BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2010: 65) Basis data  a dalah kumpulan 
data  yang  saling  be rhubungan  satu  sama  lain  secara  logis,  dan  juga 
merupakan  pende skripsian  dari  data-data  tersebut,  yang  dirancang  untuk 
memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi. 
Menurut Indrajani  (2011: 2) Ba sis data adalah tempat penyimpanan 
data  yang besar,  di  mana  dapat  digunakan  oleh  banyak pengguna.  Seluruh 
ite m  basis  data  tidak  lagi  dimiliki oleh  satu departemen melainkan  menjadi 
sumber daya perusahaa n ya ng dapat digunakan bersama. 
2.1.1 Keuntungan Basis Data
Database merupakan  suatu  gudang data  yang  be sar dan  bias
digunakan  secara  simultan  oleh  banyak  departemen  dari  organisasi 
dan pengguna. Database bukan hanya dimiliki oleh satu departemen 
saja,  tapi merupakan  sumbe r  daya  organisasi yang  dapat  diguna kan 
bersama. Database memiliki beberapa keuntungan, antara lain: 
a.  Mengurangi atau menghilangkan duplikasi data . 
b.  Meningkatkan integritas data. 
c.  Memelihara sifat indepedensi da ta. 
d.  Meningkatkan
keamanan data. 
e.  Memelihara konsistensi data. 
f.  Data lebih mudah di manipulasi. 
g.  Data mudah digunakan dan diakses. 
2.2 Pengertian Siste m Manaje men Basis Data
Menurut  Whitte n  et.  a l.  (2004:  554),  sistem  manajemen  basis  data 
atau  Database  Management  System  (selanjutnya  akan  disingkat  DBMS) 
adalah  sistem  perangkat  lunak  komputer  khusus  yang  disediakan  oleh 
vendor-vendor  komputer  yang  digunakan  untuk  me mbua t,  mengakses, 
mengontrol  dan  mengelola  basis  data.  DBMS  bekerja  se perti  me sin  yang 
mere spon perintah-perinta h khusus untuk membuat struktur basis data. 
  
Sedangka n  menurut  Connolly  dan  Be gg  (2010:  66),  Database  
Management  System  merupakan  sistem  perangkat  lunak  yang 
memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, me rancang atau membuat, 
mera wat,  dan  mengontrol  akses  kedalam  database.  Fasilitas  yang 
disediakan oleh DBMS, antara lain: 
a.  Memungkinkan  pengguna  untuk  mende finisikan database melalui Data 
Definition  Language  (DDL).  Pengguna  dapat  menentukan  tipe  data, 
struktur  dan  batasan  aturan  pada  data   yang  a kan  di  simpan  ke  dalam
database.
b.  Memungkinkan  pengguna untuk membuat,  mengubah,  menghapus,  dan 
menampilkan  data  dari  database  dengan  menggunakan  Data 
Manipulation Language (DML). 
c.  DBMS menyediakan akses control ke database, yaitu: 
1.  Security  system, sistem  ya ng  dapat  mencegah  pengguna   yang  tidak 
memiliki otoritas untuk menga kses database. 
2.  Integrity system, sistem yang menjaga konsisten penyimpa nan data. 
3.  Concurrency control system,  sistem  ya ng memungkinkan 
pengguna 
untuk mengakses databse bersamaan dengan pengguna lain. 
4.  Recovery  c ontrol  system,  mengembalikan  database  ke  kondisi 
sebelumya  bila  terjadi  kerusakan  atau  ke salahan  pada   perangkat 
keras ata u lunak. 
5.  User-accessible  catalog,  adanya  deskripsi  data  di  dalam  sebuah 
database.
2.2.1 Komponen Lingkungan Sistem Manajemen Basis Data
Menurut  Connolly  dan  Be gg  (2010:  68),  terdapat  lima 
komponen penting DBMS. 
  
Gambar 2.1 Komponen DBMS
  
a.  Hardware 
DBMS  da n  aplikasi-aplikasinya  membutuhkan 
perangkat  keras  untuk  beroperasi.  Perangkat  keras  dapat 
berkisar  dari  komputer  pe rsonal  tunggal,  mainframe  tunggal, 
hingga suatu jaringa n komputer. 
b.  Software 
Komponen  perangat  lunak  terdiri  dari  DBMS  itu 
sendiri  dan  program  aplikasi,  be rsama  dengan  sistem  operasi, 
termasuk  perangkat  lunak  jaringa n  jika  DBMS  sedang 
digunakan melalui suatu jaringan. 
c.  Data 
Komponen  yang  mungkin  paling  penting  dari 
lingkungan DBMS  dari sudut pandang pengguna  akhir a dalah 
data.  Data  berperan  sebagai  jembatan  antara  kompone n-
komponen mesin dan komponen-komponen manusia. 
d.  Procedures 
Merupakan  instruksi  dan  aturan-aturan yang  mengatur 
perancangan dan penggunaan basis  data.  Pengguna  sistem  dan 
staff  yang  mengatur basis data  memerlukan prosedur-prosedur 
yang  telah  didokumentasikan  tentang  bagaimana 
menggunakan dan menjalankan sistem. 
e.  People 
Komponen  ini  meliputi  database  administrator, 
database  design,  application  developers,  dan  end  users. 
Berikut adalah penjelasannya : 
1.  Database administrator
Bertanggung  ja wab  atas  rea lisasi  fisik  dari  basis 
data,  termasuk  perancangan  basis  data  fisikal  dan 
impleme ntasi, keamanan  dan  kontrol  integritas,  perawatan 
sistem  operasional,  da n  meyakinkan  kinerja  aplika si  yang 
memuaskan untuk pengguna. 
2.  Database design 
Di  dala m  database  design  terdapat  dua  jenis 
database design yaitu:
  
a)  Logic al database de sign 
Terkait  dengan  identifikasi  data  seperti  e ntitas 
da n  atribut,  hubungan  keterkaitan  antara  data,  dan 
ba tasan data yang disimpan dalam basis da ta. 
b)  Physical database design 
Memutuskan  bagaimana   peranca ngan  basis 
da ta logikal direalisasikan secara spe sifik. 
3.   Application developers 
Bertanggung  jawa b  se telah  basis  data 
diimplementasikan,  aplikasi  yang  menyediakan 
fungsiona litas  yang  sanga t diperluka n untuk  end-users  dan 
harus diimpleme ntasikan. 
4.   End-user 
Basis  data  yang  telah  dirancang, 
diimplementasikan,  dan  sedang  dirawat  agar  dapat 
menyajikan kebutuhan–ke butuhan informasi mereka.  End-
user  dapat  diklasifikasikan  berdasa rkan  cara  mereka 
menggunaka n sistem: naive user dan sophisticated user. 
a.  Naïve  user  adalah  user  yang  me ngaka ses  basis  data 
melalui  program  aplikasi  spe sial  yang  mencoba  untuk 
membuat  operasi  sederhana  sehingga  tidak  perlu 
mengetahui menge nai basis data atau DBMS. 
b.  Sophisticated  user  adalah  user  yang  lebih  mengenal 
struktur  basis  data   dan  fa silitas  yang  ditawarkan  oleh 
DBMS.  
2.2.2 Fungsi Sistem Manajemen Basis Data
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  99),  DBMS  harus 
memiliki fungsi-fungsi sebagai be rikut: 
a.  Data Storage, Retrieval, dan Update 
DBMS  memungkinkan  pengguna  untuk  menyimpan, 
mengambil, dan menguba h data. 
b.  A User-Accessible Catalog 
  
Ka talog  yang  berisikan  deskripsi  data  item  dan  dapat 
diakses ole h pengguna. 
c.  Transaction Support 
Mekanisme yang akan menjamin  seluruh perubahan data 
yang  berhubungan  dengan  transaksi  yang  sudah  ada  maupun 
yang akan dibua t. 
d.  Concurrency  Control Servic es 
Mekanisme  yang  menjamin  seluruh  perubahan  data 
secara  benar  ke tika  beberapa  pengguna  melakukan  penguba han 
terhadap data ya ng sama secara bersama-sama. 
e.  Rec overy Services 
Mekanisme  untuk  pemulihan  basis  data  ke  keadaan 
semula ketika terjadi  kerusakan  atau kesalahan pada suatu basis 
data. 
f.  Authorization Services 
Mekanisme yang menjamin bahwa hanya pengguna yang 
terotoritasi yang dapat mengakse s basis data. 
g.  Support Data Communication 
Terintegrasi  denga n  software komunikasi  sehingga  basis 
data dapat diakses dari lokasi yang jauh. 
h.  Integrity Servic es 
Memiliki  saran  yang  menjamin  semua  data   di  dalam 
basis  data  maupun  perubahan-perubahan  te rhadap  data  tersebut 
mengikuti aturan-aturan berlaku. 
i.  Services to Promote Data Independent 
Mendukung  ke mandirian  data  sehingga  software  tidak 
terpengaruh terhadap struktur aktual dari basis data. 
j.  Utility Service s 
Menyediakan berbagai progra m,  seperti program analisis 
statistik,  pengawa san  fasilitas,  fasilitas  re organisasi  indek,  dan 
lain-lain. 
  
2.2.3  Keuntungan dan Kerugian Sistem Manaje men Basis Data
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  77),  DBMS  mempunyai 
keuntungan dan kerugia n se bagai berikut: 
2.2.3.1 Keuntungan DBMS
1.  Kontrol terha dap pengulangan data 
Basis  da ta  berusaha  untuk  menghilangkan 
pengulangan  data  dengan  menginte grasikan  file  sehingga 
berbagai copy dari data ya ng sama tidak tersimpan. Tetapi, 
pendekatan  basis  data  tidak  me nghilangkan  pengulangan 
sepenuhnya  redunda nsi sepenuhnya,  teta pi  mengendalikan 
jumlah pengulangan data. 
2.   Data yang konsisten 
Dengan  menghilangkan  a tau  mengendalikan 
pengulangan  dapat  mengurangi  resiko  te rja dinya  ketida k-
konsistenan suatu data. 
3.  Semakin  banyak  informasi  yang  didapat  dari  data  yang 
sama 
Dengan  data  operasional  ya ng  terintegrasi,  hal  ini 
memungkinkan  bagi orga nisasi  untuk  mendapat  informa si 
tamba han dari data yang sama. 
4.  Pembagia n data 
Basis  data  termasuk  bagian  dari  keseluruhan 
organisasi  dan  dapat  diba gikan  ke  semua  pengguna  yang 
terotoritasi. 
5.  Menambah inte gritas data 
Integrita s basis data mengacu pa da pada  validitas dan 
konsistensi  data  yang  disimpan.  Integritas  biasanya 
menunjukkan  batasan-batasan,  yaitu  aturan-aturan 
konsistensi  yang  tidak  boleh  dilanggar  dalam  basis  data. 
Ba tasan-batasan  dapat  diterapkan  pada  data  atau  pada 
relasi  antar  data.  Integritas  memungkinkan  Database 
Administrator  (selanjutnya  aka n  disingkat  DBA)  untuk 
  
menje laskan  dan  memungkinkan  DBMS 
untuk  membuat 
batasan integritas. 
6.  Menambah keamanan data 
Keamanan basis  data adalah  perlindungan  basis  data 
dari  pengguna  yang  tidak  berhak.  Hal  ini  dapat dilakukan 
dengan  menggunakan  username  dan  password  untuk 
mendefinisikan orang yang berwenang menggunakan basis 
data.  Akses  pengguna  yang  berwenang  pada  basis  data 
mungkin  dibatasi  oleh  jenis  ope rasi  seperti  insert,  view, 
update dan delete.
7.  Penetapan standarisasi 
Integrasi memungkinkan DBA untuk  mende finisikan 
dan  membuat  standar  yang  diperlukan.  Standar  ini 
termasuk  standar  departemen,  organisasi,  na sional  atau 
internasional  dalam  ha l  format  data,  untuk  memfasilita si 
pertukaran  data  antar  sistem,  ketetapan  penamaan, 
sta ndarisasi  dokume ntasi,  prosedur  update,  dan  aturan 
pengaksesan. 
8.  Pengurangan bia ya 
Dengan  me nggabungka n  seluruh  data  operasional 
organisasi  ke  dalam  suatu  basis  data,  dan  membuat 
serangkaian  a plikasi  yang  bekerja  pada  satu  sumber  data 
dapat menghemat bia ya. 
9.  Menyeimbangkan konflik kebutuhan 
Setiap  pengguna  mempunyai  kebutuhan  yang 
mungkin  bertentangan  dengan  ke butuhan  pengguna  lain. 
Ba sis  data  dikenda likan  ole h  DBA  dan  dapat  membuat 
keputusan  berkaitan  dengan  pera ncanga n  dan  penggunaan 
operasional  basis  data   yang  menyedia kan  penggunaan 
terbaik dari sumber daya bagi keseluruhan organisasi. 
10. Menambah penga ksesan data dan hasil 
Dengan  pengintegrasian  data  yang  me lintasi  batasan 
department  dapat  secara  langsung  diakses  oleh  pengguna 
akhir.  Ba nyak  DBMS  menyediakan  fasilitas  query  atau 
  
pembuatan  laporan  yang  memungkinka n  pe ngguna  untuk 
mena nyakan  pertanyaa n  khusus  dan  untuk  mendapatkan 
informasi  secara  tepa t  da ri  terminalnya,  tanpa 
membutuhkan programmer  untuk membuat  program  yang 
menghasilkan informasi dari basis data. 
11. Menambah produktivitas 
DBMS  menyediakan  banyak  fungsi-fungsi  standar 
ya ng biasanya programmer harus tulis  di aplikasi  berbasis 
file.  Perlengkapan  dari  fungsi-fungsi  ini  memungkinkan
programmer  untuk  berkonsentrasi  pada  fungsi-fungsi 
khusus  yang  dibutuhkan  pengguna  tanpa  harus  khawatir 
tentang  detail  implementasi.  Hasilnya  meningkatkan 
produktifitas  programmer  dan  mengurangi  waktu 
pengembang.
12. Menambah pemeliharaan data melalui independensi data 
DBMS  me misahkan  data  dengan  aplikasi  sehingga 
membuat  aplikasi  tidak  harus  terpengaruh  oleh 
pengubahan data. 
13. Menambah konkurensi 
Bila  dua  atau  lebih  pengguna  da pat  mengakses  file 
ya ng  sama  secara  bersamaan,  kemungkinan  pengaksesan 
tersebut  akan  saling  mempengaruhi,  mengakibatkan 
kehila ngan  informasi  dan  integritas.  Ba nyak  DBMS 
mengelola  pengaksesa n  secara   bersamaan  pada  basis  data 
dan memastikan masalah tersebut tidak terjadi. 
14. Menambah backup dan re covery  
Banyak  sistem  berbasis  file  melakukan  pengamanan 
data terhada p  gangguan  pada  sistem atau program  aplika si 
oleh  pengguna.  Caranya  adalah  dengan  membuat  backup 
data.  Sebaliknya,  DBMS  me nyediakan  fasilitas  untuk 
meminimalisasi  pemprosesan  yang  hilang  a kibat 
kegagalan. 
  
2.2.3.2 Kerugian DBMS
1.  Kompleksitas 
Ketentuan  dari  fungsi yang dihara pkan dari DBMS 
ya ng baik membuat  DBMS menjadi  sebuah  software yang 
sangat  komplek.  Perancangan  dan  pengembangan  basis 
data, data  administrator dan database administrator,  serta 
pengguna  akhir  harus  memahami  fungsi  tersebut  untuk 
mendapatka n banyak keuntungan dari DBMS ini. 
2.  Ukuran yang besa r 
Fungsi  yang  komplek  dan  luas  membuat  DBMS 
menja di  software  yang  sangat  besar,  memerlukan  banyak 
ruang  hard  disk  dan  jumlah  memori  yang  sangat  besar 
untuk berjalan dengan efisien. 
3.  Biaya dari DBMS 
Biaya  dari  DBMS  berva riasi,  tergantung  pada 
lingkungan  dan  fungsi  yang  disediakan.  Selain  itu  juga 
terdapat  biaya pemeliharaan  tahunan ya ng juga dimasukan 
dalam daftar harga  DBMS. 
4.  Biaya penambahan pera ngkat keras 
Kebutuhan  tempat  penyimpanan  bagi  DBMS  dan 
basis  data  sangat  memerlukan  pembelian  tempat 
penyimpa nan  tambahan.  Lebih  lanjut,  untuk  mencapai 
performa  yang  diperlukan,  mungkin  diperluka n  untuk 
membeli  mesin  yang  lebih  besar  lagi.  Hal  ini  tentu 
meme rlukan  tambahan  biaya  yang  tidak  sedikit. 
Tergantung  pada  spesifikasi  pera ngkat  ke ras  yang 
diperlukan. 
5.  Biaya konversi 
Untuk  mengkonve rsi  sistem  lama  ke  sistem  yang 
baru ya ng memakai DBMS terkadang sangat mahal. 
6.  Kinerja 
Pada  dasarnya  DBMS  dibua t  untuk  menyediakan 
banyak  aplikasi,  akibatnya  mungkin  beberapa  aplikasi 
akan berjalan tidak seperti biasanya. 
  
7.  Efek yang besar dari ke gagalan 
Karena  sistem  yang te rpusat,  jika seluruh use r  dan 
aplika si  terakses  dari  DBMS maka  kerusakan  pada  bagian 
maupun dari sistem, akan menyebabkan operasi terhenti. 
2.3 Siklus Basis Data
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  313),  tahapan-tahapan  pada 
siklus hidup basis data a dalah seperti Gambar 2.2 berikut : 
  
Gambar 2.2 Tahapan – Tahapan Sistem Pengembangan Database Lifecycle
  
2.3.1  Database Planning
Perencanaan  basis  data  merupakan  kegiatan  pengaturan  yang 
memungkinkan  ta hapan-tahapa n  dari  database  system  dev elopment 
lifecycle dapat direalisasikan secara efe ktif dan efisien mungkin. 
1.  Ide ntifikasi  rencana,  sasaran  dan  tujuan  perusahaan  dengan 
penentuan kebutuhan sistem informa si. 
2.  Evalua si sistem informasi yang sedang be rjalan untuk menentukan 
kelebihan dan kekurangan yang ada. 
3.  Penilaian  peluang  teknologi  informasi  apakah  mampu 
menghasilkan keuntungan yang kompetitif. 
2.3.2  System Definition
Mendefinisikan  sistem  yaitu  menentukan  rua ng  lingkup  dan 
batasan  a plikasi  ba sis  data,  dan  sudut  pandang  yang  uta ma.  Sudut 
pandang  sangat  diperlukan  untuk  mengide ntifikasi  informasi  yang 
dibutuhkan  oleh pengguna.  Sudut pandang menggambarkan  apa yang 
dibutuhkan  oleh  aplikasi  basis  data  dari sudut  pandang peran ja batan 
tertentu a tau dari sudut pandang area a plikasi organisasi. 
User  view  me ndefinisikan  apa  yang  dibutuhka n  dari  aplikasi
basis  data  berdasa rkan  pera nan  pekerjaan  seperti  manajer  dan 
supervisor  a tau  berdasarkan  area   aplikasi  perusahaan  seperti 
pemasaran, personalia dan pengendalian persediaan.
  
Gambar 2.3 User View
2.3.3  Requirement Collection and Analysis
Proses  mengumpulkan  dan  menganalisis  informasi  tentang 
bagian  dari  organisasi  yang  didukung  oleh  sistem  basis  data,  dan 
menggunakan  informasi  ini  untuk  mengidentifikasi  kebutuhan  untuk 
sistem  yang  baru.  Te knik  yang  digunakan  untuk  me ngumpulkan 
informasi disebut Fact Finding Techiques, yaitu: 
1)  Memeriksa Dokumentasi 
Pemahaman te rhada p ja lannya  sistem aka n cepat diperoleh 
dengan  meme riksa  dokumen-dokumen,  formulir,  laporan,  dan 
dokumentasi  lainnya  yang  berkaitan  dengan  sistem  yang  sedang 
berjalan. 
2)  Wawancara 
Wawanca ra  merupakan  cara  yang  paling  umum  dipakai. 
Wawancara  bertujua n  untuk  mengumpulkan  fakta,  memeriksa 
kebenaran  fakta  yang  ada  dan  mengklarifikasinya, 
mengidentifikasi  kebutuhan-kebutuhan,  dan  mengumpulkan  ide-
ide da n pendapat. Teknik ini memerlukan kemampuan komunikasi 
yang  baik  dalam  mengha dapi  pengguna  yang  memiliki  nilai, 
prioritas, pendapat, motivasi dan kepribadian yang berbe da-be da. 
3)  Kuesioner 
Kuesione r  adalah  dokumen  yang  bertujuan  khusus  yang 
memungkinkan  fakta-fakta  dikumpulkan  da ri  banyak  orang  serta 
menjaga  kontrol terhadap  tanggapan yang diberikan. Ada dua tipe 
pertanyaan  ya ng  dapat  ditanyakan  dalam  kuesioner,  yaitu  format 
bebas  dan  format  pasti.  Format  bebas  memungkinkan  responden 
lebih  bebas  dalam  memberikan  jawaban,  sedangkan  format  pasti 
menyediakan pilihan jawa ban yang harus dipilih oleh responden. 
4)  Observasi 
Observasi  me rupakan  teknik  yang  e fektif  untuk  mengerti 
sistem.  Ketika  melakukan  observasi,  pe ngama t  dimungkinkan 
untuk  berpartisipasi  atau  me liha t  kegiatan  tiap  orang  dalam 
menggunakan  siste m.  Teknik  ini  mudah  digunakan  untuk 
  
mengumpulkan  data  terhadap  berbagai  pertanyaan  yang 
kompleksitasnya  se sua i  kebutuhan  sistem  berdasarkan  penjelasan 
pengguna akhir. 
5)  Penelitian 
Penelitian  digunakan  untuk  mengkaji  masalah  dan 
penerapan.  Penelitian  dapat  menggunaka n  informasi  terkini 
seperti  jurnal  komputer,  buku  referensi,  dan  internet.  Selain 
itu,  da pat  juga  menggunaka n  informasi  bagaimana  orang  lain
memecahkan masalah yang sama. 
2.3.4  Database De sign
Merancang  basis  data  adalah  proses  yang  menghasilkan 
sebuah desain yang dapat mendukung   mission statement  dan mission 
objectives suatu organisasi untuk kebutuhan sistem basis data. 
1)  Top-Down 
Pende katan  ini  diawali  dengan  me mbuat  model  data. 
Pendekata n  top-down  dapat  diilustra sikan  menggunakan  model 
entity-relationship  (ER)  yang  high  level,  kemudian 
mengidentifikasi  entitas,  dan  relasi  a ntara  entitas  organisasi. 
Pendekata n ini sesuai untuk basis data yang kompleks.
2)  Bottom-Up 
Pende katan  ini  dimulai  dari  level  dasar  a tribut  (properti 
entitas  dan  relasi),  menganalisis  hubungan  antar  atribut, 
mengelompokkan  atribut-atribut  tersebut  da lam  sua tu  relasi  yang 
menggambarkan  tipe  entitas  dan  relasi  antara  entitas.  Pende katan 
ini banyak digunakan untuk basis data dengan jumlah atribut yang 
sedikit. 
3)  Inside-Out 
Inside -out ini  mirip  seperti bottom-up, perbedaannya yaitu
pada  tahap  awal  me ngide ntifikasi  entitas  utama  lalu 
menguraikannya  menjadi  relasi  entitas-entitas  dan  atribut-a tribut 
yang be rhubungan dengan entitas utama. 
4)  Mixed  
Mixed ini menggunakan bottom-up dan top-down.
  
2.3.5  DBMS Selec tion
Memilih  sistem  manajemen  basis  data  yang  tepat  untuk 
mendukung  aplikasi  basis  data. Apabila  tidak  ada  sistem  manajemen 
basis  data  yang  dipakai  sebelumnya,  maka   tahap  pemilihan  sistem 
manajemen  ba sis  data ini  dilakukan  diantara  tahap  perancangan basis 
data  konseptual  dan  perancangan  basis  data  logikal.  Pemilihan  dapat 
dilakukan  kapan  pun  sebelum  me nuju  desain  logikal  asalkan  telah 
terdapa t  cukup  informasi  me ngenai  kebutuha n  sistem.  Tahapa n-
tahapan untuk me milih DBMS: 
1.  Mende finisikan terminology studi referensi 
2.  Menda ftar dua atau tiga produk 
3.  Evalua si produk 
4.  Rekomendasi pilihan dan laporan produk 
2.3.6  Application Design
Menurut  Connolly  da n  Begg  (2010:329),  application  design 
merupakan  perancangan  user  interface  dan  program  aplikasi  yang 
menggunakan dan mengolah basis data. 
Dalam  kebanyakan  kasus,  tidak  mungkin  untuk  melengkapi 
perancangan  aplikasi  hingga  perancangan  ba sis  data  telah  selesai.  Di 
sisi lain, basis data ada untuk mendukung aplika si, sehingga harus ada 
aliran informasi antara desain aplikasi dan de sain basis data. 
2.3.7  Prototyping
Pada tahap ini ditujukan untuk membuat prototipe dari aplika si 
basis  data.  Hasil  prototype  ini  memungkinkan  perancang  atau 
pengguna  untuk  memvisualisa sikan  serta  mengevaluasi  bentuk  akhir 
sistem. Tujuan utama dari tahap ini yaitu: 
1)  Untuk mengidentifikasi fitur sistem yang seda ng berjalan. 
2)  Untuk  membe rikan  perba ikan-perbaika n  atau  penambahan  fitur 
baru ke sistem basis data. 
3)  Untuk memperjelas kebutuhan pengguna dan pengemba ng sistem. 
  
4)  Untuk  menge valuasi kelayaka n dan kemungkina n apa yang terjadi 
dari desain sistem. 
2.3.8  Implementation
Implementasi  merupakan  relisasi  fisik  dari  perancangan 
basisda ta dan ranc angan  aplikasinya.  Implementasi  basis data dicapai 
dengan  menggunakan  Data  Definition  Language  (DDL)  dari  DBMS 
yang  di  pilih  ata u  graphical  user  interface  (GUI),  dia mana 
menyediakan  fungsional  yang  sama  menyembunyikan  penyataan 
DDL  tingkat  rendah.  Juga  mengimpelmentasikan  kompone n  –
komponen  lainya  dari  perancangan  aplikasi  seperti  layar  menu,  form 
pemasukan data, dan la pora n. 
2.3.9  Data Conversion and Loading
Melakukan  pemindahan  data  ya ng  ada  ke  dalam  basis  data 
baru  dan  mengkonversikan  aplikasi  yang  ada  agar  dapat  digunakan 
pada basis data yang baru. Tahapan ini dibutuhkan ketika  sistem  basis 
data baru menggantikan sistem yang lama. 
2.3.10  Testing
Suatu  proses  eksekusi  program  aplikasi  dengan  tujuan  untuk 
menemukan  kesalahan. Apabila  proses pengujian ini  berjalan dengan 
baik,  maka pengguna  dapat melihat  masalah  yang  masih  terjadi  pada 
aplikasi  maupun  struktur basis data. Pengujian  ini  hanya akan terlihat 
jika  terjadi  kesalahan  pada  software.  Kriteria  yang  diperlukan  dalam 
melakukan testing a tau evaluasi antara lain: 
1.  Learna bility,  berapa lama waktu  yang  di butuhkan  pengguna  ba ru 
untuk me njadi produktif denga n system. 
2.  Performance, seberapa baik respon syste m se sua i praktek kerja. 
3.  Robustness, toleransi syste m dari kesalahan pengguna. 
4.  Recovarability,  seberapa  baik    system  pulih  dari  kesa lahan 
pengguna. 
5.  Adaptability,  seberapa   dekat  system  terkait  denga n  satu  model 
pekerjaan. 
  
2.3.11  Operational Maintenance
Sistem  diimplementasikan  seca ra  penuh  serta  diawa si  dan 
dipelihara  secara   berka la.  Jika  diperlukan  ke butuhan  baru,  dapat 
dikerjakan setelah melalui tahapan peranc angan basis data. 
2.4 Metodologi Perancangan Basis Data
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  467),  perancangan  basis  data 
mempunyai  tiga  tahapan  peranca ngan  yaitu  perancangan  konseptual, 
pe rancangan logikal dan perancangan fisikal, berikut adalah penjelasannya: 
a.  Peranca ngan Basis Data Konseptual 
Sua tu  proses  pembentukan  model  informasi  yang  digunakan 
dalam  suatu  organisasi,  bebas  dari keseluruhan aspek  fisik.  Model data 
dibangun  de ngan  menggunaka n  informasi  dalam  penentuan  kebutuhan 
pengguna .  Model  da ta  konseptual  merupakan  sumber  informasi  untuk 
fase  desain  logikal.  Berikut  adalah  langkah-langkah  da lam  metodologi 
perancangan basis data konseptual yaitu: 
1.  Mengidentifikasi tipe entitas 
Langkah pertama  dalam  membangun  model  data  konseptual 
lokal adalah menentukan objek utama untuk membangun  basis data. 
Setelah menentukan objek, ma ka dapat dilakukan ide ntifikasi e ntitas 
yang diperlukan untuk membangun basis data tersebut. 
2.  Mengidentifikasi tipe relasi 
Setelah  mengidentifikasi  semua  entitas  yang  diperlukan, 
langkah  sela njutnya  adalah  me nentukan  relasi  dari  se mua  e ntitas 
yang ada. 
3.  Mengidentifikasi  dan  menghubungkan  atribut  dengan  e ntitas  atau 
relasi  
Dalam  langkah  ini  dilakukan  identifikasi  atribut  yang  dapat 
mewakili entita s da n relasi yang telah dibuat. 
4.  Menentuka n domain atribut 
Tujuan  dari  langkah  ini  adala h  untuk  menentukan  semua 
bata san nilai dari atribut yang telah dibuat. 
5.  Menentuka n atribut yang termasuk candidate key dan primary ke y 
  
Pada  langkah  ini  dilakukan  pemilihan  candidate  key  dari 
semua  atribut pada  setiap entitas  yang a da, kemudian da ri c andidate 
key tersebut dipilih satu atribut yang akan menjadi primary key. 
6.  Mempertimbangkan penggunaan konsep enhanced modelling 
Dalam  langkah  ini,  mode l  e ntitas  yang  telah  ada  dapat 
dikembangka n,  misalnya   membuat  spesifikasi,  ge neralisasi, 
agresasi, maupun komposisi dari entitas yang a da. 
7.  Memeriksa model dari redundansi 
Pada  tahap ini  dilakuka n  pengecekan  redundansi  dari  model 
data  konseptual lokal yang telah dibuat. 
8.  Memeriksa   validitas  model  konseptual  lokal  terha dap  transaksi 
pengguna 
Langkah  ini bertujuan  untuk  mema stikan  bahwa  model data 
konseptual  lokal  yang  telah  dibua t  dapa t  mendukung  semua 
transaksi yang dilakukan oleh pengguna 
9.  Meninjau model data konseptual lokal dengan pengguna 
Sebelum  menyelesaikan  langkah  ini  maka   harus  dilakukan 
peninjauan  kembali  dari  model  data  konseptual  lokal  dengan 
pengguna. Dalam model data konseptual terda pat entity relationship 
diagram dan dokumen yang menjelaskan model data. 
b.  Peranca ngan Basis Data Logikal
Sua tu prose s pe mbentukan mode l dari informasi yang digunakan 
dalam  organisasi  berdasarkan  model  data  tertentu,  tetapi  tidak 
bergantung  terhadap  sistem  manajemen  basis  data  tertentu  dan  aspek 
fisik  lainnya.  Model  data  konse ptual  yang  telah  dibuat  sebelumnya 
diperbaiki  da n  dipetakan  ke  dalam  model  da ta  logikal.  Berikut  a dalah 
langkah-langkah  dalam  metodologi  perancangan  basis  data  logikal 
yaitu: 
1.  Penurunan relasi untuk model data logikal 
Membuat  relationship  dari  logikal  data  model  untuk 
merepresentasikan  entity,  relationship,  dan  atribut  yang  sudah 
diidentifikasi. 
Pada  model  ini  bertujuan  untuk  memperbaiki  model  data 
konseptual  dengan  cara  menghilangkan  many-to-many  binary 
  
relationship  types,  many-to-many  recursive  relationship  types, 
complex relationship types, dan multi-valued attributes.
Bertujuan  untuk  membuat  hubungan 
a ntara  model  data 
logikal  untuk  merepresentasikan  entitas,  relasi,  atribut  yang  telah 
diidentifikasikan.  Berikut  ini  adalah  relasi  yang  dapat  terjadi  dari 
model data yaitu: 
a)  Strong e ntity types;
b)  Weak entity  types;
c)  One-to-many (1:*) binary relationship ty pes;
d)  One-to-one (1:1) binary relationship types;
e)  Superclass/subclass relationship types;
f)  Many-to-many (*:*) binary relationship types;
g)  Complex relationship types;
h)  Multi-valued attributes.
2.  Memvaliditasi relasi menggunaka n normalisasi 
Tahap ini bertujuan untuk mencek validitas hubungan dalam 
model data logikal dengan menggunakan normalisasi. 
3.  Memeriksa validitas relasi terhadap transaksi pengguna 
Pada  tahap  ini  bertujuan untuk  memastika n  hubungan dalam 
model data logikal mendukung transaksi yang dibutuhkan. 
4.  Menentuka n integrity constraints
Integrity  constraints  adalah  batasan  yang  ditentukan  untuk
menghindari  data  menjadi  tidak  konsisten.  Berikut  adalah  tipe-tipe 
integrity constraints : 
a) Required data; 
b) Attribute domain c onstraints; 
c) Multiplicity ; 
d) Entity integrity; 
e) Refenrential integrity; 
f) General constraints. 
5.  Meninjau model data logikal lokal dengan pengguna 
Tahap  ini  bertujuan  untuk  memeriksa  kembali  model  data 
logikal dengan  pengguna  untuk mema stikan model  data  logikal  dan 
  
dokumentasi  pendukung  yang  menje laskan  model  telah 
merepresentasikan kebutuhan. 
6.  Membangun dan memvalidasikan mode l data global (optional) 
Menggabungkan  masing-masing  model  data  logical  lokal 
menjadi  sebuah  model  data  logic al  global  yang  menggambarkan 
perusahaan. 
7.  Memeriksa pertumbuhan yang akan datang 
Menentukan perubahan  signifikan yang dapat muncul  di  ma sa 
mendatang  dan  mengkaji  apakah  logikal  data  model  yang  sudah 
dibuat dapat mengatasi perubahan tersebut. 
c.  Peranca ngan Basis Data Fisikal 
Sua tu  proses  yang  menghasilkan  deskripsi  implementasi  basis 
data  pa da  penyimpanan  sekunder.  Menggamba rkan  struktur 
penyimpanan dan metode akses  yang  digunakan  untuk mencapai  akses 
yang  efisien  terha dap  data.  Desain  fisikal  merupakan  cara  pembuatan 
menuju  sistem  manajeme n  basis  data  tertentu. Berikut  adalah  langka h-
langkah dalam metodologi perancangan basis data fisikal yaitu: 
1)  Menerjemahkan  mode l  data  logika l  global  untuk  target  sistem 
manajeme n basis data 
a)  Merancang relasi dasar. 
Menentukan  bagaimana  me representasikan  hubungan 
dasar yang a da dalam logika l data model ke dalam DBMS. 
b)  Merancang representasi dari data yang dihasilkan. 
Menentukan bagaimana merepresentasikan derived 
data (data turunan) ke dalam DBMS. 
c)  Merancang batasan-batasan umum. 
Perancangan  c onstraint  bergantung  kepada  pemilihan 
DBMS yang dipakai. 
2)  Merancang organisasi files dan indexe s 
a.  Menganalisis transaksi; 
Memahami  fungsionalitas transaksi  yang akan  berjalan 
di database dan menganalisa transaksi-transaksi penting. 
b.  Memilih organisasi file; 
  
Menentukan  organisasi  file  yang  efisien  untuk  setiap 
hubungan dasar. 
c.  Memilih indexes; 
Menentukan  apakah  penambahan  indeks  akan 
meningka tkan pe rforma sistem. 
d.  Memperkirakan kebutuhan tempat penyimpanan. 
Mengestimasi  jumlah  kapasitas  disk  yang  akan 
dibutuhkanoleh database. 
3)  Merancang user views 
4)  Merancang me kanisme ke amanan 
5)  Mempertimbangkan pengenalan dari redundansi terkontrol 
6)  Menga wasi dan mengatur sistem operasional 
2.5 Normalisasi
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  416),  normalisasi  merupakan 
teknik  untuk  menghasilkan  sekumpulan  tabel  denga n  karakteristik  yang 
tepat dan sesuai  de ngan  kebutuhan data suatu  organisasi.  Dengan kata lain, 
normalisasi  merupakan  proses  untuk mengubah  suatu  relasi  yang  memiliki 
masalah  tertentu  ke  dalam  dua  buah  relasi  atau  lebih  yang  tidak  memiliki 
masalah  tersebut.  Ma salah  yang  dimaksud  sering  disebut  juga  dengan 
istilah  anomali.  Karakteristik  sekumpulan  yang  dimaksud  adalah  se bagai 
be rikut: 
a.  Jumlah minimal atribut ya ng memenuhi kebutuhan data perusahaa n; 
b.  Atribut-atribut yang  memiliki  hubungan  logis yang  dekat (disebut juga 
functional dependency) terdapat pada tabel yang sama;
c.  Tingkat  re dundansi  yang  minima l  dita ndai  de ngan  setiap  atribut  hanya 
didefinisikan sekali  selain atribut ya ng merupakan foreign key.  Ma nfaat 
menggunakan  basis  data  yang  sudah  dinormalisasi  adalah  basis  data 
tersebut  akan  lebih  mudah  diakses  dan  dipelihara  datanya  oleh 
pengguna  serta tempat penyimpa nan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit. 
Normalisasi  dilakukan  de ngan  cara menganalisis  tabel dari  primary 
key  dan  functional  dependency  melalui serangkaian  aturan-aturan  sehingga 
ba sis data dapat dinormalisasika n menjadi bebe rapa tingkat.
  
Ada  beberapa tingkat normalisasi, te tapi  tidak semuanya  dilakukan. 
Tiga  tingka t dasar  normalisasi  yang  disarankan a dalah  First  Normal  Form 
(1NF),  Sec ond  Normal  Form  (2NF),  dan  Third  Normal  Form  (3NF). 
Tingkat  yang  lebih  tinggi  sepe rti  Boyce-Code  Normal  Form  (BCNF), 
Fourth  Normal  Form  (4NF),  dan  Fifth  Normal  Form  (5NF)  tidak  harus 
dilakukan.  Penjela san  lebih  lanjut  mengenai  tiga  tingkat  dasar  normalisasi 
adalah se bagai berikut: 
1.  First Normal Form (1NF)
  Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010,  430),  Unnormalized  Form
(UNF)  adalah  suatu  tabel  yang  berisikan  satu  atau  lebih  grup  yang 
berulang. 
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010,  430),  First  Normal  Form 
(1NF)  adalah  sebuah  relasi  dimana  pa da  persimpangan  di  setiap  baris 
dan kolom mengandung satu dan hanya satu nilai 
Pada  awal  tahap  ini,  ta bel  masih  dalam  bentuk  yang  tidak 
normal,  yang  sering  disebut  unnormalized  table.  Untuk  merubah 
unnormalized  table  menjadi  bentuk  1NF,  kita  me ngidentifikasi  dan 
menghilangkan  kelompok  yang  mengalami  pengulangan  yang  terdapat 
pada  tabel.  Terdapat  dua  macam  pendekatan  umum  dalam 
menghilangkan  kelompok  yang  berulang  pada  tabel  yang  tidak  normal 
(unnormalized table), yaitu : 
a.
Dengan  memasukkan  data  yang  sesuai  ke  dalam  baris  serta  kolom 
kosong dengan data berulang. 
b.  Dengan  meletakkan  data  yang  berulang,  be rsama   dengan  salinan 
dari key atribut yang asli, ke dala m relasi yang berbeda. 
Dengan  kedua  pendekatan  te rsebut,  maka  tabel  yang 
dihasila kan akan me njadi 1NF. 
2.  Second Normal Form (2NF) 
Second Normal Form merupakan tabel yang sudah dalam bentuk
1NF dan se tiap  atribut  yang bukan primary  key bergantung  penuh  pada 
primary key.
Dengan  melihat  apakah  ada  atribut  bukan  primary  key  yang 
merupakan  fungsi  dari  sebagian  primary  key.  Pada  proses  normalisa si 
dari  bentuk  1NF  menuju  2NF,  kita  ha rus  menghilangkan 
  
ketergantungan  parsial.  Apabila  terdapat  ketergantungan  parsial,  kita 
harus  menghilangkan  atribut  ya ng  memiliki  ketergantungan  parsial 
tersebut  dari  re lasi  dengan  meletakkannya  ke  dalam  relasi  yang  ba ru 
bersama dengan salinan dari fa ktor penentunya. 
3.  Third Normal Form (3NF) 
Third Normal  Form merupakan ta bel  yang  sudah  da lam bentuk
2NF dan  setiap atribut yang bukan primary  key tidak  bergantung  secara 
transitif pada primary key. 
Dengan cara melihat apakah attribute yang bukan key tergantung 
fungsional  terha dap  atribut  bukan  k ey   lainya  disebut  keterga ntungan 
transitive  atau transitive  dependence. Setiap  ketergantuangan  transitive 
di pisahkan yang dika ndungnya sudah sedemikian minimum. 
4.  Boyce-Code Normal Form (BCNF) 
  Menurut Connolly da n Begg (2010, 447), Boyce – Codd Normal 
Form  (BCNF)  ialah  relasi  dalam  BCNF  jika  dan  hanya  jika  setiap 
determinan adalah candidate key. 
  BCNF  berdasarkan  dependensi  fungsional  yang 
memperhitungkan  semua  candidate  key  adalah  relasi,  namun  BCNF 
juga  me miliki  kendala  ta mbahan  dibandingka n  dengan  definisi  umum 
dari 3NF. 
Untuk  menguji  suatu relasi  dalam  BCNF,  kita  mengidentifika si 
semua  determinan  dan  memastika  mereka   adala h  candidate  key. 
Ingatlah  bahwa  determinan  adalah  atribut,  atau  kelompok  atribut, 
dimana beberapa atribut lainnya sepenuhnya bergantung fungsional. 
Perbedaan  antara  3NF  dan  BCNF  adalah  bahwa   untuk 
dependensi  fungsional  A->B,  3NF  me mungkinkan  kete rgantunga n  ini 
dalam  relasional  jika  B  adalah  atribut  primary  key  dan  A  bukan 
merupakan  candidate  key,  sedangkan  BCNF menegaskan  ba hwa  untuk 
ketergantungan  ini  tetap  dalam  relasi,  A  harus  menjadi  candidate  key. 
Oleh  karena   itu,  BCNF  adala h  bentuk  yang  lebih  kuat  da ri  3NF, 
sehingga setiap relasi  dalam  BCNF juga ada dalam 3NF. Namun,  relasi 
dalam 3NF belum tentu pada BCNF. 
  
5.  Fourth Normal Form (4NF) 
  Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010,  457),  Forth  Normal  Form 
(4NF)  adalah relasi  dalam  4NF  jika  dan  ha nya jika  untuk  setia p  trivial 
ketergantungan  multi-valued  dependency  (MVD)  A->>,  A  a dalah 
sebuah candidate key dari sua tu relasi. 
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010,  p  456),  Multi  Valued 
Dependenc y  (MVD)  adalah  merupakan  ketergantungan  antara  a tribut 
(misalnya, A, B, dan  C) pa da suatu relasi, sehingga untuk setiap  nilai A 
ada  satu set nilai untuk B  dan satu  set nilai  C. Namun,  set nilai  untuk B 
dan C adalah independen satu sama lain.
Forth Normal Form (4NF) mencegah relasi dari nontrivial MVD 
tanpa  detemina n  terkait  menjadi  candidate  key  untuk  relasi.  Ketika 
aturan  dilanggar  4NF,  ada  pote nsi  redudansi  data.  Normalisasi  dari 
sebuah  relasi  yang  memecahkan  aturan  4NF  memerlukan  penghapusan 
MVD  yang  salah  dari  rela si  dengan  menempatka n  multi-valued 
attribute (s) dalam sebuah relasi baru 
6.  Fifth Normal Form (5NF) 
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010,  458),  Fifth  Normal  Form 
(5NF),  relasi  dalam  5NF  jika  dan  hanya  jika  untuk  setiap  join 
dependency  (R1,  R2, ...,  Rn) dalam relasi R,  masing  –
masing proyeksi 
mencakup candidate key dari original relation. 
Fifth  Normal  Form  (5NF)  mencegah  sebuah  relasi  dari 
ketergantungan  nontrivial  join  dependency  (JD)  tanpa  proyeksi  terkait 
termasuk  candidate  key  dari  original  key.  Nontriva l  JD  tidak 
berhubungan dengan candidate key  yang  sa ngat langka,  sehingga relasi 
relasi 4NF biasanya juga ada dalam 5NF.  
Menurut  Connolly  dan  Beg  (2010,  459),  Join De pende ncy  (JD) 
mengggamba rkan  jenis  keterga ntungan.  Untuk  contoh,  untuk  sebuah 
re lasi R sengan subset dari atribut - atribut R adalah sebagai A, B, ..., Z, 
sebuah  relasi  R  me menuhi  join  dependenc y  jika  dan  hanya  jika   seti
nilai legal dari R  adalah sama  denga n gabunga n proyeksi pada A, B,  ..., 
Z. 
  
2.6 Entity Relationship Modeling
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010  :  371),  Entity   Relationship 
Mode ling  adalah  sebua h  pendekatan  top-down  dala m  perancangan  basis 
da ta  yang  dimulai  dengan  mengidentifikasikan  da ta-data  terpenting  yang 
disebut  denga n  entitas  da n  hubungan  antara   e ntitas-entitas  terse but  yang 
digambarkan  dalam  suatu  model.  Entity  Relationship  Modeling  memiliki 
konsep dasar seperti tipe entitas, tipe relasi, atribut, keys, strong entity type,
weak entity type, dan structural constraints.
2.6.1  Tipe Entitas
Konsep dasa r Entity Relationship Modeling adalah tipe entitas, 
yaitu  sekumpula n  obyek  dengan  prope rti  yang  sama,  yang 
diidentifikasi  oleh  suatu  organisasi  yang  mempunyai  eksistensi  yang 
independen. Kebera daannya da pat berupa fisik maupun abstrak. Entity 
occurrence  adalah  pengidentifikasia n  obyek  yang  unik  dari  sebuah 
tipe  entitas.  Setiap  properti  dari  e ntitas  diidentifikasikan  dan 
dise rtakan. 
  
Gambar  2.4 Tipe Entitas
1.  Strong  Etity  Type,  jenis  entitas  yang  tidak  tergantung  pada 
keberadaan  beberapa  jenis  entitas  lainnya.  Terkadang  disebut
juga sebaga i parent, owner ata u dominant entities. 
2.  Weak  Entity  Type,  jenis  entitas  yang  kebera daanya  tergantung 
pada bebera pa e ntitas  lainya. Bahawa se tiap  kemunculan e ntitas 
tida k  dapat  diide ntifikasi  secara  unik  hanya  dengan 
mengguna kan  attribute  ya ng  terkait  dengan  jenis  entitas. 
Terkadang disebut juga  sebagai child, dependent. 
  
  
Gambar 2.5 Strong dan Weak Entity Type
2.6.2  Tipe Relasi
Menurut  Connolly  dan  Begg  (2010:  374),  tipe  relasi  a dalah 
kumpulan  keterhubungan  yang  mempunya i  arti  antara  tipe  e ntitas 
yang  ada.  Setiap  tipe  relasi  diberi  nama  sesuai  dengan  fungsi  tipe 
relasi  tersebut.  Keterhubungan  diide ntifikasi  seca ra  unik  yang 
meliputi keberadaan tiap tipe entita s yang berpa rtisipasi. 
Tipe  relasi  digambarkan  dengan  sebuah  ga ris  yang 
menghubungkan  entity-entity   yang  saling  be rhubungan.  Sebuah 
relationship hanya dinamai  dalam satu arah  dan sebuah  symbol panah 
yang ditempatkan disamping nama untuk me nunjukan  arah yang tepat 
bagi pembaca. 
  
Gambar 2.6 Tipe Relasi
2.6.3  Atribut
Menurut  Connolly  dan  Beg  (2010:379),  atribut  merupakan 
sifa t-sifat  (properti)  sebuah  e ntitas  atau  tipe  relasi.  Setia p  a tribut 
memiliki  nilai  yang  menggambarkan  setiap  entity  occ urrence  dan
menggambarkan  bagian  utama  dari  data  ya ng  disimpan  dalam  basis 
data. Doma in atribut ada lah himpunan nilai yang  diperbolehkan untuk 
satu  atau  lebih  atribut.  Domain  atribut  terdiri  atas  simple  attribute, 
  
composite  attribute,  single-v alued  attribute,  multi-valued  attribute, 
dan  derived  attribute.  Simple   attribute  ya itu  atribut  yang  terdiri  atas 
satu  komponen  tunggal  dengan  keberadaan  yang  independen  dan 
tidak dapat dibagi menjadi  bagia n  yang lebih kecil  lagi. Dikenal juga 
dengan  nama  Atomic  Attribute.  Contoh  yaitu  nim,  nomor_ktp, 
nomor_sim, npwp ,dan sebagainya.
Composite  attribute  yaitu  atribut  yang  terdiri  atas  beberapa
komponen  di  mana  masing-masing  komponen  memiliki  keberadaan 
yang  independen. Contoh  ya itu  atribut alamat  terdiri  atas  jalan, kode, 
kodePos. 
Single-value d  attribute  yaitu  atribut  yang  mempunyai  nilai
tunggal  untuk  setiap  kejadia n.  Contoh  yaitu  entitas  cabang  memiliki 
satu nilai untuk atribut caba ngNo pada setiap kejadian. 
Multi-valued  attribute yaitu  atribut yang  mempunyai beberapa
nilai  untuk  setiap  kejadian.  Contoh  yaitu  entitas  cabang  memiliki 
beberapa nilai atribut telpNo pada setiap keja dian. 
Derived  attribute  yaitu  a tribut  yang  memiliki  nilai  yang
dihasilkan  dari  satu  atau  beberapa  atribut  la innya  dan  tidak  harus 
berasal  dari  satu  entitas.  Contoh  ya itu  lama  pinjam  dihasilkan 
dariperhitungan  mulai  pinjam  dikurangi  tanggal  pengembalian  dan 
sebagainya. 
  
Gambar 2.7 Atribut
  
2.6.4  Keys
Beberapa  relational  key  yang  digunaka n  dalam  sebua h  Entity 
Relationship  Modeling  yaitu  c andidate  key,  composite  key,  primary 
key,  foreign key, da n alternate key.
Candidate key  yaitu jumlah minimal  atribut-atribut yang dapat
mengidentifikasikan  setiap  kejadian  atau  record  secara  unik. 
Composite   key  yaitu  candidate  key  ya ng  terdiri  atas  dua  atau  lebih 
atribut.  Primary  key  yaitu  candidate   key  yang  dipilih  untuk 
mengidentifikasikan  setiap  kejadian  atau  record  sua tu  entitas  secara 
unik.  Fore ign key  ya itu  atribut  dari  suatu tabel  yang  menja di  primary 
key  pada  tabel  lain.  Alternate  key  yaitu  candidate  key  ya ng  tidak 
terpilih menjadi primary key.
2.6.5  Structural Constraint
Tingkatan  umum  untuk  relationship  adalah  dengan 
biner(binary relationship). Binary relationship ada beberapa macam : 
1.  One-to-One (1:1) Relationship 
Hubungan  dimana   setiap  entity  yang  ada  hanya  dapat 
mempunyai aksimal satu hubungan dengan entity yang lain. 
 
 
Gambar 2.8 One -to-One (1:1) Relationship Type
  
2.  One-to-Many (1:*) Relationship 
  Hubungan dimana setiap e ntitydapat mempunyai s
atau 
lebih dari satu hubungan dengan entity yang lain. 
 
 
Gambar 2.9 One-to-Many (1:*) Relationship Type
  
3.  Many-to-Many (*:*) Relationship 
Hubungan  dima na  setiap  e ntity  dapat  mempunyai  lebih 
dari satu hubungan dengan entity lainnya. 
 
 
Gambar 2.10 Many-to-Many (*:*) Relationship Type
2.7 Data Flow Diagram
Menurut Kirti Tiwari, Alphika Tripati, Shipra Sharma, dan Vandana 
Dubey  (2012),  Data  Flow  Diagram  ada lah  representasi  grafis  yang  berisi 
node  dan  petunjuk  arah.  Sebuah  node  bisa   berarti  data  store/tempat 
pe nyimpanan  atau  sebuah  proses  atau  terminator  yang  merupakan  input 
atau output dari sistem. Sedangkan panah mewakili aliran da ta. Semua node 
da n  panah  harus  diberi  label.  DFD  diguna kan  secara  lua s  untuk 
memodelka n  proses  dalam  analisis kebutuhan. DFD merefleksikan  struktur 
sistem dan juga diguna kan untuk perbaikan sistem. 
Menurut  Indrajani  (2011,  11),  Data  Flow  Diagram  (DFD)  adalah 
sebuah  alat yang menggambarkan aliran da ta sampai sebuah sistem selesai, 
  
da n  kerja  a tau  proses  dilakukan  dalam  sistem  tersebut.  Dalam  DFD  ini 
terda pat 4 komponen utama, yaitu : 
a.  External Age nts
Agen  ekste rnal  mendefinisikan  orang  atau  sebuah  unit  organisai, 
sistem  lain,  atau  organisasi  yang  berada  di  luar  sistem  proyek  tapi 
dapat mempengaruhi kerja sistem. 
b.  Process
Proses  adalah  penyelenggaraan  kerja  atau  jawaban,  datangnya  aliran 
data atau kondisinya. 
c.  Data Stores
Data Stores adala h pe nyimpanan data.
d.  Data Flow
Data  Flow  merepresentasikan  sebuah  input  data  ke  dalam  sebuah 
proses atau output dari data (atau informasi) pada sebuah proses.
Tabel 2.1 Komponen DFD (Sumbe r : Indrajani 2011, p12)
De Marco and
Yourdan Symbols  KETERANGAN  Gane and Sarson
Symbols
  Source 
  
Proses 
  
  Data Flow 
  
(Arus Data) 
  Data Store 
  
(Simpanan Data) 
Jenis – jenis DFD adalah sebagai berikut  
a.  Leve l 0 (Diagram Konteks) 
  
Leve l ini merupakan sebuah proses yang berada di posisi pusat. 
b.  Leve l 1 (Diagram Nol) 
Leve l ini  merupakan  se buah  proses  yang  terdapat di  level  0  yang 
dipecahkan  menja di  bebera pa  proses  lainnya.  Sebaiknya 
maksimum 7 proses untuk sebuah program diagram konteks. 
c.  Leve l 2 (Diagram Rinc i) 
• 
Pada  level  ini  merupakan 
diagram  yang  merincikan  diagram 
level 1. 
• 
Tanda  *  digunakan  hanya  jika  proses  tersebut  tidak  dapat 
dirincikan  lagi.  2.0*  artinya  proses  level  rendah  yang  tidak 
dapat dirincikan lagi. 
• 
Penomoran yang dilakukan berdasarkan urutan proses. 
2.8 Flowchart
Flowchart adalah  penggambaran secara  grafik dari langkah-langkah
da n  urut-urutan  prosedur  dari  suatu  program.  Flowchart  menolong  analis 
da n  programmer  untuk  memecahkan  masala h  kedalam  segmen-segmen 
yang lebih kecil  dan menolong  dalam menganalisis alternatif-alternatif lain 
da lam  pengoperasia n.  Flowchart  biasanya  mempermudah  penyelesaian 
suatu masalah khususnya masala h yang perlu dipela jari dan die valuasi lebih 
lanjut. 
Flowchart te rdiri dari 4 buah elemen dasar: sumber data dan tujuan 
da ta, aliran data, proses transformasi, dan penyimpanan data. Berikut 
adalah simbol – simbol yang digunakan dalam membuat Flowchart : 
Tabe l 2.2 Element Flowchart
Simbol  Nama  Deskripsi
Mempresentasikan input 
data dan output data 
  Input / 
Output 
yang di prose s atau 
informasi 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Proses  Memresentasikan 
Operasi 
Simbol  Nama  Deskripsi
Ke luar atau masuk dari 
bagian lain flowchart 
  Connector 
khususunya halama n 
yang sama 
Arrow  Mempresentasikan arus 
kerja suatu proses 
Proses dimana 
diperlukan a danya 
keputusan atau adanya 
kondisi tertentu. Di titik 
  Decision 
ini selalu ada dua 
keluara n untuk 
melanjutkan a lira n 
kondisi yang berbeda. 
  Document  Input atau output dalam  
format dicetak 
  Termina l 
Awal atau akhir 
points 
flowchart 
2.9 State Transition Diagram
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
State  Transition  Digram  adalah  suatu  diagram  yang  menggambarkan
ba gaimana  suatu  proses  dihubungkan  satu  sama  lain  dalam  waktu  yang 
be rsama an.  State  Transaction  Diagram  digambarkan  dengan  sebuah  state 
yang  merupakan  komponen  sistem  yang menunjukan  bagaimana  kejadia n-
kejadian tersebut dari satu state ke state lain. 
Menurut  Whitten  &  Bentley  (2007:  635)  State  Transition  Diagram 
adalah  model  yang  digunakan  untuk  menggambarkan  urutan  dan  varia si 
da ri  layar  yang  dapat  terjadi  pada  sesi  pengguna.  STD  dikontrol  oleh 
arrows  (panah).  Arrows  dapat  mengaktifkan  event  yang  mengakibatkan 
layar menjadi aktif atau menerima fokus.
1.  Gambar persegi panjang yang menunjukan state dari sistem 
  
Gambar 2.11 Simbol State dalam STD
2.  Gambar panah menunjukan transisi antar state. Tiap panah diberi label 
dengan ekspresi atura n. La bel yang diatas menunjukan kejadian yang 
menyebabkan transisi yang terjadi. Labe l yang dibawah menunjukan 
aksi yang terjadi akibat kejadian tadi. 
 
Gambar 2.12 Simbol Transisi dalam STD
 
Gambar 2.13 Contoh STD
2.10 Structured Query Language (SQL)
  
Menurut Connolly  dan  Begg  (2010  :  184),  SQL  merupakan  contoh 
da ri  transform-oriented  language,  ata u  ba hasa  yang  dira ncang  untuk 
menggunakan  hubunga n  untuk  menguba h  input  menjadi  output  yang 
diperlukan. SQL memiliki dua kompone n utama, yaitu: 
1.  Data Definition Language (DDL) 
Data  Definition  Language  (DDL)  mendefinisikan  database
struktur  dan  mengontrol  akses  ke  databse  (Connolly  dan  Begg,  2010, 
92). Sintaks dari DDL yaitu: 
1) CREATE : untuk membuat obyek basis data . 
2) ALTER : untuk memodifikasi obyek ba sis data. 
3) DROP : untuk menghapus obye k basis data. 
2.  Data Manipulation Language (DML) 
Data  Manipulation  Language  (DML)  adalah  baha sa  yang
memberika n  sejumlah  operasi  untuk  mendukung  operasi  dasar 
manipulasi  data  ya ng  tersimpa n  dalam basis  da ta (Connolly  dan  Begg, 
2010, 92). Sintaks dari DML ya itu: 
1) SELECT : untuk me ncari da ta dalam basis data. 
2) INSERT : untuk menambahkan data ke dalam ba sis data. 
3) UPDATE : untuk mengubah data yang ada dalam basis data. 
4) DELETE : untuk menghapus data dari basis data.  
2.11 Pembelajaran
Pembelajaran  (learning)  adalah  proses  interaksi  antara  peserta  didik 
dengan  pendidik  dengan  sumber  belajar  pada  suatu  lingkungan  belajar. 
Pembelajaran  merupakan  bantuan  yang  diberikan  pendidik  agar  dapat 
terjadinya  proses  perolehan  ilmu  dan  pengetahuan,  penguasaaan  kemahiran 
dan  tabiat,  pembentukan  sikap,  dan  kepercayaan  pada  peserta  didik.  Dengan 
kata  lain, pembelajaran  merupakan proses untuk membantu  peserta  didik agar 
dapat belajar dengan baik. 
Menurut  (Santoso,  2007:  1-2)  kegiatan  pembelajaran  secara  umum, 
terdapat  beberapa  istilah  yang  mirip,  seperti:  Distance  Education,  Distance 
Learning,  Computer  Mediated  Learning,  Computer  Aided  Instruction,  dan 
sebagainya.  Sehingga  tak  jarang  terjadi  tumpang  tindih  dalam  penggunaan 
istilah tersebut. Berikut adalah pengertian dari beberapa istilah tersebut: 
  
1.  Distance  Learning,  yaitu  instructional  delivery  yang  tidak  mengharuskan 
siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar. 
2.  Distance  Education,  yaitu  model  pembelajaran  di  mana  siswa  berada  di 
rumah  atau  kantor  mereka  dan  berkomunikasi  dengan  dosen  maupun 
dengan sesama mahasiswa melalui e-mail,  forum diskusi elektronik, video 
conference, serta bentuk komunikasi lain yang berbasis computer. 
3.  E-Learning,  yaitu  proses  belajar  yang  difasilitasi  dan  didukung  melalui 
pemanfaatan teknik informatika dan komunikasi.  
Dari  pengertian  tersebut,  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran 
adalah suatu yang di dalamnya terdapat  kegiatan  interaksi antara  pengajar dan 
pendidik serta komunikasi timbal balik. 
2.12 Sistem Informasi
Informasi merupakan  hasil  dari pengolahan  data  –  data yang  saling 
be rhubungan. Untuk mendapatkan informasi yang baik,  perlu adanya data –
da ta  yang  akurat  dan  siste m  informasi  yang  terintegrasi  satu  sama   lain 
sehingga  informasi  yang  dihasilkan  dapat  menjadi  suatu  kesimpulan  yang 
ke mudian dapat digunakan sebagai bantuan dalam pengambilan ke putusan. 
Menurut  Connolly  dan  Be gg  (2010:338),  sistem  informasi 
merupakan  sumber  daya  yang  memungkinkan  pengumpulan,  pengelolaan, 
pe ngaturan, dan penyebaran informasi di seluruh organisasi. 
Jadi,  berdasarkan  beberapa  definisi  di  atas,  dapat  disimpulkan 
ba hwa  sistem  informasi  adala h  suatu  sistem  yang  menerima  input  sumber 
da ya  berupa  data  yang  kemudian  dikelola,  diatur,  dan  pada  akhirnya 
menghasilkan output berupa informasi yang disebar di seluruh organisasi. 
2.13 Internet
Dua  aspek yang paling  pe nting dari dunia  maya adalah internet  dan 
ba gian  dari  internet yang  dike nal  sebagai  World  Wide  Web (WWW).  Saat 
ini,  telah  terda pat  sekitar  ratusan  ribu  komputer  yang  terhubung  dengan 
internet (Nixon, 2012:1).
Definisi  internet  menurut  Williams  dan  Sawyer  (2011:18)  adalah 
jaringan  komputer  di  seluruh  dunia  yang  terhubung  dengan  ratusan  ribu 
jaringan  komputer  yang  lebih  kecil  pada  individu,  lembaga  akademis, 
ilmiah, maupun komersial. 
  
Definisi  WWW  menurut  Willia ms  dan  Sawyer  (2011:18)  a dalah 
sistem  interkoneksi  dari  serv er  internet  yang  mendukung  dokumen  dalam 
format  multimedia.  Kata  multimedia  atau  beberapa  media  mengacu  pada 
teknologi  yang  menyajikan informasi  dalam  lebih  dari  satu  media,  seperti: 
teks,  gambar,  gambar  bergerak,  dan  suara.  Dengan  kata  lain,  web 
menyediakan informasi dengan banyak cara. 
2.14 Web Browser
Definisi  browser  atau  yang  biasa  disebut  web  browser  menurut 
Williams  dan  Sawye r  (2011:64)  adalah  sebuah  perangkat  lunak  yang 
memungkinkan  pengguna nya  untuk  menemukan  dan  melakukan  akses  ke 
be rbagai bagian dari suatu web. 
Sebelum  sebuah  browser  dapat  terhubung  dengan  website,  hal 
pe rta ma  yang  pe rlu  diketahui  adalah  alama t  dari  situs  yang  akan  diakses, 
atau  yang  biasa  disebut  Uniform  Resource  Locator  (URL).  Definisi  URL 
menurut Williams  dan  Sawyer  (2011:65)  adalah serangkaian  karaker  yang 
menunjukkan 
bagian  tertentu  dari  informasi  pada  suatu  web.  Dengan  kata 
lain,  URL  merupakan  alamat  unik  dari  sua tu  website.  URL  terdiri  dari 
empat bagian utama, antara lain: 
1.  Protocol 
2.  Domain Name 
3.  Dire ctory 
4.  File Name dan Extension 
2.15 Pengertian E-learning
Asal-usul  istilah  e-Learning  tida k  pasti,  meskipun  istilah  yang 
paling  mungkin  berasal  dari  tahun  1980-a n.  Beberapa  penulis  secara 
eksplisit  me ndefinisikan  e-Learning,  Sementara  yang  lain  menyiratkan 
definisi  tertentu  atau  pandangan  e-Learning  dalam  artikel  (Moore, 
Deane,dan Galyen, 2011, p130). 
Menurut  Effendi  dan  Zhuang  (2005,  p6)  dalam  bukunya  menulis 
bahwa  terminology  e-learning  sendiri  mengacu  pada  semua  kegiatan 
penelitihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi. 
Perbedaan  pembelajaran  tradisional  dengan  e-Learning  yaitu 
pada  kelas  yang  menggunakan  pembelaja ran  tradisional,  guru  dianggap 
  
sebagai  orang  yang  serba  tahu  dan  ditugaskan  untuk  menyalurkan  ilmu 
pengetahuan  kepada  siswa,  sedangkan  di  dalam  pe mbelajaran  e-
Learningfokus  utamanya  adalah  siswa.  Siswa  mandiri  pada  waktu  tertentu 
dan  bertanggung  jawab  untuk  pembelajarannya.  Suasana  pembelajaran 
ele arning akan  memaksa siswa memainkan peranan yang le bih aktif dalam 
pembelajarannya. Siswa  membuat perancangan  dan mencari materi dengan 
usaha dan inisiatif se ndiri (Seno, Kunang, dan Dian, 2012,p1).
2.15.1  Tipe-tipe E-learning
Karena  ada  bermacam  penggunaan  e-learning,  maka  ada 
pembagian  atau  perbedaa n  e-learning.  Pada  dasarnya,  e-learning 
mempunyai dua tipe, yaitu synchronous dan asynchronous. 
1.  Synchronous Training 
Synchronous  training  adalah  tipe  pelatihan,  dimana  proses
pembelaja ran  terjadi  pada saat  ya ng  sama  ketika  pe ngajar  sedang 
mengajar  dan  murid  sedang  belajar.  Dan  me ngharuskan  guru  dan 
semua  murid  mengakses  internet  secara   bersamaan.  Synchronous 
training sifatnya mirip pelatihan di ruang kelas.  Namun, kelasnya 
bersifat maya  atauvirtual dan peserta tersebar di seluruh dunia dan 
terhubung melalui internet. 
2.   Asynchronous Training 
Pada  asynchronous  training,  seseorang  dapat  mengambil 
pelatihan pada waktu  yang  berbeda  denga
n  pengajar  memberikan 
pelatihan.  Pelatihan  ini  lebih  populer  di  dunia  e-learning  karena 
memberikan ke untungan lebih  bagi peserta  pelatihan karena  dapat 
mengakses pelatihan kapanpun  dan  di  manapun.  Akan  tetapi, ada 
pelatihan  asynchronous training  yang terpimpin, dimana pengajar 
memberikan materi pelajaran lewat internet dan pe serta latihan 
2.15.2  Keuntungan dan Kekurangan E-learning
Kemajuan  penggunaan  e-learning  dimotivasi  oleh  kelebihan  dan 
keuntungannya. Menurut Effendi dan Zhuang (2005).  
2.15.2.1  Keuntungan E-learning 
1.  Biaya 
  
E-learning  mampu  mengurangi  biaya  pe latihan.
Dengan  adanya  elearning,  perusahaan/sekolah  tidak  perlu 
mengeluarkan  biaya  untuk  menyewa  pelatih  dan  ruang 
kelas serta transportasi peserta pelatihan a tau pelatih. 
2.  Fleksibilitas waktu 
E-learning  membuat  pelajar  dapat  menyesuaikan
waktu belajar.  Mere ka  dapat menyisipkan waktu belajar di 
waktu  luang  mereka.  Ketika  waktu  sudah  tidak 
memungkinkan  atau  ada  ha l yang lebih mende sak,  mereka 
dapat meninggalkan pelajaran di e-learning saat itu juga. 
3.  Fleksibilitas tempat 
Adanya  e -learning  membuat  pelajar  dapat  mengakses 
pelatihan  dimana pun. Selama komputer  terhubung dengan 
kompute r  yang  menjadi  servere-learning,  mereka  dapat 
mengaksesnya  de ngan  mudah.  Terlebih  lagi,  bila  servere-
learning  terhubung  denga n  inte rnet,  maka  mereka  dapat 
mengaksesnya dari rumah. 
4.  Fleksibilitas kece patan pembelajaran 
E-learning dapat disesuaikan dengan kec epatan belajar
masing-masing pelajar. Pelajar mengatur se ndiri kece patan 
pelajaran  yang diikuti. ini berbeda  sekali  dengan  pelatihan 
di kelas karena semua pelajar mulai dan berhenti belajar di 
waktu yang sama. 
5.  Standarisasi pengajaran 
E-learning  dapat  menghapuskan  perbedaan
kemampuan  dan  me tode  pengajaran  yang  ditera pkan  oleh 
guru.  Pelajaran  e-learning  selalu  memiliki  kualitas  yang 
sama  setiap  kali diakses dan tidak te rgantung  suasana  hati 
pengajar. 
6.  Efektivitas penga jara n 
E-learning  yang  didesain  dengan  instructional  design
mutakhir  membuat  pelajar 
lebih  me ngerti  isi  pelajaran. 
Penya mpaian  pelajaran  e -le arning  dapat  berupa  simula si 
dan  kasus-kasus,  menggunakan  bentuk  permainan  dan 
  
mene rapkan  te knologi  animasi.  Hal  tersebut  dapat 
membantu  proses  pe mbelajaran  dan  mempertahankan 
minat belajar. 
7.  Kecepatan distribusi 
Kemajuan  teknologi  yang  pesat  menuntut  suatu 
pelatihan  teknologi  baru  dila ksa nakan  secepatnya  dan 
menja ngkau  area  luas  secara  singkat.  Apabila  ada 
perubahan  materi,  administrator  hanya  perlu  me rubah  di 
servere-learning.
8.  Ketersediaan on-demand 
Karena  dapat  diakses  setiap  waktu,  e-learning  dapat 
dianggap  sebagai  “buku  saku”   ya ng  membantu  peke rjaan 
setiap  saat.  Seba gai  contoh,  apabila  pelajar  mengalami 
kesulitan  dalam  me mahami  suatu  pelajaran,  pelajar 
tersebut  dapat  mengakses  e-learning  lalu membaca  materi 
ya ng berhubungan dengan ke sulitannya. 
9.  Otomatisasi proses administrasi 
E-learning  menggunakan sua tu  Learning  Management
System  (LMS).  LMS  berfungsi  menyimpan  data -data 
pelajar,  pelajara n,  dan  prosespembelajaran  yang  sedang 
berlangsung.  mengakses  materi  pa da  wa ktu  yang 
berlainan.  Pengajar  da pat  pula  memberikan  tugas  atau 
latihan  da n  peserta  mengumpulkan  tugas  lewat  email. 
Peserta  dapa t  berdiskusi  atau  berkomentar  dan  bertanya 
melalui bulletin board.
2.15.2.2  Kekurangan E-Learning
Menurut  Effendy  dan  Zhuang  (2005,  p15),  walaupun  e-
Learning  menawarkan  banyak  keuntungan  bagi  organisasi,  tetapi 
juga  memiliki  beberapa  kekurangan  yang  harus  diwaspadai  oleh 
pengelola  pelatihan  sebelum  memutuskan  menggunakan  e-
Learning.
1.  Budaya 
  
Be berapa orang  me rasa tidak  nyaman  mengikuti pelatihan 
melalui komputer. Penggunaan e-Learning menuntut budaya self 
learning,  di  mana  sese orang  me motivasi  diri  sendiri  agar  mau 
belajar.  Sebaliknya,  pada  sebagian  besar  budaya  pelatihan  di 
Indonesia ,  motivasi  belajar  lebih  banyak  tergantung  pada 
penga jar.  Oleh  karena  itu,  beberapa  ora ng  masih  merasa  segan 
berpindah dari pelatihan di kela s ke pelatihan e-Learning. 
2.  Inve stasi 
Walaupun  e-Learning  menghemat  banyak  biaya,  tetapi 
suatu  organisasi ha rus  menge luarkan  investasi  awal cukup besar 
untuk  mulai  mengimpleme ntasikan  e-Learning.  Investa si  dapat 
berupa  biaya  desain  dan  pembuatan  program  Learning 
Management  System  (LMS),  pa ket  pelajaran  dan  biaya-biaya 
lain.  Apabila  infrastruktur  yang  dimiliki  belum  me madai, 
orga nisasi  harus  mengeluarkan  sejumlah  dana  untuk  membeli 
komputer, jaringan, se rver, dan lain sebagainya. 
3.  Teknologi 
Karena  teknologi  yang  digunakan  beragam,  ada 
kemungkinan  teknologi  tersebut  tidak  sejalan  dengan  yang 
sudah  ada  dan  terjadi  konflik  teknologi  sehingga  e-Learning 
tida k  berjalan  baik.  Sebagai  contoh,  a da  be berapa  paket 
pelajaran  e-Learning  yang  hanya  dapat  dijalankan  di  browser 
Explorer.  Ole h  karena  itu,  kompatibilitas  teknologi  yang 
digunakan  harus  dite liti  sebelum  memutuskan  menggunakan 
suatu paket e -Le arning. 
4.  Infrastruktur 
Internet  belum  menja ngkau  semua  kota  di  Indone sia.
Layanan  broadband  baru  ada  di  kota -kota  besar.  Akibatnya, 
belum  semua   orang  atau  wila yah  dapat  merasakan  e-Learning 
denga n internet. 
5.  Materi 
Walaupun  e-Learning  menawarkan  berbagai  fungsi,  ada 
beberapa  materi  yang  tidak  dapat  diajarkan  melalui  e-Learning. 
Pelatihan  yang  memerlukan  banyak  kegiatan  fisik,  seperti 
  
olahraga  dan  instrumen  musik,  sulit  disampaikan  melalui  e-
Learning  secara  sempurna.  Akan  tetapi,  e-Learning  dapat 
digunakan  untuk  memberikan  dasar-dasar  pelatihan  sebelum 
masuk  ke  praktek.  Sua tu  paket  e-Learning  harus  didesain 
sedemikian  rupa  sehingga  te ratur  menurut  keingintahuan  dan 
minat belajar siswa. 
2.15.3  Komponen-Komponen E-Learning
Berdasarkan  definisi  e-Learning  tersebut  dapat  disimpulkan 
beberapa komponen e-Learning menurut Wahono (2008) yaitu: 
a.  Infrastruktur  e-Learning  :  Infrastruktur  e-Learning  dapat  berupa 
personal  computer  (PC),  jaringan  kompute r,  internet  dan 
perlengkapan  multimedia.  Termasuk  di  dalamnya  peralatan
tele conference  apabila  kita  memberikan  layanan  synchronous 
learning melalui teleconfe rence.
b.  Sistem  dan  Aplikasi  e-Learning  :  Sistem  perangkat  lunak  yang 
memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana 
manajeme n  kelas,  pembuatan  materi  atau  konten,  forum  diskusi, 
sistem penilaian (raport), sistem ujian online dan segala fitur yang 
berhubungan  de ngan  manajemen proses  belajar  mengajar.  Sistem 
perangkat  luna k  tersebut  sering  disebut  denga n  Learning 
Management  System  (sela njutnya  disebut  LMS).  LMS  banyak 
yang  ope nsource  sehingga  bisa  kita  manfaatkan  dengan  mudah 
dan mura h untuk dibangun di sekolah dan universitas kita. 
c.  Konten  e-Learning  :  Konten  dan  bahan  ajar  yang  a da  pada  e-
Learning  system  (Learning  Management  System).  Konten  dan 
bahan  ajar  ini  bisa  dalam  bentuk  Multimedia-based  Content
(konten berbentuk  multimedia  interaktif)  atau Text-based Content 
(konten  berbentuk  texts  se perti  pada  buku  pe lajaran  biasa).  Bia sa 
disimpan  dalam  Learning  Management  System  (LMS)  sehingga 
dapat  dijalankan  oleh  siswa  kapan  pun  dan  di  mana  pun. 
Depdiknas  cukup  aktif  bergerak  dengan  membuat  banyak 
kompetisi  pembuatan  multimedia  pembelajaran.  Pustekkom  juga 
mengembangkan  e-dukasi.ne t  yang  menggratiskan  multimedia 
  
pembelaja ran  untuk  SMP,  SMA  dan  SMK.  Biro  PKLN  yang 
mulai  memberikan  inse ntif  dan  beasiswa  untuk  mahasiswa   yang 
mengambil  konsentrasi  ke  Game  Technology yang  ara hnya  untuk 
pendidikan.  Ini  langkah 
menarik  untuk  mempersiapkan 
perkembangan e-Learning dari sisi konten. 
2.16 MySQL
MySQL  adalah  sebuah program  basis  data  yang  mampu  menerima 
da n  mengirimkan  da ta dengan  sangat cepat,  multi-use r  serta  menggunakan 
pe rintah standar SQL (Structured Query Language ) 
Menurut  Welling  dan  Thomson  (2005:  3),  MySQL  adala h  sistem 
manajemen  basis  da ta  yang  berhubungan  dan  sangat  cepat.  Sebuah  basis 
da ta  memungkinka n  untuk  menyimpan,  mencari,  mengurutkan,  dan 
menerima  data  secara  efisien.  MySQL  adalah  multi  user,  multi  thread 
server, dan menggunakan SQL atau bahasa  pemprograman yang terstruktur. 
Sedangkan  menurut  penulis,  MySQL  merupakan  suatu  perangkat  lunak 
yang digunakan untuk memanajeman suatu basis data  dengan menggunakan 
pe rintah dasar SQL. 
2.16.1  Keuntungan MySQL
Menurut  Welling  dan  Thomson  (2005:  6),  beberapa 
keunggulan MySQL adalah: 
a.  Performance 
MySQL tidak diragukan la gi kecepata nnya. 
b.  Low Cost 
MySQL  gratis  dan  bersifat  ope n  source  serta  biayanya  yang 
rendah da n di bawah izin komersial jika  dibutuhkan untuk aplikasi 
perusahaan atau organisasi. 
c.  Ease of Use 
Kebanyakan  basis  data  modern  menggunakan  MySQL,  sehingga 
lebih mudah untuk diatur dibanding produk lain yang sejenis. 
d.  Portability 
Mysql  dapat  digunakan  hampir  disemua   sistem  operasi,  seperti 
Linux dan Windows.
e.  Source  Code 
  
Seperti PHP, source code untuk MySQL ini juga dapat diubah. 
f.  Availability of Support 
Tidak  semua produk open source  memiliki  parent company untuk 
menawarkan  dukungan,  pelatihan,  konsultasi  dan  sertifikasi. 
Tetapi semua itu dapa t didapatkan dari MYSQL AB. 
2.17 Pengertian PHP
Menurut  Welling  dan  Thomson  (2005:  2),  PHP  adalah  sebuah 
server-side scripting language  yang  dirancang khusus untuk web. Di dalam 
sebuah  hala man  HTML  yang  dapat  disatukan  dalam  kode  PHP  dan  akan 
dieksekusi  setiap halaman terse but dikunjungi. Kode PHP yang telah dibuat 
diinterpretasikan  ole h  web  server  dan  menghasilkan  tag-tag  HTML  atau
output lainnya yang dapat dibaca oleh pengguna.
Menurut The PHP Group (2012), PHP adalah bahasa scripting yang 
ba nyak  digunakan  dan  sangat  coc ok  untuk  pengembangan  web. PHP dapat 
juga  di  embed  ke  dalam  HTML.  Sintaks  yang  digunakan  mudah  untuk 
dipelajari karena mengacu pada ba hasa C, Java, dan Pe rl. 
Tujuan  utama  dari  bahasa  ini  adalah  memungkinkan  pengembang 
web  untuk  me mbua t  sebuah  website  yang  dinamis  dengan  bantuan  basis 
da ta.  DBMS  ya ng  sering  digunakan  oleh  PHP  adalah  MySQL.  Namun 
selain  MySQL,  PHP  juga  mendukung  DBMS  Ora cle,  Microsoft  Access, 
Interbase, dBase, dan PostgreSQL.
Ketika  menggunakan  PHP  sebagai  server-side  embedded  scrip 
language ma ka server aka n melalukan ha l-hal sebagai berikut: 
a.  Membaca permintaan dari client/browser. 
b.  Mencari halaman (page) di se rver. 
c.  Melakukan  intruksi  yang  diberika n  oleh  PHP  untuk  melakukan
modifikasi pada halama n (page). 
d.  Mengirim kembali halaman  tersebut kepada client  melalui internet atau 
intra net. 
2.17.1  Keuntungan PHP
Menurut  Welling  dan  Thomson  (2005:  4),  beberapa 
keunggulan  penting  PHP  dibandingkan  de ngan  bahasa  scripting 
lainnya adalah sebagai berikut: 
  
a.  Performance 
PHP  sangat  efisien,  menggunakan  sebua h  server  yang  tidak 
mahal dan dapat melaya ni jutaan hits setiap hari. 
b.  Database Integration 
PHP memiliki  hubungan atau  koneksi  ke  banyak  sistem basis 
data.  Pengguna  da pat  langsung  terkoneksi  ke  postgresql,  msl, 
oracle,  dbm,  filepro,  hy perware,  informix,  interbase,  sybase 
database, dan lain-la in.
c.  Built-in Libraries 
PHP  dirancang  untuk  digunakan  di  web,  sehingga 
menjadikannya  dapat dibangun  dalam  fungsi  untuk menampilkan 
banyak kegiatan web yang berhubunga n. 
d.  Cost 
PHP bersifat gra tis, dan dapat diunduh kapanpun tanpa biaya. 
e.  Ease of Learning PHP 
Sintaks-sintaks  PHP  berdasarka n  baha sa  pemprograman,
seperti C dan Perl. 
f.  Object-Oriented Support 
PHP versi  5  telah  dirancang  dengan  fitur-fitur  object-oriented 
dengan baik. 
g.  Portability 
PHP tersedia  dibanyak sistem  operasi  yang berbeda dan gratis 
seperti Linux, Unix, maupun berbagai versi Windows. 
h.  Source  Code 
Source  code  php  da pat  diakses  dengan  mudah  sehingga dapat
dimodifikasi sesuai keinginan. 
i.  Availability of Support 
Zend  Technologies  adalah  perusaha an  diba lik  kehebatan  PHP
yang  menawarkan  dukungan  dan  berhubungan  denga n  perangkat 
lunak di dalam se buah commerc ial basis. 
2.18 Interaksi Manusia dan Kompute r (IMK)
Interaksi  Ma nusia  dan  Komputer  (IMK)  adalah  disiplin  ilmu  yang 
be rhubungan  dengan  perancangan,  evaluasi,  dan  implementasi  sistem 
  
komputer  inte raktif  untuk  digunakan  oleh  ma nusia,  serta  studi  fe nomena-
fenomena  besar  yang  berhubungan  denga n  ha l  tersebut  (Shneiderman, 
Plaisant, Cohen, dan Jacobs, 2005, p4). 
Ada   delapan  aturan  yang  harus  diperhatikan  dalam  perancangan 
layar  tatap muka  pe ngguna atau yang  sering  disebut  Eight  Golde n  Rules of 
Interface Design. Delapan aturan te rsebut, yaitu: 
a.  Berusaha untuk konsisten.
Berusaha  untuk  konsisten  dalam  setiap  aksi  pada  situasi  tertentu, 
seperti  konsisten  dalam  penggunaan  warna,  bahasa,  tata  letak,  huruf, 
simbol, dan sebagainya. 
b.  Menyediakan usability universal.
Menyediakan  shortcut  yang  universal  ya ng  suda h  biasa  digunakan 
dan dapat dimengerti orang la in. 
c.  Memberikan umpan balik yang informatif.
Dalam setiap aksi yang dilakukan pengguna, maka harus ada umpan 
balik  yang  sesuai  dengan  a ksi  tersebut  sehingga  pengguna  dapat 
mengerti bahwa sistem pada aplikasi tersebut  sedang melakukan proses 
tertentu. 
d.  Mer ancang dialog yang memberikan pe nutupan (keadaan akhir).
Ada nya  kea daan  akhir  yang  menandakan  suatu  proses  telah  selesai 
yang  dibe ritahukan  ke pada pengguna melalui  umpan balik.  Urutan  aksi 
harus tersusun dala m bagian awal, tengah, dan akhir suatu grup. Umpan 
balik  penyelesaian  aksi  yang  informatif  me mberikan  kepada  pengguna 
perasaan  lega,  sinyal  untuk  mendapatkan  kemungkinan  re ncana  dan 
pilihan  dari  pikiran  pengguna,  serta   indikasi  bahwa  cara  te rsebut  jelas 
untuk mempersiapkan a ksi berikutnya. 
e.  Memberikan  pencegahan  kesalahan  dan  penanganan  kesalahan
yang sederhana.
Merancang  tampilan  yang  memungkinkan  pe ngguna  untuk  tidak 
melakukan  kesalahan  fata l.  Hal  ini  dapat  dia tasi  dengan  memberikan 
solusi  kepada  pengguna  untuk  menangani  kesalahan  te rsebut. 
Penggunaan  desain  antarmuka  yang  terbaik  pun,  pemakai  tetap  dapat 
membuat kesalahan. Kesalahan  ini  dapat secara  fisik (secara  tidak sengaja 
merujuk  ke  perintah  dan  data  yang  salah)  dan  secara  mental  (membuat 
  
keputusan yang salah mengenai perintah dan data yang salah). Maka sistem 
didesain  sedemikian  rupa agar  pengguna tidak  membuat  kesalahan  serius. 
Jika  terjadi  kesalahan,  sistem  harus  mendeteksi  dengan  menawarkan 
mekanisme penanganan yang sederhana dan mudah dimengerti. 
f.  Memungkinkan pembalikan aksi yang mudah.
Memberikan  kebebasan  kepada  pengguna  untuk  dapat  bergerak 
kemana  saja  dimana  bila  terjadi  kesalahan  maka  pengguna  dapat  kembali 
tampa harus khawatir akan merusaknya hal yang sedang dikerjakan. 
g.  Mendukung pusat kendali inter nal.
Dengan  adanya  pengaturan  internal,  maka  pengguna  dapat 
menggunakan  sistem  sesuai  kebutuhan.  Misalanya,  adnya  perbedaan  hak 
akses antara anggota dengan bukan anggata pada aplikasi tersebut. 
h.  Mengurangi be ban ingatan jangka pendek.
Kemampuan manusia untuk memproses informasi dalam jangka waktu 
pendek  memiliki  keterbatasan,  sehingga  perlu  dirancang  tampilan  yang 
sederhana dan efektif, agar tidak membebani ingatan terlalu berat. 
2.19 Hasil Rancangan Sistem Basis Data yang Serupa
Dalam  sub  bab  hasil  rancangan  sistem  basis  data  yang  serupa 
menjelaskan  kumpulan  jurnal-jurnal  yang  berisikan  tentang  bahasan  yang 
mempunyai tema atau topik  yang sejenis yang diambil untuk menjadikan tolak 
ukur dan sebagai acuan dalam melakukan analisis dan perancangan nantinya.  
Agar  tujuan implementasi dari sistem aplikasi basis data akademis dan 
kesiswaan  lebih  terarah  dan  sesuai  dengan  tujuan  yang  diharapkan,  maka 
penulis  membatasi  pembangunan  sistem  ini  dengan  ruang  lingkup.  Ruang 
lingkup  menjadikan  tolak  ukur  dan  sebagai  acuan  dalam  melakukan 
perbandingan rancangan aplikasi serupa. Dibawah ini merupakan perbandingan 
rancangan aplikasi serupa.  
1.  Judul    : Analisis dan Perancangan Aplikasi “E-learning”  
Berbasis Web Pada SMK Bisnis dan Teknologi Bekasi 
Penulis    : Miftah Firdaus dan Edo Asshiddiq  
Tahun Penulisan : 2013 
Universitas  : Bina Nusantara 
  
2.  Judul    : Analisis dan Perancangan Basis Data Sistem E-Learning  
Berbasis Web Pada SMA Negeri 65 Jakarta 
Penulis     : Oktaria Kusumawardani, Dewi Kusrini dan Al Kamillia 
Tahun Penulisan  
: 2013 
Universitas   : Bina Nusantara 
3.  Judul    : Analisis dan Perancangan Basis Data Sistem E-Learning  
Pada SMA PGRI Cikampek 
Penulis    : Victor Nikko dan Johan 
Tahun Penulisan : 2013 
Universitas  : Bina Nusantara 
Tabel 2.3 Perbandingan Aplikasi Serupa
Ruang Lingkup
E-learning SMA 
Negeri 65 
Jakarta 
(Kusumawardani, 
Kusrini dan 
Kamila. 2013, p4) 
E-learning SMA 
Negeri 50 
Jakarta 
E-learning   
SMA PGRI 
Cikampek 
(Nikko dan 
Johan. 2013, p4)
E-learning SMK 
Bisnis dan 
Teknologi Bekasi 
(Firdaus dan 
Asshiddiq. 2013, 
p3)
NO
Pengelolahan 
Pengelolahan data 
-
1.  Pengelolahan data
pribadi siswa, 
data pribadi 
pribadi siswa dan 
guru dan wali 
siswa dan guru 
guru 
murid 
Pengelolahan 
Menampilkan
2.  Pengelolahan
jadwal kegiata n 
ja dwal kegiatan 
jadwal kegiatan 
belajar mengajar 
belajar mengajar 
belajar mengajar 
bagi siswa dan 
bagi siswa dan 
guru 
guru 
Penyajian mate ri  
Penyajian materi 
Pe nyajian materi 
3.  Penyajian materi
setiap pelajaran 
ta mbahan 
setiap pelajara n 
se tiap pelajaran 
dan tugas 
Penyajian Tugas  Penyajian dan 
-
4.  Penyajian dan
pengumpulan 
pengumpulan 
tugas 
tugas 
  
5.  Forum diskusi  Forum Diskusi  Forum diskusi  -
Ruang Lingkup
E-learning SMA 
Negeri 65 
Jakarta 
(Kusumawardani, 
Kusrini dan 
Kamila. 2013, p4) 
No
E-learning SMA 
Negeri 50 
Jakarta 
E-learning   
SMA PGRI 
Cikampek 
(Nikko dan 
Johan. 2013, p4)
E-learning SMK 
Bisnis dan 
Teknologi Bekasi 
(Firdaus dan 
Asshiddiq. 2013, 
p3)
6.  Ja dwal ujian  -  Jadwal ujian  -
Pengolahan Nilai 
Hasil nilai siswa  Pengolahan data 
7  Pengolahan data
hasil nilai siswa 
Siswa 
hasil nilai siswa 
-
8  Pemantauan
absensi dan nilai 
oleh orang tua 
wali murid 
9  Pengumuman  Pengumuman  Pengumuman  Pengumuman
Notifikasi
-
10  Notifikasi
Pemberitahuan 
Pemberitahuan 
11  -  -  -  Status Keuangan
Dari tabel di atas dapat terlihat kelebihan dari sistem e-Learning SMA 
Negeri 50 Jakarta ya ng aka n dibuat dibandingkan dengan sistem yang sudah 
ada  se belumnya.  Pada  e-Learning  SMA  Negeri  50  Jakarta  use r  dapat 
me ngolah  data  pribadi  siswa,  guru  dan  wali  murid.  mengolah  jadwal 
kegiatan belajar mengajar bagi siswa dan guru. Penya jian dan pengumpulan 
tugas.  Terdapat  forum  diskusi  yang  akan  memudahkan  siswa  dan  guru 
saling berhubungan di luar jam kegiatan belajar menga jar. Dapat pengolahan 
jadwal  ujian  dengan  menggunakan  sistem.  Pe mantauan  absensi  dan  nilai 
ole h  orang  tua  wali  murid.  Terdapa t  Notifika si  setiap  pemberitahuan.  Dan 
  
sistem sistem e-Learning  SMA Negeri  50 Jakarta  tidak a da  status  keuangan 
karena pemerintah telah menggeratiskan keungan sekolah 
2.19.1  Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui E-Learning
Jurnal  Pendidikan  Penabur  /  Drs.  Tafiardi  :    Meningkatkan 
Mutu Pendidikan Melalui E-Learning / Nomor  04 / Th.IV / Juli  2005. 
Sejalan dengan perkembangan  ilmu dan teknologi terutama teknologi 
informasi,  pemanfa atan  internet  dalam  bidang  pendidikan  terus 
berkembang.  Pemanfaatan  internet  ini  tidak  hanya   untuk  pe ndidikan 
jarak  jauh,  aka n  tetapi  juga  dikembangkan  dalam  sistem  pe ndidikan 
konvensional.  E-learning  adalah  suatu  model  pembelajaran  yang 
dibuat  dalam  format  digital  melalui  perangkat  elektronik.  Tujuan 
digunakannya   e -learning  dalam  sistem  pembelajaran  adalah  untuk 
mempe rluas akses pendidikan ke masyara kat luas. 
Electronic  learning  disingkat  menjadi  e-learning.  Kata   ini
terdiri  dari  dua  bagian,  yaitu  ‘e’  yang  merupakan  singkatan  dari 
‘electronica’  dan  ‘learning’  yang  berarti  ‘pembelajaran’.  Jadi  e-
learning  berarti  pembelajaran  dengan  me nggunakan  jasa  bantuan 
perangkat  elektronika.  Jadi  dalam  pelaksanaannya  e-learning 
menggunakan  jasa  audio,  video  atau  perangkat  komputer  atau 
kombinasi  da ri  ketiganya.  Dengan  kata  la in 
e-learning  a dalah 
pembelajaran  yang  pelaksanaa nnya  didukung  oleh  jasa  teknologi 
seperti telepon, audio, vidiotape, transmisi satelite atau komputer.
Pemanfaa tan  e-learning  tidak  terlepas  dari  jasa  inte rnet. 
Karena  teknik  pembelajaran  yang  tersedia  di internet begitu lengkap, 
maka  hal  ini  akan  mempengaruhi  tugas  guru  dalam  proses 
pembelajaran. Dahulu, proses  belajar mengajar  didominasi oleh peran 
guru,  karena  itu  disebut  the  era  of  teacher.  Kini,  proses  belajar  dan 
mengajar,  banya k  didomina si  oleh  peran  guru  dan  buku  (the  era  of 
teacher  and  book)  dan  pada  masa  mendatang  proses  belajar  dan 
mengajar  a kan  didominasi  oleh  peran  guru,  buku  dan  teknologi  (the 
era  of  teacher,  book  and  technology).  Dalam  era  global  seperti 
sekarang  ini,  setuju  atau  tidak,  mau  atau  tidak  ma u,  kita  harus 
  
berhubungan dengan te knologi khususnya te knologi informasi. Hal ini 
dise babkan  ka rena  teknologi  tersebut  telah mempengaruhi  ke hidupan 
kita  sehari-hari.  Oleh  karena   itu,  kita   sebaiknya  tidak  ‘gaga p’ 
teknologi.  Ba nyak  hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  siapa  yang 
terlambat  menguasai  informasi,  maka  te rla mbat  pulalah  memperoleh 
kesempatan untuk maju. 
Kebijakan institusi  pendidikan dalam memanfaatka n teknologi 
internet menuju  e-learning  perlu  kajian  da n  rancangan  mendalam. E-
learning  bukan  semata-mata   hanya  memindahkan  semua 
pembelajaran  pada  internet.  Hakikat  e-learning  adalah  proses 
pembelajaran yang dituangkan  me lalui teknologi  internet. Di  samping 
itu  prinsip  se derha na,  personal,  dan  cepat  perlu 
dipertimbangkan. 
Untuk  menambah  daya  tarik  dapa t  pula  menggunakan  teori  games 
Ole h  karena  itu  prinsip  dan  komunikasi  pembelajaran  perlu  didesain 
seperti  layaknya   pembelajaran  konvensional.  Di  sini  perlunya 
pengembangan model e-learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan. 
Ada  pendapat  yang  mengatakan  bahwa  media  pembelajaran 
secanggih  apapun  tidak  akan  bisa  menggantikan  sepe nuhnya  peran 
guru/dosen.  Pena naman  nila-nilai  dan  sentuhan  ke pribadian  sulit 
dilakukan.  Di  sini  tantangan  bagi  para  pe ngambil  kebijakan  dan 
perancang  e-learning.  Oleh  karena  itu  penulis  sependapat  bahwa 
dalam  sistem  pendidikan  konvensional,  fungsi  e-learning  a dalah 
untuk  memperkaya  wawasan  dan  pemahaman  peserta  didik,  serta 
proses  pembiasaan  a gar  melek  sumber  belajar  khususnya  teknologi 
internet. 
2.19.2  E-learning  Sebagai  Media  Pembelajaran  Interaktif  Berbasis
Teknologi Informasi
Jurnal  Ilmiah  Foristek  /  Mohammad  Yazdi  :  E-learning 
Sebagai  Media  Pembelajaran  Interaktif  Berbasis Teknologi  Informasi 
/ Universitas Tadulako / Volume 2 / Nomor 1 / Maret 2012.  
Perbedaan  Pembelajaran  Tradisional  denga n  e-learning  yaitu 
kelas  “tradisiona l”, guru dianggap sebagai  orang  yang serba  tahu  dan 
ditugaskan  untuk  menyalurkan  ilmu  penge tahuan  ke pada  pelajarnya. 
  
Sedangkan  di  dalam  pembelajaran  “e-learning”  fokus  utamanya 
adalah  pelajar.  Pelajar  mandiri  pada waktu  tertentu  da n  bertanggung-
jawab  untuk  pembelajarannya.  Suasana  pe mbelajaran  “e-learning” 
akan  “me maksa”  pelajar  memainkan  peranan  yang  lebih  aktif  dalam 
pembelajarannya.  Pelajar  membuat  perancangan  dan  mencari  materi 
dengan usaha, dan inisiatif sendiri. 
E-learning  adalah  proses  pembelajaran  yang  dituangkan
melalui teknologi inte rnet. Di samping itu prinsip se derha na, personal, 
dan  cepat  perlu  dipertimbangkan.  Untuk  menambah daya  tarik  dapat 
pula  menggunakan  teori  games  Oleh  karena  itu  prinsip  dan 
komunikasi  pembelajaran  perlu  di  desain  seperti  layaknya 
pembelajaran konvensional. Di sini  perlunya pengemba ngan  model e-
learning yang tepat sesuai dengan kebutuhan.  
Prototype modul e-learning  yang dikembangkan sesuai dengan 
existing system yang diama ti penulis adalah terbagi dua, yaitu : konten 
guru  dan  konten  siswa.  Konten  guru  mempunyai  aksesibitas  luas, 
seperti  :  membuat  soal,  membuat  pengumumasn  aka demik,  meng-
upload  materi  pelajaran,  memeriksa  dan  mengumumkan  hasi  ujian. 
Sedangkan  konten  siswa,  hanya  terba tas  pada  akses  melihat  saja 
(pengumuman akademik, hasil ujian), mengikuti ujian, men-download
materi  pe lajara n  da n  tugas.  Selain  itu  ada  aktivitas  interaktif  antara 
guru dan siswa, yaitu : chatting, Diskusi/Forum.