstruksi Pera bot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius Yogyakarta 
(1999) 
  
 
28 
o.  Butt  joints  :  adalah  teknik  menyambung  kayu  membe ntuk  siku  yang  paling 
mudah  dilakukan.  Sambungan  untuk  mengikat  sambungan 
diperlukan 
bantuan  paku,  se krup,  ata u  lem.  Kekurangannya  sambungan 
agak  kasar 
penampila nnya.  
  
Gambar 2.37 Butt joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
p.  Mitred  butt  joints  :  adalah  jenis  sambungan  but  joints  di  mana  ujung  siku 
sambungan  dipotong  membe ntuk  sudut  45  de rajat,  sehianngga  ketika  kedua 
papan  dipadukan, kedua ujung siku akan berte mu dan membentuk sudut tepat 
90  derajat.  Di  indonesia  sistem  ini  dikenal  dengan  istilah  “adu  manis”. 
Ke lebihan  siste m  ini  dibanding  dengan  basic  joinery  (penyambungan  kayu 
standar)  lainnya  adalah  sambungan  akan  terliha t  lebih  rapi.  Namun 
kelemahannya adalah cara  ini lebih  sulit, di  mana  sudut potong  harus  benar-
benar  tepat  dan  presisi,  karena  bila  tidak,  sambungan  akan  bergeser  dan 
sudutnya tidak te pat 90°. 
Gambar 2.38 Mitred butt joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
  
29 
q.  Rabbet  joints  :  adalah  sistem  sambunga n  dengan  cara  membuat  a lur 
sepa njang  kayu  atau  papan  yang  hendak  disambu
secara  pe rpasangan. 
Keduanya  kemudian  dipadukan  menjadi  satu  sesuai  al
yang  telah  dibuat. 
Jenis sambungan ini dapat dibuat dengan berbagai macam variasi.
  
Gamba r 2.39 Rabbet joints 
Sumbe r : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur da n 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
r.  Dove tail joints : merupakan sa mbungan sudut yang mirip dengan  sistem Box 
Joints.  Perbe daan  antara  box  joints  dengan  dove  tail  terletak  pada  ujung 
gerigi.  Pada  sistem box joints  ujung dan pangkal  gerigi memiliki  sudut  yang 
sama,  yaitu  90  derajat.  Sementara  pada  sistem  dovetail,  ujung  gerigi  dibuat 
agak  melebar,  mirip  dengan  ekor  burung  dara.  Pada  sistem  box  joints, 
sambungan  dapat  dilepa s  dengan  cara  menarik  keduanya  dari  dua  arah. 
Na mun pada sistem dove  tail joints, sambungan hanya dapat dilepas dari satu 
arah. Sistem dove tail joints lebih kokoh dari pada sistem box joints. 
Gambar 2.40 Dove tail joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
  
30 
  
s.  Through  dove  tail  adalah  sambungan  ya ng  merupakan  variasi  dari  common 
dove  tail  namun  dibuat  dengan  banya k  lidah.  Sistem  ini  ku
meski  begitu 
sambungan akan terlihat pada kedua sisinya.  
  
Gambar 2.41 Through dove tail 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
t.  Dove  Tail-keyed  mitered  adalah  sistem  sambungan  dove  tail  yang  didasari 
dengan  sistem  mitered.  Ujung  sa mbungan  dibuat  denga n  su
45  derajat, 
dan  bertemu  dengan  rapi,  kemudian  diperkuat  dengan  sist
dove  tail 
sebagai penguncinya. 
  
Gambar 2.42 Dove tail-keyed 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
  
31 
u.  Lappe d  dove  tail  adalah  sistem  dove  tail  yang  satu  bagian  sisinya  tidak 
dipotong  menembus ketebalan  kayu,  tapi hanya setengah at
¾  bagian yang 
dipahat. Sehingga bila dilihat pada gambar dibawah ini, sisi k
tidak nampak 
ada sambungan. 
  
Gambar 2.43 Lapped dove tail 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
v.  Secre t  lapped  dove  tail  adalah  sistem  sambung  dove  tail  namun  sambungan 
tidak  terlihat  pada  kedua  sisinya.  Apabila  disambung,  kedua  sisinya  akan 
terlihat  seolah-olah  se perti  sambungan  butt  joints,  namun  se benarnya  pada 
bagian tengah terdapat gerigi untuk memperkuat sambungan.  
Gambar 2.44 Secret lapped dove tail 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
w.  Finger joints adalah sistem penyambungan kayu  dengan membuat lidah-lidah 
pada  ujun  kayu,  sehingga  kedua  ujung  kayu  dapat  dipa dukan  menjadi  satu. 
  
32 
Ke guna an  dar  sistem  finger  joints  untuk  kayu  ini  ada lah  untuk  membentu
papan  yang lebar. Sistem ini membutuhka n ketepatan pembuatan yang tinggi, 
sehingga untuk membuat lidah-lidahnya menggunakan mesin. 
  
Gambar 2.45 Finger joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
x.  Spline  joints  ada lah  sistem  penyambungan  kayu  dengan  membuat  alur  pada 
kedua buah kayu ya ng akan disambung, dan memberikan sepotong ka
kecil 
sebagai  bahan  penya mbung  ditengahnya.  Alur  kayu  juga  da
digantikan 
dengan lubang sepe rti pada siste m mortise & tenon.  
  
Gambar 2.46 Spline joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengena l Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
y.  Pocket  joints  merupakan  sistem  penyambungan  sudut  dengan  cara 
memperkuat  sambungan  dengan  menambahkan  sekrup,  se telah  membuat 
lubang  kecil dengan sudut kemiringan  30  sampai 45  de rajat.  Sistem ini tidak 
berbeda  dengan  mortise  &  tenon  atau  dowel  joints,  hanya  pada   sistem  ini 
digunakan sekrup  untuk  memperkuatnya  yang  dipasang  secara  dia gonal dari 
kayu ke kayu. 
  
33 
  
  
Gambar 2.47 Pocket joints 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
z.  Tongue  &  groove  adalah  sistem  yang  biasanya  digunakan  untuk 
menyambung  lantai  kayu,  atau  bidang-bidang  kayu  dengan  tujua n  untuk 
memperlebar  bidang  tersebut.  Pada  sele mbar  kayu,  dibuat  tongue  (  lidah  ) 
pada  salah  satu  sisinya,  dan  groove  (  alur  )  pada  sisi  yang  lain.  Tongue  & 
groove  ini  akan  saling  sambung  menyambung,  hing
mencapai  lebar  yang 
diinginkan.  
  
Gambar 2.48 Tonguw & groove 
Sumber : Tikno Lensufiie,  Mengenal Konstruksi Kayu untuk Furnitur dan 
Bangunan. Jakarta : Esensi, 2008 
  
34 
2.1.1.4 Finishing kayu  
Dikutip  dari  Chandra  D.  Andrea  ,  (2013),  Perencanaan  Furnitur  Dan 
Aksesoris  Di  ‘Eclectic  Resto  &  Bar’ 
Cilandak   Town  Square.  Ada  beberapa 
jenis finishing ya ng umum digunakan yakni :
a.  Oil : Jenis finishing ini merupa kan finishing yang sangat sedeha na dan mudah 
aplikasinya.  Oil  akan  meresap  ke  dalam  pori-pori  kayu  dan  tinggal  di 
dalamnya   untuk  mencegah  air  keluar  a tau  masuk  ke  pori-pori  ka yu.  Cara 
aplikasinya  adalah  dengan  cara  menyira m,  merendam  atau  melumuri  benda 
denga n  oil  ke mudian  dibersihkan  dengan  kain  kering.  Bahan  finishing  ini 
tidak  memberikan  keawetan  pada  aspek  benturan  karena  lapisannya  sangat 
tipis.  
b.  Politur  :  Jenis  finishing  ini  memiliki  bahan  dasar  She llac  ya ng  berwujud 
serpihan  atau  batangan,  serta   dapat  juga  diperoleh  dalam  bentuk  siap  pakai
(sudah  dicampuri  alkohol  dengan  proporsi  yang  tepat).  Alhokol  berfungsi 
sebagai  pencair  (solvent).  Cara  aplikasinya  ada lah  dengan  melumuri  kain 
lalu  memoleskannya  pada  kayu  hingga  mendapatkan  lapisan  tipis  finishing 
pada  permukaan  kayu.  Semakin  banyak  polesan  ya ang  diberikan  semakin 
tebal lapisanya.  
c.  NC  Lacquer :  Jenis  finishing  ini  terbuat  dari  resin  Nitrocellulose/alkyd  yang 
dic ampur  dengan  bahan  solvent 
yang  c epat  kering,  yang  sering  dise but 
sebagai  thinner.  Bahan  finishing  ini  ta han  terhadap  air  namun  tidak  tahan 
gore san maupun benturan fisik. Cara aplikasinya adalah denga n sistem spray 
(semprot) dengan teka nan udara.  
d.  Me lamine : Jenis finishing ini hampir sama  dengan baha n lacquer. Kelebihan 
dari  bahan  ini  adalah  memiliki  ke kerasan  lapisan  yang  lebih  tinggi  dari 
lac quer  dan  memiliki  lebih  banyak  warna.  Ba han  ini  memiliki  zat  kimia 
yang dapat merusa k kesehatan manusia sehingga sudah mulai jarang dipakai, 
bahan ini juga menimbulka n  bau yang  tida k  sedap  dan membutuhkan wa ktu 
yang lama untuk me nghilangkan bau tersebut. 
e.  PU  (PolyUrathane)  :  Jenis  finishing  ini  termasuk  jenis  yang  awe t  karena 
lapisannya menutup seluruh permukaan  kayu  seperti lapisan plastik. Lapisan 
ini  memiliki  daya  tahan  terhada p  panas  dan  air  yang  tinggi,  sehingga  baik 
  
35 
untuk  produk  outdoor,  kusen,  pindu  luar,  atau  pagar.  Proses  pengeringan 
bahan ini menggunakan bahan kimia cair yang cepat menguap. 
f.  UV  Lac quer  :  Jenis  finishing  ini  cocok  untuk  permukaan  yang  le bar  karena 
metode yang  efe ktif  untuk  aplika sinya  adalah  teknik curtain method  dimana 
bahan finishing diaplikasi seperti  curahan yang membentuk tirai.  Kayu  akan 
diluncurkan  melalui  tirai  tersebut  sehingga  membentuk  lapisan  cukup  tipis 
pada  pe rmukaannya.  Bahan  ini disebut  UV  Lacquer  karena  bahan  finishing 
ini hanya dapat dikeringkan oleh sina r Ultra Violet (UV)  
g.  Waterbased Lacquer : Jenis finishing ini merupakan jenis yang mulai populer 
pada  saat ini  karena  ramah  lingkungan  dan  tidak  mengandung  baha n  kimia 
yang  dapat  merusak  kesehatan.  Finishing  ini  hampir  sama  kualitasnya 
dengan  NC  dan  melamine.  Namun  kare na  berbahan  dasar  a ir  maka 
pengeringan akan memakan waktu yang lebih lama.  
2.1.1.5 Aksesoris Interior  
Aksesoris adalah ba rang ta mbahan, alat ekstra, yang digemari banyak 
konsumen, barang yang be rfungsi sebagai pelengkap dan pemanis, dan alat 
yang berfungsi sebagai pelengkap. Aksesoris interior adalah bara ng-barang 
yang berfungsi sebagai e lemen pe manis/menambah nilai estetika di dalam 
suatu ruangan.  
2.1.1.6 Materia l Furnitur 
Material  merupakan  elemen  dari  furniture  itu  sendiri.  Pemilihan 
material sangat penting  saat eksekusi  desain  karena itu  akan berdampak  pada 
ha sil akhir  dari furnitur yang nantinya diproduksi. Dampaknya yaitu dari segi 
ke nyamanan,  pe ngadaan  biaya ,  kualitas  furnitur,  daya  tahan  furniture, 
ke mudahan  perawatan  furniture  serta  ke indahan  atau  estetik  dari  furnitur 
tersebut.  tiap-tiap  material  furnitur  digolongkan  ada  beberapa  je nis,  berikut 
jenis-jenis material da n ka rakteristiknya; 
a.   Kayu 
Definisi  Kayu,  Kayu  dihasilkan  da ri  ba tang  pohon  yang  masih 
mempunyai  sifat mengembang dan menyusut.  (Kristianto,  1999 p. 
11) 
  
36 
  
Gambar 2.49 Diagram Ukuran Kayu 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Ka nisius 
Yogyakarta (1999) 
b.  Pengenalan Sifat-Sifat Kayu 
Kayu  masif  bersifat  higroskopis,  yaitu  isi  dan  be ntuknya  akan 
berubah.  Terjadi  penyesuaian  dengan  kadar  air  sekelilingnya .  Kalau  kadar 
air  tinggi,  kayu  akan  mengembang  dan  pada  penguranga n  kadar  air,  kayu 
akan  me nyusut.  Peoses  mengembang  dan  menyusut  ini  terjadi  hanya  di 
bawa h  daerah  titik  jenuh  serat,  kurang  lebih  28  –  33  %  kadar  air  kayu 
dia mbil dari berat kayu dalam keadaan kering tanur. 
Pe rlu  dikeyahui  bahwa  kayu  bekerja  pada  ketiga  arahnya   yang 
berbeda.  Yang  terbesar  adalah  arah  tangensial  (paralel  denga n  lingka ran 
tahun),  sedikit  lebih  kecil  aalah  arah  radial  (sejajar  dengan  jari-jari  kayu), 
dan yang paling sedikit adalah arah aksial _sejaja r hati) 
Ukuran penyusutan rata-rata sebagai berikut : 
1.  Arah aksial    0,3 % 
2.  Arah radia l    5   % 
3.  Arah tangensial    10 % 
  
37 
  
Gambar 2.50 Ilustrasi Arah Penyusutan 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius 
Yogyaka rta (1999) 
  
Gambar 2.51 Ilustrasi Penyusutan 
Sumber : Konstruksi Perabot Kayu, M. Gani Kristianto, Kanisius 
Yogyaka rta (1999) 
Kayu  me rupakan  hasil  hutan  yang  mudah  diproses  untuk  dijadikan 
barang  sesuai  dengan  kemajuan  teknologi.    Kayu  memiliki  beberapa  sifat 
yang  tidak  dapat  ditiru  oleh  baha n-bahan  lain.   Pemiliha n  dan  penggunaan 
kayu  untuk suatu  tujuan pe makaian, me merlukan pengetahuan tentang sifat-
sifat  kayu.  Sifat-sifat  ini  penting  sekali  dalam  industri  pengolahan  kayu 
  
38 
sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang 
tepat se rta  macam  pe nggunaan  yang memungkinkan, a kan teta pi  juga  dapat 
dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu la innya apabila jenis yang 
bersa ngkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal. 
Ka yu  berasal  dari  berbagai  jenis  pohon  yang  memiliki  sifat-sifat 
yang berbeda-beda.  Bahkan da lam satu pohon,  kayu  me mpunyai sifat yang 
berbeda-beda.    Dari  sekian  banyak  sifat-sifat  kayu 
yang  berbe da  satu  sama 
lain, ada beberapa sifa t yang umum terdapat pada se mua jenis kayu yaitu : 
1.  Kayu  tersusun  dari  sel-sel  yang  memiliki  tipe  bermacam-macam  dan 
susunan  dinding  selnya   terdiri  dari  senyawa  kimia  berupa  selulosa  dan 
he mi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). 
2.  Semua  kayu  be rsifat  anisotropik,  yaitu  memperlihatkan  sifat-sifat  yang 
be rlainan jika  diuji menurut tiga  arah utamanya  (longitudinal, radial  dan 
tangensia l). 
3.  Kayu  merupaka n  bahan yang  bersifa t higroskopis, yaitu  dapat  menye rap 
atau  melepaskan  kada r  air  (kelembaban)  sebagai  akibat  perubahan 
ke lembaban dan suhu udara disekelilingnya. 
4.  Kayu dapa t diserang oleh hama da n penyakit dan dapa t terbakar terutama 
da lam keadaan kering. 
c.  Sifat Fisik Kayu 
1.  Berat dan Berat Jenis 
Berat  suatu  ka yu  terga ntung  dari  jumlah  zat  kayu,  rongga  sel,  ka dar 
air dan  zat  ekstra ktif  didalamnya .   Berat suatu  jenis  kayu  berbanding lurus 
dengan  BJ-nya.    Kayu  mempunyai  berat  jenis  yang  berbeda-beda,  berkisar 
antara  BJ  minimum  0,2  (kayu  balsa)  sampai  BJ  1,28  (kayu  nani).  
Umumnya  makin  tinggi  BJ  kayu,  kayu  semakin  berat  dan  semakin  kuat 
pula. 
2.  Keawetan 
Keawetan adalah ketahanan  ka yu terhadap  serangan  dari  unsur-unsur 
perusak  kayu  dari  luar  seperti  jamur,  rayap,  bubuk  dll.  Keawetan  kayu 
tersebut  disebabkan  adanya  zat  ekstraktif  didalam  kayu  yang  merupakan 
unsur  racun  bagi  perusak  kayu.    Zat  ekstraktif tersebut  terbentuk  pada  saat 
kayu gubal berubah menjadi ka yu teras sehingga pada umumnya kayu  teras 
lebih awet dari kayu gubal. 
  
39 
3.  Warna 
Kayu  yang  berane ka  wa rna  macamnya  dise babkan  oleh  zat  pengisi 
warna dalam kayu yang be rbeda-beda. 
4.  Tekstur 
Tekstur ada lah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu 
digolongkan kedalam kayu  bertekstur halus (contoh:  giam, kulim dll), kayu 
bertekstur  seda ng  (contoh:  jati,  sonokeling  dll)  dan  kayu  bertekstur  kasar 
(contoh: kempas, meranti dll). 
5.  Arah Serat 
Arah  serat  adalah  arah  umum  sel-sel  kayu  terhadap  sumbu  batang 
pohon.  Arah serat  dapat dibedakan menjadi  serat lurus,  serat berpadu, serat 
berombak, serta terpilin da n se rat diagonal (serat miring). 
6.  Kesan Raba 
Kesan  raba  adalah  kesan  ya ng  diperoleh  pada  saat  meraba   pe rmukaan 
kayu  (kasa r, halus, lic in, dingin, berminyak dll).  Kesan ra ba tiap jenis kayu 
berbeda-beda   tergantung  dari  tekstur  kayu,  ka dar  air,  kadar  zat  ekstraktif 
dalam kayu. 
7.  Bau dan Rasa 
Bau  dan  rasa  kayu  mudah  hilang  bila  kayu  lama  tersimpan  di  udara 
terbuka.   Bebera pa  jenis  kayu  mempunyai  bau  yang merangsa ng dan untuk 
menyataka n  ba u  ka yu  tersebut,  sering  diguna kan  bau  sesuatu  benda  yang 
umum  dikenal misalnya  bau  bawang  (kulim),  bau  zat  pe nyama k  (jati),  bau 
kamper (kapur) dsb. 
8.  Nilai Dekoratif 
Gambar ka yu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, 
dan pemunc ulan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gamba r ini 
yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif. 
9.  Higroskopis 
Kayu  mempunyai  sifat  dapat  menyerap  atau  melepa ska n  air.    Makin 
lembab  udara  disekitarnya  makin  tinggi  pula   ke lembaban  kayu  sampai 
terca pai  keseimbangan dengan lingkunga nnya .    Dalam  kondisi  kelembaban 
kayu  sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air 
keseimbanga n (EMC = Equilibrium Moisture Content). 
10. Daya Hantar Panas 
  
40 
Sifat  da ya  hantar  kayu  sangat  jelek  sehingga  kayu  banya k  digunakan 
untuk  membuat  ba rang-barang  yang berhubungan  langsung dengan  sumber 
panas. 
11. Daya Hantar Listrik 
Pada   umumnya  kayu  merupakan  bahan  hantar  yang  jelek  untuk  aliran 
listrik.   Daya  hanta r  listrik  ini dipenga ruhi oleh kada r  air kayu.   Pada kadar 
air 0 %, kayu akan menjadi bahan  sekat listrik yang baik sekali,  sebaliknya 
apabila  kayu  mengandung  air  maksimum  (kayu  basah),  maka  daya 
hantarnya boleh  dikatakan sama dengan da ya ha ntar air. 
d.  Sifat Mekanik Kayu 
1.  Ke teguhan tarik adalah ke kuatan kayu untuk me nahan gaya-gaya yang 
berusaha menarik kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu : 
a.  Keteguhan tarik sejajar arah serat dan 
b.  Keteguhan tarik tegak lurus ara h serat. 
Kekuatan tarik terbesa r pada kayu ialah kete guhan tarik sejajar arah 
serat.  Kekuatan tarik tegak lurus arah se rat lebih kecil daripada kekuatan 
tarik sejajar arah serat. 
2.  Ke teguhan tekan/kompresi adalah ke kuatan kayu untuk menahan 
muatan/be ban. Terdapat 2 (dua) macam kete guhan tekan yaitu : 
a.  Keteguhan tekan sejaja r arah sera t dan 
b.  Keteguhan tekan tegak lurus a rah serat. 
Pada semua  kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada kete guhan 
kompresi sejaja r arah serat. 
3.  Ke teguhan geser ada lah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya ya ng 
membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di 
dekatnya.  Terdapat 3 (tiga) macam kete guhan yaitu : 
a.  Keteguhan geser sejajar arah serat 
b.  Keteguhan geser tegak lurus arah se rat dan 
c.  Keteguhan geser miring 
  
41 
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada kete guhan geser 
sejajar arah serat. 
4.  Keteguha n lengkung/lentur adalah kekuatan untuk me nahan gaya-gaya yang 
berusaha melengkungkan kayu atau untuk mena han beban mati maupun 
hidup sela in beban pukula n.  Terdapat 2 (dua) maca m keteguhan yaitu : 
a.  Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang 
mengenainya secara perlahan-lahan. 
b.  Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya ya ng 
mengenainya secara me ndada k. 
5.  Kekakua n adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan be ntuk ata u 
lengkungan. Keka kuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas. 
6.  Keuleta n adalah kemampuan kayu untuk menye rap sejumlah tenaga yang 
relatif besar atau ta han terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang 
berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatka n 
perubahan bentuk yang permanen da n kerusakan sebagian. 
7.  Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menaha
n gaya yang membuat 
takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, 
kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketaha nan terhadap pengausan 
kayu. 
8.  Keteguha n belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang 
berusaha membe lah kayu.  Sifat keteguhan belah yang re ndah sangat baik 
dalam pembuatan sira p da n kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah ya ng 
tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya  
kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pa da arah tangensial. 
Ukura n yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat 
mekaniknya  dinyatakan dalam kg/c m2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi 
sifat mekanik kayu sec ara garis besar digolongkan me njadi dua kelompok : 
Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, ke lembaban lingkungan, 
pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga 
perusak kayu. 
Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, sera t miring dsb. 
  
42 
e.  Macam Penggunaan Ka yu 
Pe nggunaan  kayu  untuk  suatu  tujuan  pemakaian  tertentu  tergantung  dari 
sifat-sifat  kayu  yang  bersangkuta n  dan  pe rsyaratan  teknis  yang 
diperlukan.  Jenis-jenis  kayu  yang  mempunya i  persyaratan  untuk  tujuan 
pemakaian terte ntu anta ra lain dapat dikemuka n sebagai berikut : 
1.  Bangunan (Konstruksi) 
Persyarata n teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan 
a lam yang tinggi. 
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, 
keruing, lara, rasamala. 
2.   Veneer biasa 
Persyarata n teknis : kayu bulat be rdiameter besa r, bulat, bebas cacat dan 
beratnya sedang. 
Jenis kayu : meranti merah, me ranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang. 
3.  Veneer mewah 
Persyarata n teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif. 
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai,
weru, sonokembang. 
4.  Perkakas (mebel) 
Persyarata n teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjaka n, 
mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat. 
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, mera nti, rengas, sonokeling, 
sonoke mbang, ra min. 
5.  Lantai (parket) 
Persyarata n teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan 
c ukup kuat. 
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, binta ngur, bongin, bungur, jati, 
kuku. 
  
43 
6.  Bantalan Kereta Api 
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet. 
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, 
kempas, ulin. 
7.  Alat Olah Raga 
Persyaratan teknis : kuat, tida k mudah patah, ringan, tekstur halus, serat 
halus, serat lurus dan panjang, kaku, c ukup awet. 
Jenis kayu : a gathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, 
teraling. 
8.  Alat Musik 
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya 
resonansi baik. 
Jenis kayu : c empaka, merawan, nya toh, jati, lasi, eboni. 
9.  Alat Gambar 
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih. 
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus. 
10. Tong Kayu (Gentong) 
Persyaratan teknis : tida k tembus cairan da n tidak mengeluarka n bau. 
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pa sang. 
11. Tiang Listrik dan Te lepon 
Persyaratan teknis : kuat me nahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus. 
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin. 
12. Patung dan Ukiran Kayu 
Persyaratan teknis : serat lurus, ke ras, te kstur ha lus, liat, tidak mudah patah 
dan berwarna gelap. 
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, me lur, cempaka, eboni. 
  
44 
13. Korek Api 
Persyarata n teknis : sama dengan persya rata n ve neer, c ukup kuat (anak korek 
a pi), elastis dan tidak mudah pecah (kotak). 
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, ke miri, sengon, perupuk, pulai, 
tere ntang, pinus. 
14. Pensil 
Persyarata n teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna 
a gak merah, berserat lurus. 
Jenis kayu : agathis, jelutung, me lur, pinus.
15. Moulding 
Persyarata n teknis : ringan, se rat lurus, tekstur halus, muda h dikerjakan, 
mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif. 
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll. 
16. Arang (baha n bakar) 
Persyarata n teknis :  BJ tinggi. 
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cema ra, gela m, gofasa, johar, kayu 
malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur. 
f.  Jenis kayu yang umum digunakan untuk furnitur 
1.  Ka yu sungkai 
Kayu  sungkai  bernilai  ekonomi  yanng  dapat  dipergunakan  untuk 
bangunan, furnitur, lantai, papan dinding, patung, ukiran, kerajinan tanga n, 
dan veener. Kayu sungkai termasuk  dalam kelas awet III da n kelas kuat II-
III,  berat  jenis  0,53  –  0,73.  Daya  retak  tinggi  dan  sifat  pengeringan  yang 
mudah.  Sungkai  termasuk  suku  Vebernace ae  yang  dikenal  dengan  nama 
daerah  jati  seberang  atau  kisabrang.  Bentuk  batang  sungkai  lurus  dengan 
parit  kecil,  teta pi  kadang-kadang  bentuk  batangnya  jelek  akibat  serangan 
hama  pucuk,  kulit  luarnya  berwarna  a bu-abu  atau  sawo  muda,  bera lur 
dangkal,  mengelupas  kecil-kecil  dan  tipis.  Kulit  luar  penampa ngnya 
berwarna  kuning,  coklat  atau  merah  muda.  Rantingnya  penuh  dengan 
bulu-bulu. 
  
45 
Persebaran  pohon  sungkai  terdapat di  daerah  sumate ra  selatan,  jawa 
barat, kalimantan barat, kalimantan se latan dan kalimantan tengah. Tempat 
tumbuh  utama  sungkai  di hutan  sekunder  yang  berair  dan  kadang-kadang 
terdapa t juga  di hutan  sekunder  yang kering, akan tetapi  tidak  dijumpai di 
hutan  primer  se rta  daerah  ya ng  periodik  tergenang  air.  Pohon  dapat 
tumbuh ba ik umunya pada ketinggian  0 – 600 meter denga n tipe iklim A –
C me nurut tipe hujan Schmidt dan Ferguson. 
  
Gamba r 2.52 serat kayu sungkai 
Sumber : Google Image 
2.  Kayu Jati  
Pohon  Jati  merupaka n  jenis  pohon  penghasil  kayu  yang  bermutu 
tinggi.  Pohon besar,  berbatang  lurus,  bisa tumbuh hingga  mencapai  tinggi 
30-40  m.  Daunya  besar,  akan  tetapi  akan  gugur  ata u  rontok  di  musim 
kemara u. 
  
Gambar 2.53 kayu jati 
Sumber : Google Ima ge 
  
46 
Pohon  Jati  dikenal  dunia  denga n  nama  teak  (bhs  inggris).  Nama  ini 
datang  da ri  kata  thekku  didalam  bhs  malayalam,  bhs  di  negara  bagian 
kerala  yang  ada   di  india  selatan.  Nama  ilmiah  jati  yaitu  Tectona  Grandis 
L.F. 
Pohon  Jati  bisa tumbuh di tempat dengan cura h hujan  1  500 – 2 000 
mm/tahun  serta  suhu  27  –  36  °c  baik  di  dataran  rendah  ataupun  dataran 
tinggi.  Area yang sangat baik  untuk  perkembangan ja ti yaitu tana h dengan 
ph  4.  5  –  7  se rta  tidak  dibanjiri  dengan  air.  Jati  mempunyai  daun  berupa 
elips yang lebar  serta bisa  meraih  30 –  60 cm waktu  dewasa. Pohon besar 
dengan  batang  yang  bulat  da n  lurus,  serta  tinggi  kese luruhan  mampu 
mencapai  40  m.  Batang  bebas 
cabang  (  clear  bole  )  bisa  menca pao  18 
hingga 20 m. 
3.  Ka yu Mahoni 
Mahoni termasuk  pohon  besar dengan tinggi  pohon  mencapai  35-40 
m  dan  diameter  me ncapai  125  cm.  Batang  lurus  berbentuk  silindris  dan 
tidak  berbanir.  Kulit  luar  berwarna  cokelat  kehitaman,  be ralur  dangkal 
seperti  sisik,  sedangkan  kulit  ba tang  berwarna   abu-abu  dan  halus  ketika 
masih  muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan  me ngelupas  setelah 
tua.  Mahoni  baru  berbunga  setelah  be rumur  7  tahun,  mahkota  bunganya 
silindris,  kuning  kecoklatan,  be nang  sari  melekat  pada  mahkota,  kepala 
sari  putih,  kuning  ke coklatan.  Buahnya  buah  kotak,  bulat  telur,  berlekuk 
lima,  warnanya  cokelat. 
Biji  pipih,  wa rnanya  hitam  atau  cokelat.  Mahoni 
dapat  ditemukan  tumbuh  liar  di  hutan  jati  dan  tempat-ternpat  lain  yang 
dekat  dengan  pantai,  atau  ditanam  di  tepi  jalan  sebagai  pohon  pelindung. 
Pohon  mahoni bisa  mengurangi  polusi  udara  sekitar  47%  - 69%  sehingga 
disebut  sebagai  pohon  pelindung  sekaligus  filter  udara  dan  dae rah 
tangkapan  air.  Daun-daunnya  bertugas  menyerap  polutan-polutan  di 
sekitarnya. Se baliknya,  de daunan  itu akan melepaskan oksigen (O2)  yang 
membuat  udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan 
akar-a kar  pepohonan  itu  a kan  mengikat  air  ya ng  jatuh,  sehingga   menjadi 
cadangan air. 
  
47 
  
Gambar 2.54 Kayu Mahoni 
Sumber : Google Ima ge 
4.  Kayu Sonokeling 
Sonokeling  atau  sa nakeling  ada lah  na ma  sejenis  pohon  penghasil 
kayu  keras  dan  inda h,  anggota  dari  suku  Fabaceae.  Kayunya  yang 
berbobot  sedang  dan  berkualitas  tinggi  itu  dalam  perdagangan  dikenal 
sebagai Indian rosewood, Bombay blackwood atau Jav a palisander, dalam 
klasifikasi  Indonesia  digolongkan  sebagai  kayu  sonokeling.  Pohon 
berukuran  sedang  hingga  besar, 
tingginya  20-40  m  dengan  gemang 
mencapai  1,5-2  m.  Tajuk  lebat  berbentuk  kubah,  menggugurkan  daun. 
Pepagan  berwa rna  abu-abu  kecoklatan,  sedikit  pec ah-pec ah  membujur 
halus. Di Indonesia, sonokeling  hanya dida pati  tumbuh  liar di hutan-hutan 
Jawa  Tengah  dan  Jawa   Timur  pada  ketinggian  di  bawah  600m  dpl., 
terutama  di  tanah-tanah  yang  berbatu,  tidak  subur,  dan  kering  secara 
berkala. Tumbuh berkelompok, namun tidak terlalu banyak, di hutan-hutan 
musim yang menggugurka n daun-daunnya di waktu kemarau. 
  
  
48 
  
Gambar 2.55 Kayu Sonokeling 
Sumber : Google Image 
g.  Material Logam yang umum untuk furnitur 
Undergraduate-22355-05%20BAB%20II.pdf,  Logam  Dalam  fisika  logam 
adalah  material  yang  mempunyai  sifat-sifat  kua t,  liat,  keras,  dan 
mempunyai titik ca ir  tinggi. Sifat fisis logam  adalah mengkilat,  konduktor 
panas  dan listrik,merenggang jika  ditarik, mudah  ditempa,  berupa  padatan 
dalam  suhu  kamar,  dapat  ditarik  oleh  magnet,  memiliki  kepadatan  yang 
tinggi dan  berbunyi  nyaring  jika  dipukul.  Hal  ini  juga  berlaku  sebaliknya 
untuk  unsur  nonlogam, namun  nonlogam  dapat  berupa  padat cair  dan  gas 
dalam suhu kamar. 
Beberapa  logam  terke nal  adalah  aluminium,  tembaga ,  emas, 
titanium,  uranium,  dan  zink.  Secara  singkat  logam  da pat  diklasifikasikan 
menjadi:  
Logam bera t: besi, nikel, krom, tembaga, timah, seng.  
Logam  ringan:  aluminium,  barilium,  magnesium,  titanium,  kalsium, 
kalium, natrium.  
Logam mulia: ema s, perak, platina.  
Logam refraktori: wolfram, molibdem, titanium, zirkonium.  
Logam radoiaktif: uranium, radium.  
  
49 
1.  Sta inle ss 
  
Gamba r 2.56 Stainless Tube 
Sumber : Google image 
  
Gambar 2.57 Stainless Square 
Sumber : Google ima ge 
2.  Besi 
  
Gambar 2.58 Be si Hollow 
Sumber : Google ima ge 
  
50 
  
Gambar 2.59 Besi Tabung 
Sumber : Google image 
h.  Fa bric, Leathe r dan busa yang umum untuk furnitur 
    
Gambar 2.60 Fabric Canvas 
Sumber : Google image 
   
Ga mbar 2.61 Leather 
Sumber : Google image 
  
51 
   
  
Gambar 2.62 Busa 
   Sumber : Google image 
i.  Kertas daur ulang dari batang pohon  pisa ng abaca 
  
Gambar 2.64 Kertas daur ulang 
   Sumber : Google image 
2.1.2  Pengertian hotel 
Pengertian hotel menurut Surat Keputusan Menparpostel Nomor. KM 34/ HK 
103/  MPPT  1987:  "Hotel  adalah  suatu  jenis  akomoda si  yang  mempergunakan 
sebagian  atau seluruh bangunan  untuk menyediakan ja sa  pelayanan  penginapan, 
makanan  dan  minuman,  serta    jasa  lainnya  untuk  umum,  yang    dikelola  secara 
komersial  serta  memenuhi  persyara tan  yang  ditetapkan  dalam  keputusan 
pemerintah" 
Dikutip  dari  “City Hotel Dikawasan  Manggarai I  Jakarta  Se latan”  Anindita 
Taufani,  2010.  Pengertian  hotel  menurut  GraZier  Electronis  Publishing.Inc 
(1995)  a dalah:  "Hote l  adalah  usaha  komersial  yang    menyedia kan  tempat  untuk
menginap,  makanan  dan  pelayanan  lain  untuk  umum"  Sedangkan  pengertian 
hotel  menurut  buku  Managing  Front  Office  Operations  dari  AHMA  (American 
Hotel  & Motel   Association)  yang  ditulis oleh  Cha rle s E. Stedmon dan Michael 
L.  Kasavana  disebutkan  sebagai  berikut:  "A    hote l  may  be  defined  as  an 
  
52 
establishment  whose  primary  business  is  providing  lodging  facilities  for  the 
general   public and which furnishe d one or more of  the  following services:  food 
and  beverage  service,  room  attendant service,      uniformed  serviced, laundering 
line ns,  and  use of furnitures  and fixtures. " Ya ng dapat  diartikan sebaga i berikut: 
"Hotel  dapat  didefinisikan  sebagai  sebuah  bangunan  yang  dikelola  secara 
kornersial dengan memberikan fasilitas pe ngina pan untuk umum dengan fasilitas 
pela yanan  sebagai  berikut:    pelayanan    makan    dan  minum,  pelayanan  kama r, 
pela yanan    barang    bawaan,  pencuci  pakaian  dan    dapat  menggunakan  fasilitas 
perabotan da n  menikmati hiasan-hiasan yang ada di da lamnya."
2.1.3  Klasifikasi hote l 
Berdasarkan surat keputusa n Menteri perhubungan No.PM.10/P.V.301/pht/77 
ta nggal  22  desember  1977  tentang  peratura n  industry  perhotela n  dan  kla sifikasi 
hotel antara lain  ditentukan menurut bintang, yaitu mulai bintang satu hingga lima. 
Pe rbedaan  bintang tersebut  di lihat  pada  fasilitas,  peralatan  dan  mutu serta standar 
pelayanan.  Penentuan  kelas  atau  bintang  diada kan  setiap  tiga  tahun  sekali  dan 
ditetapkan oleh keputusan direktur jendral pariwisata dalam bentuk sertifikat. 
Kriteria bintang hotel berdasa rkan buku  Data Arsitek, Ernst Neufert, 2002,  p. 
127, Erlangga. Terda pat 5 kategori adalah. 
*     Hotel murah (hotel melati) 
**     Hotel ekonomi 
***     Hotel kelas mene ngah 
****     Hotel kelas 1 
*****    Hotel mewah (hotel bintang lima) 
Atau  me lalui  kriteria  :  jumlah  tempat  tidur,  banyaknya  kursi  pada  ruang  khusus, 
besarnya ruang ma kan, penawaran khusus. 
Kriteria    klasifikasi    hotel  dikeluarkan  oleh  Deparposte l  da n  dibuat  oleh   
Dirje n  Pariwisata  dengan  Surat  Keputusan  :  Kep-22/UNI/78.  Rincian  klasifikasi 
hotel   berdasarkan  bintang  menurut  buku  Pe ngantar  Ak omodasi dan  Restoran oleh  
Ir. Endar Sugiarto, B.A. dan Sri Sulatiningrum, B.A., 2001 ada lah: 
  
53 
Ta bel 2.1 Kriteria Umum Hotel Be rbintang 
KETERANGAN  *  **  ***  ****  ***** 
Jumlah kamar standart (minimum)  15  20  30  50  100 
Jumlah kamar suite (minimum)  -  1  2  3  4 
Kamar mandi dalam  ada  ada  a da  ada  a da 
Luas kamar standart (minimum)  20m²  22m²  24m²  24m²  26m² 
Luas kamar suite (minimum)  -  44m²  48m²  48m²  52m² 
Kriteria  klasifikasi  hotel  Dikutip  dari  Marlina,  Endy.  (2008)  Panduan 
Perancangan  Bangunan  Komersial.  Yogyakarta:  ANDI.  dijelaskan  beberapa 
klasifikasi hotel se bagai berikut :
Ta bel 2.2 Kriteria Hotel berdasarkan Bintang 
No  Keterangan  **  ***  ****  ***** 
1  Secara 
• Lokasi  mudah  • Sama 
•  Minimum 
• 
Minimum 
seperti  bintang 
4. 
umum 
dicapai 
(dengan 
ke ndara an 
pribadi  atau 
umum). 
seperti 
dengan 
hotel 
bintang 2 
seperti  pada 
fsilitas  hotel 
bintang 3. 
• Unsur 
• Bebas polusi. 
• Bangunan 
dekorasi 
indonesia 
tercermin di 
terawat  rapi 
da n bersih. 
lobby, 
restoran, 
kamar 
tidur,  dan 
function
• Sirkulasi  di 
da lam 
ba ngunan 
mudah. 
• Unsur 
room.
de korasi 
Indonesia 
tercermin  pada 
  
54 
lobby.
2  Bedroom  • Minimum 
• Minimum 
• Mempunyai 
• 
Mempunyai 
mempunyai  20 
kamar  denga n 
luasan 
22m²/kamar. 
30  kama r 
standar 
dengan 
luasan 
24m²/kama r 
minimum  50 
kamar 
standa r 
dengan 
lua san  24m²/ 
kamar. 
minimum  100 
kamar  standar 
dengan  luasan 
26m²/ kama r. 
• Memiliki  1 
• 
Minimum 
kamar  suite 
dengan  luasa n 
44m²/ kamar. 
• Minimum  2 
memiliki  4 
kamar  suite 
dengan  luasan 
52m²/ kama r. 
kamar  suite  • Mempunyai 
dengan 
luasan 
44m²/kama r 
3  kamar 
suite. 
Dengan 
lua san  48m²/ 
kamar. 
• Tinggi  minum 
kamar  2,6m 
tiap lanta i. 
• 
Tinggi 
• Tinggi 
minimum 
2,6m  tiap 
lantai. 
• Tidak bising 
• Pintu  kama r 
minimum 
2,6m  tiap 
lantai. 
• Tinggi 
dilengkapi 
pengaman. 
minimum 
2,6m  tiap 
lantai. 
• 
Dilengkapi 
dengan 
pengatur  suhu 
kamar  di 
dalam kamar. 
• Tata  udara 
dengan 
pengatur 
udara. 
• Dilengkapi 
dengan 
pengatur 
suhu  kamar 
di  dala m 
bedroom. 
• Terdapat 
jendela  denga n 
tirai  tida k 
tembus  sina r 
luar. 
• Dalam  tia p 
kamar  da n 
kamar  mandi 
minimum 
terdapat  1 stop 
kontak. 
• Dinding ka mar 
  
55 
mandi  kedap 
air. 
3  Dining 
• Standar  luas 
• Fasilitas 
•  Mempunyai  
• Memiliki 
Room
1,5m²/  tempat 
duduk. 
dining 
minimum  2 
buah  dining 
minimum  3 
buah  dining 
room  sa ma 
dengan 
hotel 
berbintang 
2.
• Tinggi 
room,  salah 
satunya 
berupa 
coffee shop.
room,  salah 
satunya 
dengan 
spesialisasi 
ma sakann 
(ja panese/ 
Chinese/ 
Europan 
Food).
ruangan  lebih 
da ri 2,6m. 
• Terdapat  akses 
langsung 
de ngan dapur. 
• Bila  tidak 
berdamping
a n  dengan 
• Tata  udara 
de ngan/tanpa 
pe ngatur 
udara. 
lobby  maka 
harus 
dile ngkapi 
dengan 
kamar 
mandi/wc 
sendiri.
4  Lobby  • Harus ada 
• Me miliki 
•  Mempunyai  
• Minimum 
seperti  pada 
hotel  bintang 
4. 
• Tata  udara 
luasan 
30m². 
luasan 
minimum 
100m². 
de ngan  AC/ 
ventilasi 
• Dilengkapi 
• Penerangan 
dengan 
lounge. 
• 
Terdapat  2 
minimum  150 
lux. 
toilet  umum 
untuk  pria 
dan  3  toilet 
umum  untuk 
wanita 
dengan 
perlengkapan
nya. 
• Toilet 
umum 
minimum  1 
buah 
dengan 
perlengkap
a nnya. 
• Lebar 
  
56 
koridor 
minimum 
1,6 m. 
5  Sarana 
Minimum  1 
buah  denga n 
alternatif  piliha n 
yaitu  ;  tenis, 
golf,  fitnes, 
biliard,  jogging, 
taman  bermain 
anak,  olahraga 
air  (kolam 
renang). 
• Minimum  1 
•  Sama  seperti 
•  Minimum 
seperti  pada 
hotel  bintang 
4. 
olahraga 
dan rekreasi 
buah 
dengan 
pilihan  ; 
tenis, 
bowling, 
golf, 
fitnes,sauna
,  biliard, 
jogging, 
diskotik, 
dan  taman 
bermain 
anak. 
hotel  bintang 
3  ditambah 
dengan 
diskotik/ 
night  club 
kedap  sua ra 
dengan  AC 
dan toilet. 
• 
Dengan 
tambahan  area 
bermain  anak 
(c hildern 
playground) 
• Terdapat 
kolam 
renag 
dewasa 
yang 
terpisah 
dengan 
kolam 
renang 
anak. 
• Sarana 
rekreasi 
untuk  hotel 
tepi  pantai 
dapat 
dipilih  da r 
  
57 
a lternatif 
berperahu, 
selancar, 
a tau ski air. 
• Sara na 
rekreasi 
hotel  untuk 
gunung 
dapat 
dipilih  dari 
a lternatif 
hiking, 
berkuda 
a tau 
berburu. 
6  Bar / Ca fe  -  • Apabila 
•  Mempunyai  
• Minimum 
kete ntuan 
minimum 
sama  dengan  4. 
hotel  bintang 
3. 
seperti  pada 
hotel  bintang 
ruangan 
tertutup 
maka  ha rus 
dile ngkapi 
dengan 
pengatur 
udara  (AC) 
dengan 
suhu 24° C. 
• 
Memiliki 
lounge bar. 
• Lebar ruang 
kerja 
bartender 
setidaknya 
1m. 
7  Drug Store  -  • Minimum 
• minimum 
• Minimum 
terdapat 
drugstore, 
sama  dengan 
hotel  bintang 
seperti  pada 
hotel  bintang 
  
58 
bank, 
mone y 
changer, 
biro 
perjalanan, 
air  line 
agent, 
souvenir 
shop. 
Perkantoran
,  butik  dan 
salon. 
3.  4. 
• Terse dia 
poliklinik. 
• Terse dia 
paramedis. 
8  Ruang 
• Minimum 
•  minimum 
• Minimum 
sama  dengan  seperti  pada 
hotel  bintang  hotel  bintang 
3. 
4. 
Fungsional 
terdapat  1 
buah  pintu 
masuk yang 
terpisah 
dari  lobby 
denga 
kapasitas 
minimum 
2,5  kali 
jumlah 
kamar. 
• Dilengkapi 
dengan 
toilet  apa 
bila  tidak 
satu  lantai 
  
59 
dengan 
lobby.
• Terdapat 
pre-
fungtion 
room.
9  Utilitas 
• Terdapat 
• Terdapat 
• Minimum 
• Minimum 
sama  dengan 
hotel  bintang 
seperti  pada 
hotel  bintang 
4. 
penunjang 
transportasi 
vertikal  yang 
be rsifat 
mekanis  (Lift 
atau 
eskalator). 
transportasi 
vertikal 
mekanis 
(lift  a tau 
e skalator). 
• kete rsediaa n 
• Memiliki lift 
• Ketersediaan 
air  bersih 
minimum 
700  liter/ 
orang/ hari. 
• Ke tersediaa
air  bersih 
700liter/ 
orang/ hari. 
• Ketersedian 
n  air  bersih 
minimum 
500  liter/ 
orang/ hari. 
air  minimum 
300  liter/ 
orang/ hari. 
• Dilengkapi 
• Dilengkapi 
instalasi  air 
panas/ 
dingin. 
dengan 
instalasi  air 
panas/dingin 
• Daya  listrik 
• Dilengkapi 
mencukupi. 
dengan 
instalasi  air 
panas  a tau 
dingin. 
• Tata  udara 
• Dilengkapi 
de ngan/tanpa 
pe ngatur 
udara. 
dengan  sentral 
video,  musik, 
teleks,  radio, 
carcall. 
• Dilengkapi 
• Terdapat 
dengan 
telepon 
lokal  dan 
inte rlokal. 
ruang 
mekanik. 
• Komunikasi 
de ngan 
telepon 
saluran  dalam 
(house  phone ), 
telepon  lokal, 
interlokal. 
• Tersedia 
PABX  a tau 
c abang 
c olokan 
telepon. 
• Dilengkap 
  
60 
• Terdapat 
dengan 
salura n 
sentra l 
Video/TV, 
radio, 
paging, 
ca rcall. 
fasilitas se ntral 
radio, carc all. 
• Terdapat  alat 
deteksi 
kebakaran 
awal  pada  tia p 
ruang,  fire 
extinguisher, 
fire  hydra nt, 
pintu  kamar 
tahan api. 
• Minimum 
terdapat  1 
ruang jaga. 
• Terdapat 
tempat 
penampungan 
sampah 
tertutup. 
Terdapat saluran 
pembuangan air 
kotor. 
10  Business 
•  Di  business 
Center 
cente r  ini 
tersedia 
beberapa   staf 
yang  dapat 
membantu 
bertindak 
sebagai  c0-
secretary  para 
  
61 
tamu  yang 
ingin 
berkomunikasi 
dengan  kantor 
pusatnya 
ma upn  relasi 
bisnisnya. 
Selain  itu  para 
tamu  dapat 
me manfaatka n 
pelayanan 
dengan  akses 
internet 
me lalui 
kamarnya 
untuk 
reservasi  dan 
promosi 
usahanya,  di 
samping  juga 
dapat 
me lakuka n 
telekonferensi. 
11  Restoran  -  -  •  Main  dining 
•  Main  dining 
room  atau 
ruang  makan 
utama  yang 
menyediakan 
makan 
internasional.
room  atau 
ruang  ma kan 
uta ma  yang 
me nyedia kan 
ma kanan 
Perancis  atau 
internasional
• 
Coffee  shop, 
  
62 
re storan  yang 
menyediakan 
dan 
menyajikan 
makan  pagi 
dengan  menu 
dan  jenis 
pelayanannya 
lebih 
sederhana  atau 
biasa  dise but 
re ady on pla te 
• 
Restoran  yang 
spesifik seperti 
grill-room, 
pizza rea, 
japanesse, 
oriental 
• 
Room service  : 
re storan  yang 
melayani  dan 
menyeiakan 
hidangan 
makanan  dan 
minuman 
kepada  ta mu 
hotel  yang 
engga n  keluar 
kamar.    Atas 
dasar  pesanan 
tamu, 
makanan  dan 
minuman 
  
63 
dia ntar 
langsung  ke 
kamar tamu. 
• 
Ta ke  out 
service  dan 
out  side 
catering  : 
untuk  lebih 
me ningkatkan 
pendapatan 
penjualan 
produk  yang 
dihasilkan 
ole h  dapur 
hotel,  ada 
beberapa  hotel 
yang  melayani 
pesanan 
ma kanan  dan 
minuman  dan 
penyelenggara
an  perjamuan 
di  luar  hotel 
seperti 
misalnya 
untuk 
perjamuan 
instansi-
instansi 
pemerintah, 
perjamuan 
kenegaraan 
dan  instansi-
  
64 
instansi 
swasta,  Di 
samping  itu, 
toko  makanan 
berupa  kue-
kue  yang 
dijual  pastry 
shop  yang  ada 
di  hotel  juga 
melayani 
penjualan  kue-
kue  dan  ice 
cream  untuk 
keperlua n 
umum. 
2.1.4  Klasifikasi jenis hotel berdasarkan lokasi 
a.   City hote l 
City   hotel  adalah  hotel  yang  terletak  di  da lam  kota,  di  mana  sebagian
tamunya yang menginap mela kukan kegiatan  bisnis. 
b.   Resort hotel 
Re sort  hotel  adalah  hotel  yang  terletak  di  kawasan  wisata,  di  mana 
sebagian  besar  tamu  yang  me nginap  tidak  melakukan  kegiatan  usaha.  
Macam-macam resort hotel berdasarkan lokasi, antara lain: 
1.  Mountain hotel (hotel yang be rada di pegunungan) 
2.  Beach hotel (hotel yang berada di pinggir  pantai) 
3.  Lake hotel  (hotel yang berada di tepi danau) 
4.  Hill hotel (hotel yang berada di puncak bukit) 
5.  Forest  hotel (hotel yang berada di kawasan hutan lindung) 
c.  Suburb hotel 
Suburb  hotel  adala h  hotel  yang  lokasinya  di  pinggiran  kota,  yang  
merupakan kota sa telit yakni pe rtemuan antara  kedua kotamadya. 
  
65 
d.  Urban hotel 
Urban hotel adalah hotel  yang berlokasi  di  pedesa an  dan jauh dari  kota
be sar   atau hotel yang  terletak di  daerah perkotaan baru  yang tadinya   hanya 
be rupa desa. 
e.  Airport hotel 
Airport  hotel  adalah  hotel  yang  berada  dalam  satu kompleks  bangunan
atau  area pelabuhan udara ata sekitar bandar udara. 
2.1.5  Kla sifikasi jenis berdasarkan ukuran hotel 
Klasifikasi  hotel  be rdasarkan  ukurannya  Menurut  buku  Manajemen 
Penyele nggaraan  Hotel  oleh  Drs.  Agus  Sulastiyono,  2002,  klasifikasi  hotel 
da pat ditentukan berdasarkan : 
a.  Besa r/kecilnyalbanyak/sedikitnya jumlah ka mar tamu 
1.  Hotel kecil 25 kamar 
2.  Hotel sedang 25 kamar, 100 karnar 
3.  Hotel menengah 100 kamar, 300 ka mar 
4.  Hotel besar < 300 kamar 
b.  Kualitas, lokasi dan lingkungan banguna n 
c.  Fasilitas  yang tersedia untuk tamu, sepe rti  ruang  penerima tamu,  dapur, 
toilet, dan telepon urnurn. 
d.  Perlengkapan  yang  tersedia  baik  bagi  karyawan,  tamu  ata upun 
pengelola hotel  
e.  Kualitas bangunan 
f.  Tata letak dan ukuran ruang. 
g.  operasional/ma najemen 
h.  Pelayanan (untuk  hotel bintang  4 dan 5 pelayanan 24 jam 
2.1.6  Kla sifikasi jenis hotel berdasarkan lamanya waktu menginap 
Berdasarka n  dari  Lamanya  tamu  menginap  di  hotel  dapat  dibagi  dalam  tiga 
kategori, yaitu: 
a.  Transit  hotel 
Tamu yang menginap dalam   waktu singkat, rata -rata  hanya satu malam. 
Hotel  transit  menurut  Pengantar  Ilmu  Pe rhotelan  dan  Restora n,  Abd.  Rachman 
Arief,  2005,  yaitu  hote l yang  mayoritas  tamu tinggal  hanya  singgah atau  transit  
yaitu kurang dari  24 jam sampai 3 malam, dan apa bila   tamu  kurang dari 24 jam 
  
66 
(not  over  night)  maka  tarifnya  hanya  diberikan  day  rate  (50%  dari  full  rate)   
serta pemakaiannya disebut  day use. 
Transit  hotel  ini  umumya  berlokasi  di  daera h  dekat  dengan  pelabuhan 
udara  (airport),  atau  pelabuhan  laut  (harbour),  untuk  menampung  tamu-tamu 
atau penumpang yang singgah a tau transit. 
b.  Semi-residential hotel 
Tamu  yang  menginap  lebih  dari  satu  ma lam,mtetapi  jangka  wa ktu  
me nginap tetap pendek. Kira-kira berkisar antara dua minggu hingga satu  bulan. 
c  Residential hote l 
Tamu  yang  me ngina p  dalam   waktu cukup lama, kira-kira   paling sedikit  
satu bulan. 
2.1.7  Klasifikasi jenis hotel berdasarkan kegiatan pengunjung 
Ba nyak  kegiatan  tamu secara spesifik  se lama    menginap  di  hotel  karena 
dengan maksud-maksud tertentu. Kegiatan-kegiatan tersebut  antara lain: 
a. Olahraga 
1.  Sport hotel a dalah hotel yang be rada pada kompleks kegiatan olahraga 
2.  Sk i   hotel    adala h  hotel yang  menyediakan  area  sebaga i  tempat  bermain 
ski. 
3.  Ba nyak terdapat di negara yang mempunyai empat musim. 
b. Bisnis 
1.  Conforence  hotel  adalah  hotel  yang  menyediakan  fasilitas  le ngkap 
untuk konferensi. 
2.  Convention hotel a dalah   hotel seba gai    bagian dari kompleks  kegiatan 
konvensi. 
c. Cassino 
Cassino  hotel  adalah  hotel  yang  se bagian  tempatnya  berfungsi    
untuk kegiatan berjudi. 
2.1.8  Klasifikasi hotel berdasarkan pada kriteria jenis pengunjung 
Jenis-jenis  tamu  yang  mengina p  maksudnya  adalah  darima na  asal-usul 
mereka  menginap  denga n  latar  belakangnya .  Dapat  dikla sifikasikan  sebagai 
berikut: 
a.  Family hotel 
Family hotel adalah  tamu yang menginap bersama  keluarganya.
b.  Bussines hotel 
  
67 
Bussine s hotel adalah tamu yang menginap adalah para usahawan.
c.  Tourist hotel 
Tourist  hotel  adalah  tamu  yang  menginap  ke banyakan  para  wisatawan,  baik 
dome stik maupun dari luar negeri.
d.  Cure hotel 
Cure  hotel  adalah  tamu  yang  menginap  dalam  proses  pengoba tan  atau 
penyembuhan dari suatu penyakit.
2.1.9  Tipe kamar hotel 
Jenis-jenis  penamaan  kamar  hotel  antara  satu    hote l  dengan  hotel yang    lain  
tidak  sama,  hal  ini  ada  hubungannya  dengan  kondisi  hotel  itu  sendiri-jumlah 
kamar  yang  tersedia.  Adapun  jenis-jenis  penamaan 
kamar  yang  ada  di  hotel 
a dalah sebaga i berikut: 
a.   Standard room/regular  room 
Standard  room/regular room   ada lah  kamar yang  terdapat  di   dalam
sebuah hotel yang mana segala perlengkapan dan fa silitasnya  sesuai dengan 
standar  yang  ditetapkan  oleh  hotel  yang    bersangkutan.  Fasilitas-fasilitas 
yang  terdapat di  dala m    kamar   standar, yaitu   tempat   tidur,  kamar  mandi, 
meja   kerja,  televisi,  tetepon,  Iemari  es,  Iemari  pakaian,  rak  koper. 
Keistimewaaa n  dari  kamar  standar  yaitu  harga  kama rnya  paling  murah  di 
hotel. 
b.  De luxe/Superior room
Deluxe/Superior room  adalah jenis  penamaan kamar  di  dalam    hotel
yang  mana  kondisi  kamar    ini  setingkat  Iebih  baik  dari  standar 
room, 
denga n  fasilitas  yang  sama  seperti  standard  room.  Bedanya  dengan 
standard room adalah sebagai  berikut:
1. letak kamar strategis 
2. arah kamar lebih baik pemandangannya 
3. mutu bahan perabotan Iebih baik dari standard 
4. untuk ukuran kamar lebih luas dari standard room 
5. ca tatan  khusus, apabila   hotel  suda h  lama  be rdiri, kamar  standar   yang sudah 
direnovasi dijadikan deluxe/supe rior room. 
  
68 
c.  Suite room 
Suite room adalah salah sa tu jenis penamaan kamar yang ada di  hotel
yang    mana  kamar  tersebut    dicirikan  de ngan  dua  ruangan  yang  te rpisah 
dalam satu kamar, yaitu kamar tamu dan kamar tidur. 
d.  Studio room 
Studio room adalah ka mar yang dilengka pi dengan studio be d.
e.  J unior suite
Junior  suite  adalah  kamar  yang  berukuran  besar  yang  dilengkapi
dengan standard bed dan hide-away (sofa-bed). 
2.1.10  Jenis tempat tidur dan ukurannya  
Ada bebe rapa tempat tidur yang ada di hote l, antara lain: 
a. Single bed 
Single bed adalah tempat tidur  yang digunakan untuk satu orang di hotel 
atau  akomodasi lain yang  usaha nya te rdaftar tidak menggunakan  single bed di 
dalam kamar. 
b.    Double bed 
Double bed adalah tempat tidur yang dapat digunakan untuk dua orang
c.    Twin bed 
Twin  be d adalah tempat tidur  ke mbar   yang   masing-masing hanya dapat 
digunakan untuk satu orang. Atau kata lain dua single bed di dalam satu kamar. 
d.    Holiday bed 
Holiday bed adalah twin bed yang disambung oleh sa tu headboard.
e.    Rollaway bed/ex tra bed 
Rollaway/extra  bed  a dalah  tempat  tidur  ta mbaha n  untuk  menambah
kekurangan  te mpat  tidur  di  dalam  kamar,  karena  kapasitas  tempa  tidur  tidak  
mencukupi untuk jumlah orang  yang menginap. 
f.    Baby c rib/baby  coat 
Baby  crib/baby  coat  adalah te mpat  tidur  khusus  untuk   bayi a tau    anak-
anak. 
g.    Studio bed 
Studio bed adala h sofa yang berfungsi sebagai te mpat tidur.
h.    Sofa bed/hide-away/hide-a bed 
Sofa  bed/hide-away/hide-a  bed  a dalah  sofa  yang  bagian  bawahnya  
merupakan tempat untuk menyembunyikan tempat tidur tambahan. 
  
69 
i.    Murphy bed 
Murphy    bed  adalah  sebuah  tempat  tidur    yang  bisa  dilipa t  ke  dalam  
dinding, sehingga kamar  memiliki  fungsi sebagai  ruang tidur dan ruang tamu. 
j.  Fold-away bed 
Fold-away  bed  adalah  tempat  tidur  yang  dapat  dan  disimpan  suatu  
tempat pe nyimpanan. 
Standar  ukuran  tempat  tidur  menurut  Sugiarto  dan  Sulatiningrum,  dikutip 
dari  “City  Hotel  Dikawasan  Manggarai  I  Jakarta  Selatan”  Anindita  Taufani, 
2010. (Pengantar  Akomodasi   dan   Re storan  oleh   Ir.   Endar. Sugiarto,  B.A.  dan 
Sri Sula tiningrum, B.A., 2001) 
Tabel 2.3 Ukuran Te mpat Tidur 
No.  Nama Tempat Tidur  Keteranga n Ukuran 
1  Crib 
28 x 52 inches, tempat tiduk untuk bayi 
2  Rollaway      39 x 75 inches, Tempat tidur untuk satu 
orang 
3  Twin 
2 x (39 x 76) inc hes / 2 x (42 x76) inches 
4  Three-quarte r  Three-quarter 
5  Double  54 x 76 inches Ternpat tidur untuk dua 
orang 
6  Queen  60 x 80 inches Tempat  tidur  untuk  dua 
orang 
70 x 80 inches Tempat tidur untuk dua 
orang 
7  King 
2.1.11 Pengertian Hotel Bisnis  
Mengacu  pada  Ma rlina  Endy  dala m  bukunya  Panduan  Pera ncangan 
Bangunan  Komersial  (2008,  p.52),  hotel  bisnis  merupakan  hotel  yang 
dirancang  untuk  menga komodasi  tamu  yang  mempunyai  tujuan  berbisnis. 
Sesua i  dengan  namanya,  pangsa  pasar  utama  dari  hotel  bisnis  adalah  orang-
ora ng  yang  sedang  melakukan  kegiatas  bisnis  di  sua tu  kawasan.  Hotel  bisnis 
dikenal juga dengan nama Commercial Hote l ataupun dengan nama City Hotel. 
  
70 
Lokasi  yang  dipilih  relatif  berada  di  pusat  kota,  berdekatan  dengan  area 
perkantora n ataupun perdagangan dan mudah dicapai. Sesuai dengan fungsinya 
yakni  sebagai  tmpat  akomodasi  pelaku  bisnis,  maka  fasilitas  yang  disediakan 
akan  berkaitan  dan  mendukung  ke giatan  bisnis.  Fasilitas  yang  disediakan 
antara  lain  ballroom,  banque t  room  dan  business  center.  Fasilitas  business 
center  sudah  disedia kan  hote l  bisnis  sejak  akhir  abad 
Umumnya  fasilitas 
business  cente r  dilengkapi  peralatan  me sin  faksimli,  komput
internet  dan 
bahkan  teleconference   (konferensi  jarak  jauh).  Ditinjau  d
karakter 
pengunjung,  umumnya  tamu  yang  menginap  di  hotel  bisn
relatif  sangat 
singkat  yang  berkisar  anta ra  1-3  malam  per  kunjunga
Berikut  adalah  tabel 
karakte r  pengunjung  hote l  bisnis  baik  secara  perseorang
atau  grup, 
berdasarkan tujuan  dan tipe  ka mar yang  dipesan. Berikut  adal
tabel karakter 
kegiatan dari buku Hotel Planning and Design:  
Jenis Karakter Pengunjung Tujuan Tipe Kamar Pengunjung Bisnis: 
Ta bel 2.4 Tipe Kama r Pengunjung Bisnis 
Jenis 
Pengunjung  Kara kter Pengunjung  Tujuan  Tipe Kamar 
Grup  •  Single atau double 
• 
Konvensi dan 
•  King, twin , 
konvrensi 
double-double 
• 
Menginap 2-4 malam 
• 
Perkumpulan 
• 
Kamar mandi 
• 
75% pria dan 25% 
profesional 
yang memiliki 
area ganti 
pakaiaan 
wanita 
• 
Rapat pelatihan 
• 
Harga tidak 
dipermasalahka n 
dan perdagangan 
• 
Terdapat area 
kerja yang baik 
Perseorangan  •  Single 
•  Kerja sama bisnis  
•  King 
• 
Menginap 1-2 malam 
• 
Perdangan 
• 
Kamar mandi 
standar dengan 
shower 
• 
85% pria dan 15% 
• 
Konvensi dan 
wanita 
konverensi 
• 
Terdapat area 
• 
Sangat 
kerja 
memperhitungkan 
biaya 
  
71 
2.1.12 Pengertian lobby 
Dikutip  dari Perancangan  Interior  Lobby  Lounge  Dan  Restoran  Hotel 
Amaroossa  Bali,  Yogyakarta,  22  juni  2013,  Penulis  :  Rani  Novelia.  Lobby 
adala h  ruangan dimana para  tamu atau pengunjung  mendapatkan  kesan  pertama 
terhadap  hotel.  Menurut  Smith  pada  buku  “Hotel  dan  Resort,  1979”  lobby 
merupa kan  ruang  utama  dan  ruang tamusebuah hotel  yang  mutlak  adanya,  baik 
untuk  hotel  besa r  maupun  hote l  kecil.  Sedangkan  menurut  Friendman  Arnold 
pada  bukunya  “Interior  Design  Amsterdam  elsevien  Nort  Holand  Inc  1997  : 
156”  lobby  adalah  sebuah  rua ng  kecil  atau  ruang  tunggu  pada  ba gian  depan 
sebuah  hotel,  apa rtemen,  gedung  bioskop  dan  lain-la in.  Fred  Lawson 
berpendapat  pada  bukunya  “Hotel,  Motel  and  Condominium  Design  Planning 
and  Maintenance,  Architecture  Pres  Ltd,  London,  1997”.  Lobby  tidak  hanya 
digunakan  sebagai  lalu  lintas  utama   pintu  masuk  dan  keluar  bagi  para  tamu 
tetapi  juga  diperguna kan  pengunjung  bukan  tamu  ya ng  mempunyai  keperluan 
lain,  dan  pada   bukunya  yang  lain  terbitan  1995  :199  menjelaskan  lobby 
merupa kan pusat kegiatan pada hotel, memberikan akses ke semua atau sebagian 
besar  fasilitas  umum  serta  tamu  hotel.  Ini  mencakup  sirkulasi,  perakitan,  dan 
ruang  tunggu,  dengan  letak  ya ng  stra tegis  atau  tidak  jauh  dari  meja  informasi 
untuk  mendapatkan  ba ntuan,  yang  mengara h  langsung  ke  meja  resepsionis, 
informasi  dan  sekaligus  kasir.  Secara  keseluruhan  area  lobby  tergantung  pada  
ukuran  dan  kelas  hotel,  sejauh  mana   kegiatan  mengguna kan  lobby  dan  pola 
kedatangan  berkaitan  dengan  jumlah  kamar.  Daerah  penerimaan  menyediakan 
nomor untuk kegiatan : 
1. penerimaan dan pendaftaran tamu 
2. Transaksi  tunai  dan  non  tunai,  penukaran  uang,  penyimpanan  barang 
berharga  
3. Informasi, kunci, surat, pesan, brosur (concierge)  
Layanan  ini  disediakan  melalui  counter  ata u  meja  yang  dapat  dia tur 
sebagai  stasiun  sepanjang  me ja  panjang  (meja  depan)  atau  di  wilayah  yang 
terpisah.  Dalam kedua  kasus, staff counter harus mempunyai akses langsung ke 
kantor memberikan informasi back-up dan layanan supproting (the front office)  
  
72 
Untuk  area  menunggu  biasanya  disediakan  tempat  duduk  beserta  meja 
atau  coffee  table,  side  table,  tempat  koran,  standing  lamp,  vas  bunga  atau  pot, 
tempat sampah, te mpat brosur, meja resepsionis. 
2.1.13  Green design 
Gree n  design  merupa kan  konsep  dari  sebuah  de sain  yang
memperhatikan  pemakaian  sumberdaya  alam  yang  memperhatiakan 
keadaan  bumi  dan  lingkungan  hidup  agar  tidak  merusa k  kehidupan, 
ekosistem dan alam di bumi.  Green tida k se lalu berbicara masalah beracun 
ata u  tidak, tetapi  bisa dari beberapa faktor untuk memutuskan desain yang 
green.  Bebera pa  negera  di  dunia  ini,  suda h  banyak  yang  me mperhatikan 
keadaan  alam  demi  mencegah  kerusakan  dan  sebagainya.  Salah  satu 
contoh  be ntuk  nyata  dunia  menya ngkut  konsep  green  seperti  pembe rian 
label pada kayu yang disebut FSC. 
  
Gambar 2.64 Logo label FSC 
FSC  (Forest  Stewardship  Council)  merupakan  sebuah  organisasi 
internasiona l  non-profit  yang  berdiri  pada  tahun  1993.  FSC  bertujuan 
untuk  mempromosikan  ma najemen  huta n  bertanggungjawab  (responsible 
forest  management)  melalui  standard  setting,  sertifikasi  yang  independen 
dan label pada produk huta n. Produk hutan (misal: kayu) berasal dari hutan 
yang  dikelola  secara  bertanggung  jawab  akan  diberika n  label  berupa  logo 
  
73 
FSC.  Penggunaan  logo  akan  berlaku  ketika  se buah  perusahaan  telah 
memeroleh sertifikat. 
FSC  adalah  salah  satu  bentuk  tindakan  yang  bertujuan  mensikapi 
keadaan alam di bumi ini. Pemakaian kayu yang banyak tumbuh atau tidak 
dalam  golongan  langka  atau  nyaris  punah,  itu  juga  termasuk  dalam 
tindaka n  yang  memperhatikan  konsep  green  yang  bertujuan 
mempe rtahankan spesies kayu yang langkah. 
Selain  dari  pemaka ian  bahan  baku,  konsep  green  juga 
mempe rhatikan  dari  penggunaan  segi  finishing  atau  faktor  penunjang 
produk  furnitur.  Finishing  yang  dipilih  haruslah  tidak  memiliki  kadar 
pencemaran  lingkungan  yang  tinggi  atau  kadar  racun  ya ng  rendah. 
Pemakaian ba han pe ndukung lainnya juga penting sepe rti pemakaian kulit, 
kain  dan  sebagainya.  Pemilihan  harus  tepat  a gar  meminimalisasi  dampak 
nega tif dari pemakaian bahan merupakan sa lah satu dalam konsep green. 
2.1.14  Culture influence (pengaruh budaya) 
  Pengaruh  konten  dari  luar  yang  te lah  membaur  dengan  budaya 
Indone sia.  Budaya  yang  mempengaruhi  dan  membaun  di  Indonesia  ada 
berbagai macam. Ibu kota Jakarta merupakan salah satu pusa t yang banyak 
mengalami  pengaruh  bebe rapa  budaya  dari  luar.  Beberapa  buda ya  yang 
masuk  ke  indonesia  dan  me mpengaruhi budaya  indonesia  yang  berada  di 
Jakarta  adala h  budaya  be tawi  yang  dipengaruhi  oleh  buda ya  china, 
portugis,  arab,  belanda  dan  sebagainya.  Beberapa  budaya  yang 
mempe ngaruhi  budaya  Indonesia  menjadikan  budaya  tersebut 
teralkulturasi dan menjadi budaya  yang dianggap biasa berada di Indonesia 
terutama  di  Jakarta.  Budaya  china   adalah 
sala h  satu  budaya  yang 
teralkulturasi  dari  pengaruh  pe rdagangan  pada  masa  lampau.  Budaya 
tersebut  ba nyak  mempengaruhi  dari  beberpa  sektor,  dari  keturunan, 
prilaku, makanan, busana, arsitektur, interior dan sebagainya. 
Penerapan  pengaruh  asing,  dapat  diaplikasika n  diberbagai  sektor 
terutama  arsitektur  dan  interior.  Bentuk-bentuk  arsite ktur  dapat 
menggunakan  filosofi  dari  budaya  china  dan  diaplikasikan  sesuai 
kebutuhan desain tersebut. 
  
74 
2.1.15 Data antropometri dan ergonomi 
Berdasarkan  dari  deskripsi  tentang  kursi,  pe nulis  ingin  merancang 
kursi  untuk  lobby  ya ng  biasanya  dalam  kategori  kursi  tamu  atau  kursi 
tunggu dan aksesoris penunjang area  lobby dan sekita rnya.  Selain ke giatan 
reservasi  kegiatan  yang  pasti  di  lakukan  diarea  lobby  adalah  menunggu. 
Menunggu  yang biasanya dilakukan  bertujuan  untuk  menunggu taksi atau 
jemputan  atau  menunggu  tema n  atau  pun  klien.  Kegiatan  yang  dila kukan 
dengan  duduk.  Aktifitas  yang  dilakukan  sa at  duduk  ada  yang 
menggunakan  handphone  a tau  tablet,  membaca  koran  atau  majalah, 
berbincang dengan re kan.  
  
Gambar 2.65 Gene ral Purpose Chair 
Sumber : Human Dimension & Interior Space 
  
75 
  
Gambar 2.66 Tempat duduk konfigurasi melingkar 
Sumber : Human Dimension & Interior Space 
  
Gambar 2.67 Tempat Duduk Konfigurasi Sudut 
Sumber : Human Dimension & Interior Space 
  
76 
  
  
Gambar 2.68 Tabel Ukura n 
Sumber : Human Dimension & Interior Space 
Acuan  standa r  ukuran  kursi  tamu  berdasa rkan  buku  human 
dimension  secara  garis  besar  tertera  pa da  gambar  diatas.  Hal-hal  yang 
harus diperhatikan saat perancanga n kursi tersebut adalah. 
a.  Tinggi dudukan kursi berkisar antara 35cm –
43cm. 
b.  Ketebalan dudukan disesuaikan dari pengunaan material. 
c.  Kemiringan sandara n berkisar 100° - 105°. 
d.  Kemiringan dudukan berkisar antara 5° - 8°. 
e.  Lebar kursi 60cm -
90cm. 
f.  Lebar dudukan 45cm - 60cm. 
2.2  Tinjauan khusus
2.2.1 Data survey 
Survey dilaksana kan dilokasi tempat akan me lakuka n penelitian, Yaitu
hotel yang be rada dia rea se kitar Jakarta yang berbinta ng 4 atau 5. Pada 
pengamatan dilangsungkan di area lobby hotel tersebut, te rutama pada fasilitas 
tempat duduk pada lobby. 
a.  Novotel Hotel Ma ngga Dua Square, Jalan Gunung Sahari Raya No 1 
b.  Red Top Hotel, Jalan Pecenongan no 72 
c.  Grand Mercure, Jalan Gunung Sa hari Ra ya No 1 
 
  
77 
2.2.1.1  Hotel Novotel Mangga Besar ( Hotel Utama) 
  
Gambar 2.69 Ba ngunan fisik Novotel 
Pada  tanggal 8  Agustus 2005, Accor sebagai  pemimpin Eropa  dan 
salah  satu  kelompok  terbesar  di  dunia   dalam  perjalanan,  pariwisata  dan 
jasa  perusahaan,  tela h  meluncurkan  Novotel  pertama  di  Ja karta  ,  Novotel 
Jakarta  Mangga  Dua  Square, memperkuat  posisinya  sebagai  internasional 
bintang empat te rkemuka hotel di Jakarta  
Novotel  Ja karta  Mangga   Dua  Square  menarik  bagi  tumbuh  klien 
korporasi  Jakarta,  menargetkan  pelancong  bisnis  internasional  dan 
domestik dan pasar rekreasi Indonesia pada a khir pekan dan hari libur. 
The  Novotel  mele kat  ke  kompleks  Ma ngga  Dua  Square  dengan 
berbagai  makanan, fashion,  dan  toko-toko  elektronik  . Hote l ini  memiliki 
363  kamar,  state  of  the  art  peralatan  termasuk  WIFI  di  semua  bidang  , 
ukuran  Olimpiade  kolam  renang  dengan  resort  banding  dan  bayi  kolam 
renang,  dilengkapi  denga n  The  Square  Restaurant  dengan  kapasitas  200 
kursi  untuk  sarapan,  maka n  siang  dan  makan  malam,  The  Lounge  bar 
dengan  hidup  hiburan  sehari-hari,  24  jam  layanan  kamar,  Fitness 
komprehensif  dan  spa,  serta  Bisnis  Center.  Novotel  Jakarta  Mangga  Dua 
Square  a dalah tempat yang ideal untuk bisnis dan liburan. 
  
78 
a.   Struktur organisasi 
Untuk hote l bintang 4 de ngan golongan hotel Mid scale hotel dengan 
jumlah  kamar  yang  mencapai  363,  memiliki  struktur  organisasi  yang 
cukup  kompleks,  berikut  gamba r  struktur  organisasi  dari  hotel  Novotel 
Mangga Dua Square. 
  
Gambar
2.70 Struktur organisasi 
   
b.  Da ftar kamar  
1.  Kama r standar  
Kama r  luas  dgn  1  tempat  tidur  King  atau  2  single,  bak  mandi  atau 
shower  dalam  kamar,  sofa,  area  kerja,  TV  dengan  film  dan  akses 
internet berbayar, koneksi broadband. Untuk 2 dewasa dan 1 anak.  
2.  Kama r superior  
Kama r modern dan luas, 1 tempat tidur king atau 2 single, bak mandi di 
kamar  dengan  shower  terpisah,  sofa,  area  kerja  ergonomis  luas,  TV 
denga n film dan akses Internet  berba yar, koneksi broadband, lebih le ga 
dgn pemandangan kota. 2 dewasa dan 1 anak.  
  
79 
3.  Kamar eksekutif  
Kamar ini menyambut Anda seperti VIP dengan segala ke butuhan Anda 
untuk  menginap  de ngan  nyaman: le bih  lapang,  pe mandangan kota,  bak 
mandi dan shower terpisah. Untuk 2 dewasa dan 2 anak  
4.   Lantai eksekutif  
Kamar  di  Lantai  Premier,  Supe rior  atau  Executive  mempe rlakukan 
Anda  seperti VIP: Internet 
WIFI,  TV, pemandangan kolam renang  dan 
a kses  ke  Lounge  de ngan  layanan  sarapa n,  perpustakaan  dan  lainnya. 
Untuk 2 dewasa dan 2 anak.  
c.  Analisa lokasi 
Lokasi  tempat  diberla kukannya  penelitian  ada lah  di  hotel  Novotel 
Mangga  Dua   Square ,  Jalan  Gunung  Sahari  Raya  No  1.  Lokasi  hotel  ini 
berada  dipusat  pe mbelanjaan  Mangga  Dua,  tempat  yang  sangat  setrategis 
dan  juga  menjadi  pusat  para  pebisnis.  Akses  menuju  ja lan  tol  kearah 
bandara  yang  c ukup  mudah  dijangka u,  menambah  poin  untuk  hotel  ini. 
Juga  dekat  dengan  stasiun  kota  dengan  hanya  dapat  me naiki  angkutan 
umum  seperti  angkot,  maupun  taksi.  Untuk  akses  ke  kota  lainnya  juga 
terdapa t  fasilita s  umum  seperti  angkutan  Bus  Trans  Jakarta  yang  dapat 
diakses dengan berjalan tidak jauh dari lokasi hotel. Namun untuk keadaan 
aktifitas lalulintas, wilayah ini te rbilang kawasan yang cukup sering terjadi 
kemacetan ditambah  dengan  kondisi  pasca  be ncana  banjir  beberapa  bulan 
yang lalu menyebabkan kondisi  jalanan  menja di  makin rusak. Akan  tetapi 
kondisi  itu  sudah  ditanggapi  pemerinta h  daerah  dengan  dibenahi  jalanan 
yang rusak agar bisa dilalui oleh kendaraan pribadi amupun umum. 
  
80 
 
Gambar 2.71 Site map 
Sumber : Google Maps 
Berikut penampakan sekitar hotel : 
  
Ga mbar 2.72 Tampa k citra lokasi 
Sumber : Google maps 
  
81 
  
Gambar 2.73 Foto dari selatan gedung 
  
Gambar 2.74 Foto seberang gedung 1 
Terdapat  ruko-ruko  pusat  niaga,  terdapa t  dealer  motor  Kawasaki, 
kantor  penjualan  tiket penerbangan Sriwijaya Air, te rdapat bank  BNI juga 
terdapa t gedung Ma spion Plaza. 
  
82 
  
Gambar 2.75 Foto sebe rang gedung 2 
  
Ga mbar 2.76 foto perlinta san kereta api dan jalur bus Trans Jakarta 
  
83 
  
Gambar 2.77 Foto akses pintu masuk ge dung 
  
Gambar 2.78 Foto sebe rang pintu masuk 
  
84 
  
Gambar 2.79 Gedung kantor polsek metro sawah besar 
Bagia n  timur  a tau  se berang  hotel  terdapat  gedung  kantor  Polsek 
Metro  Sawah  Besar,  dan  juga   terdapat  Dealer  Suzuki  dan  tedapat  mini 
marke t seperti Sevel (Seven Eleven). 
  
Gambar 2.80 WTC Mangga  Dua 
Sumber : Google Maps 
  
85 
  
Gambar 2.81 Ruko-ruko Ma ngga Dua Square 
  
Gambar 2.82 Foto sungai terusan Ciliwung 
Sebelah utara  hotel  terdapat ruko-ruko  serta  pusa t penjualan  mobil 
bekas  terbesar  yaitu  WTC  Mangga  dua  dan  bagian  depan  hotel  terdapat 
sungai terusan Ciliwung  dan  jalan raya yang terdapat di  depan hotel yaitu 
jala n Gunung Sahari. 
  
Gambar 2.83 Novotel Mangga Dua Square 
  
86 
Terda pat  fasilitas  Bus  Trans  Jakarta  yang  letak  halte  Bus  Trans 
Jakarta yang tidak jauh dari hotel Novotel. 
d.   Analisa Arsitektur 
 
Gambar 2.84 Penampakan gedung hotel Novotel 
Sumber : Google Image 
 
Gambar 2.85 Arsite ktur Novotel hotel 
  
87 
Arsite kture  gedung  hotel  Novotel  Mangga  Dua  Square  terlihat 
sangat mode rn dengan bentuk-bentuk  kotak dan  sudut yang  dominan  serta 
dari unsur garis huga terasa. Gedung  Novotel berada  di  pusat perbela njaan 
Mangga  Dua  Square,  tetapi  untuk  akses  pintu  masuk  hotel  dan  gedung 
perbela njaan  terpisah.  Dari sisi  arsitektur  tidak begitu  terlihat  desain  yang 
menarik  atau  istimewa,  gedung  hotel  dibangun  bersamaan  dengan 
pembangunan Mangga dua square pada tahun 2005. 
  
Gambar 2.86 Swiming pool 
  
Gambar 2.87 Receptionist counter 
  
88 
  
Gambar 2.88 Information counter  
  
Gambar 2.89 Bench dan akse soris lobby 
  
Gamba r 2.90 Kursi tamu da n coffee table 
  
89 
   Pada  kursi  tersebut  menggunakan  material  fabric  warna  abu-abu 
cerah dengan bentuk  bulat  da n  menggunakan  cushion. Pada  saat  diduduki 
terasa  terlalu  dalam  menyebabkan  armrest  terasa  terlalu  tinggi.  Terlihat 
untuk area yang minim dengan jumlah kursi yang se dikit. 
  
Gambar 2.91 Area Kursi Tamu 
2.2.1.2 Redtop Hotel (Hotel Pembanding 1) 
  
Gambar 2.92 Site map Re dtop Hotel 
Sumber : Google Maps 
  
90 
  
Gambar 2.93 Re dtop hotel 
Sumber : Google image 
Redtop Hotel & Convention Center adalah hotel bintang 4 yang telah 
menjadi  pilihan  fa vorit  bagi  wisatawan  bisnis  yang  membutuhkan 
akomodasi  kelas  satu  di  Jakarta  dekat  pusat  distrik  bisnis  utama.  Kami 
menawarkan  se mua  fasilitas  modern  dan  kenyamanan  untuk  membuat 
Anda merasa di rumah jauh dari rumah.  
The  Redtop hotel & convention center ada lah hotel eksekutif 
dengan 
semua  fasilitas  untuk  meraya kan  pertemuan  bisnis  atau  acara  di  Jakarta 
Pusat.  The  Hotel  yang  strategis  terletak  di  Jalan  Pecenongan  72  dekat 
dengan distrik  komersial  dan bisnis di Jakarta  Pusat.  Hal ini  dekat  dengan 
perdagangan  dan  pusat  perbelanjaan,  hiburan  dan  tempat  rekreasi,  serta 
kantor-ka ntor pemerintah  dan bisnis. Sta ndar keamanan dianggap di  antara 
yang terbaik.  
  
91 
  
Gambar 2.94 Receptionist counter 
  
Gambar 2.95 Area tunggu di ruang lobby 
  
Gambar 2.96 Kursi lobby 
  
92 
Kursi  lobby  hotel  Redtop  menggunakan  sofa  ya ng  mengguna kan 
material  kulit  sintetis  berpattern  floral.  Dengan  warna  abu-abu,  dengan 
bantalan dudukan yang cukup tebal tetapi terasa kaku saat diduduki.  
Gambar 2.97 Lampu dan wall treadment 
  
Gambar 2.98 Kursi Restoran 
  
93 
Untuk  kursi  hotel  ini  lebih  terlihat  terkonsep  dibandingkan  kursi 
pada lobby. Pola garis terlihat jelas pada armrest kursi yang kemudian pola 
garis  juga  diterapkan  pada  wall  treatment  pada  colom 
gedung.  Dengan 
penekanan memakai warna coklat. 
Pengunjung  yang  data ng  banyak  dari  kalangan  pemerintaha n  dan 
mayoritas  berjenis  kelamin  pria  yang  kebanyakan  datang  untuk  kegiatan 
bisnis seperti beberapa orang pemerintahan yang datang.  
2.2.1.3 Grand Mercure hotel ( Hotel Pembanding 2 ) 
  
Gambar 2.99 Site map Grand Mercure hotel 
Sumber : Google Maps 
  
Gambar 2.100 Grand Mercure hotel 
Sumber : Google image 
  
94 
Grand  Mercure  Jakarta  Harmoni,  hote l  internasional  bintang  5,  483 
kamar dan  suite  memberikan pengala man khas. Berlokasi  strategis  di area 
CBD,  seberang  Gajah Mada  Shopping Mall, 5 menit  dari  Istana Presiden, 
Tugu  Monas,  dan  deka t  daerah  perdagangan  Pecinan,  Kota  dan  Batavia 
Lama.  Fasilitas  berdesain  modern,  grand  ballroom  yang  sempurna  untuk 
acara  pernikahan  atau 
konvensi.  Pusat  kebugaran,  Spa  dan  kolam  renang 
tersedia di lantai lima untuk bersantai dan me manjakan diri. 
Keistimewaan  hotel  ini  adalah  dengan  483  kamar,  6  ruang 
pertemuan  da n  1  grand  ballroom,  Grand  Mercure  Jakarta  Harmoni  cocok 
untuk  perte muan  besar  dan  konvensi  hingga  1200  delegasi.  Nikmati 
masakan china asli di Han Palace Restaurant. 
  
Gambar 2.101 Lobby dan a rea tunggu 
Sumber : Google Image 
Pada  lobby  hotel  ini,  untuk  kursi  tunggu  pada   area  lobby  juga 
mengalami  masalah  yang  hampir  sama  pada  hotel  Novotel.  Jumlah  kursi 
panjang  yang  sedikit  dengan  alasa n  karena  area  untuk  kursi  tunggu  ini 
yang  minim  me nyebabkan  furniture   yang  digunakan  terbatas  dengan 
fungsi  yang  seadanya.  Disamping  memang  be rtujuan  agar  pe ngunjung 
  
95 
tidak  berlama-lama  untuk  diarea  tunggu  tetapi  terkadang  kebutuhan  akan 
tempat duduk yang lebih disaat pengunjung yang datang cukup banyak. 
  
Gambar 2.102 Receptionist counter 
Untuk  pengunjung  masih  sama  ya itu  para  pebisnis  dan  karyawan. 
Tetapi  untuk  pengunjung  luar  negeri  cukup  banyak  yang  menginap  atau 
melakukan  kegiatan  di  hotel  ini.  Teta pi  pengunjung  domestik  jg  tidak 
terlalu sedikit, pe ngunjung yang datang juga cenderung lebih banyak kaum 
lela ki dibanding wanita. 
  
Gambar 2.103 Cafe atau bar longe 
  
96 
  
Gambar 2.104 Lobby lounge 
  
Gambar 2.105 Meja dan kursi makan restoran 
Kursi  makan  yang  digunakan  menggunakan  material  kayu  serta 
diselimuti fabric  dengan 2  warna  dan pattern  yang berbeda.  Tetapi untuk 
pemakaia n  fabric  kurang  tepat,  karena  jika  te rjadi  tumpah  cairan  makan 
ata u minuman menye babkan noda yang susah hilang nantinya.